Anda di halaman 1dari 128

KARAKTERISTIK PENDERITA HYDROCEPHALUS KONGENITAL

RAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN


TAHUN 2014-2017

SKRIPSI

OLEH :

OLIVIA HIZKYANA
NIM. 141000393

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KARAKTERISTIK PENDERITA HYDROCEPHALUS KONGENITAL
RAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2014-2017

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

OLIVIA HIZKYANA
NIM. 141000393

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul

"Karakteristik Penderita Hydrocephalus Kongenital Rawat Inap Di RSUP

H.Adam Malik Medan Tahun 2014-2017" ini beserta seluruh isinya adalah

benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan

dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan dalam masyarakat

keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang

diajukan kepada saya apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika

keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya

saya ini.

Medan, Juli 2018

Olivia Hizkyana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

Hidrosefalus merupakan kelainan patologis otak akibat kelebihan cairan


serebrospinal pada sistem saraf pusat dengan tekanan intrakranial yang meninggi
sehingga terjadi pelebaran pada ventrikel. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui karakteristik penderita hidrosefalus kongenital yang di rawat inap di
RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2014-2017.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain case series. Populasi
berjumlah 94 orang dengan sampel yaitu total sampling. Diperoleh Jumlah
penderita Hidrosefalus Kongenital di RSUP H.Adam tahun 2014-2017 sebanyak
94 penderita.
Hasil penelitian yang diperoleh pada penderita hidrosefalus kongenital
berdasarkan tahun, proporsi tertinggi yaitu pada tahun 2016 (29,8%), berjenis
kelamin laki-laki (57,4%), suku Batak (42,6%), beragama Islam (72,3%),
pendidikan orangtua yaitu SMA/Sederajat (64,9%), pekerjaan orangtua yaitu
wiraswasta (63,8%), alasan dibawa ke rumah sakit yaitu kepala membesar
(57,2%), klasifikasi hidrosefalus yaitu hidrosefalus obstruktif (51,1%), riwayat
persalinan yaitu operasi sesar (48,9%), tingkat kesadaran penderita yaitu compos
mentis (77,7%), riwayat cedera yaitu tidak (78,7%), lama rawatan rata-rata yaitu
14 hari, penatalaksanaan medis yaitu operasi dan obat-obatan (53,2%), sumber
biaya yaitu BPJS (85,1%), keadaan sewaktu pulang yaitu pulang berobat jalan
(60,6%), asal rujukan yaitu dari luar kota medan (59,6%). Hasil uji statistik
menunjukan ada perbedaan proporsi yang bermakna antara penatalaksanaan medis
berdasarkan klasifikasi hidrosefalus (p=0,04).
Diharapkan bagi pihak rekam medis di RSUP H. Adam Malik Medan agar
melengkapi pencatatan terutama pada bagian riwayat persalinan. Bagi dokter dan
perawat, diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada orangtua penderita
hidrosefalus kongenital mengenai penatalaksanaan hidrosefalus terutama bagian
perawatan setelah menjalankan operasi vp-shunt.

Kata Kunci: Karakteristik Penderita, Hidrosefalus Kongenital, RS.HAM

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT

Hydrocephalus is a pathological disorder of the brain due to excessive


cerebrospinal fluid in the central nervous system with elevated intracranial
pressure resulting in widening of the ventricles. The purpose of this study was to
determine the characteristics of congenital hydrocephalus patients who were
hospitalized in RSUP H.Adam Malik Medan in 2014-2017.
This research is descriptive with case series design. The population is 94
people with the sample is total sampling. Obtained Number of congenital
hydrocephalus patients in RSUP H.Adam Malik in years 2014-2017 as many as
94 patients.
The results of the study were obtained in congenital hydrocephalus
patients by year, the highest proportion was in 2016 (29.8%), male gender
(57.4%), Batak tribe (42.6%), Moslem (72,3%), parents education that is high
school / equal (64,9%), enterprise parent (63,8%), reason brought to hospital that
is enlarged head (57,2%), classification of hydrocephalus that is obstructive
hydrocephalus (51,1%), history of cesarean section (48,9%), patient awareness in
compos mentis level (77,7%), injury history (78,7%), average is 14 days, medical
management is surgery and medication (53,2%), source of cost is BPJS (85,1%),
the circumstance when returning is home medical treatment (60,6%), origin of
referrals from out of Medan city (59.6%). The result of statistical test shows that
there is a significant difference of proportion between medical management based
on hydrocephalus classification (p = 0,04)
It is expected for the medical record at RSUP H. Adam Malik Medan to
complete the recording especially in the part of birth history. For doctors and
nurses, it is hoped to provide understanding to parents of congenital
hydrocephalus on management of hydrocephalus, especially the treatment after
running vp-shunt surgery.

Keywords: Patient Characteristics, Congenital Hydrocephalus, HAM Hospital

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji serta Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah

melimpahkan berkat, rahmat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Karakteristik Penderita Hydrocephalus

Rawat Inap di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2014-2017”. Skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Strata-1 di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini, terutama kepada orang tua

penulis terkasih, Ayahanda Hotlan Simbolon, dan Ibunda Tiorli Sinaga yang telah

mendidik penulis hingga menjadi seperti sekarang ini serta memberikan semangat,

doa, dukungan kepada penulis terutama dalam penyelesaian skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan

berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S. H., M. Hum. selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Rahayu Lubis, M.Kes., Ph.D. selaku Ketua Departemen Epidemiologi

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Siti Khadijah Nasution, SKM.,M.Kes. selaku Dosen Penasehat Akademik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Para Dosen dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

6. Direktur RSUP H.Adam Malik Medan dan seluruh staf, khususnya bagian

rekam medik yang telah membantu penulis dalam proses pengumpulan data.

7. Untuk Yohana Christy Simbolon, Nicholas Filbert Simbolon, Yohan Marihot

Sinaga, terimakasih atas dukungan, semangat serta doa, sehingga penulis bisa

menyelesaikannya dengan baik.

8. Untuk Dewi Naibaho, S.Ked selaku tentor yang telah mengajari, menjelaskan

dengan sabar, membimbing penulis hingga paham dengan materi yang penulis

angkat dalam skripsi yaitu.

9. Untuk Rio Setiadi Silalahi, S.H yang telah menemani penulis di perantauan.

10. Untuk sahabat terkasih, Meliza Swandi, Intania Ramadhani, Ivan Christian,

Sisilia Feaghita, Adria Mariesta, Roniat, Damian, Yetti Purba, Monikha

Stanggang, Grace Deonita, Anggi Atri Amelia, Veronika Simatupang,

Sadikin Saragih, dan Robert.

11. Teman-teman seperjuangan dipeminatan Epidemiologi 2014.

12. LKP Bromoers Squad Intania, Novi Asita, Faya Boang dan Annisa Syahfitri.

13. Teman-teman PBL FKM USU 2017 Desa Kuala Lama Kecamatan Pantai

Cermin Kab. Serdang Bedagai, Kak Rizka, Ulfa, Riri dan Indri.

14. Teman-teman yang sangat membantu dalam hal yang tidak terduga,

Maylandari Panjaitan, Nicholas Samosir dan Buana Ginting.

15. Paduan Suara Gloria USU, Keluarga kedua penulis di perantauan yang telah

memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, namun

penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan ilmu kepada pembaca.

Apabila terdapat kesalahan baik dalam penulisan maka penulis mohon kritik dan

saran yang membangun agar dapat menjadi lebih baik.

Medan, Juli 2018


Penulis

Olivia Hizkyana

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAAN SKRIPSI .................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
ABSTRACK..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus ...................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 9


2.1 Defenisi Hydrocephalus .................................................................. 9
2.2 Anatomi Fisiologi ............................................................................ 10
2.3 Klasifikasi Hydrocephalus ............................................................... 12
2.3.1 Menurut Sirkulasi Cairan Serebrospinal .................................. 12
2.3.2 Menurut Gambaran Klinis ....................................................... 14
2.3.3 Menurut Waktu Pembentukan ................................................. 14
2.3.4 Menurut Proses Terbentuknya ................................................. 15
2.3.5 Hidrosefalus Jenis Lainnya ..................................................... 16
2.4 Etiologi dan Faktor Risiko ............................................................... 16
2.4.1 Hidrosefalus Akibat Kelainan Bawaan .................................... 17
2.4.2 Hidrosefalus Akibat Infeksi .................................................... 19
2.4.3 Neoplasma .............................................................................. 22
2.4.4 Perdarahan .............................................................................. 22
2.5 Patofisiologi ..................................................................................... 22
2.6 Gambaran Klinis Penderita Hidrosefalus .......................................... 23
2.7 Epidemiologi .................................................................................... 25
2.8 Pencegahan ...................................................................................... 26
2.8.1 Pencegahan Primer .................................................................. 26
2.8.2 Pencegahan Sekunder .............................................................. 26
2.8.3 Pencegahan Tersier .................................................................. 29
2.9 Kerangka Konsep ............................................................................. 30

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................31
3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................31
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................................31
3.2.1 Lokasi Penelitian ........................................................................31
3.2.2 Waktu Penelitian.........................................................................31
3.3 Populasi dan Sampel............................................................................31
3.3.1 Populasi ......................................................................................31
3.3.2 Sampel........................................................................................32
3.4 Metode Pengumpulan Data ..................................................................32
3.5 Defenisi Operasional ...........................................................................32
3.6 Analisis Data .......................................................................................36

BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................37


4.1 Profil Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan ....................37
4.1.1 Gambaran Umum Rsup H.Adam Malik Medan ...........................37
4.1.2 Visi Dan Misi Rsup H. Adam Malik Medan ................................37
4.1.3 Pelayanan Medis Dan Pelayanan Umum .....................................38
4.2 Analisis Deskriptif ...............................................................................39
4.2.1 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Berdasarkan
Tahun .......................................................................................39
4.2.2 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Berdasarkan
Sosiodemografi .........................................................................40
4.2.3 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Berdasarkan
Alasan Dibawa Ke Rumah Sakit ...............................................41
4.2.4 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Berdasarkan
Klasifikasi Hidrosefalus ............................................................42
4.2.5 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Berdasarkan
Riwayat Persalinan ...................................................................43
4.2.6 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Berdasarkan
Tingkat Kesadaran Penderita .....................................................43
4.2.7 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Berdasarkan
Riwayat Cedera/Jatuh ...............................................................44
4.2.8 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Berdasarkan
Lama Rawatan Rata-Rata ..........................................................45
4.2.9 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Berdasarkan
Penatalaksanaan Medis .............................................................45
4.2.10 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Berdasarkan
Sumber Biaya ...........................................................................46
4.2.11 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Berdasarkan
Keadaan Sewaktu Pulang ..........................................................46
4.2.12 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Berdasarkan
Asal Rujukan ............................................................................47
4.3 Analisis Statistik ..................................................................................48
4.3.1 Alasan Dibawa Ke Rumah Sakit Berdasarkan Klasifikasi
Hidrosefalus ..............................................................................48

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.3.2 Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Klasifikasi
Hidrosefalus .......................................................................... 49
4.3.3 Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Penatalaksanaan
Medis .................................................................................... 50
4.3.4 Klasifikasi Hidrosefalus Berdasarkan Jenis Kelamin ............. 51
4.3.5 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya ........... 52

BAB V PEMBAHASAN .............................................................................. 53


5.1 Penderita Hidrosefalus Kongenital ................................................... 53
5.1.1 Penderita Hidrosefalus Berdasarkan Tahun ........................... 53
5.1.2 Penderita Hidrosefalus Berdasarkan Sosiodemografi ............. 54
a. Jenis Kelamin .................................................................... 54
b. Suku ................................................................................. 55
c. Agama............................................................................... 56
d. Pendidikan Orangtua ......................................................... 57
e. Pekerjaan Orangtua ........................................................... 58
5.1.3 Alasan Dibawa Ke Rumah Sakit ........................................... 59
5.1.4 Klasifikasi Hidrosefalus ........................................................ 61
5.1.5 Riwayat Persalinan ............................................................... 62
5.1.6 Tingkat Kesadaran Penderita ................................................. 63
5.1.7 Riwayat Cedera/Jatuh ........................................................... 64
5.1.8 Lama Rawatan Rata-rata ....................................................... 65
5.1.9 Penatalaksanaan Medis ......................................................... 66
5.1.10 Sumber Biaya ....................................................................... 67
5.1.11 Keadaan Sewaktu Pulang ...................................................... 69
5.1.12 Asal Rujukan ........................................................................ 71
5.2 Analisis Statistik .............................................................................. 72
5.2.1 Alasan Dibawa Ke Rumah Sakit Berdasarkan Klasifikasi
Hidrosefalus .......................................................................... 72
5.3.2 Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Klasifikasi
Hidrosefalus .......................................................................... 74
5.3.3 Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Penatalaksanaan
Medis .................................................................................... 75
5.3.4 Klasifikasi Hidrosefalus Berdasarkan Jenis Kelamin ............. 77
5.3.5 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya ........... 78
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 80
6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 81
6.2 Saran ............................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 83

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2017 ..................... 39

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Sosiodemografi di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2017 ....... 40

Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Alasan dibawa ke rumah sakit di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2017 .............................................................................................. 41

Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Klasifiasi Hidrosefalus di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2017 .............................................................................................. 42
Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan
Riwayat Persalinan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun ................... 43

Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Tingkat Kesadaran Penderita di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2017 .............................................................................................. 43

Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Riwayat Cedera/Jatuh di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2017 .............................................................................................. 44

Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Lama Rawatan Rata-rata di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2017 .............................................................................................. 45

Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Penatalaksanaan Medis di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2017 ............................................................................................. 45

Tabel 4.10 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Sumber Biaya di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2017 .............................................................................................. 46

Tabel 4.11 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Keadaan Sewaktu Pulang di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2017 .............................................................................................. 46

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.12 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan
Asal Rujukan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2017 ................................................................................................ 47

Tabel 4.13 Distribusi Proporsi Alasan Dibawa Ke Rumah Sakit Berdasarkan


Klasifikasi Hidrosefalus di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2017 ................................................................................................ 48

Tabel 4.14 Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Klasifikasi


Hidrosefalus di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2017 ................................................................................................ 49

Tabel 4.15 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan


Penatalaksanaan Medis di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2017 ................................................................................................ 50

Tabel 4.16 Distribusi Proporsi Klasifikasi Hidrosefalus Berdasarkan


Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2017 ................................................................................................ 51

Tabel 4.17 Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber


Biaya di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2017 ................................................................................................ 52

xii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Aliran Cairan Cerebrospinal ................................................................. 11

Gambar 2.2 Hidrosefalus non komunikans .............................................................. 13

Gambar 2.3 Hidrosefalus komunikans ..................................................................... 14

Gambar 5.1 Diagram Pie Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2017 ............................................................................................ 53

Gambar 5.2 Diagram Pie Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Sosiodemografi di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2017 ............................................................................................ 54

Gambar 5.7 Diagram Batang Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Alasan dibawa ke rumah sakit di RSUP H. Adam Malik Medan
Tahun 2014-2017 ................................................................................ 59

Gambar 5.8 Diagram Pie Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Klasifikasi Hidrosefalus di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2017 ............................................................................................ 61

Gambar 5.9 Diagram Pie Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Riwayat Persalinan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2017 ............................................................................................ 62

Gambar 5.10 Diagram Pie Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Tingkat Kesadaran Penderita di RSUP H. Adam Malik Medan
Tahun 2014-2017 ................................................................................. 63

Gambar 5.11 Diagram Pie Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Riwayat Cedera/Jatuh di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2017 ............................................................................................ 64

Gambar 5.12 Diagram Pie Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Penatalaksanaan Medis di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2017 ........................................................................................... 66

Gambar 5.13 Diagram Pie Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Sumber Biaya di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2017 ............................................................................................ 67

xiii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5.14 Diagram Pie Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan
Keadaan Sewaktu Pulang di RSUP H. Adam Malik Medan
Tahun 2014-2017 ................................................................................. 69

Gambar 5.15 Diagram Pie Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Asal Rujukan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2017 ............................................................................................ 71

Gambar 5.16 Diagram Batang Alasan Dibawa Ke Rumah Sakit Berdasarkan


Klasifikasi Hidrosefalus di RSUP H. Adam Malik Medan
Tahun 2014-2017 ................................................................................. 72

Gambar 5.17 Diagram Batang Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Klasifikasi


Hidrosefalus di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2017 ............................................................................................ 74

Gambar 5.18 Diagram Batang Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan


Penatalaksanaan Medis di RSUP H. Adam Malik Medan
Tahun 2014-2017 ................................................................................. 75

Gambar 5.19 Diagram Batang Klasifikasi Hidrosefalus Berdasarkan


Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2017 ............................................................................................ 77

Gambar 5.20 Diagram Batang Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan


Sumber Biaya di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2017 ............................................................................................ 78

xiv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Survei Pendahuluan ....................................... 91

Lampiran 2. Surat Izin Survei Pendahuluan ..................................................... 92

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian .................................................................... 93

Lampiran 4. Master Data................................................................................. 94

Lampiran 5. Hasil Pengolahan Data ................................................................ 98

Lampiran 6. Surat Ethical Clearance ............................................................... 109

Lampiran 7. Surat Selesai Izin Penelitian ........................................................ 110

xv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Olivia Hizkyana yang dilahirkan di Kisaran pada tanggal


14 September 1996. Penulis beragama Katolik dan suku Batak. Penulis
berkebangsaan asli Indonesia. Penulis merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara dari pasangan Hotlan Simbolon dan Tiorli Sinaga.
Pendidikan formal penulis dimulai di Sekolah Dasar yaitu SDN 010132
dan tamat tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama yaitu SMP N 1 Bandar Pulau
dan tamat tahun 2011, Sekolah Menengah Atas yaitu SMA N 4 Kisaran dan tamat
tahun 2014. Kemudian pada tahun 2014 penulis masuk Strata 1 Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

xvi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembentukan manusia, dimulai sejak berada didalam kandungan. Pada

bayi yang baru lahir terdapat kemungkinan untuk terjadinya kelainan kongenital

yang mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangan. Bayi yang lahir

dengan kelainan kongenital merupakan masalah kesehatan bagi keluarga seperti

lahir mati, keguguran atau kematian segera setelah lahir. Kelainan kongenital,

menurut kelahiran bayi di Indonesia menempati urutan ke-7 (Ageng, 2017).

Akibat dari kelainan kongenital, sekitar 260.000 kematian bayi terjadi hampir di

seluruh dunia (Andriati, 2014).

Kelainanan kongenital merupakan kelainan yang diakibatkan karena satu

faktor atau biasanya disebut multiple congenital. Pada tahun 2009, insiden

kelainan kongenital di Indonesia yaitu 15 per 1.000. Sekitar 3% neonatus terlahir

dengan kelainan kongenital dan angka ini bisa mencapai 4 – 5% hingga neonatus

berusia 24 bulan. Pada periode 1994–2005 sekitar 2,55% proporsi untuk kelainan

kongenital dari bayi yang baru lahir (Sitepu, 2011). Salah satu kelainan kongenital

yang sering terjadi pada bayi yaitu Hydrocephalus.

Hidrosefalus adalah salah satu jenis kelainan kongenital yang disebabkan

oleh faktor genetik maupun non genetik. Hidrosefalus berkaitan erat dengan

cairan serebrospinal yang terganggu penyerapan dan pengeluarannya dalam

ventrikel yang ada didalam otak. Kondisi ini mengakibatkan cairan bertambah

banyak dan selanjutnya akan menekan jaringan otak disekitar otak, khususnya

pusat-pusat saraf yang vital (Andriati, 2014).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Penelitian dengan kohort retrospektif dilakukan oleh Jeng dkk (2011) di

California, berbasis populasi dari 5.353.022 kelahiran di California dari tahun

1991 sampai 2000, ditemukan 3.151 bayi baru lahir yang di diagnosis dengan

hidrosefalus kongenital yang dirawat inap di rumah sakit California. Prevalensi

hidrosefalus kongenital yaitu 5.9 per 10.000. Prevalensi hidrosefalus yang

dilaporkan di Amerika Serikat yaitu 5,4 per 10.000 dan beberapa wilayah Eropa

4,65 per 10.000. Sementara prevalensi hidrosefalus kongenital di Swedia 6,6 per

10.000 dan Denmark 11.3 per 10.000 per kelahiran hidup pertahun.

Prevalensi hidrosefalus kongenital bervariasi antara 4 sampai 12 per

10.000 kelahiran. Prevalensi hidrosefalus yang dilaporkan di negara Cina berkisar

antara 6,9 sampai 9,2 per 10.000 kelahiran. Berdasarkan data dari Jaringan

Pemantauan Cacat Kelahiran Cina (Chinese Birth Defects Monitoring Network /

CBDMN), tingkat prevalensi keseluruhan 7,03 per 10.000 dan tren kenaikan

diamati selama tahun 1996-2004. Variasi yang cukup besar dalam penelitian

sebelumnya dapat dijelaskan oleh beberapa faktor seperti etnisitas, faktor sosial

ekonomi, kriteria inklusi kasus yang berbeda (Yi dkk, 2017).

Studi selanjutnya di Cina tahun 2005-2012 dengan populasi kelahiran

10.574.061 ditemukan kasus hidrosefalus sebanyak 6.490 kasus. Prevalensi

hidrosefalus kongenital 1 per 10.000 di Cina selama tahun 2005-2012,

dikelompokkan berdasarkan usia ibu, daerah pemukiman, jenis kelamin, dan

pluralitas kehamilan. Dengan menganalisis hampir 10 juta data kelahiran di

CBDMN, diidentifikasi prevalensi keseluruhan 6,14 per 10.000 perkelahiran

hidup untuk hidrosefalus kongenital dan non kongenital selama tahun 2005

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sampai 2012, yang secara signifikan lebih rendah dari 7.03 per 10.000

perkelahiran hidup selama 1996-2004 di Cina. Data ini di bandingkan berdasarkan

program ICBDSR (International Clearinghouse Centre for Birth Defects) dengan

kriteria penelitian yang sama diperoleh prevalensi di Inggris-Wales 6,43 per

10.000, lebih tinggi dari pada di Kanada 4,84 per 10.000, dan lebih rendah dari

pada di Texas 7,88 per 10.000, Jepang 7,81 per 10.000 dan India 7.24 per 10.000

(Yi dkk, 2017). Tingkat kelahiran kasar di Mozambik Utara adalah 416 per 10.000

pada tahun 2011, yang diproyeksikan dengan 23.049.621 jiwa. Dengan

menggunakan data dari beberapa negara maju untuk memperkirakan kejadian

hidrosefalus, diperoleh 480 kasus hidrosefalus kongenital dan dari 2.900 sampai

4.800 kasus baru hidrosefalus neonatus diperkirakan terjadi setiap tahun di

Mozambik Utara (Salvador dkk, 2014).

Hydrocepalus yang terjadi pada umumnya karena Infeksi TORCH

(Toxoplasma, Orther's, Herpes simplex Virus, Rubella, Cytomegalovirus),

Kelainan bawaan (Stenosis aquaduktus sylvii, Spina bifida dan cranium bifida,

Sindrom Dandy-Walker), Neoplasma dan Perdarahan (Andriati, 2011). Kasus ini

merupakan salah satu masalah yang sering ditemui di bidang bedah saraf, yaitu

sekitar 40% hingga 50% (Apriyanto, dkk 2013). Hidrosefalus banyak terjadi pada

bayi tetapi tidak menutup kemungkinan untuk terjadi pada orang dewasa. Pada

bayi gejala klinis hidrosefalus lebih terlihat dikarenakan ubun-ubun bayi yang

masih terbuka sehingga terlihat pembesaran pada lingkar kepala bayi yang masih

dalam masa pertumbuhan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Di Indonesia kasus hidrosefalus bervariasi antara 8-30 per 10.000

kelahiran. Hidrosefalus yang muncul dari komplikasi bakteri meningitis pada

bayi, penyebabnya masih sulit dikenali karena pasien sering datang setelah

sepsisnya tertangani (Afdhalurrahman, 2013). Pada hidrosefalus infantil, 50%

terjadi akibat perdarahan subarakhnoid dan meningitis, 46% terjadi akibat

abnormalitas perkembangan otak, sedangkan kurang dari 4% terjadi akibat tumor

yang terdapat pada bagian fossa posterior. Hidrosefalus menjadi kasus yang

banyak terjadi di perkotaan. Pada daerah perkotaan memungkinkan terjadinya

penularan bakteri yang begitu cepat karena padatnya penduduk. Selain itu, di

wilayah perkotaan tingkat kesejahteraan penduduk belum merata sehingga masih

banyak penduduk yang kurang memperhatikan asupan makanannya, terutama ibu

hamil yang seharusnya memakan makanan yang bergizi dan bernutrisi agar

perkembangan janin tidak terganggu (Fitriyah, 2013).

Berdasarkan data yang diambil dari Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia, sebanyak 20 bayi yang baru lahir terdiagnosa menderita hidrosefalus

dari setiap 10.000 kelahiran di Indonesia (Ageng, 2017). Dari penelitian yang

dilakukan oleh Rahmayani dkk (2017) tentang Profil klinis dan faktor risiko

hidrosefalus komunikans dan non komunikans pada anak di RSUD dr.Soetomo

Surabaya diperoleh 80 data pasien yang menderita hidrosefalus dengan 33 orang

menderita hidrosefalus komunikans dan 47 orang menderita hidrosefalus non

komunikans. Dari hasil analisis diperoleh jumlah pasien hidrosefalus terbanyak

berjenis kelamin laki-laki yaitu 54 orang (67.5%) dan menurut kategori umur

jumlah pasien terbanyak berada pada rentang umur 1 bulan - 2 tahun yaitu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sebanyak 37 orang (46.25%) dan paling sedikit pada kategori neonatus 4 orang

(5%). Penelitian lain yang dilakukan oleh Saputra dkk (2014) di RSUP H. Adam

Malik Medan dengan desain penelitian kohort retrospektif dalam kurun waktu

Januari 2010 sampai Desember 2012 diperoleh 169 pasien dan telah di tindak

lanjuti dengan pemasangan VP Shunt.

Kasus hidrosefalus yang banyak terjadi pada neonatus sangat memerlukan

perawatan. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sitepu (2011)

di RSUP H. Adam Malik medan diperoleh kasus hidrosefalus dalam rentang

waktu tahun 2005 sampai dengan 2009 sebanyak 141 kasus. Dari hasil survei

pendahuluan yang di lakukan di RSUP H. Adam Malik Medan diperoleh jumlah

penderita hidrosefalus kongenital pada tahun 2013 sebanyak 4 orang, tahun 2014

sebanyak 25 orang, tahun 2015 sebanyak 16 orang, tahun 2016 sebanyak 28 orang

dan tahun 2017 sebanyak 25 penderita. Karakteristik sosiodemografi diperlukan

sebagai data dasar, namun hal tersebut belum diketahui. Berdasarkan latar

belakang inilah diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai karakteristik penderita

Hydrocephalus Kongenital Rawat Inap di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun

2014-2017.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.2 Rumusan Masalah

Belum diketahuinya Karakteristik Penderita Hydrocephalus Kongenital

Rawat Inap di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2014-2017.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Karakteristik Penderita Hydrocephalus Kongenital

Rawat Inap di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2014-2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi proporsi penderita hydrocephalus kongenital

menurut sosiodemografi: jenis kelamin, suku, agama, tingkat pendidikan

orang tua, pekerjaan orang tua.

b. Mengetahui distribusi proporsi penderita hydrocephalus kongenital

berdasarkan alasan dibawa ke rumah sakit.

c. Mengetahui distribusi proporsi penderita hydrocephalus kongenital

berdasarkan klasifikasi hydrocephalus.

d. Mengetahui distribusi proporsi penderita hydrocephalus kongenital

berdasarkan riwayat persalinan.

e. Mengetahui distribusi proporsi penderita hydrocephalus kongenital

berdasarkan tingkat kesadaran penderita.

f. Mengetahui distribusi proporsi penderita hydrocephalus kongenital

berdasarkan riwayat cedera/jatuh.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hydrocephalus kongenital

berdasarkan penatalaksanaan medis.

h. Mengetahui distribusi proporsi penderita hydrocephalus kongenital

berdasarkan sumber biaya.

i. Mengetahui distribusi proporsi penderita hydrocephalus kongenital

berdasarkan lama rawatan rata-rata.

j. Mengetahui distribusi proporsi penderita hydrocephalus kongenital

berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

k. Mengetahui distribusi proporsi penderita hydrocephalus kongenital

berdasarkan asal rujukan.

l. Mengetahui distribusi proporsi alasan dibawa ke rumah sakit berdasarkan

klasifikasi hidrosefalus.

m. Mengetahui distribusi proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan

klasifikasi hidrosefalus.

n. Mengetahui distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan

pantalaksanaan medis.

o. Mengetahui distribusi proporsi klasifikasi hidrosefalus berdasarkan jenis

kelamin.

p. Mengetahui distribusi proporsi lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber

biaya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.4 Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan informasi bagi pihak RSUP.H.Adam Malik Medan untuk

mengetahui distribusi proporsi penderita hydrocephalus yang rawat inap

tahun 2014-2017 dalam penyediaan fasilitas perawatan dan pengobatan

bagi penderita hydrocephalus.

b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain jika ingin melanjutkan penelitian

tentang hydrocephalus.

c. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam permasalahan

hydrocephalus serta menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan

di FKM USU.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Hydrocephalus

Hidrosefalus sering dikenal sebagai keadaan atau kondisi dimana terjadi

penambahan terhadap cairan serebrospinal didalam ventrikel otak manusia. Pada

bagian fontanel (bagian lunak yang berada diantara pelat tengkorak kepala bayi

bagian atas dan belakang) bayi dan sutura kranial yang belum tertutup, akan

mengakibatkan terjadi pelebaran pada lingkar kepala bayi (Toma, 2015).

Hidrosefalus berasal dari bahasa Yunani: hydro (water atau air) dan cephalus

(head atau kepala).

Hidrosefalus yang berkembang sebagai hasil dari gangguan cairan

serebrospinal diotak dikarenakan disfungsi terhadap penyerapan dari peningkatan

produksi terhadap cairan serebrospinal tersebut (Zielinska, 2017). Hidrosefalus,

umumnya bersifat heterogen artinya hidrosefalus terjadi akibat masalah yang

kompleks terutama dalam patogenesisinya. Sebagai akibatnya, hidrosefalus

memiliki banyak definis untuk dipahami oleh ilmuwan ataupun dokter (Tully,

2014). Definisi hidrosefalus mengandung 3 pengertian pokok yaitu gangguan

produksi cairan serebrospinal, gangguan sirkulasi cairan serebrospinal, dan

gangguan penyerapan cairan serebrospinal (Rizvi, 2005).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.2 Anatomi dan Fisiologi

Ruang yang dijadikan sebagai tempat cairan serebrospinal akan dibentuk

pada minggu ke 5 massa embrio. Sistem ventrikel otak terdiri dari ruangan-

ruangan yang saling berhubungan. Adapun ruangan tersebut ialah sistem ventrikel

itu sendiri, sisterna magna dan ruang subaraknoid. Pleksus koroideus berada pada

ventrikel Lateral, ventrikel III dan ventrikel IV. Cairan serebrospinal yang

diproduksi oleh peleksus koroideus akan ditemukan pada semua komponen otak.

Adapun tahapan dalam aliran cairan serebrospinal yaitu:

 Cairan serebrospinal dihasilkan oleh pleksus koroideus, yaitu yang paling

banyak berada pada ventrikel lateral, dan yang lebih sedikit terdapat pada

ventrikel ke-3 dan ventrikel ke-4.

 Cairan serebrospinal yang terbentuk akan mengalir pada 4 ventrikel yang

saling berhubungan. Cairan tersebut akan mengalir melewati foramen yang

terdapat dalam ventrikel dan dimulai dari ventrikel ke-3.

 Kemudian masuk ke ventrikel ke-4, pada ventikel ke-4 terdapat lubang-lubang

kecil. Lubang-lubang inilah yang dilalui oleh cairan serebrospinal. Lubang ini

disebut foramen akuaduktus Sylvii dan foramen Luschka. Lalu cairan akan masuk

melalui kanalis sentralis sempit yang ada pada medula spinalis.

 Kemudian masuk ke ruang subaraknoid dan mengalir ke lapisan meningens

(piameter, araknoid dan durameter).

 Cairan serebrospinal mengalir ke seluruh bagian otak, dan menuju ke bagian

atas otak. Di sepanjang bagian lingkaran otak pada bagian ruang subaraknoid akan

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


terjadi proses absorbsi. Kemudian masuk ke pembuluh darah vena dari vili

araknoid (Japardi, 2002).

Sekitar 60% cairan serebrospinal dibentuk di pleksus koroideus. Adapun

volume cairan serebrospinal yang terdapat di dalam ventrikel berkisar 52-162 ml

(rata-rata 104 ml) dengan tingkat volume cairan serebrospinal dalam neonatus

±50ml. Cairan serebrospinal terbentuk sekitar 0,5ml/hari dengan laju sekitar 0,3ml

per menit dan proses pergantian sebanyak 3 kali dalam sehari. Aliran cairan

serebrospinal diatur untuk mencegah terjadinya penumpukan tekanan yang

berlebihan pada jaringan otak (Vermezani, 2015)

(Sumber: Bharoto, 2016)

Gambar 2.1 Aliran Cairan Serebrospinal

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.3 Klasifikasi Hidrosefalus

2.3.1 Menurut Sirkulasi Cairan Serebrospinal

a. Hidrosefalus Obstruktif (Non komunikans)

Hidrosefalus non komunikans adalah masalah yang biasanya terjadi dalam

bedah saraf pediatris yang paling sering dan mulai terlihat segera setelah bayi

lahir. Pada umumnya terjadi penyempitan aqueductus Sylvii sehingga pada waktu

pembentukan cairan pada kedua ventrikel lateral dan ventrikel ketiga dari pleksus

koroideus, mengakibatkan jumlah cairan serebrospinal pada ventrikel-ventrikel

tersebut meningkat (Price, 2009).

Hidrosefalus obstruktif terjadi apabila ada peningkatan cairan

serebrospinal yang disertai dengan penyumbatan pada sistem ventrikel itu sendiri.

Artinya pada hidrosefalus non komunikans, cairan serebrospinal pada ruang

ventrikulus tidak mampu mencapai ruang subarakhnoid karena adanya hambatan

atau sumbatan yang terdapat pada aliran cairan serebrospinal di dalam foramen

Monroe, aquaductus cerebri Sylvii, foramen Magendi dan foramen Luschka

(Afdhalurrahman, 2013).

Hidrosefalus non komunikans menyebabkan penekanan otak terhadap

tengkorak, tekanan akan sering meningkat dan mengakibatkan kepala bayi

membesar. Hidrosefalus non komunikans sering dikaitkan dengan

meningomielokel (suatu kejadian pada kelainan kongenital dimana tabung neural

tidak dapat bersatu akibatnya saraf-saraf spinal menjadi susunan yang tidak

berarturan dan medula spinalis menjadi tidak tertutup) (Price, 2009).

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(Sumber: Nelson, 2017)
Gambar 2.2 Hidrosefalus non-komunikans

b. Hidrosefalus Komunikans

Hidrosefalus komunikans terjadi apabila ada peningkatan cairan

serebrospinal yang tanpa disertai dengan penyumbatan pada sistem ventrikel itu

sendiri. Artinya pada hidrosefalus komunikans terdapat hubungan langsung antara

cairan serebropinal sistem ventrikel dan cairan serebrospinal subarakhnoid.

Hambatan aliran cairan serebrospinal pada hidrosefalus komunikans terjadi pada

bagian distal sistem ventrikel yaitu ruang subarakhnoid atau pada granulatio

arachnidea. Hal inilah yang mengakibatkan akumulasi cairan serebrospinal dan

pembesaran ruang ventrikel sehingga terjadilah hidrosefalus komunikans.

(Afdhalurrahman, 2013).

Hydrocephalus komunikans yang disebabkan karena cairan yang

dihasilkan dari pleksus koroideus berkembang secara berlebihan, sehingga lebih

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


banyak cairan yang terbentuk dari pada cairan yang diabsorpsi oleh villi

arakhnoidalis. Akibatnya cairan tersebut akan tertimbun di dalam ventrikel

maupun di luar ventrikel, sehingga kepala neonatus melebar. Hidrosefalus

komunikans lebih banyak terjadi karena gangguan absorpsi cairan serebrospinal.

Keadaan ini biasanya terjadi secara sekunder akibat meningitis (Price, 2009).

(Sumber: Nelson, 2017)


Gambar 2.3 Hidrosefalus komunikans

2.3.2 Menurut Gambaran Klinis

a. Hidrosefalus Manifes (Overt Hydrocephalus)

Hidrosefalus manifes adalah hidrosefalus yang tampak jelas dengan tanda-

tanda klinis (Harsono, 2011).

b. Hidrosefalus Tersembunyi (Occult Hydrocephalus)

Hidrosefalus yang tidak terlihat merupakan hidrosefalus yang tidak

tampak dengan jelas tanda-tanda klinisnya. Hidrosefalus ini memiliki ukuran

kepala yang normal (Harsono, 2011).

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.3.3 Menurut Waktu Pembentukan

a. Hidrosefalus Kongenital

Hidrosefalus kongenital merupakan hidrosefalus yang berkembang selama

intra-uterin. Hidrosefalus kongenital biasanya sudah ada sejak bayi di dalam

kandungan ibu. Hidrosefalus kongenital biasanya terjadi secara sekunder akibat

kelainan susunan saraf pusat seperti stenosis akuaduktus, dandy walker, dan

myelomeningocele. Hidrosefalus ini biasanya timbul selama masa neonatus

(Varmezani, 2015).

b. Hidrosefalus Acquired

Hidrosefalus acquired biasanya terjadi ketika ibu mengandung bayi dan

setelah masa kelahiran tiba, tidak tampak gejala apapun yang berhubungan dengan

hidrosefalus. Biasanya disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti infeksi virus,

bakteri,atau protozoa (Varmezani, 2015).

2.3.4 Menurut Proses Terbentuknya

a. Hidrosefalus Akut

Hidrosefalus ini biasanya terjadi secara tiba-tiba sebagai akibat dari

gangguan penyerapan cairan serebrospinal di dalam ventrikel (Harsono, 2011).

b. Hidrosefalus Kronik

Hidrosefalus kronik adalah hidrosefalus yang apabila dalam masa

perkembangannya terjadi setelah aliran cairan serebrospinal mengalami obstruksi

atau sumbatan beberapa minggu (Harsono, 2011).

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.3.5 Hidrosefalus Jenis Lainnya

a. Pseudohidrosefalus

Pseudohidrosefalus adalah suatu ketidakseimbangan antara kepala dan

badan bayi. Kepala neonatus berkembang lebih cepat dari biasanya selama

minggu ke-8 sampai minggu ke 32. Sesudah itu ketidakseimbangan ini akan

berkurang dan kemudian menghilang sebelum berumur 3 tahun (Harsono, 2011).

b. Hidrosefalus Tekanan Normal

Hidrosefalus tekanan normal ditandai dengan adanya pelebaran sistem

ventrikel otak dan pembesaran sister basilar tetapi tekanan cairan serebrospinal

dalam batas normal. Hidrosefalus tekanan normal biasanya banyak terjadi pada

lanjut usia, yaitu 60 tahun ke atas. Gejala yang sering muncul yaitu demensia,

kesulitan dalam berjalan, parkonson, atau infeksi saluran kemih (Toma, 2015).

2.4 Etiologi dan Faktor Risiko

Pada umumnya hidrosefalus terjadi akibat gangguan yang berasal dari

sirkulasi cairan serebrospinal yang terdapat di dalam sistem ventrikel atau dapat

terjadi juga oleh karena produksi cairan serebrospinal yang melebihi batas normal.

Penyebab lain hidrosefalus juga berkaitan dengan penyumbatan yang terjadi pada

lubang yang ada diantara ventrikel 3 dan ventrikel 4 yaitu foramen Luschka dan

lubang yang terdapat didekat ventrikel 4 yaitu foramen Magendie. Hidrosefalus

juga dapat terjadi karena penyempitan pada akuaduktus sylvii (Khalilullah, 2011).

Beberapa faktor risiko terkait hidrosefalus misalnya ibu yang dalam masa

kehamilannya terinfeksi virus seperti Cytomegalovirus, Toxoplasma atau

miningitis bakterial. Paparan ibu terhadap obat-obatan atau minuman beralkohol

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pada saat hamil, misalnya seorang ibu yang makan obat antidepresan saat sedang

mengandung atau seorang ibu yang sedang hamil suka mengkonsumsi minuman

beralkohol. Kedua hal tersebut dapat mempengaruhi janin yang ada didalam

rahimnya seperti terkena hidrosefalus (Kalyvas, 2016).

2.4.1 Hidrosefalus Akibat Kelainan Bawaan (Kongenital)

a. Stenosis aquaduktus Sylvii

Sekitar 60% hingga 90%, Stenosis akuaduktus Sylvii dapat terjadi pada

masa bayi. Stenosis akuaduktus Sylvii merupakan penyebab yang paling umum

terjadi pada hidrosefalus kongenital dengan keadaan obstruktif atau tersumbatnya

cairan serebrospinal yang mengalir. Hal ini disebabkan karena penyempitan pada

bagian akuaduktus sylvii (Canady, 2002). Stenosis akuaduktus Sylvii terjadi pada

10% kasus pada neonatus yang baru lahir. Hidrosefalus yang terjadi biasanya 11-

43% disebabkan oleh stenosis aqueduktus serebri (Fitriyah, 2013).

b. Spina bifida

Spina bifida adalah suatu defek neural tube kongenital yang ditandai

dengan kelainan penutupan tulang vertebrae. Hal ini menyebabkan terbentuknya

tonjolan mirip kista (Kurnia dkk, 2017). Spina bifida dapat menyebabkan

gangguan fisik dan intelektual yang bervariasi dari ringan sampai berat (Saputra,

2017). Pada spina bifida, kelainan ini mirip dengan sindrom Arnold-Chiari yaitu

keadaan dimana tertariknya bagian batang otak, cerebellum, dan medula

oblongata ke dasar tengkorak sehingga memblokir jalan keluar cairan

serebrospinal ke ventrikel ke 4 dan mengakibatkan hidrosefalus (Nurhayati,

2013).

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Spina bifida terbagi menjadi tiga jenis yaitu spina bifida okulta,

meningokel, dan mielomeningokel. Kebanyakan anak-anak yang menderita

mielomeningokel pada akhirnya menderita hidrosefalus, terutama sesudah usaha

pembedahan untuk memperbaiki mielomeningokel (Price, 2009). Pada tahun 2011

prevalensi spina bifida yang menyebabkan hidrosefalus di Eropa yaitu 9 per

10.000 kelahiran sementara di Cina 4 per 10.000 kelahiran (Jallo, 2015). Jumlah

anak-anak dengan spina bifida telah jauh menurun sejak zaman suplementasi

asam folat pada ibu hamil, namun myelomeningocele masih tetap merupakan

penyebab paling sering hidrosefalus kongenital (Zielinska, 2017).

c. Sindrom Dandy Walker

Sindrom Dandy Walker adalah kelainan neurologis yang diwarisi secara

autosomatik resesif dan berhubungan dengan kelainan kromosom tertentu (Titlic,

2015). Dandy Walker Syndrome, merupakan suatu keadaan tidak adanya lubang

pada Luschka yang terdapat diantara ventrikel 3 dan ventrikel ke 4 serta pada

bagian Magendie yang terdapat pada ventrikel ke 4 (Saputra, 2017). Sindrom

Dandy Walker ini adalah kelainan kongenital yang jarang terjadi dengan

karakteristik lainnya ditandai dengan adanya agenesis atau hipoplasia dari vermis

serebelum, dilatasi kistis dari ventrikel 4 dan pembesaran fosa posterior. Sindroma

ini tidak jarang disertai dengan banyak kelainan (Rosalina, 2007). Sekitar 2 - 4 %

kelainan akibat sindrom dandy walker dapat terjadi pada neonatus.

Ketidakseimbangan ini mengakibatkan hubungan antara ruang subarakhnoid dan

dilatasi ventrikel ke-4 menjadi tidak adekuat, sehingga menimbulkan kelainan

kongenital yaitu hidrosefalus (Apriyanto dkk, 2013).

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d. Kista Arakhnoid

Kista araknoid adalah keadaan dimana membran yang terisi dengan cairan

serebrospinal dapat bersirkulasi dimana saja. Beberapa kista bersifat mandiri

artinya kista ini bisa saja tidak terhubung dengan ruang subaraknoid. Bila kista

araknoid muncul di daerah pineal hal inilah yang mengakibatkan hidrosefalus

(Canady, 2002).

e. Anomali Pembuluh Darah

Hidrosefalus terjadi akibat kelainan pada pembuluh darah diakibatkan

adanya sumbatan pada bagian akuaduktus, misalnya adanya obstuksi pada bagian

tersebut .(Khalilullah, 2011).

2.4.2 Hidrosefalus Akibat Infeksi

1. Infeksi TORCH

Infeksi TORCH merupakan singkatan dari Toksoplasma, Others, Rubella,

Cytomegalovirus, Herpes Simplex. Pada infeksi TORCH, gejala klinis sering kali

tidak spesifik, sehingga sulit dibedakan dengan penyakit lainnya (Listiorini,

2009).

a. Toksoplasmosis

Toksoplasmosis pada kehamilan dapat menyebabkan infeksi janin

kongenital sehingga mengalami kerusakan organ/struktur, salah satunya ialah

hidrosefalus (Yudrawati, 2017). Selama kehamilan trimester pertama, ibu lebih

mudah terpapar atau terinfeksi dengan virus, bakteri atau protozoa yang ada

disekitarnya. Hal ini yang mengakibatkan ibu mampu terinfeksi toksoplasma

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


selama masa kehamilan dan mengakibatkan ibu melahirkan bayi dengan

hidrosefalus (Cahaya, 2003).

Pada janin, transmisi toksoplasmosis kongenital terjadi bila infeksi

Toksoplasma Gondii didapat selama masa embrio di dalam kandungan. Terdapat

hubungan positif yang sangat bermakna antara isolasi toksoplasma dari jaringan

plasenta dan infeksi pada neonatus. Sekitar setengah dari wanita yang terinfeksi

toksoplasmosis dapat menularkan infeksi melintasi plasenta ke janin in utero.

Transmisi penyakit ke janin lebih jarang terjadi pada awal kehamilan, namun

infeksi pada awal kehamilan ini dapat menyebabkan gejala yang lebih parah pada

janin, meskipun ibunya tidak merasakan tanda dan gejala infeksi toksoplasma.

Terdapat trias klasik pada toksoplasmosis kongenital berat, yaitu hidrosefalus,

korioretinitis, dan kalsifikasi intrakranial (Suparman, 2012).

b. CMV (Cytomegalovirus)

Cytomegalovirus merupakan infeksi virus yang dapat mengakibatkan

mortalitas pada manusia yang terinfeksi virus ini. Virus ini pertama kali diisolasi

oleh Rowe, Weller, Smith dan rekan-rekannya (Ross, 2011). Berdasarkan

penelitian yang dilakukan Zhang dkk (2014) di China, diperoleh angka kejadian

cytomegalovirus pada wanita hamil yaitu 42%-68%, hal ini dikarenakan populasi

padat penduduk di negara ini sehingga penyebaran virus lebih banyak terjadi.

Cytomegalovirus yang menginfeksi selama kehamilan menyebabkan anak yang

dilahirkan mengalami kelainan kongenital. Cytomegalovirus juga dapat diperoleh

melalui paparan air liur, air mata, urine, tinja, ASI, air mani atau seluruh sekresi

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang dihasilkan oleh tubuh penderita. Cytomegalovirus juga dapat diperoleh dari

transfusi darah atau transplantasi organ donor. (Razonable, 2013).

2. Meningitis Bakterial

Meningitis bakterial adalah peradangan selaput otak yang ditandai dengan

demam dengan awitan akut (>38,5ºC rektal atau 38ºC aksilar) disertai dengan satu

atau lebih gejala kaku kuduk, penurunan kesadaran, dan tanda Kernig atau

Brudzinski. Pada meningitis bakterial, akan terjadi hipoksia, produk neurotoksik

bakteri, dan gabungan dari mediator akan menyebabkan kerusakan neuron.

Kerusakan neuron disebabkan bakteri atau derivat leukosit, dan elemen toksik

akhir adalah radikal bebas. oksigen reaktif intermediate dan nitrogen reaktif

inetrmediate yang mempunyai efek toksik langsung pada neuron. Aktivasi sel

yang mengalami apoptosis dan nekrosis menyebabkan kerusakan sel neuronal

yang menyebabkan sekuele neurologis yang menetap atau bahkan kematian.

Beberapa faktor risiko terkait dengan prognosis meningitis bakterial adalah

perjalanan klinis yang disebabkan oleh sifat patogen (spesifikasi bakteri atau

peningkatan jumlah resistensi obat), derajat gejala klinis awal, yaitu komplikasi

sistem saraf pusat misalnya edema otak, hidrosefalus dan abses otak (Novariani,

2008).

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.4.3 Neoplasma

Hidrosefalus yang terjadi oleh karena obstruksi atau sumbatan mekanis

yang dapat terjadi pada aliran cairan serebrospinal di dalam ventrikel. Neoplasma

atau tumor sering terjadi pada ventrikel ke 4 yaitu dengan memblokir jalan keluar

cairan serebrospinal. Tumor ini juga dapat menghalangi saluran cairan sehingga

menyebabkan obstruktif pada bagian tersebut, misalnya pada ventrikel ke 4, atau

pada bagian akuaduktus Sylvii. (Khalilullah, 2011).

2.4.4 Perdarahan
Perdarahan yang terjadi sebelum dan sesudah lahirnya neonatus, dapat

mengakibatkan di dalam otak terjadi fibrosis leptomeningen terutama pada daerah

basal otak selain penyumbatan yang terjadi akibat aktivitas dari darah itu sendiri

(Sitepu, 2011).

2.5 Patofisiologi

Hidrosefalus secara lebih ringkas terjadi karena yaitu produksi cairan

serebrospinal yang berlebihan di pleksus koroideus, obstruksi aliran cairan

serebrospinal di sistem ventrikel otak, dan penurunan absorbsi cairan

serebrospinal di vili-vili arakhnoid. Akibat dari tiga cara tersebut mengakibatkan

terjadinya bertambahnya tekanan dari dalam otak akibat terganggunya

keseimbangan antara penyerapan dan pengeluaran. 3 hal tersebut mengakibatkan

terjadinya dilatasi ventrikel pada hidrosefalus sebagai akibat dari: (Zahl, 2011)

a. Cairan serebrospinal diproduksi terus-menerus melewati batas normal.

b. Villi Araknoid tidak mampu lagi dalam menyerap cairan serebrospinal yang di

produksi terus-menerus.

22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Akumulasi cairan serebrospinal mengakibatkan meluasnya ventrikel dan ruang

subaraknoid.

d. Pembesaran volume tengkorak akibat adanya regangan abnormal pada sutura

kranial.

e. Hilangnya jaringan otak

Produksi cairan serebrospinal yang berlebihan disebabkan oleh tumor di

pleksus koroid (Kurnia dkk, 2017).

2.6 Gambaran Klinis Penderita Hidrosefalus

Gejala klinis pada penderita hidrosefalus bermacam-macam disesuaikan

dengan umur penderita hidrosefalus. Gejala yang terlihat berupa tekanan

intrakranial yang meninggi. Untuk penderita hidrosefalus dibawah 2 tahun gejala

yang terlihat yang paling umum ialah pembesaran ukuran kepala yang abnormal.

Oleh sebab itu perlu dilakukan pengukuran lingkar kepala bayi untuk melihat

pembesaran kepala yang terjadi secara progresif (Khalilullah, 2011).

Gejala tekanan intrakranial yaitu dapat berupa muntah, nyeri kepala,

terdapat edema papil saraf kranialis pada pemeriksaan funduskopi. Sering kali

anak tidak mau makan atu minum bahkan terkadang kesadaran menurun ke arah

letargi. Selain itu, gejala khas lainnya tidak tampak oleh sebab itu apabila

ditemukan gejala sepeti yang dipaparkan tadi sebaiknya perlu di curigai adanya

kemungkinan hidrosefalus (Harsono, 2011). Adapun gambaran klinis pada anak

usia 0-2 tahun yaitu : (Rizvi, 2005)

23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


-Bentuk kepala : bentuk kepala yang terjadi biasanya abnormal atau berbeda pada

anak normal lainnya dimana akan tampak dahu yang membesar tidak

proporsional.

-Anterior Fontanelle (Ubun-ubun): umumnya pada bayi, bagian fontanel

anteriornya kecil namun pada penderita hidrosefalus akan membesar bahkan

ketika bayi diam dan tegak.

-Sutura: akan tampak sutura yang melebar pada penderita hidrosefalus.

-Cranial Nerves: pada penderita hidrosefalus dapat mengakibatkan atrofi optik

yaitu kerusakan pada saraf optik.

-Growth Reterdation: kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan

neurologis dapat tertunda pada anak-anak yang menderita hidrosefalus.

Jika hidrosefalus tidak ditatalaksana dapat mengakibatkan reterdasi mental.

Reterdasi mental merupakan keadaan dimana terjadinya penurunan fungsi

intelektual dan bisa terjadi pada masa perkembangan bayi. Reterdasi mental atau

cacat intelektual adalah suatu kondisi yang ditandai dengan gangguan dalam

prilaku. Kecacatan intelektual adalah kekawatiran publik karena akan sangat

berpengaruh terhadap kualitas bangsa. Reterdasi mental sering dikaitkan dengan

faktor risiko multicausal artinya ada berbagai macam faktor yang mengakibatkan

terjadinya reterdasi mental. Adapun faktor-faktor tersebut ialah faktor genetik,

faktor lingkungan, faktor risiko prenatal non genetik, penggunaan alkohol pada

ibu hamil, paparan toksik dan infeksi (Nemerimana, 2017).

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Reterdasi mental yang terjadi akibat masa perinatal penyebab biasanya ialah

prematuritas, asfiksia, meningitis, perdarahan intraventikular dan hidrosefalus.

Reterdasi mental dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak salah satunya

adalah interaksi antara anak dengan lingkungan yang tidak dapat terpenuhi. Oleh

karena itu, penting untuk mengetahui penyebab reterdasi mental, yang salah

satunya ialah hydrocephalus (Sunarwati, 2000).

2.7 Epidemiologi

Epidemiologi Insidensi kongenital hidrosefalus yang terjadi di London

berkisar 1 per 1.000 kelahiran hidup (Toma, 2015). Di Amerika pernah dilakukan

penelitian mengenai kasus hidrosefalus, di peroleh data bahwa orang dengan kulit

putih dan kulit hitam tidak menentukan terjadinya hidrosefalus dan terdapat

perbedaan angka kejadian hidrosefalus pada laki-laki maupun perempuan (Nelson,

2017). Penderita hidrosefalus terbanyak berada pada kategori infant yaitu pasien

dengan usia terbanyak antara 1-5 bulan. Sementara studi di Afrika dilaporkan

bahwa usia 2-3 bulan merupakan usia puncak terjadinya hidrosefalus. Penelitian

yang di lakukan oleh Salvador dkk (2014) di Mozambik Utara pada Januari 2010

sampai Desember 2012 diperoleh 122 kasus hidrosefalus neonatal dengan

proporsi penderita hidrosefalus usia dibawah 6 bulan yaitu 77 %.

Di Malaysia di laporkan proporsi penderita hidrosefalus yaitu 30% ialah

neonate, 35% berusia 1 bulan - 1 tahun, 28% berusia 1-5 tahun dan 6.7% berusia

6-13 tahun (Rahmayani dkk, 2017). Kejadian hidrosefalus pada spina bifida

biasanya bervariasi antara 15 dan 25%, namun tingkatannya mampu hingga 40%

apabila tidak di tatalaksana dengan baik. Komplikasi lain yang ditakuti dari spina

25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


bifida meliputi cedera tulang belakang dan kontaminasi cairan serebrospinal dan

meningitis (Kadia, 2017).

2.8 Pencegahan

2.8.1 Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan pencegahan yang dilakukan agar mampu

membatasi timbulnya penyakit dengan mengendalikan penyebab spesifik dan

faktor risiko (Najmah, 2015). Pada kasus hydrocephalus pencegahan dapat

dilakukan melalui :

1. Pencegahan primer, apabila janin di dalam kandungan yaitu sebaiknya ibu

mengkonsumsi asam folat, karena asam folat berfungsi dalam mencegah

terjadinya cacat pada tabung saraf bayi, mencegah kelainan saraf tulang

belakang, atau jenis kelainan kongenital lainnya (Warf, 2010).

2. Pada kehamilan, sebaiknya ibu melakukan perawatan yang dapat mengurangi

risiko melahirkan bayi secara prematur, yang mengurangi risiko neonatus

lahir dengan hidrosefalus (Sugengmedica, 2012).

3. Setiap orang diharapkan melakukan vaksinasi untuk mencegah terjadinya

penyakit infeksi

4. Mencegah cedera kepala.

2.8.2 Pencegahan Sekunder

Pada pencegahan sekunder, diagnosis dapat ditegakkan melalui 2 hal yaitu

tanda dan gejala klinis. Pencegahan sekunder terhadap hidrosefalus bertujuan

untuk memperbaiki gangguan dari cairan serebrospinal sehingga menjadi

seimbang dan mencegah atau mengurangi kelainan pada perkembangan otak yang

26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


terkait dengan hidrosefalus serta mencegah kerusakan otak yang lebih lagi

(Guerra, 2017).

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu : (Rizvi, 2005)

- Dengan memeriksa lingkar kepala apakah terlihat berbeda dari ukuran normal.

- Plains X Rays: dapat mengkonfirmasi temuan klinis seperti kepala membesar,

disproporsi crainofacial, pembesaran fossa posterior yang umumnya terjadi pada

Dandy Walker syndrome.

- Ultrasonografi: yaitu suatu prosedur yang digunakan pada pasien dengan

fontanela anterior terbuka.

- CT Scan: biasanya digunakan untuk mengukur dilatasi ventrikel serta dapat juga

digunakan untuk melihat tempat terjadinya obstruksi.

-MRI: mampu mendeteksi adanya dilatasi ventrikel dan juga menentukan

penyebab dari hidrosefalus. Apabila dalam penemuan terdapat tumor, MRI

mampu menentukan lokasi serta ukuran dari temuan tersebut. Hasil dari MRI

lebih akurat.

a. Terapi Sementara

.Terapi sementara atau biasa disebut konservatif medikamentosa

merupakan perawatan non bedah yang berfungsi untuk menekan sekresi dari

cairan serebrospinal. Obat-obatan yang digunakan biasanya: (Wijaya, 2006).

- Acetazolamide (jenis obat oral yang diminum): acetazolamide mampu

menurunkan produksi cairan serebrospinal yang dihasilkan oleh pleksus koroideus

melalui penghambatan pembentukan carbonic anhydrase. Dalam uji coba yang

dilakukan oleh Elvidge pada tahun 1956 ditemukan bahwa acetazolamide oral

27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mampu memperbaiki kondisi seorang anak yang terkena hidrosefalus.

Acetazolamide juga dapat dikonsumsi oleh orang dewasa terutama bagi mereka

yang terkena hidrosefalus tekanan normal (Belgio 2016).

- Furosemide (jenis obat suntik/injeksi intravena): furosemid memiliki efek yang

minimal pada pembentukan cairan serebrospinal. Pada penelitian yang dilakukan

oleh Bigio (2016) di Canada, dengan kombinasi pemberian obat acetazolamide

dan furosemide pada 49 anak penderita hidrosefalus memiliki tingkat keberhasilan

57%, sementara pada bayi sekitar 26% tingkat keberhasilannya.

b. Operasi shunting

Venticuloperitoneal shunt merupakan salah satu alat kesehatan dalam

bidang kedokteran yang direkomendasikan bagi penderita hidrosefalus, alat ini

digunakan untuk melepaskan tekanan dalam otak. Shunt mampu menguras

kelebihan cairan serebrospinal dalam otak ke dalam rongga peritoneum (Gautam,

2014). Shunting merupakan perawatan yang umum digunakan bagi penderita

hidrosefalus dengan sistem shunt terdapat tabung yang fleksibel (Canady, 2002).

Sebelum akhir abad ke-19 shunt tidak diperkenalkan di dalam bidang kedokteran

hal ini karena kurangnya pemahaman terhadap hidrosefalus.

Hippocrates merupakan orang yang pertama kali memahami penyakit

hidrosefalus. Kemudian Pada abad ke-17, Thomas Willis menjelaskan bahwa

cairan serebrospinal tidak boleh berlebih di dalam otak. Sejalan dengan

peningkatan pemahaman terhadap hidrosefalus inilah, maka dimulailah perawatan

yang lebih akurat terhadap hidrosefalus. Dengan dibantu oleh Wernicke, prosedur

dan pengenalan shunt dimulai. Shunt yang pertama kali dibuat memiliki tingkat

28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kegagalan yang cukup tinggi dikarenakan bahan-bahan pembuatan shunt masih

rentan dan tidak memadai. Kausch pertama kali berhasil melakukan operasi vp

shunt pada tahun 1905. Dalam kebanyakan kasus yang terjadi, vp-shunt berhasil

mengontrol kelebihan cairan yang dihasil oleh pleksus koroideus. Vp shunt

menjadi sering digunakan dalam mengatasi permasalahan penyakit hidrosefalus

(Kim, 2015).

2.8.3 Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier merupakan upaya pencegahan yang dapat dilakukan

agar progresi penyakit tidak ke arah yang lebih buruk, dengan tujuan memperbaiki

kualitas hidup pasien. Pencegahan tersier ini biasanya dilakukan pasca operasi vp-

shunt. Setelah penderita hidrosefalus melakukan operasi vp-shunt, diperlukan

perawatan yang cukup intensif agar tidak terjadi infeksi pasca operasi

(Sugengmedica, 2012).

29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.9 Kerangka Konsep

Karakteristik Penderita Hydrocephalus

1. Sosiodemografi
-Jenis Kelamin
-Suku
-Agama
-Tingkat Pendidikan Orang Tua
-Pekerjaan Orang Tua
2. Alasan dibawa ke Rumah Sakit
3. Klasifikasi Hidrosefalus
4. Riwayat Persalinan
5. Tingkat Kesadaran Penderita
6. Riwayat Cedera/Jatuh
7. Penatalaksanaan medis
8. Sumber biaya
9. Lama rawatan rata-rata
10. Keadaan sewaktu pulang
11. Asal Rujukan

30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat deskriptif

dengan desain case series.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H.Adam Malik Medan yang berlokasi di

Jl.Bunga Lau No.17 Km 12 Kecamatan Medan Tuntungan Provinsi Sumatera

Utara. Pemilihan lokasi penelitian ini dengan pertimbangan bahwa data yang

diperlukan dalam penelitian ini tersedia. Selain itu rumah sakit ini merupakan

rumah sakit pusat rujukan dimana seluruh lapisan masyarakat datang untuk

berobat ke rumah sakit RSUP H. Adam Malik serta belum pernah di lakukan

penelitian mengenai Karakteristik Hidrosefalus Kongenital di tahun 2014-2017.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bulan Januari 2018 sampai dengan Juli 2018.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita hidrosefalus

kongenital pada tahun 2014-2017 di RSUP H.Adam Malik Medan sebanyak 94

orang.

31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah data penderita hidrosefalus kongenital

rawat inap di RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2014-2017, besar sampel sama

dengan jumlah populasi yaitu sebanyak 94 orang. Sampel dalam penelitian yang

dilakukan adalah total sampling.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder

penderita hidrosefalus kongenital yang diambil dari rekam medis di RSUP

H.Adam Malik Medan tahun 2014-2017.

3.5 Definisi Operasional

3.5.1 Penderita hidrosefalus kongenital adalah semua pasien yang dinyatakan

menderita hidrosefalus kongenital berdasarkan diagnosa dokter dan

tercatat pada kartu status yang ada di rekam medik.

3.5.2 Sosiodemografi

a. Jenis Kelamin adalah ciri biologis penderita hidrosefalus kongenital yang

dapat membedakan anatara penderita yang satu dengan penderita yang

lainnya dan tercatat pada kartu status yang ada di rekam medik.

1. Perempuan
2. Laki-laki

b. Suku adalah suatu kebudayaan yang di miliki penderita sebagai identitas

atau ciri khas dan tercatat pada kartu status yang ada di rekam medik.

1. Batak
2. Jawa
3. Minang
4. Aceh

32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Melayu
6. Lain-lain

c. Agama adalah kepercayaan atau keyakinan yang dianut oleh si penderita

hidrosefalus kongenital dan tercatat didalam kartu status rekam medik.

1. Islam
2. Kristen Protestan
3. Kristen Katolik
4. Budha
5. Hindu

d. Tingkat Pendidikan Orang Tua adalah jenjang pendidikan formal tertinggi

yang telah ditamatkan oleh orang tua si penderita hidrosefalus kongenital

dan tercatat pada kartu status yang ada di rekam medik.

1. Tidak Sekolah/Tidak tamat SD


2. SD/Sederajat
3. SLTP/Sederajat
4. SLTA/Sederajat
5. Akademi/Sarjana

e. Pekerjaan Orang Tua adalah Kegiatan yang dilakukan oleh orang tua

penderita untuk memenuhi kebutuhan hidup penderita hidrosefalus

kongenital dan tercatat pada kartu status yang ada di rekam medik.

1. PNS
2. Wiraswasta
3. Petani
4. TNI/POLRI
5. Pegawai Swasta
6. Nelayan
7. Dan lain-lain

3.5.3 Alasan dibawa ke Rumah Sakit adalah alasan orang tua membawa anaknya

ke rumah sakit berdasarkan gangguan fisik ataupun mental yang sering

33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dirasakan penderita hidrosefalus kongenital dan tercatat pada kartu status

yang ada di rekam medik.

1. Kepala Membesar
2. Kejang
3. Penglihatan kabur dan berair
4. Gangguan Pendengaran
5. Penurunan Kesadaran
6. Sulit Bernapas
7. Benjol Pada Punggung

3.5.4 Klasifikasi hidrosefalus adalah pembagian atau jenis-jenis hidrosefalus dan

tercatat pada kartu status yang ada di rekam medik.

1. Hidrosefalus Komunikans
2. Hidrosefalus Non Komunikans

3.5.5 Riwayat Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (Prawirohardjo 2009)

1. Operasi Sesar
2. Normal

3.5.6 Tingkat Kesadaran Penderita adalah keadaan pasien, yang terbagi menjadi

empat jenis yaitu Kompos mentis (keadaan seseorang sadar penuh), Apatis

(keadaan seseorang tidak peduli, acuh tak acuh), Somnolen (keadaan

seseorang cenderung tertidur, namun dapat dibangunkan dengan

rangsangan), dan Semi-coma (kesadaran hilang, tidak memberikan respon

terhadap rangsangan verbal, tetapi reflex kornea dan pupil masih baik).

1. Compos Mentis
2. Apatis
3. Somnolen
4. Semi-coma

34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.5.7 Riwayat Cedera/Jatuh adalah riwayat penderita pernah mengalami cedera

atau jatuh.

1. Ya
2. Tidak

3.5.8 Lama rawatan rata-rata adalah rata-rata lamanya penderita hidrosefalus

dirawat, terhitung dari tanggal mulai dirawat sampai keluar dan tercatat

pada kartu status yang ada di rekam medik.

3.5.9 Sumber biaya adalah biaya yang digunakan penderita hidrosefalus dan

tercatat pada kartu status yang ada di rekam medik.

1. BPJS
2. Mandiri

3.5.10 Penatalaksanaan Medis ialah penanganan yang diperoleh oleh pasien

penderita hidrosefalus kongenital dan tercatat pada kartu status yang ada di

rekam medik.

1. Operasi
2. Operasi dan obat-obatan

3.5.11 Keadaan sewaktu pulang adalah keadaan/kondisi akhir penderita

hidrosefalus ketika keluar dari rumah sakit dan tercatat pada kartu status

yang ada di rekam medik.

1. Pulang dan berobat jalan


2. Pulang atas permintaan sendiri
3. Sembuh
4. Meninggal dunia

35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.5.12 Asal Rujukan adalah daerah asal puskesmas atau rumah sakit sebelum

pasien ke rumah sakit pusat.

1. Medan
2. Luar Medan

3.6 Analisis Data

Data yang telah terkumpul akan diolah dengan menggunakan

menggunakan bantuan komputer program SPSS (Statistical Product and Service

Solution). Data dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square. Kemudian data

disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi proporsi, dan diagram batang.

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Profil Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

4.1.1 Gambaran Umum RSUP. H. Adam Malik Medan

Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik berlokasi di Jalan Bunga Lau
No.17 Km 12 Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan dan di bangun
diatas tanah seluas ± 10 Ha. Rumah sakit ini berdiri pada tanggal 21 Juli 1993.
Rumah sakit ini adalah rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes
No.355/Menkes/SK/VII/1990 yang telah memiliki fasilitas kesehatan yang
memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Rumah sakit ini
ditetapkan menjadi Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes
No.502/Menkes/SKIX/1991jjjjserta berdasarkan surat keputusan
HK.02.02/MENKES/390/2014 sebagai pusat rujukan wilayah pembangunan yaitu
Wilayah A (Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau dan
Provinsi Aceh).

4.1.2 Visi dan Misi RSUP H.Adam Malik Medan

Visi RSUP H Adam Malik Medan adalah “Menjadi Rumah Sakit

Pendidikan dan Pusat Rujukan Nasional yang Terbaik dan Bermutu di

Indonesia pada Tahun 2019”

Visi tersebut diwujudkan melalui Misi RSUP H.Adam Malik Medan yaitu :

1. Melaksanakan Pelayanan Pendidikan, Penelitian, dan Pelatihan dibidang

Kesehatan yang Paripurna, Bermutu dan Terjangkau.

2. Melaksanakan Pengembangan Kompetensi SDM secara Berkesinambungan.

3. Mengampu RS Jejaring dan RS di Wilayah Sumatera.

37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Motto RSUP Haji Adam Malik Medan yaitu Mengutamakan Keselamatan

Pasien dengan Pelayanan “PATEN” yang merupakan singkatan dari : Pelayanan

Cepat, Akurat, Terjangkau, Efisien, Nyaman. Adapun nilai-nilai yang dianut oleh

RSUP Haji Adam Malik Medan yaitu:

1. Pasien merupakan anggota masyarakat yang memerlukaan pelayanan kesehatan

maka pelayanan medis harus diberikan dengan cara benar dan tanpa membedakan

golongan, agama, suku, dan kemampuan sesuai dengan azas keadilan sosial.

2. Memegang teguh dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika profesi dan norma-

norma religius.

3. Seluruh keputusan dan tindakan akan diambil sesuai dengan peraturan dan

ketentuan yang berlaku melalui suatu musyawarah serta dapat

dipertanggungjawabkan.

4. Pelayanan yang diberikan secara utuh, terpadu dan paripurna.

4.1.3 Pelayanan Medis dan Pelayanan Umum

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dilengkapi berbagai

prasarana-prasaran yang terdiri dari Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Rawat

Jalan, Pelayanan Rawat Inap, Pelayanan Penyakit Dalam, Pelayanan Rawat

Intensif, Pelayanan Kardiovaskuler, Pelayanan Bedah, Pelayanan Khusus,

Pelayanan Haemodialisis, Pelayanan Klinik, Pelayanan Patologi Anatomi,

Pelayanan Mikrobiologi, Pelayanan Radiologi, Unit Radiotherapi, Diagnostik

Terpadu, Pelayanan Bank Darah, Pelayanan Rehabilitasi Medik, Pelayanan

Diklat, Pelayanan Farmasi, Pelayanan Gizi, Pelayanan Rekam Medik, Pelayanan

38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Laundry, Pelayanan Gigi-Mulut, Pelayanan Kebidanan, Pelayanan Perinatologi,

Pelayanan Kesehatan Jiwa, Pelayanan Rujukan.

4.2 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi

proporsi penderita hidrosefalus kongenital berdasarkan variabel yang diteliti yaitu

sosiodemografi (Jenis kelamin, Suku, Agama, Tingkat pendidikan orangtua,

Pekerjaan orangtua), alasan dibawa ke rumah sakit, klasifikasi hidrosefalus,

riwayat penyakit ibu, riwayat persalinan, tingkat kesadaran penderita, risiko

cedera/jatuh, pemeriksaan yang dilakukan, lama rawatan rata-rata,

penatalaksanaan medis, sumber biaya, keadaan sewaktu pulang, asal rujukan.

4.2.1 Proporsi Penderita Hidrosefalus Berdasarkan Tahun

Distribusi proporsi penderita hidrosefalus kongenital pada tahun 2014-

2017 berdasarkan tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Kongenital


Berdasarkan Tahun di RSUP H. Adam Malik Medam Tahun
2014-2017

No Tahun f %
1 2017 25 26,6
2 2016 28 29,8
3 2015 16 17
4 2014 25 26,6
Total 94 100

Adapun proporsi penderita hidrosefalus kongenital dapat dilihat pada tabel

diatas: menurut waktu tertinggi berada pada tahun 2016 yaitu 28 orang (29,8 %),

selanjutnya pada tahun 2017 dan 2014 yaitu 25 ( 26,6 %) dan terendah berada

pada tahun 2015 yaitu 16 orang (17%).

39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2.2 Sosiodemografi

Distribusi proporsi penderita hidrosefalus kongenitalpada tahun 2014-2017

berdasarkan sosiodemografi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Kongenital


Berdasarkan Sosiodemografi di RSUP H.Adam Malik Medan
Tahun 2014-2017

Jenis Kelamin f %
Laki-laki 54 57,4
Perempuan 40 42,6
Total 94 100
Suku f %
Melayu 10 10,6
Batak 40 42,6
Aceh 9 9,6
Jawa 19 20,2
Minang 8 8,5
Tidak Tercatat 8 8,5
Total 94 100
Agama f %
Islam 68 72,3
Kristen Protestan 18 19.2
Katolik 8 8,5
Buddha 0 0
Hindu 0 0
Total 94 100
Pendidikan Orangtua f %
SD/sederajat 10 10,6
SMP/sederajat 16 17
SMA/sederajat 61 64,9
Akademik/Perguruan Tinggi 7 7,5
Total 94 100
Pekerjaan Orangtua f %
Wiraswasta 60 63,8
Petani 12 12,8
TNI/Polri 1 1,1
PNS 4 4,2
Pegawai Swasta 15 16
Nelayan 2 2,1
Total 94 100

40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa proporsi penderita hidrosefalus

kongenital berdasarkan jenis kelamin yang tertinggi ialah pada laki-laki sebanyak

54 orang (57,4%) dan terendah pada perempuan yaitu 40 orang (42,6%),

berdasarkan suku yang tertinggi ialah suku Batak sebanyak 40 orang (42,6%) dan

terendah ialah suku Minang yaitu 8 orang (8,5%). Proporsi penderita hidrosefalus

kongenital berdasarkan agama, yang tertinggi ialah agama Islam sebanyak 68

orang (72,3%) dan terendah ialah Katolik yaitu 8 orang (8,5%), berdasarkan

tingkat pendidikan orangtua, yang tertinggi ialah SMA/Sederajat sebanyak 61

orang (64,9%) dan terendah ialah akademik/perguruan tinggi yaitu 7 orang

(7,4%). Proporsi penderita hidrosefalus kongenital berdasarkan pekerjaan orang

tua yang terbanyak ialah wiraswasta yaitu 60 orang (63,8%) dan terendah ialah

TNI/Polri yaitu 1 orang (1,1%).

4.2.3 Alasan Dibawa Ke Rumah Sakit

Distribusi proporsi penderita hidrosefalus kongenital pada tahun 2014-

2017 berdasarkan alasan dibawa ke rumah sakit dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Kongenital


Berdasarkan Alasan dibawa ke rumah sakit di RSUP H.Adam
Malik Medan Tahun 2014-2017

Alasan dibawa ke rumah sakit f %


Kepala Membesar 54 57,4
Kejang 20 21,3
Gangguan Pendengaran 1 1,1
Penglihatan Kabur dan Berair 1 1,1
Penurunan Kesadaran 4 4,2
Sulit Bernapas 12 12,8
Benjol Pada Punggung 2 2,1
Total 94 100

41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa proporsi penderita hidrosefalus

kongenital berdasarkan alasan di bawa ke rumah sakit yang tertinggi ialah kepala

membesar sebanyak 54 orang (57,2%), selanjutnya kejang sebanyak 20 orang

(21,3%), sulit bernapas sebanyak 12 orang (12,8%), benjol pada punggung

sebanyak 2 orang (2,1%) dan terendah ialah penglihatan kabur dan berair serta

gangguan pendengaran, masing-masing 1 orang (1,1%).

4.2.4 Klasifikasi Hidrosefalus

Distribusi proporsi penderita hidrosefalus kongenital pada tahun 2014-

2017 berdasarkan klasifikasi hidrosefalus dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Kongenital


Berdasarkan Klasifikasi Hidrosefalus di RSUP H.Adam
Malik Medan Tahun 2014-2017

Klasifikasi Hidrosefalus f %
Hidrosefalus Obstruktif 48 51,1
Hidrosefalus Komunikans 46 48,9
Total 94 100

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa proporsi penderita hidrosefalus

kongenital berdasarkan klasifikasi hidrosefalus yang tertinggi ialah hidrosefalus

obstruktif sebanyak 48 orang (51,1%), dan yang terendah ialah hidrosefalus

komunikans yaitu 46 orang (48,9%).

42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2.5 Riwayat Persalinan

Distribusi proporsi penderita hidrosefalus kongenital pada tahun 2014-

2017 berdasarkan riwayat persalinan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Kongenital


Berdasarkan Riwayat Persalinan di RSUP H.Adam Malik
Medan Tahun 2014-2017

Riwayat Persalinan f %
Operasi Sesar 46 48,9
Normal 25 26,6
Tidak Tercatat 23 24,5
Total 94 100

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa proporsi penderita hidrosefalus

kongenital berdasarkan riwayat persalinan yang tertinggi ialah dengan riwayat

persalinan operasi sesar sebanyak 45 orang (47,9%), dan riwayat persalinan yang

normal sebanyak 22 orang (23,4%), sedangkan yang tidak tercatat sebanyak 27

orang (28,7%).

4.2.6 Tingkat Kesadaran Penderita

Distribusi proporsi penderita hidrosefalus kongenital pada tahun 2014-

2017 berdasarkan tingkat kesadaran penderita dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Kongenital


Berdasarkan Tingkat Kesadaran Penderita di RSUP H.Adam
Malik Medan Tahun 2014-2017

Tingkat Kesadaran Penderita f %


Compos Mentis 73 77,7
Apatis 8 8,5
Somnolen 4 4,3
Semi-Coma 9 9,5
Total 94 100

43

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa proporsi penderita hidrosefalus

berdasarkan tingkat kesadaran penderita tertinggi ialah compos mentis sebanyak

73 orang (77,7%), selanjutnya semi-coma sebanyak 9 orang (9,5%), apatis

sebanyak 8 orang (8,5%) dan terendah ialah somnolen yaitu 4 orang (4,3%).

4.2.7 Riwayat Cedera/Jatuh

Distribusi proporsi penderita hidrosefalus kongenital pada tahun 2014-

2017 berdasarkan riwayat cedera/jatuh penderita dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Kongenital


Berdasarkan Riwayat Cedera/Jatuh di RSUP H.Adam Malik
Medan Tahun 2014-2017

Riwayat Cedera/Jatuh f %
Ya 20 21,3
Tidak 74 78,7
Total 94 100

Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa proporsi penderita hidrosefalus

berdasarkan riwayat cedera/jatuh tertinggi ialah tidak mengalami riwayat

cedera/jatuh sebanyak 74 orang (78,7%) dan yang mengalami riwayat

cedera/jatuh yaitu 20 orang (21,3%).

44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2.8 Lama Rawatan Rata-Rata

Distribusi proporsi penderita hidrosefalus kongenital pada tahun 2014-

2017 berdasarkan lama rawatan rata-rata dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.8...Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Kongenital


Berdasarkan Lama Rawatan Rata-rata di RSUP H.Adam
Malik Medan Tahun 2014-2017

Lama Rawatan Rata-rata


N 94
Mean 13,64
SD ( Standard Deviasi) 11,216
Minimum 2
Maksimum 72

Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita

hidrosefalus kongenital 13,64 hari atau 14 hari. Standar deviasi sebesar 11,216

hari atau 11 hari dengan minimun lama rawatan 2 hari dan maksimum lama

rawatan 72 hari.

4.2.9 Penatalaksanaan Medis

Distribusi proporsi penderita hidrosefalus kongenital pada tahun 2014-

2017 berdasarkan penatalaksanaan medis dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.9...Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Kongenital


Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSUP H.Adam Malik
Medan Tahun 2014-2017

Penatalaksanaan Medis f %
Operasi + Obat-obatan 50 53,2
Obat-obatan 44 46,8
Total 94 100

Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa proporsi penderita hidrosefalus

kongenital berdasarkan penatalaksanaan medis tertinggi ialah operasi dan obat-

obatan sebanyak 50 orang (53,2%) dan terendah ialah obat-obatan sebanyak 44

orang (46,8%).

45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2.10 Sumber Biaya

Distribusi proporsi penderita hidrosefalus kongenital pada tahun 2014-

2017 berdasarkan sumber biaya penderita dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.10..Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Kongenital


Berdasarkan Sumber Biaya di RSUP H.Adam Malik Medan
Tahun 2014-2017

Sumber Biaya f %
BPJS 80 85,1
Mandiri 14 14,9
Total 94 100
Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa proporsi penderita hidrosefalus

kongenital berdasarkan sumber biaya yang tertinggi ialah BPJS sebanyak 80

orang (85,1%) dan yang terendah ialah mandiri yaitu 14 orang (14,9%).

4.2.11 Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi penderita hidrosefalus kongenital pada tahun 2014-

2017 berdasarkan keadaan sewaktu pulang penderita dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel 4.11 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Kongenital


Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUP H.Adam
Malik Medan Tahun 2014-2017

Keadaan Sewaktu Pulang f %


Pulang Berobat Jalan 57 60,6
Pulang Atas Permintaan Sendiri 22 23,4
Sembuh 1 1,1
Meninggal 14 14,9
Total 94 100

Dari tabel 4.11 dapat dilihat proporsi penderita hidrosefalus kongenital

berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang tertinggi ialah pulang berobat jalan

sebesar 57 orang (60,6%), selanjutnya pulang atas permintaan sendiri sebanyak 22

46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


orang (23,4%), meninggal sebanyak 14 orang (14,9%) dan yang terendah ialah

sembuh yaitu 1 orang (1,1%).

4.2.12 Asal Rujukan


Distribusi proporsi penderita hidrosefalus kongenital pada tahun 2014-

2017 berdasarkan keadaan asal rujukan penderita dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel 4.12 Distribusi Proporsi Penderita Hidrosefalus Kongenital


Berdasarkan Asal Rujukan di RSUP H.Adam Malik Medan
Tahun 2014-2017

Asal Rujukan f %
Medan 38 40,4
Luar Kota Medan 56 59,6
Total 94 100

Dari tabel 4.12 dapat dilihat proporsi penderita hidrosefalus kongenital

berdasarkan asal rujukan yang tertinggi berasal dari luar kota medan sebanyak 56

orang (59,6%) dan terendah berasal dari medan yaitu 38 orang (40,4%).

47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.3 Analisis Statistik

4.3.1 Alasan Dibawa Ke Rumah Sakit Berdasarkan Klasifikasi Hidrosefalus

Tabel 4.13 Distribusi Proporsi Alasan Dibawa Ke Rumah Sakit Penderita Hidrosefalus Berdasarkan Klasifikasi Hidrosefalus
di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2014-2017

Klasifikasi Alasan Dibawa Ke Rumah Sakit Total


Hidrosefalus Kepala Kejang Gangguan Penglihatan Penurunan Sulit Benjol Pada
Membesar Pendengaran Kabur dan Kesadaran Bernapas Punggung
Berair
f % f % f % f % F % f % f % f %
Obstruktif 25 52 11 22,9 0 0 0 0 3 6,3 8 16,7 1 2,1 48 100
Komunikans 29 63 9 19,6 1 2,2 1 2,2 1 2,2 4 8,6 1 2,2 46 100

Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa dari 48 orang penderita hidrosefalus kongenital dengan klasifikasi hidrosefalus

obstruktif, proporsi alasan dibawa ke rumah sakit tertinggi adalah alasan kepala membesar sebanyak 25 orang (52 %), kejang

sebanyak 11 orang (22,9%), sulit bernapas sebanyak 8 orang (16,7%), penurunan kesadaran 3 orang (6,3%), benjol pada punggung

sebanyak 1 orang (2,1%) dan gangguan pendengaran dan penglihatan kabur dan berair tidak ada. Dari 48 orang penderita

hidrosefalus kongenital dengan klasifikasi hidrosefalus Komunikans, proporsi alasan dibawa ke rumah sakit tertinggi dengan alasan

kepala membesar sebanyak 29 orang (63%), kejang sebanyak 9 orang (19,6%), penurunan kesadaran yaitu 1 orang (2,2%), kesulitan

48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


bernapas yaitu 4 orang (8,6%), benjol pada punggung ada 1 orang (2,2%),

gangguan pendengaran 1 0rang (2,2%) dan penglihatan kabur dan berair 1 orang

(2,2%).

.4.3.2 Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Klasifikasi Hidrosefalus

Tabel 4.14 Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Penderita


Hidrosefalus Berdasarkan Klasifikasi Hidrosefalus di RSUP H.
Adam Malik Medan Tahun 2014-2017

Klasifikasi Penatalaksanaan Medis Total


Hidrosefalus Operasi + Obat-obatan Obat-obatan
F % f % f %
Obstruktif 31 64,6 17 35,4 48 100
Komunikans 19 41,3 27 58,7 46 100
p = 0,040

Berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat bahwa dari 48 orang penderita

hidrosefalus kongenital dengan klasifikasi hidrosefalus obstruktif, proporsi

penatalaksanaan medis tertinggi adalah operasi + obat-obatan sebanyak 31 orang

(64,6 %), dan penatalaksanaan medis dengan obat-obatan sebanyak 17 orang

(35,4%). Dari 29 orang penderita hidrosefalus kongenital dengan klasifikasi

hidrosefalus komunikans, proporsi penatalaksanaan medis tertinggi adalah operasi

+ obat-obatan sebanyak 19 orang (41,3%), dan terendah obat-obatan yaitu 27

orang (58,7%).

Ada perbedaan proporsi yang bermakna antara penatalaksanaan medis

dengan klasifikasi hidrosefalus. Hal ini diperoleh dari hasil uji chi-square dengan

p < 0,05.

49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.3.3 Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Penatalaksanaan Medis

Tabel 4.15 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Penderita


Hidrosefalus Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSUP
H.Adam Malik Medan Tahun 2014-2017

Penatalaksanaan Keadaan Sewaktu Pulang Total


Medis PBJ PAPS Sembuh Meninggal
F % f % f % f % f %
Operasi + Obat- 30 60 14 28 1 2 5 10 50 100
obatan
Obat-obatan 27 61,3 8 18.2 0 0 9 20,5 44 100
p = 0,312

Berdasarkan tabel 4.16 dapat dilihat bahwa dari 50 orang penderita

hidrosefalus kongenital dengan penatalaksanaan medis operasi + obat-obatan,

proporsi keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah pulang berobat jalan sebanyak

30 orang (60%), selanjutnya pulang atas permintaan sendiri sebanyak 14 orang

(28%), meninggal sebanyak 5 orang (10%%) dan terendah ialah sembuh yaitu 1

orang (2%). Dari 44 penderita hidrosefalus kongenital dengan penatalaksanaan

medis obat-obatan, proporsi keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah pulang

berobat jalan sebanyak 27 orang (61,3%), meninggal sebanyak 9 orang (20,5%),

pulang atas permintaan sendiri sebanyak 8 orang (18,2%), dan terendah ialah

sembuh tidak ada.

Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara kedaan sewaktu

pulang dengan penatalaksanaan medis. Hal ini diperoleh dari hasil uji chi-square

dengan p > 0,05.

50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.3.4 Klasifikasi Hidrosefalus Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.16 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Penderita


Hidrosefalus Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSUP
H.Adam Malik Medan Tahun 2014-2017

Jenis Klasifikasi Hidrosefalus Total


Kelamin Obstruktif Komunikans
f % f % f %
Laki-laki 24 44,4 30 55,6 54 100
Perempuan 24 60 16 40 40 100
p = 0,199

Berdasarkan tabel 4.17 dapat dilihat bahwa dari 54 orang penderita

hidrosefalus kongenital yang berjenis kelamin laki-laki berdasarkan klasifikasi

hidrosefalus yang tertinggi yaitu obstruktif 24 orang (44,4%), komunikans sebesar

30 orang (55,6%). Dari 40 orang penderita hidrosefalus kongenital yang berjenis

kelamin perempuan berdasarkan klasifikasi hidrosefalus yang tertinggi adalah

obstruktif sebanyak 24 orang (60%), komunikans ada 16 orang (40%).

Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara klasifikasi

hidrosefalus dengan jenis kelamin. Hal ini diperoleh dari hasil uji chi-square

dengan p > 0,05.

51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.3.5 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya

Tabel 4.17 Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata-rata Penderita


Hidrosefalus Berdasarkan Sumber Biaya di RSUP H.Adam
Malik Medan Tahun 2014-2017

Sumber Biaya Lama Rawatan Rata-rata


f Mean SD
BPJS 80 13,69 11,802
Mandiri 14 13,36 7,313
p = 0,920

Berdasarkan tabel 4.18 dapat dilihat bahwa dari 80 orang penderita

hidrosefalus dengan sumber biaya berasal dari BPJS memiliki lama rawatan rata-

rata 13,69 hari atau 14 hari dengan standar deviasi 11,802. Dari 14 orang

penderita hidrosefalus dengan sumber biaya mandiri memiliki lama rawatan rata-

rata 13,36 hari atau 13 hari dengan standar deviasi 7,313.

Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara lama rawatan rata-

rata dengan sumber biaya. Hal ini diperoleh dari hasil uji chi-square dengan p >

0,05.

52

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Penderita Hidrosefalus Kongenital

5.1.1 Penderita Hidrosefalus Berdasarkan Tahun

Proporsi penderita hidrosefalus kongenital pada tahun 2014-2017

berdasarkan tahun dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.1 Diagram Pie Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2017.

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita hidrosefalus

kongenital tertinggi pada tahun 2016 (30%) dan yang terendah berada pada tahun

2015 (17%). Pada tahun 2016, penderita hidrosefalus yang berjenis kelamin laki-

laki ada 18 orang dan perempuan ada 10 orang. Pada tahun 2015, penderita

hidrosefalus yang berjenis kelamin laki-laki ada 6 orang dan perempuan ada 10

orang.

53

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.1.2 Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan Sosiodemografi

Proporsi penderita hidrosefalus kongenital pada tahun 2014-2017

berdasarkan sosiodemografi dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

a. Jenis Kelamin

Proporsi penderita hidrosefalus kongenital pada tahun 2014-2017

berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.2 Diagram Pie Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-
2017.
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita hidrosefalus

terbanyak pada jenis kelamin laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sitepu (2011) di RSUP H. Adam Malik Medan. Hal ini sesuai juga

dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami (2013), dengan judul Initial brain

CT scan and shunting outcomes in children with hydrocephalus, berdasarkan

karakteristik diperoleh penderita hidrosefalus sebesar 63,3% pada laki-laki dan

54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pada perempuan 36,7%. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yusuf (2017)

mengenai Management and Outcome of Infantile Hydrocephalus in a Tertiary

Health Institution in Nigeria, dari 58 pasien yang diteliti diperoleh 33 oarng

(57%) yang berjenis kelamin laki-laki dan 25 orang (43%) yang berjenis kelamin

perempuan. Namun bukan berarti jenis kelamin laki-laki lebih berisiko terkena

hidrosefalus dari pada perempuan. Umumnya, insidensi sama pada pria dan

wanita (Espay, 2010).

b. Suku

Proporsi penderita hidrosefalus kongenital pada tahun 2014-2017

berdasarkan suku dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.3 Diagram Batang Penderita Hidrosefalus Kongenital


Berdasarkan Suku di RSUP H. Adam Malik Medan tahun
2014-2017.
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita

hidrosefalus kongenital berdasarkan suku adalah suku batak (42,6%) dan suku

jawa (20,2%). Hal ini menunjukkan mayoritas jumlah penderita hidrosefalus

55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kongenital yang datang berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun

2014-2017 adalah suku batak dan suku jawa.

c. Agama

Proporsi penderita hidrosefalus kongenital pada tahun 2014-2017

berdasarkan agama dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.4 Diagram Pie Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Agama di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2017.
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita hidrosefalus

kongenital tertinggi berdasarkan agama adalah agama islam (72,3%) dan terendah

adalah agama katolik (8,5%). Hal ini bukan berarti bahwa agama islam lebih

berisiko terkena hidrosefalus kongenital di bandingkan agama lain, hanya

disebabkan karena mayoritas penduduk di Kota Medan adalah beragama islam

serta kunjungan terbanyak ke RSUP H. Adam Malik Medan yaitu yang beragama

islam.

56

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d. Pendidikan Orangtua

Proporsi penderita hidrosefalus kongenital pada tahun 2014-2017

berdasarkan pendidikan orangtua dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.5 Diagram Pie Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Pendidikan Orangtua di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2017.
Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa proporsi tertinggi penderita

hidrosefalus berdasarkan pendidikan orangtua adalah SMA/Sederajat (64,9%) dan

terendah adalah akademik/perguruan tinggi (7,4%). Belum banyak penelitian yang

menyatakan bahwa tingkat pendidikan orangtua berpengaruh terhadap kejadian

anak menderita hidrosefalus, karena seperti yang kita ketahui bahwa hidrosefalus

ini merupakan kelainan kongenital.

57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


e. Pekerjaan Orangtua

Proporsi penderita hidrosefalus kongenital pada tahun 2014-2017

berdasarkan pekerjaan orangtua dapat dilihat pada gambar di bawah

ini:

Gambar 5.6 Diagram Batang Penderita Hidrosefalus Kongenitaljjjj


Berdasarkan Pendidikan Orangtua di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2014-2017.

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita hidrosefalus

kongenital tertinggi berdasarkan pekerjaan orangtua adalah wiraswasta (63,8%)

dan yang terendah adalah TNI/Polri (1,1%). Belum ada penelitian yang

menyatakan bahwa pekerjaan orangtua berpengaruh dengan kondisi anak terkena

hidrosefalus, karena seperti yang kita ketahui bahwa hidrosefalus ini merupakan

kelainan kongenital.

58

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.1.3 Alasan Dibawa Ke Rumah Sakit

Proporsi penderita hidrosefalus kongenital pada tahun 2014-2017

berdasarkan alasan dibawa ke rumah sakit dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.7 Diagram Batang Penderita Hidrosefalus Kongenital


Berdasarkan Pendidikan Orangtua di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2014-2017.
Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa penderita hidrosefalus tertinggi

berdasarkan alasan dibawa ke rumah sakit adalah kepala membesar (57,2%). Hal

ini sesuai dengan jurnal oftalmologi Indonesia oleh Rosalina (2007), di mana 90%

alasan penderita yang datang ke rumah sakit Dr.Soetomo Surabaya adalah

pembesaran pada kepala. Selain pembesaran kepala sebagai keluhan utama

penderita, keluhan lainnya berupa gangguan pendengaran dan penglihatan kabur

serta kelainan sistemik dan sistem saraf.

59

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Untuk alasan dibawa ke rumah sakit yaitu kepala membesar yang berjenis

kelamin laki-laki ada 35 orang dan perempuan ada 19 orang. Untuk alasan dibawa

ke rumah sakit yaitu kejang, yang berjenis kelamin laki-laki ada 9 orang dan

berjenis kelamin perempuan ada 11 orang. Untuk alasan dibawa ke rumah sakit

yaitu sulit bernapas yang berjenis kelamin laki-laki ada 8 orang dan perempuan

ada 4 orang. Untuk alasan dibawa ke rumah sakit yaitu penurunan kesadaran yang

berjenis kelamin laki-laki ada 1 orang dan perempuan ada 3 orang. Untuk alasan

dibawa ke rumah sakit yaitu benjol pada punggung dan gangguang pendengaran

hanya berjenis kelamin perempuan, masing-masing yaitu 3 orang dan 1 orang.

Untuk alasan dibawa ke rumah sakit yaitu penglihatan kabur dan berair yaitu 1

orang berjenis kelamin laki-laki.

Penderita hidrosefalus dengan alasan tertinggi dibawa ke rumah sakit yaitu

kepala membesar rata-rata berusia 5 bulan. Pada alasan dibawa ke rumah sakit

yaitu kepala membesar ada satu keterangan yang menyatakan ibu melakukan

aborsi dengan memakan obat-obatan. Bayi tersebut tidak berhasil di aborsi dan

kini bayi tersebut menderita hidrosefalus obstruktif. Bayi ini berjenis kelamin

laki-laki dan berusia 1 bulan ketika pertama kali datang ke rumah sakit.

60

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.1.4 Klasifikasi Hidrosefalus

Proporsi penderita hidrosefalus kongenital pada tahun 2014-2017

berdasarkan klasifikasi hidrosefalus dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.8 Diagram Pie Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Klasifikasi Hidrosefalus Kongenital di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2014-2017.
Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa klasifikasi hidrosefalus tertinggi

ialah hidrosefalus obstruktif (non-komunikans) yaitu 51% dan yang terendah

adalah hidrosefalus komunikans yaitu 49%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Rahmayani (2017) tentang Profil Klinis dan Faktor Risiko

Hidrosefalus Komunikans dan Non Komunikans pada Anak di RSUD dr.

Soetomo, diperoleh penderita hidrosefalus obstruktif sebanyak 58,75% dan

komunikans sebanyak 41,25%. Hal ini sama juga dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sitepu (2011), di mana diperoleh 45,4% yang menderita

61

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


hidrosefalus obstruktif dan 37,6% yang menderita hidrosefalus komunikans

dengan sisanya yang tidak tercatat 17%.

5.1.5 Riwayat Persalinan

Proporsi penderita hidrosefalus kongenital pada tahun 2014-2017

berdasarkan riwayat persalinan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.9 Diagram Pie Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Riwayat Persalinan di RSUP H. Adam Malik Medan tahun
2014-2017.
Dari gambar di atas diperoleh bahwa penderita hidrosefalus kongenital

berdasarkan riwayat persalinan tertinggi adalah operasi sesar (48,9%). Menurut

Yaeni (2013) Operasi sesar merupakan persalinan buatan di mana janin dilahirkan

melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan saraf rahim

dalam keadaan utuh serta berat di atas 500 gram. Beberapa indikasi yang

mengharuskan ibu melakukan operasi sesar salah satunya ialah partus lama

disebabkan oleh kontraksi uterus yang tidak kuat, tulang panggul yang sempit,

62

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


atau kondisi janin yang mengalami kelainan misalnya maksrosomia janin,

hydrocephalus, malpresentase, ekstensi yang ekstrim atau kemiringan ke arah

lateral kepala janin. (Afriani, 2013).

5.1.6 Tingkat Kesadaran Penderita

Proporsi penderita hidrosefalus kongenital pada tahun 2014-2017

berdasarkan tingkat kesadaran penderita dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.10 Diagram Pie Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Tingkat Kesadaran di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2017.
Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa tingkat kesadaran tertinggi

penderita hidrosefaus yang datang berobat ke RSUP H. Adam Malik adalah

compos mentis 80%. Compos mentis berarti keadaan seseorang sadar penuh dan

dapat merespon terhadap rangsangan dari lingkungannya (Aprillia, 2015). Tingkat

kesadaran compos mentis ini kebanyakan terjadi pada penderita hidrosefalus

obstruktif.

63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.1.7 Riwayat Cedera/Jatuh

Proporsi penderita hidrosefalus kongenital pada tahun 2014-2017

berdasarkan riwayat cedera/jatuh dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.11 Diagram Pie Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Riwayat Cedera/Jatuh di RSUP H. Adam Malik Medan tahun
2014-2017.
Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa penderita hidrosefalus tertinggi

berdasarkan riwayat cedera/jatuh adalah tidak memiliki riwayat cedera/jatuh

(96%). Menurut Apriyanto (2013) etiologi hidrosefalus pada anak terbagi menjadi

dua yaitu prenatal (Stenosis Akuaduktus Sylvii, Malformasi Dandy Walker,

Myelomeningokel, Malformasi Arnold Chiari) dan postnatal (Perdarahan akibat

cedera, kista araknoid). Pada hidrosefalus kongenital, memang lebih banyak

terjadi akibat masa prenatal, namun tidak menutup kemungkinan untuk terjadi

pada masa prenatal disertai postnatal misalnya bayi tersebut sudah terkena

stenosis pada akuaduktus Sylvii, namun tidak timbul gejala. Gejala baru timbul

64

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


setelah terjadi cedera/jatuh setelah lahir, hal inilah yang menjadikan bayi tersebut

terkena hidrosefalus. Tidak menutup kemungkinan gejala yang timbul cukup lama

akibat hidrosefalus kongenital. Hal inilah diperlukan pengawasan yang penuh dari

orangtua terhadap anak mereka terutama dalam masa pertumbuhan dan

perkembangan anak. Penderita hidrosefalus yang memiliki riwayat cedera/jatuh,

masing-masing 10 orang yaitu penderita hidrosefalus obstruktif dan komunikans.

5.1.8 Lama Rawatan Rata-rata

Distribusi proporsi penderita hidrosefalus kongenital yang dirawat inap di

RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2017 berdasarkan lama rawatan rata-

rata yaitu dengan lama rawatan rata-rata penderita hidrosefalus kongenital 13,64

hari atau 14 hari. Simpangan baku (SD) sebesar 11,216 hari atau 11 hari dengan

minimun lama rawatan 2 hari dan maksimum lama rawatan 72 hari. Karakteristik

penderita hidrosefalus yang lama rawatannya 2 hari ada 3 orang (3,2%) dengan 2

orang berjenis kelamin perempuan dan 1 orang berjenis kelamin laki-laki.

Karakteristik penderita hidrosefalus kongenital dengan lama rawatan 72 hari ada 1

orang (1,1%) dengan jenis kelamin laki-laki.

65

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.1.9 Penatalaksanaan Medis

Proporsi penderita hidrosefalus kongenital pada tahun 2014-2017

berdasarkan penatalaksanaan medis dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.12 Diagram Pie Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Penatalaksanaan Medis di RSUP H. Adam Malik Medan tahun
2014-2017.

Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa penatalaksanaan medis tertinggi

adalah operasi dan obat-obatan (53%) dan yang terendah adalah obat-obatan

(47%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Imron (2015) di

mana penderita yang datang berobat ke Rumah Sakit Hasan Sadikin sebanyak 102

penderita hidrosefalus kongenital, 100% melakukan operasi Ventrikuloperitoneal

Shunt. Dalam penelitiannya juga di jelaskan bahwa semakin dini dilakukan

operasi akan memperkecil angka kejadian infeksi karena apabila semakin tua

umur penderita semakin besar lingkar kepalanya, sehingga ketebalan lapisan

epidermisnya makin tipis yang berakibat lebih lanjut terhadap meningkatnya

66

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


resiko infeksi pasca operasi VP shunt. Pada penatalaksanaan medis obat-obatan,

jenis obat yang digunakan yaitu acetazolamide (jenis obat yang diminum) dan

furosemide (jenis obat suntik). Dalam penelitian yang dilakukan Bigio (2016)

terhadap 49 anak yang menderita hidrosefalus, pemberian acetazolamide dan

furosemide dapat menghambat pembentukan cairan serebrospinal yang berlebih di

dalam ventrikel. Sementara untuk penderita hidrosefalus yang melakukan

tindakan operasi, acetazolamide mampu memperbaiki kondisi klinis penderita

hidrosefalus apabila mengalami komplikasi shunt.

5.1.10 Sumber Biaya

Proporsi penderita hidrosefalus kongenital pada tahun 2014-2017

berdasarkan sumber biaya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.13 Diagram Pie Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Sumber Biaya di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-
2017.

67

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa penderita hidrosefalus tertinggi

berdasarkan sumber biaya yang digunakan untuk berobat adalah BPJS (85,1%),

dan yang terendah adalah mandiri (14,9%). Hal ini sama dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sitepu (2011) mengenai Karakteristik Penderita Hidrosefalus di

RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011, yang menyatakan bahwa penderita

hidrosefalus menggunakan Jamkesmas sebanyak 86,6%. Banyaknya penggunaan

BPJS dikarenakan biaya dalam penanganan pasien hidrosefalus memerlukan biaya

yang besar yaitu bagi pasien yang melakukan operasi serta perawatan pasca

operasi. Pada penderita hidrosefalus yang melakukan operasi vp-shunt dengan

sumber biaya yaitu BPJS ada 8 orang yang meninggal. Pada sumber biaya mandiri

ada 4 orang pasien hidrosefalus yang meninggal dengan 3 orang penderita telah

melakukan operasi, hal tersebut dikarenakan tidak adanya biaya orang tua pasien

untuk melakukan pengobatan lebih lanjut berupa perawatan luka sehabis operasi

vp-shunt dan kondisi terakhir yang di alami penderita tersebut yaitu gagal napas.

68

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.1.11 Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita hidrosefalus kongenital pada tahun 2014-2017

berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.14 Diagram Pie Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Keadaan Sewaktu Pulang di RSUP H. Adam Malik Medan
Tahun 2014-2017.
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa keadaan sewaktu pulang tertinggi

pada penderita hidrosefalus yaitu pulang berobat jalan sebesar 61% dan yang

paling rendah adalah meninggal yaitu 1%. Hal ini dikarenakan masih

diperlukannya follow up terhadap pasien hidrosefalus, misalnya bagi pasien yang

yang menjalankan operasi Vp shunt. Pada operasi Vp shunt, komplikasi bisa saja

terjadi setelah pemasangan Vp shunt, seperti infeksi ke rongga peritoneum,

infeksi implan shunt yang berujung pada infeksi otak, penggumpalan darah,

pendarahan di dalam otak, pembengkakan otak, kerusakan jaringan otak

karena VP shunt dan hernia inguinalis (Kim, 2015). Oleh karena itu, perlu

69

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dilakukan pemeriksaan berkala terhadap pemasangan Vp shunt tersebut. Penderita

Hidrosefalus yang meninggal sebanyak 14 orang (15%) Angka yang cukup

banyak untuk kasus hidrosefalus. Penderita hidrosefalus ini berjenis kelamin

perempuan ada 4 orang dan laki-laki ada 10 orang, rata-rata usia penderita

hidrosefalus yang meninggal yaitu 5 bulan. Selain itu, penderita hidrosefalus yang

meninggal hanya melakukan penatalaksanaan medis berupa obat-obatan saja

tanpa melakukan operasi.

Penderita yang meninggal juga memiliki lama rawatan rata-rata 12 hari

serta sumber biayanya yaitu mandiri sebanyak 4 orang selebihnya menggunakan

BPJS. Kebanyakan penderita hidrosefalus yang meninggal akibat dari gagal

napas. Gagal napas merupakan ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan

tekanan parsial normal O2 dan atau CO2 di dalam darah sehingga mengakibatkan

kematian. Penderita hidrosefalus yang sembuh ada 1 orang, penderita ini berusia

23 bulan dengan klasifikasi hidrosefalus yaitu komunikans dan berjenis kelamin

laki-laki. Penderita ini melakukan operasi, dan keadaan terakhir jumlah cairan

serebrospinalnya tidak melebihi batas normal.

70

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.1.12 Asal Rujukan

Proporsi penderita hidrosefalus kongenital pada tahun 2014-2017

berdasarkan asal rujukan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.15 Diagram Pie Penderita Hidrosefalus Kongenital Berdasarkan


Asal Rujukan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-
2017.
Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa penderita hidrosefalus

kongenital tertinggi berdasarkan asal rujukan yaitu berasal dari luar kota medan

yaitu 60%, dan dari kota medan yaitu 40 %. Hal ini karena RSUP H. Adam Malik

merupakan rumah sakit tipe A, di mana dari provinsi lain selain sumatera utara

seperti provinsi sumatera barat, provinsi riau dan provinsi aceh datang untuk

berobat terutama untuk jenis penyakit yang hanya lengkap fasilitasnya di rumah

sakit tipe A. Asal Rujukan dari luar kota Medan meliputi daerah yaitu Serdang

Bedagai, Aceh, Labuhan Batu, Langkat, Binjai, Pulau Siantar, Tobasa, Asahan,

71

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Batu Bara, Tanah Karo, Dairi dan Padang Lawas. Rujukan yang paling banyak

berasal dari daerah Serdang Bedagai.

5.2 Analisis Statistik

5.2.1 Alasan Dibawa Ke Rumah Sakit Berdasarkan Klasifikasi Hidrosefalus

Proporsi alasan dibawa ke rumah sakit berdasarkan klasifikasi hidrosefalus

tahun 2014-2017 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 5.16 Diagram Batang Alasan Dibawa Ke Rumah Sakit Penderita


Hidrosefalus Berdasarkan Klasifikasi Hidrosefalus di RSUP H.
Adam Malik Medan tahun 2014-2017.

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa dilihat bahwa dari seluruh

penderita hidrosefalus obstruktif, alasan membawa ke rumah sakit yang paling

banyak ialah kepala membesar yaitu 52%, pada hidrosefalus komunikans alasan

membawa ke rumah sakit yang paling banyak adalah kepala membesar 63%. Hal

ini sesuai dengan penelitian Sitepu (2011) pada hidrosefalus obstruktif, keluhan

72

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


utamanya ialah pembesaran kepala 62,5% dan pada hidrosefalus komunikans

yaitu pembesaran kepala 84,9%. Untuk alasan dibawa ke rumah sakit yaitu kepala

membesar berdasarkan hidrosefalus obstruktif, yang berjenis kelamin perempuan

ada 10 orang dan laki-laki ada 15 orang. Untuk alasan dibawa ke rumah sakit

berdasarkan klasifikasi hidrosefalus komunikans, yang berjenis kelamin

perempuan ada 9 orang dan laki-laki ada 20 orang

Pada anak dengan hidrosefalus usia dibawah 6 tahun termasuk neonatus,

akan tampak pembesaran kepala karena sutura belum menutup secara sempurna.

Hal inilah yang menyebabkan gejala awal kepala yang membesar pada penderita

hidrosefalus perlu di perhatikan oleh para orang tua. Orang tua harus berperan

aktif dalam melihat masa pertumbuhan dan perkembangan anak terutama pada

bagian lingkar kepala. Pembesaran kepala ini harus dipantau dari waktu ke waktu,

dengan mengukur lingkar kepala (Harsono, 2011). Ukuran lingkar kepala normal

untuk usia 0-2 tahun pada laki-laki dan perempuan adalah 31-38 cm (WHO,

2014).

73

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.2.2 Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Klasifikasi Hidrosefalus

Proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan klasifikasi hidrosefalus tahun

2014-2017 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 5.17 Diagram Batang Penatalaksanaan Medis Penderita


Hidrosefalus Berdasarkan Klasifikasi Hidrosefalus di RSUP H.
Adam Malik Medan Tahun 2014-2017.

Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa penderita hidrosefalus

kongenital dengan klasifikasi hidrosefalus obstruktif, proporsi penatalaksanaan

medis tertinggi adalah operasi + obat-obatan sebanyak 64,6%, dan

penatalaksanaan medis dengan obat-obatan sebanyak 35,4%. Penderita

hidrosefalus kongenital dengan klasifikasi hidrosefalus komunikans, proporsi

penatalaksanaan medis tertinggi adalah operasi + obat-obatan sebanyak 41,3%

dan dengan obat-obatan 58,7%.

74

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada hidrosefalus obstruktif, terapi medikamentosa kurang efektif. Terapi

medikamentosa ditujukan hanya untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui

upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan

absorpsinya dan tidak dapat mengatasi obstruksi yang menjadi sumber masalah

utama yang menjadi penyebab pada kelainan ini untuk itu lebih disarankan

dilakukan operasi ventriculoperitoneal shunt (Dermawaty, 2017).

Ada perbedaan proporsi yang bermakna antara antara penatalaksanaan

medis berdasarkan klasifikasi hidrosefalus. Hal ini diperoleh dari hasil uji chi-

square dengan p < 0,05.

5.2.3 Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Penatalaksanaan Medis

Proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan penatalaksanaan medis

tahun 2014-2017 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

75

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5.18 Diagram Batang Keadaan Sewaktu Pulang Penderita
Hidrosefalus Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSUP H.
Adam Malik Medan Tahun 2014-2017.
Dari gambar di atas dapat kita lihat penderita hidrosefalus kongenital

dengan penatalaksanaan medis operasi + obat-obatan, proporsi keadaan sewaktu

pulang tertinggi adalah pulang berobat jalan sebanyak 60%, dan penderita

hidrosefalus kongenital dengan penatalaksanaan medis obat-obatan, proporsi

keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah pulang berobat jalan sebanyak 61,3%.

Keadaan sewaktu pulang yaitu meninggal pada penatalaksanaan medis operasi

dan obat-obatan sebesar 10% dikarenakan orang tua pasien tidak efektif dalam

membawa anak mereka melakukan follow up di rumah sakit setelah operasi.

Sementara dalam hal pasca operasi, diperlukan follow up yang rutin sesuai

anjuran dokter agar tidak terjadi hal buruk misalnya infeksi pasca operasi.

Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara keadaan sewaktu

pulang berdasarkan penatalaksanaan medis. Hal ini diperoleh dari hasil uji chi-

square dengan p > 0,05.

76

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.2.4 Klasifikasi Hidrosefalus Berdasarkan Jenis Kelamin

Proporsi klasifikasi hidrosefalus berdasarkan jenis kelamin tahun 2014-

2017 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 5.19 Diagram Batang Klasifikasi Hidrosefalus Berdasarkan Jenis


Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2017.
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa yang berjenis kelamin laki-laki

berdasarkan klasifikasi hidrosefalus yang tertinggi yaitu obstruktif komunikans

30%, dan yang berjenis kelamin perempuan berdasarkan klasifikasi hidrosefalus

yang tertinggi adalah obstruktif sebanyak 60%. Dalam Espay (2010) dijelaskan

jenis kelamin tidak mempengaruhi terjadi hidrosefalus baik yang obstruktif

maupun yang komunikans. seperti halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh

rahmayani (2017) tentang profil klinis dan faktor risiko hidrosefalus komunikans

dan obstruktif (non-komunikans) di RSUD dr.Soetomo, diperoleh bahwa yang

berjenis kelamin laki-laki berdasarkan klasifikasi hidrosefalus tertinggi adalah

obstruktif yaitu 62,96% dari 54 orang laki-laki, sementara untuk yang berjenis

77

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kelamin perempuan berdasarkan klasifikasi hidrosefalus baik obstruktif maupun

komunikans masing-masing 50%.

Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara antara klasifikasi

hidrosefalus berdasarkan jenis kelamin. Hal ini diperoleh dari hasil uji chi-square

dengan p > 0,05.

5.2.5 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya

Proporsi lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya tahun 2014-2017

dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 5.20 Diagram Batang Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan


Sumber Biaya di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-
2017.
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita

hidrosefalus berdasarkan sumber biaya yaitu BPJS adalah 14 hari dan Mandiri

adalah 13 hari. Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara antara lama

78

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya. Hal ini diperoleh dari hasil uji chi-

square dengan p > 0,05.

79

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Proporsi tertinggi penderita Hidrosefalus Kongenital berdasarkan tahun yaitu

tahun 2016.

2. Proporsi penderita Hidrosefalus Kongenital berdasarkan sosiodemografi,

proporsi tertinggi berdasarkan jenis kelamin yaitu pada laki-laki, berdasarkan

suku yaitu suku batak, berdasarkan agama yaitu agama islam, berdasarkan tingkat

pendidikan orangtua yaitu SMA/Sederajat, dan berdasarkan pekerjaan orangtua

yaitu wiraswasta.

3. Proporsi tertinggi penderita Hidrosefalus Kongenital berdasarkan alasan dibawa

ke rumah sakit yaitu pembesaran pada kepala.

4.kProporsi tertinggi penderita Hidrosefalus Kongenital berdasarkan klasifikasi

hidrosefalus yaitu hidrosefalus obstruktif (non komunikans).

5. Proporsi tertinggi penderita Hidrosefalus Kongenital berdasarkan riwayat

persalinan yaitu operasi sesar.

6. Proporsi tertinggi penderita Hidrosefalus Kongenital berdasarkan tingkat

kesadaran penderita yaitu compos mentis.

7. Proporsi tertinggi penderita Hidrosefalus Kongenital berdasarkan riwayat

cedera/jatuh yaitu tidak memiliki riwayat cedera/jatuh.

8...Proporsi penderita Hidrosefalus Kongenital berdasarkan lama rawatan rata-

rata, diperoleh lama rawatan rata-rata yaitu 13,64 hari atau 14 hari.

9...Proporsi tertinggi penderita Hidrosefalus Kongenital berdasarkan

penatalaksanaan medis yaitu operasi + obat-obatan.

80

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10..Proporsi tertinggi penderita Hidrosefalus Kongenital berdasarkan sumber

biaya yaitu BPJS.

11. Proporsi tertinggi penderita Hidrosefalus Kongenital berdasarkan keadaan

sewaktu pulang yaitu pulang berobat jalan.

12. Proporsi tertinggi penderita Hidrosefalus Kongenital berdasarkan asal rujukan

yaitu berasal dari luar kota medan.

13. Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara alasan dibawa ke rumah

sakit berdasarkan klasifikasi hidrosefalus.

14. Ada perbedaan proporsi yang bermakna antara penatalaksanaan medis

berdasarkan klasifikasi hidrosefalus.

15. Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara keadaan sewaktu pulang

berdasarkan penatalaksanaan medis.

16. Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara klasifikasi hidrosefalus

berdasarkan jenis kelamin.

17. Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara lama rawatan rata-rata

berdasarkan sumber biaya.

81

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6.2 Saran

1....Diharapkan kepada dokter dan perawat RSUP H. Adam Malik agar

memberikan pemahaman kepada orangtua penderita hidrosefalus mengenai

penatalaksanaan hidrosefalus, terutama bagi pasien yang menjalani operasi vp-

shunt.

2. .Diharapkan bagi ibu, sebelum hamil sebaiknya melakukan pemeriksaan

TORCH untuk mengetahui apakah terjadi infeksi agar dapat diobati sedini

mungkin dan apabila ibu sudah hamil sebaiknya tetap dilakukan pemeriksaan

tersebut.

3. .Diharapkan bagi pihak RSUP H.Adam Malik Medan terkhusus bagian rekam

medis, agar melengkapi pencatatan rekam medik, baik yang di komputer ataupun

didalam buku rekam medis, misalnya riwayat persalinan.

82

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Afdhalurrahman., 2013. Gambaran Neuroimaging Hidrosefalus Pada Anak.


Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, Volume 13 Nomor 2 Agustus 2013.
http://jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/view/3413/3191. Diakses tanggal 15
November 2017.

Afriani, Anggy., 2013. Kasus Persalinan Dengan Bekas Seksio Sesarea


Menurut Keadaan Waktu Masuk Di Bagian Obstetri Dan Ginekologi
Rsup Dr.M.Djamil Padang. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas,
Padang. http://scholar.unand.ac.id/5850/1/1056.pdf. Diakses tanggal 16
Mei 2018.

Aprillia, Maureen., Budi Riyanto W., 2015. Pemeriksaan Neurologis Pada


Kesadaran Menurun. Jurnal Kedokteran Universitas Atmajaya, Vol.42
no:10..http://Portals/6/26_233/Praktis//Pemeriksaan_Neurologis_pada-
Kesadaran _Menurun.pdf//jurnal..Diakses tanggal 16 Mei 2018.
Ageng, Sri., 2017.Proses Penerimaan Dan Pengasuhan Orang Tua Untuk
Mempertahankan Afeksi Sayang Pada Anak Hydrocephalus. Skripsi
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro. https://ejournal3.undip.ac.id/ Diakses tangga l4
Januari 2018.

Andriati, Riris., 2014. Studi Literatur Hidrosepalus Kongenital. Volume 1,


Nomor_1,_Februari_2014. http://stikes.wdh.ac.id
pdf/2014_studi_literatur_mengenai_hidrosepalus_kongenital.pdf. Diakses
tanggal 10 Desember 2017.

Apriyanto., Rhonaz PA., dan Fadillah S., 2013. Hydocephalus Pada Anak.
Volume_1,Nomor_1,Mei_2013.Jambi.https://media.neliti.com/media/ ID-
hidrosefalus-pada-anak.pdf. Diakses tanggal 4 januari 2018.

Bharoto, HL., dan Ferry W., 2016. Endoscopic Third Ventriculostomy.


Fakultas__Kedokteran__Universitas__Sebelas__Maret__Surakarta.
http://bedahsarafsolo.com/sites/default/files/ETV.pdf. Diakses tanggal 20
Februari 2018.

Bigio, MR., Domenico LD., 2016. Nonsurgical Therapy For Hydrocephalus A


Comprehensive and Critical Review. Department of Pathology,
University of Manitoba Canada. BioMed Central Fluids and Baririers of
the CNS (2016): 13:3, Page:3. http://www.ncbi.nlm.PMC4743412.
Diakses tanggal 20 Mei 2018.

83

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Cahaya, Indra., 2003. Epidemiologi Toxoplasma Gondii. USU Digital Library
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. http://library
usu .ac.id/_download/pdf. Diakses tanggal 20 Januari 2018.

Dermawaty, Dessy Eva., dan Dwita Oktaria., 2017. Hematom Intraventrikular


Disertai.Hidrosefalus.Obstruktif.Jurnal.Fakultas.Kedokteran.Universitas
Volume.7.No:1.Januari.2017.http://juke.kedokteran//unila.ac.id//..Diakses
tanggal 17 Mei 2018.

Espay, J_Alberto.,_2010._Hydrocephalus. http://prettyill.com-downloads/Hyd_


Hydrocephalus.pdf. Diakses tanggal 17 Mei 2018

Fitriyah, Hafidzah., 2013. Analisis Praktik Klinik Keperawatan


Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pada Pasien Hidrosefalus Di
Lantai III Utara Rsup Fatmawati Jakarta. Karya Ilmiah Akhir
NERs.Fakultas_Ilmu_Keperawatan.Universitas.Indonesia.http://lib.ui.ac.id
Diakses tanggal 16 Februari 2018

Gautam,Vinod K., Ravinder S., Sarbjeet K., 2014. Hydrocephalus Treated With
Vp Shunt: A Clinical Audit. International Journal Of Health 2 (2) 2014
26-29. Departemen of Neurosurgery and Departement of Epidemiology,
University of Delhi. http://www.sciencepubco.com.php.IJH._Diakses
tanggal 18 Mei 2018

Guerra, M., JL Blazquez., dan EM Rodriguez., 2017. Blood-Brain And Foetal-


Onset Hydrocephalus, With A View On Potential Treatments Beyond
Managing CSF Flow. Faculty of Medicine University Of Austral Chile.
BioMed Central Fluids Barriers CNS (2017)14:19 Page:5.
https://www.ncbi.nlm.nih./ PMC5508761. Diakses tanggal 22 Mei 2018.

Harsono, Editor., 2011. Hidrosefalus: Buku Ajar Neurologi Klinik.


Yogyakarta. Perhimpunan dokter spesialis saraf Indonesia. Gajah Mada
University Press.Cetakan Kelima. Hal: 209-216.

Helya, Devita., 2013. Laporan Kasus VP Shunt Complication.


http://www.scribd.com// Diakses tanggal 4 januari 2018.

Herianto., 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia


Neonatorum Di Rumah Sakit Umum St.Elisabeth Medan Tahun 2007-
2012.Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

84

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Canady A., Phillip HC., Michael E., Roger HH., David G., J Gordon., Donald
HR., Harold LR., R Michael., Maarion LW., 2002. Prenatal
Hydrocephalus. Hydrocephalus Association Ebook. San Fransiscon
California.

Imron, Akhmad., dan Khadar Wiriadisastra., 2015. Efficacy of Profilactic and


Therapeutic Antibiotic in Congenital Hydrocephalus Shunt Infection.
Department of Neurosurgery, Faculty of Medicine Padjadjaran University/
Hasan Sadikin Hospital Bandung. Journal of Medicine and Health, Vol.1
No.1.http:// journal.maranatha.edu/index.php/jmh. Diakses tanggal 15 Mei
2018

Jallo, GI., 2015. Neural Tube Defects: Backgroud, Pathophysiology,


Epidemiology. Medscape. http://emideicine.medscape.com/article/over-
view. Diakses tanggal 1 Maret 2018.

Japardi, Iskandar., 2002. Cairan Serebrospinal. USU Digital Library Fakultas


Kedokteran_Bagian_Bedah_Universitas_Sumatera_Utara.http://repository.
usu.ac.id/ bitstream/handle/123456789/. Diakses_tanggal 16 Januari 2018.

Jeng, S., Gupta N., Wrensch M., Zhao S., dan Wu YW., 2011. Prevalence of
Congenital Hydrocephalus in California, 1991-2000.Volume_45,Issue
2, August__2011._https://www.ncbi.nlm.nih.gov/._Pages:67-71._Diakses
tanggal 21 Januari 2018.

Kadia, BM., Desmond A., Frank LT., Ndemazie NB., dan Christian SD., 2017.
Spina Bifida Cystica And Severe Congenital Bilateral Talipes
Equinovarus In One Twin Of A Monoamniotic Pair: A Case Report.
PMC:_US_National_Library_Of_Medicine.https://www.ncbi.nlm.nih.
Diakses tanggal 21 Januari 2018.

Kalyvas, AV., Theodosis K., Mantha O., Georgios DL., George S., Gorge AA.,
2016. Maternal Enviromental Risk Factors For Congenital
Hydrocephalus: A Systematic Review. Department of Neurosurgery
Evangelismos Hospital, University of Athens. Jurnal Of Neurosurgery
Volume 41(5):E3 November 2016. http://www.thejns.10.3171/ Diakses
tanggal 20 Mei 2018.

Kim, YT., Jung YK., Young TK., 2015. Shunt For The Hydrocephalus: The
Past an The Present. South Korea, Department of Brain and Cognitive
Engineering, Korea University, Seoul. https://cyberleninka.run/shunt-
for-the-hydrocephalus. Diakses tanggal 16 Mei 2018.

85

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Khalilullah, Said Alfin., 2011. Review Article Hidrosefalus. RSUD dr.Zainoel
Abidin Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
https://alfinzone.files.wordpress.com/2011/05/review-hidrosefalus.pdf//.
Diakses tanggal 29 Januari 2018

Kurnia, DA., Ayah AP., dan Melfi R., 2017. Holoprosensefali. Kepaniteraan
Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Riau.https://kupdf.com/downloadFile/59faa526e2b6f51977289770.
Diakses tanggal 17 Januari 2018.

Listiorini, Raflesia Veronica., 2009. Kecemasan Terhadap Kehamilan Pada


Ibu Hamil Yang Pernah Mengalami Keguguran Karena TORCH.
Skripsi..Fakultas..Psikologi..Universitas..Sanata..Dharma..Yogyakarta.
https://repository.usd.ac.id. Diakses tanggal 10 Februari 2018.

Najmah., 2015. Epidemiologi: Untuk Mahasiswa Kesehatan Masyarakat.


Jakarta. Raja Grafindo Persada. Hal:20-21.

Nelson, SL., 2017. Hydrocephalus: Practice Essentials, Background, and


Pathophysiology. Medscape. https://emedicine.medscape.com. Diakses
tanggal 10 Februari 2018.

Nemerimana, M., Margaret NC., dan Eunice AO., 2017. Risk Factors Associated
With Severity of Intellectual Disability (Mental Reterdation)
Attending Kenyatta National Hospital. Department of Nursing Sciences,
University of Nairobi Kenya. Neurology Research International.
https://www.ncbi.nlm.nih./PMC5932422. Diakses tanggal 20 Mei 2018.

Novariani., M., Elisabeth SH., dan Suryono YP.,2008. Faktor Risiko Sekuele
Meningitis Bakterial pada Anak. SMF Ilmu Kesehatan Anak FK-
UGM/RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta. Sari Pediatri, Vol.9, No.5.
https://www.researchgate_Faktor_Risiko_Sekuele_Meningitis//._Diakses
tanggal 18 Maret 2018.

Nurhayati, Siti., 2013. Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan


Masyarakat Perkotaan Pada Pasien Anak Usia Sekolah Yang
Mengalami Hidrosefalus Di Ruang Irna A Teratai Lantai III Utara
RSUP Fatmawati. Karya Ilmiah NERs Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas_Indonesia..http://lib.ui.ac.id/file=digital/20351610-PR-pdf//.
Diakses tanggal 1 Februari.

86

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Prawirohardjo, Sarwono., 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta. PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Hal:935-943.

Price, Sylvia Anderson dkk., 2009. Phatophysiology Clinical Concepts Of


Disease Processes. Jakarta. Buku Kedokteran (EGC Edisi Kedua).
Hal:147-150

Rahmayani, DD., Prastiya IG., dan Budi U., 2017. Profil Klinis dan Faktor
Risiko Hidrosefalus komunikans dan Non Komunikans pada Anak di
RSUD dr. Soetomo. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Volume 19, Nomor 1, Juni 2017.https://saripediatri.org/index.php/sari-
pediatri/article/download/1085/pdf.Diaksestanggal 13 Desember 2017.

Razonable, RR., Randall TH., 2013. Clinical Utility VL in Management of


Cytomegalovirus Infection After SOT. Department of Pathology ,
St.Jude Children's Research Hospital, USA. CMR JournalASM.org.
October.2013_Volume_26_nomor_4_halaman:_703-727.http://www.ncbi-
nlm.nih/PMC3811235. Diakses tanggal 20 Mei 2018.

Rizvi, R, dan Quidsia A., 2005. Hydrocephalus in Children. Departments of


Neurosurgery and Community Health Sciences and Family Medicine.
Ziauddin_Medical_University,_Karachi.http://www.jpma.org.pk/.Diakses
tanggal 8 Januari 2018.

Rosalina, D., Lina PH., Uyi U., dan Diany Y., 2007. Dandy Walker Syndrome
In 7 Month-Old Boy. Department of Ophthalmology. Medical Faculty
Airlangga University, Dr.Soetomo Hospital. Surabaya. Jurnal Oftalmologi
Indonesia Vol.5. No 3.Hal: 227-230. http://journal.unair.ac.id/. Diakses
tanggal 19 Februari 2018.

Ross, SA., Z Novak., S Pati dan SB Boppana., 2011. Diagnosis of


Cytomegalovirus Infections. Department of Pediatricts and Microbiology
University of Alabama at Birmingham USA. National Institutes Of Health
October;11(5):466-474._http://www.ncbi.nlm__/PMC_3730495._Diakses
tanggal 20 Mei 2018.

Salvador, SF., Joao SH., Missae M., Rui MCV., dan Henrique PB., 2014.
Hydrocephalus in Children Less Than 1 Year Of Age in Northern
Mozambique.Surgical.Neurology.International.https://www.ncbi.nlm.nih-
gov. Diakses tanggal 17 Maret 2018.

87

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Saputra, I., RrSuzy I., dan Gofar S., 2014. Pengaruh Kadar Protein dan
Jumlah Sel CSF Terhadap Angka Kejadian Malfungsi VP Shunt di
Rs.H.Adam Malik Medan. The Journal of Medical School, University of
Sumatera Utara. Volume 7 No.2, Agustus 2014. http://jurnal.usu.ac.id.
Diakses tanggal 2 Februari 2018.

Saputra, Lyndon., 2017. Pengantar Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita.


Pamulang. Binarupa Aksara. Hal: 241-247.

Sitepu, Vilino Imelda., 2011. Karakteristik Penderita Hydrocephalus Rawat


Inap di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2005-2009.Skripsi
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Sugengmedica.,_2012._Pencegahan_Hydrocephalus._https://sugengmedica.
Diakses tanggal 22 Januari 2018

Sunarwati, TS., dan Muzal K., 2000. Reterdasi Mental. Sari Pediatri, Vol.2
No.3 Desember 2000: 170-177. https://saripediatri.org/index.php/sari-
pediatri/download/1036/966.Diakses tanggal 26 januari 2018.

Suparman, Erna., 2012. Toksoplasmosis Dalam Kehamilan. Bagian Obstetri


dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal Biomedik, Volume 4 Nomor 1.
https://ejournal.unsrat.ac.id/. Diakses tanggal 14 Januari 2018.

Titlic, M., Stanko A., Kresimir K., Anamarija S., dan Ana BT., 2015.
Morphological Manifestations of Dandy Walker Syndrome in Female
Members of a Family. University of Split, Hospital Center Split,
Department of Neurology and Department of Radiology, Croatia.
http://ncbi.nlm.nih.gov. Diakses tanggal 12 Februari 2018.

Toma, K Ahmed., 2015. Hydrocephalus. Locum Consultant Neurosurgeon at


the National Hospital for Neurology and Neurosurgery_London,UK.
Elsevier.https://www.sciencedirect/.Diakses_tanggal_14.Februari.2018.

Tully, Hannah., William B Dobyns., 2014. Infantile Hydrocephalus: A Review


Of Epidemiology, Classification and Causes. European Journal Of
Medical Genetics 57 (2014) 359-368. Departement of Neurology
University Of Washington USA. Http://www.Elsevier.com/...Diakses
tanggal 13 Februari 2018.

88

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Utami, Andi Anita., Alifiani HP., Yetty MN., Eddy S., 2013. Initial brain CT
scan and shunting outcomes in children with hydrocephalus.
Paediatrica_Indonesiana.Vol:_53_Nomor_4_July_2013.https://paediatrica
indonesiana.org/. Diakses tanggal 17 Mei 2018.

Varmezani, RO., 2015. Pediatric Hydrocephalus; A Statistical and Historical


Approach. University of Spital of Buelach-Zurich, Switerland. Global
Journal Of Medical Research, A Neurology And Nervous system. Volume
15 Issue 1. http://creativecommons.org/licenses. Diakses tanggal 10
Januari 2018.

Warf, Bejamin C., 2010. Pediatric Hydrocephalus in East Africa: Prevalence,


Causes, Treatments, and Strategies for the Future. Department of
Neurosurgery, Children’s Hospital Boston, Boston, Massachusetts.
http://www.worldneurosurgery.org. Diakses tanggal 17 Maret 2018.

Wijaya, Yoppy., 2006. Refrat Hidrosefalus. Smf Ilmu Bedah RSU-USD


Gambiran Kediri Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas_Wijaya_Kusuma_Surabaya._https://es.scribd.com._Diakses
tanggal 25 Januari 2018.
Yaeni, Muhamad., 2013. Analisa Indikasi Dilakukan Persalinan Sectio
Caesarea Di Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Jurnal
Keperawatan_Universitas_Muammadiyah_Surakarta.http://eprints.ums.ac/
Diakses tanggal 16 Mei 2018.

Yudrawati., 2010. TORCH dalam Kehamilan. Fakultas Kedokteran


Universitas Andalas. https://fkunand2010.files.wordpress.com._Diakses
tanggal 20 Januari 2018.

Yusuf, AS., Habeeb KO., Nurudeen AA., Rukeme OA., Sikiru OA., Hakeem GI.,
2017. Management and Outcome of Infantile Hydrocephalus in a
Tertiary Health Institution in Nigeria. Journal of Neurosciences in
Rural Practice Apr-Jun; 8(2): 249-253. Http://www.ncbi.nml.nih.gov/pmc.
Diakses tanggal 20 Mei 2018.

Yi, L., Chaomin W., Changfei D., Xiaohong L., Kui D., Yi M., Jun Z., Yanping
W dan Li D., 2017. Changes In Prevalence And Perinatal Outcomes Of
Congenital Hydrocephalus Among Chinese Newborns: A
Retrospective Analysis Based On The Hospital-Based Birth Defects
Surveillance System. PMC : US National Library of_Medicine.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/. Diakses tanggal 21 Januari 2018.

89

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


WHO.,_2014._Head.circumference.for.age_Boys_and_Girls.http://www.WHO/
Diakses tanggal 17 Mei 2018.

Zahl, SM., Arild E., Eirik H., Knut W., 2011. Benign External Hydrocephalus:
A Review With Emphasis On Management. Department of
Neurosurgery Haukeland University Hospital, Bergen Norway. Neurosurg
Rev (2011) 34:417-432. http://www/ncbi.nml.nih.gov/PMC3171. Diakses
tanggal 20 Mei 2018.

Zielinska, D., Anna RZ dan Anna SF., 2017. Cognitive Disorders In


Children's Hydrocephalus. Department of Psychiatry, Jagiellonian
University Medical College, Krakow, Poland and Medical Psychology
Department, Psychiatry, Jagiellonian University_Medical.College,Krakow
Poland._http://www.elsevier.com/locate/pjnns._Diakses..tanggal..27
Februari 2018.

Zhang, S., Lingqing H., Jie C., Biyun X., Yi HZ., dan Yali H., 2014.
Cytomegalovirus Seroprevalence in Pregnant Women and Association
with Adverse Pregnancy/Neonatal Outcomes in Jiangsu Province,
China. Department of Obstetrics and Gynecology, Nanjing Drum Tower
Hospital, Nanjing University Medical School, Jiangsu, China. September
2014 Vol:9 Issue 9 e107645. https://www.ncbi.nlm.nih.//_PMC4161444.
Diakses tanggal 20 Mei 2018.

90

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1

91

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2

92

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3

93

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4

94

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


95

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


\

96

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


97

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 5

Output Analisis Deskriptif

Jenis Kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 1 54 57,4 57,4 57,4
2 40 42,6 42,6 100,0
Total 94 100,0 100,0

Suku
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Melayu 10 10,6 10,6 10,6
batak 40 42,6 42,6 53,2
aceh 9 9,6 9,6 62,8
jawa 19 20,2 20,2 83,0
minang 8 8,5 8,5 91,5
tdk trctt 8 8,5 8,5 100,0
Total 94 100,0 100,0

Agama
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 1 68 72,3 72,3 72,3
3 8 8,5 8,5 80,9
2 18 19,2 19,2 100,0
Total 94 100,0 100,0

Pendidikan Orangtua
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 4 7 7,5 7,5 7,5
1 10 10,6 10,6 18,1
3 61 64,9 64,9 83,0
2 16 17,0 17,0 100,0
Total 94 100,0 100,0

98

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pekerjaan Orangtua

Pekerjaan orangtua
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 6 2 2,1 2,1 2,1
5 15 16,0 16,0 18,1
2 12 12,8 12,8 30,9
4 4 4,2 4,2 35,1
3 1 1,1 1,1 36,2
1 60 63,8 63,8 100,0
Total 94 100,0 100,0

Alasan_Dibawa ke RS
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 7 2 2,1 2,1 2,1
3 1 1,1 1,1 3,2
2 20 21,3 21,3 24,5
1 54 57,4 57,4 81,9
4 1 1,1 1,1 83,0
5 4 4,2 4,2 87,2
6 12 12,8 12,8 100,0
Total 94 100,0 100,0

Klasifikasi_hidrosefalus
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Obstruktif 48 51,1 51,1 51,1
Komunikans 46 48,9 48,9 100,0
Total 94 100,0 100,0

99

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Riwayat persalinan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 2 25 26,6 26,6 26,6
1 46 48,9 48,9 75,5
3 23 24,5 24,5 100,0
Total 94 100,0 100,0

Tingkat Kesadaran Penderita


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 2 8 8,5 8,5 8,5
1 73 77,7 77,7 86,2
4 9 9,5 9,5 95,6
3 4 4,3 4,3 100,0
Total 94 100,0 100,0

Riwayat Cedera/Jatuh
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 2 74 78,7 78,7 78,7
1 20 21,3 21,3 100,0
Total 94 100,0 100,0

Case Processing Summary Lama Rawatan Rata-rata


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Lama_Rawata
94 100,0% 0 0,0% 94 100,0%
n

100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Std.
Statistic Error
Lama_Rawata Mean 13,64 1,157
n 95% Confidence Lower
11,34
Interval for Mean Bound
Upper
15,94
Bound
5% Trimmed Mean 12,20
Median 10,00
Variance 125,803
Std. Deviation 11,216
Minimum 2
Maximum 72
Range 70
Interquartile Range 8
Skewness 2,770 ,249
Kurtosis 10,141 ,493

Penatalaksanaan medis
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Operasi+Obat-
50 53,2 53,2 53,2
obatan
Obat-obatan 44 46,8 46,8 100,0
Total 94 100,0 100,0

Pembiayaan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 1 80 85,1 85,1 85,1
2 14 14,9 14,9 100,0
Total 94 100,0 100,0

Keaadaan sewaktu pulang


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

101

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Valid PBJ 57 60,6 60,6 60,6
PAPS 22 23,4 23,4 84,0
Sembuh 1 1,1 1,1 85,1
Meningga
14 14,9 14,9 100,0
l
Total 94 100,0 100,0

Asal_Rujukan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 2 56 59,6 59,6 59,6
1 38 40,4 40,4 100,0
Total 94 100,0 100,0

102

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Analisis Statistik
a. Alasan Dibawa Ke Rumah Sakit Berdasarkan Klasifikasi Hidrosefalus

Klasifikasi_hidro * Num_Alasan Crosstabulation


Num_Alasan
BenjolPP
KM Kejang GangPend PengKabur PenKesd SuliNps ng Total
Klasifikasi Obstruktif Count 25 11 0 0 3 8 1 48
_hidro % within
52% 22,9% 0,0% 0,0% 6,3% 16,7% 2,1% 100,0%
Klasifikasi_hidro
Komunika Count 29 9 1 1 1 4 1 46
ns % within
63,0% 19,6% 2,2% 2,2% 2,2% 8,6% 2,2% 100,0%
Klasifikasi_hidro
Total Count 54 20 1 1 4 12 2 94
% within
57,4% 21,2% 1,1% 1,1% 4,3% 12,8% 2,1% 100,0%
Klasifikasi_hidro

Chi-Square Tests
Asymptotic
Value df Significance (2-sided)
Pearson Chi-Square 4,789a 6 ,571
Likelihood Ratio 5,633 6 ,466
Linear-by-Linear Association 1,517 1 ,218
N of Valid Cases 94
a. 8 cells (57,1%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,49.

103

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Klasifikasi Hidrosefalus

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Klasifikasi_hidro *
Num_Penatalaksanaan 94 100,0% 0 0,0% 94 100,0%
medis

Klasifikasi_hidro * Num_Penatalaksanaanmedis Crosstabulation


Num_Penatalaksanaanmedis
Operasi+Oba
t-obatan Obat-obatan Total
Klasifikasi_hidr Obstruktif Count 31 17 48
o % within
64,6% 35,4% 100,0%
Klasifikasi_hidro
Komunikans Count 19 27 46
% within
41,3% 58,7% 100,0%
Klasifikasi_hidro
Total Count 50 44 94
% within
53,2% 46,8% 100,0%
Klasifikasi_hidro

Chi-Square Tests

104

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df (2-sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 5,112a 1 ,024
Continuity Correctionb 4,220 1 ,040
Likelihood Ratio 5,158 1 ,023
Fisher's Exact Test ,038 ,020
Linear-by-Linear
5,058 1 ,025
Association
N of Valid Cases 94
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21,53.
b. Computed only for a 2x2 table
c. Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Penatalaksanaan Medis

Num_Penatalaksanaanmedis * Num_Keadplg Crosstabulation


Num_Keadplg
PBJ PAPS Sembuh Meninggal Total
Num_Penatalaksanaanme Operasi+Obat-obatan Count 30 14 1 5 50
dis % within
Num_Penatalaksanaanme 60,0% 28,0% 2,0% 10,0% 100,0%
dis
Obat-obatan Count 27 8 0 9 44
% within
Num_Penatalaksanaanme 61,3% 18,2% 0,0% 20,5% 100,0%
dis
Total Count 57 22 1 14 94

105

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


% within
Num_Penatalaksanaanme 60,6% 23,4% 1,1% 14,9% 100,0%
dis

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 3,569a 3 ,312
Likelihood Ratio 3,977 3 ,264
Linear-by-Linear
,634 1 ,426
Association
N of Valid Cases 94
a. 2 cells (25,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,47.
d. Klasifikasi Hidrosefalus Berdasarkan Jenis Kelamin

Num_Jenkel * Klasifikasi_hidro Crosstabulation


Klasifikasi_hidro
Obstrukti
f Komunikans Total
Num_Jenkel Pria Count 24 30 54
% within
44,4% 55,6% 100,0%
Num_Jenkel
Wanita Count 24 16 40

106

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


% within
60,0% 40,0% 100,0%
Num_Jenkel
Total Count 48 46 94
% within
51,1% 48,9% 100,0%
Num_Jenkel

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df (2-sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 2,225a 1 ,136
Continuity Correctionb 1,646 1 ,199
Likelihood Ratio 2,236 1 ,135
Fisher's Exact Test ,150 ,100
Linear-by-Linear
2,201 1 ,138
Association
N of Valid Cases 94
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,57.
b. Computed only for a 2x2 table

107

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


e. Lama Rawatan Rata-rata berdasarkan sumber biaya

108

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 6

109

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 7

110

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai