Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)


Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik Lapangan Keperawatan Medikal Bedah II
Dosen Pembimbing : Susilawati., M.Kep., Ns., Sp.KMB

Disusun Oleh :
Euis Ulfa Mayasari
211120089
3B

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (D-3)


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHAMD YANI
CIMAHI
2023
A. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan kerusakan ginjal yang menyebabkan
ginjal tidak dapat membuang racun dan produk sisa darah, yang ditandai adanya
protein dalam urin dan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) yang berlangsung
selama lebih dari tiga bulan (Hanggraini dkk, 2020).
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang ireversibel pada suatu derajat dimana memerlukan
terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Salah
satu sindrom klinik yang terjadi pada gagal ginjal adalah uremia. Hal ini disebabkan
karena menurunnya fungsi ginjal (Ulianingrum, 2017).
Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease/ CKD) adalah gangguan fungsi ginjal
yang progresif dan irreversible, dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektolit sehingga
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitroen lain dalam darah) (Smeltzer
& Bare,2008).
2. Etiologi
Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit lainnya.
Penyebab yang sering adalah diabetes mellitus dan hipertensi. Selain itu ada
penyebab lainnya dari gagal ginjal kronis diantaranya :
a. Penyakit dari ginjal :
1) Penyakit pada saringan (glomerulus) : glomerulonefritis.
2) Infeksi kronis : pyelonefritis, ureteritis.
3) Batu ginjal : nefrolitiasis.
4) Kista di ginjal : polcystis kidney.
5) Trauma langsung pada ginjal.
6) Keganasan pada ginjal.
7) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur
b. Penyakit umum di luar ginjal :
1) Penyakit sistemik : diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi
2) Dyslipidemia
3) SLE (Systemic Lupus Erythematosus)
4) Infeksi di badan : TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis
5) Preeklampsia
6) Obat-obatan
7) Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar)
3. Patofisiologi / Fathway
Disfungsi ginjal mengakibatkan keadaan patologik yang komplek termasuk
diantaranya penurunan GFR (Glumerular Filtration Rate), pengeluaran produksi
urine dan eksresi air yang abnormal, ketidakseimbangan elektrolit dan metabolik
abnormal. Homeostatis dipertahankan oleh hipertropi nefron. Hal ini terjadi karena
hipertrofi nefron hanya dapat mempertahankan eksresi solates dan sisa-sisa
produksi dengan jalan menurunkan reabsorbsi air sehingga terjadi hipostenuria
(kehilangan kemampuan memekatkan urin) dan polyuria adalah peningkatan output
ginjal.
Hipostenuria dan polyuria adalah tanda awal CKD dan dapat menyebabkan
dehidrasi ringan. Perkembangan penyakit selanjutnya, kemampuan memekatkan
urin menjadi semakin berkurang. Osmolitasnya (isotenuria). Jika fungsi ginjal
mencapai tingkat ini serum BUN meningkat secara otomatis, dan pasien akan
beresiko kelebihan beban cairan seiring dengan output urin yang makin tidak
adekuat.
Pasien dengan CKD mungkin menjadi dehidrasi/ mengalami kelebihan beban
cairan tergantung pada tingkat gagal ginjal. Perubahan metabolik pada gagal ginjal
juga menyebabkan gangguan eksresi BUN dan kreatinin. Kreatinin sebagian
dieksresikan oleh tubulus ginjal dan penurunan fungsi ginjal berdampak pada
pembentukan serum kreatinin. Adanya peningkatan konsentrasi BUN dan kreatinin
dalam darah disebut azotemia dan merupakan salah satu petunjuk gagal ginjal.
Perubahan kardiak pada CKD menyebabkan sejumlah gangguan system
kardiovaskuler. Manifestasi umumnya diantaranya anemia, hipertensi, gagal
jantung kongestif, dan perikaraitis, anemia disebabkan oleh penurunan tingkat
eritropetin, penurunan masa hidup sel darah merah akibat dari uremia, defisiensi
besi dan asam laktat dan perdarahan gastrointestinal. Hipertropi terjadi karena
peningkatan tekanan darah akibat overlood cairan dan sodium dan kesalahan fungsi
system renin. Angiostin aldosteron CRF menyebabkan peningkatan beban kerja
jantung karena anemia, hipertensi, dan kelebihan cairan (Brunner & Suddart, 2007)
Fathway, (Prabowo,Eko. 2014) :
Gagal ginjal

Gangguan reabsorbsi Hipernatremis Produksi urin


Proses hemodialisa ↓ ↓ turun
kontinyu Hiponatremia Retensi cairan ↓
↓ ↓ ↓ Gangguan
Tindakan invasif Vol. Vaskuler turun Vol. Vaskuler Eliminasi
berulang ↓ meningkat Urin
↓ Hipotensi ↓
Injury jaringan ↓ permeabilitas kapiler
↓ Perfusi turun meningkat
Risiko Infeksi ↓ ↓
Ketidakefektifan Oedema
Perfusi Jaringan ↓
Perifer Stagansi vena

Infiltrasi

Gangguan integritas
kulit/jaringan

Informasi
inadekuat Defisiensi energi Oedema pulmonal
↓ sel ↓
Ansietas ↓ Ekspansi paru
↓ Intoleransi turun
Stress ulser Aktivitas ↓
↓ Retensi CO2
HCL meningkat ↓
↓ Asidosis
Mual muntah Respiratok
↓ ↓
Defisit Nutrisi Gangguan
Pertukaran Gas

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik menurut (Suyono,2008) adalah sebagai berikut;
a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada dan sesak nafas akibat dari perikarditis, efusi perikardiak
dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan
edema
b. Gangguan pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein
dalam usus,perdarahan pada saluran gastrointestinal,ulserasi dan perdarahan
mulut, nafas bau amoniak
d. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg syndrom (pegal pada kaki), burning feet syndro(rasa kesemutan dan
terbakar pada telapak kaki,tremor, miopati
e. Gangguan integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia, dan kekuning-kuningan, gatalgatal akibat
toksik, kuku tipis dan rapuh
f. Gangguan endokrin
Gangguan seksual, libido, fertilitasdan ereksi menurun, gangguan menstruasi
dan aminore
g. Gangguan elektrolitdan keseimbangan asam basa
Biasanya retensi garam dan air, tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis dan hiperkalemia
h. Sistem hematologi
Anemia yang disebabkan berkurangnya produksi eritropoetin, dapat juga terjadi
gangguan trombosis dan trombositopenia
5. Klasifikasi
Pengukuran fungsi ginjal terbaik adalah dengan mengukur Laju Filtrasi Glomerulus
(LFG). Melihat nilai laju filtrasi glomerulus ( LFG ) baik secara langsung atau
melalui perhitungan berdasarkan nilai pengukuran kreatinin, jenis kelamin dan
umur seseorang. Pengukuran LFG tidak dapat dilakukan secara langsung, tetapi
hasil estimasinya dapat dinilai melalui bersihan ginjal dari suatu penanda filtrasi.
Salah satu penanda tersebut yang sering digunakan dalam praktik klinis adalah
kreatinin serum. Ada 5 tingkatkan gagal ginjal kronis antara lain :
a. Stage 1 : Kerusakan ginjal (ditemukannya protein dalam urin) dengan GFR
normal
b. Stage 2 : Kerusakan ginjal dan adanya penurunan GFR yang sedikit
c. Stage 3 : Kerusakan ginjal dan adanya penurunan GFR yang moderat
d. Stage 4 : Kerusakan ginjal dan adanya penurunan GFR yang parah
e. Stage 5 : Gagal ginjal terminal .

Nilai GFR (Glomelurus Filtration Rate) :

Pria : (140 – usia) ꓫ BB (Kg)


Perempuan : GFR Pria ꓫ 0,85

72 ꓫ serum kreatinin

6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien Chronic Kidney Disease
(CKD), antara lain (Monika, 2019):
a. Hematologi
1) Hemoglobin: HB kurang dari 7-8 g/dl
2) Hematokrit: Biasanya menurun
3) Eritrosit
4) Leukosit
5) Trombosit
b. LFT (Liver Fungsi Test)
c. Elektrolit (Klorida, kalium, kalsium)
1) AGD : penurunan asidosis metabolik (kurang dari 7 : 2) terjadi karena
kehilangan kemampuan ginjal untuk mengekskresikan hidrogen dan
ammonia atau hasil akhir.
2) Kalium : peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai dengan
perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan hemolysis.
d. Urine rutin
1) Urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
2) Volume : kurang dari 400ml/jam, oliguri, anuria
3) Warna : secara abnormal urine keruh, disebabkan bakteri, partikel, koloid
dan fosfat.
4) Sedimen : kotor, kecoklatan menunjukan adanya darah, Hb, mioglobin,
porfirin.
5) Berat jenis : kurang dari 1.015 (menetap pada 1,015) menunjukkan
kerusakan ginjal berat.
e. EKG EKG : mungkin abnormal untuk menunjukkan keseimbangan elektrolit
dan asam basa.
f. Endoskopi ginjal : dilakukan secara endoskopik untuk menentukkan pelvis
ginjal, pengangkatan tumor selektif.
g. USG abdominal
h. CT scan abdominal
i. Renogram RPG (Retio Pielografi) katabolisme protein bikarbonat menurun
PC02 menurun Untuk menunjukkan abnormalis pelvis ginjal dan ureter.
7. Penatalaksanaan klinik
Pengkajian klinik menentukan jenis penyakit ginjal, adanya penyakit penyerta,
derajat penurunan fungsi ginjal, komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal, factor
resiko untuk penurunan fungsi ginjal, dan factor risiko untuk penyakit
kardiovaskular. Penatalaksanaan menurut (Huda, 2016) yaitu:
a. Terapi penyakit ginjal
b. Pengobatan penyakit penyerta
c. Penghambatan penurunan fungsi ginjal
d. Pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskular
e. Pencegahan dan pengobatan komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal
f. Terapi pengganti ginjal dengan dialysis atau transplantasi jika timbul gejala dan
tanda uremia
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis adalah
(Prabowo, 2014)) :
a. Penyakit Tulang.
Penurunan kadar kalsium secara langsung akan mengakibatkan
dekalsifikasimatriks tulang, sehingga tulang akan menjadi rapuh dan jika
berlangsung lama akan menyebabkan fraktur pathologis.
b. Penyakit Kardiovaskuler.
Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik akan berdampak secara sistemik
berupa hipertensi, kelainan lifid, intoleransi glukosa, dan kelainan
hemodinamik (sering terjadi hipertrofi ventrikel kiri).
c. Anemia.
Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian
hormonal (endokrin). Sekresi eritropoeitin yang mengalami defiensi di ginjal
akan mengakibatkan penurunan hemoglobin.
d. Disfungsi seksual.
Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering mengalami
penurunan dan terjadi impoten pada pria. Pada wanita dapat terjadi
hiperprolaktinemia.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan fase pertama dalam proses keperawatan. Data yang
dikumpulkan dalam pengkajian antara lain :
a. Identitas
1) Identitas Klien
Identitas klien meliputi Nama, usia, alamat, jenis kelamin, pendidikan,
agama, suku bangsa, ruang rawat, tanggal dirawat, tanggal dikaji, No RM
dan diagnose medis.
2) Identitas Penanggung Jawab
Identitas penanggung jawab meliputi nama, Pendidikan,umur,pekerjaandan
hubungan dengan klien.
b. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan atau gejala saat awal dilakukan pengkajian yang
menyebabkan pasien berobat (Hidayat, 2021). Keluhan berupa urine output
menurun (oliguria) sampai pada anuria, penurunan kesadaran karena
komplikasi pada sistem sirkulasi-ventilasi, anoreksia, mual dan muntah, fatigue,
napas berbau urea, dan pruritus. Kondisi ini dipicu oleh karena penumpukan zat
sisa metabolisme/toksik dalam tubuh karena ginjal mengalami kegagalan
filtrasi.
c. Riwayat penyakit sekarang
1) Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada dan sesak nafas akibat dari perikarditis, efusi
perikardiak dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama
jantung dan edema
2) Gangguan pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara
krekels.
3) Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein
dalam usus,perdarahan pada saluran gastrointestinal,ulserasi dan
perdarahan mulut, nafas bau amoniak
4) Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg syndrom (pegal pada kaki), burning feet syndro(rasa kesemutan
dan terbakar pada telapak kaki,tremor, miopati
5) Gangguan integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia, dan kekuning-kuningan, gatalgatal
akibat toksik, kuku tipis dan rapuh
6) Gangguan endokrin
Gangguan seksual, libido, fertilitasdan ereksi menurun, gangguan
menstruasi dan aminore
7) Gangguan elektrolitdan keseimbangan asam basa
Biasanya retensi garam dan air, tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium
dan dehidrasi, asidosis dan hiperkalemia
8) Sistem hematologi
Anemia yang disebabkan berkurangnya produksi eritropoetin, dapat juga
terjadi gangguan trombosis dan trombositopenia
d. Riwayat Kesehatan dahulu
Pada pasien CKD biasanya terdapat Penyakit pada saringan
(glomerulonephritis), infeksi kronis (pyelonefritis, ureteritis), batu ginjal
(nefrolitiasis), Trauma langsung pada ginjal, keganasan pada ginjal, penyakit
sistemik (diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi), infeksi di badan (TBC
paru, sifilis, malaria, hepatitis) dan kehilangan banyak cairan yang mendadak
(luka bakar).
e. Riwayat Kesehatan keluarga
CKD bukan penyakit menular atau menurun, sehingga silsilah keluarga tidak
terlalu berdampak pada penyakit ini. Namun pencetus sekunder seperti DM dan
hipertensi memiliki pengaruh terhadap penyakit gagal ginjal kronik, karena
penyakit tersebut bersifat herediter.
f. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik menurut (Muttaqin & Sari, 2014) pada pasien Chronic
Kidney Disease (CKD), sebagai berikut:
1) Pemeriksaan TTV
a. Tekanan darah
Pada pasien CKD tekanan darah cenderung mengalami peningkatan dari
hipertensi ringan hingga berat.
b. Nadi
Pada pasien CKD biasanya teraba kuat dan jika disertai dengan disritmia
jantung nadi akan teraba lemah halus.
c. Suhu
Pada pasien CKD biasanya suhu akan mengalami peningkatan karena
adanya sepsis atau dehidrasi sehingga terjadi demam.
d. Frekuensi pernapasan
Pada pasien CKD akan cenderung meningkat karena terjadi takipnea
dan dispnea.
e. Keadaan umum
Pada pasien CKD cenderung lemah dan nampak sakit berat sedangkan
untuk tingkat kesadaran menurun karena sistem saraf pusat yang
terpengaruhi sesuai dengan tingkat uremia yang mempengaruhi
2) Sistem Pernafasan (Braething)
Klien bernafas dengan bau urine, sering didapat pada fase ini. Pola nafas
cepat dan dalam merupakan upaya untuk melakukan pembuangan
karbondioksida yang menumpuk di sirkulasi.
3) Sistem Kardiovaskuler (Blood)
Didapat tanda dan gejala gagal jantung kongestif. Tekanan darah meningkat,
akral dingin, CRT > 3 detik, palpitasi, nyeri dada dan sesak nafas. Gangguan
irama jantung, edema penurunan perfusi perifer sekunder dari penurunan
curah jantung akibat hiperkalemi. Pada hematologi sering didapat adanya
anemia. Anemia sebagai akibat dari penurunan produksi eritropoetin
4) Sistem Persarafan (Brain)
Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, difungsi serebral, seperti
perubahan proses pikir dan disorientasi. Klien sering didapatkan adanya
kejang, kram otot, dan nyeri otot.
5) Sistem Perkemihan (Bladder)
Penurunan pengeluaran urine < 400 ml/hari, sampai anuri, terjadi penurunan
libido berat.
6) Sistem Pencernaan (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia, bau mulut amonia,
peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga sering
didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
7) Sistem Muskuloskeletal (Bone)
Didapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki.
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum dari anemia.
g. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat),
Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan
protein dan immunoglobulin)
b) Pemeriksaan Urin
Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM,
keton.
2) Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia,
dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia).
3) Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi kandung kemih serta prostate.
4) Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal
Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan
rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen.
2. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah

1 DS : - Gagal ginjal Gangguan integritas


↓ kulit/jaringan
Do : Hipernatremis
a. Kerusakan jaringan ↓
dan/atau lapisan kulit Retensi cairan
b. Perdarahan ↓
c. Kemerahan Vol. Vaskuler meningkat
d. hematoma ↓
permeabilitas kapiler
meningkat

Oedema

Stagansi vena

Infiltrasi

Gangguan integritas
kulit/jaringan
2 DS : Gagal ginjal Perfusi perifer tidak
a. Nyeri ekstremitas ↓ efektif
b. Parastesia Gangguan reabsorbsi

DO : Hiponatremia
a. CRT >3 detik ↓
b. Nadi perifer menurun Vol. Vaskuler turun
atau tidak teraba ↓
c. Akral teraba dingin Hipotensi
d. Warna kulit pucat ↓
e. Turgor kulit menurun Perfusi turun
f. edema ↓
Perfusi perifer tidak efektif

3 DS : Gagal ginjal Gangguan Eliminasi


a. desakan berkemih ↓ Urin
b. urin menetas Produksi urin
c. sering BAK turun
d. enuresis ↓
Gangguan Eliminasi Urin
DO :
a. distensi kandung kemih
b. berkemih tiak tuntas
c. volume residu urin
meningkat
4 DS : Gagal ginjal Intoleransi
a. Mengeluh Lelah ↓ Aktivitas
b. Dipsnea setelah Gangguan reabsorbsi
melakukan aktivitas ↓
c. Merasa tidak nyaman Hiponatremia
setelah beraktivitas ↓
d. Merasa lemah Vol. Vaskuler turun

DO : Hipotensi
a. Frekuensi jantung ↓
meningkat >20% dari Perfusi turun
kondisi istirahat ↓
b. TD brubah >20% dari Defisiensi energi sel
kondisi istirahat ↓
c. Gambaran EKG Intoleransi
menunjukkan aritmia Aktivitas
d. Gambaran EKG
menunjukkan iskemia
e. Sianosi
5 DS : Gagal ginjal Ansietas
a. Merasa bingung ↓
b. Sulit berkonsentrasi Proses hemodialisa
c. Mengeluh pusing kontinyu
DO : ↓
a. Tampak gelisah Tindakan invasif berulang
b. Frekuensi napas ↓
meningkat Informasi inadekuat
c. Nadi meningkat ↓
d. TD meningkat Ansietas
e. Tremor ↓
f. Muka tmapk pucat Stress ulser
g. Sering berkemih ↓
HCL meningkat

Mual muntah

Defisit Nutrisi

6 DS : Gagal ginjal Defisit Nutrisi


a. Cepat kenyang setelah ↓
makan Proses hemodialisa
b. Kram / nyeri abdomen kontinyu
c. Nafsu makan menurun ↓
Tindakan invasif berulang
DO : ↓
a. Bising usus hiperaktif Informasi inadekuat
b. Otot pengunyah lemah ↓
c. Membrane mukosa pucat Ansietas
d. serum abumin turun ↓
Stress ulser

HCL meningkat

Mual muntah

Defisit Nutrisi

7 Tindakan invasifeberulang Gagal ginjal Risiko Infeksi



Proses hemodialisa
kontinyu

Tindakan invasif berulang

Injury jaringan

Risiko Infeksi

8 DS : Gagal ginjal Gangguan


a. Dispnea ↓ Pertukaran Gas
b. Pusing Gangguan reabsorbsi
c. Penglihatan kabur ↓
Hiponatremia
DO : ↓
a. PCO2 meningkat Vol. Vaskuler turun
b. PO2 menurun ↓
c. Takikardia Oedema pulmonal
d. Bunyi napas tambahan ↓
e. Gelisah Ekspansi paru turun
f. Siaosis ↓
g. Napas cuping hidung Retensi CO2
h. Pola napas abnormal ↓
Asidosis Respiratok

Gangguan Pertukaran Gas
3. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi ditandai dengan dispnea, pusing, penglihatan kabur , PCO2 meningkat,
PO2 menurun, takikardia, bunyi napas tambahan, gelisah, siaosis, napas cuping
hidung, pola napas abnormal (D.0003)
b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin ditandai dengan nyeri ekstremitas, CRT >3 detik, nadi perifer
menurun atau tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit
menurun, edema (D. 0009)
c. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan kekurangan/kelenbihan
volume cairan ditandai dengan kerusakan jaringan atau lapisan kulit,
perdarahan, kemerahan (D.0192)
d. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung
kemih ditandai dengan desakan berkemih, urin menetas, sering BAK, enuresis
(D. 0040)
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan kemampuan menelan makanan ditandai
dengan cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan
menurun, bising usus hiperaktif, membrane mukosa pucat, serum albumin
turun (D.0019)
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
darah dan kebutuhan oksigen ditandai dengan mengeluh Lelah, dispnea setelah
melakukan aktivitas, merasa lemah, TD meningkat (D.0056)
g. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan merasa
bingung, sulit berkonsentrasi, mengeluh pusing, tampak gelisah, frekuensi
napas meningkat, tekanan darah meningkat, tremor, sering berkemih (D. 0080)
h. Risiko infeksi dibuktikan dengan malnutrisi (D.0142).
4. Rencana tindakan keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Gangguan pertukaran gas Pertukaran gas meningkat, Pemantauan respirasi Observasi :
berhubungan dengan dengan kriteria hasil : (I.01014) a. Untuk mengetahui
ketidakseimbangan a. Dispnea menurun frekuensi, irama,
ventilasi-perfusi b. Bunyi napas tambahan Observasi : kedalaman dan upaya
menurun a. Monitor frekuensi, Irama, napas
c. penglihatan kabur kedalama dan upaya napas b. Untuk mengetahui
menurun b. Monitor pola napas adanya perubahan pola
d. napas cuping hidung c. Monitor adanya sumbatan napas
menurun jalan napas c. Untuk mengetahui
e. PCO2 membaik d. Palpasi kesimetrisan adanya sumbatan jalan
f. PO2 membaik ekspansi paru napas
g. Takikardia membaik e. Auskultasi bunyi napas d. Untuk mengetahui
h. Sianosis membaik f. Monitor AGD apakah simetris atau
tidak organ paru
(L.01003) Terapeutik : e. Untuk mendengarkan
a. Atur interval pemantaua bunyi napas
nrespirasi sesuai keadaan f. Untuk melihat nilai
pasien AGD
b. Dokumentasi hasil Terapeutik :
pemantauan a. Untuk mengetahui
adanya napas abnormal
Edukasi : b. Untuk mencatat hasil
a. Jelaskan tujuan dan dari pemantauan
prosedur pemantauan respirasi
b. Informasikan hasil
pemantaun Edukasi :
a. Agar klien dapat
mengetahui apa yang
akan kita lakukan
b. Jelaskan hasil
pemantauan yang
dilakukan

2 Perfusi perifer tidak efektif Perfusi perifer meningkat, Perawatan sirkulasi Observasi :
berhubungan dengan dengan kriteria hasil : (I. 02079) a. Untuk mengetahui
penurunan konsentrasi a. Denyut nadi perifer sirkulasi perifer
hemoglobin meningkat Observasi : b. Untuk mengetahui
b. Warna kulit pucat a. Periksa sirkulasi perifer adanya risiko
menurun b. Identifikasi faktor risiko
c. Edema perifer menurun c. Monitor panas, kemerahan c. Untuk mengetahui
d. Nyeri ekstremitas atau bengkak pada kondisi siekulasi
menurun ektremitas perifer yang dilakukan
e. Kram otot menurun
f. Akral membaik Terapeutik : Terapeutik :
a. Hindari pemasangan infus a. Agar tidak ada
(L. 02011) dan pengmbilan darah si komplikasi yang
area keterbatasan perifer terjadi
b. Lakukan pencegahan b. Untuk menjaga
infeksi kebersihan dan
c. Lakukan perawatan kaki mencegah terjadinya
dan kuku infeksi
c. Untuk mengetahui
Edukasi : sirkulasi perifer bgus
a. Anjurkan berhenti atau tidak
merokok
b. Anjurkan olahraga rutin Edukasi :
c. Anjurkan inum obat a. Untuk mencegah
pengontrol tekanan darah terjadinya komplikasi
secara teratur pada sirkulasi perifer
d. Anjurkan melakukan b. Untuk menjaga
perawatan kulit yang tepat sirkulasi perifer agar
tetap stabil
c. Untuk menjaga dari
ketidakefektifan
perfusi perifer
d. Untuk mencegah
terjadinya infeksi
3 Gangguan integritas Integritas kulit dan jaringan Perawatan integritas kulit Observasi :
kulit/jaringan berhubungan meningkat, dengan kriteria (I 11353) a. Untuk mengetahui
dengan hasil : terjadiya kerusakan
kekurangan/kelenihan a. Kerusakan jaringan Observasi : jaringan/ kulit
volume cairan menurun a. Identifikasi penyebab
b. Kerusakan lapisan kulit gangguan integritas kulit/ Terapeutik :
menurun jaringan a. Untuk menghindari
c. Perdarahan menurun adanya kemerahan dan
d. Kemerahan menurun Terapeutik: lecet pada kulit
a. Ubah posisi tiap 2 jam b. Untuk mencegah
(L.14125) tirah baring terjadinya kerusakan
kulit
b. Hindari produk berbahan Edukasi :
dasar alcohol pada kulit a. Agar tidak kering
kering b. Agar tidak terjadi
dehidrasi
Edukasi : c. Agar tidak terjadi
a. Anjurkan menggunakan penurunan BB
pelembab d. Agar terjaga
b. Anjurkan minum air yang kebersihannya
cukup
c. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
d. Anjurkan mandi dan
menggunakan saun
secukupnya
4 Gangguan eliminasi urin eliminasi urin membaik, Manajemen eliminsi urine Observasi :
berhubungan dengan dengan kriteria hasil : (I 04152) a. untuk mengetahui
penurunan kapasitas a. Desakan berkemih tanda gejala retensi
kandung kemih menurun Observasi : urine
b. distensi kandung kemih a. identifikasi tanda gejala b. untuk mengetahui
menurun retensi atau inkontinensia output urine
c. enuresis menurun urine
b. monitor eliminasi urin Terapeutik :
(L.04034) a. untuk mengetahui
Terapeutik : berapa kali berkemih
a. catat waktu kapan dalam satu hari
berkemih b. untuk mencegah
b. batasi asupan cairan, jika terjadinya BAK secara
perlu terus – menerus
c. ambil sample urine c. untuk mengetahui hasil
pemeriksaan sample
Edukasi : urin
a. jelaskan tanda dan gejala
infeksi saluran kemih Edukasi :
b. jelaskan cara mengukur a. Untuk mengetahui
asupan cairan dan tanda gejala dari
keluarnya urine infeksi saluran kemih
c. anjurkan minum yang b. Agar tetap menjaga
cukup keseimbanagn input
dan ouput urine
c. Untuk mencegah
terjadinya ehidrasi
5 Defisit nutrisi berhubungan Status nutrisi membaik, Manajemen nutrisi (I 03119) Observasi :
dengan kemampuan dengan kriteria hasil : a. Untuk mengetahui
menelan makanan a. Serum albumin meningkat Observasi : makanan yang masuk
b. Perasaan cepat kenyang a. Identifikasi status nutrisi b. Untuk mengetahui
menurun b. Identifikasi alergi dan adanya alergi pada
c. Nyeri abdomen menurun intoleransi makanan makanan
d. Nafsu makan membaik c. Monitor hasil pemeriksaan c. Untuk mengetahui
laboratorium hasil pemeriksaan
(L. 03030) laboratorium
Terapeutik :
a. Lakukan oral hygiene Terapeutik :
sebelum makan a. Untuk meningkatkan
b. Fasilitasi menentukan nafsu makan pasien
pedoman diet b. Untuk memberikan
diet sesuai kebutuhan
Edukasi : pasien
a. Anjurkan posisi duduk
b. Anjurkan diet yang di Eukasi :
programkan a. Untuk memberikan
kenyamanan ketika
Kolaborasi : makan
Kolaborasi pemberian b. Untuk menjaga diet
medikasi sebelum makan yang dibutuhkan

Kolabirasi :
untuk meningkatkan nafsu
makan pasien
6 Intoleransi aktivitas Toleransi aktifitas meningkat, Terapi aktivitas (I 05186) Observasi :
berhubungan dengan dengan kriteria hasil : a. Untuk mengetahui
ketidakseimbangan antara a. Keluhan Lelah menurun Observasi : aktifitas yang
suplai darah dan kebutuhan b. Dispnea setelah a. Identidfikasi deficit tingkat dilakukan klien
oksigen melakukan aktivitas aktivitas b. Untuk menentukan
menurun b. Identifikasi kemampuan jadwal aktivitas klien
c. Perasaan lemah menurun aktivitas dalam waktu c. Untuk mengetahui
d. Tekanan darah membaik tertentu respons klien
c. Monitor respons
(L.05047) emosional, fisik dan Terapeutik :
spiritual terhadap aktivitas a. Untuk melatih aktivitas
yang akan dilakukan
Terapeutik : klien
a. Fasilitasi focus pada b. Untuk Latihan bersmaa
kemampuan klien
b. Sepakati komitmen untuk c. Untuk melakukan
meningkatkan frekuensi aktivitas yang dipilih
dan rentang aktivitas oleh klien
c. Fasilitasi mana yang dipilih d. Aar keluarga faham
d. Libatkan keluarga dalam apa yang dilakukan
beraktivitas pasien
e. Jadwalkan aktivitas dalam e. Untuk menjadwalkan
rutinitas sehari – hari aktivitas yang
dilakukan ke dalam
Edukasi : jawal rutinitas
a. Jelaskan metode aktivitas
fisik sehari – hari Edukasi :
b. Ajarkan cara melakukan a. Untuk memberikan
aktivitas yang dipilih penjelasan tentang
c. Anjurkan melakukan aktivitas yang harus
aktivitas fisik dilakukan
b. Untuk memberikan
Kolaborasi : klien pemahaman
Kolaborasi dengan terapis mengenai aktivitas
yang akan dilakukan
c. Agar klien dapat
terbiasa melakukan
aktivitas fisik

Kolaborasi :
Agar klien dapat
melakukannya tiap hari
7 Ansietas berhubungan Tingkat ansietas menurun, Terapi relaksasi Observasi :
dengan krisis situasional dengan kriteria hasil : (I 09326) a. Untuk melakukan
a. Verbalisasi kebingungan terapi relaksasi
menurun Observasi : b. Agar pasien dapat
b. Keluhan pusing menurun a. Identifikasi terapi relaksasi mengontrol rasa cemas
c. Konsentrasi membaik yang efektif nya
d. TD membaik b. Monitor rspons terhadap
e. Pola berkemih membaik terapi relaksasi Terapeutik :
a. Untuk memberikan
(L.09093) Terapeutik : kenyaman pada klien
a. Ciptakan lingkungan dalam melakukan
tenang dan tanpa relaksasi
gangguan dengan
pencahayaan dan suhu b. Untuk memberikan
tenang dan nyaman kenyamanan pada
b. Gunakan pakaian longgar klien

Edukasi : Edukasi :
a. Jelaskan tujuan, manfaat, a. Agar klien mengerti
Batasan dan jenis relaksasi tujuan dan manfaat
b. Jelaskan intervensi dari Teknik relaksasi
relaksasi yang dipilih b. Teknik relaksasi nafas
c. Anjurkan posisi nyaman dalam dianjurkan
d. Anjurkan rileks untuk klien jika klien
e. Anjurkan sering sedang merasakan
mengulangi atau melatih cemas berlebihan
Teknik relaksasi c. Untuk memberikan
kenyamanan paada
klien
d. Agar klien terbiasa dan
dapat melakukannya
sehrai – hari
8 Risiko infeksi dibuktikan Tingkat infeksi menurun, Pencegahan Infeksi Observasi :
dengan malnutrisi dengan kriteria hasil : (I.14539)
a. Kebersihan tangan Untuk mengetahui tanda
meningkat Observasi : gejala infeksi local dan
b. Nyeri menurun Monitor tanda dan gejala sistemik
infeksi local dan sistematik
(L.14137) Terapeutik : Terapeutik :
a. Meminimalkan a. Untuk menvegah
penyebaran infeksi terjadinya infeksi
b. Batasi jumlah pengunjung b. Untuk mencegah
c. Berikan perawatan luka terjadinya infeksi
pada area edema c. Untuk memberikan
d. Pertahankan Teknik perawatan luka
aseptic pada pasien dan d. Untuk
lingkungan pasien mencegahinfeksi

Edukasi : Edukasi :
a. Jelaskan tanda dan gejala a. Agar klien faham
infeksi dengan tanda gejala
b. Ajarkan mencuci tangan infeksi
yang benar b. Agar mencegah
terjadinya infeksi
c. Ajarkan memeriksa c. Agar klien mengetahui
kondisi luka atau luka kondisi luka yang
operasi dialami
d. Anjurkan meningkatkan d. Agar kebutuhan makan
asupan nutrisi klien tercukupi
AFTAR PUSTAKA
Martin, M. (2020). Konsep Chronic Kidney Disease. Malang: https://repository.ump.ac.id/.

MILNAWATI, N. K. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


KOMPREHENSIF PADA TN. A.H DENGAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI
RUANG KOMODO RSUD PROF. DR. W.Z JOHANES KUPANG. POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES KUPANG.

PPNI, T. P. (2019). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Persatuan


Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Persatuan


Perawat Naional Indonesia.

RAMADHANI, W. (2017). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CHRONIC


KIDNEY DESEASE (CKD) DI RUANG PENYAKIT DALAM PRIA RSUP DR. M.
DJAMIL PADANG . POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG :
http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository.

TIYASTO, E. (2017). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL GINJAL KRONIK


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN DI RUANG
DAHLIA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JOMBANG. JOMBANG :
https://repo.stikesicme-jbg.ac.id/208.

YUSUF, A. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI


RSUD dr. KANUJOSO DJATIWIBOWO BALIKPAPAN. Poltekkes Kemenkes
Kalimantan Timur: http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/.

Anda mungkin juga menyukai