Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DESEASE (CKD)

ANNISA NURWANAH SHN


22223007

PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN
CHRONIC KIDNEY DESEASE (CKD)

A. Konsep Chronic Kidney Desease (CKD)


1. Definisi
Chronic Kidney Desease atau Gagal Ginjal Kronik adalah penyakit
ginjal yang ditandai oleh hilangnya fungsi ginjal secara gradual dalam
jangka waktu yang lama (National Kidney Foundation, 2018). Penyakit
ini bersifat progresif yang dapat menimbulkan dampak metabolik
ekonomi yang besar, baik bagi penderitanya maupun masyarakat dan
Negara (Nurchayati et al., 2020).
Gagal ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan
etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang
progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Gagal ginjal
merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan menurunnya fungsi
ginjal yang bersifat irreversible, dan memerlukan terapi pengganti ginjal
yaitu berupa metabolik atau transplantasi ginjal (Asfar et al., 2022).
Dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronik merupakan gangguan
fungsi ginjal yang progresif dan irreversible dimana tubuh gagal untuk
mempertahankan 2etabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah).

2. Etiologi
Menurut (Prawobo, 2021), etiologi Gagal ginjal kronis sering kali
menjadi penyakit komplikasi dari penyakit lainnya, sehingga merupakan
penyakit sekunder (secondary illnes). Penyebab yang sering adalah
diabetes mellitus dan hipertensi. Selain itu ada penyebab lainnya dari
gagal ginjal kronis diantaranya:
a. Penyakit dari ginjal :
1) Penyakit pada saringan (glomerulus) : Glomerulonefritis.
2) Infeksi kronis : Pyelonefritis, ureteritis.
3) Batu ginjal : Nefrolitiasis.
4) Kista di ginjal : Polcystis kidney.
5) Trauma langsung pada ginjal.
6) Keganasan pada ginjal.
7) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur
b. Penyakit umum di luar ginjal:
1) Penyakit sistemik : diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi
2) Dyslipidemia
3) Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
4) Infeksi di badan : TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis
5) Preeklampsia
6) Obat-obatan
7) Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar)

3. Manifestasi Klinis
Kardiyudiani & Susanti (2019) mengemukakan tanda dan gejala
meliputi :
a. Mual.
b. Muntah.
c. Kehilangan selera makan.
d. Kelelahan dan kelemahan.
e. Perubahan volume dan frekuensi buang air kecil.
f. Pembengkakan kaki dan pergelangan kaki.
g. Gatal terus-menerus.
h. Nyeri dada, jika cairan menumpuk disekitar selaput jantung.
i. Sesak napas, jika cairan menumpuk di paru-paru.
j. Tekanan darah tinggi yang sulit dikendalikan.
4. Patofisiologi
Penyakit gagal ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit
yang mendasarinya, tapi dalam perkembangannya selanjutnya proses yang
terjadi kurang lebih sama. Mula-mula karena adanya zat toksik. Infeksi
dan obstruksi saluran kemih yang menyebabkan retensu urine. Dari
penyebab tersebut glomerular filtration rate (GFR) di seluruh masa nefron
turun dibawah normal. Hal yang dapat terjadi dari menurunnya GFR
meliputi: sekresi ptotein terganggu, retensi Na dan sekresi eritropoitin
turun. Hal ini mengakibatkan terjadinya sindrom uremia yang diikuti oleh
peningkatatn asam lambung yang meningkat akan merangsang mual, dapat
juga terjadi iritasi pada lambung dan pendarahan jika iritasi pada lambung
dan pendarahan tersebut tidak ditangani yang dapat menyebabkan melena
(Hasan et al., 2022).
Proses retensi Na menyebabkan total cairan ekstra seluler meningkat,
kemudian terjadilah edema. Edema tersebut menyebabkan beban jantung
naik sehingga adanya hipertrofi ventriker kiri dan curah jantung menurun.
Proses hipertrofi tersebut diikuti juga dengan menurunnya cardiac output
yang menyebabkan mernurunnya aliran darah ke ginjal, kemudian
terjadilah retensi Na dan H2O meningkat. Hal ini menyebabkan kelebihan
volume cairan pada pasien GGK. Menurunnya cardiac output juga dapat
menyebabkan suplai oksigen ke jaringan mengalami penurunan
menjadikan metabolism anaerob menyebabkan timbunan asam meningkat
sehingga nyeri sendi terjadi, selain itu cardiac output juga dapat
mengakibatkan penurunan suplai O2 ke otak yang dapat mengakibatkan
kehilangan kesadaran. Hipertrofi ventrikel akan mengakibatkan payah
jantung kiri naik, mengakibatkan tekanan vena pulmonalis sehingga
kapiler paru naik terjadi edema paru yang mengakibatkan difusi O2 dan
CO2 terhambat sehingga pasien merasakan sesak (Asfar et al., 2022).
5. Pathway
Vaskular

Arterio Sklerosis

Suplai darah ginjal


menurun

GFR turun

Gagal Ginjal Kronik

Sekresi protein Retensi Na meningkat Sekresi eritroprotein


terganggu menurun
Total CES meningkat
Sindrom uremia Produksi HB
menurun
Tekanan kapiler naik
Perpospatemia
Suplai O2 ke jaringan
Volume interstisial menurun
Pruritis naik

Gangguan integritas Gangguan perfusi


Edema jaringan perifer
kulit

Gangguan Kelebihan Volume Intoleransi Aktivitas


keseimbangan asam Cairan
basa
Defisit Pengetahuan
Produksi asam
lambung meningkat

Nausea, vomitus

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
Tabel 2.1 Pathway
Sumber : (Asfar et al., 2022).
6. Komplikasi
Pasien yang menderita CKD akan mengalami beberapa komplikasi.
Komplikasi dari CKD antara lain adalah:
a. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata
bolisme, dan masukan diit berlebih.
b. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
renin angiotensin aldosteron.
d. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
e. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal
dan peningkatan kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan
ion anorganik. f. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam
tubuh.
f. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
g. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah
h. Penurunan laju filtrasi

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada gagal ginjal kronik, yaitu :
a. Foto Polos Abdomen (Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah
batu atau obstruksi lain).
b. USG (Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal, anatomi
sistem pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal,
anatomi sistem pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih
dan prostat).
c. Renogram (Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi gangguan
(vaskuler, parenkhim) serta sisa fungsi ginjal).
d. Pemeriksaan Radiologi Jantung (Mencari adanya kardiomegali, efusi
perikarditis)
e. EKG (Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri,
tanda- tanda perikarditis, aritmia karena gangguan elektrolit
(hiperkalemia).
f. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
(Setiadi. 2020).

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan GGK dapat dilakukan dengan berbagai cara
diantaranya pengaturan diet, masukan kalori suplemen dan vitamin, obat-
obatan, pembatasan asupan cairan dan terapi pengganti ginjal. Terapi
pengganti ginjal terdiri dari transplantasi ginjal, peritoneal dialisa dan
hemodialisis. Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan
cairan elektrolit dan mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut
(Muttaqin, 2019) :
a. Dialisis : dapat dilakukan dengan mencegah komplikasi gagal ginjal
yang serius, seperti hyperkalemia, pericarditis, dan kejang.
b. Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser)/HD : adalah jenis
dialisis dengan menggunakan mesin dialiser yang berfungsi sebagai
ginjal buatan.
c. Dialisis peritoneal (cuci darah melalui perut) : metode cuci darah
dengan bantuan membrane peritoneum (selaput rongga perut). Jadi,
darah tidak perlu dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan dan
disaring oleh mesin dialisis.
d. Koreksi hiperkalemi : Mengendalikan kalium darah sangat penting
karena hiperkalemi dapat menimbulkan kematian mendadak.
e. Transplantasi ginjal : Dengan pencakokkan ginjal yang sehat ke
pasien gagal ginjal kronik, maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal
yang baru.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian Pengkajian merupakan dasar utama proses perawatan
yang akan membantu dalam penentuan status kesehatan dan pola hidup
pasien, mengidentifikasi kekurangan dan kebutuhan pasien serta
merumuskan diagnose keperawatan
a. Identitas pasien Meliputi nama lengkat, tempat tinggal, umur, tempat
lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua.
b. Riwayat kesehatan pasien
1) Keluhan utama
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, bengkak/edema
baik pitting ataupun anasarka, gangguan istirahat dan tidur,
takikardi/takipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
2) Riwayat kesehatan pasien sekarang
Biasanya pasien mengalami penurunan frekuensi urin, penurunan
kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya
perubahan kulit, adanya nafas berbau amoniak, rasa sakit kepala,
nyeri panggul, penglihatan kabur, perasaan tidak berdaya dan
perubahan pemenuhan nutrisi.
3) Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
Berapa lama pasien sakit, bagaimana penanganannya, mendapat
terapi apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau
tidak, apa saja yang dilakukan pasien untuk menaggulangi
penyakitnya.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya pasien mempunyai anggota keluarga yang pernah
menderita penyakit yang sama dengan pasien yaitu CKD, maupun
penyakit diabetes melitus dan hipertensi yang bisa menjadi faktor
pencetus terjadinya penyakit CKD
c. Pengakajian Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan
1) Persepsi Terhadap Penyakit
Biasanya persepsi pasien anak dengan CKD tidak mengetahui
detail penyakitnya karena tidak diberitahu orang tuanya.
2) Makanan/Cairan
Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan
(malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa tak sedap
pada mulut (pernapasan amoniak), penggunaan diuretic, distensi
abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir). perubahan turgor
kulit/kelembaban, ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah
3) Eliminasi
Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap
lanjut), abdomen kembung. diare, atau konstipasi, perubahan warna
urin, contoh kuning pekat, merah, coklat.
4) Aktivitas/istirahat
Kelelahan ekstrim, kelemahan, malaise, gangguan tidur
(insomnia/gelisah atau samnolen), kelemahan otot, kehilangan
tonus, penurunan rentang gerak.
5) Pola Istirahat Tidur
Biasanya pasien mengalami gangguan tidur, gelisah adanya nyeri
panggul, sakit kepala, dan kram otot/kaki (memburuk pada malam
hari).
6) Pola Kognitif-Persepsi
Biasanya tingkat ansietas pasien mengalami CKD ini pada tingkat
ansietas sedang sampai berat.
7) Pola Peran
Hubungan Biasanya pasien tidak bisa menjalankan peran atau
tugasnya seharihari karena perawatan yang lama.
8) Pola Seksualitas/reproduksi
Biasanya terdapat masalah seksual berhubugan dengan penyakit
yang diderita pasien
9) Pola Persepsi Diri/Konsep Diri
10) Integritas ego
Faktor stres, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada
kekuatan, menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang.
perubahan kepribadian.
11) Pola Keyakinan Nilai
Biasanya tidak terjadi gangguan pola tata nilai dan kepercayaan.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Keadaan umum pasien lemah, letih dan terlihat sakit berat tingkat
kesadaran pasien menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana
dapat mempengaruhi sistem syaraf pusat. TTV: RR meningkat, TD
meningkat
2) Kepala
- Rambut: biasanya pasien berambut tipis dan kasar, pasien
sering sakit kepala, kuku rapuh dan tipis.
- Wajah: biasanya pasien berwajah pucat
- Mata:biasanya mata pasien memerah, penglihatan kabur,
konjungtiva anemis dan sklera ikterik.
- Hidung: biasanya tidak ada pembengkakan polip.
- Bibir: biasanya terdapat peradangan mukosa mulut, ulserasi
gusi, perdarahan gusi dan nafas berbau.
- Gigi: biasanya tidak terdapat karies pada gigi vii. Lidah:
biasanya tidak terjadi perdarahan
- Leher: biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid atau
kelenjar getah bening.
e. Pernapasan
Napas pendek, dispnea, batuk dengan/tanpa sputum kental dan banyak,
takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/kedalaman dan batuk dengan
sputum encer (edema paru).
f. Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada
(angina), hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada
kaki, telapak tangan, nadi lemah, hipotensi ortostatik menunjukkan
hipervolemia, pucat, kulit coklat kehijauan, kuning, kecenderungan
perdarahan.
g. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang. syndrome "kaki
gelisah", rasa terbakar pada telapak kaki, kesemutan dan kelemahan,
khususnya ekstremitas bawah. gangguan status mental, contoh
penurunan lapang pandang, ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor,
kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang, rambut tipis, kuku rapuh dan
tipis
h. Nyeri/kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki dan perilaku
berhatihati/distraksi, gelisah.
i. Keamanan
Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi, pruritus, demam (sepsis,
dehidrasi), normotermia dapat secara actual terjadi peningkatan pada
pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal, ptekie,
area ekimosis pada kulit, keterbatasan gerak sendi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan dan
natrium
b. Risiko Perfusi renal tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
tekanan darah
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


1 Hipervolemia berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hipervolemia (I.03114)
kelebihan asupan cairan dan natrium 3 x 24 jam diharapkan Keseimbangan Observasi
Cairan meningkat dengan kriteria hasil: 1. Periksa tanda dan gejala hypervolemia
Gejala dan Tanda Mayor Subjektif Keseimbangan Cairan (L.05020) (mis: ortopnea, dispnea, edema,
1. Ortopnea No Kriteria Hasil Awal Akhir JVP/CVP meningkat, refleks
2. Dispnea 1 Asupan Cairan 3 5 hepatojugular positif, suara napas
3. Paroxysmal nocturnal dyspnea 2 Keluaran Urin 3 5 tambahan)
(PND) 3 Dehidrasi 3 5 2. Identifikasi penyebab hypervolemia
Objektif 3. Monitor status hemodinamik (mis:
1. Edema anasarca dan edema perifer Keterangan : frekuensi jantung, tekanan darah,
2. Berat badan meningkat dalam 1. Menurun MAP, CVP, PAP, PCWP, CO, CI) jika
waktu singkat 2. Cukup Menurun tersedia
3. JVP dan CVP meningkat 3. Sedang 4. Monitor intake dan output cairan
4. Refleks hepatojugular positif 4. Cukup Meningkat 5. Monitor tanda peningkatan tekanan
5. Meningkat onkotik plasma (mis: kadar protein dan
Gejala dan Tanda Minor albumin meningkat)
Subjektif (-) 6. Monitor kecepatan infus secara ketat
Objektif Terapeutik
1. Distensi vena jugularis 1. Timbang berat badan setiap hari pada
2. Terdengar suara nafas tambahan waktu yang sama
3. Hepatomegali 2. Batasi asupan cairan dan garam
4. Kadar Hb/ht turun 3. Tinggikan kepala tempat tidur 30 – 40
5. Oligura
derajat
6. Intake lebih banyak dari output Edukasi
7. Kongesti paru 1. Anjurkan melapor jika haluaran urin <
0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
2. Anjurkan melapor jika BB bertambah
> 1 kg dalam sehari
3. Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretic
2. Kolaborasi penggantian kehilangan
kalium akibat diuretic
3. Kolaborasi pemberian continuous renal
replacement therapy (CRRT) jika perlu
2 Risiko Perfusi renal tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Syok (I.02068)
berhubungan dengan peningkatan 3 x 24 jam diharapkan perfusi renal Observasi
tekanan darah meningkat dengan kriteria hasil: 1. Monitor status kardiopulmonal
Perfusi Renal (L.02013) (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi
Faktor resiko No Kriteria Hasil Awal Akhir napas, TD, MAP)
1. Kekurangan volume cairan 1 Mual 3 5 2. Monitor status oksigenasi (oksimetri
2. Embolisme vaskuler 2 Muntah 3 5 nadi, AGD)
3. Vaskulitis 3. Monitor status cairan (masukan dan
4. Hipertensi Keterangan : haluaran, turgor kulit, CRT)
5. Disfungsi ginjal 1. Meningkat 4. Monitor tingkat kesadaran dan respon
2. Cukup Meningkat pupil
3. Sedang Terapeutik
4. Cukup Menurun 1. Berikan oksigen untuk
5. Menurun mempertahankan saturasi oksigen >
94%
2. Persiapkan intubasi dan ventilasi
mekanis, jika perlu
3. Pasang jalur IV, jika perlu
4. Pasang kateter urin untuk menilai
produksi urin, jika perlu
5. Lakukan skin test untuk mencegah
reaksi alergi
Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian transfusi darah,
jika perlu
3. Kolaborasi pemberian antiinflamasi,
jika perlu
3 Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Energi (I.05178)
dengan kelemahan 3 x 24 jam diharapkan toleransi aktivitas Observasi
meningkat dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
Gejala dan Tanda Mayor Subjektif Toleransi Aktivitas (L.05047) yang mengakibatkan kelelahan
1. Mengeluh lelah No Kriteria Hasil Awal Akhir 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
Objektif 1 Keluhan lelah 3 5 3. Monitor pola dan jam tidur
1. Frekuensi jantung meningkat 2 Dispnea saat 3 5 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
>20% dari kondisi istirahat aktivitas selama melakukan aktivitas
3 Dispnea setelah 3 5
Gejala dan Tanda Minor aktivitas Terapeutik
Subjektif 1. Sediakan lingkungan nyaman dan
1. Dispnea saat atau setelah aktivitas Keterangan : rendah stimulus (mis: cahaya, suara,
2. Merasa tidak nyaman setelah 1. Meningkat kunjungan)
beraktivitas 2. Cukup Meningkat 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif
3. Merasa lemah 3. Sedang dan/atau aktif
Objektif 4. Cukup Menurun 3. Berikan aktivitas distraksi yang
1. Tekanan darah berubah >20% dari 5. Menurun menenangkan
kondisi istirahat 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
2. Gambaran EKG menunjukan jika tidak dapat berpindah atau berjalan
aritmia saat/setelah aktivitas Edukasi
3. Gambaran EKG menunjukan 1. Anjurkan tirah baring
iskemia 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
4. Sianosis bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA

Asfar, A., Emin, W. S., Ode, W., Asnaniar, S., Siokal, B., Taqyiah, Y., & Jama, F.
(2022). Optimalisasi Self Efficacy Pasien Chronic Kidney Disease (CKD)
melalui Edukasi Pembatasan Cairan. Window of Community Dedication
Journal, 3(2), 216–220.
Hasan, H., Mulyati, M., Supriadi, D., Inayah, I., & Susilawati, S. (2022).
Pengalaman Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa
tentang Self Care, Adaptasi Diet dan Cairan. Jurnal Keperawatan Silampari,
6(1), 689–708. https://doi.org/10.31539/jks.v6i1.4348
Narsa, A. C., Maulidya, V., Reggina, D., Andriani, W., & Rijai, H. R. (2022).
Studi Kasus: Pasien Gagal Ginjal Kronis (Stage V) dengan Edema Paru dan
Ketidakseimbangan Cairan Elektrolit. Jurnal Sains Dan Kesehatan, 4(1), 17–
22. https://doi.org/10.25026/jsk.v4ise-1.1685
Nurchayati, S., Sansuwito, T. Bin, & Rahmalia, S. (2020). Gambaran Deteksi Dini
Penyakit Gagal Ginjal Kronik Pada Masyarakat Kecamatan Tambang,
Kabupaten Kampar. Jurnal Ners Indonesia, 9(1), 11.
https://doi.org/10.31258/jni.9.1.11-18
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Defisi dan Indikasi
Diagnostik. Edisi 1 Cetakan III Revisi. DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Defisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1 Cetakan II. DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Defisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1 Cetakan II. DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai