Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL
Diajukan Untuk Memenuhi Salahsatu Tugas Praktik Klinik Keperawatan Jiwa
Dosen Pembimbing : Khrisna Wisnusakti, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh :
Euis Ulfa Mayasari
211120089

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (D-3)


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2022
I. KONSEP TEORI
A. Definisi
Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh individu dan
dipersepsikan disebabkan orang lain dan sebagai kondisi yang negatif dan
mengancam. Kondisi isolasi sosial seseorang merupakan ketidakmampuan klien
dalam mengungkapkan perasaan klien yang dapat menimbulkan klien
mengungkapkan perasaan klien dengan kekerasan (Sukaesti, 2018 dalam Putri &
Pardede, 2022). Isolasi sosial adalah kondisi dimana pasien selalu merasa sendiri
dengan merasa kehadiran orang lain sebagai ancaman (Ningsih, 2021).
Isolasi sosial merupakan keaadaan seseorang yang mengalami penurunan bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain karena mungkin merasa
ditolak, kesepian dan tidak mampu menjalin hubungan yang baik antar sesama
(Lombu, 2021). Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seseorang individu
mengalami perilaku menarik diri, serta penurunan atau bahkan sama sekali tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain, terutama untuk mengungkapkan dan
mengonfirmasi perasaan negatif dan positif yang dialaminya (Harefa, 2021).
B. Etiologi
Pasien dengan masalah kekurangan keterampilan sosial, tidak biasa berkomunikasi
dengan orang lain secara efektif, mengalami kesulitan dalam menjalin pertemanan,
mampu memecahkan masalah, menemukan dan memelihara pekerjaan, yang
merupakan alasan mereka mengisolasi diri masyarakat, keterampilan sosial yang
buruk terkait erat dengan kekambuhan penyakit dan pasien kembali ke rumah sakit
(Pardede & Ramadia, 2021)
1. Predisposisi
Predisposisi adalah ada juga faktor presipitasi yang menjadi penyebab antara lain
adanya stressor sosial budaya serta stressor psikologis yang dapat menyebabkan
klien mengalami kecemasan (Arisandy, 2017). tahap pertumbuhan dan
perkembangan yang belum dapat dilalui dengan baik, adanya gangguan
komunikasi didalam keluarga, selain itu juga adanya norma-norma yang salah
yang dianut dalam keluarga serta faktor biologis berupa gen yang diturunkan dari
keluarga yang menyebabkan gangguan jiwa.
2. Presipitasi
Merupakan faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami isolasi sosial:
menarik diri adalah adanya tahap pertumbuhan dan perkembangan yang belum
dapat dilalui dengan baik, adanya gangguan komunikasi didalam keluarga, selain
itu juga adanya norma-norma yang salah yang dianut dalam keluarga serta faktor
biologis berupa gen yang diturunkan dari keluarga yang menyebabkan klien
menderita gangguan jiwa (Arisandy, 2017).
C. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala isolasi sosial (Damanik, Pardede, & Manalu, 2020).meliputi :
1. Kurang spontan
2. Apatis (acuh tak acuh terhadap lingkungan)
3. Ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi sedih)
4. Afek tumpul
5. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri
6. Tidak ada atau kurang terhadap komunikasi verbal
7. Menolak berhubungan dengan oranglain
8. Mengisolasi diri (menyendiri)
9. Kurang sadar dengan lingkungan sekitarnya
10. Asupan makan dan minuman terganggu
11. Aktivitas menurun dan rendah diri
Menurut Sucizti (2019) tanda dan gejala sebagai berikut :
1. Subjektif
a. Perasaan sepi
b. Perasaan tidak aman
c. Perasan bosan dan waktu terasa lambat
d. Ketidakmampun berkonsentrasi
e. Perasaan ditolak
2. Objektif
a. Banyak diam
b. Tidak mau bicara
c. Menyendiri
d. Tidak mau berinteraksi
e. Tampak sedih
f. Ekspresi datar dan dangkal
g. Kontak mata kurang
D. Rentang respon
Dalam membina hubungan sosial, individu berada dalam rentang respon adapatif dan
maladaptif. Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku. Sedangkan respon maladaptif
merupakan respon yang dilakukan individu untuk menyelesaikan masalah yang
kurang dapat diterima oleh norma sosial dalam budaya setempat. Berikut rentang
respon sosial menurut Stuart (2016) :

Adaptif Maladaptif

✓ Menyendiri
✓ Kesendirian ✓ Manipulasi
✓ Otonomi
✓ Menarik diri ✓ Impulsif
✓ Bekerjasama
✓ Ketergantungan ✓ Narcisisme
✓ Saling tergantung

Keterangan :
1. Respons adaptif
a. Solitude (menyendiri)
Respon yang dibutuhkan seseorang untuk mengendalikan perilaku mereka
sendiri saat menerima dukungan saat bantuan dari orang yang berarti dan
diperlukan (Stuart,2016).
b. Otonomi
Kemampuan individu dalam mengendalikan perilaku mereka sendiri,
membangun ikatan afektif yang kuat untuk kepribadian yang matang
(Stuart,2016).
c. Mutualisme atau bekerja sama
Kemampuan individu untuk menerima,membangun ikatan afektif yang kuat
dengan orang lain (Stuart,2016). Kemampuan Menyendiri Otonomi
Bekerjasama Saling tergantung Kesendirian Menarik diri Ketergantungan
Manipulasi Impulsif Narcisisme individu untuk saling memberi dan
menerima dalam hubungan sosial (Sutejo, 2019).
d. Interdependen atau saling ketergantungan
Dalam hubungan antara manusia biasanya mengembangkan keseimbangan
perilaku dependen dan independen (Stuart, 2016).
2. Respons maladaptive
a. Merasa sendiri (kesepian) merasa tidak tahan atau yang lain menganggap
bahwa dirinya sendirian dalam menghadapi masalah, cenderung pemalu,
sering merasa tidak percaya diri dan minder (Muhith, 2015).
b. Menarik diri suatu keadaan di mana seseorang menemukan kesulitan dalam
membina hubungan secara terbuka dengan orang lain (Muhith, 2015).
c. Tergantungan (Dependen) Seseorang yang gagal mengembangkan
kemampuannya untuk berfungsi secara sukses, merasa kesulitan yang
beresiko menjadi gangguan depresi dan gangguan cemas sehingga
berkecenderungan berpikiran untuk bunuh diri (Muhith, 2015).
d. Manipulasi perilaku dimana orang memperlakukan orang lain sebagai objek
dan bentuk hubungan yang berpusat di sekitar isuisu kontrol dan perilaku
mereka sulit dipahami (Stuart, 2016).
e. Impulsif suatu keadaan marah ketika orang lain tidak mendukung ketidak
mampuan untuk merencanakan sesuatu, ketidak mampuan belajar dari
pengalaman dan tidak dapat diandalkan (Stuart, 2016).
f. Narcisme orang dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki harga diri
yang rapuh, mendorong mereka untuk mencari pujian dan kekaguman secara
terus-menerus, penghargaan, sikap yang egosentrik, iri hati dan marah ketika
orang lain tidak mendukungnya (Stuart, 2016).
E. Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu
kesepian nyata yang mengacam dirinya, kecemasa koping yang sering yang
digunakan adalah regras dan isolasi (Fairly,2018). Mekanisme koping yang
berhubungan dengan respons sosial yang maladaptif merupakan upaya untuk
mengatasi ansietas yang berhubungan dengan ancaman atau kesepian yang dialami.
Orang dengan ganggua kepribadian antisosial sering menggunakan pertahanan
proyeksi dan pemisahan (Stuart, 2016).
1. Proyeksi Menempatkan tanggung jawab atas peilaku isolasi sosial diluar diri
sendiri
2. Pemisahan Karakteristik dari seseorang isolasi sosial. Pemisahan adalah
ketidakmampuan untuk mengintegrasikan aspek baik dan buruk dari diri sendiri
dan berbagai objek
3. Identifikasi proyektif Mekanisme pertahanan yang kompleks. Klien
memproyeksikan bagian dari dirinya kepada orang lain, yang sering tidak
menyadari hal tersebut (Stuart, 2016).
F. Sumber koping
Sumber koping merupakan pilihan atau strategi bantuan untuk memutuskan
mengenai apa yang dapat dilakukan dalam menghadapi suatu masalah. Dalam
menghadapi stressor klien dapat menggunakan koping yang dimilikinya baik internal
ataupun eksternal (Satrio, dkk, 2015).
1. Kemampuan personal
Kemampuan kognitif meliputi kemampuan yang sudah atau pun yang belum
dimiliki klien didalam mengidentifikasi masalah, menilai dan menyelesaikan
masalah, sedangkan kemempuan afektif meliputi kemampuan untuk
meningkatkan konsep diri kliendan kemampuan perilaku terkait dengan
kemampuan melakukan tindakan yang adekuat dalam menyelesaikan stressor
yang dialami (Satrio, dkk, 2015).
2. Dukungan Sosial
Sumber dukungan isolasi social pada klien dengan isolasi social meliputi
dukungan yang di miliki klien baik yang di dapatkan dari keluarga, perawat
maupun dari lingkungan sekitar klien. Untuk mampu memberikan dukungan
sosial kepada klien dengan isolasi social keluarga harus mengenal masalah,
menentukan masalah, dan menyelesaikan masalah ( Satrio, dkk 2015).
3. Aset material
Aset material yang dapat diperoleh meliputi dukungan financial, sistem
pembiayaan layanan kesehatan seperti asuransi kesehatan ataupun program
layanan kesehatan bagi masyarakat miskin, kemudahan mendapatkan fasilitas
dan layanan kesehatan serta keterjangkauan pembiayaan pelayanan kesehatan
dan ketersediaan sarana transportasi untuk mencapai layanan kesehatan selama
dirumah sakit maupun setelah pulang (Satrio, dkk. 2015).
4. Keyakinan positif
Keyakinan positif adalah keyakinan diri yang menimbulkan motivasi dalam
menyelesaikan segala stressor yang dihadapi. Keyakinan positif diperoleh dari
keyakinan terhadap kemampuan diri dalam mengatasi ketidakmampuan klien
dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar (Satrio, dkk. 2015).

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, status mental, suku bangsa,
alamat, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, no medrec, diagnose medis
b. Identitas keluarga
Nama, umur, agama, pekerjaan, hubungan dnegan klien dan alamat
2. Alasan Masuk
Menanyakan kepada klien/keluarga/pihak yang berkaitan dan tulis hasilnya, apa
yang menyebabkan klien datang kerumah sakit, apa yang sudah dilakukan oleh
klien/keluarga sebelumnya atau dirumah untuk mengatasi masalah ini dan
bagaimana hasilnya.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Menanyakan riwayat timbulnya gejala gangguan jiwa saat ini, penyebab
munculnya gejala, upaya yang dilakukan keluarga untuk mengatasi dan
bagaimana hasilnya.
4. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu,
pengobatan yang pernah dilakukan sebelumnya, adanya trauma masa lalu, faktor
genetik dan silsilah orang tuanya dan pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan.
5. Pemeriksaan Fisik
Mengkaji keadaan umum klien, tanda-tanda vital, tinggi badan/ berat badan,
ada/tidak keluhan fisik seperti nyeri dan lain-lain.
6. Pengkajian Psikososial
a. Genogram
Membuat genogram beserta keterangannya untuk mengetahui kemungkinan
adanya riwayat genetik yang menyebabkan menurunkan gangguan jiwa.
b. Konsep Diri
Citra tubuh, bagaimana persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuhnya
yang paling/tidak disukai.
1) Identitas diri, bagaimana persepsi tentang status dan posisi klien sebelum
dirawat, kepuasan klien terhadap suatu/posisi tersebut, kepuasan klien
sebagi laki-laki atau perempuan.
2) Peran, bagaimana harapan klien terhadap tubuhnya, posisi, status,
tugas/peran yang harapannya dalam keluarga, kelompok, masyarakat dan
bagaimana kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/peran tersebut.
3) Ideal diri, bagaimana harapan klien terhadap tubuhnya, posisi, status,
tugas/peran dan harapan klien terhadap lingkungan.
4) Harga diri, bagaimana persepsi klien terhadap dirinya dalam
hubungannya dengan orang lain sesuai dengan kondisi dan bagaimana
penilaian/ penghargaan orang lain terhadap diri dan lingkungan klien.
c. Hubungan Sosial
Mengkaji siapa orang yang berarti/terdekat dengan klien, bagaimana peran
serta dalam kegiatan dalam kelompok/masyarakat serta ada/tidak hambatan
dalam berhubungan dengan orang lain.
d. Spiritual
Apa agama/keyakinan klien. Bagaimana persepsi, nilai, norma, pandangan
dan keyakinan diri klien, keluarga dan masyarakat setempat tentang gangguan
jiwa sesui dengan norma budaya dan agama yang dianut.
e. Status Mental
1) Penampilan
Observasi penampilan umum klien yaitu penampilan usia, cara
berpakaian, kebersihan, sikap tubuh, cara berjalan, ekspresi wajah, kontak
mata.
2) Pembicaraan
Bagaimana pembicaraan yang didapatkan pada klien, apakah cepat, keras.
Gagap, inkoheren, apatis, lambat, membisu dan lain-lain.
3) Aktivitas motorik (psikomotor)
Aktivitas motorik berkenaan dengan gerakan fisik perlu dicacat dalam hal
tingkat aktivitas (latergik, tegang, gelisah, agitasi), jenis (TIK, tremor) dan
isyarat tubuh yang tidak wajar.
4) Afek dan emosi
Afek merupakan nada perasaan yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan yang menyertai suatu pikiran dan berlangsung relatif lama
dan dengan sedikit komponen fisiologis/fisik serta bangga, kecewa.
Emosi merupakan manifestasi afek yang ditampilkan/diekspresikan
keluar, disertai banyak komponen fisiologis dan berlangsung relatif lebih
singkat/spontan seperti sedih, ketakutan, putus asa, kuatir atau gembira
berlebihan.
5) Interaksi selama wawancara
Bagaimana respon klien saat wawancara, kooperatif/tidak, bagaimana
kontak mata dengan perawat dan lain-lain.
6) Persepsi sensori
Memberikan pertanyaan kepada klien seperti
“apakah anda sering mendengar suara saat tidak ada orang?
Apa anda mendengar suara yang tidak dapat anda lihat?
Apa yang anda lakukan oleh suara itu.
Memeriksa ada/ tidak halusinasi, ilusi.
7) Proses pikir
Bagaimana proses pikir klien, bagaimana alur pikirnya
(koheren/inkoheren), bagaimana isi pikirannya realitas/tidak.
8) Kesadaran
Bagaimana tingkat kesadaran klien menurun atau meninggi.
9) Orientasi
Bagaimana orientasi klien terhadap waktu, tempat dan orang.
10) Memori
Apakah klien mengalami gangguan daya ingat, seperti: efek samping dari
obat dan dari psikologis.
11) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Apakah klien mengalami kesulitan saat berkonsentrasi, bagaimana
kemampuan berhitung klien, seperti: disaat ditanya apakah klien
menjawab pentanyaan sesuai dengan yang ditanyakan oleh observer.
f. Kemampuan penilaian
1) Daya tilik diri
Apakah klien mengingakari penyakit yang diderita, apakah klien
menyalahkan hal-hal diluar dirinya.
2) Kebutuhan persiapan pulang
Apakah dalam melakukan kebutuhan sehari-hari seperti makan,
BAB/BAK, mandi, berpakaian/ berhias, istirahat tidur, penggunaan obat,
pemeliharaan kesehatan, kegiatan didalam rumah/luar rumah
memerlukan bantuan atau pendampingan dari perawat/keluarga.
3) Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya melindungi diri sendiri dari pengalaman
yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologik.
4) Masalah Psikososial dan Lingkungan
Setiap perubahan dalam kehidupan individu baik yang bersifat psikologis
atau social yang memberikan pengaruh timbal balik dan dianggap
berpotesi cukup besar sebagai faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa
atau gangguan kesehatan secara nyata atau sebaliknya masalah kesehatan
jiwa yang berdampak pada lingkungan sosial.
5) Pengaruh kurang pengetahuan
Suatu keadaan dimana seorang individu atau kelompok mengalami
defisiensi pengetahuan kognitif atau ketrampilan-ketrampilan

psikomotor berkenaan dengan kondisi atau rencana


pengobatan.
B. Analisa data
No Data Masalah
1 DS : Gangguan isolasi sosial
1. Klien mengatakan jarang mengobrol
dengan keluarga.
2. Klien mengatakan semenjak
mengalami gangguan jiwa klien tidak
pernah mengikuti kegiatan
bermasyarakat.
3. Klien mengatakan tidak mempunyai
teman dekat.
4. Klien mengatakan lebih sering
menyendiri.

Do :
1. Klien sering menghindari
pembicaraan.
2. Klien terlihat lemas, malas, sedih, dan
tidak bersemangat.
3. Cara bicara klien lemah dan dengan
nada rendah.
4. Klien kurang kooperatif dan sering
Harga diri rendah
5. Klien lebih sering menyendiri dan
tidak mengkuti kegiatan ruangan.
6. Afek klien tumpul dan hanya
berbicara seperlunya

C. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan isolasi sosial

D. Rencana asuhan keperawatan


Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Pasien mampu : Setelah ….x pertemuan SP I
1. Menyadari klienmampu: 1. Identifikasi penyebab
penyebab isolasi • Siapa yang satu rumah
sosial 1. Membina hubungan dengan pasien
2. Berinteraksi saling percaya • Siapa yang dekat dengan
dengan orang lain 2. Menyadari penyebab pasien
isolasi sosial, • Siapa yang tidak dekat
keuntungan dan dengan pasien
2. Tanyakan keuntungan dan
kerugian berinteraksi kerugian berinteraksi dengan
dengan orang lain orang lain
3. Melakukan interaksi • Tanyakan pendapat
dengan orang lain pasien tentang kebiasaan
secara bertahap berinteraksi dengan orang
lain
• Tanyakan apa yang
menyebabkan pasien
tidak ingin berinteraksi
dengan orang lain
• Diskusikan keuntungan
bila pasien memiliki
banyak teman dan bergaul
akrab dengan mereka
• Diskusikan kerugian bila
pasien hanya mengurung
diri dan tidak bergaul
dengan orang lain
• Jelaskan pengaruh isolasi
sosial terhadap kesehatan
fisik pasien
3. Latih berkenalan
• Jelaskan kepada klien
cara berinteraksi dengan
orang lain
• Berikan contoh cara
berinteraksi dengan orang
lain
• Beri kesempatan pasien
mempraktekkan cara
berinteraksi dengan orang
lain yang dilakukan di
hadapan perawat
• Mulailah bantu pasien
berinteraksi dengan satu
orang teman / anggota
keluarga
• Bila pasien sudah
menunjukkan kemajuan,
tingkatkan jumlah
interaksi dengan 2,3,4
orang dan seterusnya
• Beri pujian untuk setiap
kemajuan interaksi yang
telah dilakukan oleh
pasien
• Siap mendengarkan
ekspresi perasaan pasien
setelah berinteraksi
dengan orang lain,
mungkin pasien akan
mengungkapkan
keberhasilan atau
kegagalannya, beri
dorongan terus menerus
agar pasien tetap
semangat meningkatkan
interaksinya.
4. Masukkan jadwal kegiatan
pasien

SP 2
1. Evaluasi SP1
2. Latih berhubungan sosial
secara bertahap
3. Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien
SP 3
1. Evaluasi SP1 dan 2
2. Latih cara berkenalan dengan 2
orang atau lebih
3. Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien
SP 4
1. Evaluasi SP1, 2 dan 3
2. Latih meningkatkan
kemampuan sosialisasi
klien
3. Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien
DAFTAR PUSTAKA

A.R., B. (2020). Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Terapi Musik Terhadap


Kemampuan Bersosialisasi Pada Pasien Isolasi Sosial Dengan Menggunakan
Literature Review. Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya:
http://repository.umtas.ac.id/id/eprint/82.

Anggraini, &. M. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada An S Dengan Gangguan Persepsi
Sensori Halusinasi Pendengaran. . Universitas Kusuma Husada Surakarta. .

Apriliani, D. &. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Isolasi Sosial: Menarik Diri
Dengan Menerapkan Terapi Social Skill Trainning. Diss. Sriwijaya.

Dermawan, D. &. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Ernawati, d. (2009). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans Info
Media.

Anda mungkin juga menyukai