DISUSUN OLEH :
MEILINDA KRISTIAWATI
11194992110015
Menyetujui,
Menyetujui,
Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan
Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Puji dan syukur penulis panjatkan pada tuhan Yang Maha Esa yang
telah mencurahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul “ Asuhan Kebidanan
Patologis Pada Ny.H Umur 32 Tahun P3A0 Postpartum 6 Jam Dengan
Hemorrhagic Postpartum Di Ruang Nifas Rsud Dr. H. Moch. Ansari Saleh
“ dengan baik dan sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
Laporan Kasus ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
1. Dr. RR. Hj. Dwi Sogi Sri Redjeki S.KG., M.Pd selaku Ketua Yayasan
Indah Banjarmasin.
4. Dr. Ir. Agustinus Hermino Superma Putra, M.Pd Wakil Rektor III
Banjarmasin.
9. Hj. Endang Martini, SST Selaku Kepala Ruang Nifas RSUD dr. H.
11. Seluruh bidan dan petugas kesehatan di RSUD dr. H. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin.
12. Ny. H selaku pasien yang bersedia diberikan Asuhan Kebidanan dalam
Kasus ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari segenap
Semoga dari hasil Laporan Kasus ini dapat menambah wawasan dan
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL....................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................iii
KATA PENGANTAR...................................................................................iv
DAFTAR ISI.................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................1
A. Latar Belakang .........................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................3
D. Manfaat.....................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................6
A. Konsep Dasar Nifas .................................................................6
B. Konsep dasar HPP.................................................................22
C. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan......................29
BAB III ASUHAN KEBIDANAN.................................................................38
A. Data Subjektif.........................................................................38
B. Data Objektif...........................................................................42
C. Assesment..............................................................................43
D. Penatalaksaan........................................................................44
E. Catatan Perkembangan..........................................................45
BAB IV Pembahasan.................................................................................46
BAB V Penutup..........................................................................................53
A. Simpulan................................................................................53
B. Saran......................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................55
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penulisan ini yaitu “Bagaimana Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Postpartum 6 Jam Dengan Hemorrhagic
Postpartum Di Ruang Nifas Rsud Dr. H. Moch. Ansari Saleh” ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu postpartum
dengan HPP di ruang nifas RSUD dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin dengan pendekatan SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengkajian data subjektif asuhan kebidanan pada ibu
post pre eklamsia beratpartum dengan HPP di ruang nifas RSUD
dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.
b. Memengetahui pengkajian data objektif asuhan kebidanan pada
ibu postpartum dengan HPP di ruang nifas RSUD dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin.
c. Mengidentifikasi diagnosa/masalah asuhan kebidanan pada ibu
postpartum dengan HPP di ruang nifas RSUD dr. H. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin.
d. Mengetahui penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu
postpartum dengan HPP di ruang nifas RSUD dr. H. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin.
D. Manfaat
1. Secara Teori
Hasil penulisan dapat digunakan untuk mengidentifikasi kasus
postpartum dengan HPP
2. Secara Praktik
a. Bagi penulis
Agar mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang nyata pada asuhan kebidanan pada kasus
ibu postpartum dengan HPP
b. Bagi Profesi
Agar dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan
sebagai bahan pertimbangan dalam pembelajaran asuhan
kebidanan serta meningkatkan keterampilan dalam
memberikan dan melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu
postpartum dengan HPP di ruang nifas RSUD dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin.
c. Bagi Rumah Sakit
Agar dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu postpartum
dengan HPP di ruang nifas RSUD dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin.
d. Bagi Institusi Pendidikan
Agar dapat dijadikan sebagai referensi untuk memberikan
pendidikan mata kuliah kegawatdarutan maternal tentang
asuhan kebidanan pada ibu postpartum dengan HPP di
ruang nifas RSUD dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai
dari persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti
prahamil (Cunningham et al, 2013). Masa nifas (puerperium)
adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula
(sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu
(Sulistyawati, 2009)
Setelah kelahiran bayi dan keluarnya plasenta, ibu memasuki
masa penyembuhan fisik dan psikologis. Dari sudut pandang medis
dan fisiologis, masa ini disebut dengan nifas, yang dimulai sesaat
setelah keluarnya plasenta dan selaput janin serta berlanjut hingga
6 minggu (Fraser, 2009).
a. Tahapan masa nifas
c) Lochea
Lochea adalah keluaran dari uterus setelah
melahirkan. Cairan yang pertama kali keluar dari vagina
disebut dengan lochea rubra dan terdiri atas darah
yang terkumpul di dalam saluran reproduksi dan produk
autolitik desidua yang nekrotik dari tempat perlekatan
plasenta.
Lokea pertama kemerahan dan mungkin
mengandung bekuan. Jumlah dan karakternya berubah
dari hari ke hari. Pada awalnya jumlah lochea sangat
banyak, kemudian sedang, dan biasanya berhenti
dalam 2 minggu. Warna digambarkan dengan bahasa
Latin, rubra untuk merah segar, serosa untuk serum
kecoklatan dan alba untuk kuning keputihan. Keluaran
keseluruhan setelah melahirkan adalah 400 sampai
1200 ml. Normalnya lochea memiliki bau apak. Bau
yang amis atau busuk menandakan terjadinya infeksi
(Depkes RI, 2008).
Macam – macam lochea:
Lochea rubra (cruenta); 1 – 2 hari berwarna merah
dan hitam, terdi dari sel – sel desidua, verniks
kaseosa, rambut lanugo, dan sisa mekonium serta
sisa darah.
Lochea sanguinolenta; 3 – 7 hari, berwarna putih
merah kekuningan berisi darah dan lendir.
Lochea serosa; 7- 14 hari, berwarna kekuningan.
Lochea alba; cairan putih setelah 2 minggu.
Lochea purulenta; terjadi infeksi, keluar cairan
seperti nanah berbau busuk.
Lochiostatic; lochea tidak lancar keluarnya.
Pengeluaran lochea yang menunjukkan keadaan
abnormal, seperti:
Perdarahan berkepanjangan.
Pengeluaran lochea bertahan (lochiostatika).
Rasa nyeri berlebihan.
Terdapat infeksi intrauterine.
Terdapat sisa plasenta yang merupakan sumber
perdarahan (Kemenkes RI 2013).
d) Pengeluaran darah
Pengeluaran darah yang berlebihan (>500ml) dan
dalam 24 jam persalinan disebut perdarahan
pascapartum. Perdarahan ini disebabkan oleh
kegagalan miometrium berkontraksi secara sempurna,
atau kegagalan mekanisme pembekuan darah.
Risiko perdarahan primer lebih rendah setelah
persalinan, tetapi sebelum involusi uterus selesai tetap
ada risiko perdarahan sekunder apabila terjadi infeksi di
dalam rongga uterus. Perdarahan biasanya disebabkan
oleh efek fibrinolitik bakteri, bakteri yang bersifat
anaerob yang mampu tumbuh subur tanpa oksigen
sehingga mungkin diperlukan antibiotik khusus.
e) Perubahan hormon
Pada akhir kehamilan sebagian besar hormon
steroid berasal dari plasenta walaupun korpus luteum
dan ovarium terus menghasilkan sebagian. Kadar
esprogen dan progesteron turun ketingkat sebelum
hamil dalam 72 jam setelah persalinan. Hormon protein
plasenta memiliki waktu paruh yang lebih lama
sehingga kadar plasenta turun lebih lambat. Selama
kehamilan, pembentukan gonadotropin tertekan. Kadar
FSH pulih ke konsentrasi prahamil dalam 3 minggu
setelah persalinan, tetapi pemulihan sekresi LH
memerlukan waktu lebih lama, bergantung pada lama
laktasi. Kadar oksitosin dan prolaktin juga bergantung
pada kinerja laktasi.
2) Perubahan pada sistem hematologis dan kardiovaskular
a) Sistem pernafasan
Penurunan konsentrasi progesteron setelah
pengeluaran plasenta memulihkan sensitivitas tubuh
terhadap karbon dioksida sehingga tekanan parsial
karbon dioksida kembali ke kadar sebelum hamil.
Diagfragma dapat meningkatkan jarak gerakkannya
setelah uterus tidak lagi menekannya sehingga ventilasi
lobus-lobus basal paru dapat berlangsung penuh.
Compliance dinding dada, volume alun nafas, dan
kecepatan pernafasan kembali ke normal dalam 1-3
minggu.
b) Sistem perkemihan
Pada masa nifas terjadi diuresis untuk
mengembalikan peningkatan air ekstrasel. Diuresis
biasanya terjadi antara hari kedua dan kelima pasca
persalinan. Distensi pada kandung kemih juga
berpengaruh terhadap kontraksi uterus sehingga dapat
menyebabkan perdarahan. Kebanyakan pasien dapat
berkemih secara spontan dalam 8 jam setelah
melahirkan.
Aliran plasma ginjal, laju filtrasi glomelurus, dan
keratinin plasma, kembali ke kadar normal prahamil
pada pemeriksaan minggu ke-6. Ekskresi vitamin dan
mineral melalui urine normal dalam minggu pertama
setelah persalinan. Kadar renin dan angiotensin plasma
menyesuaikan diri dengan hilangnya hormon janin yang
mempengaruhi pengendalian keduanya sehingga kadar
turun dan meningkat sebelum kembali ke normal.
c) Sistem pencernaan dan defekasi
Selama persalinan motilitas lambung berkurang,
penurunan tonus sfingter esofagus bawah, penurunan
motilitas lambung dan peningkatan keasaman lambung
menyebabkan perlambatan pengosongan lambung.
Tonus dan tekanan sfingter esofagus bawah akan
kembali normal dalam 6 minggu setelah persalinan.
Pada nifas dini, penurunan tonus otot dan motilitas
saluran cerna dapat menyebabkan relaksasi abdomen,
peningkatan distensi gas dan konstipasi setelah
melahirkan.
3) Perubahan berat badan
Perubahan berat badan disebabkan oleh kombinasi
peningkatan ACTH, ADH, dan stress, yang semuanya
meningkatkan retensi natrium dan air. Berat biasanya turun
sejak hari ke-4 setelah persalinan karena deurisis
meningkat. Penurunan berat badan cenderung lebih besar
pada wanita dengan paritas rendah, usia yang lebih muda,
dan berat badan prahamil yang lebih rendah.
4) Perubahan struktur lain
Segera setelah melahirkan, vagina tampak halus,
lunak, dan edema. Elastisitas jaringan kembali dalam
beberapa hari. Karena vagina memiliki vaskularisasi
ekstensif, episiotomi dan robekan biasanya cepat sembuh.
Rugae vagina kembali terbentuk, tetapi kurang menonjol
dibandingkan sebelum hamil. Labia mengalami mengalami
regresi ke keadaan yang kurang menonjol dibandingkan
dengan wanita nulipara. Penurunan estrogen pada
persalinan menyebabkan epitel vagina menjadi lebih tipis
dan banyak wanita mengalami masalah dengan lubrikasi
vagina segera setelah melahirkan.
Kekuatan otot dasar panggul dan pengendalian
neuromuskulusnya lebih terganggu dan mengalami trauma
mekanis yang lebih besar pada wanita yang melahirkan
pervagina, terutama pada minggu pertama masa nifas.
Namun bagi sebagian besar wanita, tonus dan kekuatan
otot kembali normal dalam 2 bulan. Melemahnya otot
sirkum vagina berkaitan dengan keadaan perineum,
episiotomi, lama kala dua persalinan, berat bayi, dan teknik
pendorongan.
Dinding abdomen mungkin tetap lunak dan kendor
selama beberapa minggu. Peregangan yang berlebihan
menyebabkan kelemahan otot yang menetap. Sendi dan
ligamentum panggul yang melunak secara perlahan
kembali ke normal selama beberapa bulan. Strie
gravidarum menjadi lebih pucat dalam beberapa bulan
tetapi hanya memudar dan tidak menghilang.
c. Adaptasi psikologis pada masa nifas
Masa nifas disebut sebagai “trimester ke empat”
(Johnstone 1994), dan sesuai dengan definisinya, masa nifas
adalah periode 6-8 minggu pascapartum, saat ibu
menyesuaikan diri secara fisiologis dan psikososial untuk
menjadi ibu.
Perubahan emosi normal pada masa nifas bersifat pilihan
dan kompleks dan mungkin meliputi hal-hal berikut ini (Ball
1994, Barclay&Llyod 1996, Bick&MacArthur 1995, Bick et al
2002, Johnstone 1994) :
Perasaan yang kontradiktif dan bertentangan, mulai dari
kepuasan, kegembiraan, kebahagiaan, hingga kelelahan,
ketidakberdayaan, ketidakbahagiaan, dan kekecewaan
karena pada beberapa minggu pertama tampak didominasi
oleh hal baru dan asing yang tidak terduga ini.
Kelegaan, ‘syukurlah semua telah berakhir’, mungkin
diungkapkan oleh kebanyakan ibu segera setelah
kelahiran; kadang-kadang ibu menanggapi secara dingin
terhadap peristiwa yang baru terjadi, terutama bila ibu
mengalami persalinan lama, dengan komplikasi, dan sulit.
Beberapa ibu mungkin merasa dekat dengan pasangan
dan bayi; sama halnya dengan ibu yang tidak tertarik
dengan bayinya, meskipun beberapa ibu yang ingin
menyusui menginginkan adanya kontak kulit-ke-kulit dan
segera menyusui.
Tidak tertarik atau sangat perhatian terhadap bayi.
Takut terhadap hal yang tidak diketahui dan terhadap
tanggung jawab yang sangat berat dan mendadak.
Kelelahan dan peningkatan emosi.
Nyeri misalnya perineum dan puting susu.
Peningkatan kerentanan, tidak mampu memutuskan
(misalnya: menyusui); kehilangan libido, gangguan tidur
dan kecemasan.
1) Bonding Attachment
Menurut Brazetton (1978), bonding (ikatan)
didefenisikan sebagai suatu ketertarikan satu sama lain
(mutual) yang pertama kali antar individu, seperti antara
orangtua dan anak pada waktu pertama kali bertemu.
Proses kasih sayng dapat berlangsung secara terus
menerus, dimulai pada saat ibu hamil dan semakkin
menguat pada awal pasca melahirkan.
Kondisi yang dapat mempengaruhi ikatan menurut
Mercer (1982) adalah sebagai berikut :
a) Kesehatan emosional orang tua (termasuk kemampuan
untuk mempercayai orang lain).
b) Sistem dukungan sosial yang meliputi pasangan hidup,
teman dan keluarga.
c) Suatu tingkat keterampilan dalam berkomunikasi dan
dalam memberi asuhan yang kompeten.
d) Kedekatan orang tua dengan bayi.
e) Kecocokan orang tua-bayi (termasuk keadaan,
temperamen dan jenis kelamin bayi).
2) Fase Taking In (perilaku dependen)
Fase ini merupakan periode ketergantungan dimana
ibu mengaharapkan segala kebutuhannya terpenuhi orang
lain. Berlangsung selama 1-2 hari setelah melahirkan,
dimana fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
Disebut fase taking in karena selama waktu ini ibu yang
baru melahirkan memerlukan perlindungan dan perawatan.
Dikatan fase dependen karena pada waktu ini ibu
menunjukkan kebahagiaan / kegembiraan yang besar dan
sangat senang untuk menceritakan tentang
pengalamannya melahirkan.
Pada fase ini ibu lebih mudah tersinggung dan
cenderung pasif terhadap lingkungannya disebabkan
karena faktor kelelahan. Oleh karena itu ibu perlu cukup
istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur. Disamping
itu, kondisi tersebut perlu dipahami dengan menjaga
komunikasi yang baik. Pada fase ini perlu diperhatikan
pemberian ekstra makanan untuk proses pemulihan ibu
dan nafsu makan ibu juga sedang meningkat.
3) Fase Taking Hold
Pada fase ini secara bergantian timbul kebutuhan ibu
untuk mendapatkan perawatan dan penerimaan dari orang
lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu
secara mandiri. Fase ini berlangsung antara 3-10 hari
setelah melahirkan. Pada fase ini ibu sudah mulai
menunjukkan kepuasaan (terfokus pada bayinya). Ibu
mulai tertarik melakukan pemeliharaan pada bayinya. Ibu
mulai terbuka untuk menerima pendidikan kesehatan bagi
dirinya dan juga pada bayinya. Ibu mudah sekali didorong
untuk melakukan perawatan bayinya. Pada fase ini ibu
berespon dengan penuh semangat untuk memperoleh
kesempatan belajar dan berlatih tentang cara perawatan
bayi dan ibu memiliki keinginan untuk merawat bayinya
secara langsung. Fase ini tepat untuk memberika
pendidika kesehatan tentang hal-hal yang diperlukan bagi
ibu yang baru melahirkan dan bagi bayinya. Bidan perlu
memberikan dukungan tambahan bagi ibu-ibu yang baru
melahirkan berikut ini :
a) Ibu primipara yang belum berpengalaman mengasuh
anak
b) Ibu yang merupakan wanita karier
c) Ibu yang tidak mempunyai keluarga untuk dapat
berbagi rasa
d) Ibu yang berusia remaja
e) Ibu yang tidak bersuami
Karena ibu-ibu tersebut seringkali mengalami
kesulitan menyesuaikan diri terhadap isolasi yang dialami
dan tidak menyukai terhadap tanggungjawabnya di rumah
dan merawat bayi.
4) Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase penerimaan tanggung jawab
akan peran barunya yang berlangsung setelah 10 hari
pasca melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya. Keinginan ibu untuk
merawat diri dan bayinya sangat meningkat pada fase ini.
Terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga untuk
mengobservasi bayi. Hubungan antar pasangan
memerlukan penyesuaian dengan kehadiran anggota baru
(bayi).
d. Kebutuhan dasar masa nifas
1) Nutrisi dan Cairan
Tidak ada kontraindikasi dalam pemberian nutrisi
setelah persalinan. Ibu harus mendapat nutrisi yang
lengkap dengan tambahan kalori sejak sebelum hamil
(200-500 kal) yang akan mempercepat pemulihan
kesehatan dan kekuatan, meningkatkan kualitas dan
kuantitas ASI, serta mencegah terjadinya infeksi.
Ibu nifas memerlukan diet untuk mempertahankan
tubuh terhadap infeksi, mencegah konstipasi, dan untuk
memulai proses pemberian ASI eksklusif. Asupan kalori
per hari ditingkatkan sampai 2700 kalori. Asupan cairan
per hari ditingkatkan sampai 3000 ml (susu 1000 ml).
Suplemen zat besi dapat diberikan kepada ibu nifas
selama 4 minggu pertama setelah kelahiran (Milton, 2015).
2) Ambulasi Dini (Early Ambulation)
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas
mungkin membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya
dan membimbingnya untuk berjalan. Menurut penelitian,
ambulasi dini tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak
menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak
mempengaruhi penyembuhan luka episiotomy, dan tidak
memperbesar kemungkinan terjadinya prolaps uteri atau
retrofleksi. Ambulasi dini tidak dibenarkan pada pasien
dengan penyakit anemia, jantung, paru-paru, demam, dan
keadaan yang lain yang masih membutuhkan istirahat
(Rowe et al, 2016).
3) Eliminasi
Dalam 6 jam pertama postpartum, pasien sudah
harus dapat buang air kecil. Semakin lama urine tertahan
dalam kandung kemih maka dapat mengakibatkan
kesulitan pada organ perkemihan, misalnya infeksi.
Biasanya, pasien menahan air kencing karena takut akan
merasakan sakit pada luka jalan lahir. Bidan harus dapat
meyakinkan pada pasien bahwa kencing sesegera
mungkin setelah melahirkan akan mengurangi komplikasi
postpartum. Berikan dukungan mental pada pasien bahwa
ia pasti mampu menahan sakit pada luka jalan lahir akibat
terkena air kencing karena ia pun sudah berhasil berjuang
untuk melahirkan bayinya.
Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus
dapat buang air besar karena semakin lama feses tertahan
dalam usus maka semakin sulit baginya untuk buang air
besar secara lancar. Feses yang tertahan dalam usus
semakin lama akan mengeras karena cairan yang
terkandung dalam feses akan selalu terserap oleh usus.
Bidan harus dapat meyakinkan pasien untuk tidak takut
buang air besar karena buang air besar tidak akan
menambah parah luka jalan lahir. Untuk meningkatkan
volume feses, anjurkan pasien untuk makan tinggi serat
dan banyak minum air putih (Chunningham, 2013).
4) Higiene
Karena keletihan dan kondisi psikis yang belum stabil,
biasanya ibu postpartum masih belum cukup kooperatif
untuk membersihkan dirinya. Bidan harus bijaksana dalam
memberikan motivasi ini tanpa mengurangi keaktifan ibu
untuk melakukan personal hygiene secara mandiri. Pada
tahap awal, bidan dapat melibatkan keluarga dalam
perawatan kebersihan ibu (Chunningham, 2013).
5) Istirahat
Ibu postpartum sangat membutuhkan istirahat yang
berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya.
keluarga disarankan untuk memberikan kesempatan
kepada ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai
persiapan untuk energi menyusui bayinya nanti
(Sulistyawati, 2009). Jika ibu kurang istirahat akan
mengakibatkan berkurangnya jumlah produksi ASI,
memperlambat proses involusi, memperbanyak
perdarahan, menyebabkan depresi, dan menimbulkan rasa
ketidakmampuan merawat bayi (Bahiyatun, 2009).
6) Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan
seksual begitu darah merah berhenti dan ibu dapat
memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa
rasa nyeri. Banyak budaya dan agama yang melarang
untuk melakukan hubungan seksual sampai masa waktu
tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah
kelahiran. Keputusan bergantung pada pasangan yang
bersangkutan (Sulistyawati, 2009).
7) Latihan/ Senam Nifas
Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal,
sebaiknya latihan masa nifas dilakukan seawal mungkin
dengan catatan ibu menjalani persalinan dengan normal
dan tidak ada penyulit postpartum.
e. Asuhan Masa Nifas
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena
merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan
bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24
jam pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis dari
kehidupan bayi, dua pertiga kematian bayi terjadi dalam waktu
4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir
terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan
melekat dan asuhan pada ibu dan bayi masa nifas dapat
mencegah beberapa kematian ini (Saifuddin, 2010).
Prinsip dari asuhan pada masa nifas ini adalah
melakukan kunjungan untuk mengevaluasi keadaan ibu nifas
selama perawatan di rumah seperti apa. Pemberian health
education juga merupakan hal penting dalam pelaksanaan
kunjungan pada masa nifas (home care).
Jadwal kunjungan pada masa nifas adalah 4x, yaitu :
1) Kunjungan pertama (6-8 jam post-partum)
Dalam 1 jam pertama persalinan, ibu dan bayi tidak
boleh ditinggal tanpa pengawasan karena ibu satu jam
post partum ini rawan terjadi perdarahan dan harus
diobservasi tanda-tanda vitalnya secara berkala.
Yang harus dikaji dalam kunjungan pertama ini
adalah TFU, kontraksi uterus, banyaknya perdarahan,
perkembangan tanda-tanda vital, kandung kemih, dan
rooming in jika ibu tidak terdapat komplikasi yang berarti.
2) Kunjungan kedua (6 hari post partum)
Yang harus dikaji di kunjungan kedua ini adalah
mengobservasi proses involusi uterus, yaitu dengan
mengkaji penurunan TFU, warna lochea, kelancaran ASI,
dan pemenuhan kalori ibu nifas yang harus tercukupi demi
keberhasilan pemberian ASI eksklusif.
3) Kunjungan ketiga (2 minggu post partum)
Yang harus dikaji di kunjungan ketiga ini adalah sama
seperti kunjungan kedua.
4) Kunjungan keempat (6 minggu post partum)
Kunjungan keempat ini akan dievaluasi cairan yang
keluar dari vagina, keberhasilan ASI eksklusif, penyuluhan
metode KB agar tidak terjadi hamil anak selanjutnya yang
tidak direncanakan, serta penyuluhan mengenai hubungan
seksual. Jika involusi telah sempurna, ibu dan suami
diperbolehkan untuk berhubungan seksual.
e. Pathwey
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
Tanggal : 5 juni 2021 Nama : Meilinda Kristiawati
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
darah yang banyak dan merasa pusing serta perutnya masih terasa sakit.
3. Riwayat perkawinan
Kawin 1 kali, kawin pertama kali umur 20 tahun, dengan suami sekarang sudah
12 tahun.
4. Riwayat Obstetri
P3A0
Penyu
Nifas
N
Temp Pe
Tahun
Pen Kead
o.
Car at/ n-
UK - UK BB PB Seks an
a Penol yuli
yulit Lahir
ong t
380
39 Spo PKM/ 50
1 2009 - Aterm - 0gr P Hidup - -
mgg ntan Bidan cm
am
350
40 Spo RS/ 49
2 2006 - Aterm - 0gr P Hidup - -
mgg ntan Bidan cm
am
430
42 Spo RS/Do 50
3 2021 - Aterm - 0gr L Hidup - -
mgg ntan kter cm
am
5. Riwayat Keluarga Berencana
Jenis : Pil
Lama : ±1 tahun
melahirkan
c. Tanggal/jam melahirkan : 05 Juni 2021/ 02.48 WITA
d. Tempat/penolong : RS / Dokter
e. Masalah persalinan : Tidak ada
f. Jenis persalinan : Spontan Belakang Kepala
g. Keadaan bayi yang : Hidup, tidak segera menangis,
kelamin : laki-laki
7. Riwayat Kesehatan
DM, jantung, dan penyakit menular seperti TBC, hepatitis dan penyakit
menular lainnya.
seperti asma, DM, jantung dan penyakit menular seperti TBC, hepatitis, dan
a. Kebutuhan nutrisi
Makan Minum
Jenis Nasi, sayur, ikan, telur, buah Air putih, air teh
Frekuensi 2 kali sehari 5 gelas
Porsi 1/2 piring ±1/2 L
Masalah Tidak ada Tidak ada
b. Eliminasi
Ibu sudah bisa miring kiri dan miring kanan, dan duduk.
Dialaminya
h. Kegiatan spiritual yang dilakukan ibu pada masa nifas : Tidak ada
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
c. Tanda vital :
1) TD : 100/70 mmHg
2) Nadi : 100x/menit
3) Respirasi : 21x/menit
4) Suhu : 36,7°C
2. Pemeriksaan khusus
tekan.
Muka : terlihat pucat, tidak teraba odem.
pengeluaran serumen.
Hidung : tampak simetris, tidak tampak keluar sekret.
Mulut : bibir tampak simetris, tampak pucat, lidah
tampak
3. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 7,1 gr/dl
C. ANALISA DATA
1. Diagnosa kebidanan : P3A0, post partum 6 jam lalu dengan HPP Primer
D. PENATALAKSANAAN
(lembek).
2. Menjelaskan Pada Ibu bahwa akan dilakukan observasi jumlah perdarahan dan
duduk dan atau melakukan relaksasi (menarik nafas dalam jika rasa sakit
membaik, ibu boleh miring kiri dan ke kanan untuk mencegah terjadinya
a. Tanda-tanda vital
c. Kontraksi Uterus
d. Kandung Kemih
e. Perdarahan
dilakukan dan yang akan dilakukan pada seorang klien yang di dalamnya
O:
TTV
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 88x/menit
Suhu : 36,5 0C
Pernapasan : 20 x/menit
P : Intervensi
Memberitahu hasil pemeriksaan
gr.
BAB IV
PEMBAHASAN
setelah kala III selesai setelah plasenta lahir). Fase dalam persalinan dimulai dari
kala I yaitu serviks membuka kurang dari 4 cm sampai penurunan kepala dimulai,
kepala janin sudah tampak, kemudian dilanjutkan dengan kala III persalinan yang
Pada hari Sabtu , 5 Juni 2021 Jam 02.48 Wita Ny. H melahirkan anak
ketiganya secara Spontan Belakang Kepala ditolong dokter di ruang Ponek. Pasien
tidak pernah mengalami penyulit dan trauma selama persalinan dan nifas yang lalu,
pasien tidak memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, asma jantung, diabetes dan
selama hamil tanpa resep dari bidan/dokter, pasien tidak pernah mengalami
penyakit yang serius dan tidak pernah dirawat di rumah sakit maupun di puskesmas.
Selama hamil, nutrisi pasien terpenuhi dengan baik, istirahat cukup, aktivitas pasien
darah dari jalan lahir. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis,
keadaan umum baik, tekananan darah 100/70 mmHg, nadi 90 x/menit, suhu 37C,
pernapasan 22 x/menit, ekspresi wajah tampak lesu, tidak tenang dan tampak
meringis menahan sakit serta tidak ada edema dan pembengkakan pada wajah,
kedua konjungtiva mata tampak pucat dan sklera tidak kuning, tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid dan vena jungularis, payudara tampak simertis, tampak
kurang baik tidak teraba bundar dan keras, TFU setinggi pusat dan kandung kemih
7gram %.
Menurut Widyasih dkk (2013), masa nifas (puerperium) adalah masa atau
waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta lepas dari rahim sampai enam minggu
berkaitan saat melahirkan, sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa masa nifas
atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta, dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung kira-
kira 6 minggu (Rukiyah, dkk. 2012). Perdarahan Post partum adalah perdarahan
lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Perdarahan postpartum
adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak
dan plasenta lahir (Rukiyah, 2012). Beberapa gejala yang bisa menunjukkan
penurunan tekanan darah, peningkatan detak jantung, penurunan hitung sel darah
merah ( hematocrit ), pembengkakan dan nyeri pada jaringan daerah vagina dan
perdarahan yang hebat dan menakutkan sehingga dalam waktu singkat ibu dapat
kasus ini adalah Perdarahan Postpartum yang disebabkan oleh atonia uteri.
500-1000 cc, tinggi fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi
peroral 2-3 tablet (400-600 mcg) segera setelah bayi lahir (Oxorn, 2010).
Sellers (1993) catatan statistik menunjukkan dari seluruh insiden dunia, dari 5-8%
pada kehamilan pertama risiko terjadi preeklampsia 3,9%, kehamilan kedua 1,7%,
diagnosis dan resusitasi cairan kristaloid isotonik juga dianjurkan. Penggunaan asam
traneksamat disarankan pada kasus perdarahan yang sulit diatasi atau perdarahan
tetap terkait trauma. Jika terdapat perdarahan yang terusmenerus dan sumber
perdarahan diketahui, embolisasi arteri uterus harus dipertimbangkan. Jika kala tiga
berlangsung lebih dari 30 menit, peregangan tali pusat terkendali dan pemberian
oksitosin (10 IU) IV/IM dapat digunakan untuk menangani retensio plasenta. Jika
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
ditegakkan diagnosa pada kasus ini adalah P 3A0 postpartum dengan HPP
Primer. Adapun masalah lain yang muncul adalah nyeri luka jahitan.
kondisi ibu.
6. Melakukan dokumentasi
1. Bagi Institusi
2. Bagi Petugas Kesehatan
3. Bagi Mahasiswa
4. Bagi Klien
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Mitra Cendekia Press
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC
Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI.
Ali TS, Gani N. Prevalence And Factors Associated With Maternal Postpartum