Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC Kidney Disease (CKD) DI RUANG ICU


RSUD RAA SOEWONDO PATI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Gawat Darurat

DISUSUN OLEH :
Nurfaiz Najunda Sari
820210067
Profesi Ners

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


2020/2021
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

A. DEFINISI
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi
yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel dan progresif dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit sehingga menyebabkan uremia (Black & Hawk dalam Dwy Retno Sulystianingsih,
2018).
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya
berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang
ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversible, pada suatu derajat memerlukan
terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal. (Suwitra, 2014)
Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) . (Nuari dan Widayati, 2017)
B. ETIOLOGI
(Prabowo,Eko.2014) Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit
lainnya, sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary illnes). Penyebab yang sering
adalah diabetes mellitus dan hipertensi. Selain itu ada penyebab lainnya dari gagal ginjal
kronis diantaranya:
1) Penyakit dari ginjal :
a. Penyakit pada saringan (glomerulus) : glomerulonefritis.
b. Infeksi kronis : pyelonefritis, ureteritis.
c. Batu ginjal : nefrolitiasis.
d. Kista di ginjal : polcystis kidney.
e. Trauma langsung pada ginjal.
f. Keganasan pada ginjal.
g. Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur
2) Penyakit umum di luar ginjal:
a. Penyakit sistemik : diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi
b. Dyslipidemia
c. SLE (Systemic Lupus Erythematosus)
d. Infeksi di badan : TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis
e. Preeklampsia
f. Obat-obatan
g. Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar)
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala penyakit ginjal kronis berkembang seiring waktu jika kerusakan ginjal
berlangsung lambat. Tanda dan gejala penyakit ginjal mungkin termasuk :
a) Mual
b) Muntah
c) Kehilangan nafsu makan
d) Kelelahan dan kelemahan
e) Masalah tidur
f) Perubahan volume dan frekuensi buang air kecil
g) Otot berkedut dan kram h). Pembengkakan kaki dan pergelangan kaki
h) Gatal terus menerus
i) Nyeri dada jika cairan menumpuk di dalam selaput jantung
j) Sesak napas jika cairan menumpuk di paru-paru
k) Tekanan darah tinggi yang sulit dikendalikan
D. PATHOFISIOLOGI
CKD diawali dengan menurunnya fungsi ginjal, sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) ada yang utuh dan yang lainnya rusak. Akibatnya nefron yang utuh
atau sehat mengambil ahli tugas nefron yang rusak. Nefron yang sehat akhirnya
meningkatkan kecepatan filtrasi, reabsorpsinya dan ekskresinya meski GFR mengalami
penurunan, serta mengalami hipertropi. Semakin banyak nefron yang rusak maka beban kerja
pada 15 nefron yang sehat semakin berat yang pada akhirnya akan mati. Fungsi renal
menurun akibatnya produk akhir metabolisme dari protein yang seharusnya diekskresikan
kedalam urin menjadi tertimbun dalam darah dan terjadi uremia yang mempengaruhi semua
sistem tubuh (Nursalam & Batticaca, 2009; Mutaqqin & Sari, 2011; Haryono, 2013). Salah
satunya yaitu sistem integumen karena adanya gangguan pada reabsorbsi sisa-sisa
metabolisme yang tidak dapat dieksresikan oleh ginjal sehingga terjadi peningkatan natrium
dan ureum yang seharusnya dikeluarkan bersama urine tetap berada dalam darah pada
akhirnya akan diekskresikan melalui kapiler kulit yang bisa membuat pigmen kulit juga
berubah (Baradero, Dayrit, & siswadi, 2009; Haryono, 2013; Prabowo & Pranata 2014).
Karena sisa limbah dari tubuh yang seharusnya dibuang melalui urine terserap oleh kulit
maka dapat menyebabkan pruritus, perubahan warna kulit, uremic frosts dan kulit kering
karena sering melakukan hemodialisa (LeMone dkk, 2015). Sindrom uremia juga bisa
menyebabkan respon pada muskuloskeletal yaitu terdapat ureum pada jaringan otot yang bisa
menyebabkan otot mengalami kelemahan, kelumpuhan, mengecil dan kram. Akibatnya bisa
menyebabkan terjadi miopati, kram otot dan kelemahan fisik (Muttaqin & Sari, 2014). Saat
seseorang mengalami gangguan pada jaringan otot bisa membuat kesulitan dalam beraktivitas
hingga tirah baring yang lama hingga bisa menyebabkan penekanan pada area tulang yang
menonjol dan akan terjadi luka tekan. Sehingga terjadilah gangguan integritas kulit pada
penderita CKD.
E. PATHWAY
(Prabowo,Eko. 2014)

Glomerulonefritis

Infeksi kroNIS
Kelainan kongental
Gagal ginjal
Penyakit vaskuler

neprosiliathis

SLE
Gangguan Produksi urin
Proses reabsorbsi Hipernatremis
Obat nefrotoksis
hemodelisa
kontinue
Gangguan
Hiponatremia Retensi cairan eliminasi

Tindakan invasif
berulang
Vol. Vaskuler
Vol. Vaskuler turun
meningkat

Informasi inadekuat
Hipotensi
Oedema
pulmonal Ekspansi paru
turun
Ansietas
Perfusi turun Defisiensi
energi sel
Dyspneu
Stress ulcer
Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan
Perifer Intoleran
HCL meningkat aktifitas Ketidakefektifan
Pola Napas

Mual muntah

Ketidakseimbangan
Nutrisi: Kurang dari
kebutuhan Tubuh
F. DATA PENUNJANG
a) Pemeriksaan pada urine yang meliputi:
1) Volume urine pada orang normal yaitu 500-3000 ml/24 jam atau 1.200 ml selama siang
hari sedangkan pada orang CKD produksi urine kurang dari 400 ml/24 jam atau sama sekali
tidak ada produksi urine (anuria) (Debora, 2017).
2) Warna urine pada temuan normal transparan atau jernih dan temuan pada orang CKD
didapatkan warna urine keruh karena disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, fosfat atau urat
sedimen kotor, kecoklatan karena ada darah, Hb, myoglobin, porfirin (Nuari & Widayati,
2017).
3) Berat jenis untuk urine normal yaitu 1.010-1.025 dan jika < 1.010 maka menunjukan
kerusakan ginjal berat (Nuari & Widayati, 2017).
4) Klirens kreatinin kemungkinan menurun dan untuk nilai normalnya menurut Verdiansah
(2016), yaitu:
a) Laki-laki : 97 mL/menit – 137 mL/menit per 1,73 m2
b) Perempuan : 88 mL/menit – 128 mL/menit per 1,73 m2
5) Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4+) menunjukkan kerusakan glomerulus bila SDM
dan fragmen ada. Normalnnya pada urine tidak ditemukan kandungan protein.
b) Pemeriksaan darah pada penderita CKD menurut Nuari & Widayati (2017)
1) BUN meningkat dari keadaan normal 10.0-20.0 mg/dL, kreatinin meningkat dari nilai
normal < 7-8 gr/dl
2) Hemoglobin biasanya < 7-8 gr/dl
3) SDM menurun dari nilai normal 4.00-5.00, defisiensi eritopoetin
4) BGA menunjukkan asidosis metabolik, pH <7,2
5) Natrium serum rendah dari nilai normal 136-145 mmol/L
6) Kalium meningkat dari nilai normal 3,5-5 mEq/L atau 3,5-5 mmol/L
7) Magnesium meningkat dari nilai normal 1,8-2,2 mg/dL
8) Kalsium menurun dari nilai normal 8,8-10,4 mg/dL
9) Protein (albumin) menurun dari nilai normal 3,5-4,5 mg/dL
c) Pielografi intravena bisa menunjukkan adanya abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
Pielografi retrograde dilakukan bila muncul kecurigaan adanya obstruksi yang reversibel.
Arteriogram ginjal digunakan untuk mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskular massa (Haryono, 2013).
d) Ultrasono ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal serta ada atau tidaknya
massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas (Nuari & Widayati, 2017)
e) Biopsi ginjal dilakukan secara endoskopi untuk menentukan sel jaringan untuk diagnosis
histologis (Haryono, 2013).
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Pengkajian Primer
1) Airway
Penilaian kepatena jalan nafas, meliputi pemeriksaan mengenai adanya
obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien yang dapat
berbicara dapat dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula pengkajian
adanya suara napas tambahan seperti snoring.
2) Breathing
Penilaian frekuensi jalan napas, apakah ada penggunaan otot bantu
pernapasan retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi
pengenbangan paru, auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas
tambahan seperti ronchi, wheezing dan kaji adanya trauma pada dada.
3) Circulation
Pada pengkajian sirkulasi dilakukan pengkajian tentang volume darah
dan cardiac output serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi
status hemodinamik, warna kulit, dan nadi.

4) Disability
Nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil. Gejala-gejala
syok seperti kelemahan, penglihatan kabur, dan kebingungan. Nyeri
dada, perut, atau punggung mungkin menunjukkan gangguan pada
pembuluh darah.
5) Exposure
Pada pengkajian ini yang dilakukan yaitu menentukan apakah pasien
mengalami cidera tertentu.
b) Pemeriksaan fisik ( head to toe)
1) Pemeriksaan kepala : ukuran lingkar kepala ada benjolan atau
tidak,rambut berwarna apa simetris,ada lesi atau tidak
2) Pemeriksaam wajah : simetris, warna kulit,pigmentasi, nyeri tekan
dahi,pipi dan rahang
3) Pemeriksaan mata : warna knjungtiva pink atau tidak, simetris, sclera
berwarna putih
4) Pemeriksaan telinga :bentuk dan posisi simetris,tidak ada tanda tanda
infeksi, alat bantu dengar, tidak ada nyeri tekan
5) Pemeriksaan hidung dan sinus : simetris, tidak ada lesi, tidak ada
sumbatan, perdarahan , tanda-tanda infeksi,dan tidak ada bengkak,
nyeri tekan
6) Pemeriksaan mulut dan bibir :warna mukosa mulut dan bibir pink,
lembab, tidak ada lesi dan stomatitis.
7) Pemerksaan leher : warna kulit sama dengan kulit lain,integritas kulit
baik, bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar gondok
8) Pemeriksaan dada
Isnpeksi : simetris, gerakan nafas, warna kulit, lesi, edema
Palpasi : integritas kulit baik,tidak ada nyeri tekan, ekspansi
simetris, taktil vremitus cenderung teraba sebelah kanan.
Perkusi : resonan ( dug dug dug) jika bagian padat lebih
banyak dari pada bagian udara suaranya akan pekak,jika bagian udara
lebih besar dari bagian padat suaranya akan hipersonon.
Auskultasi : bunyi napas vesikuler, broncchovesikuler
9) Pemeriksaan jantung
Isnpeksi : ictus cordis terlihat
Palpasi : denyutan aorta teraba
Perkusi : batas jantung tidak lebih dari 4,7,10 cm ke
arah kiri dari garis sterna pada RIC 4,5,6
Auskultasi : terdengar bunyi jantung lub dub,tidak ada bunyi
jantung tambaan
10) Abdomen
Auskultasi : suara peristaltik terdengar setiap 5-20x/menit
Perkusi : timpani
Palpasi : tidak teraba benjolan tidak ada nyeri tekan
Inspeksi : simetris, warna dan kulit lainya, tidak ikterik,
tidak terdapat ostomy, distensi,
tonjolan,pelebaran vena, kelainan umbilicus
11) Genetalia : terpasang kateter atau tidak,jenis kelamin
12) Ekstermita : terpasang infus,tonus otot, Rom aktif
2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
3. Penuruan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
4. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan koagulopati
(uremia)
5. Risiko cidera berhubungan dengan profil darah yang abnormal (uremia)
6. Risiko ketidakefektifan perusi jaringan ginjal berhubungan dengan hipoksia
7. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan berkurangnya suplai
oksigen ke jaringan
8. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
dan muntah/anoreksia
9. Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal kronis
10. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
11. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasiv berulang
12. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status cairan.
3. Intervensi

n Diagnosa Tujuan dan Krteria (NOC) Intervensi (NOC)


o Keperawatan

1 Ketidakseimbanga  Nutritional status: Adequacy of  Monitor diet dan


n nutrisi kurang nutrient asupan kalori
dari kebutuhan  Nutritional Status : food and  Tentukan status gizi
tubuh Fluid Intake  Weight Control pasien dan
berhubungan Kriteria Hasil : kemampuan pasien
dengan anoreksia 1. Asupan makanan secara untuk memenuhi
(mual dan oral yang adekuat kebutuhan gizi
muntah) 2. Asupan cairan intravena  Monitor hasil
yang adekuat pemeriksaan
3. Asupan nutrisi parenteral laboratorium
yang adekuat (Kolesterol, serum
albumin, transferrin,
Hb, Ht)
 Kolaborasi dengan
ahli gizi dalam
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrisi yang
dibutuhkan.

2. Ketidakefektifan Noc 1. Monitor status


pola nafas - Airway management pernafasan
berhubungan - Oxycgen terapy dan oksigenasi
dengan - Respiratory 2. Berikan
hiperventilasi monitoring oksigen sesuai

Kriteria hasil kebutuhan

1. Saturasi oksigen 3. Posisikan


dalam rentang pasien untuk

normal memaksimalka

2. Irama pernfasan n ventilasi

dalam rentang 4. Amati tanda-

normal tanda

3. Frekuensi nafas hipoventilasi

dalam rentang
normal

3 Kelebihan volume Noc 1. Monitor hasil


cairan - Status respiratory laboratorium
berhubungan :pertukaran gas yang relevan
dengan gangguan - Status respiratory: dengan retensi
mekanisme regulasi ventilasi cairan (BUN,
Hematokrit
Kriteria hasil dan
1. Darah dalam batas osmolalitas
normal urin)
2. Monitor hasil 2. Tentukan
laboratorium yang jumlah dan
relevan dengan jenis
retensi cairan (BUN, intake/asupan
Hematokrit dan cairan serta
osmolalitas urin) kebiasaan
Keseimbangan eliminasi
intake dan output 3. Kaji lokasi dan
luasnya
edema, jika
ada.
4. Kolaborasikan
dengan tim
kesehatan
lainya

4 Penuruan curah Noc 1. Monitor


jantung - CardiacPumpEffectivene adanya
berhubungan ss perubahan
dengan perubahan Kriteria hasil tekanan darah
kontraktilitas 1. Tekanan darah 2. Evaluasi
dalam rentang adanya nyeri
normal 3. Berikan cairan
2. Tidak ada kelelahan sesuai indikasi
3. Saturasi oksigen 4. Kolaborasikan
dengan tim
kesehatan
lainnya

5 Risiko Noc 1. Monitor


ketidakefektifan - Perfusi jaringan tanda-tanda
perfusi jaringan serebral vital : suhu,
serebral Kriteria hasil tekanan darah,
berhubungan denyut nadi,
dengan uremia dan respirasi.
2. Batasi cairan
3. Posisikan
tinggi kepala
tempat tidur
30 derajat atau
lebih
4. Kolaborasikan
dengan tim
kesehatan
lainnya
6 Ketidakefek Noc 1. Monitor status hemodinamik,
tifan perfusi - Insufisiensi Arteri meliputi nadi, tekanan darah,
Kriteria hasil
jaringan MAP, CVP, PAP, CO.
1.Suhu kulit ujung kaki dan
perifer tangan dalam kisaran 2. Identifikasi kemungkinan
normal
berhubunga penyebab perubahan tanda vital
2. Nadi dalam rentang
n dengan normal 3. Anjurkan pasien untuk menghi
berkurangny ndari faktorpemberat:
a suplai merokok, pakaian
oksigen ke ketat,terpapar pada suhu

jaringan. dingin, menyilangkankaki dan


tangan.
4. Kolaborasikan dengan tim
kesehatan lainnya

7 Intoleransi Noc 1. Monitor lokasi dan sumber ketidak


aktifitas - Self Care : ADL nyamanan/nyeri yang dialami pasien
berhubunga - Energy conservation selama aktivitas
n dengan k Kriteria hasil 2. Lakukan ROM aktif/pasif untuk
etidak 1. Aktivitas fisik tidak menghilangkan ketegangan otot.
seimbangan terganggu 3. Anjurkan pasien mengungkapkan
antara suplai 2. Serum elektrolit darah perasaan secara verbal mengenai
dan tidak terganggu keterbatasan yang dialami
kebutuhan 3. Tidak ada letargi 4. Bantu pasien dalam aktivitas sehari-
oksigen 4. Tidak ada kelelahan hari yang terartut sesuai kebutuhan
(berpindah, bergerak, dan perawatan
diri)

8 Nyeri kronis Noc 1. Lakukan pengkajian nyeri


berhubunga - Pain level komprehensif yang meliputi
n dengan - Pain control lokasi, karakteristik,
gangguan Kriteria Hasil: onset/durasi, frekuensi, kualitas,
muskuloskel 1. Tidak ada nyeri yang intensitas atau beratnya nyeri
etal kronis dilaporkan dan faktor pencetus
2. Tidak ada ekspresi 2. Ajarkan prinsip-prinsip
nyeri wajah manajemen nyeri
3. Tidak ada keringat 3. Ajarkan teknik nonfarmakologis
berlebih 4. Kolaborasikan dengan tim
4. Tidak ada mengerinyit kesehatan lainya

9 Risiko infeksi Noc 1. Tentukan penyebab dari


berhubunga - Immune status terjadinya pruritus
 
n dengan 2. Lakukan pemeriksaan fisik
- Knowledge :infection
tindakan control- untuk mengidentifikasi terjadinya
 
invasiv kerusakan kulit
- Risk control
berulang 3. Pasang perban atau balutan
Kriteria hasil
1. Tidak ada ketidak pada tangan atau siku ketika
stabilan suhu tubuh pasien tidur, untuk membatasi
2. Tidak ada kulit
berbintikbintik 3. Tidak gerakan menggaruk yang tidak
ada kejang terkontrol
4. Tidak ada peningkatan
jumlah sel darah putih 4. Anjurkan pasien untuk
menghindari sabun mandi dan
minyak yang mengandung
parfurm
5. Anjurkan pasien untuk tidak
memakai pakaian ketat
6. Anjurkan pasien untuk
memotong kuku
7. Anjurkan pasien mandi dengan
air hangat kuku
8. Anjurkan pasien untuk
menggunakan telapak tangan
ketika menggosok area kulit yang
luas atau cubit kulit dengan
perlahan.

10 Risiko Noc 1. Monitor kulit akanadanya


kerusakan - Tissue Integrity :Skin kemerahan
and
integritas 2. Membersihkan,memantau
MucousMembranes
kulit - Hemodyalis akses danmeningkatkan
Kriteria hasil
berhubunga proses penyembuhan pada
1. Integritas kulit
n dengan yang baik lukayang ditutup dengan jahitan,
bisadipertahankan(sen
perubahan klip atau straple
sasi,
status elastisitas,temperatur, 3. Memandikan pasien dengan
hidrasi, pigmentasi)
cairan. sabun dan air hangat
2. Tidak ada
luka/lesi pada kulit 4. Kolaborasian dengan tenaga
kesehatan lainnya

4.Referensi
Astuti & Husna.2017. Skala Pruritus Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik. Banda Aceh:
Universitas Syiah Kuala Vol. 2 No.4
Chamberlain’s. 2012. Chamberlain’s Gejala dan Tanda dalam Kedokteran Klinis. Jakarta:
Permata Puri Media
Debora, Oda. 2017. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba Medika
Halim & Yogyartono. 2012. Pruritus Uremic Pada Penyakit Gagal Ginjal Kronik. Majalah
Kedokteran FK UKI 2012 Vol. XXVIII No. 2
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai