Anda di halaman 1dari 61

HUBUNGAN MOTIVASI DIRI DENGAN KEMAMPUAN EMPATI

MAHASISWA KEPERAWATAN DI UNIVERSITAS


HARAPAN BANGSA

PROPOSAL
SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan pendidikan


Strata 1 keperawatan di Universitas Harapan Bangsa

Oleh :

RAY HANNIF FADILLAH


NIM. 170103072

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FALKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN MOTIVASI DIRI DENGAN KEMAMPUAN EMPATI


MAHASISWA KEPERAWATAN DI UNIVERSITAS
HARAPAN BANGSA

Proposal Skripsi

Disusun Oleh :

RAY HANNIF FADILLAH


NIM. 170103072

Telah disetujui untuk dilakukan penelitian seminar proposal skripsi

Pada tanggal ………………………………

Purwokerto, April 2021

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Tri Sumarni, S.Kep Ns., M.Kep Prasanti Adriani, S.Si,T., S.Kep,.Ns.,M.Kes


NIK. 106711090683 NIK. 108602120687

ii
LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN MOTIVASI DIRI DENGAN KEMAMPUAN EMPATI


MAHASISWA KEPERAWATAN DI UNIVERSITAS
HARAPAN BANGSA

Disusun Oleh :

RAY HANNIF FADILLAH


NIM. 170103072

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Proposal Skripsi pada Program


Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Harapan Bangsa Dan
Telah dinyatakan Layak untuk dilakukan Penelitian
Pada hari : …………..
Tanggal : …………..

Dewan Penguji :
1. Penguji I : Dwi Novitasari, S.Kep., Ns., M.Sc. ………
2. Penguji II : Tri Sumarni, S.Kep., Ns., M.Kep. ………
3. Penguji III : Prasanti Adriani, S.Si.T.,S,Kep., Ns., M.Kes. ………

Mengesahkan
Ka. Prodi Keperawatan Program Sarjana
Fakultas Kesehatan
Universitas Harapan Bangsa

Tri Sumarni, S.Kep., Ns., M.Kep


NIK. 106711090683

iii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah selalu tercurah hanya kepada Allah SWT,

karena dengan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal skripsi yang merupakan salah satu syarat

kelulusan dari Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Kesehatan

yang diselenggarakan oleh Universitas Harapan Bangsa dengan judul ”

hubungan motivasi diri dengan kemampuan empati mahasiswa

keperawatan di Universitas Harapan Bangsa”

Pelaksanaan penyusun proposal skripsi ini penulis mengalami

banyak kendala dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman

penulis, namun berkat usaha dan bimbingan dari berbagai pihak, proposal

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis

mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Iis Setiawan M.N., S.Kom., MTI., selaku Ketua Yayasan Pendidikan

Dwi Puspita.

2. dr. Pramesti Dewi, M.Kes., selaku Rektor Universitas Harapan

Bangsa.

3. Ns., Murniati S., S.Kep., M.Kep., selaku Wakil Rektor I Universitas

Harapan Bangsa.

4. Dr. Yuris Tri Naili, SH., KN., MH., selaku Wakil Rektor II

Universitas Harapan Bangsa.

5. Dwi Novitasari., S.Kep., Ns., M.Sc., selaku Dekan Fakultas

Kesehatan Universitas Harapan Bangsa.

iv
6. Tri Sumarni, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua Prodi Sarjana

Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Harapan Bangsa dan

pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan dan

masukan dalam penulisan proposal skripsi ini.

7. Noor Rochmah Ida Ayu Trisno Putri., S.Kep., Ns., M.Kep., selaku

Koordinator Skripsi Universitas Harapan Bangsa.

8. Prasanti Adriani, S.Si.T., S.Kep., Ns., M.Kes. selaku pembimbing II

yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan dalam

penulisan proposal skripsi ini.

9. Seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan proposal skripsi yang

penulis tidak bisa sebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga Allah SWT membalas semua kebaikan pihak-

pihak yang sudah membantu dalam penyelesaian proposal skripsi ini.

Penulis juga berharap semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat dalam

pengembangan ilmu dan berguna bagi institusi kesehatan.

Purwokerto, April 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………….. i

HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………… iii

KATA PENGANTAR…………………………………………………… iv

DAFTAR ISI……………………………………………………………... vi

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. viii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG……………………………………. 1

B. RUMUSAN MASALAH………………………………….. 5

C. TUJUAN PENELITIAN………………………………….. 6

D. MANFAAT PENELITIAN……………………………….. 7

E. KEASLIAN PENELITIAN……………………………….. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI………………………………………. 11

1. Empati…………………………………………………. 11

2. Motivasi……………………………………………….. 21

3. Hubungan antara motivasi dengan kemampuan

Empati mahasiswa…………………………………….. 10

B. KERANGKA TEORI……………………………………... 29

C. KERANGKA KONSEP…………………………………… 30

D. HIPOTESIS………………………………………………. 30

vi
BAB III METODE PENELITIAN

A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN……………… 31

B. LOKASI PENELITIAN DAN WAKTU PENELITIAN….. 32

C. POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK

PENGAMBILAN SAMPEL………………………………. 32

D. VARIABEL PENELITIAN……………………………….. 33

E. DEFINISI OPERASIONAL……………………………… 34

F. INSTRUMEN PENELITIAN……………………………… 34

G. JENIS DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA……...…. 35

H. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA……..… 38

I. ETIKA PENELITIAN…….……………………………… 42

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar permohonan menjadi responden

Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 3 : Lembar Konsultasi Pembimbing

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perawat merupakan seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi

keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh

pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Kemudian keperawatan merupakan kegiatan pemberian asuhan kepada

individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit

maupun sehat (Pasal 1 Ayat 1 dan 2 UU No.38 Tahun 2014 tentang

keperawatan). Masyarakat masih menganggap bahwa perawat memiliki citra

yang kurang baik karena belum menerapkan nilai-nilai profesional dalam

kegiatan keperawatan, seperti empati dan caring saat merawat pasien. Kinerja

perawat yang kurang berkualitas khususnya dalam berempati dan

memberikan caring merupakan dampak dari rendahnya penghargaan bagi

profesi keperawatan (Gayanti, 2018).

Pentingnya empati bagi perawat yaitu dapat memenuhi kebutuhan,

perasaan dan permasalahan pasien (Mcmillan, 2012). Empati memiliki

pengaruh yang positif antara kualitas hubungan perawat dan pasien, serta

kualitas dalam pemberian asuhan keperawatan (Zarzycka et al., 2016). Hasil

penelitian dari Astarani & Pradianata tahun 2015 menunjukkan bahwa 60,3%

pasien merasa empati yang diberikan oleh perawat adalah rendah, sehingga

pasien merasa perawat tidak peduli dan tidak perhatian kepada pasien, serta

1
2

pasien menjadi tidak termotivasi dalam proses penyembuhan. Park et al.,

(2015) menyatakan bahwa dukungan sosial yang rendah dapat menyebabkan

penurunan tingkat empati, yang berhubungan dengan stress.

Empati merupakan kemampuan memahami perasaan dan

kekhawatiran orang lain. Dengan empati mahasiswa dapat memahami,

merasakan, menghayati orang lain karena dalam proses empati ini

berlangsung proses pengertian dan perasaan yang dinyatakan bentuk

hubungan antar pribadi. Keterampilan empati yang baik akan membantu

mahasiswa untuk mampu mengendalikan perilakunya yang mengarah pada

tindakan yang menyimpang (Adrianie, 2018).

Baime et al., (2015) menunjukkan bahwa mahasiswa yang baru

memulai magang di rumah sakit mereka menunjukkan lebih sedikit

ketegangan, depresi, kemarahan, kelelahan, dan kebingungan. Namun, lima

bulan magang, terdapat peningkatan signifikan depresi, kemarahan, dan

kelelehan, penurunan skor aktivitas-aktivitas dan kepedulian empatik. Hal ini

disebabkan oleh tugas yang banyak sehingga mengalami penurunan waktu

tidur, dan waktu bersantai, hal tersebut akan memengaruhi penurunan

komunikasi dengan pasien maupun dengan keluarganya (Lockley et al.,

2011). Seharusnya mahasiswa kesehatan baik dokter maupun perawat harus

menunjukkan sikap empati dengan komunikasi yang baik yaitu mengucapkan

salam, memperkenalkan diri, dan berusaha menepati kontrak yang dibuat

bersama pasien (Arrohmah, 2017).


3

Terkait dengan kecenderungan penurunan empati, Nunes dkk. (2011)

dalam risetnya mengemukakan bahwa mahasiswa kesehatan umumnya

mengalami penurunan empati dari idealism menjadi realism mengenai

tindakan pada pasien karena terikat pada pencapaian standar kompetensi.

Hasil penelitian Nunes dkk. (2011) tersebut juga dibenarkan oleh Ward dkk.

(2012) yang juga menemukan bahwa kemampuan empati mahasiswa

keperawatan cenderung mengalami penurunan dari masa ke masa saat

menjalani profesi.

Penurunan kemampuan empati ini juga seiring dengan penurunan

motivasi diri dari yang semula idealis menjadi realis sehingga cenderung

semata-mata mengejar standar kompetensi. Empati merupakan salah satu

bagian dari kecerdasan sosial. Goleman (2007) dalam Adrianie (2017)

mengatakan bahwa kemampuan berempati adalah kemampuan untuk

mengetahui bagaimana perasaan orang lain dan kunci untuk memahami

perasaan orang lain tersebut dengan mampu membaca pesan non verbal, nada

bicara, gerak-gerik, dan ekspresi wajah yang diperlihatkan pada saat menjalin

hubungan dengan seseorang.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan

empati pada mahasiswa keperawatan antara lain faktor personal, faktor

eksternal, faktor pasien, jenis kelamin, usia, jumlah teman dekat, tempat

tinggal, dan alasan memilih profesi keperawatan. Selain itu, terdapat faktor

yang dapat mempengaruhi ketepatan dan perkembangan empati, antara lain

jenis kelamin, faktor kognitif, faktor motivasi, faktor sosial dan ekonomi, dan
4

hubungan dekat (close relationship). Seseorang yang mempunyai motivasi

yang tinggi akan bersemangat untuk menekuni dunia yang akan digeluti atau

profesinya (Gayanti, 2018).

Motivasi juga meningkatkan usaha seseorang perawat untuk

melakukan caring kepada pasien. Djamarah, (2015) menjelasakan bahwa

motivasi merupakan perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

dengan gairah afektif dan reaksi tujuan antisipatif. Motivasi yang tinggi

diharapkan akan menimbulkan semangat untuk belajar dan akan

menghasilkan prestasi yang baik yang pada akhirnya akan menjadi lulusan/

perawat yang berkualitas dan profesional.

Hal ini sejalan dengan penelitian Habibie (2015) yang melakukan

penelitian tentang hubungan motivasi diri dengan kemampuan empati

pada mahasiswa profesi ners angkatan 2014 STIKES ‘Aisyiyah

Yogyakarta. Hasil penelitian menyimpulkan adanya hubungan positif

yang signifikan antara motivasi diri dengan kemampuan empati pada

mahasiswa profesi ners. Rasa empati membentuk motivasi diri pada tenaga

medis untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pasien.

Penurunan kemampuan empati ini juga seiring dengan penurunan motivasi

diri dari yang semula idealis menjadi realis sehingga cenderung semata-mata

mengejar standar kompetensi.

Berdasarkan hasil pra survei yang peneliti lakukan terhadap 10

mahasiswa semester IV, 10 mahasiswa semester VI dan 10 mahasiswa

semester VIII didapatkan bahwa 6 mahasiswa semester IV menyatakan dapat


5

memahami perasaan dan kekhawatiran orang lain seperti pasien yang sedang

sedih atau sedang mengalami masalah, dan pada mahasiswa semester VI di

dapatkan 7 mahasiswa dapat memahami motivasi untuk dapat diandalkan

apabila ada keluarga atau pasien yang membutuhkan bantuannya, dan pada

semester VIII didapatkan 8 mahasiswa dapat memahami perasaan orang lain

dengan membayangkan dan juga memikirkan suatu situasi dari sudut

pandang orang lain berdasarkan pengalaman selama melakukan praktik

keperawatan di rumah sakit

Berdasarkan latar belakang tersebut sehingga peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang hubungan motivasi diri dengan kemampuan

empati mahasiswa Sarjana Keperawatan Universitas Harapan Bangsa.

B. RUMUSAN MASALAH

Mahasiswa umumnya mengalami penurunan kemampuan

mengembangkan kemampuan psikologisnya seperti kemampuan

mengembangkan motivasi dan empati. Hal ini terjadi karena mahasiswa

dalam masa adaptasinya seringkali mengalami kelelahan luar biasa yang

disertai stress berat yang berdampak pada kemampuannya untuk

mengembangkan motivasi dan empati. Penurunan kemampuan empati ini

juga seiring dengan penurunan motivasi diri dari yang semula idealis menjadi

realis sehingga cenderung semata-mata mengejar standar kompetensi.

Motivasi diri yang berasal dari faktor nilai guna merupakan faktor

yang utama yang membentuk motivasi pada penelitian ini. Mahasiswa


6

memahami bahwa pendidikan berguna bagi diri mereka dalam membentuk

baik keterampilan maupun sikap. Berdasarkan latar belakang masalah

tersebut, maka dapat dirumuskan “Bagaimanakah hubungan motivasi diri

dengan kemampuan empati mahasiswa Sarjana Keperawatan Universitas

Harapan Bangsa?”.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan motivasi diri dengan kemampuan empati

mahasiswa Sarjana Keperawatan Universitas Harapan Bangsa.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin

dan lama kuliah mahasiswa Sarjana Keperawatan Universitas Harapan

Bangsa.

b. Mengidentifikasi motivasi diri mahasiswa Sarjana Keperawatan

Universitas Harapan Bangsa

c. Mengidentifikasi kemampuan empati mahasiswa Sarjana Keperawatan

Universitas Harapan Bangsa

d. Menganalisis hubungan motivasi diri dengan kemampuan empati

mahasiswa Sarjana Keperawatan Universitas Harapan Bangsa


7

D. MANFAAT

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan gambaran secara

nyata dalam mengembangkan pelaksanaan peningkatan serta menambah

wawasan ilmu pengetahuan berkenaan dengan motivasi diri dengan

dengan kemampuan empati mahasiswa Sarjana Keperawatan.

2. Secara Praktis

a. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan

tentang hubungan motivasi diri dengan dengan kemampuan empati

mahasiswa Sarjana Keperawatan Universitas Harapan Bangsa

sehingga motivasi dan kemampuan empati akan semakin meningkat

dan tetap optimal.

b. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran atau informasi

dan aplikasi yang nyata dalam melakukan penelitian hubungan

motivasi diri dengan dengan kemampuan empati mahasiswa Sarjana

Keperawatan Universitas Harapan Bangsa sehingga faktor-faktor yang

mempengaruhi dapat dijadikan variabel penelitian selanjutnya.

c. Bagi Responden
8

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai media

penambah informasi tentang motivasi diri dengan dengan kemampuan

empati mahasiswa Sarjana Keperawatan Universitas Harapan Bangsa.

E. KEASLIAN PENELITIAN

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Nama Judul Metode dan Hasil Penelitian Persamaan dan Perbedaan


Habibie Hubungan Penelitian deskriptif Persamaan dengan
(2015) Motivasi Diri korelasional dengan penelitian yang akan
Dengan pendekatan waktu cross dilakukan yaitu meneliti
Kemampuan sectional digunakan pada dengan variabel yang
Empati penelitian ini. Responden sama yaitu empati
Mahasiswa terdiri dari seluruh mahasiswa keperawatan,
Profesi Ners mahasiswa profesi ners rancangan penelitian yang
Angkatan STIKES ‘Aisyiyah digunakan deskriptif
2014 Di PSIK Yogyakarta (n = 117). korelatif, dengan
‘Aisyiyah Analisis kendall’s tau. pendekatan cross
Yogyakarta Tingkat empati diukur sectional. Perbedaan
dengan kuesioner Jefferson dengan penelitian yang
Scale of Physician Empathy akan dilakukan yaitu
Nursing Student Version R respoden, analisis data,
(JSPE-R) dan tingkat tempat dan waktu
motivasi diri diukur dengan dilakukan penelitian
menggunakan kuesioner
Intrinsic Motivation
Inventory (IMI). Hasil
penelitian menyimpulkan
adanya hubungan positif
yang signifikan antara
motivasi diri dengan
kemampuan empati pada
mahasiswa profesi ners
angkatan 2014 STIKES
‘Aisyiyah Yogyakarta
Andrianie Peningkatan Penelitian ini menggunakan Persamaan dengan
(2017) Keterampilan rancangan kuantitatif penelitian yang akan
Empati deskriptif. Keterampilan dilakukan yaitu meneliti
Sebagai Usaha empati diperlukan untuk dengan variabel yang
Pembentukan membentuk karakter siswa. sama yaitu empat dengan
Generasi Melalui experiential pendekatan cross
Karakter learning siswa akan belajar sectional. Perbedaan
memahami empati. Siswa dengan penelitian yang
9

Nama Judul Metode dan Hasil Penelitian Persamaan dan Perbedaan

akan melakukan partisipasi akan dilakukan yaitu


secara aktif mandiri untuk rancangan penelitian yang
terbuka dalam menerima digunakan deskriptif
pengalaman baru yang korelatif, respoden dan
berbeda dan teknik pengambilan
mentransformasikan sampling, analisis data,
pengalaman tersebut untuk tempat dan waktu
mendapat pengetahuan baru. dilakukan penelitian
Pengetahuan baru tersebut
merupakan wujud dari
karakter yang diharapakn
pada generasi berkarakter
Gayanti Efektivitas Penelitian ini merupakan Persamaan dengan
(2018) intervensi penelitian eksperimen penelitian yang akan
Empathy Care dengan non-randomized dilakukan yaitu meneliti
Training untuk pretest-posttest control dengan variabel yang
meningkatkan group design dengan 22 sama yaitu empati
empati pada orang mahasiswa mahasiswa keperawatan.
mahasiswa keperawatan yang terbagi Perbedaan dengan
keperawatan dalam kelompok eksperimen penelitian yang akan
dan kelompok kontrol. Skala dilakukan yaitu
empati yang digunakan rancangan penelitian yang
adalah Interpersonal digunakan deskriptif
Reactivity Index (IRI) yang korelatif, dengan
dirancang Davis (Annisa, pendekatan cross
2016). Hasil penelitian sectional respoden,
menunjukkan bahwa ada analisis data, tempat dan
perbedaan tingkat empati waktu dilakukan
antara kelompok eksperimen penelitian.
dan kelompok kontrol
dengan taraf signifikansi p <
0,05 (p=0,000). Berdasarkan
hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa
intervensi Empathy Care
Training efektif untuk
meningkatkan empati pada
mahasiswa keperawatan.
Senyuva Relationship Metode penelitian yang Persamaan dengan
(2015) between self- digunakan adalah analisis penelitian yang akan
compassion korelasi. Belas kasihan diri dilakukan yaitu meneliti
and emotional dan kecerdasan emosional dengan variabel yang
intelligence in mahasiswa keperawatan. sama yaitu empati
nursing Populasi penelitian terdiri mahasiswa keperawatan,
students dari semua mahasiswa rancangan penelitian yang
sarjana (571 mahasiswa) digunakan deskriptif
semester musim gugur 2010- korelatif, dengan
2011 dari departemen pendekatan cross
10

Nama Judul Metode dan Hasil Penelitian Persamaan dan Perbedaan


keperawatan. Formulir sectional. Perbedaan
informasi, Skala Belas dengan penelitian yang
Kasihan dan Skala Penilaian akan dilakukan yaitu
Kecerdasan Emosional respoden dan teknik
digunakan untuk sampling, analisis data,
memperoleh data dalam tempat dan waktu
penelitian ini. Untuk dilakukan penelitian
penilaian atas temuan
penelitian
Hajibabaee The Penelitian ini menggunakan Persamaan dengan
(2018) relationship design deskriptif- penelitian yang akan
between korelasional dengan dilakukan yaitu meneliti
empathy and pendekatan cross-sectional, dengan variabel yang
emotional studi yang dilakukan pada sama yaitu empati
intelligence tiga ratus dua puluh mahasiswa keperawatan,
among Iranian siswa yang memenuhi syarat, rancangan penelitian yang
nursing dipilih dengan menggunakan digunakan deskriptif
students stratified random sampling. korelatif, dengan
Peserta utamanya adalah pendekatan cross
mahasiswa keperawatan di sectional. Perbedaan
Tehran University of dengan penelitian yang
Medical Sciences. akan dilakukan yaitu
Pengumpulan data dilakukan respoden dan teknik
menggunakan The pengambilan sampling,
Skala Empati Jefferson. analisis data, tempat dan
waktu dilakukan
penelitian
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. Empati

a. Definisi

Empati merupakan konsep yang ambigu dan sulit untuk

didefinisikan dan diukur, namun beberapa peneliti dapat

mengkategorikan empati menjadi salah satu aspek dari kognitif

yang berarti empati berarti ikut memahami apa yang orang lain

pikirkan (Dowell, Demmel dan Hagen, 2011). Ward et al (2012)

menjelaskan bahwa empati merupakan sifat yang paling esensial

untuk dapat memahami orang lain dan dapat pula meningkatkan

promosi kesehatan seseorang.

Empati dalam pelayanan kesehatan adalah suatu tindakan

yang berfokus pada aspek kognitif yang bertujuan untuk

memahami perspektif klien dan kemampuan dalam berkomunikasi

untuk mengetahui apa yang dirasakan pasien (Villadangos dan

Erasti, 2016). Berdasarkan beberapa pengertian tersebut penulis

menjelaskan bahwa empati merupakan item dari karakteristik

emosional dan karakteristik afektif, dimana dalam

mengimplikasikannya harus berdasar perasaan dan saling

merasakan penderitaan orang lain.

11
12

b. Komponen Empati

Empati pada dasarnya terdiri dari dua komponen utama,

yaitu kognitif dan afektif. Secara kognitif, seseorang cenderung

memahami perasaan orang lain dengan membayangkan dan juga

memikirkan suatu situasi dari sudut pandang orang lain, sedangkan

secara afektif, lebih cenderung pada kemampuan seseorang untuk

menyesuaikan perasaan orang lain dengan perasaannya sendiri

yang pada akhirnya menghubungkan empati dengan perilaku

menolong sebagai bentuk rasa kepedulian pada perasaan orang lain.

Taufik (2012) menyebutkan bahwa empati memiliki 2 komponen

dalam area tertentu yaitu:

1) Komponen kognitif

Komponen kognitif dalam empati ini didasarkan pada

kemampuan memahami dengan membayangkan dan

memikirkan sebuah situasi dari sudut pandang orang lain.

Komponen kognitif ini lebih difokuskan pada proses

pengetahuan untuk mengetahui perspektif orang lain dengan

tepat dan menerima pandangan. Komponen kognitif dari empati

ini terdiri dari dua aspek antara lain:

a) Pengambilan perspektif

Kecenderungan seseorang untuk mengambil alih secara

spontan sudut pandang orang lain atau memandang suatu

kejadian dari perspektif orang lain. Perspective taking terbagi


13

dalam dua bentuk, yaitu membayangkan bagaimana

seseorang akan berpikir dan merasakan apabila berada pada

situasi orang lain; dan membayangkan bagaimana seseorang

berpikir dan merasakan sesuatu hal (Taufik, 2012).

b) Fantasi

Kecenderungan untuk mengubah diri secara imajinatif ke

dalam pikiran, perasaan, dan tindakan dari karakter-karakter

khayalan pada buku, film ataupun permainan, yang

berpengaruh pada reaksi emosional seseorang dalam

menempatkan diri dan hanyut dalam perasaan dan tindakan

orang lain. Sebagaimana diketahui seseorang sering

mengidentifikasi dirinya sebagai tokoh tertentu dan meniru

karakter-karakter dan perilaku-perilaku tokoh yang

dikaguminya. Seseorang juga akan cenderung terinspirasi

pada pengalaman menarik orang lain dan berkhayal

melakukan hal yang sama untuk dapat merasakan apa yang

dirasakan orang tersebut (Taufik, 2012).

Penelitian lain juga dijelaskan oleh Mella et al (2012) dimana

dalam penelitiannya Struder menjelaskan bahwa fantasi

seseorang dapat mempengaruhi pola empati yang diberikan

dimana fantasy tersebut akan memberikan gambaran awal

tindakan empati apa yang diberikan.


14

2) Komponen afektif

Komponen afektif dalam empati cenderung pada kemampuan

menyesuaikan pengalaman emosional seseorang dengan

pengalaman emosional yang dialami oleh orang lain, misalnya

dengan sabar mendengarkan keluhan-keluhan yang dirasakan

orang lain serta memahami dan ikut merasakan ketika orang lain

merasa sedih, menangis, terluka, menderita dan disakiti. Hal

inilah yang menjadi keunikan konsep empati. Sebab bisa saja

ketika seseorang merasa berempati dengan kondisi yang orang

lain alami seseorang tersebut memberikan respon secara

berlebihan, namun kondisi yang bersangkutan sebenarnya tidak

sejauh yang kita lihat dan coba rasakan. Tingkat empati

seseorang juga dapat berbeda-beda setiap waktu. Sama seperti

komponen kognitif, komponen afektif juga terdiri dari dua

aspek, yaitu:

1) Perhatian empatik (empathic concern) yaitu kemampuan

seseorang untuk mampu merasakan apa yang sedang

dibutuhkan orang lain. Aspek ini sering digunakan untuk

menjelaskan sebuah respons emosional lain yang ditimbulkan

kondisi orang lain. Empathic concern merupakan perasaan

yang berorientasi pada orang lain yang meliputi perasaan

simpatik, belas kasihan, kehangatan, kelembutan dan peduli.

Seseorang yang berempati akan cenderung berhati-hati dan


15

menjaga perasaan orang lain dalam menyampaikan respon

emosional (Sidanius, 2013).

2) Mcfarland Malone & Roth (2016) yang menjelaskan bahwa

personal distress dapat menurunkan respon seseorang dalam

melakukan empati dalam penelitiannya dijelaskan bahwa

dokter residen juga akan mengalami hal yang sama ketika

mendapati pasien oncology yang dapat meningkatkan distress

pada staf kesehatan dan keluarga.

c. Proses Empati

Taufik (2012) menggolongkan proses empati ke dalam

empat tahapan yakni antecedents, processes, interpersonal

outcomes, dan interpersonal outcomes adalah sebagai berikut:

1) Antecedents

Antecedents adalah kondisi-kondisi yang mendahului sebelum

terjadinya proses empati. Meliputi karakteristik pelaku empati

atau situasi yang terjadi saat itu. Empati sangat dipengaruhi oleh

kapasitas perilaku empati. Ada yang memiliki kapasitas

berempati tinggi, adapula yang rendah. Kemampuan empati

yang tinggi dipengaruhi oleh kapasitas intelektual untuk

memahami apa yang terjadi pada orang lain. Selain itu

dipengaruhi oleh riwayat pembelajaran individu sebelumnya

termasuk sosialisasi terhadap nilai-nilai yang terkait dengan

empati (Taufik, 2012).


16

2) Processes

Taufik (2012) membagi tiga jenis proses empati yakni non-

cognitive, processes, simple cognitive processes, dan advance

cognitive processes. Proses pertama menyebabkan empati terjadi

melalui proses-proses non kognitif, artinya hanya melibatkan

proses emosi. Kedua, simple cognitive processes, pada jenis ini

empati hanya membutuhkan sedikit proses kognitif. Empati

yang muncul tidak membutuhkan proses yang mendalam,

karena situasi-situasi tersebut mudah dipahami. Ketiga advance

cognitive processes yakni proses yang menuntut kita untuk

mengarahkan kemampuan kognitif kita (Fitri & Widiningsih,

2016).

3) Interpersonal Outcomes

Interpersonal outcomes terdiri atas dua macam yakni affective

outcomes dan non affective outcomes. Affective outcomes terdiri

atas reaksi-reaksi emosional yang dialami pelaku empati dalam

merespon pengalaman-pengalaman target. Affective outcomes

atau emotion making yaitu keselarasan antara yang kita rasakan

atau dialami oleh orang lain. Misalnya, kita melakukan protes

ketika melihat target diperlakukan secara tidak adil. Reactive

outcomes didefinisikan sebagai reaksi-reaksi afektif terhadap

pengalaman-pengalaman orang lain yang berbeda (Fitri &

Widiningsih, 2016).
17

4) Intrapersonal Outcomes

Bila intrapersonal outcomes berefek pada diri pelaku empati,

interpersonal outcomes berdampak kepada hubungan antara

pelaku empati dan target empati. Salah satu bentuk dari

interpersonal outcomes adalah munculnya helping behavior

(pelaku menolong. Interpersonal outcomes tidak sekadar

mendiskusikan apa yang dialami oleh orang lain, sebagaimana

pada parallel dan reactive outcomes. Selain perilaku menolong,

empati juga dihubungkan dengan perilaku agresif.

d. Pengukuran Empati

Beberapa dekade terakhir empati dapat diukur dengan

berbagai skala yang dapat digunakan untuk mengukur empati,

banyak instrument yang dapat digunakan dalam mengukur empati

yaitu:

1) Neurobiology and Physiology of Empathy Test

Tes ini terdiri dari 11 item berjenis multiple choice test yang

terdiri dari neurobiologi dan fisiologi terkait dengnan empati

dengan rentang skor antara 0-11 (Riess, Philips & Lorie, 2012).

2) The Ekman Facial Decoding Test

Merupakan pengkajian yang digunakan untuk mengkoding

ekspresi wajah dan emosi. Tes ini terdiri dari 14 gambar yang

terdiri dari 7 kategori yang berbeda terkait dengan ekspresi

emosi yaitu senang, sedih, takut, marah, terganggu, surprise dan


18

jijik). Item dalam tes ini memiliki rentang antara 0-14 (Riess,

Philips & Lorie, 2012).

3) The Jefferson Scale of Physician Empathy (JSPE)

Pengkajian perilaku fisik terkait dengan nilai empati pada

praktik klinik, 20 item pertanyaan yang jawabannya

menggunakan skala likert dengan 7 poin skala dan item skor

berada pada rentang 20 -140 (Riess, Philips & Lorie, 2012).

4) The Balanced Emotional Empathy Scale (BEES).

Merupakan pengukuran secara umum terkait dengan respon

empati pada kehidupan personal individu. 30 item terkait dengan

empati dengan 9 jawaban menggunakan skala likert dengan

rentang skor dimulai dari -120 sampai dengan +120 (Riess,

Philips & Lorie, 2012).

5) The Jefferson Scale of Patient Perceptions of Physician

Empathy (JSPPE)

Skala ini berisi 5 item pertanyaan yang subjeknya adalah

petugas kesehatan ataupun mahasiswa kesehatan. Tes ini

memiliki 7 jawaban dengan menggunakan skala likert kemudian

skor dari penjumlahan kuesioner tersebut dikalkulasi dan apabila

nilainya tinggi maka memiliki tingkat empati yang lebih baik

pula (Dowell, Demmel & Hagen, 2011).


19

e. Faktor-faktor yang Memengaruhi Empati

Widaningsih (2015) menyatakan ada bebarapa faktor yang

mempengaruhi empati, baik psikologis maupun sosiologis, antara

lain:

1) Sosialisasi, merupakan kemampuan individu untuk dapat

mengenal dan berinteraksi secara baik dalam lingkungan

tertentu dan memperoleh nilai-nilai yang sesuai dengan

lingkungannya tersebut. Dengan adanya sosialisasi ini akan

memungkinkan seseorang dapat merasakan emosi yang berbeda-

beda dari banyak orang disekitarnya, dan kemudian akan

mengarahkan seseorang untuk mampu melihat keadaan orang

lain dan berpikir tentang orang lain dari pengalaman

bersosialisasinya.

2) Perkembangan kognitif, yaitu kemampuan individu untuk

menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu

kejadian atau peristiwa. Sebelumnya telah dikatakan bahwa

setiap manusia sejak dilahirkan telah memiliki perasaan empati

dan empati akan terus berkembang bersamaan dengan

perkembangan kognitif, yang kemudian akan sampai pada yang

disebut kematangan kognitif, sehingga seseorang dapat melihat

sesuatu dari sudut pandang orang lain dan hal inilah yang

menunjukkan seseorang mampu berempati.


20

3) Mood and Feeling. Mood adalah suatu keadaan sadar pikiran

atau emosi yang dominan, sedangkan feeling adalah ekspresi

suasana hati terutama dalam gambaran diri. Keadaan perasaan

seseorang ketika berinteraksi dengan lingkungannya akan

mempengaruhi cara seseorang dalam memberikan respon

terhadap perasaan dan perilaku orang lain.

4) Situasi, merupakan semua fakta, kondisi dan peristiwa yang

mempengaruhi seseorang atau sesuatu pada waktu tertentu dan

di tempat tertentu. Situasi dan tempat tertentu dapat memberikan

pengaruh terhadap proses empati seseorang. Pada situasi tertentu

seseorang dapat berempati lebih baik dibanding situasi yang

lain.

5) Komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan oleh seseorang

kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap,

pendapat atau perilaku, baik secara langsung ataupun tidak

langsung (melalui media). Pengungkapan empati sangat

dipengaruhi oleh komunikasi yang digunakan seseorang.

Perbedaan bahasa dan ketidakpahaman tentang komunikasi yang

terjadi akan menjadi hambatan pada proses empati.


21

2. Motivasi

a. Definisi

Djamarah, (2015) mengatakan bahwa motivasi merupakan

suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai

dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai

tujuan tertentu.

b. Motivasi instrinsik dan ekstrinsik

Djamarah (2015) dalam mengemukakan soal macam-

macam motivasi, hanya akan dibahas dari dua sudut pandang,

yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang

yang disebut “motivasi instrinsik” dan motivasi yang berasal dari

luar diri seseorang disebut “motivasi ekstrinsik”.

1) Motivasi instrinsik

Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif

atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena

dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan

sesuatu. Motivasi instrinsik bila tujuannya inheren dengan

situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak

didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam

pelajaran itu. Anak didik termotivasi untuk belajar semata-mata

untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan

pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat

pujian, nilai yang tinggi atau hadiah. Dorongan untuk belajar


22

bersumber pada kebutuhan yang berisikan keharusan untuk

menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan (Sadirman,

2011).

2) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi instrinsik,

yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya

perangsang dari luar. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila

anak didik menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor

situasi belajar (resides in some factors outside the learning

situation). Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan

yang terletak diluar hal yang dipelajarinya. Misalnya untuk

mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan (Djamarah,

2015).

c. Prinsip-prinsip motivasi

Surya (2013) menjelaskan beberapa prinsip motivasi yang

dapat dijadikan acuan adalah antara lain:

1) Prinsip Kompetisi

Prinsip kompetisi adalah persaingan scara sehat baik intern maupun

antar pribadi. Dengan persaingan secara sehat dapat ditimbulkan

motivasi untuk bertindak secara lebih baik.

2) Prinsip Pemacu
23

Dorongan untuk melakukan tindakan akan terjadi apabila ada

pemacu tertentu. Dalam hal ini motif individu ditimbulkan dan

ditingkatkan melalui upaya secara teratur untuk mendorong selalu

melakukan berbagai tindakan atau unjuk kerja yang sebaik

mungkin.

3) Prinsip Ganjaran dan hukuman

Ganjaran yang diterima oleh seseorang dapat menjadikan

pendorong bagi individu untuk melakukan tindakan yang

menimbulkan ganjaran. Setiap unjuk kerja yang baik apabila

diberikan ganjaran yang memadai, cenderung akan meningkatkan

motif. Demikian pula hukuman yang diberikan dapat menimbulkan

motif untuk tidak lagi melakuakn tindakan yang menyebabkan

hukuman itu.

4) Kejelasan dan Kedekatan Tujuan

Makin jelas dan makin dekatt suatu tujaun akan makin mendorong

seseorang untuk melakukan tindakan. Hal ini dapat dilakukan

dengan memberikan penjelasan suatu tujuan dari tindakan yang

diharapkan.

5) Pemahaman hasil

Perasaan sukses yang ada pada diri seseorang akan mendorongnya

untuk selalu memelihara dan meningkatkan unjuk kerjanya lebih

lanjut. Pengetahuan tentang hasil mempunyai kaitan erat dengan

tingkat kepuasan yang dicapai.


24

6) Pengembangan minat

Minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam

menghadapi suatu objek. Dalam hal ini motivasi dapat dilakukan

dengan jalan menimbulkan atau mengembangkan minat sesorang

dalam melakukan tindakannya.

7) Lingkungan kerja yang kondusif

Lingkungan kerja yang kondusif baik lingkungan fisik, sosial

maupun psikologis dapat menumbuhkan dan mengembangkan

motif untuk berperilaku dengan baik dan produktif.

d. Tujuan dan Fungsi Motivasi

Djamarah (2015) secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan

motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar

timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga

dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu:

1) Motivasi sebagai pendorong perbuatan

Awal mulanya seseorang tidak ada hasrat untuk untuk

melakukan sesuatu, tetapi karena ada sesuatu yang dicari

munculah minatnya. Sesuatu yang akan dicari itu dalam rangka

untuk memuaskan rasa ingin tahunya dari sesuatu yang akan

dipelajari. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini

mempengaruhi sikap apa yang seharusnya mahasiswa ambil

(Uno, 2011).

2) Motivasi sebagai penggerak perbuatan


25

Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap

mahasiswa itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung,

yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik.

Disini mahasiswa sudah melakukan aktivitas dengan segenap

jiwa dan raga.

3) Motivasi sebagai pengarah perbuatan

Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi

mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan

yang diabaikan. Seorang mahasiswa yang ingin mendapatkan

sesuatu dari suatu mata pelajaran tertentu, tidak mungkin di

paksakan untuk mempelajari mata pelajaran yang lain. Pasti

mahasiswa akan mempelajari dimana tersimpan sesuatu yang

akan dicari (Uno, 2011).

e. Faktor yang Memengaruhi Motivasi

Aspek-aspek yang mempengaruhi motivasi atau menentukan

intensitas dari motivasi dikenal sebagai dimensi motivasi (Gunarsa,

2012). Sedangkan menurut Uno (2011) mengatakan bahwa motivasi

adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang untuk

mengadakan perubahan tingkah laku, yang mempunyai indikator

sebagai berikut, faktor intrinsik yaitu sebagai berikut:

1) adanya hasrat dan keinginan berhasil,

2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar,

3) adanya harapan dan cita-cita masa depan,


26

4) adanya penghargaan dalam belajar,

5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar,

6) adanya lingkungan belajar yang kondusif.

Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

motivasi dibagi menjadi dua yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi

motivasi intrinsik dan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

ekstrinsik. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik yaitu

sebagai berikut:

1) adanya hasrat dan keinginan berhasil,

2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar,

3) adanya harapan dan cita-cita masa depan,

4) adanya penghargaan dalam belajar.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

ekstrinsiknya yaitu

1) adanya penghargaan dalam belajar,

2) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar,

3) adanya lingkungan belajar yang kondusif.

3. Hubungan Antara motivasi diri dengan kemampuan empati mahasiswa

Mahasiswa umumnya mengalami penurunan kemampuan

mengembangkan kemampuan psikologisnya seperti kemampuan


27

mengembangkan motivasi dan empati. Hal ini terjadi karena mahasiswa

profesi dalam masa adaptasinya seringkali mengalami burn out (kelelahan

luar biasa yang disertai stress berat) yang berdampak pada kemampuannya

untuk mengembangkan motivasi dan empati (Habibie, 2015).

Motivasi diri yang berasal dari faktor nilai guna adalah faktor yang

utama yang membentuk motivasi pada penelitian ini. Mahasiswa

memahami bahwa pendidikan profesi berguna bagi diri mahasiswa dalam

membentuk baik keterampilan maupun sikap. Hal ini juga menunjukkan

bahwa mahasiswa telah memiliki tujuan dan identitas diri sebagai seorang

perawat (Urdan dan Karabenick, 2010).

Terkait dengan kecenderungan penurunan empati, Nunes dkk.

(2011) dalam risetnya mengemukakan bahwa mahasiswa profesi kesehatan

umumnya penurunan empati dari idealism menjadi realism mengenai

tindakan pada pasien karena terikat pada pencapaian standar kompetensi.

Hasil penelitian Nunes dkk. (2011) tersebut juga sejalanan dengan Ward

dkk. (2012) yang juga menemukan bahwa kemampuan empati mahasiswa

keperawatan cenderung mengalami penurunan dari masa ke masa saat

menjalani pendidikan. Penurunan kemampuan empati ini juga seiring

dengan penurunan motivasi diri dari yang semula idealis menjadi realis

sehingga cenderung semata-mata mengejar standar kompetensi.

Hal ini sejalan dengan penelitian Habibie (2015) yang melakukan

penelitian tentang hubungan motivasi diri dengan kemampuan empati

pada mahasiswa profesi ners angkatan 2014 STIKES ‘Aisyiyah


28

Yogyakarta. Hasil penelitian menyimpulkan adanya hubungan positif

yang signifikan antara motivasi diri dengan kemampuan empati pada

mahasiswa profesi ners. Rasa empati membentuk motivasi diri pada tenaga

medis untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pasien.

Penurunan kemampuan empati ini juga seiring dengan penurunan

motivasi diri dari yang semula idealis menjadi realis sehingga cenderung

semata-mata mengejar standar kompetensi. Penelitian lain juga dilakukan

oleh Hajibabaee (2018) melakukan penelitian tentang the relationship

between empathy and emotional intelligence among Iranian nursing

students. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara

empati yang diberikan oleh mahasiswa keperawatan di Iranian dengan

kecerdasan emosional yang dimiliki mahasiswa tersebut.


29

B. KERANGKA TEORI

Faktor-faktor yang
memengaruhi empati:
1. Sosialisasi
Empati 2. Perkembangan kognitif
3. Mood and feeling Prinsip Motivasi adalah
4. Situasi sebagai berikut:
5. Komunikasi 1. Prinsip Kompetisi
Proses Empati: 2. Prinsip Pemacu
1. Antecendents 3. Prinsip Ganjaran dan
2. Processes Hukuman
3. Interpersonal Outcomes Motivasi 4. Kejelasan dan
4. Intrapersonal Outcomes Kedekatan Tujuan
5. Pemahaman Hasil
6. Pengembangan Minat
7. Lingkungan yang
Caring Kondusif

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber: Djamarah (2015), Surya (2013) dan Ward et al (2012)
30

C. KERANGKA KONSEP

Variabel Bebas Variabel Terikat

Motivasi Diri Empati mahasiswa

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

D. HIPOTESIS

Ha :Ada hubungan motivasi diri dengan kemampuan empati

mahasiswa Sarjana Keperawatan Universitas Harapan Bangsa.

H0 :Tidak ada hubungan motivasi diri dengan kemampuan empati

mahasiswa Sarjana Keperawatan Universitas Harapan Bangsa.


31
BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN

Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan

penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau

panutan penelitian pada seluruh proses penelitian. Penelitian ini

merupakan penelitian bersifat survei analitik dengan korelasi. Survei

analitik yaitu suatu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan

mengapa fenomena itu terjadi kemudian dianalisis apakah terdapat

hubungan diantara keduanya dan studi korelasi adalah penelitian antara

dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok objek (Notoatmodjo,

2012).

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional,

yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-

faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2012). Pada

penelitian ini motivasi diri dan kemampuan empati mahasiswa diukur

dalam sekali waktu.

31
32

B. LOKASI PENELITIAN DAN WAKTU PENELITIAN

1. Lokasi penelitian

Lokasi Penelitian adalah tempat yang akan dilakukan penelitian.

Penelitian ini dilakukan di Universitas Harapan Bangsa.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian dimulai dari bulan November tahun 2020 sampai

bulan Juli tahun 2021.

3. Waktu pengambilan data

Pengambilan data akan dilakukan pada bulan Mei 2021.

C. POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan

dalam suatu penelitian (Hidayat, 2014). Populasi adalah kumpulan dari

individu atau objek atau fenomena yang secara potensial dapat diukur

sebagai bagian dari penelitian (Mazhindu dan Scot dalam Swarjana,

2015). Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa yang

sudah pernah menjalani praktik klinik di RS yaitu semester IV, VI dan

VIII yang berjumlah 279 mahasiswa.

2. Sampel

Sampel merupakan populasi yang akan diteliti terkadang

jumlahnya sangat melimpah, tempatnya sangat luas dan berasal

dari strata/ tingkat yang berbeda. Adanya keterbatasan waktu,


33

tenaga, biaya dan sebab lain, penelitian hanya menggunakan sebagian

dari populasi sebagai sumber data (Saryono, 2010). Teknik

pengambilan sampel yang akan digunakan pada penelitian ini adalah

total sampling. Pengambilan sampel secara total sampling yaitu

mengambil keseluruhan mahasiswa yang sudah pernah menjalani

praktik klinik di RS yaitu semester IV, VI dan VIII yang berjumlah

279 mahasiswa.

D. VARIABEL PENELITIAN

Variabel adalah suatu atau bagian dari individu atau objek

yang dapat diukur, variabel dapat berupa fisik atau berupa pikiran

atau feeling atau kejadian dalam kehidupan individu. Variabel

merupakan ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu

kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain

(Swarjana, 2015). Berikut beberapa jenis variabel :

1. Variabel bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau

dianggap menentukan variabel terikat. Variabel ini dapat merupakan

faktor resiko, predictor, kuasa/ penyebab. Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah motivasi diri mahasiswa S1 keperawatan.

2. Variabel terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah yang dipengaruhi oleh variabel

bebas. Variabel terikat juga disebut kejadian, luaran, manfaat,


34

efek atau dampak dari variabel bebas. Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah kemampuan empati mahasiswa.

E. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional variabel penelitian adalah fenomena

observasional yang memungkinkan peneliti untuk mengujinya secara

empiric, apakah outcome yang diprediksi tersebut benar atau salah

(Thomas dalam Swarjana, 2015).

Tabel 3.1 Definisi operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat ukur Parameter Skala


1. Motivasi diri Suatu pendorong yang Lembar a. Rendah (skor Ordinal
mengubah energi kuesioner 27-80)
dalam diri seseorang Motivasi b. Sedang (skor
untuk menjadi seorang menjadi 81-107)
perawat yang perawat c. Tinggi (skor ≥
diharapkan sesuai 108)
dengan keinginan.
2. Kemampuan Suatu tindakan yang Lembar a. Baik (skor 51- Ordinal
Empati berfokus untuk Kuesioner 80)
memahami perasaan Jeferson Scale b. Kurang (skor
yang sedang dirasakan Physician 20-50)
oleh pasien. Emphaty

F. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan

oleh peneliti dalam menggunakan data agar pekerjaannya lebih mudah

dan hasilnya lebih baik (cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih

mudah untuk diolah (Saryono, 2012). Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kuesioner, kuesioner yang digunakan ada 2 yaitu

kuesioner motivasi diri dan kuesioner Jeferson Scale Physician Emphaty.


35

Kuesioner motivasi menjadi perawat terdiri dari 27 pertanyaan dengan 4

pilihan jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak

setuju. Sedangkan Kuesioner Jeferson Scale Physician Emphaty terdiri

dari 20 pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban yaitu sangat setuju, setuju,

tidak setuju dan sangat tidak setuju. Adapun skoring dalam kuesioner

tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 kisi-kisi Kuesioner Motivasi menjadi perawat


Indikator No Item
Positif Negatif Jumlah
Minat 1, 2, 3, 5, 6, 4 10
7, 8, 9, 10
Pengetahuan 11, 12 13 3
Kebutuhan 14 - 1
Kemampuan 15, 16 - 2
Kesenangan 17 18 2
Pelaksanaan kegiatan belajar 19, 20, 21 - 3
Hasil belajar - 22 1
Kepuasan hasil belajar 23 24, 25 3
Karakteristik pribadi dan 26, 27 - 2
lingkungan
Jumlah 27

Tabel 3.2 kisi-kisi Kuesioner Jeferson Scale Physician Emphaty


Indikator No Item
Positif Negatif Jumlah
Perpective taking 2, 4, 5, 9, 10, 10
13, 15, 16 ,
17 dan 20
Compassionate care 1, 7, 8, 11, 8
12, 14, 18
dan 19
Standing patients shoe 3 dan 6 2
Jumlah 20

Pengujian instrument kuesioner dalam penelitian ini menggunakan

uji coba terpakai atau try out terpakai. Sebagaimana yang dijelaskan Hadi

dan Sutrisno (2000) bahwa dalam try out atau uji coba terpakai hasil uji
36

coba langsung digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dan tentu saja

hanya data dari butir-butir yang sah saja yang dianalisis. Jadi try out

terpakai merupakan suatu teknik untuk menguji validitas dan reliabilitas

dengan cara pengambilan datanya hanya sekali dan hasil uji coba langsung

digunakan untuk menguji hipotesis.

G. JENIS DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

1. Jenis Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada

subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan

dalam suatu penelitian (Nursalam, 2012). Burns dan Grove

menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam pengumpulan data

bergantung pada rancangan penelitian dan teknik instrumen yang

digunakan. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data primer dan data sekunder.

a. Data primer

Data primer diperoleh langsung dari subyek penelitian

dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data,

langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari

(Saryono, 2012). Pada penelitian ini data primer diperoleh secara

langsung dengan menggunakan kuesioner motivasi diri dan

kemampuan empati yang diisi oleh mahasiswa.

b. Data Sekunder
37

Data sekunder merupakan data yang diperoleh lewat pihak

lain, tidak langsung diperoleh peneliti dari subjek penelitianya

(Saryono, 2012). Pada penelitian ini data sekunder diperoleh dari

dokumen pada instansi terkait sesuai kebutuhan peneliti. Data

sekunder pada penelitian ini yaitu jumlah mahasiswa yang sudah

pernah menjalani praktik klinik di RS yaitu semester IV, VI dan

VIII di Universitas Harapan Bangsa.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan

lembar kuesioner yaitu dengan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan suatu pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab.

3. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulandata pada penelitian ini dilakukan

sebagai berikut :

a. Mengurus surat pengantar dari Universitas Harapan Bangsa.

b. Mengurus izin kepada rektor Universitas Harapan Bangsa.

c. Peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan risiko dilakukannya

penelitian melalui zoom.

d. Memberikan informed consent sebagai bukti bahwa bersedia untuk

dijadikan responden.
38

e. Setelah responden menyetujui persetujuan menjadi responden yang

diisi dalam google form kemudian peneliti melanjutkan

membagikan kuesioner.

f. Waktu pengisian kuesioner kurang lebih 20 menit untuk masing-

masing responden. Responden diharapkan menjawab semua

pertanyaan di dalam kuesioner.

g. Kuesioner yang telah diisi selanjutnya dicek kelengkapan isinya.

h. Data yang sudah terkumpul selanjutnya diolah dan dianalisis oleh

peneliti menggunakan program komputer.

H. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

1. Pengolahan Data

Metode pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan

perhitungan statistik dengan cara pengolahan dan analisis data

dilakukan dengan cara sebagai berikut (Notoatmodjo, 2012).

a. Editing

Editing adalah memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan (Hidayat, 2014). Editing dilakukan

dalam penelitian ini yaitu dengan memeriksa kembali kuesioner

yang telah diisi yang telah dikembalikan oleh responden. Setelah

data terkumpul, hal ini untuk menghindari pengambilan data

berulang.

b. Scoring
39

Scoring adalah memberikan skor terhadap item-item yang

perlu diberi skor (Hidayat, 2014). Scoring dalam penelitian ini

adalah kegiatan pemberian skor pada kuesioner jawaban responden

yang terdapat dalam kuesioner untuk dapat melakukan kegiatan

penilaian kategori terhadap hasil jawaban kuesioner responden.

Adapun scoring dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1) Motivasi diri

a) Sangat setuju dengan skor 4

b) Setuju dengan skor 3

c) Tidak setuju dengan skor 2

d) Sangat tidak setuju dengan skor 1

2) Kemampuan empati

a) Sangat setuju dengan skor 4

b) Setuju dengan skor 3

c) Tidak setuju dengan skor 2

d) Sangat tidak setuju dengan skor 1

c. Coding

Coding merupakan kegiatan memberikan kode numerik

(angka) terhadap data yang terdiri dari berbagai macam kategori

(Hidayat, 2014). Coding dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1) Motivasi diri

a) Tinggi dengan kode 1


40

b) Sedang dengan kode 2

c) Rendah dengan kode 3

2) Kemampuan empati

a) Baik dengan kode 1

b) Kurang dengan kode 2

d. Entri Data

Entri data adalah kegiatan memasukan data yang telah

dkumpulkan ke dalam master tabel kemudian membuat distribusi

frekuensi sederhana (Hidayat, 2014).

e. Cleaning

Cleaning merupakan pengecekan kembali data yang sudah

di entry apakah ada kesalahan atau tidak, mengecek data yang

sudah jadi dan sewaktu ada kekeliruan dan dapat diperbaiki segera

(Hidayat, 2014).

f. Tabulating

Tabulating yaitu membuat tabel-tabel data, sesuai dengan

tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti (Hidayat,

2014).

2. Analisis Data

Langkah terakhir dari suatu penelitian adalah melakukan

analisis data. Analisis data dilakukan secara bertahap dan dilakukan


41

melalui proses komputerisasi (Notoatmodjo, 2012). Analisis dalam

penelitian ini meliputi:

a) Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisa dengan menggunakan

distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi dapat mengetahui

persentase suatu kelompok terhadap seluruh pengamatan. Analisa

univariat dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hasil

pengukuran motivasi diri dan kemampuan empati. Setelah data

didapatkan maka dilakukan perhitungan persentase dengan rumus :

Keterangan :
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah sampel

b) Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap

dua variabel yang diduga memiliki hubungan atau berkolerasi

(Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini menggunakan uji statistik

spearman rank (Rho), digunakan untuk mengukur tingkat atau

eratnya hubngan antara dua variabel yang berskala ordinal. Rumus

spearman rank (Rho) yaitu :

= 1-
42

Keterangan :

= Nilai korelasi Spearman Rank

= Selisih setiap pasangan Rank

n = Jumlah pasangan Rank untuk spearman (5 < n < 30)

Taraf signifikan hubungan dengan menggunakan

spearman rank dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.2
Koefisien Korelation
Hasil Keterangan
0,00-0,20 Hampir tidak ada korelasi
0,21-0,40 Korelasi rendah
0,41-0,60 Korelasi sedang
0,61-0,80 Korelasi tinggi
0,81-1,00 Korelasi sempurna
43

I. ETIKA PENELITIAN

Menurut Hidayat (2014), dalam melaksanakan penelitian harus

memperhatikan prinsip-prinsip etika penelitian dan masalah etika

penelitian sebagai berikut:

1. Prinsip-prinsip etika penelitian

a. Prinsip manfaat (Beneficience)

Dengan prinsip pada aspek manfaat, maka segala bentuk

penelitian yang dilakukan memiliki harapan dapat dimanfaatkan

untuk kepentingan manusia. Prinsip ini dapat ditegakkan dengan

membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan

pada manusia, tidak menjadikan manusia untuk dieksploitasi.

Penelitian yang dihasilkan dapat memberikan manfaat dan

mempertimbangkan antar aspek risiko dengan aspek manfaat, bila

penelitian yang dilakukan dapat mengalami dilema dalam etik.

b. Prinsip menghormati manusia (Respect for human dignity)

Manusia memiliki hak dan makhluk yang mulia yang harus

dihormati, karena manusia memiliki hak dalam menentukan piihan

atara mau dan tidak mau untuk diikut sertakan menjadi subjek

penelitian.

c. Prinsip keadilan (Right to justice)


44

Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan

manusia dengan menghargai hak atau memberikan pengobatan

secara adil, hak menjaga privasi manusia, dan tidak berpihak dalam

perlakuan terhadap manusia.

2. Masalah etika penelitian

a. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara

peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar

persetujuan. Tujuan Informed consent adalah agar subjek mengerti

maksud dan tujuan penelitian. Jika subjek bersedia, maka mereka

harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak

bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden.

b. Anonymity (tanpa nama)

Masalah ini merupakan masalah etika yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat

ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data

atau hasil penelitian yang akan disajikan.

c. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-

masalah lainya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaan oleh peneliti.


45

Lampiran 1

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada calon Responden

Dengan hormat ,

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ray Hannif Fadillah

NIM : 170103072

Pendidikan : Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan

Institusi : Universitas Harapan Bangsa Purwokerto, Jl. Raden Patah No. 100

Ledug Kecamatan Kembaran, Purwokerto.

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Motivasi Diri

Dengan Kemampuan Empati Mahasiswa Keperawatan Di Universitas Harapan

Bangsa”. Penelitian ini tidak akan mengakibatkan kerugian bagi Anda sebagai

responden. Rekam kerahasiaan pada semua informasi akan dijaga dan

dipergunakan dengan semestinya. Jika Anda tidak bersedia menjadi responden,

maka tidak akan ancaman bagi Anda. Jika Anda bersedia menjadi responden,

maka saya mohon ketersediaan waktunya untuk mengisi lembar persetujuan yang

saya lampirkan dan menjawab pernyataan-pernyataan yang saya sertakan.

Demikian surat permohonan ini saya sampaikan, atas perhatian dan

ketersediaannya saya ucapkan terimakasih.


46

Hormat saya,

Ray Hannif Fadilla

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Alamat :
Usia :

Setelah mendengarkan dan memahami penjelasan dari peneliti, dengan ini


menyatakan bersedia menjadi responden / subjek dalam penelitian yang berjudul
“Hubungan Motivasi Diri Dengan Kemampuan Empati Mahasiswa
Keperawatan Di Universitas Harapan Bangsa” yang dilakukan oleh Ray
Hannif Fadillah mahasiswa program studi Keperawatan Program Sarjana
Universitas Harapan Bangsa Purwokerto.
Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sukarela dan tidak ada

paksaan dari siapapun dan agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Purwokerto, April 2021

Responden
47

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN MOTIVASI DIRI DENGAN KEMAMPUAN EMPATI


MAHASISWA KEPERAWATAN DI UNIVERSITAS

HARAPAN BANGSA

A. No Responden : .........................

B. Umur : ..........................

C. Jenis Kelamin :

Laki-laki Perempuan

D. Lama Kuliah : ..................... (tahun)

E. Motivasi diri
Anda diminta untuk menjawab semua pertanyaan dalam kuisoner ini tanpa
ada yang terlewati. Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan kondisi
anda saat ini, dengan memberikan tanda (√) pada salah satu kotak yang
tersedia. Pilihan jawaban terdiri dari:
SS : sangat setuju

S : setuju

TS : tidak setuju

STS : sangat tidak setuju


48

Jawaban
NO Pernyataan
SS S TS STS

1 Saya senang mengikuti kegiatan perkuliahan di


Studi Keperawatan Program Sarjana

2 Saya merasa senang dapat diterima di Studi


Keperawatan Program Sarjana
3 Saya tertarik masuk pendidikan Studi
Keperawatan Program Sarjana, karena perawat
merupakan pekerjaan yang mulia
4 Saya masuk pendidikan Studi Keperawatan
Program Sarjana ini bukan keinginan saya tetapi
kehendak orang tua
5 Untuk dapat menjadi perawat merupakan cita-
cita saya sejak kecil
6 Menurut saya setelah lulus, perawat akan lebih
mudah mencari pekerjaan
7 Prospek profesi perawat menurut saya cukup
strategis dalam menghadapi era global
8 Dilingkungan saya tinggal, banyak yang bekerja
sebagai profesi perawat, sehingga saya tertarik
untuk menjadi perawat
9 Setelah lulus kuliah, saya ingin mengabdikan
ilmu saya untuk kepentingan masyarakat
10 Setelah lulus kuliah nanti, saya ingin menjadi
perawat profesional
11 Saya betul-betul memahami bagaimana
pengaturan waktu selama mengikuti kegiatan
belajar mengajar di Program Studi Keperawatan
Program Sarjana
49

12 Saya sudah mempertimbangkan untung dan


ruginya masuk pendidikan Program Studi
Keperawatan Program Sarjana

13 Saya akan mengikuti program kegiatan belajar


dengan sungguh-sungguh untuk memenuhi
target kompetensi saya sebagai perawat
profesional

14 Saya harus mampu menyelesaikan pendidkan


program Program Studi Keperawatan Program
Sarjana tepat waktu yaitu 6 semester

15 Saya akan belajar dengan sungguh-sungguh agar


dapat masuk lima besar

16 Saya yakin bahwa setelah lulus dari pendidikan


Program Studi Keperawatan Program Sarjana
nanti saya akan segera bisa mendapatkan
pekerjaan

17 Saya akan mengikuti kegiatan belajar mengajar


sesuai dengan kemampuan fisik dan psikologis

18 Saya akan merasa lebih senang, apabila jam


mata kuliah sering kosong

19 Saya yakin bahwa setelah lulus nanti saya akan


memiliki kemampuan dasar keperawatan sesuai
dengan kompetensi sebagai perawat profesional

20 Saya yakin bahwa setelah lulus nanti saya akan


memiliki kemampuan dasar keperawatan sesuai
dengan kompetensi sebagai perawat profesional

21 Saya yakin dengan belajar yang rajin, maka akan


memberikan hasil yang optimal

22 Saya kuliah di Program Studi Keperawatan


50

Program Sarjana tidak mempermasalahkan nilai


yang penting bisa lulus

23 Biaya pendidikan Program Studi Keperawatan


Program Sarjana termasuk mahal, maka saya
harus dapat menggunakan waktu yang baik
untuk belajar

24 Saya hanya mau belajar, bila akan menghadapi


ujian saja

25 Setiap ada tugas yang diberikan oleh dosen, saya


senang menunda untuk menyelesaikannya

26 Sebagian besar keluarga saya bekerja sebagai


tenaga kesehatan, sehingga saya juga ikut-ikutan
kuliah di Program Studi Keperawatan Program
Sarjana

27 Saya dituntut oleh keluarga saya untuk dapat


menyelesaikan kuliah dengan tepat waktu

F. Kemampuan empati
Jawablah pernyataan di bawah ini dengan jawaban yang paling sesuai dengan
memberikan tanda (√) pada kolom yang sudah disediakan menurut
kepribadian anda masing masing dengan kriteria jawaban sebagai berikut:

SS : sangat setuju

S : setuju

TS : tidak setuju

STS : sangat tidak setuju


51

Jawaban
NO Pernyataan
SS S TS STS

1 Memahami perasaan pasien dan keluarga pasien,


tidak berpengaruh terhadap pengobatan medis
2 Pasien merasa lebih baik ketika perawat
memahami perasaannya.
3 Perawat sulit melihat permasalahan dari sudut
pandang pasien
4 Dalam hubungan perawat pasien, bahas tubuh
sama pentingnya komunikasi verbal dengan
pasien
5 Rasa humor perawat mempengaruhi kondisi
klinis pasien yang lebih baik.
6 Karena setiap orang berbeda-beda, maka perawat
sulit melihat sesuatu dari sudut pandang pasien.
7 Menaruh perhatian pada respon emosional
pasien, bukan merupakan hal yang penting saat
melakukan pengkajian.
8 Menaruh perhatian pada pengalaman pribadi
pasien, tidak mempengaruhi hasil pengobatan
9 Perawat mencoba untuk berada di samping
pasien ketika memberikan perawatan kepada
mereka.
10 Pasien menilai rasa pengertian perawat tentang
perasaan mereka sudah merupakan suatu
pengobatan.
11 Penyakit pasien dapat disembuhan hanya dengan
terapi medis, oleh karena itu ikatan emosi
perawat dengan pasien tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap pengobatan
12 Bertanya kepada pasien tentang 62 apa yang
terjadi dalam kehidupan pribadi mereka, tidak
begitu membantu dalam memahami keluhan
fisik pasien.
52

13 Perawat seharusnya mencoba untuk mengerti


apa yang difikirkan pasien, dengan
memperhatikan petunjuk nonverbal dan juga
bahasa tubuh pasien.
14 Saya yakin bahwa kondisi emosional tidak
berdampak pada pengobatan penyakit pasien
15 Empati merupakan ketrampilan terapeutik yang
jika tanpa itu semua, maka kesuksesan perawat
akan menjadi terbatas.
16 Pengertian perawat terhadap keadaan emosional
pasien dan keluarga, merupakan komponen
penting dalam hubungan perawat dan pasien.
17 Perawat harus mencoba untuk berfikir seperti
pasien mereka untuk memberikan perawatan
yang lebih baik.
18 Perawat sebaiknya tidak terpengaruh oleh ikatan
personal yang kuat dengan pasien dan keluarga
19 Saya tidak menikmati membaca literature non-
medis atau literature kesenian.
20 Saya percaya bahwa empati adalah satu faktor
terapeutik yang penting dalam pengobatan
medis.

Anda mungkin juga menyukai