Anda di halaman 1dari 121

KARAKTERISTIK PENDERITA ASMA BRONKIAL DEWASA YANG

DIRAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN


TAHUN 2014-2015

SKRIPSI

OLEH
YUNI ALVIONITA BR. TARIGAN
NIM : 121000291

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
KARAKTERISTIK PENDERITA ASMA BRONKIAL DEWASA YANG
DIRAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2014-2015

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH
YUNI ALVIONITA BR. TARIGAN
NIM : 121000291

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul

“KARAKTERISTIK PENDERITA ASMA BRONKIAL DEWASA YANG

DIRAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN

2014-2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya

tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan

ini saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

kemungkinan ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam

karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap karya saya ini.

Medan, Januari 2017

Yuni Alvionita Br. Tarigan

i
HALAMAN FENGESAHAN

$lcipri dengnn Judul :

KARAKTERISTIK PEI\IDERITA ASMA BRONKIAL I}EWASA YANG


DrRAw^A.r rr{Ap }f{LrK rrEr}Aiti
?tffiKjHiflfr#
Yang illsirpkan dnn dipertahrnknn oleh

YUNI AL\TIONITA BR" TARIGAN


I\[IM: 121000291

Disahkan oleh:
Komisi Pembimbing

Dosen Pernbimbing I posen Pembimbing II

dr. Mhd. Makmur Sinaga. MS


590818 198503,2 002 NIP. 19571 r11 198i021 002

Medan, Januari 2017


ABSTRAK

Asma Bronkial adalah salah satu penyakit kronik yang menyerang antara
100-150 juta orang di seluruh dunia. Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2013
prevalensi asma di Sumatera Utara sebesar 2,4%.
Tujuannya mengetahui karakteristik penderita Asma Bronkial yang
dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015. Penelitian
deskriptif dengan desain case series dan analisis data menggunakan Chi-Square,
Fisher’s Exact Test, dan Mann-Whitney. Populasi adalah semua penderita Asma
Bronkial Dewasa pada tahun 2014-2015 yang berjumlah 91 orang dan sampel
adalah total populasi.
Proporsi tertinggi penderita Asma Bronkial Dewasa tahun 2014-2015 pada
kelompok umur 45-54 tahun berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebesar 24,2%
dan pada kelompok umur 45-54 tahun dan 55-64 tahun berdasarkan jenis kelamin
perempuan sebesar 24,1%, suku Batak (56,0%), pekerjaan Ibu Rumah Tangga
(29,7%), tingkat pendidikan SMA (41,8%), tempat tinggal Luar Kota Medan
(64,8%), faktor pencetus non alergen (53,8%), riwayat serangan berulang
(86,8%), tidak ada riwayat keluarga (63,7%), lama rawatan rata-rata (10 hari),
bukan biaya sendiri (93,4%), dan pulang berobat jalan (89,0%). Tidak terdapat
perbedaan proporsi umur berdasarkan riwayat keluarga (p=0,119), umur
berdasarkan riwayat serangan (p=1,000), jenis kelamin berdasarkan riwayat
keluarga (p=0,359), jenis kelamin berdasarkan riwayat serangan (p=0,525), lama
rawatan rata-rata berdasarkan umur (p=0,258), lama rawatan rata-rata berdasarkan
jenis kelamin (p=0,480). Terdapat perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan
faktor pencetus (p=0,005).
Pihak rumah sakit diharapkan agar melengkapi pencatatan kartu status
pasien terutama data suku, pekerjaan, pendidikan, faktor pencetus, dan riwayat
keluarga. Aktivitas promosi kesehatan tentang upaya preventif tentang asma
bronkial harus diintensifkan oleh petugas kesehatan.

Kata kunci: Asma Bronkial, Karakteristik, RSUP H. Adam Malik

iii
ABSTRACT

Bronchial Asthma is one of the chronic disease that attack between


100-150 million people on the world. Based on data from RISKESDAS 2013
asthma prevalence in North Sumatera by 2,4%.
The aims of this study characteristics of Bronchial Asthma patients
hospitalized in H. Adam Malik General Hospital in 2014-2015. This is descriptive
study with case series design. Data analyzed by using Chi-Square, Fisher exact
test and Mann-Whitney. Population is all adult Bronchial Asthma patients in
2014-2015 are 91 people and sample is total sampling.
The highest proportion of adult Bronchial Asthma patients suffered in
2014-2015 in the age group 45-54 years based on sex of male of 24,2% and in the
age group 45-54 years and 55-64 years old based on female gender of 24,1%,
Bataknese (56,0%), housewife (29,7%), senior high school education (41,8%),
lives outside of Medan city (64,8%), non-allergen trigger factors (53,8%),
Recurrent attacks (86,8%), no family history (63,7%), average length of stay (10
days), not their own source of charge (93,4%), and clinical recovery out patient
(89,0%). There is no differences of age proportions based on family history
(p=0,119), attacks history (p=1,000), sex based on family history (p=0,359),
attacks history (p=0,525), proportions of average length of stay based on age
(p=0,258), sex (p=0,480). There is a differences of sex proportions based on
trigger factors (p=0,005).
It was suggested that hospital complete the patients medical status,
including ethnics, employment, education, trigger factors, and family history.
Health promotion activities about preventive measures of bronchial asthma
should be intensified by health worker.

Keywords : Bronchial Asthma, Characteristics, H. Adam Malik General Hospital

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas kasih dan anugerahnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

berjudul : “Karakteristik Penderita Asma Bronkial Dewasa Yang Dirawat

Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2015”. Adapun tujuan

penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan

berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu dalam kesempatan

ini, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Kepala Departemen Epidemiologi FKM

USU dan Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu dan

pikirannya dalam memberi petunjuk, saran, dan bimbingan kepada peneliti

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Bapak dr. Muhammad Makmur Sinaga, MS selaku Dosen Pembimbing II

yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberi

petunjuk, saran, dan bimbingan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

5. Bapak Prof. Dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Dosen Penguji I.

v
6. Ibu dr. Fazidah A Siregar, M.Kes, PhD selaku Dosen Penguji II.

7. Ibu DR. dr. Linda Trimurni Maas, MPH selaku Dosen Pembimbing

Akademik.

8. Ayahanda tercinta Frank Hosianta Tarigan dan Ibunda Roni Tua

Br. Silaban yang telah membesarkan, membimbing dan mendidik peneliti

serta memberikan motivasi dan doa di dalam peneliti mengerjakan

penelitian ini.

9. Adik tercinta Ari Firdaus Tarigan dan Wahyu Satri Gatra Tarigan, terima

kasih untuk motivasinya.

10. Sahabat-sahabatku : Cahaya, Chandra, Devi, Elisabet, Eva, Febri, Fira,

Fitria, Frista, Indah, Juniarty, Novita, Rina, Setriani, Tiarma, Tiur,

Valencia, Welsa, dan Yakinken. Terima kasih atas kesetiaan dan perhatian

yang telah diberikan.

11. Teman-teman Departemen Epidemiologi Stambuk 2012. Terima kasih

untuk motivasi dan masukan yang telah diberikan.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam penyajian skripsi ini.

Oleh karena itu, kritik dan saran sangat peneliti harapkan untuk perbaikan.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, Januari 2017

Peneliti

Yuni Alvionita Br. Tarigan

vi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................... i


HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................. 3
1.3.1 Tujuan Umum ....................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus....................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 6


2.1 Asma Bronkial .................................................................. 6
2.1.1 Sejarah ................................................................... 6
2.1.2 Definisi .................................................................. 7
2.2 Epidemiologi ..................................................................... 8
2.2.1 Distribusi dan frekuensi ........................................ 8
2.2.2 Determinan ............................................................ 9
2.3 Patogenesis ........................................................................ 10
2.3.1 Asma sebagai penyakit inflamasi .......................... 10
2.3.2 Hipereaktivitas saluran napas (HSN) .................... 11
2.4 Klasifikasi ......................................................................... 13
2.4.1 Klasifikasi derajat beratnya asma berdasarkan
gejala klinis menurut GINA ................................. 13
2.4.2 Klasifikasi asma bronkial berdasarkan
penyebabnya .......................................................... 13
2.5 Gambaran Klinis ............................................................... 14
2.6 Pencegahan ........................................................................ 16
2.6.1 Pencegahan Primer ................................................ 16
2.6.2 Pencegahan Sekunder ............................................ 18
2.6.2.1 Diagnosa .................................................... 18
2.6.2.2 Pengobatan ................................................ 22
2.7 Kerangka Konsep .............................................................. 25

vii
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 26
3.1 Desain Penelitian ............................................................... 26
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................ 26
3.2.1 Lokasi penelitian ................................................... 26
3.2.2 Waktu penelitian ................................................... 26
3.3 Populasi dan Sampel ......................................................... 26
3.3.1 Populasi ................................................................. 26
3.3.2 Sampel ................................................................... 26
3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................... 27
3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian .......................... 27
3.6 Teknik Analisis Data ......................................................... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................. 31


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................. 31
4.1.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan ......................................................... 31
4.1.2 Visi, Misi, dan Motto ............................................ 32
4.2 Analisa Deskriptif ............................................................. 33
4.2.1 Penderita Asma Bronkial Dewasa Berdasarkan
Sosiodemografi...................................................... 33
4.2.2 Penderita Asma Bronkial Dewasa Berdasarkan
Faktor Pencetus Penyakit Asma ............................ 35
4.2.3 Penderita Asma Bronkial Dewasa Berdasarkan
Riwayat Serangan Asma ....................................... 37
4.2.4 Penderita Asma Bronkial Dewasa Berdasarkan
Riwayat Keluarga .................................................. 37
4.2.5 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Asma
Bronkial Dewasa .................................................. 38
4.2.6 Penderita Asma Bronkial Dewasa Berdasarkan
Sumber Biaya ........................................................ 38
4.2.7 Penderita Asma Bronkial Dewasa Berdasarkan
Keadaan Sewaktu Pulang ...................................... 39
4.3 Analisa Statistik ................................................................ 40
4.3.1 Umur Berdasarkan Riwayat Keluarga ................... 40
4.3.2 Umur Berdasarkan Riwayat Serangan .................. 40
4.3.3 Jenis Kelamin Berdasarkan Faktor Pencetus ........ 41
4.3.4 Jenis Kelamin Berdasarkan Riwayat Keluarga ..... 42
4.3.5 Jenis Kelamin Berdasarkan Riwayat Serangan ..... 43
4.3.6 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur ........ 44
4.3.7 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Jenis
Kelamin ................................................................. 45

BAB V PEMBAHASAN ........................................................................ 46


5.1 Analisa Deskriptif ............................................................. 46

viii
5.1.1 Distribusi Proporsi Umur dan Jenis Kelamin ........ 46
5.1.2 Distribusi Proporsi Berdasarkan Sosiodemo-
grafi ....................................................................... 48
5.1.3 Distribusi Proporsi Berdasarkan Faktor
Pencetus ................................................................. 53
5.1.4 Distribusi Proporsi Berdasarkan Riwayat
Serangan ................................................................ 54
5.1.5 Distribusi Proporsi Berdasarkan Riwayat
Keluarga ................................................................ 55
5.1.6 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Asma
Bronkial Dewasa yang Dirawat Inap di RSUP
H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2015 ............ 56
5.1.7 Distribusi Proporsi Berdasarkan Sumber Biaya .... 56
5.1.8 Distribusi Proporsi Berdasarkan Keadaan
Sewaktu Pulang ..................................................... 58
5.2 Analisa Statistik ................................................................ 59
5.2.1 Umur Berdasarkan Riwayat Keluarga ................... 59
5.2.2 Umur Berdasarkan Riwayat Serangan .................. 61
5.2.3 Jenis Kelamin Berdasarkan Faktor Pencetus ........ 62
5.2.4 Jenis Kelamin Berdasarkan Riwayat Keluarga ..... 63
5.2.5 Jenis Kelamin Berdasarkan Riwayat Serangan ..... 64
5.2.6 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur ........ 66
5.2.7 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Jenis
Kelamin ................................................................. 67

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 69


6.1 Kesimpulan ....................................................................... 69
6.2 Saran .................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi derajat beratnya asma berdasarkan gejala


klinis menurut GINA ............................................................. 13
Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Umur dan Jenis Kelamin Penderita
Asma Bronkial Dewasa yang Dirawat Inap di RSUP H.
Adam Malik Medan Tahun 2014-2015 ............................... 33
Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Dewasa
yang Dirawat Inap Berdasarkan Suku, Pekerjaan,
Pendidikan, dan Tempat Tinggal di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2014-2015 ........................................... 34
Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Dewasa
yang Dirawat Inap Berdasarkan Faktor Pencetus
Penyakit Asma di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2015 .............................................................................. 36
Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Dewasa
yang Dirawat Inap Berdasarkan Riwayat Serangan Asma
di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2015 ............. 37
Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Dewasa
yang Dirawat Inap Berdasarkan Riwayat Keluarga di
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2015.................. 37
Tabel 4.6 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Asma Bronkial
Dewasa yang Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2014-2015 ....................................................... 38
Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Dewasa
yang Dirawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSUP
H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2015............................. 38
Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Dewasa
yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2015 ............. 39
Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Riwayat Keluarga
Penderita Asma Bronkial Dewasa yang Dirawat Inap di
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2015.................. 40
Tabel 4.10 Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Riwayat Serangan
Penderita Asma Bronkial Dewasa yang Dirawat Inap di
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2015.................. 41

x
Tabel 4.11 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Faktor
Pencetus Penderita Asma Bronkial Dewasa yang Dirawat
Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2015 ..... 42
Tabel 4.12 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Riwayat
Keluarga Penderita Asma Bronkial Dewasa yang Dirawat
Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2015 ..... 42
Tabel 4.13 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Riwayat
Serangan Penderita Asma Bronkial Dewasa yang Dirawat
Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2015 ..... 43
Tabel 4.14 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur Penderita
Asma Bronkial Dewasa yang Dirawat Inap di RSUP H.
Adam Malik Medan Tahun 2014-2015 ................................. 44
Tabel 4.15 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Jenis Kelamin
Penderita Asma Bronkial Dewasa yang Dirawat Inap di
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2015.................. 45

xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 5.1 Diagram Bar Proporsi Umur dan Jenis Kelamin


Penderita Asma Bronkial Dewasa yang Dirawat Inap di
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2015 ............... 46
Gambar 5.2 Diagram Bar Proporsi Penderita Asma Bronkial Dewasa
Berdasarkan Suku yang Dirawat Inap di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2014-2015 .......................................... 48
Gambar 5.3 Diagram Bar Proporsi Penderita Asma Bronkial Dewasa
Berdasarkan Pekerjaan yang Dirawat Inap di RSUP H.
Adam Malik Medan Tahun 2014-2015 ............................... 49
Gambar 5.4 Diagram Bar Proporsi Penderita Asma Bronkial Dewasa
Berdasarkan Pendidikan yang Dirawat Inap di RSUP H.
Adam Malik Medan Tahun 2014-2015 ............................... 51
Gambar 5.5 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Asma
Bronkial Dewasa Berdasarkan Daerah Asal/Tempat
Tinggal yang Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik
Medan tahun 2014-2015 ...................................................... 52
Gambar 5.6 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Asma
Bronkial Dewasa Berdasarkan Faktor Pencetus yang
Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun
2014-2015 ............................................................................ 53
Gambar 5.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Asma
Bronkial Dewasa Berdasarkan Riwayat Serangan yang
Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun
2014-2015 ............................................................................ 54
Gambar 5.8 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Asma
Bronkial Dewasa Berdasarkan Riwayat Keluarga yang
Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun
2014-2015 ............................................................................ 55
Gambar 5.9 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Asma
Bronkial Dewasa Berdasarkan Sumber Biaya yang
Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun
2014-2015 ............................................................................ 57

Gambar 5.10 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Asma


Bronkial Dewasa Berdasarkan Keadaan Sewaktu
Pulang yang Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik
Medan tahun 2014-2015 ...................................................... 58

xii
Gambar 5.11 Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan
Riwayat Keluarga Penderita Asma Bronkial Dewasa
Yang Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan
Tahun 2014-2015................................................................. 60
Gambar 5.12 Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan
Riwayat Serangan Penderita Asma Bronkial Dewasa
yang Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan
Tahun 2014-2015................................................................. 61
Gambar 5.13 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin
Berdasarkan Faktor Pencetus Penderita Asma Bronkial
Dewasa yang Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2014-2015 .................................................... 62
Gambar 5.14 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin
Berdasarkan Riwayat Keluarga Penderita Asma Bronkial
Dewasa yang Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2014-2015 .................................................... 63
Gambar 5.15 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin
Berdasarkan Riwayat Serangan Penderita Asma Bronkial
Dewasa yang Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2014-2015 .................................................... 65
Gambar 5.16 Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan
Umur Penderita Asma Bronkial Dewasa yang Dirawat
Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2015 ............................................................................ 66
Gambar 5.17 Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan
Jenis Kelamin Penderita Asma Bronkial Dewasa yang
Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2015 ............................................................................ 67

xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Master Data
Lampiran 2 : OutPut SPSS
Lampiran 3 : Surat Permohonan Penelitian
Lampiran 4 : Ethical Clearance (Klirens Etik)
Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 6 : Surat Selesai Penelitian

xiv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yuni Alvionita Br. Tarigan

Tempat Lahir : Bandung

Tanggal Lahir : 17 Juni 1994

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : Frank Hosianta Tarigan

Suku Bangsa Ayah : Batak Karo

Nama Ibu : Roni Tua Br. Silaban

Suku Bangsa Ibu : Batak Toba

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat tahun : SDN 040529 AJIBUHARA/2006

2. SLTP/Tamat tahun : SMP Negeri 3 Berastagi/2009

3. SLTA/Tamat tahun : SMA Negeri 1 Siantar/2012

4. Lama studi di FKM USU : 4 tahun 5 bulan

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asma bronkial adalah salah satu penyakit kronik yang menyerang antara

100-150 juta orang di seluruh dunia (Junaidi, 2010). Asma bronkial bukan hanya

masalah kesehatan masyarakat untuk negara-negara maju, namun juga di negara

berkembang. (WHO, 2016).

Melihat kondisi dan kecenderungan asma secara global, GINA (Global

Initiative for Asthma) pada kongres asma sedunia di Barcelona tahun 1998

menetapkan tanggal 7 Mei 1998 sebagai “Hari Asma Sedunia” untuk pertama

kalinya (Depkes, 2009). Data dari GINA pada tahun 2000-2003, prevalensi asma

pada anak usia 13-14 tahun tertinggi adalah di negara Pulau Man (dalam bahasa

Inggris : Isle of Man) yaitu sebesar 15,6% dan terendah adalah di negara Nepal

yaitu sebesar 1,5%, sedangkan di Indonesia sebesar 2,6% (GINA, 2016).

Data yang diperoleh dari ISAAC (International Study of Asthma and

Allergies in Childhood) tahun 2010, untuk kelompok usia 13-14 tahun, dilaporkan

prevalensi asma dengan gejala mengi dalam 12 bulan sangat besar, mulai

2,1-4,4% di Albania, Cina, Yunani, Georgia, Indonesia, Rumania dan Rusia.

Untuk 29,1-32,2% di Australia, Selandia Baru, Republik Irlandia dan Inggris.

Pada kelompok usia 6 dan 7 tahun, orangtua melaporkan prevalensi asma dalam

12 bulan dengan gejala mengi sebesar 4,1-32,1% dengan kasus terendah di India,

Indonesia, Iran dan Malaysia dan tertinggi di Australia, Brazil, Costa Rica,

Selandia Baru dan Panama.

1
2

Data dari Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,

prevalensi penyakit asma tertinggi adalah di provinsi Sulawesi Tengah sebesar

7,8% dan terendah di provinsi Lampung sebesar 1,6%, sedangkan prevalensi asma

di Sumatera Utara adalah sebesar 2,4%. Prevalensi asma menurut umur, tertinggi

adalah pada umur 25-34 tahun sebesar 5,7% dan terendah adalah pada umur <1

tahun sebesar 1,5%. Prevalensi asma menurut jenis kelamin, tertinggi adalah pada

jenis kelamin perempuan sebesar 4,6% dan terendah pada jenis kelamin laki-laki

sebesar 4,4%.

Data dari Riskesdas Provinsi Sumatera Utara tahun 2007, prevalensi

penyakit asma tertinggi adalah di Kabupaten Nias Selatan sebesar 5,9% dan

terendah di Kabupaten Langkat sebesar 0,5%, sedangkan prevalensi asma di Kota

Medan adalah sebesar 2,6%. Prevalensi asma menurut umur, tertinggi adalah pada

umur ≥75 tahun sebesar 10,2% dan terendah adalah pada umur <1 tahun sebesar

0,6%. Prevalensi asma menurut jenis kelamin, tertinggi adalah pada jenis kelamin

laki-laki sebesar 1,9% dan terendah adalah pada jenis kelamin perempuan sebesar

1,7%.

Berdasarkan penelitian Salma tahun 2005 di Rumah Sakit Umum Dr.

Fauziah Bireuen, yang dirawat inap di ruang penyakit dalam, tahun 2002 terdapat

42 penderita asma bronkial (1,49%) dan pada tahun 2003 terdapat 95 penderita

asma bronkial (2,73%). Sedangkan dari penelitian Julienson Sipayung tahun 2005

di RSU Pirngadi Medan, yang dirawat inap di bagian penyakit dalam, tahun 2002

terdapat 86 penderita asma bronkial (21,4%), dan pada tahun 2003 terdapat 89

penderita asma bronkial (23,6%) dari seluruh penderita penyakit paru.


3

Data dari Puskesmas Medan Johor tahun 2015 terdapat 214 penderita asma

bronkial, diantaranya 103 penderita laki-laki dan 111 penderita perempuan.

Penderita terbanyak adalah pada usia 45-54 tahun yaitu sebesar 42 kasus dan

terendah pada usia 1-4 tahun yaitu sebesar 3 kasus.

Data dari RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011 terdapat 103

penderita, tahun 2012 terdapat 99 penderita dan tahun 2013 terdapat 124 penderita

asma bronkial yang dirawat inap.

Data yang diperoleh dari RSUP H. Adam Malik Medan pada survei

pendahuluan tercatat penderita asma bronkial dewasa yang dirawat inap pada

tahun 2014-2015 sebanyak 91 orang. Mengacu pada latar belakang di atas maka

perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita asma bronkial yang

dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015.

1.2 Rumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita asma bronkial dewasa yang

dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui karakteristik penderita asma bronkial dewasa yang dirawat

inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi proporsi penderita berdasarkan sosiodemografi

antara lain: umur, jenis kelamin, suku, pekerjaan, pendidikan, dan daerah

asal/tempat tinggal.
4

b. Mengetahui distribusi proporsi penderita berdasarkan faktor pencetus

penyakit asma bronkial.

c. Mengetahui distribusi penderita berdasarkan riwayat serangan.

d. Mengetahui distribusi proporsi penderita berdasarkan riwayat keluarga.

e. Mengetahui lama rawatan rata-rata penderita asma bronkial dewasa.

f. Mengetahui distribusi proporsi penderita berdasarkan sumber biaya.

g. Mengetahui distribusi proporsi penderita berdasarkan keadaan sewaktu

pulang dari rumah sakit.

h. Mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan riwayat keluarga.

i. Mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan riwayat serangan.

j. Mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan faktor pencetus.

k. Mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan riwayat

keluarga.

l. Mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan riwayat

serangan.

m. Mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan umur penderita.

n. Mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis kelamin penderita.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak RSUP H. Adam Malik

Medan terutama dalam peningkatan pelayanan kesehatan dalam perawatan

dan pengobatan bagi penderita asma bronkial.

2. Bagi penulis, penelitian ini sangat berguna untuk meningkatkan wawasan

dan pengetahuan tentang penyakit asma bronkial serta menambah


5

pengalaman khususnya dalam melakukan penelitian ini, selain itu sebagai

skripsi untuk menyelesaikan studi penulis di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian

yang sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asma Bronkial

2.1.1 Sejarah

Asma adalah penyakit yang setua artefak. Kertas papirus Mesir yang

ditemukan sekitar tahun 1870 berisi resep untuk asma yang ditulis dalam huruf

hieroglif yang menuliskan campuran herbal yang dipanaskan di atas batu agar

penderita dapat menghisap asap hasil pembakarannya (Clark, 2013). Filsuf

Yunani “Hippocrates” adalah orang yang pertama kali menggunakan istilah “asma

(asthma)”, asma berasal dari bahasa Yunani, yakni azein yang artinya “sulit

bernapas” (Bull, 2007). Meskipun asma telah diperkenalkan oleh Hippocrates

lebih dari 2.000 tahun yang lalu, tetapi sampai sekarang penyakit ini masih

menjadi masalah kesehatan (Sundaru, 2002).

Catatan sejarah yang berusia 1.500 SM menunjukkan bahwa asma

dianggap sebagai penyakit yang disebabkan oleh “roh”. Pada abad ke-17 dan ke-

18 dokter mulai menyadari bahwa asma disebabkan oleh penyempitan saluran

napas. Pada tahun 1678, dokter Thomas Willis mendeskripsikan asma sebagai

“penyempitan (obstruksi) bronki oleh cairan kental, pembengkakan dinding, dan

obstruksi dari luar tubuh”. Sir John Floyer pada tahun 1698 pertama kali

menyatakan bahwa asma disebabkan oleh spasme (kejangnya) otot polos bronkus.

Sejak tahun 1970-an mulai didapatkan kejelasan bahwa asma merupakan

gangguan peradangan kronis pada saluran napas (Clark, 2013).

6
7

2.1.2 Definisi

Asma bronkial adalah penyakit paru dengan karakteristik: 1) obstruksi

saluran napas yang reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan; 2)

inflamasi saluran napas; 3) peningkatan respons saluran napas terhadap berbagai

rangsangan (hipereaktivitas) (Sundaru & Sukamto, 2010).

Asma bronkial adalah penyempitan bronkus yang bersifat reversibel yang

terjadi oleh karena bronkus yang hiperaktif mengalami kontaminasi dengan

antigen (Rab, 2010). Penyakit yang menyerang cabang-cabang halus bronkus

yang sudah tidak memiliki kerangka cincin-cincin tulang rawan, sehingga terjadi

penyempitan yang mendadak. Akibatnya penderita sesak napas, sehingga untuk

membantu pernapasan seluruh otot-otot pernapasan difungsikan secara maksimal.

Penyebab asma adalah alergi atau peka terhadap berbagai bahan seperti: butir-

butir sari bunga, bulu kucing, spora jamur, dan sebagainya. Pada waktu serangan

asma, sering ekspirasinya disertai bunyi: “ngiik, ngiiiik” yang panjang, karena

udara yang dihembuskan keluar melalui pipa yang sangat sempit. Dengan adanya

bunyi tersebut, di daerah Jawa penyakit asma dinamakan pula sakit mengi

(Irianto, 2014).

Adapun definisi asma bronkial, ada 3 hal yang penting yaitu sebagai

berikut (Dinajani, 2008):

a. Timbulnya secara periodik


b. Kronik
c. Reversibel (fungsi paru dapat kembali normal dengan atau tanpa pengobatan)
8

2.2 Epidemiologi

2.2.1 Distribusi dan frekuensi

Angka kejadian asma pada anak dan bayi lebih tinggi daripada orang

dewasa, meskipun demikian asma dapat timbul sembarang waktu. Ada bayi

berumur kurang dari satu tahun sudah menderita asma, tetapi tidak heran bila ada

kakek atau nenek yang berumur 80 tahun baru menderita asma. Jika pada masa

kanak-kanak, penderita asma laki-laki lebih banyak daripada penderita

perempuan, pada usia dewasa terjadi sebaliknya. Di negara-negara yang telah

maju penelitian kedokterannya, 5-20% bayi dan anak-anak menderita asma,

sedangkan penderita asma usia dewasa dan orang tua rata-rata berkisar antara 2-

10%. Memang ada daerah-daerah tertentu seperti di Alaska atau di daerah

pegunungan di Papua New Guinea penduduknya jarang yang menderita asma,

tetapi di pulau Trista da Cunha pernah dilaporkan 49% penduduknya menderita

asma. Walaupun belum ada angka-angka yang resmi dari penelitian yang pernah

dilakukan di beberapa tempat diperkirakan 2-5% penduduk Indonesia menderita

asma. Tinggi rendahnya angka kejadian ini dipengaruhi oleh banyak faktor, antara

lain faktor umur penderita, jenis kelamin, bakat alergi, bangsa, keturunan,

lingkungan dan faktor psikologik (Sundaru, 2002).

Jika Kanada dan Meksiko tidak dimasukkan ke dalam data statistik,

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Atlanta, Georgia

melaporkan bahwa pada tahun 2008, sekitar 38,4 juta orang (10,2 juta anak-anak

dan 28,2 juta orang dewasa) di Amerika Serikat telah didiagnosis asma pada suatu

saat dalam hidup mereka. Di Amerika Serikat, 3.816 orang meninggal akibat asma
9

pada tahun 2004 dan diperkirakan sebesar 3.587 orang meninggal pada tahun

2005. Terdapat variasi menurut usia pada data tersebut, yaitu pasien yang berusia

diatas 65 tahun lebih sering meninggal akibat asma dibandingkan kelompok umur

lainnya. Pasien wanita biasanya lebih sering meninggal akibat gejala asma yang

mereka alami, dan 64% kematian akibat asma pada tahun 2004 terjadi pada wanita

(Clark, 2013).

2.2.2 Determinan

Determinan dari Asma Bronkial dapat dilihat dari host dan environment

yang juga sebagai agent.

i. Host

Determinan asma bronkial berdasarkan host diantaranya adalah faktor

genetika dimana yang diturunkan adalah bakat alergi dan hipersensitifitas saluran

pernafasan, jenis kelamin wanita pada usia dewasa lebih berisiko menderita asma

bronkial, dan pada individu obesitas (indeks massa tubuh > 30 kg/m2) dapat

menderita asma bronkial akibat terjadinya perubahan fungsi jalan napas karena

efek dari obesitas pada mekanika paru-paru (GINA, 2016).

ii. Environment dan Agent

Asma Bronkial juga dipengaruhi oleh faktor environment sebagai pencetus

dimana environment ini juga merupakan agent dari penyakit asma bronkial

tersebut. Beberapa faktor pencetus asma bronkial antara lain (Ayres, 2003):

1. Ekstrinsik (alergik)

Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor

pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan
10

(antibiotik dan aspirin), dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan

dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada

faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebut di atas, maka akan terjadi

serangan asma ekstrinsik.

2. Intrinsik (non alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus

yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga

disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini

menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat

berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan

mengalami asma gabungan.

2.3. Patogenesis

Sampai saat ini patogenesis dan etiologi asma belum diketahui dengan

pasti, namun berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa dasar gejala asma

adalah inflamasi dan respon saluran napas yang berlebihan (Sundaru & Sukamto,

2010).

2.3.1. Asma sebagai penyakit inflamasi

Asma saat ini dipandang sebagai penyakit inflamasi saluran napas.

Inflamasi ditandai dengan adanya kalor (panas dengan vasodilatasi) dan rubor

(kemerahan karena vasodilatasi), tumor (eksudasi plasma dan edema), dolor (rasa

sakit karena rangsangan sensoris), dan functio laesa (fungsi yang terganggu).

Akhir-akhir ini syarat terjadinya radang harus disertai satu syarat lagi yaitu
11

infiltrasi sel-sel radang. Ternyata keenam syarat tadi dijumpai pada asma tanpa

membedakan penyebabnya baik yang alergik maupun non-alergik.

Seperti telah dikemukakan di atas baik asma alergik maupun non-alergik

dijumpai adanya inflamasi dan hipereaktivitas saluran napas. Oleh karena itu

paling tidak dikenal 2 jalur untuk mencapai kedua keadaan tersebut. Jalur

imunologis yang terutama didominasi oleh IgE dan jalur saraf autonom. Pada jalur

IgE, masuknya alergen ke dalam tubuh akan diolah oleh APC (Antigen Presenting

Cells = sel penyakit antigen), untuk selanjutnya hasil olahan alergen akan

dikomunikasikan kepada sel Th (T penolong). Sel T penolong inilah yang akan

memberikan instruksi melalui interleukin atau sitokin agar sel-sel plasma

membentuk IgE, serta sel-sel radang lain seperti mastosit, makrofag, sel epitel,

eosinofil, neutrofil, trombosit serta limfosit untuk mengeluarkan mediator-

mediator inflamasi. Mediator-mediator inflamasi seperti histamin, prostaglandin

(PG), leukotrin (LT), platelet activating factor (PAF), bradikinin, tromboksin

(TX) dan lain-lain akan mempengaruhi organ sasaran sehingga menyebabkan

peningkatan permeabilitas dinding vaskular, edema saluran napas, infiltrasi sel-sel

radang, sekresi mukus dan fibrosis sub epitel sehingga menimbulkan

hipereaktivitas saluran napas (HSN). Jalur non-alergik selain merangsang sel

inflamasi, juga merangsang sistem saraf autonom dengan hasil akhir berupa

inflamasi dan HSN.

2.3.2. Hipereaktivitas saluran napas (HSN)

Yang membedakan asma dengan organ normal adalah sifat saluran napas

pasien asma yang sangat peka terhadap berbagai rangsangan seperti iritan (debu),
12

zat kimia (histamin, metakolin) dan fisis (kegiatan jasmani). Pada asma alergik,

selain peka terhadap rangsangan tersebut di atas pasien juga sangat peka terhadap

alergen yang spesifik. Sebagian HSN diduga didapat sejak lahir, tetapi sebagian

lagi didapat. Berbagai keadaan dapat meningkatkan hipereaktivitas saluran napas

seseorang yaitu:

1. Inflamasi saluran napas.

Sel-sel inflamasi serta mediator kimia yang dikeluarkan terbukti berkaitan

erat dengan gejala asma dan HSN. Konsep ini didukung oleh fakta bahwa

intervensi pengobatan dengan anti-inflamasi dapat menurunkan derajat HSN dan

gejala asma.

2. Kerusakan epitel

Salah satu konsekuensi inflamasi adalah kerusakan epitel. Pada asma

kerusakan bervariasi dari yang ringan sampai berat. Perubahan struktur ini akan

meningkatkan penetrasi alergen, mediator inflamasi serta mengakibatkan iritasi

ujung-ujung saraf autonom sering lebih mudah terangsang. Sel-sel epitel bronkus

sendiri sebenarnya mengandung mediator yang dapat bersifat sebagai

bronkodilator. Kerusakan sel-sel epitel bronkus akan mengakibatkan

bronkokonstriksi lebih mudah terjadi.

3. Mekanisme neurologis

Pada pasien asma terdapat peningkatan respon saraf parasimpatis.

4. Gangguan intrinsik

Otot polos saluran napas dan hipertrofi otot polos pada saluran napas diduga

berperan pada HSN.


13

5. Obstruksi saluran napas

Meskipun bukan faktor utama, obstruksi saluran napas diduga ikut berperan pada

HSN.

2.4 Klasifikasi

2.4.1 Klasifikasi derajat beratnya asma berdasarkan gejala klinis sebelum

pengobatan menurut GINA (Global Initiative for Asthma) (Dinajani, 2008)

Tabel 2.1 Klasifikasi Derajat Beratnya Asma Berdasarkan Gejala Klinis


Menurut GINA
Intermiten
a. Gejala-gejala kurang dari satu kali per minggu
b. Kekambuhan (eksaserbasi) sebentar
c. Gejala-gejala di malam hari tidak lebih dari dua kali per bulan
d. VEP1 (Volume Ekspirasi Puncak) atau APE (Arus Puncak Ekspirasi) ≥ 80%
prediksi
e. Variabilitas VEP1 dan APE < 20%
Persisten Ringan
a. Gejala-gejala lebih dari sekali per minggu tetapi kurang dari satu kali per hari
b. Eksaserbasi dapat mempengaruhi aktivitas dan tidur
c. Gejala-gejala di malam hari lebih dari dua kali per bulan
d. VEP1 atau APE ≥ 80% prediksi
e. Variabilitas VEP1 dan APE < 20-30%
Persisten Sedang
a. Gejala-gejala setiap hari
b. Eksaserbasi dapat mempengaruhi aktivitas dan tidur
c. Gejala-gejala di malam hari lebih dari dua kali per bulan
d. VEP1 atau APE ≥ 80%
e. Variabilitas VEP1 dan APE > 30%
Persisten Berat
a. Gejala-gejala setiap hari
b. Eksaserbasi sering kali
c. Gejal-gejala asma di malam hari sering kali
d. VEP1 atau APE < 60% prediksi
e. Variabilitas VEP1 dan APE > 30%

2.4.2 Klasifikasi asma bronkial berdasarkan penyebabnya

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkial dapat diklasifikasikan menjadi 3

tipe, yaitu (Ayres, 2003):


14

1. Ekstrinsik (alergik)

Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor

pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan

(antibiotik dan aspirin), dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan

dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada

faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebut di atas, maka akan terjadi

serangan asma ekstrinsik.

2. Intrinsik (non alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus

yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga

disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini

menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat

berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan

mengalami asma gabungan.

3. Asma gabungan

Tipe asma gabungan merupakan bentuk asma yang paling umum. Asma

ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.

2.5 Gambaran Klinis

Asma umumnya dimulai semasa anak-anak, tetapi dapat terjadi pada usia

berapa pun. Pasien mungkin memiliki riwayat yang menunjukkan atopi, termasuk

rinitis alergika, eksema, atau urtikaria, dan mungkin menghubungkan serangan

asma dengan alergen spesifik, misalnya semacam rumput-rumputan dan kucing.

Pasien seperti itu dikatakan menderita asma alergika. Banyak pasien seperti itu
15

dikatakan menderita asma alergika. Banyak pasien seperti demikian yang

mengalami peningkatan IgE serum total, peningkatan IgE spesifik, dan eosinofilia

darah tepi. Jika tidak ada riwayat umum tentang alergi dan tidak ada alergen

eksternal yang dapat dikenal, digunakan istilah asma nonalergika (West, 2010).

Pada semua penderita asma, terdapat hipereaktivitas seluruh jalan napas,

yang menyebabkan gejala akibat iritan non spesifik, seperti asap, udara dingin,

atau olahraga. Hipereaktivitas (hiperresponsivitas) jalan napas dapat diuji dengan

memajankan pasien terhadap inhalasi metakolit atau histamin yang konsentrasinya

semakin bertambah dan mengukur FEV1 (resistensi jalan napas). Konsentrasi

yang menghasilkan penurunan FEV1 sebesar 20% dikenal sebagai PC20

(konsentrasi provoaktif 20). Serangan dapat terjadi setelah olahraga, terutama saat

hawa dingin. Konsumsi aspirin adalah penyebab pada beberapa individu karena

inhibisi jalur siklooksigenase. Hal ini mungkin memiliki komponen genetik. Di

antara serangan, pasien mungkin tidak menunjukkan gejala maupun inflamasi

menetap. Faktor psikologis sangat penting (West, 2010).

Selama serangan, pasien mungkin mengalami dispnea, ortopnea, dan

ansietas yang berat. Otot napas tambahan menjadi aktif. Paru mengalami

hiperinflasi, dan ronki nyaring terdengar di semua lapangan. Nadi menjadi cepat

dan mungkin terdapat pulsus paradoksikus (tekanan sistolik dan nadi yang sangat

menurun sewaktu inspirasi). Sputum sedikit dan kental. Foto toraks menunjukkan

hiperinflasi, tetapi selain itu normal. Status asmatikus menunjukkan serangan

yang terus-menerus selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari tanpa remisi

walaupun dengan terapi bronkodilator. Sering kali terdapat tanda kelelahan,


16

dehidrasi, dan takikardia yang jelas. Dada mungkin menjadi senyap, tetapi

membahayakan dan diperlukan segera penatalaksanaan yang lengkap (West,

2010).

2.6 Pencegahan

Pencegahan asma hampir sama dengan pengendalian asma. Pengendalian

asma lebih ditujukan pada mereka yang sudah divonis menderita asma, sedangkan

pencegahan asma ini lebih bersifat umum dan ditujukan terhadap mereka yang

tidak menderita asma. Usaha pencegahan ditujukan agar orang yang sehat tidak

terkena asma, di mana tindakan-tindakan yang dilakukan lebih umum dan lebih

menyeluruh. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pencegahan asma

bronkial antara lain:

2.6.1 Pencegahan Primer

Beberapa upaya yang dilakukan dalam pencegahan primer antara lain:

i. Hidup sehat dan seimbang

Seseorang dengan pola hidup dan makan sehat umumnya memiliki kesehatan

yang lebih terjaga. Stamina tubuh juga lebih terjamin sehingga lebih mudah

mencegah diri dari berbagai penyakit, termasuk mencegah asma (Mumpuni &

Wulandari, 2013).

ii. Berolahraga

Olahraga sangat penting untuk menjaga kesehatan, melancarkan peredaran darah,

dan menjaga stabilitas pernapasan. Berolahraga setiap hari sangatlan penting, baik

mereka yang terkena asma maupun tidak (Mumpuni & Wulandari, 2013). Latihan
17

pemanasan dapat membantu mengatasi gejala asma yang dipicu oleh olahraga saat

melakukan latihan pertama (Rohan & Suprapto, 2014).

iii. Menghindari sumber berbagai penyakit

Stres, makanan tinggi kolesterol, bekerja siang malam tanpa henti, minuman

keras, maupun narkoba adalah berbagai hal tidak baik yang merusak kesehatan.

Tubuh yang lemah akan mudah terserang penyakit, termasuk rentan alergi dan

terkena asma (Mumpuni & Wulandari, 2013).

iv. Menjaga kebersihan lingkungan

Lingkungan di mana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi

timbulnya serangan asma. Keadaan rumah misalnya sangat penting diperhatikan.

Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari. Seluruh

pembuangan air harus lancar. Kamar tidur merupakan tempat yang perlu

mendapat perhatian khusus (Sundaru, 2002). Lingkungan rumah dan lingkungan

sekitar yang bersih dan sehat akan membantu kita terhindar dari berbagai

penyakit. Bersihkan rumah setiap hari dengan membebaskan rumah dari debu,

bau-bauan yang menyengat, bangkai binatang, sampah yang berhamburan, dan

hal-hal lain yang merusak kebersihan dan kesehatan (Mumpuni & Wulandari,

2013).

v. Mengonsumsi makanan yang menguatkan stamina tubuh

Wortel, pepaya, tomat, ikan, beras merah, dan lain-lain yang menjadi penguat

stamina tubuh. Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk mengetahui

secara pasti berapa kebutuhan kalori untuk menguatkan stamina tubuh (Mumpuni

& Wulandari, 2013).


18

vi. Menghindari segala hal pemicu asma

Bagi yang tidak menderita asma, ada baiknya menghindari segala hal pemicu

asma, seperti tungau, debu, bulu binatang (kucing, anjing, burung, kelinci, kecoak,

tikus, dan lain-lain), orang-orang yang sedang terserang influenza, tempat-tempat

ramai atau penuh sesak, kehujanan, pergantian suhu udara yang ekstrem, aktivitas

fisik berlebihan atau olahraga yang melelahkan, uap zat-zat kimia dan polusi

udara lainnya (asap rokok, asap mobil, uap bensin, uap cat, dan lain-lain), zat

aditif buatan. Hal ini dikarenakan semua itu dapat memicu penyakit asma

(Mumpuni & Wulandari, 2013).

vii. Menggunakan obat-obat pencegah asma

Pada serangan penyakit asma yang ringan dan jarang, penderita dapat memakan

obat-obatan seperti bronkodilator, baik dalam bentuk tablet, kapsul, maupun sirup

(Mumpuni & Wulandari, 2013).

2.6.2 Pencegahan Sekunder

2.6.2.1 Diagnosa

1. Anamnesis (wawancara)

Wawancara antara dokter dengan penderita atau keluarganya merupakan

bagian yang amat penting dalam membuat diagnosis penyakit pada umumnya,

asma khususnya. Dokter akan menanyakan berbagai hal mengenai penyakit

penderita sampai ke hal-hal yang bersifat pribadi (Sundaru, 2002).

Beberapa hal yang harus ditanyakan dari pasien asma antara lain (Depkes,

2009):

a. Apakah ada batuk yang berulang terutama pada malam menjelang dini hari?
19

b. Apakah pasien mengalami mengi atau dada terasa berat atau batuk setelah
terpajan alergen atau polutan (pencetus)?
c. Apakah pada waktu pasien mengalami selesma (commond cold) merasakan
sesak di dada dan selesmanya menjadi berkepanjangan (10 hari atau lebih)?
d. Apakah ada mengi atau rasa berat di dada atau batuk setelah melakukan
aktivitas atau olahraga?
e. Apakah gejala-gejala tersebut di atas berkurang/hilang setelah pemberian obat
pelega (bronkodilator)?
f. Apakah ada batuk, mengi, sesak di dada jika terjadi perubahan musim/cuaca
atau suhu yang ekstrim (perubahan yang tiba-tiba)?
g. Apakah ada penyakit alergi lainnya (rinitis, dermatitis atopi, konjunktivitis
alergi)?
h. Apakah dalam keluarga (kakek/nenek, orang tua, anak, saudara kandung,
saudara sepupu) ada yang menderita asma atau alergi?
2. Pemeriksaan fisik

Dokter belum dapat menegakkan diagnosis asma secara pasti hanya

dengan menempelkan stetoskop pada dada penderita. Pemeriksaan jasmani selain

mencari bukti-bukti yang dapat mendukung diagnosis asma juga dimaksudkan

untuk menemukan penyakit-penyakit lain yang mungkin ada, di samping penyakit

asma sendiri. Asma yang berat pada anak sering mengganggu pertumbuhannya

sehingga penderita lebih kecil dibandingkan dengan sebayanya. Kadang-kadang

ditemukan dada yang mengembung seperti dada burung. Umumnya dengan

wawancara dan pemeriksaan jasmani dokter sudah dapat menentukan apakah

seseorang menderita asma atau tidak. Tetapi ada beberapa penyakit yang kadang-

kadang sulit dibedakan dengan asma atau penyakit asma sendiri yang gejalanya

tidak khas (Sundaru, 2002).

Ekspirasi memanjang, mengi, hiperinflasi dada, pernapasan cepat sampai

sianosis dapat dijumpai pada pasien asma. Dalam praktek jarang dijumpai

kesulitan dalam membuat diagnosis asma, tetapi sering pula dijumpai pasien
20

bukan asma mempunyai mengi, sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang

untuk menegakkan diagnosis (Sundaru & Sukamto, 2010).

3. Pemeriksaan penunjang diagnosis

Kadang-kadang dengan wawancara dan pemeriksaan jasmani saja dokter

belum dapat memastikan diagnosis asma karena banyak keadaan atau penyakit

yang menyerupai asma, sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang, antara lain

(Sundaru, 2002):

i. Spirometri

Pemeriksaan spirometri atau kadang-kadang disebut tes fungsi paru

bertujuan untuk menunjukkan adanya penyempitan saluran napas. Pemeriksaan

spirometri tidak saja berguna untuk diagnosis asma, tetapi juga bermanfaat untuk

menilai beratnya penyempitan saluran napas dan menilai hasil pengobatan.

Untuk memantau berat ringannya penyempitan saluran napas serta menilai

hasil pengobatan asma, saat ini tersedia alat yang disebut Flow Meter, salah

satunya adalah Mini Wright Peak Flow Meter. Alat ini sangat praktis karena

mudah dibawa kemana-mana, disamping itu harganya relatif murah. Meskipun

hasil pengukuran dengan flow meter tidak seteliti pemeriksaan spirometri, tetapi

alat ini cukup membantu penderita dalam memantau penyakitnya di rumah atau

dimana saja.

ii. Pemeriksaan rontgen

Pemeriksaan rontgen paru hanya sedikit membantu dalam diagnosis asma,

karena pemeriksaan ini tidak dapat menunjukkan adanya penyempitan saluran

napas. Tujuan pemeriksaan rontgen pada asma ialah untuk melihat adanya
21

penyakit paru lain seperti tuberkulosis atau komplikasi asma, seperti infeksi paru

atau pecahnya alveoli (pneumotoraks).

iii. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah juga tidak banyak membantu dalam diagnosis asma.

Pemeriksaan ini bertujuan selain untuk melihat adanya infeksi atau anemi (kurang

sel darah merah), juga untuk melihat adanya tanda-tanda penyakit alergi yang

berhubungan dengan asma seperti pemeriksaan jumlah eosinofil (jenis sel darah

putih tertentu), kadar zat anti IgE dan kadar IgE spesifik.

iv. Pemeriksaan tes kulit

Tes ini bertujuan untuk membantu diagnosis asma khususnya dalam hal

menentukan alergen sebagai pencetus serangan asma.

v. Uji provokasi bronkus (Tes provokasi bronkial)

Pemeriksaan provokasi, baru dilakukan bila dokter masih belum dapat

memastikan diagnosis asma meskipun ia sudah melakukan berbagai macam

pemeriksaan. Dengan melakukan provokasi baik dengan zat kimia seperti

histamin, metakolin atau hawa dingin atau kegiatan jasmani, dalam beberapa

menit saluran napas penderita asma yang tadinya normal akan menyempit. Pada

orang normal, tes provokasi ini tidak memberikan reaksi penyempitan saluran

napas, tetapi pada penderita asma selain menunjukkan penyempitan saluran napas

kadang-kadang sampai menimbulkan gejala asma seperti sesak, batuk, dan mengi.
22

2.6.2.2 Pengobatan

1. Pengobatan asma bronkial berdasarkan derajat beratnya asma

i. Asma Intermitten

Terjadi karena serangan jarang, serta fungsi parunya normal, pasien tidak

memerlukan obat jangka panjang. Obat penghilang sesak hanya dipakai kalau

perlu saja seperti bila ada gejala atau bila mau olahraga atau masuk ke lokasi yang

akan menyebabkan sesak seperti gudang atau tempat berdebu. Obat yang

dianjurkan adalah golongan agonis beta 2 hirup (Combivent, Bricasma, Berotec

atau Ventolin). Obat yang lain sebagai alternatif dapat dipakai seperti teofilin,

agonis beta 2 oral tetapi efeknya lambat dan efek sampingnya lebih besar

(Sundaru, 2002).

ii. Asma Persisten Ringan

Pasien dengan persisten ringan memerlukan pengobatan pencegahan (kontroler)

setiap hari untuk mengendalikan asmanya. Obat yang dianjurkan adalah

kortikosteroid hirup (Inflammide, Pulmicort, Becotide) setiap hari. Alternatif lain

adalah teofilin lepas lambat (Quibron, Euphyllin). Agonis beta 2 hirup hanya

dipakai untuk menghilangkan gejala dan pemakaiannya tidak boleh melebihi 3-4

kali sehari (Sundaru, 2002).

iii. Asma Persisten Sedang

Pasien dengan asma persisten sedang memerlukan pengobatan setiap hari

untuk mengendalikan asmanya. Pasien yang tidak terkendali dengan

kortikosteroid hirup dosis rendah (setara dengan 400 µg budesonid) harus

ditambahkan agonis beta 2 hirup aksi panjang baik formoterol atau salmeterol.
23

Obat kombinasi tersebut telah beredar di Indonesia dengan nama Seretide dan

Symbicort. Kedua jenis obat ini menurut penelitian sangat baik selain

memberikan perbaikan gejala asma dan fungsi paru juga meningkatkan kepatuhan

makan obat. Hal ini karena 2 sediaan obat dijadikan satu, sehingga membuat

pengobatan asma menjadi lebih sederhana. Saat ini terapi kombinasi

kortikosteroid hirup dan agonis beta 2 aksi panjang merupakan terapi yang paling

efektif dan paling dianjurkan. Tentu saja tersedia alternatif lain seperti teofilin

lepas lambat agonis beta 2 oral aksi panjang, dan antilekotrin sebagai pengganti

salmeterol dan formoterol (Sundaru, 2002).

iv. Asma Persisten Berat

Pengobatan memerlukan berbagai macam obat, seperti kortikosteroid hirup (diatas

1.000 µg budesonid atau beklometason dipropionat) ditambah agonis beta 2 hirup.

Kombinasi kedua obat tersebut seperti Seretide (kombinasi fluticasone dan

salmeterol) atau Symbicort (kombinasi budesonide dan formoterol), kadang-

kadang diberikan empat kali sehari untuk memberikan hasil yang lebih baik

(Sundaru, 2002).

2. Pengobatan asma bronkial akut (serangan akut)

Penderita asma bronkial yang sedang mendapat serangan asma harus

segera diobati dengan obat-obat antiasma yang dapat menghilangkan gejala asma.

Obat-obat yang termasuk dalam kelompok untuk asma akut terdiri atas

bronkodilator dan kortikosteroid sistemik. Sedangkan bronkodilator sendiri terdiri

atas 3 golongan yaitu:


24

i. Simpatomimetik

Mimetik artinya menyerupai. Simpato berasal dari kata simpatetin yaitu

suatu hormon yang dihasilkan kelenjar adrenal anak ginjal, sehingga obatnya

sering disebut sebagai adrenalin. Adrenalin sebenarnya obat antiasma yang

ampuh, tetapi sayangnya mempunyai banyak efek samping dan hanya dapat

diberikan secara suntikan. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

saat ini telah dikembangkan obat-obat antiasma golongan simpatomimetik yang

ampuh, aman dan praktis penggunaannya. Tujuan dari pemberian obat

simpatomimetik adalah untuk melebarkan saluran napas dengan jalan melemaskan

otot-otot saluran napas yang sedang mengkerut (Sundaru, 2002).

ii. Santin (teofilin)

Tujuan dari pemberian obat teofilin adalah untuk melebarkan saluran napas

dengan cara melemaskan otot saluran napas yang mengerut. Meskipun efeknya

sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda

(Sundaru, 2002).

iii. Atropin

Atropin hanyalah bronkodilator yang lemah sehingga tidak dipergunakan sebagai

obat utama antiasma. Usaha penelitian di bidang farmasi telah berhasil membuat

turunan Atropin yaitu: Ipratropin bromida (Atrovent), tetapi efek melebarkan

saluran napasnya tidak begitu kuat (Sundaru, 2002).

iv. Kortikosteroid sistemik

Kortikosteroid atau steroid merupakan hormon kortison yang dihasilkan oleh

bagian kortek (tepi luar) anak ginjal. Sistemik berarti cara kerja obat melalui
25

aliran darah. Tujuan dari pemberian obat tersebut adalah untuk melebarkan

saluran napas dengan jalan mengurangi pembengkakan jaringan sekitar saluran

napas dan mengurangi produksi lendir (Sundaru, 2002).

2.7 Kerangka Konsep

KARAKTERISTIK PENDERITA ASMA BRONKIAL


1. Sosiodemografi
Umur
Jenis Kelamin
Suku
Pekerjaan
Pendidikan
Daerah Asal/Tempat Tinggal
2. Faktor Pencetus
3. Riwayat Serangan
4. Riwayat Keluarga
5. Lama rawatan rata-rata
6. Sumber Biaya
7. Keadaan Sewaktu Pulang
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain case series.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan dengan

pertimbangan alasan adalah RSUP H. Adam Malik merupakan salah satu pusat

pelayanan kesehatan pemerintah yang besar di Sumatera Utara, dimana dengan

fasilitas yang tersedia dan masyarakat atau penderita dengan berbagai penyakit

datang berobat ke RSUP H. Adam Malik sehingga dapat dijaring sesuai dengan

unit yang tersedia. Dengan demikian dijumpai kasus asma bronkial dan tersedia

data rekam medik di RSUP H. Adam Malik selama tahun 2014-2015.

3.2.2 Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Juli sampai November 2016.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua penderita asma bronkial dewasa yang

dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015 sebanyak 91

orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah seluruh populasi dalam penelitian ini (total sampling) pada

tahun 2014-2015 sebanyak 91 orang di RSUP H. Adam Malik Medan.

26
27

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari kartu

status penderita asma bronkial dewasa yang dirawat inap yang berasal dari bagian

rekam medik RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015.

3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian

3.5.1 Penderita asma bronkial adalah pasien yang dinyatakan menderita

penyakit asma bronkial pada usia dewasa berdasarkan hasil diagnosa

dokter yang terdapat dalam kartu status.

3.5.2 Sosiodemografi penderita asma bronkial terdiri dari:

a. Umur adalah usia penderita asma bronkial sesuai dengan yang

tertulis di kartu status yang ada di rekam medik sewaktu berobat di

RSUP H. Adam Malik Medan, dibedakan atas (Riskesdas, 2013):

1. 15-24 tahun
2. 25-34 tahun
3. 35-44 tahun
4. 45-54 tahun
5. 55-64 tahun
6. 65-74 tahun
7. 75+ tahun

Untuk keperluan analisis statistik, umur penderita dikategorikan

menjadi (Notoatmojo, 2003):

1. 15-49 tahun (Dewasa Muda)


2. ≥50 tahun (Dewasa Tua)

b. Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki penderita

asma bronkial sesuai dengan yang tertulis di kartu status yang ada

di rekam medik, dibedakan atas:


28

1. Laki-laki
2. Perempuan

c. Suku adalah ras atau etnik yang melekat pada diri penderita asma

bronkial sesuai dengan yang tertulis di kartu status yang ada di

rekam medik, dibedakan atas:

1. Aceh
2. Batak
3. Jawa
4. Melayu
5. Tidak tercatat

d. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan penderita asma

bronkial sesuai dengan yang tertulis di kartu status yang ada di

rekam medik, dibedakan atas:

1. Pegawai Negeri (Sipil, TNI, Polri, Pensiunan)


2. Pegawai Swasta
3. Wiraswasta
4. IRT
5. Pelajar/Mahasiswa
6. Tidak Bekerja
7. Tidak Tercatat

e. Pendidikan adalah tingkat pendidikan terakhir penderita asma

bronkial sesuai dengan yang tertulis di kartu status yang ada di

rekam medik, dibedakan atas:

1. Tidak Sekolah
2. Tamat SD
3. Tamat SMP
4. Tamat SMA
5. Tamat D1-D3/PT
6. Tidak Tercatat
29

f. Daerah asal/tempat tinggal adalah tempat dimana penderita asma

bronkial tinggal dan menetap sesuai dengan yang tertulis di kartu

status yang ada di rekam medik, dibedakan atas:

1. Kota Medan
2. Luar Kota Medan

3.5.3 Faktor pencetus penyakit asma adalah hal-hal yang dapat memicu

timbulnya serangan asma sesuai dengan yang tertulis di kartu status

yang ada di rekam medik, dibedakan atas:

1. Alergen : Debu, Makanan, dan Obat.


2. Non Alergen : Cuaca; Aktivitas; Merokok; cuaca dan aktivitas;
cuaca dan merokok; aktivitas dan merokok; cuaca, aktivitas, dan
merokok.
3. Tidak Tercatat

3.5.4 Riwayat serangan asma adalah pernah tidaknya penderita mengalami

serangan asma sebelumnya sesuai dengan yang tertulis di kartu status

yang ada di rekam medik, dibedakan atas:

1. Serangan Berulang
2. Serangan Pertama

3.5.5 Riwayat keluarga adalah didasarkan pada ada tidaknya riwayat asma

dan bakat atopi (alergi) di dalam anggota keluarga pasien sesuai

dengan yang tertulis di kartu status yang ada di rekam medik,

dibedakan atas:

1. Ada Riwayat Keluarga


2. Tidak Ada Riwayat Keluarga
3. Tidak Tercatat
30

3.5.6 Lama rawatan rata-rata adalah waktu rata-rata penderita asma bronkial

dewasa menjalani perawatan di rumah sakit, dari pertama masuk

sampai hari terakhir perawatan sesuai dengan yang tertulis di kartu

status yang ada di rekam medik.

3.5.7 Sumber biaya adalah sumber pembiayaan yang digunakan oleh

penderita asma bronkial selama dirawat di rumah sakit sesuai dengan

yang tertulis di kartu status yang ada di rekam medik, dibedakan atas:

1. Biaya Sendiri (Umum)


2. Bukan Biaya Sendiri (BPJS, Askes, Jamkesmas, Jamsostek,
TNI/POLRI)

3.5.8 Keadaan sewaktu pulang adalah keadaan penderita pada waktu pulang

sesuai dengan yang tertulis di kartu status yang ada di rekam medik,

dibedakan atas:

1. Pulang Berobat Jalan (PBJ)


2. Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS)
3. Meninggal

3.6 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dan dianalisa dengan menggunakan komputer.

Data univariat dijelaskan secara deskriptif dan data bivariat dianalisa

menggunakan uji statistik uji Chi-Square, Fisher exact test, dan Mann-Whitney.

Selanjutnya, data univariat dan bivariat disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi, diagram pie, dan diagram bar.


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik adalah Pusat Rujukan untuk

wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam, Provinsi Sumatera Barat, dan Provinsi Riau yang

dibangun diatas tanah ± 10 Ha dan berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17 Km 12

Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara.

RSUP H. Adam Malik Medan berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991

dengan pelayanan rawat jalan sedangkan untuk pelayanan rawat inap baru dimulai

tanggal 2 Mei 1992. Pada tanggal 1 Januari 1993 secara resmi Pusat Pendidikan

Fakultas Kedokteran USU Medan dipindahkan ke RSUP H. Adam Malik Medan

sebagai tanda dimulainya Soft Opening. Kemudian diresmikan oleh Bapak

Presiden RI pada tanggal 21 Juli 1993.

Berdasarkan Surat Keputusan Kemenkes RI No. YM.01.10/III//3696/10

tanggal 20 Juli 2010 RSUP H. Adam Malik kembali terakreditasi untuk 16

Pelayanan Periode Juli 2010 s/d Juli 2013. Berdasarkan Surat Keputusan Menkes

RI No. 2244/Menkes/SK/XI/2011 tanggal 7 November 2011 tentang Pemberian

Izin Operasional Tetap RSUP H. Adam Malik Medan. Berdasarkan Surat

Keputusan Menkes RI No. HK.02.02/MENKES/390/2014 tanggal 17 Oktober

2014 tentang Pedoman Penetapan Rumah Sakit Rujukan Nasional. Berdasarkan

Surat Keputusan Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) No. KARS-

31
32

SERT/138/IX/2015 RSUP H. Adam Malik telah memenuhi Srandar Akreditasi

Rumah Sakit dan dinyatakan Lulus Tingkat Paripurna.

4.1.2 Visi, Misi dan Motto

1. Visi RSUP H. Adam Malik Medan

Menjadi Rumah Sakit Pendidikan dan Pusat Rujukan Nasional yang

Terbaik dan Bermutu di Indonesia pada Tahun 2019.

2. Misi

Visi tersebut diwujudkan melalui Misi RSUP H. Adam Malik Medan yaitu:

1. Melaksanakan Pelayanan Pendidikan, Penelitian, dan Pelatihan di bidang

Kesehatan yang Paripurna, Bermutu, dan Terjangkau.

2. Melaksanakan Pengembangan Kompetensi SDM secara

Berkesinambungan.

3. Mengampu RS Jejaring dan RS di Wilayah Sumatera.

3. Motto

Mengutamakan Keselamatan Pasien dengan Pelayanan PATEN :

P = Pelayanan Cepat

A = Akurat

T = Terjangkau

E = Efisien

N = Nyaman
33

4.2 Analisa Deskriptif


Proporsi penderita asma bronkial dewasa yang dirawat inap di RSUP H.

Adam Malik Medan tahun 2014-2015 berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis

kelamin, suku, pekerjaan, pendidikan, dan tempat tinggal) dapat dilihat pada tabel

4.1 dan 4.2 di bawah ini.

4.2.1 Penderita Asma Bronkial Dewasa Berdasarkan Sosiodemografi


Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Umur dan Jenis Kelamin Penderita Asma
Bronkial Dewasa yang Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2014-2015
Jenis Kelamin
Umur
Laki-laki Perempuan
(Tahun)
f % f %
15-24 4 12,1 3 5,2
25-34 1 3,0 2 3,4
35-44 6 18,2 12 20,7
45-54 8 24,2 14 24,1
55-64 7 21,2 14 24,1
65-74 6 18,2 10 17,2
75+ 1 3,0 3 5,2
Total 33 100,0 58 100,0

Pada tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa ada 33 orang penderita asma

bronkial pada jenis kelamin laki-laki, proporsi tertinggi pada kelompok umur

45-54 tahun sebanyak 8 orang (24,2%), sedangkan proporsi terendah penderita

asma bronkial dengan jenis kelamin laki-laki adalah pada kelompok umur 25-34

tahun sebanyak 1 orang (3,0%) dan 75+ tahun sebanyak 1 orang (3,0%). Terdapat

58 orang penderita asma bronkial pada jenis kelamin perempuan, proporsi

tertinggi pada kelompok umur 45-54 tahun sebanyak 14 orang (24,1%) dan 55-64

tahun sebanyak 14 orang (24,1%), sedangkan proporsi terendah penderita asma

bronkial jenis kelamin perempuan berdasarkan kelompok umur adalah pada

kelompok umur 25-34 tahun sebanyak 2 orang (3,4%).


34

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Dewasa yang


Dirawat Inap Berdasarkan Suku, Pekerjaan, Pendidikan, dan
Tempat Tinggal di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014 - 2015
Sosiodemografi f %
Suku
Aceh 3 3,3
Batak 51 56,0
Jawa 7 7,7
Melayu 2 2,2
Tidak Tercatat 28 30,8
Pekerjaan
Pegawai Negeri (Sipil, TNI, 16 17,6
Polri, Pensiunan)
Pegawai Swasta 1 1,1
Wiraswasta 22 24,2
IRT 27 29,7
Pelajar/Mahasiswa 3 3,3
Tidak Bekerja 3 3,3
Tidak Tercatat 19 20,9
Pendidikan
Tidak Sekolah 1 1,1
Tamat SD 11 12,1
Tamat SMP 13 14,3
Tamat SMA 38 41,8
Tamat D1-D3/PT 5 5,5
Tidak Tercatat 23 25,3
Tempat Tinggal
Kota Medan 32 35,2
Luar Kota Medan 59 64,8
Total 91 100

Pada tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita asma bronkial

dewasa yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015

berdasarkan suku tertinggi adalah suku Batak sebanyak 51 orang (56,0%) dan

terendah Melayu sebanyak 2 orang (2,2%). Terdapat sebanyak 28 orang (30,8%)

yang tidak tercatat sukunya di dalam rekam medik.

Berdasarkan pekerjaan diperoleh proporsi penderita asma bronkial dewasa

yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015 tertinggi
35

adalah Ibu Rumah Tangga sebanyak 27 orang (29,7%), terendah Pegawai Swasta

sebanyak 1 orang (1,1%). Terdapat sebanyak 19 orang (20,9%) yang tidak tercatat

pekerjaannya di dalam rekam medik.

Berdasarkan pendidikan diperoleh proporsi penderita asma bronkial

dewasa yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015

tertinggi adalah Tamat SMA sebanyak 38 orang (41,8%), terendah Tidak Sekolah

sebanyak 1 orang (1,1%). Terdapat sebanyak 23 orang (25,3%) yang tidak tercatat

pendidikan terakhirnya di dalam rekam medik.

Berdasarkan daerah asal/tempat tinggal diperoleh penderita asma bronkial

dewasa yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015 yang

berdomisili di Luar Kota Medan sebanyak 59 orang (64,8%) sedangkan dari Kota

Medan sebanyak 32 orang (35,2%).

4.2.2 Penderita Asma Bronkial Dewasa Berdasarkan Faktor Pencetus


Penyakit Asma
Proporsi penderita asma bronkial dewasa yang dirawat inap berdasarkan

faktor pencetus penyakit asma di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2015

dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini.


36

Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Dewasa yang


Dirawat Inap Berdasarkan Faktor Pencetus Penyakit Asma di
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 - 2015
Faktor Pencetus f %
Alergen
Debu 14 82,4
Makanan 2 11,8
Obat 1 5,9
Total 17 100
Non Alergen
Cuaca 9 18,4
Aktivitas 14 28,6
Merokok 4 8,2
Cuaca dan Aktivitas 18 36,7
Cuaca dan Merokok 1 2,0
Aktivitas dan Merokok 2 4,1
Cuaca, Aktivitas, dan Merokok 1 2,0
Total 49 100
Tidak Tercatat 25 100
Total 25 100

Pada tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita asma bronkial

dewasa yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015

berdasarkan faktor pencetus tertinggi yaitu diakibatkan oleh non alergen sebanyak

49 orang, terbanyak adalah karena cuaca dan aktivitas sebanyak 18 orang (36,7%)

dan kemudian faktor aktivitas sebanyak 14 orang (28,6%), dan cuaca sebanyak 9

orang (18,4%). Faktor pencetus oleh karena alergen sebanyak 17 orang, dapat

dilihat bahwa debu merupakan faktor terbanyak sebagai pencetus asma sebanyak

14 orang (82,4%), kemudian makanan sebanyak 2 orang (11,8%), dan obat

sebanyak 1 orang (5,6%), terdapat pasien yang tidak tercatat faktor pencetus asma

yang dideritanya sebanyak 25 orang.


37

4.2.3 Penderita Asma Bronkial Dewasa Berdasarkan Riwayat Serangan


Asma
Proporsi penderita asma bronkial dewasa yang dirawat inap berdasarkan

riwayat serangan asma di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2015 dapat

dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini.

Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Dewasa yang


Dirawat Inap Berdasarkan Riwayat Serangan Asma di RSUP H.
Adam Malik Medan Tahun 2014 - 2015
Riwayat Serangan Asma f %
Serangan Berulang 79 86,8
Serangan Pertama 12 13,2
Total 91 100

Pada tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita asma bronkial

dewasa yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015

berdasarkan riwayat serangan asma tertinggi adalah Serangan Berulang sebanyak

79 orang (86,8%) dan terendah Serangan Pertama sebanyak 12 orang (13,2%).

4.2.4 Penderita Asma Bronkial Dewasa Berdasarkan Riwayat Keluarga

Proporsi penderita asma bronkial dewasa yang dirawat inap berdasarkan

riwayat keluarga di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2015 dapat dilihat

pada tabel 4.5 di bawah ini.

Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Dewasa yang


Dirawat Inap Berdasarkan Riwayat Keluarga di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2014 - 2015
Riwayat Keluarga f %
Ada Riwayat Keluarga 14 15,4
Tidak Ada Riwayat Keluarga 58 63,7
Tidak Tercatat 19 20,9
Total 91 100

Pada tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita asma bronkial

dewasa yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015
38

berdasarkan riwayat keluarga tertinggi adalah Tidak Ada Riwayat Keluarga

sebanyak 58 orang (63,7%), terendah Ada Riwayat Keluarga sebanyak 14 orang

(15,4%) dan tidak tercatat sebanyak 19 orang (20,9%).

4.2.5 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Asma Bronkial Dewasa

Lama rawatan rata-rata penderita asma bronkial dewasa yang dirawat inap

di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2015 dapat dilihat pada tabel 4.6 di

bawah ini.

Tabel 4.6 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Asma Bronkial Dewasa yang
Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 - 2015
Lama Rawatan Rata-rata
Mean 9,86
Standar Deviasi (SD) 9,860
95% Confidence Interval 7,8-11,91
Minimum 1
Maksimum 50

Pada tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita asma bronkial

dewasa yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015

berdasarkan lama rawatan rata-rata adalah 9,86 hari (10 hari) dan standar deviasi

9,860 hari (10 hari). Lama rawatan minimum 1 hari dan maksimum 50 hari.

4.2.6 Penderita Asma Bronkial Dewasa Berdasarkan Sumber Biaya


Proporsi penderita asma bronkial dewasa yang dirawat inap berdasarkan

sumber biaya di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2015 dapat dilihat

pada tabel 4.7 di bawah ini.

Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Dewasa yang


Dirawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2014 – 2015
Sumber Biaya f %
Biaya Sendiri 6 6,6
Bukan Biaya Sendiri 85 93,4
Total 91 100
39

Pada tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita asma bronkial

dewasa yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015 yang

bukan biaya sendiri sebanyak 85 orang (93,4%) dan yang menggunakan biaya

sendiri sebanyak 6 orang (6,6%).

4.2.7 Penderita Asma Bronkial Dewasa Berdasarkan Keadaan Sewaktu


Pulang

Proporsi penderita asma bronkial dewasa yang dirawat inap berdasarkan

keadaan sewaktu pulang di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2015 dapat

dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini.

Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Dewasa yang


Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUP H.
Adam Malik Medan Tahun 2014 - 2015
Keadaan Sewaktu Pulang f %
Pulang Berobat Jalan (PBJ) 81 89,0
Pulang Atas Permintaan 4 4,4
Sendiri (PAPS)
Meninggal 6 6,6
Total 91 100

Pada tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita asma bronkial

dewasa yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015

berdasarkan keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah Pulang Berobat Jalan (PBJ)

sebanyak 81 orang (89,0%) dan terendah Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS)

sebanyak 4 orang (4,4%).


40

4.3 Analisa Statistik

4.3.1 Umur Berdasarkan Riwayat Keluarga

Proporsi umur berdasarkan riwayat keluarga penderita asma bronkial

dewasa yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015

dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini.

Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Riwayat Keluarga


Penderita Asma Bronkial Dewasa yang Dirawat Inap di RSUP H.
Adam Malik Medan Tahun 2014 – 2015
Umur Jumlah
Riwayat
15-49 ≥50
Keluarga f %
f % f %
Ada 8 57,1 6 42,9 14 100
Tidak 20 34,5 38 65,5 58 100
p=0,119

Pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa terdapat 14 orang penderita asma

bronkial dengan ada riwayat keluarga, terdapat 8 orang (57,1%) pada kelompok

umur 15-49 tahun dan 6 orang (42,9%) pada kelompok umur ≥50 tahun. Terdapat

58 orang penderita asma bronkial dengan tidak ada riwayat keluarga, yaitu 20

orang (34,5%) pada kelompok umur 15-49 tahun dan 38 orang (65,5%) pada

kelompok umur ≥50 tahun.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh

nilai p>0,05, artinya tidak terdapat perbedaan proporsi umur berdasarkan riwayat

keluarga.

4.3.2 Umur Berdasarkan Riwayat Serangan


Proporsi umur berdasarkan riwayat serangan penderita asma bronkial

dewasa yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2015

dapat dilihat pada tabel 4.10 di bawah ini.


41

Tabel 4.10 Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Riwayat Serangan


Penderita Asma Bronkial Dewasa yang Dirawat Inap di RSUP H.
Adam Malik Medan Tahun 2014 - 2015
Umur Jumlah
Riwayat
15-49 ≥50
Serangan f %
f % f %
Pertama 30 38,0 49 62,0 79 100
Berulang 4 33,3 8 66,7 12 100
p=1,000

Pada tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa ada 79 orang penderita asma

bronkial dengan riwayat serangan pertama, terdapat 30 orang (38,0%) pada

kelompok umur 15-49 tahun dan 49 orang (62,0%) pada kelompok umur ≥50

tahun. Terdapat 12 orang penderita asma bronkial dengan riwayat serangan

berulang, yaitu 4 orang (33,3%) pada kelompok umur 15-49 tahun dan 8 orang

(66,7%) pada kelompok umur ≥50 tahun.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diketahui

bahwa tabel 2 x 2 diatas tidak layak diuji dengan uji Chi-Square karena sel yang

nilai expected-nya kurang dari lima ada 25%. Oleh karena itu, uji yang dipakai

adalah uji alternatifnya, yaitu uji Fisher’s Exact.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Fisher’s Exact

diperoleh nilai p>0,05, artinya tidak terdapat perbedaan proporsi umur

berdasarkan riwayat serangan.

4.3.3 Jenis Kelamin Berdasarkan Faktor Pencetus

Proporsi jenis kelamin berdasarkan faktor pencetus penderita asma

bronkial dewasa yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-

2015 dapat dilihat pada tabel 4.11 di bawah ini.


42

Tabel 4.11 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Faktor Pencetus


Penderita Asma Bronkial Dewasa yang Dirawat Inap di RSUP H.
Adam Malik Medan Tahun 2014-2015
Jenis Kelamin Jumlah
Faktor
Laki-laki Perempuan
Pencetus f %
f % f %
Alergen 1 5,9 16 94,1 17 100
Non Alergen 21 42,9 28 57,1 49 100
p=0,005

Pada tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa ada 17 orang penderita asma

bronkial dengan faktor pencetus alergen, terdapat 1 orang (5,9%) pada jenis

kelamin laki-laki dan 16 orang (94,1%) pada jenis kelamin perempuan. Terdapat

49 orang penderita asma bronkial dengan faktor pencetus non alergen, yaitu 21

orang (42,9%) pada jenis kelamin laki-laki dan 28 orang (57,1%) pada jenis

kelamin perempuan.

Dari hasil analisa statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p<0,05,

artinya ada perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan faktor pencetus.

4.3.4 Jenis Kelamin Berdasarkan Riwayat Keluarga

Proporsi jenis kelamin berdasarkan riwayat keluarga penderita asma

bronkial dewasa yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun

2014-2015 dapat dilihat pada tabel 4.12 di bawah ini.

Tabel 4.12 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Riwayat


Keluarga Penderita Asma Bronkial Dewasa yang Dirawat Inap di
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 – 2015
Jenis Kelamin Jumlah
Riwayat
Laki-laki Perempuan
Keluarga f %
f % f %
Ada 3 21,4 11 78,6 14 100
Tidak 21 36,2 37 63,8 58 100
p=0,359
43

Pada tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa dari 14 orang penderita asma

bronkial dengan ada riwayat keluarga, terdapat 3 orang (21,4%) pada jenis

kelamin laki-laki dan 11 orang (78,6%) pada jenis kelamin perempuan. Terdapat

58 penderita asma bronkial dengan tidak ada riwayat keluarga, yaitu 21 orang

(36,2%) pada jenis kelamin laki-laki dan 37 orang (63,8%) pada jenis kelamin

perempuan.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diketahui

bahwa tabel 2 x 2 diatas tidak layak diuji dengan uji Chi-Square karena sel yang

nilai expected-nya kurang dari lima ada 25%. Oleh karena itu, uji yang dipakai

adalah uji alternatifnya, yaitu uji Fisher’s Exact.

Dari hasil analisa statistik dengan uji Fisher’s Exact diperoleh nilai

p>0,05, artinya tidak terdapat perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan

riwayat keluarga.

4.3.5 Jenis Kelamin Berdasarkan Riwayat Serangan


Proporsi jenis kelamin berdasarkan riwayat serangan penderita asma

bronkial dewasa yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun

2014-2015 dapat dilihat pada tabel 4.13 di bawah ini.

Tabel 4.13 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Riwayat


Serangan Penderita Asma Bronkial Dewasa yang Dirawat Inap di
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 - 2015
Jenis Kelamin Jumlah
Riwayat
Laki-laki Perempuan
Serangan f %
f % f %
Pertama 30 38,0 49 62,0 79 100
Berulang 3 25,0 9 75,0 12 100
p=0,525
44

Pada tabel 4.13 di atas dapat dilihat bahwa ada 79 orang penderita asma

bronkial dengan riwayat serangan pertama, terdapat 30 orang (38,0%) pada jenis

kelamin laki-laki dan ada 49 orang (62,0%) pada jenis kelamin perempuan.

Terdapat 12 orang penderita asma bronkial dengan riwayat serangan berulang,

yaitu 3 orang (25,0%) pada jenis kelamin laki-laki dan 9 orang (75,0%) pada jenis

kelamin perempuan.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diketahui

bahwa tabel 2 x 2 diatas tidak layak diuji dengan uji Chi-Square karena sel yang

nilai expected-nya kurang dari lima ada 25%. Oleh karena itu, uji yang dipakai

adalah uji alternatifnya, yaitu uji Fisher’s Exact.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Fisher’s Exact

diperoleh nilai p>0,05, artinya tidak terdapat perbedaan proporsi jenis kelamin

berdasarkan riwayat serangan.

4.3.6 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur

Lama Rawatan Rata-rata berdasarkan umur penderita asma bronkial

dewasa yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2015

dapat dilihat pada tabel 4.14 di bawah ini.

Tabel 4.14 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur Penderita Asma


Bronkial Dewasa yang Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2014-2015
Lama Rawatan Rata-rata
Umur
Mean SD
15-49 9,09 10,379
≥50 10,32 9,601

Pada tabel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa penderita asma bronkial pada

kelompok umur 15-49 tahun memiliki lama rawatan rata-rata 9,09 hari (9 hari)
45

dengan standar deviasi 10,379 hari. Penderita pada kelompok umur ≥50 tahun

memiliki lama rawatan rata-rata 10,32 hari (10 hari) dengan standar deviasi 9,601

hari.

Hasil uji Mann-Whitney didapatkan nilai p>0,05 (p=0,258), artinya tidak

ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata pada kelompok umur

15-49 tahun dan lama rawatan rata-rata pada kelompok umur ≥50 tahun.

4.3.7 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Jenis Kelamin


Lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis kelamin penderita asma bronkial

dewasa yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2015

dapat dilihat pada tabel 4.15 di bawah ini.

Tabel 4.15 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita


Asma Bronkial Dewasa yang Dirawat Inap di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2014-2015
Lama Rawatan Rata-rata
Jenis Kelamin
Mean SD
Laki-laki 11,21 10,688
Perempuan 9,09 9,365

Pada tabel 4.15 di atas dapat dilihat bahwa penderita asma bronkial pada

jenis kelamin laki-laki memiliki lama rawatan rata-rata 11,21 hari (11 hari)

dengan standar deviasi 10,688 hari. Penderita asma bronkial pada jenis kelamin

perempuan memiliki lama rawatan rata-rata 9,09 hari (9 hari) dengan standar

deviasi 9,365 hari.

Hasil uji Mann-Whitney didapatkan nilai p>0,05 (p=0,480), artinya tidak

ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata pada jenis kelamin

laki-laki dan lama rawatan rata-rata pada jenis kelamin perempuan.


BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Analisa Deskriptif

5.1.1 Distribusi Proporsi Umur dan Jenis Kelamin

Proporsi umur dan jenis kelamin penderita asma bronkial dewasa yang

dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015 dapat dilihat pada

gambar 5.1 di bawah ini.

Umur dan Jenis Kelamin

75+ 1,1% 5,2%


65-74 6,6% 17,2%
55-64 7,7% 24,1%
45-54 8,8% 24,1%
35-44 6,6% 20,7%
25-34 1,1% 3,4%
15-24 4,4% 5,2%
30 20 10 0 10 20 30

Perempuan Laki-laki

Gambar 5.1 Diagram Bar Proporsi Umur dan Jenis Kelamin Penderita
Asma Bronkial Dewasa yang Dirawat Inap di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2014-2015
Pada gambar 5.1 dapat dilihat jenis kelamin laki-laki mulai dari kelompok

umur 35-44 tahun mengalami peningkatan sampai kelompok umur 45-54 tahun,

dan setelahnya mengalami penurunan. Pada rentang umur yang mengalami

peningkatan penderita asma bronkial dapat dikaitkan dengan aktivitas yang

banyak dilakukan baik di dalam maupun di luar rumah.

Pada jenis kelamin perempuan mulai dari kelompok umur 35-44 tahun

mengalami peningkatan sampai kelompok umur 55-64 tahun dan terjadi

penurunan pada kelompok umur 65-74 tahun sampai kelompok umur 75+.

46
47

Terjadinya peningkatan pada kelompok umur 35-44 tahun sampai kelompok umur

55-64 tahun kemungkinan karena pada kelompok umur tersebut aktivitas

meningkat. Pada kelompok umur tersebut dapat dikaitkan dengan dengan kategori

pekerjaan dalam penelitian ini, paling banyak perempuan yang bekerja sebagai ibu

rumah tangga. Pada kelompok umur tersebut aktivitas perempuan yang tinggi

mengurus rumah tangga dapat menjadi faktor pencetus munculnya asma. Hal ini

juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Anriyani di RSUD Langsa tahun

2013, bahwa proporsi penderita asma bronkial yang dirawat inap di RSUD Langsa

lebih banyak perempuan daripada laki-laki.

Di masa kecil, jenis kelamin laki-laki merupakan faktor risiko untuk asma.

Sebelum usia 14 tahun, prevalensi asma hampir dua kali lebih besar pada anak

laki-laki dibandingkan anak perempuan. Setelah anak-anak tumbuh dewasa,

perbedaan prevalensi antara kedua jenis kelamin menyempit, dan pada orang

dewasa prevalensi asma lebih besar pada perempuan dibandingkan pada laki-laki.

Alasan untuk perbedaan yang berhubungan dengan jenis kelamin ini tidak jelas,

salah satu kontribusi yang berpotensi adalah perbedaan ukuran paru-paru dan

saluran napas, yang lebih kecil pada laki-laki daripada perempuan pada saat bayi

(GINA, 2016).
48

5.1.2 Distribusi Proporsi Berdasarkan Sosiodemografi

a. Suku

Proporsi penderita asma bronkial dewasa yang dirawat inap di RSUP H.

Adam Malik Medan tahun 2014-2015 berdasarkan suku dapat dilihat pada gambar

5.2 di bawah ini.

Suku
60 56,0%

50

40
30,8%
30

20
7,7%
10 3,3% 2,2%
0
Batak Tidak Tercatat Jawa Aceh Melayu

Gambar 5.2 Diagram Bar Proporsi Penderita Asma Bronkial Dewasa


Berdasarkan Suku yang Dirawat Inap di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2014-2015
Berdasarkan gambar 5.2 dapat dilihat bahwa proporsi penderita asma

bronkial paling banyak adalah Suku Batak 56,0%, kemudian Suku Jawa 7,7%,

Suku Aceh 3,3%, Suku Melayu 2,2%, sedangkan ada 30,8% suku penderita asma

bronkial yang tidak tercatat.

Hal ini bukan berarti Suku Batak memiliki risiko menderita asma bronkial,

tetapi hanya menunjukkan bahwa proporsi penderita asma bronkial yang berobat

ke Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan, lebih tinggi Suku Batak

(56,0%).
49

Adanya penderita yang tidak tercatat disebabkan karena pencatatan status

penderita di RSUP H. Adam Malik Medan yang tidak dilengkapi oleh petugas

kesehatan.

b. Pekerjaan

Proporsi penderita asma bronkial dewasa yang dirawat inap di RSUP H.

Adam Malik Medan tahun 2014-2015 berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada

gambar 5.3 di bawah ini.

Pekerjaan
35 29,7%
30 24,2%
25 20,9%
17,6%
20
15
10 3,3% 3,3%
5 1,1%
0

Gambar 5.3 Diagram Bar Proporsi Penderita Asma Bronkial Dewasa


Berdasarkan Pekerjaan yang Dirawat Inap di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2014-2015

Berdasarkan gambar 5.3 dapat dilihat bahwa proporsi penderita asma

bronkial berdasarkan pekerjaan paling banyak adalah ibu rumah tangga sebesar

29,7% dan proporsi terendah adalah pegawai swasta 1,1%.

Hal ini bukan berarti ibu rumah tangga lebih berisiko untuk menderita

asma bronkial. Pada proporsi pekerjaan ibu rumah tangga lebih tinggi karena pada

penelitian ini penderita asma bronkial ditemukan paling banyak pada perempuan

dan pada usia dewasa asma bronkial lebih banyak terjadi pada perempuan.
50

Hal ini kemungkinan bisa dikaitkan dengan debu rumah dan tungau yang

merupakan salah satu faktor pencetus asma bronkial yang bersifat alergen, dimana

aktivitas membersihkan rumah lebih sering dilakukan ibu rumah tangga, sehingga

dapat mencetuskan serta memperberat asma bronkial yang dideritanya. Tungau

debu rumah (Dermatophagoides pteronyssynus atau D. farinale) selalu terdapat

dalam debu rumah apalagi di daerah yang lembab. Berkembang biak sangat cepat

terutama di kamar tidur karena makanannya adalah serpih kulit manusia yang

terlepas sewaktu tidur (kulit manusia diganti dengan yang baru secara teratur)

(Sundaru, 2002). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anriyani di RSUD

Langsa tahun 2009-2012 dengan desain case series menemukan bahwa proporsi

tertinggi berdasarkan pekerjaan adalah pekerjaan ibu rumah tangga sebesar

44,8%, sedangkan proporsi penderita dengan pekerjaan wiraswata sebesar 20,4%,

pegawai (sipil, polri, TNI, pensiunan, dan honorer) sebesar 12,9%,

pelajar/mahasiswa sebesar 11,4%, tidak bekerja sebesar 7%, dan pegawai swasta

sebesar 3,5% (Anriyani, 2013).

Adanya penderita yang tidak tercatat disebabkan karena pencatatan status

penderita di RSUP H. Adam Malik Medan yang tidak dilengkapi oleh petugas

kesehatan.

c. Pendidikan

Proporsi penderita asma bronkial dewasa yang dirawat inap di RSUP H.

Adam Malik Medan tahun 2014-2015 berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada

gambar 5.4 di bawah ini.


51

Pendidikan
45 41,8%
40
35
30 25,3%
25
20 14,3%
15 12,1%
10 5,5%
5 1,1%
0
Tamat SMA Tidak Tamat SMP Tamat SD Tamat D1- Tidak
Tercatat D3/PT Sekolah

Gambar 5.4 Diagram Bar Proporsi Penderita Asma Bronkial Dewasa


Berdasarkan Pendidikan yang Dirawat Inap di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2014-2015
Berdasarkan gambar 5.4 diatas dapat dilihat bahwa proporsi tingkat

pendidikan terakhir penderita asma bronkial dewasa paling banyak adalah tingkat

Tamat SMA sebesar 41,8% dan proporsi terendah adalah tingkat Tidak Sekolah

dengan proporsi 1,1%. Proporsi yang Tidak Tercatat sebesar 25,3%. Tingginya

angka kejadian pada tingkat Tamat SMA bukan berarti pada tingkat pendidikan

tersebut lebih berisiko terkena asma bronkial tetapi karena penderita yang datang

berobat dan dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan lebih banyak yang

tingkat pendidikan terakhirnya adalah Tamat SMA.


52

d. Daerah asal/tempat tinggal

Proporsi penderita asma bronkial dewasa yang dirawat inap di RSUP H.

Adam Malik Medan tahun 2014-2015 berdasarkan daerah asal/tempat tinggal

dapat dilihat pada gambar 5.5 di bawah ini.

Daerah Asal/Tempat Tinggal

35,2%
Luar Kota Medan
Kota Medan
64,8%

Gambar 5.5 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial


Dewasa Berdasarkan Daerah Asal/Tempat Tinggal yang
Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun
2014-2015
Berdasarkan gambar 5.5 di atas dapat dilihat bahwa daerah asal/tempat

tinggal penderita asma bronkial paling banyak adalah berasal dari Luar Kota

Medan sebesar 64,8%, sedangkan yang berasal dari Kota Medan sebesar 35,2%.

Hal ini dapat dikaitkan dengan RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah

sakit pusat rujukan untuk wilayah Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh

Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau, sehingga banyak penderita asma bronkial

yang berasal dari Luar Kota Medan datang berobat ke RSUP H. Adam Malik

Medan.
53

5.1.3 Distribusi Proporsi Berdasarkan Faktor Pencetus

Proporsi penderita asma bronkial dewasa yang dirawat inap di RSUP H.

Adam Malik Medan tahun 2014-2015 berdasarkan faktor pencetus dapat dilihat

pada gambar 5.6 di bawah ini.

Faktor Pencetus

18,7%
Non Alergen
Tidak Tercatat
53,8%
27,5% Alergen

Gambar 5.6 Diagram Pie Proporsi Penderita Asma Bronkial Dewasa


Berdasarkan Faktor Pencetus yang Dirawat Inap di RSUP H.
Adam Malik Medan Tahun 2014-2015
Berdasarkan gambar 5.6 diatas dapat dilihat bahwa proporsi penderita

asma bronkial yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun

2014-2015 berdasarkan faktor pencetus yang paling sering memicu terjadinya

asma bronkial adalah non alergen (cuaca, aktivitas, dan merokok) sebanyak 53,8%

kemudian alergen (debu, makanan, dan obat) sebanyak 18,7%. Sedangkan ada

sebanyak 27,5% tidak tercatat faktor pencetus yang dialami oleh penderita asma

bronkial.

Adanya penderita yang tidak tercatat disebabkan karena pencatatan status

penderita di RSUP H. Adam Malik Medan yang tidak dilengkapi oleh petugas

kesehatan. Tingginya penderita asma bronkial berdasarkan faktor pencetus non


54

alergen dapat dikaitkan dengan usia pada penelitian ini, dimana usia 15-64 tahun

termasuk ke dalam usia produktif sehingga pada usia tersebut terdapat banyak

aktivitas individu baik di dalam maupun di luar rumah (BPS, 2016).

5.1.4 Distribusi Proporsi Berdasarkan Riwayat Serangan

Proporsi penderita asma bronkial dewasa yang dirawat inap di RSUP H.

Adam Malik Medan tahun 2014-2015 berdasarkan riwayat serangan dapat dilihat

pada gambar 5.7 di bawah ini.

Riwayat Serangan

13,2%

Serangan Berulang
Serangan Pertama

86,8%

Gambar 5.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial


Dewasa Berdasarkan Riwayat Serangan yang Dirawat Inap di
RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015
Berdasarkan gambar 5.7 diatas dapat dilihat bahwa proporsi penderita

asma bronkial yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun

2014-2015 berdasarkan riwayat serangan yang paling banyak adalah penderita

yang sebelumnya pernah mengalami serangan asma bronkial (86,8%) dan yang

tidak pernah mengalami serangan asma ada 13,2%.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Salma, 2005 di ruang

penyakit dalam Rumah Sakit Umum Dr. Fauziah Bireuen menemukan bahwa
55

penderita asma yang dirawat inap lebih banyak yang serangannya berulang

dengan proporsi sebesar 67,9%.

5.1.5 Distribusi Proporsi Berdasarkan Riwayat Keluarga


Proporsi penderita asma bronkial dewasa yang dirawat inap di RSUP H.

Adam Malik Medan tahun 2014-2015 berdasarkan riwayat keluarga dapat dilihat

pada gambar 5.8 di bawah ini.

Riwayat Keluarga

15,4%
Tidak Ada Riwayat Keluarga

20,9% Tidak Tercatat


63,7% Ada Riwayat Keluarga

Gambar 5.8 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial


Dewasa Berdasarkan Riwayat Keluarga yang Dirawat Inap di
RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015
Berdasarkan gambar 5.8 diatas dapat dilihat bahwa proporsi penderita

asma bronkial yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun

2014-2015 berdasarkan riwayat keluarga yang paling banyak adalah penderita

yang tidak ada riwayat keluarga pernah mengalami asma bronkial (63,7%) dan

yang ada riwayat keluarga menderita asma bronkial (15,4%). Sedangkan ada

sebanyak 20,9% penderita asma bronkial yang tidak tercatat riwayat keluarga ada

atau tidak ada yang menderita asma bronkial.


56

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dumbi, 2013 di Puskesmas

Dulalowo menemukan bahwa proporsi penderita asma yang datang berobat lebih

banyak yang tidak ada riwayat keluarga dengan proporsi sebesar 60%.

5.1.6 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Asma Bronkial Dewasa yang

Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2015

Lama rawatan rata-rata penderita asma bronkial dewasa yang dirawat inap

di RSUP H. Adam Malik Medan adalah 10 hari, dengan standar deviasi (SD)

9,860 hari, hal ini menunjukkan lama rawatan rata-rata penderita asma bronkial

dewasa bervariasi dimana minimum 1 hari dan maksimum 50 hari, dengan 95%

confidence interval artinya pada tingkat kepercayaan 95% lama rawatan rata-rata

penderita asma bronkial dewasa berada dalam rentang 7,8-11,91 hari.

5.1.7 Distribusi Proporsi Berdasarkan Sumber Biaya


Proporsi penderita asma bronkial dewasa yang dirawat inap di RSUP H.

Adam Malik Medan tahun 2014-2015 berdasarkan sumber biaya dapat dilihat

pada gambar 5.9 di bawah ini.


57

Sumber Biaya
6,6%

Bukan Biaya Sendiri


Biaya Sendiri

93,4%

Gambar 5.9 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial


Dewasa Berdasarkan Sumber Biaya yang Dirawat Inap di
RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015
Berdasarkan gambar 5.9 di atas dapat dilihat bahwa proporsi sumber biaya

yang paling banyak digunakan penderita Asma Bronkial Dewasa yang Dirawat

Inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015 adalah bukan

menggunakan biaya sendiri ada 85 orang (93,4%) dan yang menggunakan biaya

sendiri ada 6 orang (6,6%).

Tersedianya asuransi-asuransi kesehatan untuk pegawai negeri, pegawai

swasta dan pasien dengan pekerjaan lainnya sangat membantu dalam hal

meringankan biaya pengobatan bagi pasien penderita asma bronkial. Beberapa

jenis asuransi kesehatan yang digunakan penderita asma bronkial yang dirawat

inap di RSUP H. Adam Malik Medan adalah BPJS, Askes, Jamkesmas,

Jamsostek, TNI/POLRI.

Meskipun demikian masih ada penderita asma bronkial yang dirawat inap

di RSUP H. Adam Malik yang membiayai sendiri pengobatannya. Pekerjaan


58

penderita yang membiayai sendiri pengobatannya adalah ibu rumah tangga,

pelajar/mahasiswa, dan tidak bekerja.

5.1.8 Distribusi Proporsi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita asma bronkial dewasa yang dirawat inap di RSUP H.

Adam Malik Medan tahun 2014-2015 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat

dilihat pada gambar 5.10 di bawah ini.

Keadaan Sewaktu Pulang

6,6%
4,4%
Pulang Berobat Jalan (PBJ)

Meninggal

Pulang Atas Permintaan


89,0% Sendiri (PAPS)

Gambar 5.10 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial


Dewasa Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat
Inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015
Berdasarkan gambar 5.10 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita

Asma Bronkial Dewasa yang Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun

2014-2015 berdasarkan keadaan sewaktu pulang, yang paling banyak adalah

pulang berobat jalan sebesar 89,0%, meninggal 6,6%, dan pulang atas permintaan

sendiri 4,4%.

Tingginya proporsi yang pulang berobat jalan, kemungkinan keadaan

penderita sudah dinyatakan membaik oleh dokter yang merawat dan tetap

dilanjutkan dengan pengobatan rawat jalan agar keadaan penderita terus terkontrol
59

dengan baik. Pada penderita yang pulang atas permintaan sendiri, kemungkinan

penderita merasa sembuh sehingga dari kondisi tersebut penderita menghentikan

sendiri pengobatannya di rumah sakit dan meminta izin untuk pulang kepada

dokter yang merawat dan kondisi pasien memungkinkan untuk dirawat jalan. Pada

data dapat dilihat bahwa ada 6 orang penderita asma bronkial yang meninggal, hal

itu disebabkan karena 1 orang penderita menderita sakit jantung dan 5 orang

penderita mengalami status asmatikus. Status asmatikus adalah keadaan darurat

medis berupa serangan asma berat yang semakin berat dan refrakter setelah diberi

obat 1-2 jam untuk serangan asma akut. Dimana pada penderita status asmatikus

terjadi penyumbatan jalan napas. Keluhan pokok status asmatikus sama dengan

asma akut, namun lebih berat (Mubin, 2014).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Anriyani di

RSUD Langsa tahun 2009-2012 didapat proporsi penderita asma bronkial

tertinggi berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah pulang berobat jalan (PBJ)

sebesar 88,1% (Anriyani, 2013).

5.2 Analisa Statistik

5.2.1 Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Riwayat Keluarga

Proporsi umur berdasarkan riwayat keluarga penderita asma bronkial

dewasa yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015

dapat dilihat pada gambar 5.11 di bawah ini.


60

Umur Berdasarkan Riwayat Keluarga


70 65,5%
60 57,1%

50 42,9%
40 34,5%
15-49
30
≥50
20
10
0
Ada Tidak Ada

Gambar 5.11 Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Riwayat


Keluarga Penderita Asma Bronkial Dewasa yang Dirawat Inap
di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015
Berdasarkan gambar 5.11 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita

asma bronkial dewasa yang ada riwayat keluarga pada kelompok umur 15-49

tahun sebesar 57,1% dan pada kelompok umur ≥50 tahun sebesar 42,9%. Proporsi

penderita asma bronkial dewasa yang tidak ada riwayat keluarga pada kelompok

umur 15-49 tahun sebesar 34,5% dan pada kelompok umur ≥50 tahun sebesar

65,5%. Hasil uji Chi-Square didapat nilai p>0,05 (p=0,119), artinya tidak terdapat

perbedaan proporsi umur berdasarkan riwayat keluarga.

Pada penderita asma bronkial, riwayat keluarga yang diturunkan adalah

bakat alergi dan hipersensitifitas saluran pernafasan (GINA, 2016). Riwayat

keluarga tersebut dapat diturunkan pada jenis kelamin laki-laki maupun

perempuan dan dapat dialami pada saat anak-anak maupun dewasa. Penyakit

alergi didapatkan pada usia yang berbeda-beda, contohnya alergi makanan dan

eksim terutama pada anak-anak (Dinajani, 2008).


61

5.2.2 Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Riwayat Serangan

Proporsi umur berdasarkan riwayat serangan penderita asma bronkial

dewasa yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015

dapat dilihat pada gambar 5.12 di bawah ini.

Umur Berdasarkan Riwayat Serangan


80
66,7%
70 62,0%
60
50
38,0% 15-49
40 33,3%
30 ≥50
20
10
0
Pertama Berulang

Gambar 5.12 Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Riwayat


Serangan Penderita Asma Bronkial Dewasa yang Dirawat Inap
di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015
Berdasarkan gambar 5.12 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita

asma bronkial dewasa yang mengalami serangan pertama pada kelompok umur

15-49 tahun sebesar 38,0% dan pada kelompok umur ≥50 tahun sebesar 62,0%.

Proporsi penderita asma bronkial dewasa yang mengalami serangan berulang pada

kelompok umur 15-49 tahun sebesar 33,3% dan pada kelompok umur ≥50 tahun

sebesar 66,7%. Hasil uji Fisher’s Exact Test diperoleh nilai p>0,05 (p=1,000),

artinya tidak terdapat perbedaan proporsi umur berdasarkan riwayat serangan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tobing, 2002 di RSUP H.

Adam Malik Medan menemukan bahwa berdasarkan hasil uji Chi-Square


62

diperoleh p=0,318, artinya tidak terdapat perbedaan proporsi umur berdasarkan

riwayat serangan.

5.2.3 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Faktor Pencetus

Proporsi jenis kelamin berdasarkan faktor pencetus penderita asma

bronkial dewasa yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun

2014-2015 dapat dilihat pada gambar 5.13 di bawah ini.

Jenis Kelamin Berdasarkan Faktor Pencetus


100 94,1%

80
57,1%
60
42,9% Laki-laki
40 Perempuan

20
5,9%
0
Alergen Non Alergen

Gambar 5.13 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan


Faktor Pencetus Penderita Asma Bronkial Dewasa yang
Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-
2015
Berdasarkan gambar 5.13 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita

asma bronkial dewasa pada jenis kelamin laki-laki yang faktor pencetus asmanya

alergen sebesar 5,9% dan yang faktor pencetusnya non alergen sebesar 42,9%.

Pada jenis kelamin perempuan yang faktor pencetus asmanya alergen sebesar

94,1% dan yang faktor pencetus asmanya non alergen sebesar 57,1%. Hasil uji

Chi-Square didapat nilai p<0,05 (p=0,005) artinya ada perbedaan proporsi antara

jenis berdasarkan dengan faktor pencetus.


63

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hutasoit, 2004 di RSU

Lubuk Pakam menemukan bahwa berdasarkan uji Chi-Square diperoleh nilai

p=0,0001, artinya tidak terdapat perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan

faktor pencetus.

Proporsi penderita asma bronkial pada jenis kelamin perempuan

merupakan yang tertinggi pada faktor alergen dan non alergen, hal ini

kemungkinan berhubungan dengan usia pada penelitian ini, yaitu usia dewasa.

Dimana pada orang dewasa prevalensi asma bronkial lebih besar pada perempuan

dibandingkan pada laki-laki. Sebelum usia 14 tahun, prevalensi asma hampir dua

kali lebih besar pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan (GINA, 2016).

5.2.4 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Riwayat Keluarga

Proporsi jenis kelamin berdasarkan riwayat keluarga penderita asma

bronkial dewasa yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun

2014-2015 dapat dilihat pada gambar 5.14 di bawah ini.

Jenis Kelamin Berdasarkan Riwayat Keluarga


90
78,6%
80
70 63,8%
60
50 Laki-laki
40 36,2%
30 Perempuan
21,4%
20
10
0
Ada Tidak Ada

Gambar 5.14 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan


Riwayat Keluarga Penderita Asma Bronkial Dewasa yang
Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun
2014-2015
64

Berdasarkan gambar 5.14 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita

asma bronkial dewasa yang ada riwayat keluarga pada jenis kelamin laki-laki

sebesar 21,4% dan pada jenis kelamin perempuan sebesar 78,6%. Proporsi

penderita asma bronkial dewasa yang tidak ada riwayat keluarga pada jenis

kelamin laki-laki sebesar 36,2% dan pada jenis kelamin perempuan sebesar

63,8%. Hasil uji Fisher’s Exact Test diperoleh nilai p>0,05 (p=0,359), artinya

tidak terdapat perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan riwayat keluarga.

Pada penderita asma bronkial, riwayat keluarga yang diturunkan adalah

bakat alergi dan hipersensitifitas saluran pernafasan (GINA, 2016). Riwayat

keluarga dapat diturunkan kepada anggota keluarga dengan jenis kelamin laki-laki

maupun perempuan. Sehingga, tidak ditemukan perbedaan proporsi jenis kelamin

berdasarkan riwayat keluarga.

5.2.5 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Riwayat Serangan

Proporsi jenis kelamin berdasarkan riwayat serangan penderita asma

bronkial dewasa yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun

2014-2015 dapat dilihat pada gambar 5.15 di bawah ini.


65

Jenis Kelamin Berdasarkan Riwayat Serangan


80 75,0%
70 62,0%
60
50
38,0% Laki-laki
40
30 25,0% Perempuan
20
10
0
Pertama Berulang

Gambar 5.15 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan


Riwayat Serangan Penderita Asma Bronkial Dewasa yang
Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun
2014-2015
Berdasarkan gambar 5.15 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita

asma bronkial dewasa yang mengalami serangan asma pertama pada jenis kelamin

laki-laki sebesar 38,0% dan pada jenis kelamin perempuan 62,0%. Proporsi

penderita asma bronkial dewasa yang mengalami serangan asma berulang pada

jenis kelamin laki-laki sebesar 25,0% dan pada jenis kelamin perempuan 75,0%.

Hasil uji Fisher’s Exact Test diperoleh nilai p>0,05 (p=0,525), artinya tidak

terdapat perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan riwayat serangan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sipayung, 2005 di Bagian

Penyakit Dalam RSU Dr. Pirngadi Medan menemukan bahwa berdasarkan analisa

statistik dengan uji t-test diperoleh nilai p=0,078, artinya tidak ada perbedaan

lama rawatan rata-rata berdasarkan umur penderita asma bronkial.


66

5.2.6 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur

Lama rawatan rata-rata berdasarkan umur penderita asma bronkial dewasa

yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015 dapat dilihat

pada gambar 5.16 di bawah ini.

Mean

≥50 10,32

Mean

15-49 9,09

0 2 4 6 8 10 12

Gambar 5.16 Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur


Penderita Asma Bronkial Dewasa yang Dirawat Inap di RSUP
H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015
Berdasarkan gambar 5.16 di atas dapat dilihat bahwa terdapat 57 penderita

asma bronkial yang berumur ≥50 tahun, lama rawatan rata-rata 10,32 hari (10

hari) dan terdapat 34 orang penderita yang berumur 15-49 tahun, lama rawatan

rata-rata 9,09 hari (9 hari).

Dari hasil uji Mann-Whitney didapat nilai p>0,05 (p=0,258), artinya tidak

ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata pada kelompok umur

15-49 tahun dan lama rawatan rata-rata pada kelompok umur ≥50 tahun.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sipayung, 2005 di Bagian

Penyakit Dalam RSU Dr. Pirngadi Medan menemukan bahwa berdasarkan analisa
67

statistik dengan uji t-test diperoleh nilai p=0,078, artinya tidak ada perbedaan

lama rawatan rata-rata berdasarkan umur penderita asma bronkial.

5.2.7 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Jenis Kelamin

Lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis kelamin penderita asma bronkial

dewasa yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015

dapat dilihat pada gambar 5.17 di bawah ini.

Mean

Perempuan 9,09

Mean

Laki-laki 11,21

0 2 4 6 8 10 12

Gambar 5.17 Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Jenis


Kelamin Penderita Asma Bronkial Dewasa yang Dirawat Inap
di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015
Berdasarkan gambar 5.17 di atas dapat dilihat bahwa terdapat 33 orang

penderita asma bronkial yang berjenis kelamin laki-laki, lama rawatan rata-rata

11,21 hari (11 hari) dan terdapat 58 orang penderita yang berjenis kelamin

perempuan, lama rawatan rata-rata 9,09 hari (9 hari).

Dari hasil uji Mann-Whitney didapat nilai p>0,05 (p=0,480), artinya tidak

ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata pada jenis kelamin

laki-laki dan lama rawatan rata-rata pada jenis kelamin perempuan.


68

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sipayung, 2005 di Bagian

Penyakit Dalam RSU Dr. Pirngadi Medan menemukan bahwa berdasarkan analisa

statistik dengan uji t-test diperoleh nilai p=0,341, artinya tidak ada perbedaan

lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis kelamin penderita asma bronkial.


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Proporsi kelompok laki-laki tertinggi terdapat pada umur 45-54 tahun

(24,2%) dan proporsi kelompok perempuan tertinggi terdapat pada umur

45-54 tahun (24,1%) dan umur 55-64 tahun (24,1%). Proporsi penderita

asma bronkial dewasa yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik

Medan Tahun 2014-2015 berdasarkan sosiodemografi yang tertinggi

yaitu Suku Batak 56,0%, pekerjaan ibu rumah tangga 29,7%, pendidikan

terakhir Tamat SMA 41,8%, dan berasal dari Luar Kota Medan 64,8%.

6.1.2 Proporsi penderita asma bronkial dewasa yang dirawat inap di RSUP H.

Adam Malik Medan Tahun 2014-2015 berdasarkan faktor pencetus

tertinggi adalah non alergen (53,8%).

6.1.3 Proporsi penderita asma bronkial dewasa yang dirawat inap di RSUP H.

Adam Malik Medan Tahun 2014-2015 berdasarkan riwayat serangan

tertinggi adalah serangan berulang (86,8%).

6.1.4 Proporsi penderita asma bronkial dewasa yang dirawat inap di RSUP H.

Adam Malik Tahun 2014-2015 berdasarkan riwayat keluarga tertinggi

adalah tidak ada riwayat keluarga menderita asma bronkial (63,7%).

6.1.5 Lama rawatan rata-rata penderita asma bronkial dewasa yang dirawat

inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014-2015 selama 9,86 hari

(10 hari).

6.1.6 Proporsi penderita asma bronkial dewasa berdasarkan sumber biaya

tertinggi adalah bukan biaya sendiri yaitu 93,4%.

69
70

6.1.7 Proporsi penderita asma bronkial dewasa berdasarkan keadaan sewaktu

pulang tertinggi adalah pulang berobat jalan (PBJ) yaitu 89,0%.

6.1.8 Tidak terdapat perbedaan proporsi umur berdasarkan riwayat keluarga

(p=0,119), umur berdasarkan riwayat serangan (p=1,000), jenis kelamin

berdasarkan riwayat keluarga (p=0,359), jenis kelamin berdasarkan

riwayat serangan (p=0,525), lama rawatan rata-rata berdasarkan

kelompok umur (p=0,258), lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis

kelamin (p=0,480).

6.1.9 Ada perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan faktor pencetus

(p=0,005).

6.1.10 Pencatatan suku, pekerjaan, pendidikan, faktor pencetus, dan riwayat

keluarga tidak lengkap.

6.2 Saran

6.2.1 Kepada pihak RSUP H. Adam Malik Medan sebaiknya melengkapi data-

data rekam medik pasien oleh petugas, seperti suku, pekerjaan,

pendidikan, faktor pencetus, dan riwayat keluarga. Perlu dilakukan

penyuluhan tentang asma dan alergi sehingga penderita asma bronkial

mendapat informasi dan pengetahuan yang luas dalam pencegahan dan

mengontrol penyakit asma dengan baik.

6.2.2 Kepada penderita asma bronkial, baik yang pulang berobat jalan (PBJ)

maupun yang pulang atas permintaan sendiri (PAPS) diharapkan untuk

selalu mengontrol penyakitnya dan menghindari faktor pencetus asma,


71

khususnya bagi Ibu Rumah Tangga untuk menjaga kebersihan rumah dari

debu dan alergen lain yang dapat memicu terjadinya serangan Asma.

6.2.3 Kepada FKM USU, supaya dapat membuat komisi etika clearance untuk

keperluan penelitian mahasiswa.


DAFTAR PUSTAKA

Anriyani D., 2013. Karakteristik Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di


RSUD Langsa Tahun 2009-2012, Skripsi Mahasiswa FKM USU-
Medan.
Ayres J., 2003. Seri Kesehatan Bimbingan Dokter pada Asma, Dian Rakyat,
Jakarta.
BPS, 2016. Istilah, http://bps.go.id. Diakses November 2016
Bull E., Price D., 2007. Asma, Erlangga, Jakarta.
Clark, M.V., 2013. Asma : panduan penatalaksanaan klinis. Penterjemah :
Aryana D, EGC, Jakarta.
Danusantoso H., 2012. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru Edisi 2, EGC, Jakarta.
Depkes, 2009. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2007, CV Dimas Jaya, Jakarta.
, 2009. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma,
http://perpustakaan.depkes.go.id. Diakses Juli 2016
Dinajani A.H., 2008. Penatalaksanaan Penyakit Alergi Edisi Kedua, FKUI,
Jakarta
Dumbi, S.A.N., 2013. Faktor Risiko Penyebab Asma Bronkial (Suatu
Penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Dulalowo), Skripsi
Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri
Gorontalo-Gorontalo.
GINA, 2016. Global Strategy for Asthma Management and Prevention,
http://ginasthma.org/, Diakses Juli 2016
Hutasoit, L., 2004. Karakteristik Penderita Asma Bronkial Dewasa Rawat
Inap di RSU Lubuk Pakam Tahun 1999-2003, Skripsi Mahasiswa
FKM USU-Medan
Irianto K., 2014. Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular
Panduan Klinis, Alfabeta, Bandung.
ISAAC, 2010. ISAAC (International Study of Asthma ang Allergies in
Childhood), http://isaac.auckland.ac.nz/. Diakses Juli 2016
Junaidi I., 2010. Penyakit Paru dan Saluran Napas Cara Mudah Mengetahui,
Mencegah, dan Mengobatinya, PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok
Gramedia, Jakarta.
Mubin H., 2014. Panduan Praktis Kedaruratan Penyakit Dalam Diagnosis
dan Terapi, EGC, Jakarta.
Mumpuni Y., Wulandari A., 2013. Cara Jitu Mengatasi Asma Pada Anak dan
Dewasa, Rapha Publishing, Yogyakarta.
Rab T., 2010. Ilmu Penyakit Paru, TIM, Jakarta.
Notoatmojo S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta.
Riskesdas, 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013,
http://www.depkes.go.id/ . Diakses Juli 2016
Rohan H.H., Suprapto S.I., 2014. Patologi dan Patofisiologi Penyakit, Nuha
Medika, Yogyakarta.
RSHAM, 2016. Tentang RSUP HAM, http://www.rsham.co.id , Diakses
November 2016
Salma, 2005. Karakteristik Penderita Asma Bronkhial Rawat Inap di Ruang
Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Dr. Fauziah Bireuen Tahun
2002-2003, Skripsi FKM, USU-Medan.
Sipayung J., 2005. Karakteristik Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di
Bagian Penyakit Dalam RSU Pirngadi Medan Tahun 2002-2003,
Skripsi FKM, USU-Medan.
Sundaru H., 2002. Asma : Apa dan bagaimana pengobatannya? Edisi IV,
FKUI, Jakarta.
., Sukamto, 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V,
Interna Publishing, Jakarta.
Tobing M.D.L., 2002. Karakteristik Penderita Asma Bronkial Dewasa Rawat
Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 1999-2001, Skripsi
FKM, USU-Medan.
West J.B., 2010. Patofisiologi Paru Esensial Edisi 6, EGC, Jakarta.
WHO, 2016. Asthma, http://www.who.int/ , Diakses Juli 2016
MASTER DATA

No Umur UmurUni UmurBi JK Suku Pekerjaan Pendidikan TT FktPencetus JnsPencetus RwySerangan RwyKeluarga LmDirwt SbrBiaya KSP
1 55 5 2 2 2 4 3 1 2 4 1 2 14 1 1
2 36 3 1 2 5 7 6 2 1 1 1 2 8 1 1
3 24 1 1 1 5 6 4 1 3 11 1 1 4 1 1
4 21 1 1 1 5 6 3 1 2 6 1 2 4 1 1
5 19 1 1 2 5 5 4 2 2 5 1 2 1 1 1
6 57 5 2 2 2 7 6 2 1 1 1 2 3 1 1
7 53 4 2 2 2 7 5 1 2 5 1 2 8 2 1
8 70 6 2 1 4 7 5 1 3 11 1 2 27 2 1
9 49 4 1 2 2 1 6 2 1 1 1 2 27 2 1
10 60 5 2 2 2 4 3 1 1 1 1 1 4 2 1
11 70 6 2 2 2 1 2 1 3 11 1 3 50 2 1
12 69 6 2 2 5 4 4 1 3 11 1 2 5 2 3
13 47 4 1 1 2 1 4 1 2 5 1 2 4 2 1
14 61 5 2 2 2 1 4 1 2 7 1 2 5 2 1
15 66 6 2 2 2 1 4 1 1 1 1 2 2 2 1
16 70 6 2 2 2 4 2 2 2 5 1 3 4 2 1
17 75 7 2 2 2 4 4 2 2 5 1 2 5 2 1
18 54 4 2 1 5 1 4 1 2 4 1 2 10 2 1
19 51 4 2 2 2 4 4 2 2 5 1 2 8 2 1
20 71 6 2 2 2 1 4 1 1 1 1 2 5 2 1
21 50 4 2 2 2 1 4 1 1 2 1 1 6 2 1
22 70 6 2 2 1 7 6 1 1 1 1 2 6 2 1
23 60 5 2 1 5 7 4 2 3 11 1 2 5 2 1
24 66 6 2 1 1 1 4 2 3 11 2 2 34 2 1
25 93 7 2 2 2 4 2 1 3 11 1 1 15 2 1
26 66 6 2 1 2 1 4 2 2 9 2 2 8 2 1
27 38 3 1 1 2 3 4 1 3 11 1 2 6 2 1
28 60 5 2 2 2 3 4 2 2 5 1 2 10 2 3
29 71 6 2 2 2 7 6 2 1 1 1 2 13 2 1
30 73 6 2 2 5 3 4 2 3 11 2 2 22 2 1
31 30 2 1 2 2 1 4 2 2 7 1 1 10 2 1
32 65 6 2 2 2 4 4 1 3 11 1 2 4 2 3
33 52 4 2 1 2 3 4 2 3 11 1 2 9 2 1
34 64 5 2 2 3 4 6 2 1 1 1 3 6 2 1
35 53 4 2 2 2 4 6 2 2 7 1 3 2 2 1
36 56 5 2 1 4 3 4 2 3 11 1 3 27 2 1
37 62 5 2 2 2 4 3 2 3 11 2 2 2 2 2
38 53 4 2 1 2 1 5 2 1 3 1 3 2 2 2
39 32 2 1 1 3 1 5 2 3 11 1 2 8 2 1
40 61 5 2 2 2 1 4 2 3 11 2 2 2 2 1
41 35 3 1 2 3 4 6 1 2 7 1 1 4 2 1
42 73 6 2 1 2 1 5 1 2 5 1 2 2 2 2
43 44 3 1 2 2 7 6 2 2 7 1 3 5 2 1
44 60 5 2 2 5 4 2 1 3 11 1 3 15 2 1
45 61 5 2 2 2 3 4 2 3 11 2 2 7 2 1
46 42 3 1 2 3 4 3 1 2 5 1 3 8 2 1
47 44 3 1 2 5 4 3 2 3 11 2 2 4 2 1
48 42 3 1 2 5 4 3 2 3 11 1 2 6 2 1
49 64 5 2 1 5 7 6 2 2 4 1 3 5 2 1
50 37 3 1 2 2 3 1 2 2 6 2 2 6 2 1
51 18 1 1 1 5 7 6 2 2 5 1 1 21 2 1
52 56 5 2 1 2 7 6 2 2 7 1 3 27 2 1
53 63 5 2 1 2 3 2 2 2 6 1 3 9 2 1
54 38 3 1 1 5 7 6 2 2 7 1 3 7 2 1
55 69 6 2 1 2 3 3 2 3 11 1 2 27 2 1
56 18 1 1 2 5 5 4 1 1 1 1 1 5 2 1
57 50 4 2 1 5 7 6 1 2 7 1 2 5 2 1
58 54 4 2 1 2 3 2 2 3 11 1 2 7 2 2
59 53 4 2 2 5 7 6 2 2 7 1 2 5 2 1
60 52 4 2 2 5 4 4 1 2 4 1 2 20 2 1
61 38 3 1 2 5 4 3 2 1 2 1 2 5 2 1
62 52 4 2 2 1 4 2 2 2 7 1 2 9 2 1
63 36 3 1 2 2 4 3 2 2 7 1 2 10 2 1
64 39 3 1 1 5 6 3 1 2 4 1 2 10 2 1
65 46 4 1 1 5 3 4 1 2 5 1 2 5 2 1
66 35 3 1 2 5 4 6 1 2 4 1 2 4 2 1
67 62 5 2 2 3 4 6 2 2 4 1 2 4 2 1
68 51 4 2 2 2 3 4 1 1 1 1 1 11 2 1
69 58 5 2 2 2 4 2 2 2 5 1 1 12 2 1
70 56 5 2 1 2 3 2 2 2 9 1 2 8 2 1
71 75 7 2 1 2 3 4 2 2 7 1 2 13 2 1
72 51 4 2 2 5 4 3 2 2 7 1 3 6 2 1
73 47 4 1 2 3 4 6 2 2 4 1 3 8 2 1
74 46 4 1 2 2 7 6 1 1 1 1 3 45 2 1
75 50 4 2 1 5 3 4 2 2 4 1 3 17 2 1
76 23 1 1 2 5 5 4 1 1 1 1 1 15 2 1
77 74 6 2 1 2 7 6 2 2 7 1 3 1 2 1
78 24 1 1 1 5 3 4 2 2 8 1 1 44 2 1
79 55 5 2 2 2 3 4 2 2 7 2 1 4 2 1
80 71 6 2 2 2 3 3 2 2 7 1 2 29 2 3
81 40 3 1 1 2 3 4 2 2 10 1 3 2 2 3
82 36 3 1 2 2 7 6 2 1 1 1 2 4 2 1
83 36 3 1 1 3 7 6 2 2 5 1 2 4 2 1
84 55 5 2 1 2 2 4 2 2 6 1 2 4 2 1
85 50 4 2 2 2 7 6 2 2 7 1 2 5 2 1
86 33 2 1 2 5 4 4 2 3 11 1 2 5 2 1
87 42 3 1 1 2 3 2 2 3 11 2 2 4 2 3
88 46 4 1 2 5 4 4 2 2 7 1 1 4 2 1
89 85 7 2 2 2 3 2 2 3 11 2 2 9 2 1
90 43 3 1 2 2 3 4 2 2 5 2 2 2 2 1
91 59 5 2 2 2 1 4 1 3 11 1 2 4 2 1
Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kelompok Umur * JK 91 100.0% 0 .0% 91 100.0%

Kelompok Umur * JK Crosstabulation

JK

Laki-laki Perempuan Total

Kelompok Umur 15-24 Count 4 3 7

Expected Count 2.5 4.5 7.0

% within Kelompok Umur 57.1% 42.9% 100.0%

% within JK 12.1% 5.2% 7.7%

% of Total 4.4% 3.3% 7.7%

25-34 Count 1 2 3

Expected Count 1.1 1.9 3.0

% within Kelompok Umur 33.3% 66.7% 100.0%

% within JK 3.0% 3.4% 3.3%

% of Total 1.1% 2.2% 3.3%

35-44 Count 6 12 18

Expected Count 6.5 11.5 18.0

% within Kelompok Umur 33.3% 66.7% 100.0%

% within JK 18.2% 20.7% 19.8%

% of Total 6.6% 13.2% 19.8%

45-54 Count 8 14 22

Expected Count 8.0 14.0 22.0

% within Kelompok Umur 36.4% 63.6% 100.0%

% within JK 24.2% 24.1% 24.2%

% of Total 8.8% 15.4% 24.2%

55-64 Count 7 14 21
Expected Count 7.6 13.4 21.0

% within Kelompok Umur 33.3% 66.7% 100.0%

% within JK 21.2% 24.1% 23.1%

% of Total 7.7% 15.4% 23.1%

65-74 Count 6 10 16

Expected Count 5.8 10.2 16.0

% within Kelompok Umur 37.5% 62.5% 100.0%

% within JK 18.2% 17.2% 17.6%

% of Total 6.6% 11.0% 17.6%

75+ Count 1 3 4

Expected Count 1.5 2.5 4.0

% within Kelompok Umur 25.0% 75.0% 100.0%

% within JK 3.0% 5.2% 4.4%

% of Total 1.1% 3.3% 4.4%

Total Count 33 58 91

Expected Count 33.0 58.0 91.0

% within Kelompok Umur 36.3% 63.7% 100.0%

% within JK 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 36.3% 63.7% 100.0%

Frequencies
Statistics

Valid Missing

Suku 91 0

Pekerjaan 91 0

Pendidikan 91 0

Tempat_tinggal 91 0

Faktor_pencetus 91 0

Jenis_pencetus 91 0

Riwayat_serangan 91 0
Riwayat_keluarga 91 0

Lama_dirawat 91 0

Sumber_biaya 91 0

Keadaan_pulang 91 0
Frequency Table
Suku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Aceh 3 3.3 3.3 3.3

Batak 51 56.0 56.0 59.3

Jawa 7 7.7 7.7 67.0

Melayu 2 2.2 2.2 69.2

Tidak Tercatat 28 30.8 30.8 100.0

Total 91 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Pegawai Negeri (Sipil, TNI, 16 17.6 17.6 17.6


Polri, Pensiunan)

Pegawai Swasta 1 1.1 1.1 18.7

Wiraswasta 22 24.2 24.2 42.9

IRT 27 29.7 29.7 72.5

Pelajar/Mahasiswa 3 3.3 3.3 75.8

Tidak Bekerja 3 3.3 3.3 79.1

Tidak Tercatat 19 20.9 20.9 100.0

Total 91 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Sekolah 1 1.1 1.1 1.1

Tamat SD 11 12.1 12.1 13.2

Tamat SMP 13 14.3 14.3 27.5

Tamat SMA 38 41.8 41.8 69.2


Tamat D1-D3/PT 5 5.5 5.5 74.7

Tidak Tercatat 23 25.3 25.3 100.0

Total 91 100.0 100.0

Tempat_tinggal

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Medan 32 35.2 35.2 35.2

Luar Medan 59 64.8 64.8 100.0

Total 91 100.0 100.0

Faktor_pencetus

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Alergen 17 18.7 18.7 18.7

Non Alergen 49 53.8 53.8 72.5

Tidak Tercatat 25 27.5 27.5 100.0

Total 91 100.0 100.0

Jenis_pencetus

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Debu 14 15.4 15.4 15.4

Makanan 2 2.2 2.2 17.6

Obat 1 1.1 1.1 18.7

Cuaca 9 9.9 9.9 28.6

Aktivitas 14 15.4 15.4 44.0

Merokok 4 4.4 4.4 48.4

Cuaca dan Aktivitas 18 19.8 19.8 68.1

Cuaca dan Merokok 1 1.1 1.1 69.2

Aktivitas dan Merokok 2 2.2 2.2 71.4

Cuaca, Aktivitas dan Merokok 1 1.1 1.1 72.5

Tidak Tercatat 25 27.5 27.5 100.0

Total 91 100.0 100.0


Riwayat_serangan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Serangan Berulang 79 86.8 86.8 86.8

Serangan Pertama 12 13.2 13.2 100.0

Total 91 100.0 100.0

Riwayat_keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ada Riwayat Keluarga 14 15.4 15.4 15.4

Tidak Ada Riwayat Keluarga 58 63.7 63.7 79.1

Tidak Tercatat 19 20.9 20.9 100.0

Total 91 100.0 100.0

Lama_dirawat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 2 2.2 2.2 2.2

2 8 8.8 8.8 11.0

3 1 1.1 1.1 12.1

4 17 18.7 18.7 30.8

5 14 15.4 15.4 46.2

6 7 7.7 7.7 53.8

7 3 3.3 3.3 57.1

8 8 8.8 8.8 65.9

9 4 4.4 4.4 70.3

10 5 5.5 5.5 75.8

11 1 1.1 1.1 76.9

12 1 1.1 1.1 78.0

13 2 2.2 2.2 80.2

14 1 1.1 1.1 81.3

15 3 3.3 3.3 84.6

17 1 1.1 1.1 85.7

20 1 1.1 1.1 86.8


21 1 1.1 1.1 87.9

22 1 1.1 1.1 89.0

27 5 5.5 5.5 94.5

29 1 1.1 1.1 95.6

34 1 1.1 1.1 96.7

44 1 1.1 1.1 97.8

45 1 1.1 1.1 98.9

50 1 1.1 1.1 100.0

Total 91 100.0 100.0

Sumber_biaya

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Biaya Sendiri 6 6.6 6.6 6.6

Bukan Biaya Sendiri 85 93.4 93.4 100.0

Total 91 100.0 100.0

Keadaan_pulang

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Pulang Berobat Jalan (PBJ) 81 89.0 89.0 89.0

Pulang Atas Permintaan Sendiri 4 4.4 4.4 93.4


(PAPS)

Meninggal 6 6.6 6.6 100.0

Total 91 100.0 100.0

Explore
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Lama_dirawat 91 100.0% 0 .0% 91 100.0%


Descriptives

Statistic Std. Error

Lama_dirawat Mean 9.86 1.034

95% Confidence Interval for Lower Bound 7.80


Mean
Upper Bound 11.91

5% Trimmed Mean 8.56

Median 6.00

Variance 97.213

Std. Deviation 9.860

Minimum 1

Maximum 50

Range 49

Interquartile Range 6

Skewness 2.230 .253

Kurtosis 5.085 .500

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Faktor_pencetus = 1 (FILTER) 17 100.0% 0 .0% 17 100.0%


* Jenis_pencetus

Faktor_pencetus = 1 (FILTER) * Jenis_pencetus Crosstabulation

Jenis_pencetus

Debu Makanan Obat Total

Faktor_pencetus = 1 (FILTER) Selected Count 14 2 1 17

Expected Count 14.0 2.0 1.0 17.0

% within Faktor_pencetus 82.4% 11.8% 5.9% 100.0%


= 1 (FILTER)

% within Jenis_pencetus 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%


% of Total 82.4% 11.8% 5.9% 100.0%

Total Count 14 2 1 17

Expected Count 14.0 2.0 1.0 17.0

% within Faktor_pencetus 82.4% 11.8% 5.9% 100.0%


= 1 (FILTER)

% within Jenis_pencetus 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 82.4% 11.8% 5.9% 100.0%

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Faktor_pencetus = 49 100.0% 0 .0% 49 100.0%


2 (FILTER) *
Jenis_pencetus

Faktor_pencetus = 2 (FILTER) * Jenis_pencetus Crosstabulation

Jenis_pencetus

Cuac
a,
Aktivit Aktivit
as as
Cuaca Cuaca dan dan
Aktivita Meroko dan dan Merok Merok
Cuaca s k Aktivitas Merokok ok ok Total

Faktor_pencetus Selected Count 9 14 4 18 1 2 1 49


= 2 (FILTER)
Expected Count 9.0 14.0 4.0 18.0 1.0 2.0 1.0 49.0

% within 18.4% 28.6% 8.2% 36.7% 2.0% 4.1% 2.0% 100.0


Faktor_pencetus = %
2 (FILTER)

% within 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0 100.0 100.0


Jenis_pencetus % % %

% of Total 18.4% 28.6% 8.2% 36.7% 2.0% 4.1% 2.0% 100.0


%
Total Count 9 14 4 18 1 2 1 49

Expected Count 9.0 14.0 4.0 18.0 1.0 2.0 1.0 49.0

% within 18.4% 28.6% 8.2% 36.7% 2.0% 4.1% 2.0% 100.0


Faktor_pencetus = %
2 (FILTER)

% within 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0 100.0 100.0


Jenis_pencetus % % %

% of Total 18.4% 28.6% 8.2% 36.7% 2.0% 4.1% 2.0% 100.0


%

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Faktor_pencetus = 3 (FILTER) * 25 100.0% 0 .0% 25 100.0%


Jenis_pencetus

Faktor_pencetus = 3 (FILTER) * Jenis_pencetus Crosstabulation

Jenis_pencetus

Tidak Tercatat Total

Faktor_pencetus = 3 (FILTER) Selected Count 25 25

Expected Count 25.0 25.0

% within Faktor_pencetus = 3 100.0% 100.0%


(FILTER)

% within Jenis_pencetus 100.0% 100.0%

% of Total 100.0% 100.0%

Total Count 25 25

Expected Count 25.0 25.0

% within Faktor_pencetus = 3 100.0% 100.0%


(FILTER)

% within Jenis_pencetus 100.0% 100.0%

% of Total 100.0% 100.0%


Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Riwayat_keluarga * UmurBi 72 100.0% 0 .0% 72 100.0%

Riwayat_keluarga * UmurBi Crosstabulation

UmurBi

15-49 Tahun >= 50 Tahun Total

Riwayat_keluarga Ada Riwayat Keluarga Count 8 6 14

Expected Count 5.4 8.6 14.0

% within Riwayat_keluarga 57.1% 42.9% 100.0%

% within UmurBi 28.6% 13.6% 19.4%

% of Total 11.1% 8.3% 19.4%

Tidak Ada Riwayat Keluarga Count 20 38 58

Expected Count 22.6 35.4 58.0

% within Riwayat_keluarga 34.5% 65.5% 100.0%

% within UmurBi 71.4% 86.4% 80.6%

% of Total 27.8% 52.8% 80.6%

Total Count 28 44 72

Expected Count 28.0 44.0 72.0

% within Riwayat_keluarga 38.9% 61.1% 100.0%

% within UmurBi 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 38.9% 61.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 2.437 1 .119
b
Continuity Correction 1.576 1 .209

Likelihood Ratio 2.381 1 .123

Fisher's Exact Test .137 .106


Linear-by-Linear 2.403 1 .121
Association

N of Valid Cases 72

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,44.

b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Riwayat_serangan * 91 100.0% 0 .0% 91 100.0%


UmurBi

Riwayat_serangan * UmurBi Crosstabulation

UmurBi

15-49 Tahun >= 50 Tahun Total

Riwayat_serangan Serangan Berulang Count 30 49 79

Expected Count 29.5 49.5 79.0

% within Riwayat_serangan 38.0% 62.0% 100.0%

% within UmurBi 88.2% 86.0% 86.8%

% of Total 33.0% 53.8% 86.8%

Serangan Pertama Count 4 8 12

Expected Count 4.5 7.5 12.0

% within Riwayat_serangan 33.3% 66.7% 100.0%

% within UmurBi 11.8% 14.0% 13.2%

% of Total 4.4% 8.8% 13.2%

Total Count 34 57 91

Expected Count 34.0 57.0 91.0

% within Riwayat_serangan 37.4% 62.6% 100.0%

% within UmurBi 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 37.4% 62.6% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .096 1 .757
b
Continuity Correction .000 1 1.000

Likelihood Ratio .097 1 .755

Fisher's Exact Test 1.000 .512

Linear-by-Linear .095 1 .758


Association

N of Valid Cases 91

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,48.

b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Faktor_pencetus * JK 66 100.0% 0 .0% 66 100.0%

Faktor_pencetus * JK Crosstabulation

JK

Laki-laki Perempuan Total

Faktor_pencetus Alergen Count 1 16 17

Expected Count 5.7 11.3 17.0

% within Faktor_pencetus 5.9% 94.1% 100.0%

% within JK 4.5% 36.4% 25.8%

% of Total 1.5% 24.2% 25.8%

Non Alergen Count 21 28 49

Expected Count 16.3 32.7 49.0

% within Faktor_pencetus 42.9% 57.1% 100.0%

% within JK 95.5% 63.6% 74.2%

% of Total 31.8% 42.4% 74.2%


Total Count 22 44 66

Expected Count 22.0 44.0 66.0

% within Faktor_pencetus 33.3% 66.7% 100.0%

% within JK 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 33.3% 66.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 7.765 1 .005
b
Continuity Correction 6.190 1 .013

Likelihood Ratio 9.488 1 .002

Fisher's Exact Test .006 .004

Linear-by-Linear Association 7.647 1 .006

N of Valid Cases 66

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,67.

b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Riwayat_keluarga * JK 72 100.0% 0 .0% 72 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Riwayat_keluarga * JK 72 100.0% 0 .0% 72 100.0%


Riwayat_keluarga * JK Crosstabulation

JK

Laki-laki Perempuan Total

Riwayat_keluarga Ada Riwayat Keluarga Count 3 11 14

Expected Count 4.7 9.3 14.0

% within Riwayat_keluarga 21.4% 78.6% 100.0%

% within JK 12.5% 22.9% 19.4%

% of Total 4.2% 15.3% 19.4%

Tidak Ada Riwayat Keluarga Count 21 37 58

Expected Count 19.3 38.7 58.0

% within Riwayat_keluarga 36.2% 63.8% 100.0%

% within JK 87.5% 77.1% 80.6%

% of Total 29.2% 51.4% 80.6%

Total Count 24 48 72

Expected Count 24.0 48.0 72.0

% within Riwayat_keluarga 33.3% 66.7% 100.0%

% within JK 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 33.3% 66.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.


Value df sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 1.108 1 .292
b
Continuity Correction .543 1 .461

Likelihood Ratio 1.176 1 .278

Fisher's Exact Test .359 .234

Linear-by-Linear 1.093 1 .296


Association

N of Valid Cases 72

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,67.

b. Computed only for a 2x2 table


Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Riwayat_serangan * JK 91 100.0% 0 .0% 91 100.0%

Riwayat_serangan * JK Crosstabulation

JK

Laki-laki Perempuan Total

Riwayat_serangan Serangan Berulang Count 30 49 79

Expected Count 28.6 50.4 79.0

% within Riwayat_serangan 38.0% 62.0% 100.0%

% within JK 90.9% 84.5% 86.8%

% of Total 33.0% 53.8% 86.8%

Serangan Pertama Count 3 9 12

Expected Count 4.4 7.6 12.0

% within Riwayat_serangan 25.0% 75.0% 100.0%

% within JK 9.1% 15.5% 13.2%

% of Total 3.3% 9.9% 13.2%

Total Count 33 58 91

Expected Count 33.0 58.0 91.0

% within Riwayat_serangan 36.3% 63.7% 100.0%

% within JK 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 36.3% 63.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .759 1 .384
b
Continuity Correction .301 1 .583

Likelihood Ratio .797 1 .372

Fisher's Exact Test .525 .298


Linear-by-Linear Association .750 1 .386

N of Valid Cases 91

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,35.

b. Computed only for a 2x2 table

Explore

UmurBi
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

UmurBi N Percent N Percent N Percent

Lama_dirawat 15-49 Tahun 34 100.0% 0 .0% 34 100.0%

>= 50 Tahun 57 100.0% 0 .0% 57 100.0%

Descriptives

UmurBi Statistic Std. Error

Lama_dirawat 15-49 Tahun Mean 9.09 1.780

95% Confidence Interval for Lower Bound 5.47


Mean
Upper Bound 12.71

5% Trimmed Mean 7.54

Median 5.00

Variance 107.719

Std. Deviation 10.379

Minimum 1

Maximum 45

Range 44

Interquartile Range 5

Skewness 2.693 .403

Kurtosis 7.016 .788

>= 50 Tahun Mean 10.32 1.272

95% Confidence Interval for Lower Bound 7.77


Mean
Upper Bound 12.86
5% Trimmed Mean 9.25

Median 7.00

Variance 92.184

Std. Deviation 9.601

Minimum 1

Maximum 50

Range 49

Interquartile Range 9

Skewness 2.002 .316

Kurtosis 4.590 .623

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

UmurBi Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Lama_dirawat 15-49 Tahun .318 34 .000 .602 34 .000

>= 50 Tahun .221 57 .000 .772 57 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Catatan:
1. Hasil uji Shapiro-Wilk dipakai untuk uji normalitas lama dirawat
pada kelompok umur 15-49 tahun (p=0,0001), sedangkan untuk
kelompok umur ≥50 tahun memakai hasil uji Kolmogorov-Smirnov
(p=0,0001).
2. Oleh karena nilai p<0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa
distribusi data kedua kelompok tidak normal, maka tidak dilakukan
uji t tidak berpasangan.
Lama_dirawat

Histograms
NPar Tests

Mann-Whitney Test
Ranks

UmurBi N Mean Rank Sum of Ranks

Lama_dirawat 15-49 Tahun 34 41.97 1427.00

>= 50 Tahun 57 48.40 2759.00

Total 91
a
Test Statistics

Lama_dirawat

Mann-Whitney U 832.000

Wilcoxon W 1427.000

Z -1.131

Asymp. Sig. (2-tailed) .258

a. Grouping Variable: UmurBi


Explore

JK
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

JK N Percent N Percent N Percent

Lama_dirawat Laki-laki 33 100.0% 0 .0% 33 100.0%

Perempuan 58 100.0% 0 .0% 58 100.0%

Descriptives

JK Statistic Std. Error

Lama_dirawat Laki-laki Mean 11.21 1.861

95% Confidence Interval for Lower Bound 7.42


Mean
Upper Bound 15.00

5% Trimmed Mean 10.15

Median 7.00

Variance 114.235
Std. Deviation 10.688

Minimum 1

Maximum 44

Range 43

Interquartile Range 11

Skewness 1.551 .409

Kurtosis 1.726 .798

Perempuan Mean 9.09 1.230

95% Confidence Interval for Lower Bound 6.62


Mean
Upper Bound 11.55

5% Trimmed Mean 7.68

Median 6.00

Variance 87.694

Std. Deviation 9.365

Minimum 1

Maximum 50

Range 49

Interquartile Range 6

Skewness 2.830 .314

Kurtosis 9.005 .618

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

JK Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Lama_dirawat Laki-laki .272 33 .000 .783 33 .000

Perempuan .237 58 .000 .660 58 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Catatan:
1. Hasil uji Shapiro-Wilk dipakai untuk uji normalitas lama dirawat
pada jenis kelamin laki-laki (p=0,0001), sedangkan untuk jenis
kelamin perempuan memakai hasil uji Kolmogorov-Smirnov
(p=0,0001).
2. Oleh karena nilai p<0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa
distribusi data kedua kelompok tidak normal, maka tidak dilakukan
uji t tidak berpasangan.

Lama_dirawat

Histograms
NPar Tests

Mann-Whitney Test
Ranks

JK N Mean Rank Sum of Ranks

Lama_dirawat Laki-laki 33 48.58 1603.00

Perempuan 58 44.53 2583.00

Total 91
a
Test Statistics

Lama_dirawat

Mann-Whitney U 872.000

Wilcoxon W 2583.000

Z -.706

Asymp. Sig. (2-tailed) .480

a. Grouping Variable: JK
-1

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGIO DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
Jalan Universitas No.21 Kampus USU Medan 20155
Telp.(061) 8213221. Fax. (061) 8213221Website: htto ://fkm.usu.ac.id-Email : fkm.usu.medan@gmail.com

Nomor WaS ruN5.2.1.10/KRK/2016 r 2 frfiT ?fi1ffi


Lampiran : -
Hal : PermohonanlzinPenelitian

Yth.
Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
di-
Tempat

Dengan hormat, dalam rangka memenuhi kewajiban/tugas sebagai syarat menyelesaikan studi
pada Fakultas Kesehatan Masyarukat USU, kami mohon bantuan Saudara kepada mahasiswa
tersebut di bawah ini:
Nama Yuni Alvionita Br Tarigan
NIM 121000291
Jenis Kelamin Perempuan
Tempat/Tgl. Lahir Bandung/ 17 Juni1994
Peminatan q Epidemiologi

diberi izin mengadakan Penelitian (Riset) di tempat yang Saudara pimpin untuk penulisan
skripsi dengan judul:
"KARAKTERISTIK PENDERITA ASMA BRONKIAL DEWASA YANG DIRAWAT
INAP DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2OI4-20I5'.

Kami sangat mengharapkan bantuan Saudara agar berkenan memberikan bantuan dalam
bentuk keterangan, brosur, buku (referensi) serta penjelasan lainnya.

Bahan dan keterangan yang diperoleh akan digunakan semata-mata demi perkembangan ilmu
pengetahuan. .Selanjutnya setelah mahasiswa yang bersangkutan menyelesaikan penelitian,
akan menyerahkan 1(satu) eksemplar skripsi ke instansi atau unit kerja Saudara.

Demikian disampaikan atas bantuan dan kerjasama yang baik diucapkan terima kasih.

lda Yustina, M.Si


0320 t99308 2 001

Tembusan:
Kepala Bagian Rekam Medik RSUP H. Adam Malik Medan
a

Nomor : DM.01 .u.n"u\{Fh zorc ff orcon"r 2016


Lamprran
Perihal : lzin Penelitian.
ar_-_ a--l- - --- -r
Yang- l€fnof{Trat ,

Oekan Fakultas Kesehatan Masyarakat


Jl. Universitas No.21
h:
LJI
Medan

Sehubungan dengan $urat Saudara i'iomoi:240SUN.5.2.i.1S.KRK120i6 ianggal i2


Oktober 2016 perihal lzin Penelitian Mahaeisvya Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
(
An. Yuni Alvionita Br Tarigan Nfif nlNnzW dengan judul Karaktertsfik / '
Penderita Asma Erankiai Deirasa Yang Dirawat lnap di RStiP.H,Adam Frtaiik
Iilledan Tahun 2014 - 2015 " maka dengan ini kami lnformasikan persyaratan untuk
melaksanakan Penelitian sebagai berikut.

1- Membawa Proposal Penelitian.


2. Pelaksanaan Penelitian sesuai dengan Standard Prosedur Operasional
li et)n
vt v'I \ rrana
jsrrV harlaLrr ul DCIID
vErrsnu r,!! r\rIJt,i Llt.iliJ€itlr
J\.1^* trllatil, n^* irA.,.^
tVtc:ttR UCitt ru**t-^^
iiatiUit iii,€IiiJulailiitnaii
kenyamanan dan keselamatan pasien.
3. Apabila Penelitian disetujui maka hasil Penelitian wajib diseminarkan di
Pq,l
I rvvr ll) .tl-ls.,Ar{am
rvqt I I frlaliL
t9rgltIl.
4. Hasil Penelitian tidak boleh di publikasikan tanpa persetujuan daripihak
. yang beruvenang di RSUP.H.Adam Malik.

!{qtf"qi lebih lanjut dapat menghubungi lnstalasi Penelitian dan Pengembangan


RSUP.H.Adam Malik, Gedung Administrasi Lt. 2. Dengan Contact person ling
Yuli astuti, SKM, fr.4 Kes N o. H P. 081 -"76000099.

Demikian kamisampaikan, atas kerja samanya diqgapkrn terima kasih.

Tembusan:
:2. Direktur Utama. (SebagaiLaporan)
Direktur Keuangan.
3. Kepala lnstalasi Litbang,
6)
{-7
-5. 'Penelrti.
. Pertinggal.

lzin Peneltian 2015 Hal.14


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PEI\IDIDIKAI\I TINGGI
TINIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAIfl]L TAS KEPERAWATAI\
KOMISI ETIK PEITELITIAN KESEHATAhI
JL Prof.Meas No3 Kampus USU 20155 Medan INDONESIA, Tel : +62-61-8213318
+6241-821331t, E-Mail : Fkep_keplr@yahoo.co.id
Ea'xz

Nomor :1052D(SP/2016
Hal : Penetujuan Komisi Etik Peneli$an Kesehatan Fakultas Keperawatan USU

KomisiEtik Penelitian Kesehatan Fakultas Kepenawatan USU, dengan ininnnyatakan penelitian :

Nama : YuniAlvionita Br. Tarigan


NIM :121000291
Judul : Karakteristik Penderih Asma Bronkial Dewasa yang Dirawat lnap di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2014-2015

telah dikaji dan diputuskan bahrva proposal penelitian tersebut tidak beilentangan dengan nilai dan
nonne kemanusiaan.

7 Oktober 2016
Keperawahn USU

, S.Kp, MNS
122001
RSUP H.ADAN{ I\{ALIK
DIREKTORAT SDM DAN PENDIDIKAN
INSTALASI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Jl. Bunga Lau No. 17 Medan Tuntungan Km. 12 Kotak Pos 247 Airphone 142
MEDAN .20136

Nomor : LB.02.03.II.4. A{02 Medan, J.9 OtctoUer 2016


Lampiran
Perihal : Izin Penelitian

Kepada Yth :

S*'..t.uar.+g*1i.. g+&$* t,rAL


RSUP.H.Adarn Malik
Di-
Medan

Menghunjuk Surat Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU No. 24044IN5.2.1.10/KRM0I6


Tanggal: 12 Oktober 2016, Perihal: Izin Penelitian, maka bersama ini kami hadapkan Peneliti / Tim
Peneliti/ Mahasiswa tersebut untuk dibantu dalam pelaksanaannya. Adapun ruIma Peneliti /Tim
Peneliti/ Mahasiswa yang akan melaksanakan penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

Nama Yuni Alvionita Br Tarigan


NIM 121000291

Institusi FKM USU


Judul '6 Karalderistik Penderita Asma Bronkial l)ewasa Yang Dirawat Inap Di RSIIP
II. Adam MalikMedan Tahun 2014- 2015'

Perlu kami informasikan Surat Izin Penelitian ini berlaku selama l(satu) bulan terhitung sejak
tanggal surat ini dikeluarkan.

Demikian kami sampaikarU atas perhatiannya diucapkan terimakasih.

lasi Litbang

Iing Y SKM, MKes


NIP 19710618 199501 2001
KEMENTERIAN KE SEHIffAI\ RI
DI REKTORAT J EN DERAL PELAYANAN KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
H, ADAM MALIK
Jl. Bunga Lau No. 17 Medan Tuntungan Km. 12 Kotak Pos246
Telp. (061) 8364581 - 8360143 - 8360051 Fax. 8360255
MEDAN - 20136

ST]RAT KETERANGAT\I
NOMOR : DM.01,04/11.4M2016

Yang bertanda tangan di bawatr ini :

Nama : Dr.Purnamawati,MARs
NIP : 19570331 1985 01 2001
Jabatan : Direktn SDM & Pendidikan RSIJP H. Adam Malik Medan
Alamat : Jln.BungalauNo.lT Medan
Dengan ini menerangkan bahwa Mahasiswa / Peneliti :

a
N Am : YUNI ALVIONITA BR TARIGAN
NIM :1.2fi00291
Institusi : FKM -USU Medan.
Judu I :Karakteristik Penderita Asma Bronkial Dewasa Yang Dirawat
Inap Di RSUP H Adam Malik Medan Tahun 2014-2015

Benar telah melaksanakan penelitian dan telah mengikuti prosedur dan ketentuan penelitian
dan ketentuan yang berlaku di RSLIP H.Adam Matik Medan.

Demikianlah surat keterangan ini dibuat sesuai dengan sebenarnya unhrk dapat
dipergunakan seperlunya.

1,t Nopember 2016

3l 198501 2001.

Anda mungkin juga menyukai