Anda di halaman 1dari 56

SKRIPSI

KARAKTERISTIK PENDERITA PNEUMONIA PADA


BALITA DI RSUP HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014-2015

Oleh :
RAFIQATUL FADILLAH SITOMPUL
130100121

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KARAKTERISTIK PENDERITA PNEUMONIA PADA
BALITA DI RSUP HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014-2015

SKRIPSI

“Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk


memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh :
RAFIQATUL FADILLAH SITOMPUL
130100121

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Scanned by CamScanner
ii

ABSTRAK

Pneumonia adalah inflamasi akut yang terjadi pada parenkim paru, yang
biasanya disebabkan oleh mikroorganisme dan sebagian disebabkan oleh agen
noninfeksius. Pneumonia merupakan pembunuh paling utama pada anak yang
berusia dibawah 5 tahun didunia, dengan gejala batuk, sesak napas, demam, sakit
kepala, dan kalau sudah berat terdapat retraksi dada saat proses inhalasi. Jumlah
kematian pneumonia sama bila dibandingkan dengan total kematian akibat
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), malaria, campak dan meningitis.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 melaporkan bahwa kematian
balita di Indonesia mencapai 15,5%. Terdapat beberapa karakterisktik anak yang
menderita pneumonia yaitu berdasarkan usia, jenis kelamin, riwayat pemberian
ASI, status gizi, riwayat berat badan lahir.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik balita penderita


pneumonia di RSUP Haji Adam Malik tahun 2014 sampai 2015, dengan
menggunakan metode deskriptif dengan desain potong lintang. Dimana data yang
digunakan berasal dari data rekam medis, dengan kriteria sampel adalah balita (0-
59 bulan) yang didiagnosa dengan pneumonia.

Berdasarkan hasil analisis didapatkan 67,2% balita yang menderita


pneumonia terdistribusi direntang usia 0-12 bulan, 59,4% berjenis kelamin laki-
laki, 78,1% mendapatkan ASI, 43,8% berstatus gizi baik, 85,9% dengan riwayat
berat badan lahir normal.

Balita yang menderita pneumonia lebih banyak anak laki-laki, terutama usia
0-12 bulan, serta lebih banyak yang mendapatkan ASI dan berstatus berigizi baik,
dan lebih banyak balita yang memiliki riwayat dengan berat badan lahir normal.

Kata Kunci : Balita, pneumonia, status gizi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


iii

ABSTRACT

Pneumonia is the acute inflammation that occurs in lung’s parenchyma,


usually caused by microorganisms and also due to non-infectious agents.
Pneumonia is the most mayor killer in the world for children under five years old.
With symptoms of cough, shortness of breath, fever, headache and it is
dangerous if there is chest retraction during the process of inhalation. The
number of deaths due to pneumonia is equal if we compare with the sum number
of deaths caused by Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), malaria,
measles and meningitis. Basic Health Research (Riskesdas) in 2007 reported that
the toddler mortality in Indonesia reached 15.5%. There are some of the
characteristics of children has pneumonia is based on age, sex, history of
breastfeeding, nutritional status, history of birthweight.

This research purposes to describe the characteristics of children under five


years old suffering pneumonia in Haji Adam Malik Hospital from 2014 until
2015, using the descriptive method with cross sectional design. The data that is
used comes from the medical records, with the sample criteria were toddler (0-59
months) were diagnosed with pneumonia.

Based on the analysis we found that 67.2% children suffering pneumonia


distributed in range ages of 0-12 months, 59.4% were male, 78.1% breast-fed,
43.8% well-nourished, 85.9% with a historical normal birth weight.

Children suffering from pneumonia are mostly boys, mainly aged 0-12
months, as well as more breats-fed and well nourished status. Children who have
a normal birth weight do suffers from pneumonia.

Keywords: Toddlers, pneumonia, nutritional status

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh


Puji dan syukur hanyalah untuk Allah SWT atas semua rahmat dan
karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Karakteristik penderita Pneumonia pada balita di RSUP Haji Adam Malik tahun
2014-2015”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka pemenuhan syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sulit
bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-sebarnya kepada :
1. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K), selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Wisman Dalimunthe, Sp.A(K) dan dr. Johny Marpaung, Sp.OG selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dukungan, nasihat,
ide serta masukan sehingga laporan hasil skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik.
3. Prof. dr. A. Afif Siregar, Sp.A(K) Sp.JP(K) dan dr. Selvi Nafianti,
Sp.A(K) selaku dosen penguji yang telah memberikan berbagai saran dan
kritik untuk kesempurnaan skripsi ini.
4. Keluarga peneliti, kedua orang tua, ayahanda drs. Parmohonan Sitompul
dan ibunda dra. Ratnawati yang telah membesarkan dengan penuh
pengorbanan, hati yang ikhlas, serta selalu memberi doa, semangat, dukungan
moril, dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis. Serta abang saya
M.Rafiqi Sitompul, dan adik-adik saya M. Ali Akbar Sitompul, Ahmad Ali
Habibi Sitompul, M. Arif Alfikri Sitompul.
5. Pihak RSUP Haji Adam Malik yang telah memberikan izin untuk
penelitian ini.
6. Rekan-rekan dan sahabat yang senantiasa mendukung, membantu dan
pemberi semangat dalam pembuatan skripsi ini: my endorphine dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


v

serotonin: Fauzan Azima, Sari Shafadena, Endang Rahmadhani, Ananda


Rizky Saleh, Nita Aulia, Rizka Deliana, Dina Silvana, Aisyah Mutiara,
Hana Fauziyah, Atiqah Aldria Ulfa, Naufi Aprisa senang bisa berjuang
bersama kalian.
7. Sahabat belahan jiwa tersayang yang tetap mendukung walau hilang
timbul tetapi tetap dihati: Arnita Rahmi, Fenni Adella, Rizki Desika Putri
Pane, Anindya Rahma dan Tri Ardi Kurniawan.
8. Teman satu kelompok doping saya Shobaanesh A/L Ramarao yang
berjuang bersama untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Terimakasih
atas segala bantuan yang diberikan dalam proses penelitian dan
penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengaharapkan masukan, saran dan kritik yang
membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan ilmu
pengetahuan kepada Fakultas Kedokteran USU dan pihak yang terkait dalam
penelitian ini.

Medan, 08 Desember 2016


Penulis

Rafiqatul Fadillah Sitompul

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


vi

DAFTAR ISI

Halaman
Lembar Pengesahan .............................................................................. i
Abstrak .................................................................................................. ii
Abstract ................................................................................................. iii
Kata Pengantar ..................................................................................... iv
Daftar Isi ............................................................................................... vi
Daftar Tabel .......................................................................................... viii
Daftar Gambar ...................................................................................... ix
Daftar Singkatan ................................................................................... x
Daftar Lampiran ................................................................................... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 3
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................. 3
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 4
1.4.1 Bagi Ilmu Pengetahuan .............................................. 4
1.4.2 Bagi Tenaga Kesehatan .............................................. 4
1.4.3 Bagi Masyarakat ......................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 5


2.1 Pneumonia ............................................................................ 5
2.1.1 Defenisi ....................................................................... 5
2.1.2 Epidemiologi ............................................................... 5
2.1.3 Etiologi ........................................................................ 6
2.1.4 Klasifikasi ................................................................... 6
2.1.5 Faktor Resiko .............................................................. 7
2.1.6 Patogenesis ................................................................. 11
2.1.7 Manifestasi Klinis ....................................................... 12
2.1.8 Diagnosa ..................................................................... 14
2.1.9 Komplikasi .................................................................. 15
2.1.10 Pencegahan ............................................................... 15
2.1.11 Tatalaksana ............................................................... 16

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP ............... 17


3.1 Kerangka Teori ................................................................... 17
3.2 Kerangka Konsep ............................................................... 18

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 19


4.1 Jenis Penelitian ...................................................................... 19
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


vii

4.2.1 Lokasi Penelitian .......................................................... 19


4.2.3 Waktu Penelitian .......................................................... 19
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................ 19
4.3.1 Populasi Penelitian ....................................................... 19
4.3.2 Sampel Penelitian ........................................................ 19
4.4 Metode Pengumpulan Data .................................................. 20
4.5 Pengolahan dan Analisa Data ............................................... 20
4.5.1 Pengolahan Data .......................................................... 20
4.5.2 Analisa Data ................................................................ 21
4.6 Variabel dan Definisi Operasional ....................................... 21

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


5.1 Hasil Penelitian ..................................................................... 24
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ......................................... 24
5.1.2 Deskripsi Karakteristik ................................................ 24
5.2 Pembahasan .......................................................................... 28
5.2.1 Balita Penderita Pneumonia Menurut Usia .................. 28
5.2.2 Balita Penderita Pneumonia Menurut Jenis Kelamin .. 29
5.2.3 Balita Penderita Pneumonia Menurut Riwayat
Pemberian ASI ............................................................. 29
5.2.4 Balita Penderita Pneumonia Menurut Status Gizi ....... 30
5.2.5 Balita Penderita Pneumonia Menurut Berat Badan
Lahir ............................................................................. 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ............................................................................ 32
6.2 Saran ...................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 33

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Etiologi penyebab pneumonia berdasarkan usia.............................. 6


Tabel 2.2 Faktor risiko pneumonia .................................................................. 11
Tabel 2.3 Takipnu menurut usia ...................................................................... 13
Tabel 2.4 Keparahan pneumonia-klasifikasi WHO.......................................... 13
Tabel 4.1 Variabel dan Defenisi Operasional................................................... 21
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi balita pneumonia berdasarkan usia.................. 25
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi balita pneumonia berdasarkan jenis kelamin.... 25

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi balita pneumonia berdasarkan riwayat 26


pemberian ASI ..................................................................................
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi balita pneumonia berdasarkan status gizi ........ 26

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi balita pneumonia berdasarkan berat 27


badan lahir ......................................................................................

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Teori ........................................................................ 17


Gambar 3.2 Kerangka Konsep .................................................................... 18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


x

DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome


ASI : Air Susu Ibu
Balita : Bayi dibawah Lima Tahun
BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah
CRP : C-Reactive Protein
ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut
LED : Laju Endap Darah
MP-ASI : Makanan Pendamping ASI
PMN : Polymorphonuclear
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
RSV : Respiratory syncytial virus
UNICEF : Unicef Nations Children’s Fund
WHO : World Health Organization

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup


Lampiran 2 Surat Izin Komisi Etik
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 Surat Selesai Penelitian
Lampiran 5 Data Induk Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan anak adalah suatu hal yang penting karena mempengaruhi proses
tumbuh kembang anak. Anak biasanya rentan terhadap suatu penyakit seperti
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Infeksi respiratorik adalah infeksi yang
terjadi mulai dari respiratorik atas dan adneksanya hingga parenkim paru.
Sedangkan yang dimaksud infeksi respiratorik atas adalah infeksi primer
respiratorik di atas laring, sedangkan infeksi laring ke bawah disebut infeksi
respiratorik bawah. Infeksi respiratorik atas akut terdiri dari rinitis, faringitis,
tonsilitis, sinusitis, dan otitis media. Sedangkan infeksi respiratorik bawah akut
terbagi atas croup (epiglotitis dan laringo-trakeobronkitis), bronkitis, bronkiolitis,
dan pneumonia.1
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang meliputi alveolus dan
jaringan intertitial, biasanya disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi beberapa
disebabkan oleh agen non infeksius seperti aspirasi dari cairan lambung, benda
asing, hidrokarbon, bahan-bahan lipoid, dan reaksi hipersensitivitas.2 Secara
umum gambaran klinis pneumonia diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu,
gejala umum: demam, sakit kepala, maleise, nafsu makan berkurang, gejala
gastrointestinal seperti mual, muntah dan diare. Dan gejala respiratorik: batuk,
takipnu, sesak napas, napas cuping hidung dan sianosis. 3,4
Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah diberbagai negara dan
insiden pneumonia berbeda antara negara yang berkembang dan negara maju. Di
dunia kejadian pneumonia pada anak dibawah 5 tahun adalah 150-156 juta kasus,
diperkirakan sebanyak 2 juta meninggal dan kebanyakan terjadi di negara
berkembang terutama di Asia Selatan dan Afrika Sub-sahara. Menurut World
Health Organization (WHO) pneumonia merupakan penyebab terbesar kematian
anak di dunia, jumlah ini 18% dari seluruh kematian anak di bawah 5 tahun di
dunia.3,5,6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

Dari tahun ke tahun pneumonia selalu menempati urutan pertama penyebab


kematian bayi dan anak dan menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007
pneumonia merupakan penyebab kematian kedua setelah diare (15,5% diantara
semua balita). Prevalensi pneumonia pada bayi di Indonesia adalah 0,76% dengan
rentang antar provinsi sebesar 0-13,2%. Prevalensi tertinggi terdapat di Gorontalo
13,2%, Bali 12,9% dan provinsi lainnya 10%. Sedangkan prevalensi pada anak
balita (1-4 tahun) adalah 1,00% dengan rentang antar provinsi sebesar 0,1% -
14,8%. Seperti pada bayi, prevalensi tertinggi adalah provinsi Gorontalo 19,9%
dan Bali 13,2% sedangkan provinsi lainnya dibawah 10%.3
Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014, realisasi penemuan penderita
pneumonia pada balita di Sumatera Utara berjumlah sebesar 27.273 dari total
657.490 penderita di Indonesia. Kejadian kematian pneumonia pada balita di
Indonesia ditahun yang sama berjumlah 496 balita dimana Provinsi Sulawesi
Tengah dengan jumlah mortalitas tertinggi (293) disusul oleh Sulawesi Selatan
(50) dan Nusa Tenggara Barat (37).7 Sedangkan pada tahun 2015, realisasi
penemuan penderita pneumonia pada balita di Sumatera Utara berjumlah sebesar
17.226 dari total 554.650 penderita di Indonesia. Kejadian kematian pneumonia
pada balita di Indonesia ditahun yang sama berjumlah 877 balita dimana Provinsi
Bengkulu dengan jumlah mortalitas tertinggi (134) disusul oleh DI Yogyakarta
(130) dan Gorontalo (114).8
Kejadian pneumonia dipengaruhi oleh faktor risiko terbagi atas dua kelompok
besar yaitu faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi umur,
jenis kelamin, status gizi, berat badan lahir rendah, status imunisasi, pemberian air
susu ibu (ASI), dan pemberian vitamin A. Faktor ekstrinsik meliputi kepadatan
tempat tinggal, polusi udara, tipe rumah, ventilasi, kelembaban, letak dapur, jenis
bahan bakar, penggunaan obat nyamuk, asap rokok, penghasilan keluarga serta
faktor ibu baik pendidikan, umur ibu, maupun pengetahuan ibu.9,10,11
Upaya pencegahan merupakan komponen yang paling strategis untuk
memberantas pneumonia pada balita terdiri atas pencegahan imunisasi dan
nonimunisasi. Tindakan yang tidak kalah penting adalah pencegahan non-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

imunisasi dengan melakukan upaya preventif seperti perbaikan gizi dengan nutrisi
yang sehat, pencegahan polusi di lingkungan, dan pemberian ASI eksklusif.3,12
Dari penjelasan masalah dan data yang telah diperoleh, dapat dilihat masih
tingginya angka kesakitan dan kematian anak pada bayi maupun balita yang
dikarenakan oleh pneumonia, beserta banyaknya faktor individu dan lingkungan
yang mempengaruhi kejadian pneumonia pada balita. Mengingat beberapa
keadaan pada anak yang dapat mempengaruhi kejadian pneumonia seperti usia,
jenis kelamin, status gizi, berat badan lahir rendah, dan pemberian ASI maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai karateristik penderita
pneumonia pada balita di RSUP Haji Adam Malik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan adalah
bagaimana karakteristik balita penderita pneumonia di RSUP Haji Adam Malik.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum :
Untuk mengetahui karateristik penderita pneumonia pada balita di RSUP Haji
Adam Malik.

1.3.2 Tujuan Khusus :


a. Untuk mengetahui karakteristik penderita pneumonia pada balita berdasarkan
umur.
b. Untuk mengetahui karakteristik penderita pneumonia pada balita berdasarkan
jenis kelamin.
c. Untuk mengetahui karakteristik penderita pneumonia pada balita berdasarkan
riwayat pemberian ASI.
d. Untuk mengetahui karakteristik penderita pneumonia pada balita berdasarkan
status gizi.
e. Untuk mengetahui karakteristik penderita pneumonia pada balita berdasarkan
berat badan lahir.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan tambahan dalam
penelitian selanjutnya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan dalam mencegah terjadinya atau memutuskan mata rantai pneumonia.

1.4.2 Bagi Tenaga Kesehatan


Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan informasi bagi
institusi kesehatan untuk mengupayakan tindakan pencegahan dan deteksi dini
faktor risiko dalam mengurangi angka kejadian pneumonia pada balita.

1.4.3 Bagi Masyarakat


Bagi masyarakat diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah
pengetahuan tentang pentingnya memberikan asuhan yang baik dan benar dalam
pencegahan terjadinya pneumonia pada balita.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pneumonia
2.1.1 Definisi
Pneumonia adalah inflamasi akut pada parenkim paru yang meliputi alveolus dan
jaringan intertitial. Pneumonia didefinisikan berdasarkan gejala dan tanda klinis,
serta perjalanan penyakitnya. Biasanya pneumonia disebabkan oleh
mikroorganisme, tetapi beberapa disebabkan oleh agen non infeksius seperti
aspirasi dari cairan lambung, benda asing, hidrokarbon, bahan-bahan lipoid, dan
reaksi hipersensitivitas.2

2.1.2 Epidemiologi
Menurut Unicef Nations Children’s Fund (UNICEF) dan WHO, pneumonia
merupakan pembunuh paling utama yang terlupakan pada anak dibawah lima
tahun dibanding dengan penyakit lain diseluruh dunia (major “forgotten killer of
children”). Pada tahun 2010 kematian akibat pneumonia hampir sama bila
dibandingkan dengan total kematian akibat Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS), malaria, campak dan meningitis.12,13
Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah diberbagai negara, di
dunia kejadian pneumonia pada anak dibawah 5 tahun adalah 150-156 juta kasus,
diperkirakan sebanyak 2 juta meninggal dan kebanyakan terjadi di negara
berkembang. Di negara maju kejadian pneumonia pertahun diperkirakan 33 per
10.000 pada anak dibawah 5 tahun dan 14,5 per 10.000 pada anak umur 0-16
tahun, angka kejadian pneumonia 2,6% pada anak dibawah 17 tahun dan angka
kematian di negara maju kurang dari 1 per 1000 per tahun. 5
Di Indonesia lima provinsi yang mempunyai insiden dan prevalensi
pneumonia tertinggi untuk semua umur adalah Nusa Tenggara Timur (4,6% dan
10,3%), Papua (2,6% dan 8,2%), Sulawesi Tengah (2,3% dan 5,7%), Sulawesi
Barat (3,1% dan 6,1%), dan Sulawesi Selatan (2,4% dan 4,8%). Berdasarkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

kelompok umur penduduk, period prevalence pneumonia yang tinggi terjadi pada
kelompok umur 1-4 tahun.14

2.1.3 Etiologi
Penyebab pneumonia sulit untuk ditentukan karena harus melalui kultur langsung
yang invasif dan tidak diindikasikan. Penyebab bakteri dan virus ditemukan 44-
85% pada anak dengan pneumonia komuniti, lebih dari satu patogen sebanyak 25-
40%. Kombinasi patogen tersering adalah streptococcus pneumonia dengan
Respiratory Syncytial Virus (RSV) atau Mycoplasma pneumonia.2 Di negara
berkembang penyebab dari pneumonia yang didapat dari komunitas digambarkan
dengan umur anak dan berat episode sakitnya. Penyebab berdasarkan umur dapat
dilihat ditabel berikut:15
Tabel 2.1 Etiologi penyebab pneumonia berdasarkan usia
Kelompok usia Organisme predominan
0 sampai 1 bulan Group B Streptococcus
Bakteri Gram negatif
Chlamydia trachomatis
Listeria monocytogenes
1 sampai 24 bulan Respiratory syncytial virus (RSV) dan virus lain
Streptococcus pneumoniae
Haemophilus influenzae (non typeable)
Bordetella pertussis
2 sampai 5 tahun Respiratory syncytial virus (RSV) dan virus lain
Streptococcus pneumoniae
Haemophilus influenzae (non typeable)
6 sampai 18 tahun Mycoplasma pneumoniae
Chlamydia pneumoniae
Streptococcus pneumoniae >30%
Respiratory viruses < 15%

2.1.4 Klasifikasi
Dalam pengklasifikasian pneumonia terdapat beberapa pendapat tentang
klasifikasi pneumonia yang akan diuraiakan sebagai berikut ini: 16
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis :
a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
b. Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

c. Pneumonia aspirasi.
d. Pneumonia pada penderita immunocompromised.
2. Berdasarkan bakteri penyebab
a. Pneumonia bakterial/tipikal.
b. Pneumonia atipikal karena Mycoplasma,Legionella dan Chlamydia
c. Pneumonia virus.
d.Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi
terutama pada immunocompromised
3. Berdasarkan predileksi infeksi
a. Pneumonia lobaris.
b. Bronkopneumonia, ditandai dengan bercak infiltrat pada paru.
c. Pneumonia interstisial.
WHO merekomendasikan penggunaan peningkatan frekuensi napas dan
retraksi subkosta untuk mengklasifikasikan pneumonia di negara berkembang.
Namun kriteria tersebut sensitivitasnya buruk untuk anak malnutrisi dan sering
tumpang tindih dengan gejala malaria.
Klasifikasi pneumonia berdasarkan WHO:17
1. Bayi kurang dari 2 bulan
a. Pneumonia berat: napas cepat atau retraksi yang berat.
b. Pneumonia sangat besrat: tidak mau menetek/minum, kejang, letargis,
demam atau hipotermia, bradipnea atau pernapasan ireguler.
2. Anak umur 2 bulan – 5 tahun
a. Pneumonia ringan: napas cepat.
b. Pneumonia berat: retraksi.
c. Pneumonia sangat berat: tidak dapat minum/makan, kejang, letargis,
malnutrisi.

2.1.5 Faktor Risiko


Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya pneumonia pada anak baik dari
faktor eksternal maupun internal berikut beberapa faktor yang dapat menyebabkan
pneumonia:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

a. Faktor risiko yang terjadi pada balita


Salah satu faktor yang berpengaruh pada timbulnya pneumonia dan berat
ringannya penyakit adalah daya tahan tubuh balita. Daya tahan tubuh tersebut
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya :
1. Status gizi
Keadaan gizi adalah faktor yang sangat penting bagi timbulnya pneumonia.
Anak yang malnutrisi diumur 0-4 tahun menjadi penyumbang kematian
pneumonia lebih dari 1 juta anak per tahun. Keadaan malnutrisi akan
melemahkan sistem imun anak, karena protein dan enegi dibutuhkan untuk
membentuk fungsi sistem imun, serta anak yang malnutrisi akan mengalami
kelemahan otot pernapasan yang akan menghambat pembersihan sekret yang
ditemukan di jalur pernapasan anak. 18
2. Pemberian ASI
Pemberian ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan sejak dilahirkan hingga
bayi berusia 6 bulan tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan
makanan atau minuman lain. ASI menurut stadium laktasi terdiri dari
kolostrum, ASI transisi, ASI matur. 19 Kandungan dari setiap tahapan berguna
untuk bayi baru lahir, terutama upaya adaptasi fisiologis terhadap kehidupan
diluar kandungan. ASI merupakan suatu cairan kompleks dengan sejumlah
besar protein, sel, dan komponen lainnya. 20 Kolostrum yang terdapat di ASI
mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matur, zat
kekebalan yang terdapat pada ASI akan memproteksi bayi dengan
meningkatkan imunitas dan mengurangi risiko diare, risiko infeksi saluran
pernapasan, risiko otitis media, batuk dan penyakit alergi. 21
Anak yang berusia dibawah 5 tahun terutama yang memiliki usia 0-5
bulan yang tidak mendapatkan ASI eksklusif akan lebih cenderung terkena
pneumonia 15 kali dibanding dengan anak yang tidak mendapatkan ASI
eksklusif.13
3. Status imunisasi
Proses perjalanan penyakit diawali ketika virus/bakteri/protozoa/jamur, masuk
ke dalam tubuh. Setiap makhluk hidup yang masuk ke dalam tubuh manusia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

akan dianggap benda asing oleh tubuh atau yang disebut dengan antigen.
Secara alamiah sistem kekebalan tubuh akan membentuk zat anti yang disebut
antibodi untuk melumpuhkan antigen. Pada saat pertama kali antibodi
berinteraksi dengan antigen, respon yang diberikan tidak terlalu kuat. Hal ini
disebabkan antibodi belum mengenali antigen. Pada interaksi antibodi-antigen
yang kedua dan seterusnya, sistem kekebalan tubuh sudah mengenali antigen
yang masuk ke dalam tubuh, sehingga antibodi yang terbentuk lebih banyak
dan dalam waktu yang lebih cepat.8
Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah
disebut imunisasi alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian
vaksin adalah upaya stimulasi terhadap sistem kekebalan tubuh untuk
menghasilkan antibodi dalam upaya melawan penyakit dengan melumpuhkan
antigen yang telah dilemahkan yang berasal dari vaksin. Sebagai salah satu
kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi, setiap bayi wajib
mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis Bacill Calmette
Geủrin (BCG), 3 dosis DPT-HB dan atau DPT-HB-Hib, 4 dosis polio, dan 1
dosis campak.8
Imunisasi dapat menurunkan angka kematian anak dengan 2 cara yaitu
pertama vaksinasi untuk membantu mencegah perkembangan infeksi yang
secara langsung dapat menyebakan pneumonia. Yang kedua adalah imunisasi
yang dapat mencegah infeksi untuk terjadinya pneumonia sebagai
komplikasi.18
4. Usia Anak
Semakin kecil usia anak-anak semakin rentan terkena infeksi dikarenakan
sistem imun pada anak usia satu tahun pertama hingga usia lima tahun masih
belum matang.22 Usia merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan
kejadian pneumonia, terdapat dua populasi yang beresiko tinggi dengan
pneumonia yaitu anak yang berusia dibawah 5 tahun serta orang tua berusia
diatas 65 tahun.13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

5. Berat Badan Lahir


Berat badan lahir bayi adalah berat badan bayi yang di timbang dalam waktu
satu jam pertama setelah lahir. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi
baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram. BBLR tidak
hanya dapat terjadi pada bayi prematur, tapi juga pada bayi cukup bulan yang
mengalami hambatan pertumbuhan selama kehamilan. 7 Bayi dengan berat
badan lahir rendah mempunyai risiko kematian yang lebih besar dibanding
dengan berat badan lahir normal, terutama pada bulan-bulan pertama
kelahiran karena pembentukan kekebalan tubuh kurang sempurna sehingga
lebih mudah terkena penyakit infeksi, terutama pneumonia dan sakit saluran
pernapasan lainnya.23

b. Faktor Lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh pada peningkatan resiko terjadinya pneumonia.
Perumahan yang padat dan sempit, kotor, tidak mempunyai sarana air bersih dan
sanitasi yang cukup menyebabkan balita rentan dengan berbagai kuman penyakit
menular dan terinfeksi oleh berbagai kuman yang berasal dari tempat yang kotor
tersebut, yang berpengaruh diantaranya:
1. Lingkungan yang padat
Tinggal dilingkungan yang padat dapat meningkatkan transmisi patogen
melalui udara, kepadatan lingkungan biasanya dinilai dengan jumlah orang
per ruangan yang tinggal pada satu hunian. Banyaknya orang yang tinggal
dalam satu rumah mempunyai peranan penting dalam kecepatan transmisi
mikroorganisme di dalam lingkungan. Sehingga kepadatan hunian rumah
perlu menjadi perhatian semua anggota keluarga, terutama dikaitkan dengan
penyebaran penyakit menular.9,10
2. Polusi udara dalam ruangan
Debu dalam udara apabila terhisap akan menempel pada saluran nafas bagian
bawah sehingga menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, hal ini dapat
menyebabkan pergerakan silia menjadi lambat, bahkan berhenti, sehingga
mekanisme pembersihan saluran pernapasan menjadi terganggu, akibatnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

balita kesulitan bernafas, sehingga benda asing termasuk mikroorganisme


tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan dan hal ini akan memudahkan
terjadinya infeksi saluran pernapasan.24
Tabel 2.2 Faktor risiko pneumonia5
Faktor risiko pneumonia pada anak Faktor risiko pneumonia pada neonatus
Jenis kelamin ♂:♀= 2:1 Onset cepat
Faktor sosioekonomi dan lingkungan  Ketuban pecah lama (>18jam)
 Sosioekonomi yang rendah  Amnionitis
 Pendidikan ibu yang rendah  Prematur
 Akses kesehatan yang sulit  Takikardi pada fetus
 Polusi ruangan  Ibu demam intrapatum
 Malnutrisi Onset lama
 Kurang ASI  Penggunaan ventilator (4 kali
 Asap rokok (aktif maupun pasif) beresiko diintubasi dari yang
 Alkohol, narkoba, perokok pada tidak pakai intubasi)
remaja  Anomali jalan napas (atresia
Kondisi medis dan penyakit yang koana, fistula trakeoesofagus)
menyertai  Penyakit yang berat
 Kelainan jantung bawaan  Rawat inap yang lama
 Displasia bronkopulmonal dan  Kelainan neuroligik sehingga
penyakit paru kronis terjadi aspirasi)
 Diabetes mellitus  Infeksi nosokomial
 Cystic fibrotik
 Asma
 Sickle cell disease
 Kelainan neuromuskular
 Penyakit gastrointestinal
 Penyakit immunodefisiensi

2.1.6 Patogenesis
Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme di paru, keadaan
ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi
ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dapat berkembang
biak dan menimbulkan penyakit. Risiko infeksi di paru sangat tergantung pada
kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan merusak permukaan epitel saluran
napas. Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan yaitu inokulasi
langsung, penyebaran melalui pembuluh darah, inhalasi bahan aerosol,dan
kolonisasi dipermukaan mukosa.16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru, mula-mula terjadi


edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi dan penyebaran
kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi,
yaitu terjadi serbukan sel polymorphonuclear (PMN), fibrin, eritrosit, cairan
edema dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut hepatisasi merah.
Selanjutnya deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN
di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat, stadium ini disebut stadium
hepatisasi kelabu. Selanjutnya jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan
mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini
disebut stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena
akan tetap normal.4,25
Sistem pertahanan paru terdiri dari beberapa mekanisme. Pneumonia terjadi
jika satu atau lebih mekanisme mengalami gangguan, antara lain filtrasi partikel di
hidung, pencegahan aspirasi dengan refleks epiglotis, ekspulsi benda asing
melalui refleks batuk, pembersihan ke arah kranial oleh selimut mukosilier,
fagositosis kuman oleh makrofag alveolar, netralisasi kuman oleh substansi imun
lokal, drainase melalui sistem limfatik. Respon inflamasi yang disebabkan invasi
agen membuat neutrofil bermigrasi membebaskan mediator inflamasi, enzim
oksidase, kebocoran plasma, dan surfaktan berkurang sehingga membuat
kurangnya udara dan konsolidasi organ.16,26,27

2.1.7 Manifestasi Klinis


Pneumonia bakteri dan virus biasanya didahului oleh beberapa hari simptom dari
infeksi respirasi atas yaitu rhinitis dan batuk. Pada pneumonia virus, biasanya
terdapat demam dimana lebih rendah dari pneumonia bakteri. Takipnu merupakan
salah satu tanda klinis pneumonia, peningkatan usaha bernapas dengan retraksi
pada intercosta, subcosta dan suprasternal, napas cuping hidung, dan otot bantu
napas lainnya.2,5,15
Pneumonia bakterial perlu dipertimbangkan pada anak <3tahun dengan
demam >38,5°C, dan pernapasan >50x/menit. Pada anak lebih tua dengan
pneumonia bakterial didapati susah bernapas dan takipnu. Gejala atipikal tanpa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

simptom respiratori yang jelas agak jarang dijumpai seperti sakit perut, muntah
seperti pada abdomen akut, dan gejala seperti meningitis. 15

Tabel 2.3 Takipnu menurut usia


Takipnu menurut usia 11
Usia 0-2 bulan >60 x/menit
Usia 2-12 bulan >50 x/menit
Usia 1 sampai 5 tahun >40 x/menit
Usia ≥5 tahun >30x/menit

Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung berat dan
ringannya infeksi, tetapi secara umum sebagai berikut:4
 Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan
napsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare, kadang
ditemukan gejala infeski ekstrapulmoner.
 Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea,
napas cuping hidung, hipoksia, merintih, dan sianosis.

Tabel 2.4 Keparahan pneumonia-klasifikasi WHO11


Pneumonia/ bukan pneumonia berat Batuk
Masalah dalam bernapas
Takipnu
Tidak ditemukan tanda pneumonia
berat
Pneumonia berat Tanda dari pneumonia & ≥1
Restraksi subcosta
Napas cuping hidung
Merintih
Tidak ditemukan tanda pneumonia
sangat berat
Pneumonia sangat berat Tanda dari pneumonia berat & ≥1
Tidak mampu makan
Sianosis
Distress respiratori berat
Penurunan kesadaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

2.1.8 Diagnosa
Kebanyakan anak dengan pneumonia didiagnosa dan ditangani berdasarkan gejala
klinisnya saja, berikut ini adalah serangkaian penegakan diagnosa dan
pemeriksaan penunjangnya: 4,5,17
Anamnesis
Melakukan anamnesa ke ibu (alloanamnesa) dengan baik dan benar untuk
mendapatkan awal mula riwayat perjalanan penyakit, seperti batuk, sesak napas,
napas cuping hidung, retraksi dada, demam, serangan pertama atau berulang,
untuk membedakan dengan kondisi imunokompromis, kelainan anatomi bronkus,
atau asma.
Pemeriksaan Fisik
Dari pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi,
suara napas melemah, gejala susah bernapas, terdapat usaha napas tambahan
seperti retrasksi dada, sianosis, demam dan anak terlihat lemah. Tetapi pada
neonatus dan bayi kecil gejala dan tanda pneomonia lebih beragam dan tak terlalu
jelas. Pada perkusi dan auskultasi paru umumnya tidak ada kelainan.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan foto dada tidak direkomendasikan secara rutin pada anak dengan
infeksi saluran napas bawah akut ringan tanpa komplikasi, hanya
direkomendasikan pada pneumonia berat yang dirawat inap, bila tanda klinis yang
ditemukan membingungkan, untuk membuang penyebab lain dari distress.
Pemeriksaan ulang hanya dilakukan bila didapat adanya kolaps lobus, kecurigaan
terjadinya komplikasi, pneumonia berat, gejala yang menetap atau memburuk atau
tidak respon terhadap antibiotik.
2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit perlu dilakukan untuk
membantu menentukan pemberian antibiotik. Pemeriksaan kultur dan pewarnaan
gram dari spesimen usap tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus, darah,
pungsi efusi pleura atau aspirasi paru direkomendasikan dalam tatalaksana anak
dengan pneumonia yang berat, tidak direkomendasikan secara rutin pada pasien

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

rawat jalan. Pada anak kurang dari 18 bulan, dilakukan pemeriksaan untuk deteksi
antigen virus dengan atau tanpa kultur virus jika fasilitas tersedia. Pemeriksaan C-
Reactive Protein (CRP), laju endap darah (LED) dan pemeriksaan fase akut
lainnya tidak dapat membedakan infeksi viral dan bakterial dan tidak
direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin, dapat juga dipertimbangkan
pemeriksaan tuberkulin apabila anak berkontak dengan penderita tuberculosis.
3. Pemeriksaan lain
Pada setiap anak dirawat inap karena pneumonia seharusnya dilakukan
pemeriksaan pulse oxymetry.

2.1.9 Komplikasi
Komplikasi adalah pneumonia pada anak meliputi:5,11,28
1. Empiema dan efusi parapneumonia
Efusi parapneumonia adalah penumpukan cairan pleura yang dihubungkan dengan
pneumonia, sedangkan empiema adalah akumulasi cairan purulent pada ruang
pleura.
2. Abses paru
Abses paru adalah penebalan dinding rongga yang berisi jaringan nekrosis dengan
diameter 2 cm atau lebih yang disebabkan karena infeksi.
3. Pneumonia nekrotizing didefinisikan sebagai rongga lesi yang multipel yang
terletak pada area konsolidasi, tetapi kasusnya jarang. Dan masih ada lagi
komplikasi penumonia yaitu pneumotokel, bronkopleura fistula, pneumotoraks,
hipotermia serta sepsis seperti meningitis, pericarsditis, endokarditisk,
osteomielitis, septik artritis.

2.1.10 Pencegahan
Mengurangi kematian karena pneumonia, perlu dilakukan pencegahan yang
efektif agar anak lebih sehat dan kejadian pneumonia berkurang, seperti mencuci
tangan dengan bersih untuk cegah penyebaran infeksi, menjaga kebersihan jalan
napas seperti pakai masker, menutup mulut saat bersin atau batuk, pemberian ASI,
imunisasi dengan melakukan vaksin measles, vaksin Hib, vaksin konjugat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

pneumokokus, nutrisi yang adekuat, pemberian zink, dan membatasi pajanan


dengan orang yang sakit.18,28

2.1.11 Tatalaksana
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu dirawat inap. Indikasi perawatan
berdasarkan berat-ringannya penyakit seperti saturasi oksigen ≤92%, sianosis,
frekuensi napas >60x/menit, distres pernapasan, apnu intermiten, atau grunting,
tidak mau minum/menetek, terdapat tanda dehidrasi serta keluarga tidak bisa
merawat di rumah. Penatalaksanaan rawat inap adalah pengobatan kausal dengan
antibiotik yang sesuai serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi
pemberian cairan intravena, oksigen, koreksi gangguan keseimbangan asam basa,
elektrolit dan gula darah. Untuk nyeri dan demam berikan analgetik/ antipiretik,
penyakit penyerta harus ditangani adekuat, komplikasi yang mungkin terjadi harus
dipantau.4,17
Pilihan antibiotik lini pertama golongan betalaktam atau kloramfenikol, pada
pneumonia yang tidak respon dengan obat tersebut bisa diberikan gentamisin,
amikasin, atau sefalosporin sesuai dengan petunjuk etiologi yang ditemukan,
terapi antibiotik diteruskan selama 7-10 hari. Pada neonatus dan bayi kecil berikan
antibiotik intravena, karena sering terjadi sepsis dan meningitis. Antibiotik yang
diberikan adalah spektrum luas seperti kombinasi betalaktam/klavulanat dengan
aminoglikosida atau sefalosporin generasi ketiga, bila keadaan sudah stabil dapat
diberikan antibiotik oral selama 10 hari. 4
Pneumonia rawat jalan dapat diberikan antibiotik lini pertama secara oral,
misalnya amoksisilin atau kotrikomoksazol. Penelitian multisenter di Pakistan,
pemberian amoksisilin dan kotrikomoksazol dua kali sehari punya efektifitas
yang sama. Dosis amoksisilin adalah 25mg/kBB, kotrikomoksazol 4mg/kgBB,
20mg/kgBB sulfametoksazol. Makrolid dapat menjadi alternatif betalaktam untuk
pengobatan inisial pneumonia.4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

BAB 3
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Teori


Berdasarkan tinjauan pustaka telah diuraikan mengenai pneumonia pada anak,
pneumonia merupakan penyakit yang berbahaya karena merupakan salah satu
penyebab kematian utama pada balita. Maka berikut kerangka teori pada
penelitian ini:
Hal yang dapat mempengaruhi

Intrinsik: Ekstrinsik:
1. Status Gizi 1. Kepadatan tempat

2. Status Imunisasi tinggal

3. Usia anak 2. Polusi dalam ruangan


Penyebab: 3. Sosioekonomi
4. Jenis Kelamin
 Virus 4. Pendidikan ibu
5. Pemberian ASI
5. Umur ibu
 Bakteri 6. Pemberian vitamin A
 Jamur 7. Berat bayi Lahir
3.Jumlah paritas
4.Sosioekonomi

Sistem
Melalui udara pertahanan
tubuh anak

Pneumonia pada
Balita
Gambar 3.1 Kerangka teori

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

3.2. Kerangka Konsep


Berdasarkan dari tujuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka
kerangka konsep dari penelitian ini:

Karakteristik:
Usia
Jenis Kelamin Penderita pneumonia pada
balita
Pemberian ASI
Status Gizi
Berat Badan Lahir
Imunisasi

Gambar 3.2 Kerangka konsep

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif untuk
mengetahui karakteristik penderita pneumonia pada balita di RSUP Haji Adam
Malik tahun 2014-2015. Desain penelitian yang digunakan penulis adalah desain
cross-sectional study dengan pendekatan retrospektif yaitu dengan menganalisis
data yang didapatkan dari data rekam medis pasien.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


4.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di RSUP Haji Adam Malik karena merupakan
rumah sakit tipe A dan merupakan rumah sakit yang mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis yang luas, dan merupakan pusat
rujukan untuk daerah Sumatera Utara dan sekitarnya.

4.2.2 Waktu Penelitian


Waktu penelitian telah dilakukan mulai dari bulan Agustus 2016 sampai dengan
November 2016.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian


4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak balita yang didiagnosis dengan
pneumonia di RSUP Haji Adam Malik tahun 2014 sampai tahun 2015.

4.3.2 Sampel Penelitian


Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh anak balita yang didiagnosis dengan
pneumonia di RSUP Haji Adam Malik tahun 2014 sampai tahun 2015.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

Jenis sampel yang digunakan adalah total sampling, dimana penentuan sampel
dengan mengambil seluruh populasi sebagai subjek penelitian.

4.4 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data telah dilakukan setelah memperoleh izin dari pihak kampus
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan RSUP Haji Adam Malik.
Data yang diperoleh adalah data rekam medis pasien pneumonia pada balita di
RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2014 sampai tahun 2015.

4.5 Pengolahan dan Analisis Data


4.5.1 Pengolahan Data
Pengolahan data penelitian telah dilakukan dengan menggunakan program
komputer melalui proses-proses berikut:
1. Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan, kelengkapan, dan
kesesuaian data yang diperoleh dengan kebutuhan penelitian.
2. Coding
Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan serta
kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual
sebelum diolah dengan komputer.
3. Entry
Data yang telah diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam program
komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution)
4. Cleaning
Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer
guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.
5. Saving
Menyimpan data untuk siap dianalisis.
Semua data yang telah terkumpul sudah diolah lebih lanjut dan telah
dilakukan analisis statistik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

4.5.2 Analisis Data


Adapun data yang telah diperoleh sudah dianalisis secara univariat. Analisis
univariat adalah analisis data tiap variabel penelitian yang dimaksudkan untuk
mengetahui distribusi frekuensi dan proporsi dari variabel-variabel yang diamati
dan dapat disajikan dalam bentuk table, diagram, atau grafik.

4.6 Variabel dan Definisi Operasional


Tabel 4.1 Variabel dan Defenisi Operasional

Usia
Definisi Operasional Usia pasien pneumonia pada balita yang dihitung
dari tanggal lahir sampai didiagnosis pneumonia
dan tercatat dalam rekam medis
Cara Ukur Observasi data sekunder dari rekam medis
Alat Ukur Rekam Medis
Skala Ukur Interval
Hasil Ukur 1. 0-12 bulan
2. 13-24 bulan
3. 25-36 bulan
4. 37-48 bulan
5. 49-59 bulan

Jenis Kelamin
Definisi Operasional Sifat jasmani yang membedakan dua makhluk
sesuai yang tercatat dalam rekam medis
Cara Ukur Observasi data sekunder dari rekam medis
Alat Ukur Rekam Medis
Skala Ukur Nominal
Hasil Ukur 1. Laki-laki
2. Perempuan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

Riwayat pemberian ASI


Definisi Operasional Riwayat pemberian nutrisi yaitu dengan
memberikan air susu ibu (ASI) kepada pasien
pneumonia pada balita sesuai yang tercatat dalam
rekam medis
Cara Ukur Observasi data sekunder dari rekam medis
Alat Ukur Rekam Medis
Skala Ukur Nominal
Hasil Ukur 1. Diberi ASI
2. Tidak diberi ASI

Status Gizi
Definisi Operasional Status gizi pasien pneumonia yang ditentukan
berdasarkan kurva BB/TB WHO dan sesuai yang
tercatat dalam rekam medis
Cara Ukur Observasi data sekunder dari rekam medis
Alat Ukur Rekam Medis
Skala Ukur Ordinal
Hasil Ukur 1. Gizi lebih (>2 SD)
2. Gizi baik (-2 SD sampai dengan 2 SD)
3. Gizi kurang (-3 SD sampai dengan <-2
SD)
4. Gizi buruk (<-3 SD)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

Berat Badan Lahir


Definisi Operasional Berat badan sewaktu pasien dilahirkan sesuai
yang tercatat dalam rekam medis
Cara Ukur Observasi data sekunder dari rekam medis
Alat Ukur Rekam Medis
Skala Ukur Ordinal
Hasil Ukur 1. Berat lahir rendah (<2500 gr)
2. Berat lahir normal (≥2500 gr)
3. Berat lahir lebih (>4000gr)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan yang beralamat di jalan
Bunga Lau No.17, Medan terletak di kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan
Medan Tuntungan. RSUP Haji Adam Malik adalah rumah sakit umum milik
pemerintah pusat yang secara teknis berada dibawah Direktorat Jenderal Bina
Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
RSUP Haji Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK
Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan merupakan pusat rujukan kesehatan
regional untuk wilayah Sumatera bagian Utara dan Bagian Tengah yang meliputi
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Riau,
dan Provinsi Sumatera Barat.
RSUP H. Adam Malik juga ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan
berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No.502/Menkes/X/1991 sehingga dapat
digunakan sebagai pusat pendidikan klinik calon dokter dan pendidikan keahlian
calon dokter spesialis, untuk tempat penelitian dan pengembangan teknik
kedokteran.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden


Pada penelitian ini menggunakan sampel anak balita yang berusia 0-59 bulan
yang didiagnosa dengan pneumonia sebanyak 64 orang di RSUP Haji Adam
Malik pada tahun 2014 hingga 2015. Karakteristik sampel diambil dari data
rekam medis pasien, data yang diambil dan diolah dibedakan berdasarkan
gambaran karakteristik berdasarkan usia, jenis kelamin, riwayat pemberian ASI,
status gizi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

1. Distribusi frekuensi balita pneumonia berdasarkan usia


Dari penelitian ini dapat diketahui distribusi usia pada anak balita yang menderita
pneumonia.
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi balita pneumonia berdasarkan usia
Kelompok Usia Frekuensi Persentase (%)
0-12 bulan 43 67,2
13-24 bulan 13 20,3
25-36 bulan 6 9,4
37-48 bulan 1 1,6
49-59 bulan 1 1,6
Total 64 100

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa distribusi usia balita yang
menderita pneumonia paling banyak direntang usia 0-12 bulan yaitu sebesar
67,2% dan distribusi yang terendah pada rentang usia 37-48 bulan dan 49-59
bulan yaitu masing-masing sebesar 1,6%.

2. Distribusi frekuensi balita pneumonia berdasarkan jenis kelamin


Dari penelitian ini dapat diketahui distribusi jenis kelamin pada anak balita yang
menderita pneumonia.
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi balita pneumonia berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 38 59,4
Perempuan 26 40,6
Total 64 100

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa distribusi jenis kelamin balita yang
menderita pneumonia pada anak laki-laki lebih banyak yaitu sebesar 59,4%
dibanding dengan anak perempuan yaitu sebesar 40,6%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

3. Distribusi frekuensi balita pneumonia berdasarkan riwayat pemberian


ASI
Dari penelitian ini dapat diketahui distribusi riwayat pemberian ASI pada anak
balita yang menderita pneumonia.
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi balita pneumonia berdasarkan riwayat pemberian ASI
Status Pemberian ASI Frekuensi Persentase (%)
Mendapat ASI 50 78,1
Tidak Mendapat ASI 14 21,9
Total 64 100

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa distribusi pemberian ASI pada
balita yang menderita pneumonia yang medapatkan ASI yaitu sebesar 78,1% dan
yang tidak mendapatkan ASI yaitu sebesar 21,9%.

4. Distribusi frekuensi balita pneumonia berdasarkan status gizi


Dari penelitian ini dapat diketahui distribusi status gizi pada anak balita yang
menderita pneumonia.
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi balita pneumonia berdasarkan status gizi
Status Gizi Frekuensi Persentase (%)
Gizi Lebih 3 4,7
Gizi Baik 28 43,8
Gizi Kurang 12 18,8
Gizi Buruk 21 32,8
Total 64 100

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa distribusi status gizi pada balita
yang menderita pneumonia mayoritas memiliki gizi baik yaitu sebesar 43,8%,
diikuti gizi buruk sebesar 32,8%, gizi kurang 18,8% dan gizi lebih 4,7%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

5. Distribusi frekuensi balita pneumonia berdasarkan berat badan lahir


Dari penelitian ini dapat diketahui distribusi berat badan lahir pada anak balita
yang menderita pneumonia.
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi balita pneumonia berdasarkan berat badan lahir
Berat Badan lahir Frekuensi Persentase (%)
Berat Lahir Rendah 8 12,5
Berat Lahir Normal 55 85,9
Berat Lahir Lebih 1 1,6
Total 64 100

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa distribusi berat badan lahir pada
balita yang menderita pneumonia mayoritas memiliki berat lahir normal yaitu
sebesar 85,9% dan berat lahir rendah sebesar 12,5%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

5.2 Pembahasan
5.2.1 Balita penderita pneumonia menurut umur
Berdasarkan hasil analisis data dapat dilihat bahwa persentase balita yang
mengalami pneumonia lebih banyak terdistribusi direntang usia 0-12 bulan
(67,2%), dengan usia rata-rata pneumonia 11,09 bulan. Semakin kecil usia anak-
anak semakin rentan terkena infeksi dikarenakan sistem imun pada anak usia satu
tahun pertama hingga usia lima tahun masih belum matang.22 Balita yang lebih
muda cenderung memiliki daya tahan tubuh yang rendah, dikarenakan sistem
imunitas alami belum berfungsi dengan baik dan sistem saluran pernapasan juga
belum berfungsi dengan optimal sehingga sangat mudah sekali mengalami sakit.30
Selain itu dikarenakan saluran pernapasan anak yang relatif sempit, dan proses
pembersihan saluran napas yang belum memadai. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Hartati yang menyatakan bahwa balita yang berusia ≤ 12
bulan mempunyai peluang 3,24 kali untuk menderita pneumonia dibandingkan
balita yang berusia > 12 bulan - <60 bulan.23
Data dari Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (Ditjen PP&PL) dan profil kesehatan indonesia tahun 2007 hingga
2009 yang disebutkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, bila
dilihat proporsi pneumonia menurut kelompok umur balita, bayi dengan usia bayi
<1 tahun dibandingkan balita memiliki proporsi sekitar 35%, hal ini harus
mendapat perhatian karena menunjukkan bahwa bayi merupakan kelompok usia
yang tinggi kejadian pneumonianya.3 Melihat kondisi seperti ini penting untuk
menjaga kesehatan anak <12 bulan untuk mencegah anak terkena penyakit
infeksi.

5.2.2 Balita penderita pneumonia menurut jenis kelamin


Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa anak laki-laki lebih banyak
terkena pneumonia sebesar 59,4% dibanding anak perempuan 40,6%. Hal ini
sesuai dengan data statistik rumah sakit tahun 2005 hingga 2009 yang disebutkan
oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yaitu jumlah pasien balita yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

menderita pneumonia lebih banyak dialami oleh laki-laki sekitar 56%


dibandingkan perempuan.3
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Nurjannah dkk, menyatakan
persentase pneumonia pada anak laki-laki (59,7%) lebih besar dibandingkan
dengan anak perempuan.29 Beberapa penelitian menemukan sejumlah penyakit
saluran pernapasan yang dipengaruhi oleh adanya perbedaan fisik anatomi saluran
pernapasan pada anak laki-laki dan perempuan. Secara umum dalam ukuran
tertentu saluran pernapasan anak laki-laki lebih kecil dibandingkan dengan anak
perempuan, hal ini dapat meningkatkan frekuensi penyakit saluran pernapasan,
serta disebabkan karena perkembangan sel-sel tubuh laki-laki lebih lambat
dibandingkan dengan perempuan ditambah dengan aktifitas laki-laki lebih sering
bermain dengan lingkungan yang kotor sehingga jenis kelamin menjadi salah satu
faktor resiko meningkatnya insiden pneumonia .31

5.2.3 Balita penderita pneumonia menurut riwayat pemberian ASI


Pemberian ASI yang baik adalah diberikan selama 6 bulan pertama kehidupan,
tanpa menambah dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain,
selanjutnya didampingi dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) hingga usia
2 tahun.19 Bayi yang mendapatkan ASI akan mendapat perlindungan dari
penyakit infeksi saluran pernapasan dan saluran cerna dikarenakan ASI yang
mengandung zat-zat kekebalan tubuh dan antimikroba yang akan meningkatkan
imunitas.19,20 Hampir 90% kematian balita terjadi di negara berkembang dan lebih
dari 40% kematian disebabkan diare dan infeksi pernapasan akut. Penyakit
saluran cerna dan saluran nafas dapat dicegah dengan ASI ekslusif, oleh karena
ASI kaya mengandung berbagai faktor aktif imunologis khususna antibodi. 20
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa anak penderita
pneumonia yang mendapat ASI sebanyak 78,1% lebih banyak dibandingkan
dengan anak yang tidak mendapatkan ASI 21,9%. Hasil ini berbeda dengan
penelitian Puspitasari dkk dimana balita penderita pneumonia yang tidak
mendapat ASI eksklusif sebanyak 75% dan balita penderita pneumonia yang
mendapat ASI eksklusif sebesar 25%, dan dari hasil analisis penelitian tersebut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

didapat bahwa balita yang tidak mendapat ASI eksklusif mempunyai peluang
mengalami pneumonia sebanyak 7 kali dibanding dengan balita yang mendapat
ASI eksklusif.30
Perbedaan hasil ini mungkin dikarenakan peneliti tidak meneliti lebih jauh
riwayat lamanya pemberian ASI yang diberikan serta ada atau tidak tambahan
atau pengganti makanan maupun minuman yang diberikan untuk anak. Karena
menurut teori yang ada dikatakan bahwa ASI mengandung faktor protektif dan
nutrien yang sesuai yang menjamin status gizi bayi serta dapat menurunkan
angka kesakitan dan kematian anak. Beberapa penelitian epidemiologis
menyatakan bahwa ASI ekslusif melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi,
misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah
karena terkandung zat kekebalan pada ASI. 21 Sehingga riwayat pemberian ASI
yang buruk diduga menjadi salah satu hal yang dapat meningkatkan kejadian
penyakit saluran pernapasan seperti pneumonia pada balita.

5.2.4 Balita penderita pneumonia menurut status gizi


Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa anak yang menderita
pneumonia dengan gizi baik sebanyak 43,8% sedang anak gizi buruk sebanyak
32,8%, gizi kurang 18,8%, gizi lebih 4,7%. Dengan hasil tersebut dapat dilihat
status gizi balita yang menderita pneumonia masih cukup baik, namun anak
dengan status gizi buruk dan gizi kurang masih terbilang cukup banyak. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurjannah dkk yang mendapatkan
bahwa balita dengan gizi baik sebesar 49,3%, sedangkan dengan gizi kurang
sebanyak 37,5%.29
Menurut teori anak dengan malanutrisi dapat meningkatkan resiko untuk
terkena pneumonia dengan dua cara, pertama dengan melemahkan sistem
imunitas, dimana protein dan energi yang adekuat diperlukan untuk mendukung
fungsi sistem imun, jika asupan gizi yang didapat tidak mencukupi maka akan
terjadi disfungsi dari sistem imunitas. Kedua dengan melemahkan otot
pernapasan, dimana dengan menghambat pembersihan sekret pada saluran
pernapasan, sehingga memudahkan patogen yang masuk untuk berkembang. 18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

Pada anak sakit, selain untuk tetap memelihara tumbuh kembang, pemenuhan
nutrisi sangat bermanfaat untuk mempercepat proses penyembuhan,
memperpendek masa perawatan, mengurangi terjadinya komplikasi, menurunkan
morbiditas dan mortalitas serta mencegah terjadinya malnutrisi akibat pengobatan
atau tindakan medis.32 Oleh karena itu pemberian nutrisi yang sesuai pada anak
sangat dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak
sehingga anak dapat terhindar dari penyakit penumonia.

5.2.5 Balita penderita pneumonia menurut berat lahir


Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa anak yang menderita
pneumonia dengan berat badan lahir normal sebanyak 85,9% sedang anak berat
badan lahir rendah 12,5%. Dari hasil tersebut menggambarkan bahwa anak yang
menderita pneumonia mayoritas memiliki berat badan lahir normal (≥2500 gr).
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hartati yaitu anak yang menderita
pneumonia dengan berat badan lahir normal sebanyak 86,2% dibanding berat
badan lahir rendah <2500 gr sebesar 13,8%. Bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) mempunyai risiko kematian yang lebih besar dibandingkan dengan berat
badan lahir normal, terutama pada bulan-bulan pertama kelahiran karena
pembentukan zat antibodi kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena
penyakit infeksi, terutama pneumonia dan penyakit saluran napas lainnya. 23
Bayi berat lahir rendah mempunyai kecenderungan kearah peningkatan
terjadinya infeksi dan mudah terserang komplikasi. Masalah pada BBLR yang
sering terjadi adalah gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat,
kardiovaskular, hematologi, gastro intestinal, ginjal, dan termoregulasi. 7
Tetapi kejadian pneumonia bukan semata hanya dinilai dengan berat badan
lahir karena banyak hal yang mendukung dalam perkembangan balita seperti
asupan gizi dan lingkungan fisik tempat tinggal anak, yang dalam penelitian ini
tidak dilakukan penelitian lebih lanjut tentang itu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di RSUP Haji Adam Malik
tentang karakteristik penderita pneumonia pada balita dengan jumlah sampel
sebanyak 64 orang dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Balita yang menderita pneumonia banyak terdistribusi direntang usia 0-12
bulan.
2. Balita yang menderita pneumonia mayoritas berjenis kelamin laki-laki.
3. Balita yang menderita pneumonia mayoritas mendapat ASI.
4. Balita yang menderita pneumonia mayoritas memiliki status gizi baik.
5. Balita yang menderita pneumonia mayoritas memiliki berat badan lahir
normal.

6.2 Saran
1. Untuk RSUP Haji Adam Malik, untuk lebih meningkatkan kelengkapan
rekam medis pasien agar dapat dipergunakan dengan baik untuk
pembelajaran maupun digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam
rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan kesehatan.
2. Diharapkan kepada tenaga medis untuk memberikan penjelasan dan
penyuluhan kepada orang tua agar dapat mengetahui faktor pencetus,
tanda dan gejala dari pneumonia, sehingga dapat mengurangi insidensi
pneumonia.
3. Diharapkan skripsi ini berguna sebagai bahan referensi dan tinjauan untuk
penelitian selanjutnya.
4. Untuk peneliti selanjutnya agar dapat melengkapi kekurangan baik dalam
metode penelitian, pengambilan dan pengolahan data yang terdapat dalam
skripsi ini agar lebih sempurna.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

DAFTAR PUSTAKA

1. Supriyatno B. Infeksi Respiratorik Bawah Akut pada Anak. Sari Pediatri.


September 2006; 8:100-106.
2. Sectish TC, Prober CG. Pneumonia. Nelson Textbook of Pediatrics, 17th ed,
Chapter 389.
3. Weber M, Fransisca HA, Mardjanis S, Cissy BK, Kusbiyantoro. Pneumonia
Balita. Pusat data dan surveilans epidemiologi Kementerian Republik
Indonesia. 2010; 3: 1-36.
4. Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku ajar Respirologi anak. Edisi
pertama. Cetakan kedua. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. h.350-364.
5. Gereige RS, Pablo ML. Pneumonia. Infectious Diseases. Miami: Division of
Pediatric Diseases. Oktober 2013; 34: 438-456.
6. Rudan I, Cynthia BP, Zrinka B, Kim M, Harry C. Epidemiology and Etiology
of Childhood Pneumonia. Bulletin of the World Health Organization. 2008;
86: 408-416.
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2014: 142-144.
8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2015. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2015: 172-174.
9. Nurjazuli, Widyaningtyas R. Faktor Risiko Dominan Kejadian Pneumonia
pada Balita. Semarang: Faculty of Public Health Diponegoro University: 3.
10. Wonodi CB, Deloria-Knoll M, Feikin DR, Deluca AN, Driscoll AJ, Moisi JC,
et al. Evaluation of Risk Factors for Severe Pneumonia in Children: The
Pneumonia Etiology Research for Child Health Study. Clinical Infectious
Diseases. 2012; 54 (Suppl): 124-131.
11. Banaszak IW, Breborowicz A. Pneumonia in Children. Chapter 6. Poland:
Department of Pulmonology, Perdiatric Allergy and Clinical Immunology,
2013: 138-163.
12. World Health Organization, unicef. Ending Preventable Child Deaths from
Pneumonia and Diarrhoea by 2025:The integrated Global Action Plan for
Pneumonia and Diarrhoea (GAPPD). 2013: 5-34.
13. Tong N. Priority Medicines for Europe and the World: A Pyblic Health
Approach to Innovation. Background Paper 6.22. Pneumonia. May 2013: 7-
36.
14. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementerian kesehatan RI.
Riset Kesehatan Dasar. 2013: 67.
15. Best, Brabyn, Shepherd, Twiss. Pneumonia. Starship children’s health clinical
guidline. Agustus 2010: 1-8.
16. Pneumonia komuniti. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia: 2-6.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

17. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Salamia IN, Gandaputra EP,


Harmoniati ED. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2009: 250-255.
18. UNICEF, WHO. Pneumonia: The forgotten killer of children. 2006: 4-40.
19. Lumbanraja SN. ASI dan Aspek Klinisnya. Medan. USU press. 2015: 2-15.
20. Aldy OS, Bugis ML, Pertin S, Emil A, Guslihan DT. Dampak Proteksi Air
Susu Ibu Terhadap Infeksi. Sari Pediatri. Oktober 2009; 3: 167-173.
21. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi dan Analisis
ASI eksklusif. Indofatin. 2014: 1-6.
22. Nurnajiah M, Rusdi, Desmawati. Hubungan Status Gizi dengan Derajat
Pneumonia pada Balita di RS. Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas. 2016: 250-255.
23. Hartati S. Analisis Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian
Pneumonia pada Anak Balita di RSUP Pasar Rebo Jakarta. Tesis. Depok:
Fakultas Ilmu Keperawatan, 2011: 31-38.
24. Sugihartono, Nurajzuli. Analisis Faktor Risiko Kejadian Pneumonia Pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Kota Pagar Alam. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia. April 2012; 11: 82-86.
25. Gaston B. Pneumonia. Infectious Disease. Charlottesville: Department of
Pediatrics, Respiratory Division: 132-140.
26. Schidlow DV, dan Callahan CW. Pneumonia. Pediatric in review. 1996; 17:
300-309.
27. Durbin WJ, Stille C. Pneumonia. Pediatric in Review. Worcester: Associate
Professor of Pediatrics, University of Massachusetts Medical. May 2008; 29:
147-158.
28. Paraby R, Ian MBL. Complicated Pneumonia in Children. London: Paediatric
Respiratory Medicine. Maret 2013; 9: 211-222.
29. Nurjannah, Nora S, Sidqi A. Profil pneumonia pada anak di RSUD Dr.
Zainoel Abidin, studi retrospektif. Sari Pediatri. Februari 2012; 13: 324-328.
30. Puspitasari DE, Fariani S. Faktor Risiko Pneumonia pada Balita Berdasarkan
Status imunisasi campak dan status ASI ekslusif. Jurnal Berkala
Epidemiologi. 2015;3 : 69-81.
31. Sumiyati. Hubunga jenis kelamin dan status imunisasi DPT dengan
pneumonia pada bayi usia 0-12 bulan. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai.
2015; 8: 63-69.
32. Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik. Asuhan Nutrisi
Pediatrik. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2011:1-14.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rafiqatul Fadillah Sitompul


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Padangsidimpuan, 12 Maret 1996
Warna Negara : Indonesia
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Alamat : Jl. Pertahanan Dusun V Gg. Siram Patumbak Kampung
Alamat email : vavapika@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
1. TK Raudhatul Athfal Ar-Ridho Patumbak (2000-2001)
2. SDN No.101791 Patumbak Deli Serdang (2001-2007)
3. MTs Negeri 1 Medan (2007-2010)
4. SMA Negeri 1 Matauli Pandan (2010-2013)
5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2013-sekarang)
Riwayat pelatihan :
1. Peserta PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) FK USU 2013
2. Peserta MMB (Manajemen Mahasiswa Baru) FK USU 2013
3. Peserta Seminar dan Workshop Basic Life Support & Traumatology
TBM FK USU 2015

Riwayat Organisasi :
1. Anggota Pemerintahan Mahasiswa FK USU 2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2
ETHICAL CLEARENCE PENELITIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3
SURAT IZIN PENELITIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4

SURAT KETERANGAN TELAH SELESAI MELAKSANAKAN


PENELITIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 5
DATA INDUK HASIL PENELITIAN
No No. RM Usia Jenis TB BB Stat. Gizi Stat. ASI BBL Stat. Imunisasi Kel. usia Kel. BBL
(bln) Kelamin (cm) (gr) (gr)
1 634054 5 laki laki 65 5400 gizi kurang diberi ASI 3500 lengkap usia 0-12 bulan Normal
2 654649 5 perempuan 57 3500 gizi buruk diberi ASI 3000 tidak lengkap usia 0-12 bulan Normal
3 657646 5 perempuan 65 6300 gizi baik diberi ASI 3600 tidak lengkap usia 0-12 bulan Normal
4 625343 9 laki laki 74 7800 gizi kurang tidak diberi 3500 tidak lengkap usia 0-12 bulan Normal
ASI
5 658837 1 perempuan 54 3500 gizi kurang tidak diberi 3500 tidak lengkap usia 0-12 bulan Normal
ASI
6 642138 2 laki laki 48 2100 gizi buruk diberi ASI 2100 tidak lengkap usia 0-12 bulan BBLR
7 651934 8 laki laki 96 7100 gizi buruk diberi ASI 3000 lengkap usia 0-12 bulan Normal
8 649134 11 perempuan 66 6000 gizi kurang tidak diberi 3000 tidak lengkap usia 0-12 bulan Normal
ASI
9 635832 6 perempuan 62 6500 gizi baik diberi ASI 3500 tidak lengkap usia 0-12 bulan Normal
10 634332 52 perempuan 81 14000 gizi lebih diberi ASI 3500 tidak lengkap usia 49-59bulan Normal
11 643610 1 laki laki 51 4000 gizi baik tidak diberi 3800 tidak lengkap usia 0-12 bulan Normal
ASI
12 637011 1 perempuan 49 4500 gizi lebih diberi ASI 3200 lengkap usia 0-12 bulan Normal
13 607304 7 perempuan 50 4000 gizi baik diberi ASI 2500 lengkap usia 0-12 bulan Normal
14 627410 9 laki laki 59 5100 gizi baik tidak diberi 2800 tidak lengkap usia 0-12 bulan Normal
ASI
15 636809 2 laki laki 60 4600 gizi buruk diberi ASI 3500 lengkap usia 0-12 bulan Normal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16 626209 1 laki laki 51 2600 gizi buruk tidak diberi 3500 tidak lengkap usia 0-12 bulan Normal
ASI
17 633905 18 perempuan 75 7500 gizi kurang diberi ASI 3500 tidak lengkap usia 13-24bulan Normal
18 641508 34 laki laki 84 10000 gizi baik diberi ASI 2700 lengkap usia 14-36bulan Normal
19 635004 4 perempuan 57 3300 gizi buruk diberi ASI 3100 lengkap usia 0-12 bulan Normal
20 658756 11 laki laki 76 9800 gizi baik diberi ASI 3500 lengkap usia 0-12 bulan Normal
21 655756 10 laki laki 73 9000 gizi baik diberi ASI 3600 lengkap usia 0-12 bulan Normal
22 656100 1 laki laki 48 1500 gizi buruk tidak diberi 1800 tidak lengkap usia 0-12 bulan BBLR
ASI
23 662500 2 laki laki 41 2280 gizi buruk tidak diberi 1900 tidak lengkap usia 0-12 bulan BBLR
ASI
24 662545 9 laki laki 63 4200 gizi buruk diberi ASI 2900 lengkap usia 0-12 bulan Normal
25 633244 17 perempuan 67 4500 gizi buruk diberi ASI 3000 tidak lengkap usia 13-24bulan Normal
26 660943 9 perempuan 72 7800 gizi baik diberi ASI 3500 tidak lengkap usia 0-12 bulan Normal
27 643325 34 perempuan 90 12000 gizi baik diberi ASI 2800 lengkap usia 14-36bulan Normal
28 653817 38 laki laki 81 11000 gizi baik diberi ASI 3000 lengkap usia 37-48bulan Normal
28 650210 2 perempuan 56 3800 gizi kurang tidak diberi 3000 lengkap usia 0-12 bulan Normal
ASI
30 645086 2 laki laki 50 3160 gizi baik diberi ASI 3000 tidak lengkap usia 0-12 bulan Normal
31 660985 7 laki laki 56 4200 gizi kurang diberi ASI 2700 tidak lengkap usia 0-12 bulan Normal
32 624778 2 laki laki 55 4000 gizi baik diberi ASI 3300 tidak lengkap usia 0-12 bulan Normal
33 657262 2 laki laki 55 4600 gizi baik diberi ASI 3300 tidak lengkap usia 0-12 bulan Normal
34 646978 1 laki laki 40 3600 gizi baik diberi ASI 3000 tidak lengkap usia 0-12 bulan Normal
35 656479 6 perempuan 60 5000 gizi baik diberi ASI 3000 lengkap usia 0-12 bulan Normal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36 628279 2 perempuan 54 3800 gizi baik diberi ASI 2800 tidak lengkap usia 0-12 bulan Normal
37 617980 11 laki laki 66 4500 gizi buruk diberi ASI 3600 tidak lengkap usia 0-12 bulan Normal
38 654280 13 laki laki 74 7300 gizi kurang diberi ASI 2900 tidak lengkap usia 13-24bulan Normal
39 654576 15 laki laki 73 8500 gizi baik diberi ASI 3900 tidak lengkap usia 13-24bulan Normal
40 661974 2 laki laki 53 3700 gizi baik diberi ASI 2800 tidak lengkap usia 0-12 bulan Normal
41 637063 2 laki laki 54 3500 gizi kurang diberi ASI 2600 lengkap usia 0-12 bulan Normal
42 652164 10 perempuan 57 5400 gizi baik diberi ASI 1600 lengkap usia 0-12 bulan BBLR
43 634996 30 perempuan 76 9500 gizi baik diberi ASI 2900 lengkap usia 14-36bulan Normal
44 655993 13 laki laki 67 4000 gizi buruk tidak diberi 2000 tidak lengkap usia 13-24bulan BBLR
ASI
45 631293 6 laki laki 57 4500 gizi baik diberi ASI 2700 tidak lengkap usia 0-12 bulan Normal
46 640990 33 perempuan 85 9000 gizi kurang diberi ASI 3000 tidak lengkap usia 14-36bulan Normal
47 631590 6 perempuan 61 4300 gizi buruk diberi ASI 3700 tidak lengkap usia 0-12 bulan Normal
48 649589 18 perempuan 83 8000 gizi buruk diberi ASI 3200 lengkap usia 13-24bulan Normal
49 644389 17 perempuan 75 8200 gizi baik diberi ASI 2800 tidak lengkap usia 13-24bulan Normal
50 643839 35 laki laki 87 9000 gizi buruk tidak diberi 2100 tidak lengkap usia 14-36bulan BBLR
ASI
51 660340 18 laki laki 77 7000 gizi buruk tidak diberi 2600 lengkap usia 13-24bulan Normal
ASI
52 653459 13 laki laki 67 5800 gizi buruk diberi ASI 2500 lengkap usia 13-24bulan Normal
53 645573 3 laki laki 48 4600 gizi lebih diberi ASI 3300 tidak lengkap usia 0-12 bulan Normal
54 643172 13 laki laki 76 9300 gizi baik diberi ASI 3000 tidak lengkap usia 13-2 bulan Normal
55 658176 10 laki laki 78 7000 gizi buruk tidak diberi 2700 tidak lengkap usia 0-12 bulan Normal
ASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56 661275 15 perempuan 67 7500 gizi baik tidak diberi 3300 lengkap usia 13-24bulan Normal
ASI
57 632275 8 laki laki 80 7000 gizi buruk diberi ASI 2900 lengkap usia 0-12 bulan Normal
58 648063 15 perempuan 72 6600 gizi kurang diberi ASI 2900 lengkap usia 13-24bulan Normal
59 637297 21 laki laki 72 7000 gizi kurang diberi ASI 4500 lengkap usia 13-24bulan BBL lebih
60 646191 8 perempuan 73 8000 gizi baik diberi ASI 3000 lengkap usia 0-12 bulan Normal
61 646195 3 laki laki 53 4000 gizi baik diberi ASI 2000 tidak lengkap usia 0-12 bulan BBLR
62 632595 4 laki laki 50 4000 gizi baik diberi ASI 2300 tidak lengkap usia 0-12 bulan BBLR
63 655457 7 perempuan 64 5200 gizi buruk diberi ASI 3900 tidak lengkap usia 0-12 bulan Normal
64 632948 25 laki laki 66 4700 gizi buruk diberi ASI 2900 tidak lengkap usia 14-36bulan Normal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai