Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM SECTIO CAESARE


Untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Klinik Lapangan Keperawatan Mternitas
Dosen Pembimbing : Dr.Yayat Suryati,.M.Kep

Disusun Oleh :
Euis Ulfa Mayasari
211120089

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (D-3)


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITASJENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2022
A. KONSEP DASAR POST PARTUM SECTIO CAESARE
1. Pengertian
Sectio Caesarea (SC) adalah suatu cara untuk melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina Atau
disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 1998).
Sectio Caesarea (SC) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan
dimana irisan dilakukan di perut untuk mengeluarkan seorang bayi (Endang
Purwoastuti and Siwi Walyani, 2014).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan
diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi
&Wiknjosastro, 2006).
2. Klasifikasi Sectio Caesare
Menurut Ramandaty (2019), klasifikasi bentuk pembedahan Section Caesare (SC)
adalah sebagaik beikut :
a. Sectio Caesare Klasik
SC Klasik dibuat ventrikel pada bagian atas Rahim. Pembedahan dilakukan dengan
sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm. tidak dianjurkan
untuk kehamilan berikutnya melahirkan melalui vagina apabila sebelumnya telah
dilakukan Tindakan pembedahan ini
b. Sectio Caesare Transperitonel Profunda
SC Transperitonel Profunda disebut juga low cervical yaitu sayatan vertikel pada
segmen lebih bawah Rahim. Sayatan jenis ini dilakukan jika bagian bawah Rahim
tidak berkemang atau tidak cukup tipis untuk memungkinkan dibuatnya sayatan
transversal. Sebagian sayatan vertikel dilakukan sampai ke otot-otot bawah Rahim
c. Sectio Caesare Histerektomi
SC Histerektomi adalah salahsatu pembedahan dimana setelah dilahirkan dengan
SC,dilanjutkan dengan pengagkatan Rahim.
d. Sectio Caesare Eksperitonel
Sectio Caesare Eksperitonel, yaitu SC berulang pada seorang pasien yang
sebelumnya melakukan SC. Biasanyadilakukan diatas bekas sayatan yang lama.
Tindakan ini dilakukan dengan insisi dinding dan faisa abdomen sementara
peritoneum dipotong kea rah kepala untuk memaparkan segmen bawah uterus
sehingga uterus dapat dibuka secara ekstraperitoneum.
3. Adaptasi Fisiologis dan Psikologis
a. Perubahan Fisiologis
1) Perubahan uterus
Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi posisi fundus
uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilikus dan simfisis, atau
sedikit lebih tinggi. Dalam keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar pada
masa sebelum hamil sampai dengan kurang dari 4 minggu, berat uterus setelah
kelahiran kurang lebih 1 kg sebagai akibat involusi. Satu minggu setelah
melahirkan beratnya menjadi kurang 12 lebih 500 gram, pada akhir minggu
kedua setelah persalinan menjadi kurang lebih 300 gram, setelah itu menjadi
100 gram atau kurang.
2) Lokia
Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina selama
masa nifas (Saleha, 2013). Berikut ini adalah beberapa jenis Lokia yang terdapat
pada wanita pada masa nifas, yaitu:
a) Lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-
sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa, lanugo, dan
mekonium selama 2 hari pasca persalinan.inilah lokia yang akan keluar
selama tiga hari postpartum.
b) Lokia sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang
keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pasca persalinan.
c) Lokia serosa adalah lokia berikutnya. Dimulai dengan versi yang lebih pucat
dari lokia rubra. Lokia ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu
kemudian menjadi kunimg. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke-7 sampai
hari ke-14 pasca persalinan. Lokia alba mengandung cairan serum, jaringan
desidua, leukosit, dan eritrosit.
d) Lokia alba adalah lokia yang terakhir yang dimulai dari hari ke-14 kemudian
makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai satu atau dua
minggu berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim serta
terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua (Saleha, 2013 ).
3) Serviks
Segera setelah persalinan bentuk serviks akan menganga seperti corong
berwarna merah kehitaman, setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk 15 ke
rongga rahim, setelah 2 jam dapat di lalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya
dapat dilalui 1 jari (Dewi, 2012).
4) Laktasi
Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan
fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah
melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak adalagi untuk
menghambatnya kelenjar pituitari akan mengeluarkan prolaktin (hormon
laktogenik). Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada
payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak
terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak dan rasa sakit. Sel-sel acini
yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi ketika bayi mengisap puting
refleks saraf merangsang lobus posterior pituitari untuk mengekresi hormon
oksitosin. Oksitosin merangsang refleks let down (mengalirkan) sehingga
menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus laktiferus payudara ke duktus yang
terdapat pada puting. Ketika ASI dialirkan karena isapan bayi atau dengan
dipompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak.
Refleks ini dapat berlanjut sampai waktu yang cukup lama (Saleha, 2013).
5) Perubahan sistem pencernaan
Pada ibu yang melahirkan dengan cara operasi sectio caesarea (SC) biasanya
membutuhkan waktu sekitar 1-3 hari agar fungsi saluran cerna dan nafsu makan
dapat kembali normal. Dibandingkan ibu yang melahirkan secara spontan
biasanya lebih cepat lapar karena telah 16 mengeluarkan energi yang begitu
banyak pada proses persalinan (Dewi, 2012).
6) Perubahan Sistem urinaria
Pada awal post partum kandung kemih mengalami oedema, kongesti dan
hipotonik, hal ini disebabkan karena adanya overdistensi pada saat kala II
persalinan dan pengeluaran urin yang tertahan selama proses persalinan. Maka
hal ini biasanya di perlukan kateterisasi pada ibu karena kondisi organ
reproduksi ibu belum berfungsi secara optimal pasca operasi. Pada tahap ini
bidan harus memantau kelancaran aliran urine yang keluar agar tidak terjadi
komplikasi (Ibrahim, 2011).
b. Perubahan Psikologis
Adaptasi psikologis ibu dalam Masa nifas Pada primipara, menjadi orang tua
merupakan pengalaman tersendiri dan dapat menimbulkan stress apabila tidak
ditangani dengan segera. Perubahan peran dari wanita biasa menjadi seorang ibu
memerlukan adaptasi sehingga ibu dapat melakukan peranya dengan baik (Dewi,
2012). Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain adalah
sebagai berikut :
1) Fase Taking in
Merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai
hari kedua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri sehingga
cenderung pasif terhadap lingkunganya. Pada fase ini, kebutuhan istirahat,
asupan nutrisi dan komunikasi yang baik harus dapat terpenuhi. Bila kebutuhan
tersebut tidak terpenuhi, ibu dapat mengalami gangguan psikologi berupa:
kekecewaan pada bayinya, ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik
yang dialami, rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya dan kritikan
suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.
2) Fase Taking Hold
Merupakan fase yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu
merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam
perawatan bayinya daan ibu sensitif dan lebih mudah tersinggung. Sebagai
bidan disini harus memberikan asuhan penuh terhadap kebutuhan ibu tentang
cara perawatan bayi, cara menyusui yang baik dan benar, cara perawatan bekas
luka SC, mobilisasi, senam nifas, nutrisi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.
3) Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya sebagai
seorang ibu. Fase ini berlamgsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya dan siap menjadi
pelindung bagi bayinya.
4. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya karena ketidakseimbangan ukkuran
kepala bayi dan panggyl ibu,keracunan kehamilan yang arahh, pre eclampsia dan
eclampsia berat, kelainan letak bayi seperi sungsang dan lintang, kemudian Sebagian
kasus mulut Rahim terttutup plasenta yang lebih dikenal denganplasenta previa, bayi
kembar, kehamilan pada ibu yang berusia lanjut, persalinan yang berkepanjangan,
plasenta keluar dini, ketuban pecah dan bayi belum keluar dalam 24 jam, kontraksi
lemah dan sebagainya.
Pathway :
Panggul sempit
Ketuban pecah dini Sectio Caesare
Kelainan letak janin
Letak sungsang

Post Anastesi Luka Post Op Post Partum

Penurunan Kerja Pons Jaringan terputus jaringan terbuka Distensi Kandung Kemih

Penurunan kerja otot eliminasi Merangsang area sensorik Proteksi Kurang Penurunan Estrogen &Progesteron

Penurunan peristaltic usus Gangguan rasa nyaman invasi bakteri Kontraksi Uterus Merangsang

Involusi Pertumbuhan Kelenjar


Konstipasi Nyeri Akut Risiko Infeksi
Adekuat Susu

Perubahan Lochea Peningkatan Hormon


Gangguan
Mobilitas Fisik HB turun Prolaktin

Kurang Oksigen Merangsang Laktasi

Kelemahan Oksitoksin

Ejeksi ASI

Defisit Perawatan Diri Tidak Efektif

Nutrisi Bayi Kurang


Dari Kebutuhan
5. Manifestasi Klinik
Persalinan engan Sectis Caesare, memerlukan perawatan yang lebih komprehenship
yaitu : perawatan post operasi dan perawatan post partum. Manifestasi klinis Sectio
Caesare menurur Doenges (2001), antara lain :
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan
b. Adanya luka insisi pada bagian abdoen
c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
d. Aliran lochea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lochea tidak banyak)
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
f. Emosi lanil/ perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan
menghadapi situasi baru
g. Biasanya terpasang kateter urinarius
h. Auskultasi bising usu tidak terdebgar atau samar
i. Pengaruh anastesi dapat menimbulkan mual dan muntah
j. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
k. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan biasanya kurang paham prosedur
l. Bounding attachment pada anak yang baru dilahirkan
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksa penunjang pada KPD meliputi (Arif Masjoer, 1999:278) :
a. Pemeriksa leukosit darah < 1500 permikro liter bila terjadi nyeri.
b. Tes lakmus merah berubah menjadi biru.
c. Amnias sintesis.
d. USG menentukan usia kehamilan, indeks cairan amnion berkurang Pemeriksaan
penunjang section caesaria: pemeriksaan laboratorium
e. Hemoglobin atau hematokrit (Hb/Ht) untuk mengakji perubahan dari kadar pra
ooperasidan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan
f. Leukosit mengidentifikasi adanya infesksi
g. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
h. Uranilisis/kultur urine
i. Pemeriksaan elektrolit
7. Komplikasi
Komplikasi sectio caesaria (Hacker, 2001:341)
a. Pendarahan primer sebagai akibat kegagalan mencapai hemostrasis karena insisi
rahim atau akibat atonia yang dapat terjadi setelah pemanjangan masa persalinan.
b. Sepsis sesudah pembedahan, frekuensi dari komplikasi ini jauh lebih berat bila
sectio caesaria dilakukan selama persalinan atau bila terdapat infeksi dalam Rahim
c. Cidera pada sekeliling struktur, usus besar, kandung kemih, pembuluh didalam
ligamen yang lebar dan uretur, hematuria singkat dapat terjadi akibat antusias
dalam menggunakan retraktor didaerah dinding kandung kemih.
Komplikasi ketuban pecah dini adalah (Taber,1994:370)
1) Persalinan preterm.
2) Prolaps tali pusat.
3) Infeksi intrauteri.
4) Kelainan presentasi janin.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN POST PASRTUM SC
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat, status
perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang mengirim,
cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara
d. Data riwayat penyakit
1) Riwayat kesehatan sekarang. keluhan atau yang berhubungan dengan
gangguan atau penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah
pasien operasi.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang,
Maksudnya apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama (Plasenta
previa).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada juga
mempunyai riwayat persalinan plasenta previa
Keadaan klien meliputi :
1) Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan
kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL
2) Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan
atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan
labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau
kecemasan.
3) Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
4) Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.
5) Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah,
distensi kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin
ada.
6) Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
7) Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.
8) Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang.
e. Analisa Data
No Data Etiologic Masalah

1 DS : Letak sungsang Nyeri Akut


Klien mwngwluh nyeri ↓
Sectio Caesare
DO : ↓
a. Tampak meringis Luka post op SC
b. Bersikap protektif ↓
c. Frekuensi nadi Jaringan terputus
meningkat ↓
d. Gelisah Merangsang area
e. Tekanan darah sensorik
meningkat ↓
Gangguan rasa nyaman

Nyeri akut
2 DS : Letak sungsang Gangguan
a. Nyeri saat bergerak ↓ mobilitas fiaik
b. Enggan melakukan Sectio Caesare
pergerakan ↓
c. Merasa cemas saat Luka post op SC
bergerak ↓
Jaringan terputus

DO :
Merangsang area
a. Kekuatan otot sensorik
menurun ↓
b. Rentang gerak ROM Gangguan rasa nyaman
menurun ↓
c. Gerakan terbatas Gangguan Moblitas
d. Fisik lemah fisik
3 DS : - Letak sungsang Risiko Infeksi

DO : Sectio Caesare
a. Efek prosedur ↓
incvasif Luka post op SC

Jaringan terbuka

Proteksi kurang

Nyeri pada bagian post
nya

Risiko infeksi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
aktivitas fisik (D.0054)
c. Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasive (D.0142)
3. Tindakan Asuhan Keperawatan
No Diagnose keperawatan Tindakan Asuhan Keperawatan

Tujuan Intervensi Rasional

1 Nyeri akut berhubungan dengan agen Tingkat nyeri menurun, Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
pencedera fisik dengan kriteria hasil : Observasi : Observasi :
a. Kemampuan a. Identifikasi lokasi, a. Untuk mengetahui
menunjukkan aktvitas karakteristik, durasi, bagaimana kondisi
meningkat frekuensi, kualitas, luka
b. Keluuhan nyeri menurun intensitas nyeri b. Untuk mengetahui
c. Meringis menurun b. Identifikasi skala skala nyeriyang
d. Gelisah menurun nyeri dirasakan pasien
e. Ketegangan otot menurun c. Identifikasi faktor c. Untuk mengetahui apa
f. Muntah menurun yang memperberat faktor yang
g. Frekuensi nadi membaik dan memperingan memperberat dan
h. Tekanan darah membaik d. Identifikasi memperingan nyeri

(L.08066) pengetahuan dan d. Untuk mengetahui


keyakinan tentang nagaimana
nyeri pengetahuan ibu atau
keluarga tentang nyeri
secra sfesifik
Terapeutik :
a. Berikan Teknik
nonfarmakologis Terapeutik :
untuk mengurangi
a. Untuk menguramgi
rasa nyeri
rasa nyeri
b. Control lingkungan
b. Untuk membrikan
yang memperberat
rasa nyamanpada
rasa nyeri
klien

Edukasi :
Edukasi :
a. Jelaskan penyebab,
a. Agar klien atau
periode dan pemicu
keluaraga tau apa
nyeri
penyebab dri nyeri
b. Anjurkan stategi
b. Untuk mengurangi
meredakan nyeri
rasa nyeri
c. Ajarkan Teknik
c. Teknik relaksasi
nonfarmakologi
seperti ytarik nafas
untuk mengurangi
dalam
rasa nyeri

(L.08238)
2 Gangguan mobilitas fisik Mobilitas fisik meningkat, Dukungan Mobilisasi Dukungan Mobilisasi
berhubungan dengan kurang dengan kriteria hasil : Observasi : Observasi :
terpaparnya informasi aktivitas fisik a. Pergeakan ekstremitas a. Identifikasi skala a. Untuk mengetahui
menigkat nyeri atau keluahn skala nyeri pada klien
b. Kekuatan oot meningkat fisik lainnya b. Agar klien dapat
c. Rentang gerak ROM b. Identifikasi diberikan Gerakan/
mningkat intoleransi fisik mobilisasi dini
d. Nyeri menurun melakukan c. Untukmemaksimalkan
e. Kaku sendi menurun pergerakan latihannya

(L.05042) c. Monitor frekuensi


jantung dan tekana
Terapeutik :
darah sebelum
memulai mobilisasi a. Untuk
membantuklien agar
bergerak
Terapeutik : b. Agar klien dapat
a. Fasilitasi melakukan yang membantu
pergerakan
b. Libatkan keluarga
Edukasi :
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan a. Untuk meningkatkan
pergerakan pengetahuan klien
tentang moblisasi
b. Untuk meningkatkan
Edukasi :
kegiatan pergerakan
a. Jelaskan tujuan dan mobilisasi
prosedur mobilisasi c. Agar otototot dikaki
b. Anjurkan tidak kaku
melakukan
mobilisasi dini
c. Ajakan moilisasi
sederhana yang
harus dijalankan
(L.05173)
3 Risiko infeksi dibuktikan dengan Tingkat infeksi menurun, Pencegahan infeksi pencegahan infeksi
efek prosedur invasive dengan kriteria hasil : Observasi : Observasi :
a. Kebersihan tangan a. Monitor tanda dan a. Untuk mengetahui
meningkat gejala infeksi lkal adanya tanda dan
b. Kebersihan badan dan iskemik gejala infeksi
meningkat
c. Nyeri menurun
Terapeutik :
d. Kadar sel darah pputih Terapeutik : a. Agar klien dapat
membaik a. Batasi jumlah beristirahat
(L.14137) pengunjung b. Untuk engurangi

b. Berikan perawatan terjadinya edema

kulit pada area secara berangsur lama

edema c. Untuk mengurangi

c. Cuci tangan terjadinya infeksi

sebelum dan
sesudah kontak Edukasi :
dengan pasien
a. Uagar klien dan
danlingkungan
keluarga mengetahui
pasien
ap aitu infeksi
b. Untuk mengurangi
Edukasi : terjadinya infeksi

a. Jelaskan tanda dan c. Untuk memberikan

gejala infeksi perawatan luka di

b. Ajarkan mencuci rumah

tangan dengan benar d. Untuk

c. ajarkan cara mempertahankan

memeriksa kondisi nutrisi yang adekuat


luka atau luka e. Untuk
operasi mempertahankan
d. Anjurkan cairan didalam tubuh
meningkatkan agar tetap seimbang
asupan nutrisi
e. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan

(L.14539)
Daftar Pusataka

Ifanka, M. (2021). LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KEPERAWATAN MATERNITAS


PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA. Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Yogyakarta .

PPNI, T. P. (2016). Standar Diangnosa Keperawatan Indonesia . Jakasrta Selatan: Dewan


Pengurus Pusat dan Persatuan Perawatan Nasioal Indonesia .

PPNI, T. P. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia . Jakarta Selatan : Dewan


Pengurus Pusat dan Persatuan Perawatan Nasional Indonesia .

PPNI, T. P. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia . Jakarta Selatan : Dewan


Pengurus Pusat dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia .

Rohani, S. B. (2019). asuhan keperawatan pada pasien post partum dengan Sectio Caesare
diruang flamboyan . Denpasar .

Sabella, V. (2019). Tinjauan Pustaka post partum dengan Sectio Caesare . Yogyakarta .

SHOLIHAH, D. (2019). Konsep Sectio Caesare . Stikes Perintis Padang .

SUIP. (2014). LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM DENGAN SECTIO CAESARE .


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI YOGYAKARTA .

TAVIYANDA, D. (2017). ADAPTASI PSIKOLOGIS PADA IBU POST PARTUM


PRIMIGRAVIDA SECTIO CAESAREA DAN PARTUS NORMAL DI RUANG SARAH
KANDUNGAN DAN KEBIDANAN) RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI. Perpustakaan
Universitas Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai