pelvis
dan
konjugta
pelvis)
yang
menjadi
ukuran
ketika
hendak
mempertimbangkan jalan lahir bagi fetus. Bentuk pelvis atau panggul juga terdiri dari banyak
bentuk yang masing-masing memiliki cirinya masing-masing. Satu hal yang tidak boleh
terlewatkan adalah, bawah terdapat alat-alat panggul yang cukup penting diantaranya terdapat
vesikula seminalis, prostat, uterus, vagina, dsb.
Kata Kunci: Pelvis (Panggul), Ukuran Pelvis, Bentuk Pelvis
Abstract
The process of birth, the pelvic or pelvis is one of the important structures. Pelvic bone which
have 4 main constituent of this, forming the pelvic, the pelvic doors down, and also the the
pelvic cavity. In each of these sections, there are size of pelvis (pelvis diaphragm and pelvis
konjugta) which being measure of when trying to considering the birth canal to the fetus.
pelvis or the pelvic forms also consists of many forms which each have characteristics. One
thing that should not be missed is that there are some pelvic tools, are quite important
seminal vesicles, prostate, uterus, vagina, etc.
Keywords: Pelvis (Pelvic), Size of Pelvis, Pelvis forms
Pendahuluan
Pelvis (panggul) bersendi dengan vertebra lumbalis ke-5 di bagian atas dan dengan caput
femoris kanan dan kiri. Bentuk dari pada pelvis serupa dengan mangkok yang terbentuk dari
tulang. Pelvis membentuk suatu gelang untuk memberikan perlindungan kepada alat-alat
yang terletak di dalam pelvis. Pelvis sendiri merupakan struktur tulang terbesar yang berada
dalam tubuh.1 Pelvis sendiri tesusun oleh empat tulang, yaitu os sacrum, os coccygis dan os
coxae. Pelvis juga disusun dari otot serata ligamentum-ligamentum tertentu dan tentunya
diperdarahi baik oleh arteri maupun pembuluh balik.
Pada makalah kali ini, akan dijelaskan bukan hanya mengenai tulang maupun otot dan
pendarahan yang menyusun serta mendarahi panggul, namun juga akan dibahas hal-hal
lainnya. Diantaranya akan dibahas ukuran-ukuran panggul yang terdapat pada pintu atas
panggul, pintu bawah panggul, dan rongga panggul, bentuk-bentuk panggul, dan juga alatalat yang berada dalam rongga panggul. Semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa FK
Ukrida untuk lebih dapat mengerti perihal pelvis atau panggul dan hal-hal yang terkait di
dalamnya.
Pembahasan
1. Tulang-Tulang Penyusun Pelvis (Panggul)1
Pelvis tersusun oleh empat tulang: os sacrum, os coccygis, dan dua os coxae.
Ilium
Ilium dibagian atas dibatasi oleh crista iliaca yang dapat diraba denngan budah apabila
tangan diletakkan pada pinggang. Cirsta iliaca berakhir di dengan pada spina iliaca anterior
yang pada bagian bawahnya terletak spina iliaca anterior inferior. Di sebelah belakang, crista
iliaca berakhir pada spina iliaca posterior superior. Dua cekungan kanan dan kiri tepat di atas
celah gluteus merupakan tanda letak kedua spina tersebut. Spina iliaca posterior inferior
menandai tepi atas incisura ischiadica major yang dilewati oleh nervus ischiadicus. Ilium
sendiri membentuk dua perlima bagian atas acetabulum dan merupakan bagian atas os coxae.
Permukaan dalamnya halus dan ckung, tetapi permukaan luarnya kasar dan merupakan
tempat pelekatan otot-otot pada gluteus.
1.2.2
Ischium
Ischium yang terletak pada bagian paling bawah dari os coxae membentuk dua perlima
bagian bawah acetabulum. Tuber ischiadicum merupakan daerah tulang yang menebal dari
tulang yang membentuk corpus ossis ischii. Berat tubuh tertumpu pada tuber ischiadium
apabila seseorang dalam posisi duduk. Spina ischiadica terletak di atas tuber ischiadicum,
memisahkan ischiadica major dan minor.
1.2.3
Pubis
Pubis merupakan komponen yang paling kecil dari ketiga komponen yang membentuk os
coxae , dan membentuk seperlima bagian bawah acetabulum. Pubis kana dan kiri bersatu di
bagian depan pada corpus osis pubis yang bentuknya segi empat. Tulang-tulang terseut
disatukan oleh bantalan cartilago yang disebut symphysis pubis. Ramus superior, bersatu
dengan ilium pada eminentia illiopectinea. Ramus inferior meluas kebawah untuk bersatu
dengan ischium. Ramus inferior (desendens) kanan dan kiri membentuk arcus pubis. Suatu
foramen yang dikelilingin oleh ischium dan pubis disebut foramen obrturatorium.
Dalam mencapai sisi cervix, a.uterina terbagi menjadi ramus superior (untuk memperdarahi
fundus dan corpus uteri) dan ramus vagina (untuk memperdarahi cervix dan vagina).
3.1.1.8 Arteri Vaginalis
Pembuluh ini homolog dengan A.vecilais inferior pada laki-laki. A.vaginalis bisa 2-3
buah dan merupakan cabang a.uterina, tetapi bisa juga berasal dari a.iliaca interina. Pembuluh
ini berjaan anterior dan sepanjang vagina, memberikan beberapa cabang yang memperdarahi
permukaan anterior dan posterior vagina, bagian posteroinferior vasica urinaria, dan pars
pelvica ureter. Arteri ini beranastomosis dengan r.vaginalis a.uterina.
3.1.2 Cabang-Cabang Trunkus Posterior
3.1.2.1 Arteri Glutea Superior
A.Glutea superior menuju dorsa antara truncus lumbosacralis dan ramus ventralis
N.sacralis1 terletak dalam rongga panggul melalui foramen ischiadica major, diatas
M.pyriformis. A.glutea superior memperdarahi otot-otot gluteus.
3.1.2.2 Arteri Iliolumbalis
A.iliolumbalis menuju fossa illiaca superolateral, kemudian melalui articulatio
sacroiliaca dan dibelakang M.psoas major. Terpisah n.obturaorius dari truncus lumbosacralis.
Dalam fossa iliaca, arteri ini terbagi menjadi r.iliacus yang memperdarahi m.iliacus dan ilium,
serta r.lumbalis yang memperdarahi m.psoas dan m.quadratus lumborum.
3.1.2.3 Arteri Sacralis Lateralis
Pembuluh ini biasanya ada dua, yaitu yang superr memasuki foramina sacrali anteriola 1
dan 2. Yang caudal terletak lateral terhadap truncus sympaticus, ventral m.pyriformis dan
nn.sacrales. Nadi ini juga memberikan rr.spinales untuk memperdarahi medulla spinalis.
10
Rongga atau dikenal juga sabagai cavitas pelvis meluas dari Pintu atas pelvis di sebelah
atas sampai pintu ke luar pelvis di sebalah bawah. Rongga pevis ini dibentuk oleh
lengkungan sacrum, dinding posteriornya sangat cekung. Dinding anteriornya dibentuk oleh
symphysis pubis, sementara dinding lateralnya dibentuk oleh garis khayal yang ditarik
melalui lubang sacrum, incisura ischiadica major, facies posterior acetabuli, foramen
obturatorium, facies posterior ossis pubis, dan symphysis pubis posterior.
dapat dikur dari jarak antara promontorium dengan bagian dalam margo superior sympysis
pubis dan pada pelvis wanita normal jaraknya tidak boleh kurang dari 11cm. Sementara itu,
diameter obliqua adalah jarak antara articulatio sacroiliaca dengan eminentia iliopectinea
yang bersebrangan, jaraknya pada wanita normal tidak boleh kurang dari 12cm. Diameter
transversa ialah jarak yang terpanjang antara dua titik pada pintu atas dan harus sepanjang
13cm. Pada pelvis wanita, diameter ini lurus melintasi pusat pintu atas. Diameter
sacrocortyloidea dapat diambil antara promontorium dengan salah satu eminentia iliopectinea
dan paling tidak panjangnya harus 9,5cm.
12
13
mempunyai sudut yang membulat. Karena pelvis bulat di depan, maka fetus akan
memberikan presentasi kepada, dengan bagian yang paling buat di depan, dan perentasi ini
merupakan letak yang paling menguntungkan pada permulaan persalinan. Pelvis ini
menggambarkan pelvis normal wanita dan didapati pada 45% wanita.
Pelvis android mempunyai bentuk seperti bahi atau jantung, dengan diameter transversa
terlebar lebih dekat ke sakrum. Segmen posterior pelvis android pendek dan rata serta segmen
anterior sempit. Karena pelvis ini bagian depannya sempit, maka pintu ke luar yaitu pada
kedua ramus pubis inferior bertemu, membentuk sudut yang jauh lebih tajam. Dengan
demikian, membentuk angulus subpubicus yang lebih tajam dan mempersempit ruangan.
Pelvis ini juga sering dikatakan sebagai pelvis yang terdapat pada laki-laki, dengan berat
tulang melebihi berat pada pelvis wanita. Tipe pelvis ini didapati pada 15% wanita.5
Pelvis paltipeloid disebabkan oleh faktor perkembangan, rakitis atau pun faktor herediter.
Keadaan semikian sering ditemukan pada wanita-wanita Afrika, mungkin tidak hanya karena
faktor diet yang buruk, tetapi juga kebiasaan membawa beban berat di kepada pada masa
perkembangan. Pelvis ini memiliki diameter anteroposterior yang pendek, tetapi diameter
transversanya lebih panjang, sehingga memberikan pintu masuk yang berbentuk ginjal atau
kacang kara. Karena pelvis ini dangkal, maka kedua ramus inferior pubis bertemu dengan
membentuk sudut yang sangat besar untuk membentuk arcus pubis sangat besar, dengan
demikian mempunyai pintu ke luar yang cukup luas.1 Bentuk pelvis yang demikian kira-kira
dimiliki oleh 35% wanita.
Bentuk berikutnya adalah bentuk antropoid. Bentuk seperti ini biasanya dapat ditemukan
pada wanita Kaukasia dan juga wanita Afrika Selatan. Pintu atasnya berbentuk oval, namun
mempunyai diamter anteroposterior yang panjang, dengan diameter transversa lebih pendek. 1
Pelvis ini mepunyai pendataran jelas dimensi anteroposterior. Bentuk pelvis yang demikian
tidak lazim ditemui, sebab hanya timbul pada kurang dari 5% wanita.5
14
15
teretoversi sehingga menindih rektum. Tuba uteri atau juga dikenal sebagai tuba fallopii
ditopang oleh ligamen besar pada uterus. Salah satu ujungnya melekat pada uterus dan ujung
lainnya membuka ke dalam rongga pelvis. Terakhir, vagina yang merupakan jalan lahir bayi
dan aliran mestruasi, mengahadap uterus dari vestibula genitalia eksterna dan terletak antara
kandung kemih dan uretra di sisi anterior dan rektum di sisi posterior.8
Pembahasan Kasus
Pada PBL kali ini, kasus yang diterima adalah: seorang ibu A sedang hamil 9 bulan
datang ke klinik bersalin karena dirasakan akan melahirkan anaknya yang pertama. Selama
ini ibu tersebut belum pernah memeriksakan kehamilannya. Karena belum lahir juga sesuai
perhitungan dokter maka dilakuakan pemeriksaan lebih lanjut, ternyata ibu A mempunyai
panggul yang sempit.
Panggul sempit sendiri dapat didefinisikan secara anatomi dan secara obstetri. Secara
anatomi berati panggul yang satu atau lebih ukuran diameternya berada di bawah angka
normal sebanyak 1cm atau lebih. Pengertian secara obstetri adalah panggul yang satu atau
lebih diameternya kurang sehingga mengganggu mekanisme persalinan normal.
Seperti yang telah kita bahas diatas, panggul terdiri dari pintu atas panggul, rongga
panggul, dan pintu bawah panggul, dimana masing-masing dari bagian tersebut memiliki
ukuran-ukuran tertentu. Apabila ternyata panggul seorang wanita mengalami kekurangan 1cm
atau lebih pada satu atau lebih bagiannya, maka bisa dikatakan memiliki panggul yang
sempit. Panggul sempit dapat menggangu proses kelahiran fetus. Pada kasus, ibu A ternyata
memiliki panggul yang sempit sehingga sulit untuk melahirkan walaupun usia kehamilannya
sudah cukup. Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa memiiki panggul yang sempit
bukanlah faktor satu-satunya seorang wanita tidak dapat melahirkan, tetapi juga dapat
disebabkan oleh bayi dengan ukuran yang besar.
Ukuran dan bentuk panggul yang normal bagi seorang wanita untuk melahirkan adalah
panggul ginekoid. Panggul ini mempunyai bentuk bulat atau oval dengan segmen anteriorposterior membulat baik, sacrum yang melengkung dengan baik, selain itu spina ischiadica
bersifat tumpul, serta arcus pubis mempunyai sudut yang membulat.
Kesimpulan
Hipotesis yang disusun kelompok adalah sebagai berikut: ibu dengan kehamilan cukup
belum juga melahirkan disebabkan karena memiliki panggul sempit. Hipotesis ini sebenarnya
kurang lengkap, namun dapat dibenarkan. Sebab ukuran panggul yang sempit memang dapat
16
menyebabkan seorang wanita belum juga dapat melahirkan meskipun sudah cukup usia
kehamilannya. Ukuran panggul haruslah sesuai dengan normal atau bisa dikatakan memiliki
bentuk seperti panggul ginekoid. Akan tetapi, perlu diperhatikan juga, bawasannya tidak
hanya panggul sempit yang menjadi faktor sulitnya proses kelahiran, tetapi juga ukuran bayi
dapat menjadi faktor lainnya.
Daftar Pustaka
1. Verralls S. Anatomi dan fisiologi terapan dalam kebidanan. Ed 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2003.
2. Manuaba IBG. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan & keluarga berencana untuk
pendidikan bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.
3. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta: Erlangga Medical Series; 2008.
4. Putz R, Pabst R. Sobotta atlas of human anatomy. Vol 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2009.
5. Supriadi T, Gunawan J. Kapita selekta kedaruratan obstetri dan ginekologi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC;2005.
6. Gibson J. Fisiologi & anatomi modern untuk perawat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2003.
7. Schwarts, Shires, Spencer. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Ed 6. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2000.
8. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004.
17