Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA AN.D DENGAN TYPHOID FEVER


DI RUANG CEMPAKA RSUD PURBALINGGA

DI SUSUN OLEH :
ABDURROSIDI
170103002

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN II


UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2019
A. DEFINISI
Typhoid Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang bernama
salmonella typhi yang menyerang system pencernaan yang masuk melalui makanan
atau minuman yang terkontaminasi (Cahyono, 2010; Elsiver, 2013; Suratun dan
Lusianah, 2010).

B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini adalah kuman Salmonella typhi, Salmonella para typhi A, dan
Salmonella para typhi B. Wujudnya berupa basil gram negatif, bergerak dengan
rambut getar, tidak berspora, dan mempunyai tiga macam antigen (antigen O, H, dan
VI). Dalam serum penderita terdapat zat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen
tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41
̊C (option 37 ̊C) dan pH pertumbuhan 6-8. Salmonella typhi merupakan basil gram (-)
dan bergerak dengan rambut getar. Transmisi Salmonella typhi kedalam tubuh
manusia dapat melalui (Arif M, 2003) hal –hal berikut. 1.Transmisi oral, melalui
makanan yang terkontaminasi kuman salmonella typhi.2.Transmisi dari tangan ke
mulut, di mana tangan yang tidak higenis yang mempuyai Slmonella typhi langsung
bersentuhan dengan makanan yang di makan. 3.Transmisi kotoran, di mana kotoran
individu yang mempunyai basil Salmonella typhi kesungai atau sumber air yang
digunakan sebagai air minum yang kemudian langsung di minum tanpa di masak.

C. TANDA & GEJALA


Masa tunas 7-14 hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodroma( gejala awal
tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas )
1. Perasaan tidak enak badan
2. Nyeri kepala
3. Pusing
4. Diare
5. Anoreksia
6. Batuk
7. Nyeri otot
8.Muncul gejala klinis yang lain : Demam berlangsung 3 minggu. Minggu pertama:
demam ritmen, biasanya menurun pagi hari, dan meningkat pada sore dan malam hari.
Minggu kedua: demam terus. Minggu ketiga: demam mulai turun secara berangsur-
angsur, gangguan pada saluran pencernaan, lidah kotor yaitu ditutupi selaput
kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor, hati dan limpa
membesar yang nyeri pada perabaan, gangguan pada kesadaran, kesadaran yaitu
apatis-samnolen. Gejala lain ”RESEOLA” (bintik-bintik kemerahan karena emboli
hasil dalam kapiler kulit).

D. PATOFISIOLOGI
Bakteri salmonella typhi masuk bersama makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Masuk ke dalam saluran pencernaan terutama dibagian usus halus.
Kemudian mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus dan jaringan limfoid
mesentrika. Sehingga mengakibatkan peradangan dan nekrose setempat. Bakteri
melalui pembuluh limfe masuk ke aliran darah menuju ke organ organ terutama hati
dan limfe. Bakteri yang tidak di fagosit akan berkembang biak di dalam hati dan limfa
sehingga organ tersebut membesar disertai nyeri pada perabaan.
Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari) kuman kembali masuk ke darah dan menyebar
ke seluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid dan usus halus, menimbulkan
plak peyer. Pada masa ini bakteri mengeluarkan endotoksin yang mempunyai peran
membantu proses peradangan lokal dimana bateri ini berkembang. Sehingga
menyebabkan terangsangnya sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang. Zat pirogen ini akan beredar ke darah dan mempengaruhi
pusat termoregulasi di hipotalamus yang menimbulkan gejala demam. (PPNI Klaten,
2009).

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemerikasaan penunjang pada pasien dengan typhoid adalah pemerikasaan
laboratorium, yang terdiri dari :
1. Pemeriksaan leukosit
Didalam beberpa literatur dinyatakan bahwa typoid terdapat leukopenia dan
limpositosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidak sering di jumpai. Pada
kebanyakan kasus typhoid fever, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada
batas batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak
berguna untuk diagnosa typhoid fever.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada typhoid fever sering kali meningkat tetapi dapat kembali
normal setelah sembuhnya typhoid fever.
3. Biakan darah Bila biakan darah positif hal itu menandakan typhoidfever, tetapi
bila biakan darah negative tidak menutup kemungkinan akan terjadi typhoid fever.
Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung beberapa faktor : a. Tekhnik
Pemeriksaan Laboratorium hasil pemeriksan satu laboratorium berbeda dengan
laboratorium yang lain, hal ini disebabjkan oleh perbedaan tekhnik dan media biakan
yang digunakan. darah yang baik adalah pada saat demam yang tinggi yaitu pada saat
bakterimia berlangsung. b. Saat Pemeriksaan Selama Perjalanan Penyakit Biakan
darah pada Salmonella typhi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang
pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif
kembali. c. Vaksinasi di masa lampau Vaksinasi terhadap typhoid fever di masa
lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan
bakterimia sehingga biakan darah negatif. d. Pengobatan dengan obat anti mikroba
bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
4. Uji Widal
Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan anti bodi (agglutinin).
Agglutinin yang spesifik terhadap salmonella typhi terdapat dalam serum klien
dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah di vaksinasikan. Antigen yang
di gunakan pada uji widal adalah suspense salmonella yang sudah dimatikan dan di
olah di laboratorium tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya
agglutinin dalam serum klien yang di sangka menderita typhoid. Akibat infeksi
salmonellatyphi, klien membuat anti bodi atau agglutinin yaitu : a. Aglutinin O, yang
di buat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman) b. Aglutinin H, yang
dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman). c. Aglutinin Vi, yang
dibuat dari rangsanaganantigen Vi (berasal dari simpai kuman).

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan penyakit typhoid sampai saat ini di bagi menjadi tiga bagian
(Bambang Setiyohadi, Aru W, Idris Alwi, 2012), yaitu:
1. Istirahat dan perawatan Tirah baring dan perawatan professional bertujuan untuk
mencegah komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat seperti
makan, minum, mandi, buang air kecil dan besar akan membantu mempercepat masa
penyembuhan. Dalam perawatan perlu sekali di jaga kebersihan tempat tidur, pakaian
dan perlengkapan yang di pakai. Posisi pasien harus di awasi untuk mencegah
terjadinya dekubitus dan pnemoni ortostarti serta hygiene perorangan tetap, perlu
diperhatikan dan di jaga.
2. Diet dan terapi penunjang Diet merupakan hal yang paling penting dalam proses
penyembuhan penyakit dengan typhoid fever, karena makanan yang kurang akan
menurunkan keadaan uamum dan gizi penderita akan semakin turun dan proses
penyembuhan akan menjadi lama.dimana lampau penderita demam typhoid diberi
bubur saring, kemudian ditingkatkan menjadi bubur kasar dan akhirnaya di beri nasi,
yang perubahan diet tersebut disesuaikan dengan tingkaat kesembuhan pasien.
Pemberian bubur saring tersebut di tunjukan untuk menghindari komplikasi
perdarahan saluran cerna atau peforasi usus. Hal ini disebabka ada pendapat bahwa
usus harus di istirahatkan. beberapa penelitian menunjukan bahwa pemberian
makanan padat dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (menghindari
sementara sayuran yang berserat) dapat diberikan dengan aman pada penderita
typhoid fever.
3. Pemberian antibiotik a. Klorampenikol Di Indonesia Klorampenikol masih
merupakan obat pilihan utama untuk pengobatan demam typhoid. Dosis yang di
berikan 4 x 500 mg perhari dapat diberikan peroral atau intravena, diberikan sampai 7
hari bebas demam. b. Tiampenikol Dosis dan efektifitas tiampenikol pada typhoid
fever hampir sama dengan Klorampenikol. Akan tetapi kemungkinan terjadi anemia
aplastik lebih rendah dari kloram penikol. Dosis 4 x 500 mg di berikan sampai hari ke
5 dan ke 6 bebas demam. c. Kotrimoksazol Dosis untuk orang dewasa 2 x 2 tablet dan
di berikan selam 2 minggu. d. Ampisilin dan amoksisilin Kemampuan obat ini untuk
menurunkan demam lebih rendah di bandingkan dengan Klorampenikol, dosis
diberikan 50-150 mg/kgBB dan digunakan selama 2 minggu. e. Seflosporin generasi
ke tiga hingga saat ini golongan seflosporin generasi ke tiga yang terbukti efekti untuk
demam typhoid adalah sefalosforin, dosis yang dianjurkan adalah 3-4 gram dalam
dektrose 100cc diberikan selama ½ jam perinfus sekali sehari selam 3 hingga 5 hari.
G. KOMPLIKASI
Menurut (Arif Masjoer, 2013), komplikasi demam typhoid dapat di bagi dalam 2
bagian yaitu :
a. Komplikasi intestinal 1)Perdarahan usus 2)Perforasi usus 3)Ileus paralitik
b. Komplikasi ekstraintestinal 1)Komplikasi kardiovaskular : Kegagalan sirkulasi
perifer (renjatan, sepsis ), miokarditis, thrombosis, dan trombofebitis. 2)Komplikasi
darah : anemia hemolitik, trombositopenia, atau koagulasi intravaskulardiseminata
dan sindrom uremia hemolitik. 3)Komplikasi paru : Pnemonia, empemia, dan
pleuritis. 4)Komplikasi hepar dan kandung kemih : pielonefritis dan perinefritis.
5)Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis. 6)Komplikasi
tulang : osteomielitis, periostisis, spondilitis, dan arthritis.7)Komplikasi
neuropsikatrik : delirium, meningismus, meningitis, poluneuritis perifer, sindrom
gullain barre, psikosis dan sindrom katatona
H. PATHWAY
Bakteri Salmonella Typhi masuk ke saluran
gastrointestinal (melalui makanan & minuman yang
terkontaminasi)

Terjadi infeksi pada saluran pencernaan

Anoreksia, mual muntah Diserap usus halus

Ketidakseimbangan Melalui pembuluh limfe


Nutrisi : kurang dari masuk ke dalam
kebutuhan tubuh pembuluh darah

Masuk ke organ-organ Masuk ke organ-organ


tubuh terutama di hati tubuh terutama di hati
dan limfa dan limfa

Masuk ke organ-organ Basil yang tidak dihancurkan


tubuh terutama di hati Nyeri Akut berkembang biak di hati dan
dan limfa limfa akan membesar

Masuk kembali ke
dalam aliran darah
(endotoksin)

(Bakterimia) dan
menyebar ke seluruh
tubuh

Peredaran darah (Bakterimia primer)


Masuk Retiko Endothel
(RES) terutama pada
Hati dan limfa
Berkembang biak di hati
Dan limfa
Masuk ke aliran darah
(Bakterimia sekunder)

Pembesaran hati
Pengeluaran Endotoksin

Hepatomegali
Terjadi kerusakan sel

Lase plake peyer


Pelepasan zat pirogen
Erosi

Mempengaruhi pusat
NYER AKUT HIPERTEMIA
AA
Termoregulasi

I. FOKUS PENGKAJIAN
a.Kaji keluhan utama.
Pada pasien thypoid fever biasanya mengalami demam yang tidak turun-turun
b. Kaji riwayat penyakit sekarang
Kaji adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama pada malam hari,
nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epistaksis, penurunan kesadaran. c.Pada
pengkajian anak dengan typhoid seperti ditemukan timbulnya demam yang khas yang
berlangsung selama kurang lebih 3 minggu dan menurun pada pagi hari serta
meningkat pada sore dan malam hari, nafsu makan menurun, bibir kering dan pecah-
pecah, lidah kotor ujung dan tepinya kemerahan, adanya meteorismus, terjadi
pembesaran hati dan limfa, adanya konstipasi dan bahkan bisa terjadi gangguan
kesadaran seperti apatis sampai somnolen, adanya bradikardia, kemungkinan terjadi
komplikasi seperti pendarahan pada usus halus, adanya perforasi usus, peritonitis,
peradangan pada meningen, bronkhopneumonia, dan lain-lain. Pada pemeriksaan
laboratorium dapat ditemukan leukopenia dengan limfositosis relatif, pada kultur
empedu ditemukan kuman pada darah, urin, feses, dan uji serologis widal
menunjukkan kenaikan pada titer antibodi O lebih besar atau sama dengan 1/200 dan
H 1/200.
c. Kaji riwayat penyakit dahulu
Pernah dirawat di RS yang sama dengan keluhan demam
d. Kaji riwayat penyakit keluarga
Keliuaga ada yang menderita hipertensi
e. Pemerilsaan fisik
- Keadaan umum : lemah
-Tingkat kesadaran : apatis
-Abdomen : di dapatkan limpa dan hati membesar pada saat palpasi serta nyeri
abdomen pada saat perkusi didapat perut kembung serta auskultasi peristaltik usus
meningkat.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. NYERI AKUT berhubungan dengan agens cedera biologis (00132)
2. HIPERTERMIA berhubungan dengan sepsis (00007)

K. FOKUS RENCANA INTERVENSI


NO DX NOC NIC
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan - Manajemen Nyeri (140
dengan agens cedera biologis keperawatan selama 3x24 jam nyeri 1) Kaji nyeri se
(00132) akut pasien teratasi dengan kriteria komperhensif
hasil : 2) Memonitor TTV
- Tingkat Nyeri (2102) 3) Ajarkan pasien te

Indikator awal akhir relaksasi nafas dalam


210201 Nyeri yang di - Keterangan 4) Tingkatkan istirahat
laporkan 1=Sangat berat 5) Berikan analgesik u
210206 Ekspresi nyeri
2=Berat mengurangi nyeri
wajah
3=Sedang
210212 Tekanan darah
4=Ringan
210214 Berkeringat
5=Tidak ada
2 Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan - Penanganan Demam (3
dengan sepsis (00007) keperawatan selama 3x24 jam 1) Memonitor suhu tubu
Hipertermia pasien teratasi dengan 2) Memonitor TTV
kriteria hasil : 3) Memberikan kom
- Termoregulasi (0800) kepada pasien

Indikator awal akhir


4) Mengajarkan kelu
080015 Kenyamanan - Keterangan pasien kompres yang ben
suhu 1=Sangat berat 5) Berikan antipiretik
080019 Hipertermia 2=Berat
080003 Sakit kepala
3=Sedang
080004 Sakit otot
4=Ringan
5=Tidak ada

DAFTAR PUSTAKA

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2009). Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta :


Salemba Medika.
Widagdo. (2012). Masalah dan tatalaksana penyakit dengan demam. Jakarta : Sagung
seto.
Adler, Richard & Mara, Elise, 2016. Typhoid Fever - A History Mc Farland &
company. North Carolina.

Anda mungkin juga menyukai