Anda di halaman 1dari 64

HUBUNGAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER

DI POLI JANTUNG RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

Proposal Skripsi

Disusun Oleh :
ANITA RAHMAN NPM. 1614201110066

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2020
HUBUNGAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER
DI POLI JANTUNG RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

Proposal Skripsi

Diajukan kepada
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program studi
S-1 Keperawatan

Disusun Oleh:

ANITA RAHMAN NIM. 1614201110066

PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2020
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal ini dengan judul Hubungan Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung
Koroner di Poli Jantung RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin oleh Anita
Rahman, NPM: 1614201110066, telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing,
dan akan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Seminar Proposal Skripsi
Program Studi S.1 Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Banjarmasin, Maret 2020

Pembimbing 1

Solikin,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.MB
NIDN: 1129077901

Pembimbing 2

Sukarlan,SKM,M.Kes
NIDK: 8815260017

Mengetahui,

Ketua Program Studi S.1 Keperawatan

Hj. Ruslinawati, Ns., M.Kep


NIDN: 1107097801
PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : Anita Rahman
NIM : 1614201110066
Prodi : S1 Keperawatan
Fakultas : Keperawatan dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Proposal Skripsi yang berjudul Hubungan


Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Poli Jantung RSUD Dr.
H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin ini benar-benar merupakan hasil karya
sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang
saya akui sebagai tulisan atau fikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan. Proposal skripsi
ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.

Banjarmasin, 4 Maret 2020


Saya yang menyatakan,

Anita Rahman
NIM 1614201110066
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang tiada
pernah berhenti dicurahkan kepada semua hamba-Nya yang mau berdoa dan
berusaha tiada henti. Shalawat dan salam tidak lupa pula penulis haturkan pada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, atas kekuatan dan kemampuan yang
diberikan-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini.

Selesainya proposal skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Khairuddin, M.Ag  Rektor Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin
2. Bapak Solikin,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.MB Dekan Fakultas Keperawatan dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin. Sekaligus Pembimbing
I, yang telah banyak membantu, mengarahkan dan memberikan saran dan
kemudahan dalam penyusunan proposal skripsi ini.
3. Ibu Hj. Ruslinawati, Ns., M.Kep Ketua Program Studi S.1 Keperawatan
Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin.
4. Bapa Sukarlan,SKM,M.Kes Pembimbing II tentang metodelogi penelitian
yang telah banyak memberikan petunjuk dan arahan, bimbingan dan perbaikan
maupun saran dalam teknik penulisan.
5. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar beserta Staf Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin yang selama ini banyak memberikan bekal pengetahuan kepada
penulis dan telah membantu demi lancarnya segala urusan dalam proposal
skripsi ini.
6. Bapak, Ibu dan Keluarga besar yang terus mendoakan dan memberikan
dukungan serta memfasilitasi untuk keberhasilan penulis untuk menyelesaikan
proposal skripsi ini.
7. Teman-teman mahasiswa Universitas Muhammadiyah Banjarmasin dan
semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan memberi dukungan.

Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengucapkan mohon maaf atas segala kekurangan yang ada
dalam penyusunan proposal skripsi ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan proposal skripsi
ini. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan penulis sendiri khususnya.

Banjarmasin, Maret 2020

Anita Rahman
NIM 1614201110066
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................................ii

PERNYATAAN ORISINALITAS.....................................................................iii

KATA PENGANTAR.........................................................................................iv

DAFTAR ISI........................................................................................................vi

DAFTAR TABEL

...............................................................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................ix

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................x

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................7

1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................7

1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................8

1.5 Penelitian Terkait.......................................................................................8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................11

2.1 Konsep Penyakit Jantung Koroner............................................................11

2.2 Konsep Merokok.......................................................................................25

2.3 Kerangka Teori..........................................................................................35

2.4 Kerangka Konsep......................................................................................36

2.5 Hipotesis....................................................................................................37
BAB 3 METODE PENELITIAN.......................................................................38

3.1 Rancangan Penelitian................................................................................38

3.2 Definisi Operasional..................................................................................39

3.3 Populasi dan Sampel..................................................................................39

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................41

3.5 Instrumen Penelitian..................................................................................43

3.6 Teknik Pengumpulan Data........................................................................43

3.7 Teknik Pengolahan Data............................................................................45

3.8 Etika Penelitian..........................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................50
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional........................................................39

Tabel 3.2 Kegiatan dan Jadwal Penelitian.............................................................42

9
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori..................................................................................35

Gambar 2.2 Kerangka Konsep..............................................................................36

10
LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penelitian

Lampiran 2 Surat balasan Permohonan Permintaan Data Penelitian dari RSUD

Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin

Lampiran 3 Lembar Observasi

Lampiran 4 Lembar Konsultasi Bimbingan Proposal Skripsi

11
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kardiovaskuler telah menjadi salah satu masalah penting kesehatan

masyarakat dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

merupakan penyakit yang menyerang organ jantung. Gejala dan keluhan dari

PJK hampir sama dengan gejala yang dimiliki oleh penyakit jantung secara

umum. Penyakit Jantung Koroner salah satu penyakit yang tidak menular.

Diketahui bahwa jantung merupakan organ yang sangat berpengaruh bagi

tubuh manusia, dikarenakan jantung merupakan organ vital manusia. Penyakit

Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit yang disebabkan adanya plak yang

menumpuk di dalam arteri koroner yang mensuplai oksigen ke otot jantung.

Penyakit ini termasuk bagian dari penyakit kardiovaskuler yang paling umum

terjadi (Oemiyati and Rustika, 2017).

Berdasarkan WHO bahwa Penyakit Jantung Koroner menempati urutan

pertama dengan angka kematian sekitar 1.8 juta kasus kematian terbanyak

akibat penyakit jantung. WHO mencatat 17.2 juta jiwa dari kematian total 58

juta jiwa diseluruh dunia disebabkan karena penyakit jantung dan pembuluh

darah, sementara itu angka kematian Penyakit Jantung Koroner sekitar 6,7 juta

jiwa (WHO, 2016).

12
WHO mencatat 17,7 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskuler

mewakili 31% dari semua angka kematian global dan dari jumlah kematian

tersebut 7,4 juta disebabkan oleh Penyakit Jantung Koroner (WHO 2017

dalam Milasari, 2017).

WHO menunjukkan bahwa 41 juta orang meninggal setiap tahun. Dari total

tersebut penyakit kardiovaskuler memiliki peranan yang cukup besar. Sebesar

17.9 juta dari total kematian tersebut disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler

(WHO, 2018). Dilakukan dari data 3 tahun angka kejadian penyakit jantung

koroner menurut data dunia WHO semakin tahun angka kematian yang

disebabkan oleh Penyakit Jantung Koroner semakin meningkat.

Di Indonesia sendiri didapatkan data dari riset kesehatan dasar 2013. Setiap

tahunya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak Menular

(PTM) 63% dari seluruh kematian. Secara global PTM penyebab kematian

nomor satu setiap tahunya yaitu penyakit kardiovaskuler. Di Indonesia Angka

kejadian PJK tahun 2013 sekitar 883.447 jiwa sedangkan berdasarkan

diagnosis dokter/gejala sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 2.650.340

orang. Berdasarkan diagnosis dokter, jumlah penderita Penyakit Jantung

Koroner terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat sebanyak 160.812

(Riskesdas, 2013).

13
Dibandingkan dengan data dari Rikesdas 2018 Di Indonesia didapatkan,

Setiap tahunnya selalu meningkat jumlah orang yang meninggal karena

Penyakit Tidak Menular (PTM). Secara global PTM penyebab kematian

nomor satu setiap tahunya yaitu penyakit kardiovaskuler. Di Indonesia

prevalensi Penyakit Jantung (diagnosa dokter) menjadi 1,8 % di 2018 dengan

prevalensi tertinggi di Provinsi DI Yogyakarta (Riskesdas,2018).

Angka kejadian Penyakit Jantung Koroner di Indonesia menurut Riskesdas

2013 dan 2018 selalu mengalami peningkatan yang sangat signifikan, dengan

peningkatan sebanyak 3% selama 5 tahun ini. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa prevalensi angka kejadian penyakit jantung koroner di Indonesia terjadi

peningkatan disetiap tahunnya.

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan untuk jumlah kasus

baru, angka kejadian Penyakit Jantung Koroner pada tahun 2016 sebanyak

750 jiwa dan angka kejadian tertinggi adalah di Kabupaten Banjar sebanyak

171 jiwa dan terendah adalah Balangan sebanyak 6 jiwa.

Pada tahun 2017 angka kejadian Penyakit Jantung Koroner sebanyak 5971

jiwa dan angka kejadian tertinggi adalah Kabupaten Tapin menjadi kota

tertinggi dengan angka kejadian sebanyak 2923 jiwa dan terendah adalah kota

Balangan sebanyak 19 jiwa.

14
Pada tahun 2018 angka kejadian Penyakit Jantung Koroner sebanyak 11994

jiwa dan angka kejadian tertinggi adalah Hulu Sungai Utara sebanyak 3698

jiwa dan terendah adalah Tanah Bumbu sebanyak 19 jiwa. Angka kejadian

Penyakit Jantung Koroner di Provinsi Kalimantan Selatan dari tahun 2016,

2017, 2018 selalu mengalami peningkatan yang sangat signifikan, sehingga

dapat disimpulkan Provinsi Kalimantan Selatan setiap tahunnya mengalami

peningkatan.

Penyakit Jantung Koroner merupakan jenis penyakit yang multifaktorial.

Salah satu faktor yang sering dikaitkan terhadap PJK ialah kebiasaan

merokok. Penyakit Jantung Koroner adalah penyakit jantung yang terjadi

karena rusaknya dinding pembuluh darah diakibatkan oleh beberapa faktor

utama diantaranya adalah rokok, yang ditandai dengan nyeri dada atau terasa

tidak nyaman di dada. Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar

untuk kematian mendadak. Risiko PJK meningkat 2-4 kali pada perokok

dibandingkan dengan yang bukan perokok.

Prevalensi konsumsi tembakau di seluruh dunia sebanyak 20 persen di tahun

2016, Tiga juta orang mengalami kematian dini setiap tahunnya terkait

konsumsi tembakau yang menyebabkan penyakit kardiovaskular seperti

serangan jantung dan stroke, penyebab kematian utama di dunia (WHO,2016).

15
Merokok ialah salah satu faktor risiko penyebab terjadinya PJK yang sudah

menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia yang terus berkembang.

Lebih dari 7 juta kematian disebabkan oleh rokok, lebih dari 6 juta kematian

tersebut disebabkan perokok aktif sedangkan sekitar 890.000 disebabkan

paparan asap rokok (WHO, 2017).

WHO menyebutkan bahwa rokok menyebabkan peningkatan sampai 8 juta

kematian setiap tahunnya pada tahun 2030 (CDC, 2018). Lebih dari 6 juta

orang meninggal sebagai perokok aktif dan sekitar 890.000 lainnya meninggal

akibat terkena paparan asap rokok atau yang dikenal sebagai perokok pasif

Sebanyak 80% dari 1,1 milyar perokok di seluruh dunia berasal dari negara

berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2018).

Riskesdas (2013) menyatakan jumlah perokok anak Indonesia pada kelompok

usia 10-14 tahun sebanyak 0,5% dari jumlah penduduk yang merokok setiap

hari dan 0,9% dari jumlah penduduk yang merokok kadang-kadang.

Sedangkan pada kelompok usia 15-19 tahun sebanyak 11,2% dari jumlah

penduduk yang merokok setiap hari dan 7,2% dari jumlah penduduk yang

merokok kadang-kadang.

Prevalensi merokok pada remaja usia sekolah atau usia 10-18 tahun

mengalami kenaikan menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) terbaru.

Persentase perilaku merokok remaja pada Riskesdas 2018 tercatat sebesar 9,1

16
persen. Angka kejadian merokok di Indonesia terjadi peningkatan yang

signifikan, dari Riskesdas 2013 yakni 7,2 persen dengan Rikesdas 2018 yakni

9,1 persen.

Menurut riskesdas 2013 kebiasaan merokok di Provinsi Kalimantan Selatan,

perokok setiap hari sebanyak 22,1% dan perokok kadang-kadang 3,6%.

Sedangkan pada riskesdas 2018 kebiasaan merokok di Provinsi Kalimantan

Selatan, perokok setiap hari sebanyak 20,6% dan perokok kadang-kadang

3,9%. Demikian angka kejadian merokok di Provinsi Kalimantan Selatan

terjadi penurunan 1,5% pada perokok setiap hari dan terjadi peningkatan 0,3%

pada perokok kadang-kadang pada 5 tahun terakhir.

Berdasarkan data dari RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin Penyakit

Jantung Koroner di Poli Jantung RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh

Banjarmasin dalam periode tahun 2017 didapatkan 298 jiwa , tahun 2018

didapatkan 150 jiwa dan tahun terakhir 2019 ada 93 jiwa.

Dari hasil studi pendahuluan melalui wawancara pada hari Rabu, 22 Januari

2020 dan Senin, 27 Januari 2020 terhadap pasien yang datang ke Poli Jantung

RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin. Dimana dari 10 responden

yang diwawancara yang mengalami Penyakit Jantung Koroner , terdapat 3

orang yang mengalami Penyakit Jantung Koroner disebabkan oleh tingginya

17
kadar kolesterol . 4 responden karena faktor merokok, dan 3 responden

karena faktor tekanan darah tinggi.

Dari uraian latar belakang, fenomena serta fakta dilapangan tersebut, maka

peneliti mencoba untuk mengetahui apakah ada “Hubungan Merokok dengan

kejadian Penyakit Jantung Koroner” di Poli Jantung RSUD Dr. H. Moch

Ansari Saleh Banjarmasin yang merupakan rumah sakit umum milik

Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Selatan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diperoleh rumusan

masalah sebagai berikut “Apakah ada Hubungan Merokok dengan kejadian

Penyakit Jantung Koroner di Poli Jantung RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh

Banjarmasin?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Merokok dengan kejadian Penyakit

Jantung Koroner di Poli Jantung RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh

Banjarmasin.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi angka kejadian Merokok di Poli Jantung

RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin.

18
1.3.2.2 Mengidentifikasi angka kejadian Penyakit Jantung Koroner

Poli Jantung RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin.

1.3.2.3 Menganalisa kejadian Merokok dengan Penyakit Jantung

Koroner Poli Jantung RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh

Banjarmasin.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan responden mendapatkan pengetahuan

tentang Penyakit Jantung Koroner.

1.4.2 Bagi Keluarga

Hasil penelitian ini diharapkan keluarga responden mendapatkan

pengetahuan dan dapat menghadapi Penyakit Jantung Koroner yang

diderita responden.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan

ilmu pengetahuan di institusi pendidikan dan menambah wawasan

pengembangan ilmu keperawatan tentang Hubungan Merokok dengan

kejadian Penyakit Jantung Koroner.

1.4.4 Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapakan dapat menambah acuan penanganan

kepada pasien dengan diagnosis Penyakit Jantung Koroner.

19
1.5 Penelitian Terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Muhammad Ridwan

Rusydi Yudanardi, dkk. Tahun 2016, dengan judul “Hubungan Tingkat Adiksi

Merokok Dengan Derajat Keparahan Aterosklerosis Pada Pasien Penyakit

Jantung Koroner di RSUP Dr. Kariadi Semarang”. Metode: Penelitian ini

dilakukan dengan metode cross-sectional, dengan populasi 30 responden dan

jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini sejumlah 24

orang, namun dalam penelitian ini didapatkan sampel sebayak 30 responden.

Hasil Penelitian didapatkan hasil p = 0,156 (tidak signifikan), yang

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang berarti antara tingkat

adiksi merokok dengan derajat keparahan Penyakit Jantung Koroner yang

dinilai dari banyaknya sumbatan pada arteri koroner.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Pasedan Citra Sintya

Pracilia, dkk pada tahun 2018, dengan judul “Hubungan Antara Kebiasaan

Merokok Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Pasien Yang

Berkunjung Di Instalasi Cardiovascular And Brain Centre (Cvbc) Rsup Prof.

Dr. R. D. Kandou Manado”. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan metode

crosssectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pasien rawat jalan

yang berkunjung di instalasi Cardio Vascular and Brain Center (CVBC) dan

poliklinik interna umum RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Dengan

sampel minimum yaitu sebanyak 96 orang. Sampel ini terdiri atas pasien PJK

dan Non PJK. Hasil penelitian ini menunujukkan ada hubungan antara

20
kebiasaan merokok dan kejadian PJK (p= 0.000<0.05) dengan nilai OR=

5.850 yang berarti risiko orang dengan kebiasaan merokok 5.8 kali lebih besar

dibandingkan orang yang tidak merokok. Hasil diketahui bahwa responden

yang merokok dengan status PJK adalah sebanyak 50 (80.6%) responden dan

responden yang tidak merokok dengan status PJK yaitu sebanyak 10 (19.4%)

responden.

Adapun perbedaan dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini dilakukan

oleh peneliti pada tahun 2020 dengan judul penelitian “Hubungan Merokok

dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Di Poli Jantung Rsud Dr. H.

Moch Ansari Saleh Banjarmasin”. Dengan metode penelitian metode

crosssectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pasien Penyakit

Jantung Koroner yang rawat jalan berkunjung di Poli Jantung RSUD Dr. H.

Moch Ansari Saleh Banjarmasin.

21
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Jantung Koroner

2.1.1 Pengertian

Penyakit Jantung Koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan

oleh penyempitan arteri koroner, mulai dari terjadinya aterosklerosis

(kekakuan arteri), penimbunan lemak atau plak pada dinding arteri

koroner, maupun yang sudah terjadi penyumbatan oleh bekuan darah,

baik yang disertai gejala klinis ataupun tanpa gejala sekalipun (Kabo,

2014 dalam Nahdiah, 2016).

Penyakit Jantung Koroner adalah penyakit yang terjadi pada pembuluh

darah Arteri koroner yang terdapat di jantung, yaitu terjadinya

penyempitan dan penyumbatan pada pembuluh darah tersebut. Hal itu

terjadi karena adanya atheroma atau atherosclerosis (pengerasan

pembuluh darah), sehingga suplai darah ke otot jantung menjadi

berkurang (Maulana,2008 dalam Oktavia 2017).

Dapat disimpulkan bahwa Penyakit Jantung Koroner adalah suatu

penyakit yang terjadi pada jantung akibat penyumbatan pada pembuluh

darah dan penimbunan plak pada dinding arteri koroner.

22
2.1.2 Etiologi

Arteroklerosis merupakan penyebab penyakit koroner yang paling

sering ditemukan. Aterosklerosis menyebabkan penimbunan

lemak dalam arteri koroner , sehingga secara progresif

mempersempit pada pembuluh darah. Apabila lemak pada

pembuluh darah menyempit maka resisten terhadap aliran darah

akan meningkat dan membahayakan aliran darah miokardium.

Apabila penyakit ini semakin lanjut, maka penyempitan pada

arteri koroner diikuti dengan perubahan vaskuler yang

mempengaruhi kemampuan pembuluh darah untuk melebar.

Dengan demikian keseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen menjadi membahayakan miokardium (Wijaya & Putri,

2013 dalam Nahdiah, 2016).

Plak timbunan lemak dengan material fibrosa secara progresif

akan menyumbat arteri koroner sehingga mengurangi volume

darah yang dapat mengalir di dalam pembuluh arteri tersebut dan

menyebabkan iskemi miokardium (Robinson & Saputra, 2016

dalam Nahdiah, 2016).

23
2.1.3 Tanda dan Gejala

Menurut (Wijaya & Putri, 2013 dalam Nahdiah, 2016) gejala klinis

akan timbul apabila sudah terjadi obstuksi pada arteri koroner. Tanda

dan gejala tersebut meliputi :

2.1.3.1 Nyeri dada (angina pectoris), jika miokardium tidak

mendapatkan cukup darah, maka oksigen yang tidak dapat

memadai dan metabolisme yang berlebihan menyebabkan

kram atau kejang. Angina merupakan perasaan sesak di dada

atau perasaan dada seperti diremas-remas, yang timbul jika

otot jantung tidak mendapatkan darah yang cukup. Sesak

nafas, merupakan gejala yang bisa ditemukan pada gagal

jantung.

2.1.3.2 Kelelahan atau kepenatan, jika jantung tidak efektif

memompa, maka aliran darah ke otot selama melakukan

aktifitas akan berkurang, menyebabkan penderita merasa

lemah dan lelah. Gejala ini sering terjadi bersifat ringan.

Untuk mengatasinya penderita biasanya mengurangi aktifitas

nya secara bertahap.

2.1.3.3 Palapitasi (jantung berdebar-debar).

24
2.1.3.4 Pusing dan pingsan, penurunan aliran darah karena denyut

atau irama yang abnormal serta kemampuan memompa yang

buruk, bisa menyebabkan pusing dan pingsan.

2.1.4 Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

2.1.4.1 Usia

Kerentanan terhadap penyakit jantung koroner meningkat

seiring dengan bertambahnya usia. Namun dengan demikian

jarang timbul penyakit serius sebelum usian 40 tahun,

sedangkan dari usia 40 - 60 tahun, insiden MI meningkat lima

kali lipat. Hal ini terjadi akibat adanya pengendapan

aterosklerosis pada arteri koroner (Brown, 2006 dalam Oktavia

2017).

2.1.4.2 Faktor Genetik

Hipertensi dan Hiperolesterolemi dipengaruhi juga oleh faktor

genetik. Sebagian kecil orang dengan makanan sehari- harinya

tinggi lemak jenuh dan kolesterol ternyata kadar kolesterol

darahnya rendah, sedangnya sebalikannya ada orang yang tidak

dapat menurunkan kadar kolesterol darahnya dengan diet rendah

lemah jenuh dan kolesterol tetapi kelompok ini hanya sebagian

kecil saja. Sebagian besar manusia dapat mengatur kadar

kolesterol darahnya dengan diet rendah lemah jenuh dan

kolesterol. (Yuniadi Y, 2007 dalam Oktavia 2017).

25
Riwayat keluarga penderita Penyakit Jantung Koroner

umumnya mewarisi faktor-faktor resiko lainya, seperti

abnormalitas kadar kolesterol, peningkatan tekanan darah,

kegemukan dan DM.. Dengan menjaga tekanan darah, kadar

kolesterol dan gula darah agar berada pada nilai ideal, serta

menghentikan kebiasaan merokok, olahrag secara teratur dan

mengatur pola makan (Yahya, 2010 dalam Oktavia 2017).

2.1.4.3 Jenis kelamin

Penyakit jantung koroner pada laki-laki dua kali lebih besar

dibandingkan pada perempuan dan kondisi ini terjadi hampir 10

tahun lebih dini pada laki-laki daripada perempuan. Esterogen

endogen bersifat protektif pada perempuan, namun setelah

menopause insidensi PJK meningkat dengan cepat sebanding

dengan insudensi pada laki-laki (Leatham, 2006 dalam Oktavia

2017).

2.1.4.4 Merokok

Dari 11 juta kematian per tahun di Negara industri maju, lebih

dari setengah (6 juta) disebabkan gangguan sirkulasi darah, di

mana 2,5 juta adalah Penyakit Jantung Koroner dan 1,5 juta

adalah stroke. Resiko terjadinya PJK meningkat 2-4 kali pada

26
perokok dibandingan dengan bukan merokok. Resiko ini

meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang

diisap. Penelitian menunjukkan bahwa faktor resiko merokok

bekerja sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi,

kadar lemak atau gula darah yang tinggi, terhadap tercetusnya

PJK. Nikotin menganggu sistem saraf simpatis dengan akibat

meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan

ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan

adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan

darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan

irama jantung. Nikotin juga menganggu kerja saraf, otak dan

banyak bagian tubuh lainnya. Nikotin, CO, dan bahan-bahan

lain dalam asap rokok terbukti merusak endotel (dinding dalam

pembuluh darah) dan mempermudah timbulnya penggumpalan

ke dinding pembuluh darah. Akibat penggumpulan (thrombosis)

dan pengapuran (aterosklerosis) dinding pembuluh darah,

merokok akan merusak pembuluh darah perifer. (World Health

Organized,WHO,2014). Nikotin dari rokok secara langsung

merangsang reseptor asetilkolin pada neuron yang berisi

dopamin. Stimulasi reseptor asetilkolin inilah yang

menyebabkan timbunan dopamin di otak. Aktivasi ini

menimbulkan perasaan senang. Kadar puncak nikotin, aktivasi

otak yang sementara, diikuti dengan turunnya kadar nikotin

27
secara bertahap, sampai pada suatu titik “putus” yang hanya

dapat dihilangkan dengan menghisap rokok selanjutnya.

Didalam rokok terkandung 4000 zat kimia yang berbahaya bagi

kesehatan, seperti nikotin yang bersifat adiktif, tar yang bersifat

karsinogenik, dan bahkan juga formalin. (Sudoyo, 2006)

mengatakan bahwa:

2.1.4.4.1 Asap rokok mengandung nikotin yang memacu

pengeluaran zat-zat seperti adrenalin. Zat ini

merangsang denyut jantung dan tekanan darah.

2.1.4.4.2 Asap rokok mengandung karbon monoksida (CO)

yang memiliki kemampuan jauh lebih kuat daripada

sel darah merah (haemoglobin) untuk menarik atau

menyerap oksigen, sehingga menurunkan kapasitas

darah merah tersebut untuk membawa oksigen ke

jaringan-jaringan termasuk jantung.

2.1.4.4.3 Merokok dapat menyembunyikan angina yaitu sakit di

dada yang dapat memberi sinyal adanya sakit jantung.

Tanpa adanya sinyal tersebut penderita tidak sadar

bahwa ada penyakit berbahaya yang sedang

menyerangnya, sehingga ia tidak mengambil tindakan

yang diperlukan.

28
2.1.4.4.4 Perokok dua atau tiga kali lebih mungkin terkena

stroke dibandingkan dengan mereka yang tidak

merokok

2.1.4.5 Kurang berolahraga

Olahraga dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan

memperbaiki kolateral koroner sehingga dapat dikurangi resiko

Penyakit Jantung Koroner. Olahraga memperbaiki fungsi paru

dan pemberian oksigen ke miokard, menurunkan berat badan

sehingga lemak tubuh yang berlebihan dengan menurunnya

LDL kolesterol, menurunkan kolesterol, trigliserida dan kadar

gula darah pada penderita DM, menurunkan tekanan darah,

meningkatkan kesegaran jasmani.(Djohan T.B.A,2004 dalam

Oktavia 2017).

2.1.4.6 Obesitas

Menurut studi Framingham dalam tesis Oktavia 2017, Obesitas

menyebabkan terjadinya gangguan toleransi glukosa ataupun

kencing manis. Jika berat badan naik 20% maka angka kematian

meningkat 20% pada pria dan 10% pada wanita. Penurunan

berat badan akan memperpanjang usia dengan penurunan berat

29
badan sampai 10% akan menurunkan insiden penyakit jantung

koroner 20%. Makanan atau minuman siap saji yang didapat

melalui restoran fast food dapat mengakibatkan obesitas atau

kelebihan lemak tubuh. Hal ini diperparah lagi dengan

kurangnya gerak tubuh yang dilakukan, baik melalui gerakan

fisik saat kerja maupun olahraga. Obesitas akan mengakibatkan

terjadinya peningkatan volume darah sekitar 10-20%, bahkan

sebagian ahli menyatakan dapat mencapai 30%. Hal ini

merupakan beban tambahan bagi jantung.

2.1.4.7 Diabetes Mellitus

Kencing manis atau diabetes militus dapat disebabkan oleh

obesitas. Menurut Nicholay Sen and Westlund, obesitas sedang

akan meningkatkan risiko Penyakit Jantung Koroner 10 kali

lipat, jika berat badan lebih besar 45% dari berat badan standar,

maka resiko terjadinya penyakit kencing manis akan meningkat

menjadi 30 kali lipat. Mekanismenya belum jelas tetapi

terjadinya peningkatan tipe IV hiperlipidemia dan

hipertrigliserid, pembentukan platelet yang abnormal dan DM

yang disertai obesitas dan hipertensi. (Djohan T.B.A,2004 dalam

Oktavia,2017).

2.1.4.8 Hipertensi

30
Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko major untuk

Penyakit Jantung Koroner. Tekanan darah tinggi (hipertensi)

mengakibatkan jantung bekerja keras hingga pada suatu saat

akan terjadi kerusakan yang serius. Pada jantung, otot jantung

akan menebal (hipertrofi) dan mengakibatkan fungsi sebagai

pompa menjadi terganggu, selanjutnya jantung akan dilatasi dan

kemampuan kontraksinya berkurang. Tekanan darah tinggi

dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada otak,

mata (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal). 74% dari penderita

Penyakit Jantung Koroner menderita hipertensi. (American

Heart Association,AHA,2013 dalam Oktavia 2017).

2.1.5 Jenis-jenis Penyakit Jantung Koroner

Menurut (Kabo,2014 dalam Nahdiah 2016) Tipe Penyakit Jantung

Koroner meliputi :

2.1.5.1 Angina stabil yang kronis : Gejala PJK yang paling sering

adalah angina pectoris, yang dalam perkembangannya dapat

berlanjut menjadi serangan jantung. Merokok dapat

menyembunyikan angina yaitu sakit di dada yang dapat

memberi sinyal adanya sakit jantung. Tanpa adanya sinyal

tersebut penderita tidak sadar bahwa ada penyakit berbahaya

yang sedang menyerangnya, sehingga ia tidak mengambil

tindakan yang diperlukan.(Sudoyo,2006). Angina pectoris

31
didefinisikan sebagai nyeri dada atau perasaan tidak nyaman di

dada sebelah kiri diakibatkan berkurangnya suplai darah ke otot

jantung atau iskemia miokard. Angina pectoris tidak selalu

berupa nyeri dada, sebagian penderita merasakan seperti

perasaan terbakar, rasa sesak, rasa panas atau dingin di dada

(Kabo, 2014 dalam Nahdiah, 2016).

2.1.5.1.1 Angina Pectoris Stabil (STEMI)

Terdapat nyeri saat melakukan aktivitas berlangsung

selama 1-5 menit dan hilang saat istirahat. Nyeri dada

bersifat kronik (>2 bulan). Nyeri terutama di daerah

restrosternal, terasa seperti tertekan benda berat atau

terasa panas dan menjalar ke lengan kiri, leher, aksila,

dagu, punggung, dan jarang menjalar sampai pada

lengan kanan. Pada pemeriksaan EKG biasanya di

dapatkan depresi segmen ST (Idrus, 2007 dalam

Nahdiah 2016).

2.1.5.1.2 Angina Pectoris tidak Stabil (NSTEMI) Secara

keseluruhan sama dengan penderita angina stabil,

tapi nyeri lebih bersifat progresif dengan frekuensi

yang meningkat dan sering terjadi saat istirahat.

Pada pemeriksaan EKG biasanya didapatkan depresi

segmen ST (Idrus, 2007 dalam Nahdiah 2016).

2.1.5.2 Infark Miokard

32
Serangan atau infark miokard adalah suatu keadaan dimana otot

jantung tiba-tiba tidak mendapat suplai darah akibat sumbatan

mendadak arteri koroner karena bekuan darah akibat pecahnya

plak. Dengan demikian, gejala serangan jantung akan berupa

serangan angina pectoris dengan intensitas berat, terjadi

mendadak, dan disertai keringat dingin, sesak nafas atau

perasaan mau pingsan.

2.1.5.3 Gagal jantung

Gagal jantung didefinisikan sebagai jantung tidak mampu

memompa darah untuk kebutuhan tubuh. Banyak hal yang dapat

menyebabkan gagal jantung, akan tetapi yang paling sering

adalah akibat tekanan darah tinggi dan PJK, pada kasus PJK hal

ini disebabkan oleh karena arteri coroner yang sklerotik tidak

mampu lagi menyuplai darah dan oksigen yang cukup ke otot

jantung, sehingga terjadi penimbunan asam laktat di otot

jantung. Asam ini selain menyebabkan pembentukan sumber

tenaga otot jantung seperti ATP atau fosfo-kreatinin berkurang,

dan juga menyebabkan kalsium terhambat masuk ke dalam sel

otot jantung. Akibatnya terjadinya gangguan kontraktilitas otot

jantung yang secara klinis disebut gagal jantung. Gejala gagal

jantung yang paling menonjol adalah sesak. Sesak nafas akibat

gagal jantung memiliki beberapa ciri khas yaitu: sesak timbul

pada waktu mengadakan aktivitas (dyspnea d’effort) sesak

33
apabila berbaring telentang (orthopnea), atau tiba-tiba terbangun

tengah malam sewaktu sedang tidur karena sesak.

2.1.5.4 Aritmia atau Gangguan Irama

Apapun jenis gangguan irama, keluhan pasien biasanya sama

yaitu berdebar-debar dan napas pendek. Gangguan irama dapat

disebabkan oleh banyak penyebab yang bukan berasal dari

jantung, sebagai contoh : stress, pengobatan golongan

adrenergic, obat penurun berat badan, dan ectasi.

2.1.5.5 Mati Mendadak

Mati mendadak didefinisikan sebagai keMatian terjadi

secara tiba-tiba yaitu di dalam waktu satu jam, bisa

terjadi dengan gejala maupun tanpa gejala. Mati

mendadak dapat disebabkan karena penyakit jantung

atau bukan karena penyakit jantung.

2.1.6 Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner

Menurut Wiyaja & Putri, 2013 dalam Nahdiah 2016 Patofisologi dari

Penyakit Jantung Koroner terbagi dalam 2 tahap yaitu :

2.1.6.1 Iskemia

34
Iskemia adalah suatu keadaan kekurangan oksigen yang bersifat

sementara dan reversible. Iskemia yang bersifat sementara akan

menyebabkan perubahan reversible pada tingkat sel dan

jaringan, dan menekan fungsi miokardium.

2.1.6.2 Infark

Iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit menyebabkan

kerusakan selular yang irreversible dan kematian atau nekrosis.

Bagian miokardium yang menglamai infark atau nekrosis akan

berhenti berkontraksi secara permanen. Infark miokardium

biasanya menyerang ventrikal kiri. Infark transmural mengenai

seluruh tebal dinding yang bersangkutan, sedangkan infark

subendokardial terbatas pada separuh oleh seluruh bagian dalam

miokardium. Letak infark berkaitan dengan penyakit pada

daerah tertentu dalam sirkulasi koroner.

Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (plak) yang

mengandung lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan

terbentuknya kalsium pada intima, atau permukana bagian

dalam pembuluh darah. Plak ini membuat intima menjadi kasar,

jaringan akan berkurang oksigen dan zat gizi sehingga

menimbulkan infark, penyakit jantung koroner menunjukkan

gejala gizi terjadi infark miokard atau bila terjadi iskemia

35
miokard seperti angina pektoris. (Moore,1997 dalam Oktavia,

2017).

2.2 Konsep Merokok

2.2.1 Pengertian

Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap

isinya,baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa

(Saleh,2011).

Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari

tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya

atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa

bahan tambahan (Heryani, 2014).

Rokok adalah suatu kebiasaan (habituation) dan bukan satu

ketergantungan (addiction). Ada perbedaan yang sangat mendasar

antara kebiasaan (habituation) dan ketergantungan (addiction).

Kebiasaan adalah membiasakan diri melakukan sesuatu karena ada

bahan, bila ia menghentikan kebiasaannya. Maka akan muncul gejala-

gejala psikis dari dalam dirinya. Sedangkan ketergantungan,

sebagaimana ketergantungan heroin ataupun kokain adalah

36
ketergantungan fisik dan psikis yakni fisik pun menjadi terbiasa untuk

mengkonsumsi suatu bahan yang ada. Dengan demikian, dengan

ketiadaan bahan tersebut, selain menimbulkan gejala-gejala psikis, juga

membuat fisiknya menjadi lemah untuk melaksanakan kegiatan dan

aktivitas rutin (Husaini, 2007 dalam Mudrikah,2017).

Menurut Sumarno dan Mulyadi (2007 dalam Siam 2016), ada dua cara

merokok yang umum dilakukan, yaitu: pertama menghisap lalu menelan

asap rokok kedalam paru-paru dan menghembuskan kembali asap

rokok tersebut, sedangkan cara kedua yaitu hanya menghisap sampai

mulut lalu dihembuskan melalui mulut atau hidung.

2.2.2 Dampak merokok

Ogden (2000 dalam mudrikah, 2017) membagi dampak perilaku

merokok menjadi dua, yaitu :

2.2.2.1 Dampak Positif

Merokok menimbulkan dampak positif yang sangat sedikit bagi

kesehatan. (Ogden, 2000 dalam mudrikah,2017) menyatakan

bahwa perokok meyebutkan dengan merokok dapat

menghasilkan mood positif dan dapat membantu individu

menghadapi keadaan-keadaan yang sulit. Smet (1994)

menyebutkan keuntungan merokok (terutama bagi perokok)

yaitu mengurangi ketegangan, membantu berkonsentrasi,

dukungan sosial dan menyenangkan.

37
2.2.2.2 Dampak Negatif

Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang

sangat berpengaruh penyakit bagi kesehatan (Ogden,2000 dalam

Mudrikah,2017) Merokok bukanlah penyebab dari suatu

penyakit , tetapi dapat memicu suatu jenis sehingga boleh

dikatakan merokok tidak menyebabkan kematian, tetapi dapat

mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat

mengakibatkan kematian. Berbagai jenis penyakit yang dapat

dipicu karena merokok dimulai dari penyakit di kepala sampai

dengan penyakit di telapak kaki, antara lain (Sitepoe, 2001):

penyakit kardiovaskular, neoplasma (kanker), saluran

pernafasan, peningkatan tekanan darah, memperpendek umur,

penurunan vertilitas (kesuburan) dan nafsu seksual, sakit maag,

gondok, gangguan pembuluh darah, penghambat pengeluaran air

seni, ambliyopia (penglihatan kabur), kulit menjadi kering,

pucat dan keriput, serta polusi udara dalam ruangan (sehingga

terjadi iritasi mata, hidung dan tenggorokan).

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi merokok

Pendapat lain ditemukan oleh Hansen (1994 dalam Mudrikah 2017)

yaitu:

2.2.3.1 Faktor Biologis

Banyak penelitian menunjukan bahwa nikotin dalam rokok

38
merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting pada

ketergantungan merokok.

2.2.3.2 Faktor Psikologis

Merokok dapat bermakna meningkatkan konsentrasi, menghalau

rasa kantuk, memberikan kesan modern dan berwibawa,

sehingga bagi individu yang sering bergaul dengan orang lain,

perilaku merokok sulit untuk dihindari.

2.2.3.3 Faktor Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan dan

perhatian individu pada perokok. Seseorang akan berperilaku

merokok dengan memperhatikan lingkungan sosialnya.

2.2.3.4 Faktor Demografis

Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang

merokok pada usia dewasa semakin banyak (Smet, 1994) akan

tetapi pengaruh jenis kelamin zaman sekarang sudah tidak

terlalu berperan karena baik pria maupun wanita sekarang sudah

merokok.

2.2.4 Bahaya merokok

Penyakit yang diakibatkan oleh merokok berhubungan dengan paru-

paru dan jantung. Penyakit paru-paru akibat merokok yaitu bronkitis,

emfisema, kanker paru-paru, dan penyakit jantung, wanita hamil yang

merokok juga membahayakan bayi yang di kandungnya (Saktiyono,

39
2008).

2.2.4.1 Bronkitis

Tar yang terdapat dalam asap tembakau menyebabkan dua

reaksi dalam paru-paru. Reaksi tersebut yaitu terbentuknya

lendir yang lebih banyak dan kerusakan sel-sel epitelium

bersilia (rambut getar) didalam saluran pernafasan, kedua,

reaksi ini menyebabkan terkumpulnya lendir didalam bronkus.

Bakteri dan virus akan terkumpul dan berkembang biak didalam

lendir. Akibatnya, terjadilah penyakit yang disebut bronkitis

atau “Batuk perokok”.

2.2.4.2 Emfisema

Penyakit ini dapat berkembang dari penyakit bronkitis pada

perokok. Bahan beracun dalam tembakau merangsang

dihasilkannya enzim pencerna protein oleh sel-sel tertentu.

Enzim ini merusak kelenturan dinding alveoli. Hilangnya

kelenturan paru-paru menyebabkan pertukaran udara didalam

paru-paru terhambat. Penderita emfisema harus berjuang hanya

untuk bernafas. Penderita emfisema menjadi sangat tergantung

pada respirator untuk membantu pernafasan.

2.2.4.3 Penyakit jantung

Laki-laki perokok memiliki resiko yang lebih tinggi terkena

penyakit jantung daripada wanita perokok. Nikotin dan karbon

monoksida merupakan faktor utama yang menyebabkan

40
penyakit jantung. Penyakit jantung dapat mengakibatkan

kematian pada perokok. Nikotin menyebabkan jantung berdetak

lebih cepat, meningkatkan tekanan darah, dan menyebabkan

penyempitan pembuluh darah. Akibatnya, jumlah darah yang

mengalir ke jaringan tubuh berkurang. Jantung harus memompa

darah lebih kuat untuk mendorong mengalirnya darah melalui

sistem peredaran darah. Karbon monoksida menurunkan

kandungan oksigen didalam darah. Hal ini terjadi karena

hemoglobin dalam darah lebih mudah meningkat karbon

monoksida daripada oksigen. Akibatnya, suplai oksigen ke

organ termasuk jantung menjadi berkurang. Para perokok lebih

mudah lelah daripada bukan perokok.

2.2.4.4 Kanker paru-paru

Suatu substansi dalam rokok yang memacu terjadinya kanker

adalah benzopiren, tar, dan resein. Benzopiren menyebabkan

terbentuknya sel-sel kanker di paru-paru, tar dan resein

mengandung suatu zat yang membantu sel-sel kanker tumbuh

lebih cepat. Penderita paru-paru memiliki napas pendek dan

akan batuk lendir serta darah. Mereka juga akan kehilangan

kekuatan dan berat badan. Para penderita kanker paru-paru

rentan mengalami kanker kerongkongan, laring, mulut, dan

pankreas. Mengingat bahaya dari asap rokok maka untuk

melindungi orang-orang yang bukan perokok dari para perokok,

41
perlu ada aturan-aturan tentang boleh tidaknya seseorang

merokok. Misalnya, mengharuskan di tempat-tempat umum

seperti mall, supermarket, bioskop dan tempat-tempat umum

lainnya disediakan tempat khusus bagi perokok. Di bus-bus

umum, kereta api, pesawat, atau kendaraan umum lainnya perlu

diberlakukan larangan merokok (Saktiyono, 2008).

2.2.5 Kandungan pada rokok

2.2.5.1 Tar

Tar terkumpul diparu-paru karena asap rokok akan mendingin

setelah diisap dan masuk ke dalam paru-paru. Tar akan

bercampur dengan bahan-bahan kimia beracun yang lain.

Beberapa diantaranya merupakan karsinogen (suatu substansi

penyebab kanker).

2.2.5.2 Nikotin

Nikotin dikenal salah satu racun yang paling kuat. Nikotin

membuat seseorang ketagihan tembakau. Tidak adanya

tembakau dapat mengakibatkan gejala-gejala perasaan yang

tidak menyenangkan. Gejala-gejala ini dapat terjadi pada

seseorang yang mencoba untuk berhenti merokok. Nikotin

merangsang pelepasan hormon adrenalin kedalam darah.

Hormon adrenalin menyebabkan peningkatan detak jantung dan

peningkatan tekanan darah. Dalam jangka waktu lama, tekanan

darah yang tinggi dapat menyebabkan masalah yang berkaitan

42
dengan sistem peredaran darah. Masalah tersebut misalnya

penyakit jantung.

2.2.5.3 Karbon monoksida

Karbon monoksida merupakan gas yang lebih mudah terikat

dengan hemoglobin dibandingkan dengan oksigen. Akibatnya,

kandungan oksigen didalam darah menurun sehingga jantung

harus bekerja lebih keras untuk menyediakan oksigen didalam

tubuh. Dalam jangka waktu lama, kandungan karbon monoksida

yang tinggi dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah.

Pengerasan ini terutama pada pembuluh darah yang membawa

oksigen ke otot jantung (Saktiyono, 2008).

2.2.5.4 Timah hitam (Pb)

Timah hitam (Pb) yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak

0,5 µg. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap

dalam satu hari akan menghasilkan 10 µg. Sementara ambang

batas bahaya timah hitam yang masuk kedalam tubuh adalah 20

µg per hari (Sitepoe, 1997 dalam Siam, 2016).

2.2.6 Pembagian Rokok

Rokokdibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:

2.2.6.1 Rokok berdasarkan bahan baku atau isinya, dibedakan menjadi:

2.2.6.1.1 Rokok Putih

Isi rokok ini hanya daun tembakau yang diberi saus

untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu

43
(Mardjun, 2012). Rokok putihmengandung14-15 mg

tar dan 5 mg nikotin(Alamsyah,2009).

2.2.6.1.2 Rokok Kretek

Bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan

cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek

rasa dan aroma tertentu(Mardjun,2012). Rokok

kretek mengandung sekitar 20 mg tar dan 44-45 mg

nikotin (Alamsyah,2009).

2.2.6.1.3 Rokok Klembak

Bahan baku atau isinya berupa daun tembakau,

cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk

mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

2.2.6.2 Rokok berdasarkan penggunaan filter menurut Mardjun (2012)

dibagi menjadi duakelompok, yaitu:

2.2.6.2.1 Rokok Filter: rokok yang pada bagian pangkalnya

terdapat gabus.

2.2.6.2.2 Rokok Non Filter: rokok yang pada bagian pangkalnya

tidak terdapat gabus.

2.2.7 Klasifikasi Perokok

Ada beberapa cara untuk mengklasifikasikan intensitas merokok. Salah

satunya adalah yang dilakukan Sitepoe pada tahun 1999. Sitepoe

44
melakukan klasifikasi perokok berdasarkan jumlah rokok yang

dikonsumsi tiap hari. Klasifikasi ini membagi perokok menjadi perokok

ringan, perokok sedang dan perokok berat. Perokok ringan adalah

perokok yang mengonsumsi satu hingga sepuluh batang rokok per hari.

Perokok sedang adalah perokok yang mengonsumsi sebelas hingga dua

puluh empat batang per hari. Sementara perokok berat mengonsumsi

lebih dari dua puluh empat batang rokok per hari. Penggunaan jumlah

rokok yang dikonsumsi sebagai dasar klasifikasi juga dilakukan oleh

Mu’tadin, dengan penambahan intensitas atau waktu merokok sebagai

dasar klasifikasi. Mu’tadin membagi perokok menjadi empat golongan,

perokok ringan, perokok sedang, perokok berat dan perokok sangat

berat. Hal senada dikemukakan pula oleh Smet pada tahun 1994, namun

Smet menggunakan kriteria jumlah yang lebih rendah dibandingkan

Sitepoe.

45
2.3 Kerangka Teori

Kerangka konsep adalah uraian tentang hubungan antar variabel-variabel

yang terkait dengan masalah penelitian dan dibangun berdasarkan kerangka

teori/kerangka pikir atau hasil studi sebelumnya sebagai pedoman

penelitian (Supardi & Surahman, 2014). Sedangkan menurut Nursalam

(2016) Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat

dikomunikasiakn dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan

antar variabel, baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti.

Usia

Faktor Genetik

Merokok

Jenis Kelamin

Penyakit Jantung
Kurang Berolahraga
Koroner

Obesitas

Diabetes Mellitus

Hipertensi

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: (Djohan T.B.A,2004, Brown,2006, Leathan,2006, Yuniadi

Y,2007, Yahya,2010, dalam Oktavia,2017) (AHA,2013)

(Sudoyo,2016).

46
2.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan

atau kaitan antara konsep-konsep atau vaeriabel-variabel yang akan diamati

atau diukur melalui penelotian yang akan dilakukan (Notoadmojo,2012).

Variabel Independen Variabel Dependen Hasil

Merokok Kejadian Penyakit - Berhubungan


Jantung Koroner - Tidak

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

47
2.5 Hipotesis

Menurut Sujarweni (2014), hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap tujuan penelitian yang diturunkan dari kerangka penelitian yang

telah dibuat. Hipotesis untuk penelitian ini adalah terdapat hubungan antara

Merokok dengan kejadian Penyakit Jantung Koroner di Poli Jantung RSUD

Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin.

48
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam penelitian,

memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi akurasi suatu hasil. Rancangan penelitian merupakan hasil

akhir dari suatu tahap keputusan yang di buat oleh peneliti berhubungan

dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan . rancangan penelitian ini

pada hakikatnya merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian

yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti

pada seluruh proses penelitian (Nursalam, 2015).

Desain penelitian ini menggunakan deskriptif korelasional dengan pendekatan

cross sectional. Pendekatan cross sectional dilakukan dengan menekankan

waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya

satu kali satu saat (Nursalam, 2013).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan merokok dengan

kejadian penyakit jantung koroner di Poli Jantung RSUD Dr. H. Moch Ansari

Saleh Banjarmasin tahun 2020.

49
3.2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

(diukur) yang memungkinkan peneliti melakukan observasi atau pengukuran

secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemmudian dapat

diulangi lagi oleh orang lain. Jadi, definisi operasional dirumuskan untuk

kepentingan akurasi, komunikasi, dan replikasi (Nursalam, 2015).

Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional

Definisi Alat
Variabel Parameter Skala Hasil Ukur
Operasional Ukur
Variabel Kegiatan Klasifikasi Kuesioner Ordinal 1. Tidak Merokok
Independen: membakar perokok: 2. Merokok Ringan,
Merokok tembakau yang 1. Perokok Ringan apabila
kemudian 1-4 batang per menghisap 1-4
dihisap baik hari batang per hari.
rokok maupun 2. Perokok Sedang 3. Merokok Sedang,
pipa 5-14 batang per apabila
hari menghisap 5-14
3. Perokok Berat batang per hari.
Lebih dari 15 4. Merokok Berat,
batang per hari apabila
menghisap lebih
dari 15 batang
per hari
(Smet,1994)
Variabel Suatu penyakit Dari status rekam Lembar Ordinal 1. Ada Penyakit
dependen: yang terjadi medik dilihat dari Observasi Jantung Koroner,
Kejadian pada jantung hasil diagnosa apabila diagnosa
Penyakit akibat dokter yang dokter
Jantung penimbunan menyatakan menyatakan
Koroner plak pada Penyakit Jantung Penyakit Jantung
dinding arteri Koroner Koroner
koroner 2. Tidak ada
Penyakit Jantung
Koroner, apabila

50
diagnosa dokter
menyatakan tidak
ada Penyakit
Jantung Koroner
3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Merupakan unit dimana suatu hasil penelitian akan diterapkan. Idealnya

penelitian dilakukan pada populasi, karena dapat melihat gambaran

seluruh populasi sebagai unit dimana hasi peneitian di terapkan.

Populasi adalah keseluruhn subjek yang memenuhi kriteria yang telah

ditentukan (Nursalam, 2014).

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek

ang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugioyono,

2014).

Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien laki-laki dewasa yang

datang berobat di Poli Jantung RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh

Banjarmasin tahun 2020.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sekelompok individu yang merupakan bagian dari

populasi terjangkau dimana peneliti langsung mengumpulkan data atau

51
melakukan pengamatan/pengukuran pada unit ini. Sampel adalah

bagian populasi terjangkau yang dapat digunakan sebagai subjek

52
53

penelitian melalui sampling (Nursalam, 2014). Sampel adalah bagian

dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasii (Sugiyono,

2014).

Sampel pada penelitian ini adalah orang yang memenuhi kriteria

berikut:

3.3.2.1. Bersedia dijadikan sampel penelitian

3.3.2.2. Berusia 40 tahun sampai 60 tahun keatas

3.3.2.3. Dapat berkomunikasi dengan baik

3.3.2.4. Tidak mengalami obesitas

3.3.2.5. Tidak mengkonsumsi alkohol

3.3.3. Sampling

Sampling merupakan proses penyeleksi porsi dari populasi untuk

mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang

ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang

benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam,

2015).

Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan nonprobability

sampling dengan aksidental sampling yaitu suatu teknik penetapan

sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi yang sesuai

degan kehendak peneliti (Nursalam, 2013).


54

Sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan responden yang

kebetulan ada pada April sampai Mei 2020.

3.4. Tempat dan Waktu Penelitian

3.4.1 Lokasi Penelitian

Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data selama

penelitian berlangsung (Notoadmojo,2010). Tempat dan waktu

penelitian yang akan dilaksanakan di Poli Jantung RSUD Dr. H. Moch

Ansari Saleh Banjarmasin.

3.4.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian diperhitungkan mulai dari pengajuan judul penelitian

sampai selesainya waktu penelitian. Waktu penelitian dimulai sejak

pengajuan judul ke pembimbing proposal skripsi yaitu pada bulan

Desember 2019, studi pendahuluan dilakukan pada Januari 2020 dan

penelitian akan dimulai pada April - Mei 2020.

Tabel 3.2 Kegiatan dan Jadwal Penelitian.

Bulan
No Kegiatan
Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni
1 Studi Pendahuluan
2 Judul
3 Menyusun proposal
4 Seminar proposal
5 Revisi proposal
7 Etika penelitian
Uji Validitas dan
8
Reliabilitas
9 Pelaksanaan
55

penelitian
10 Penyusunan laporan
11 Seminar skripsi
12 Revisi skripsi
Pengumpulan naskah
13
skripsi

3.5. Instrumen Penelitian

Intsrumen penelitian alat atau fasilitas yang digunakan untuk mengumpulkan

data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih

lengkap, cermat, dan sistematis sehingga mudah diolah (Arikontu, 2007).

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri

dari :

3.5.1. Merokok

Intrumen pengumpulan data yang digunakan untuk responden diketahui

melalui kuesioner untuk mengukur status merokok responden yang

tidak merokok, perokok ringan, perokok sedang, dan perokok berat.

3.5.2. Kejadian Penyakit Jantung Koroner

Instrumen pengumpulan data pada kejadian Penyakit Jantung Koroner

digunakan pengukuran melalui lembar observasi untuk melihat status


56

rekam medik responden dari hasil diagnosa dokter apakah responden

Penyakit Jantung Koroner atau tidak Penyakit Jantung Koroner.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang di perlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2015). Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara

kepada responden dengan langkah-langkah sebagai berikut :

3.6.1 Meminta surat izin dari Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan tentang rekomendasi

melakukan penelitian di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin.

3.6.2 Setelah mendapat surat persetujuan izin dari RSUD Dr. H. Moch Ansari

Saleh Banjarmasin. Peneliti melakukan penelitian terhadap responden

dengan terlebih dahulu memberikan penjelasan tentang maskud dan

tujuan penelitian.

3.6.3 Memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden dan jika

responden menyetujui untuk jadi responden kemudian diminta untuk

menandatangani persetujuan untuk menjadi responden.

3.6.4 Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara langsung

kepada responden tentang merokok.


57

3.6.5 Peneliti pada saat melakukan wawancara kepada responden, peneliti

sambil mengisi lembar observasi yang sudah disiapkan.

3.6.6 Setelah peneliti melakukan wawancara, peneliti melihat status rekam

medik hasil diagnosa dokter apakah responden ada Penyakit Jantung

Koroner atau tidak ada Penyakit Jantung Koroner.

3.6.7 Lembar observasi yang telah diisi, kemudian dikumpulkan dan

diperiksa kelengkapannya oleh peneliti, kemudian dilakukan analisis.

3.7. Teknik Pengolahan Data

3.7.1. Teknik Pengolahan Data

Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus di

tempuh (Hidayat, 2014), diantaranya :

3.7.1.1. Editing

Hasil kuesioner dari lapanganteah dilakukan penyntingan

(editing) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah

merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian

formulir atau kuesioner tersebut.

3.7.1.2. Coding sheet (membuat llembaran kode)

Setelah semua kuesioner di edit atau disuntinf, selanjutnya

dilakukan peng “kodean” atau “coding” yakni mengubah daa

berbentu kalimat atau huruf menjadi angka atau bilangan

3.7.1.3. Data Entry (memasukan data)


58

Data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden

yang dalam bentuk “kode (angka atau huruf) dimsukan ke

dalam program atau “ softwer” komputer. Data yang telah di

edit serta diberi kode dan skor tersebut di entry dengan

menggunakan bantuan komputer program pengolah data

statistik

3.7.1.4. Cleaning (pembersihan data)

Setelah semua data dari setiap sumber data atau responden

selesai dimaskan, dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode. Kegiatan ini

merupakan kegiatan pembersihan data dengan cara

pemeriksaan kembali data yang sudah dientry, apakah ada

kesalahan atau tidak, pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan

ulang terhadap data dan pengkodean.

3.7.2. Teknik Analisis Data

Analisis dalam penelitian ini dibedakan menjadi :

3.7.2.1. Analisis Univariat

Analisa univariat adalah untuk satu variabel penelitian

bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmojo, 2010).

Analisis ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian untuk mengetahui distribusi, frekuensi dan


59

persentase dari merokok dan kejadian penyakit jantung

koroner.

3.7.2.2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis terhadap dua variabel untuk

melihat hubungan antar variabel. Analisa bivariat berguna

untuk menganalisis hubungan masing-masing variabel

(Notoatmojo, 2010). Analisis ini dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan (menguji hipotesis) yakni

mengetahui hubungan merokok dengan kejadian penyakit

jantung koroner dengan menggunakan uji Spearman Rank.

Analisis ini dilakukan dengan bantuan perangkat komputer

dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95%.

Interpretasi hasil penelitian yaitu :

1. Jika p ≤ 0,05 maka hipotesis diterima yang berarti ada

hubungan antara merokok dengan kejadian penyakit

jantung koroner.

2. Jika p > 0,05) maka hipotesis ditolak yang berarti tidak

ada hubungan antara merokok dengan kejadian

penyakit jantung koroner.

Menurut Colton dalam Sabri (2012) kekuatan hubungan dua

variabel secara kualitatif dapat dibagi dalam empat area

sebagai berikut:
60

r = 0,00 – 0,25 = tidak ada hubungan/hubungan lemah

r = 0,26 – 0,50 = hubungan sedang

r = 0,51 – 0,75 = hubungan kuat

r = 0,76 – 1,00 = hubungan sangat kuat/sempurna

3.8. Etika Penelitian

Penelitian ini telah melalui uji etik oleh Komisi Etik Penelitian Universitas

Muhammadiyah Banjarmasin. Adapun etika dalam penelitian ini mengacu

pada Komisi Etik Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Nasional

(KEPPKN) oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2017

antara lain:

3.8.1. Menghormati martabat subjek penelitian (respect for persons)

Menghormati martabat responden dalam penelitian ini akan dilakukan

dengan cara pada saat pelaksanaan penelitian, peneliti terlebih dahulu

mengenalkan diri kepada para dewasa untuk mengajukan permohonan

menjadi responden sambil memberikan informasi yang sebenar-

sebenarnya tujuan penelitian, menjelaskan manfaat serta dampak yang

akan didapat jika menjadi responden, setelah secara detail menjelaskan

hal-hal tersebut kemudian para dewasa tersebut diminta tanda tangan

bagi yang bersedia menjadi responden dan bagi Para dewasa yang tidak

bersedia maka peneliti menerima keputusan para responden dewasa

tersebut dengan baik tanpa ada unsur paksaan sedikitpun. Bagi para

dewasa yang bersedia menjadi responden tetapi tiba-tiba ingin


61

mengundurkan diri karena alasan apapun maka peneliti juga menerima

keputusan tersebut.

3.8.2. Prinsip berbuat baik (beneficence) dan tidak merugikan (non

maleficence) Prinsip etik berbuat baik dalam penelitian ini menyangkut

membantu untuk mengetahui keterkaitan antara kecemasan dengan

kejadian hipertensi pada para dewasa , sehingga secara tidak langsung

akan meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan pada para

dewasa. Penelitian ini akan dilaksanakan karena lebih banyak

mendapatkan manfaat dibandingkan resiko yang akan didapatkan.

Manfaat tersebut tidak hanya semata-mata untuk peneliti tetapi juga pda

para dewasa yang menjadi responden itu sendiri, institusi pendidikan

serta wilayah kerja Puskemas Pekauman Banajrmasin.

3.8.3. Berkeadilan (justice)

Peneliti selama pelaksanaan penelitian berusaha sebaik mungkin dapat

berlaku adil yaitu tidak memilih para dewasa yang menjadi responden

hanya karena kenal dekat dengan lansia tersebut, memberikan informasi

sedetail mungkin pada setiap responden dengan porsi yang sama, semua

para dewasa yang menjadi responden diberikan kebebasan yang sama

jika ingin mengundurkan diri, serta peneliti akan menjaga kerahasiaan

semua responden tanpa terkecuali dan akan diberi pertanggung jawaban

yang sama jika berdampak negatif bagi responden tersebut.


62

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, R. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok dan


Hubungannya dengan Status Penyakit Periodontal Remaja di Kota
Medan Tahun 2007. (Thesis). Universitas Sumatera Utara. Medan
American Heart Assosiation AHA. (2017). High bood pressure clinical practice
guideline for the orevention,detection,evalution.A report of the Amerika
college of cardiologt. America : J Am Coll Cardiol.
Bart & Smet, (1994). Psikologi Kesehatan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Jakarta.
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta EGC.
Djohan B.A. Penyakit Jantung Koroner dan Hipertensi. Ilmu Penyakit Dalam,
FK-USU. Medan; , 2004.
Heryani, R. 2014. Kumpulan Undang–Undang dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Khusus Kesehatan. Jakarta: CV. Trans InfoMedia.
Hidayat, A.A. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Husaini, A. (2007). Tobat merokok, Bandung Pustaka IIMaN
Kabo. 2014. Penyakit Jantung Koroner. Mengungkapkan Pengobatan Penyakit
Jantung Koroner (Kesaksian Ahli Jantung dan Ahli Obat). Jakarta
Kemala, I (2007). Perilaku Merokok Pada Remaja. Dipetik Febuari 14, 2017,
Jakarta: Erlangga dari http://library.usu.ac.id/download/fk/132316815.pdf
Kementerian Kesehatan RI. Badan Penelitian dan 4. Pengembangan Kesehatan.
Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013.
63

Kemenkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang


Kemenkes Ri
Kevin, A. B., Michelle, L.D., Stephanie, L.L., & Tracy, L.S. (2014). Penyakit
Kardiovaskuler pada Wanita. Jakarta: Erlangga.
Mardjun, Y. 2012. Perbandingan Keadaan Tulang Alveolar Antara Perokok dan
Bukan Perokok. (Skripsi). Universitas Hasannudin. Makasar.
Maulida, R. (2016). Hubungan Antara Presepsi Pola Asuh Permisif Orangtua 14,
2017, dari http://eprints.ums.ac.id/47267/

Notoatmodjo, S. (2010). Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Renika Cipta.

Notoadmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta
Nursalam. (2014). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.
Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Oemiyati, R., Rustika, R. (2017) ‘Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner (Pjk)
Pada Perempuan (Baseline Studi Kohor Faktor Risiko PTM) (Risk
Factors for Coronary Heart Disease (CHD) in Women [Baseline Cohort
Study of Risk Factors for Non Communicable Disease])’, Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan. doi: 10.22435/hsr.v18i1.4277.47-55.
Saktiyono. 2008. Seribu Pena Biologi. Jakarta : Erlangga
Saleh, K.N.B. 2011. Prevalensi Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis
(PPOK) dengan Riwayat Merokok di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik (RSUP HAM) Medan Periode Januari 2009 – Desember
2009. (KTI). Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sholeh, A. 2017. Panduan Anti Merokok. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sitepoe, M. 1997. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
Sitepoe, M. 2000. Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia
64

Smeltzer, S.C. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner dan
Suddart. Terjemahan Devi Yulianti. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Sudoyo A.W., Setyohadi B., Alwi I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III
Edisi V. Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam. 2016 ; 2773-2779
Sugiono. (2017). Metode Penelitiaan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
CV Alfabeta
Sumarno., Suyamto., A. Widjono., Hermanto., dan H. Kasim. 2007. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Taylor, Russel, R.S., Brown A., Ebrahim S, Jolliffe J., Noorani, Oldridge N.
Exercise-based rehabilitation for patients with coronary heart disease:
systematic review and meta-analysis of randomized controlled trials. Am
J Med 2004;116(10):682-92.
World Health Organization (WHO). 2016. Asthma Fact Sheets. Diunduh dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs307/en/ 16 November 2016.
World Health Statistics (WHO). 2017 : Monitoring Health for The SDGs
[Internet]. World Health Organization. 2017. 103 p. Available from:
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/255336/1/9789241565486-
eng.pdf?ua=1
World Health Organization (WHO). 2018. Deafness and hearing loss. [Cited
2018Januari4],Availablefrom
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs300/en/
World Health Organization (WHO). 2018Noncommunicable Diseases. (Online).
Tersedia di www.who.int/newsroom/factsheets/detail/noncommunicable-
diseases, diakses pada tanggal 11 Juni 2018).

Anda mungkin juga menyukai