Anda di halaman 1dari 32

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KERANGKA PELVIS


Pada manusia dewasa, panggul terbentuk di panggul posterior
(belakang) oleh sacrum dan tulang ekor (bagian ekor dari kerangka axial),
lateral dan anterior oleh sepasang tulang pinggul (bagian dari kerangka
apendikularis). Pada manusia dewasa, panggul normal terdiri dari tiga
tulang besar dan tulang ekor (3-5 tulang).Namun, sebelum masa pubertas
tulang pinggul terdiri dari tiga tulang yang terpisah yaitu ilium, ichium, dan
pubis.
Jadi, sebelum pubertas panggul dapat terdiri dari lebih dari sepuluh
tulang tergantung pada komposisi tulang ekor.Pinggul ini dibagi menjadi 2
yaitu satu disebelah kanan dan satu disebelah kiri tubuh.Kedua tulang
pinggul yang terdiri dari 3 bagian ilium, ichium, dan pubis.Bagian-bagian ini
digabungkan bersama selama pubertas, yang berarti dimasa kanak-kanak
mereka adalah tulang terpisah.Tulang sacrum merupakan penghubung
tulang belakang ke panggul dan juga menjadi tempat yang memungkinkan
bagi sepasang pinggul kita untuk melekat.
Pelvis merupakan cincin lengkung berbentuk tulang yang
menghubungkan kolom vertebral ke femus. Fungsi utamanya untuk
menjaga berat tubuh bagian atas ketika kita sedang duduk, berdiri dan
berarktifitas.Fungsi sekundernya adalah untuk mengandung (pada wanita)
ketika hamil dan melindungi viscera pelvis dan abdominopelvic viscera
(bagian inferior saluran kemih, organ reproduksi internal). Tulang pinggul
saling berhubungan satu sama lainnya pada anterior pubis symphysis, dan
posterior dengan sacrum pada sendi sacroiliac untuk membentuk cincin
panggul. Cincin ini sangat stabil sehingga menyebabkan sedikitnya
mobilitas/pergerakan.
Ligament yang paling penting dari sendi sacroiliac adalah ligament
sacrospinous dan sacrotuberousyang menstabilkan tulang pinggul pada
sacrum dan mencegah promonotory dan miring ke depan. Sendi antara
sacrum dan tulang ekor, sacrococcygeal symphysis.Diperkuat oleh
sarangkaian ligament.Ligament sacrococcygeal anterior merupakan
perpanjangan dari Anterior Longitudinal Ligamen (ALL) yang berjalan di sisi

3
anterior dari badan veterbra. Serat tidak teratur tersebut menyatu dengan
periosterum. Setiap sisi panggul terbentuk sebagai tulang rawan, yang
mengeras sebagian tiga tulang utama yang tinggal terpisah melalui masa
kanak-kanak. Saat kelahiran seluruh sendi panggul (area acetabulum dan
bagian atas femur)masih terbuat dari tulang dan otot. Gerakan trunk/batang
(bemding forward) pada dasarnya adalah sebuah gerakan dari otot-otot
rektus, sementara flexi lateral (banding menyamping) dicapai oleh
kontrraksi obliques bersama dengan lumborum kuadratus dan otot
punggung intrinsic.
Dasar panggul memiliki dua fungsi yaitu salah satunya adalah
menutup rangga panggul dan perut, serta menanggung beban dari organ
visceral, yang lain adalah untuk mengontrol bukaan rectum dan organ
urogenital yang menembus dasar panggul dan membuatnyua lebih lemah.
Untuk melakukan keduannya, dasar panggul terdiri dari beberapa lembar
otot dan jaringan ikat.

2.2 RONGGA PANGGUL


Rongga panggul dibagi atas dan bawah oleh bidang apertura pelvis
superio (dalam obstetri sering disebut sebagai pintu atas-panggul,PAP).
Apertura pelvis superior dibentuk oleh :
- Promontorium os sacrum di bagian posterior
- Linea iliopectinea (linea terminalis dan pecten ossis pubis) di bagian
lateral
- Symphisis os pubis di bagian anterior
Menurut fungsinya terdapat bagian-bagian dari tulang panggul yaitu :
1. Panggul besar (Pelvis mayor)
Panggul besar (pelvis mayor) adalah bagian panggul yang terletak
diatas linea terminalis (fase pelvis).Pelvis mayor berfungsi mendukung
isi perut dan menggambarkan keadaan panggul kecil.
2. Panggul Kecil (Pelvis minor)
Panggul Kecil (Pelvis minor) adalah bagian panggul yang terletak
dibawah linea terminalis (true pelvis). Pelvis minor ini merupakan
wadah alat kandungan daan menentukan bentuk jalan lahir serta
penting dalam persalinan.
3. Batas antara pelvis mayor dan minor

4
Adalah garis yang melalui tipe atas symphisis (linea
terminalis/inominata) kiri-linea promontorium – linea terminalis kanan –
symphisis.

Tulang panggul terdiri atas :


1. Bagian yang keras dibentuk oleh tulang-tulang
2. Bagian yang lunak dibentuk oleh otot-otot dan ligament.

Gambar 2.1 Bagian Tulang Panggul

Gambar 2.2 Bagian Tulang Panggul

5
Bagian yang keras dibentuk oleh tulang-tulang.Ada 3 jenis tulang
keras, yaitu :
1. Os Sacrum (Tulang Kalangkang)
Os Sacrum (Tulang Kelangkang) ada 1 buah. Tulang
inimerpakan tulang embentuk segitiga yang melebar diatas dan
meruncing kebawah. Os Sacrum terletak disebelh belakang antara
kedua pangkal paha. Tulang ini terdiri dari ruas tulang senyawa. Kiri
dan kanan dari garis tampak 5 buah lubang yang disebut foramen
sacralia anterior. Crista sacrialis merupakan deret cuat-cuat duri yang
terdapat di garis tengah Os Sacrum. Bagian atas dri sacrum yang
berhubungan dengan 5 ruas tulanh pinggang dan menonjol kedepan
disebut promontorium. Jarak antara promontorium dan pinggir atas
simfisis merupakan ukuran muka belakang dari pintu atas panggul. Ke
samping Os Sacrum berhubungan dengan tulang pangkal paha melalui
articulasio sacro illiaca ke bawah Os Sacrum berhubungan dengan Os
Coccygis.

6
Gambar 2.3 Tulang kelangkang

2. Os Coccygis (Tulang Tungging)


Os Coccygis (Tulang Tungging) ada 1 buah. Os coccgyis
berartikulasi dengan sacrum di superior. Tulang ini terdiri dari empat
veterbra rudimenter ang bersatu membentuk tulang segitiga kcil yang
basisinya bersendi dengan ujung bawah sacrum. Vertebra coccygea
hanya terdiri atas corpus, namun veterbra pertama mempunyai
processus transverses rudimenter dan comu coccygeum. Comu adalah
sisa pediculus dan processus articularis superior yang menonjol ke atas
untuk berssendi dengan comu sacrale.

Gambar 2.4 Tulang Tungging


3. Os Coxae
Tulang ini terdiri dari tiga bagian komponen yaitu ilium, ischium
dan pubis.Saat dewasa tulang-tulang ini telah menyatu selurunya pada
asetabulum.
a. Ilium (Tulang Usus)
Ilium (Tulang usus) merupakan tulang terbesar panggul yang
membentuk bagian atas dan belakang pinggul. Batas atas tulang ini
adalah Crista illiaka. Ujung depan maupun belakang dari Crista
illiaka menonjol disebut spina illiaka anterior superior. Tonjolan

7
tulang dibawah spina illiaka anterior superior disebut spina illiaka
anterior inferior dan sebelah bawah spina illiaka posterior superior
terdapat spina illiaka posterior inferior.Di bawah spina illiaka
posterior inferior terdapat tekik atau cekungan yang disebut incisura
iskhiadika major.Garis yang membatasi panggul besar dan panggul
kecil disebut linea inominata atau linea terminalis.

b. Ischium (Tulang duduk)


Ischium (Tulang duduk) terletak disebelah bawah tulang usus,
pinggir belakangnya berduri disebut spina ischiadika.Di bawah
spina ischiadika terdapat incisura ischiadika minor.Bagian pinggir
bawah tulang duduk sangat tebal, yang dapat mendukung berat
badan pada saat duduk, disebut tuber ischiadikum. Tuber
ischiadikum merupakan ukuran melintang dari pintu atas panggul

c. Pubis (Tulang Kemaluan)


Pubis (Tulang Kemaluan) terletak di sebelah bawah dan depan
dari tulang usus yang disebut dengan tulang duduk. Tulang ini
membatasi sebuah lubang yang terdapat dalam tulang panggul,
lubang ini disebut foramen obtoratorium. Ramus superior ossis
pubis merupakan tulang kemaluan yang berhubungan dengan
tulang duduk disebut ramus inferior ossis pubis.Ramus inferior kiri
dan kanan membentuk arkus pubis. Arkus pubis normal akan
membentuk sudut 90⁰-100⁰

Bagian yang lunak dibentuk oleh otot-otot dan ligament


1. Otot
a. Musculus Sfingter Ani Ekternus
Otot ini merupakan cincin otot yang melingkar di anus.Otot ini
terbentuk dari gabungan serabut otot dari lapisan superficial dan
profundal commisurra posterior dan kulit perineum sebagian
menutupi M. sfingter ani ekternus.
b. Muskulus Bulbokavernosus
Otot ini merupakan otot yang berasal dari pusat perineum dan
memberikan serabut-serabut longitudinal pada kedua sisi uretra dan

8
vagina.Muskulus Bulbokavernosus mengelilingi vulva yang
bertujuan untuk membantu kontraksi dinding vagina saat melakukan
koitus.Serabut ini juga mengelilingi ostia sebelum berinsersi pada
corpus clitoridis.Serabut-serabut anterior memungkinkan terjadinya
ereksi klitoris pada saat aktivitas seksual.
Otot ini juga sebagai penunjang muskulus lavetor ani yang
terletak lebis dalam dari otot ini.
c. Muskulus Transversus Parinea Suferfisialis
Otot ini berasal dari permukaan dalam masing-masing tuber
isciadika dan berjalan transversal melintas pintu keluar pelvis.
Serabut-serabut dari masing-masing otot akan menyatu dan
menyilang dengan jaringan superficial corpus perinei.
Musculus Transversus parinea suferfisialis sama halnya
seperti musculus bulbokavernosus berfungsi untuk menopang
muskulus levator ani yang terletak lebih dalam.

d. Muskulus Transversus Parinea Profundus


Para transversus perinei profunda (atau perineal melintang
dalam) muncul dari rami inferior iskium dan berjalan ke garis
tengah, di mana ia interlaces dalam tendon raphe dengan sesama
dari sisi yang berlawanan.
Itu terletak pada bidang yang sama sebagai sfingter uretra
membranaceae ; sebelumnya dua otot digambarkan bersama-sama
sebagai uretra Constrictor
e. Muskulus Stingfer Uretra
Otot ini merupakan muara dari uretra. Sfingter ini analog
dengan sfingter pada pria, dan mempunyai nama yang sama.
Namun di bandingkan dengan pria sfingter pada wanita lebih lemah
dan merupakan struktur yang kurang penting. Ostium ini harus di
bedakan dari klitoris yang harus diidentifikasi terlebih dahulu.
f. Muskulus Pubokoksigeus
Merupakan otot yang paling pentingdi antara semua otot
dasar pelvis. Otot ini merupakan otot yang mengelilingi dan
memperkuat uretra, vagina dan rectum. Otot ini juga merupakan
penentu miksi, defekasi serta fungsi seksual yang normal.

9
g. Muskulus Iliococcygeus
Otot ini berasal dari linea alba faciae pada permukaan dalam
masing-masing os. Illium dari masing-masing spina isciadika, serta
berjalan ke belakang ke os. Coccygi.
h. Muskulus Ischiococcygeus
Berasal dari masing-masing spina isciadika kemudian berlanjut
ke bagian atas coccygi dan tepi bawah sakrum. Dilanjutkan ke
posterior, sehingga diaphragma pelvis hampir tertutup. Otot-otot ini
membantu menstabilkan articulatio sacroiliaca dan articulatio
sacrococcygea.

Gambar 2.5 Otot yang ada di Pelvis

2. Ligamen-ligamen Panggul
a. Ligamen Sacrospinosum
Ligamentum sacrospinous (ligamen sacrosciatic kecil atau
anterior) adalah sangat tipis, segitiga ligamen yang melekat dengan
puncaknya adalah pada spina iskiadika , dan medial, dengan dasar
yang luas, untuk margin lateral sacrum dan tulang ekor , di depan
ligamentum sacrotuberous bercampur dengan yang serat
perusahaan bercampur.
Fungsi utamanya adalah untuk mencegah rotasi posterior
dari tulang pangkal paha sehubungan dengan sakrum. Kelemahan

10
dari ligamentum bersama dengan ligamentum sacrotuberous
memungkinkan untuk rotasi posterior terjadi. Menekankan untuk
ligamen ini terjadi paling sering ketika bersandar ke depan atau
keluar dari kursi.
Ketika ligamen panggul dan mendukung jaringan ikat bergilir
dilemahkan atau tidak ada pada wanita, ligamentum sacrospinous
menyediakan situs konsisten kuat untuk fiksasi dari puncak vagina ,
yang disebut ligamentum suspensi sacrospinous, di mana puncak
vagina ditunda posterior dan lateral ke ligamen pada kedua sisi atau
kedua sisi

11
Gambar 2.6 Ligamen Panggul

b. Ligamen Sacrotuberosum
Ligamen sacrospinosum terlentang dari bagian lateral
sakrum dan koksigis tuberosis iskiadika. Ligamen sakrospinosum
dan ligamen sakrotuberosum bersama dengan ligamen sakro-
olliaka, mengikat sakrum dan koksigis ke os. Dan mencegah
pergerakan berlebihan dari sendi sakro-illiaka. Selain itu
ligamentum ini membentuk foramen isciadika mayor & minor
dengan insisura mayor dan minor.
c. Ligamen Triangular
Ligamen ini berfungsi sebagai area pintu keluar pelvis.
Selain itu juga memperkuat servix vesicae urinariae karena ia
meluas berjalan lurus melintasi arcus pubis. Dua daerah triangular
terletak di depan dan dibatasi oleh muskulus ischiocavernosus dan
muskulus transversus parinei.
Selain ketiga ligamen tersebut, juga terdapat ligamen-
ligamen yang terbentuk dari penebalan facia pelvis yang di sebut
dengan ligamen pelvis. Ligamen-ligaen tersebut antara lain:
1. Ligamentum lateral
Ligamen ini adalah merupakan ligamen yang terlentang
dari linea alba faciae ke dinding lateral vesica urinaria
2. Ligamentum pubovesicale

12
Ligamen ini terlentang dari cevix vesika urinaria ke
permukaan dalam masing-masing corpus pubis. Ligamentum
ini ikut membentuk ligamentum pubocervicale. Ligamen
pubovesicale ini berfungsi untuk memperkuat vesica urinaria.
3. Ligamentum cervicale transversum
ligamen ini merupakan ligamen yang melekat pada fornix
vagina dan servix supravaginalis. Ligamen ini merupakan
ligamen yang paling kuat diantara ligamen pelvis.
4. Ligamentum uterosacrale
Sama halnya dengan Ligamentum cervicale transversum,
ligamen ini juga melekat pada fornix vagina dan servix
supravaginalis. Ligamen ini berjalan ke posterior dan melekat
pada tepi lateral corpus sacralis pertama.
5. Ligamentum teres uteri
Ligamen yang berjalan dari anterior tepat di bawah cornu
uteri dan tuba fallopi membentuk huruf V lewat dinding
abdomenndan canalis inguinalis sebelum berinsersi pada kedua
labium majus.

Dinding-dinding Rongga Panggul


1. Dinding anterior
Pendek, dibentuk oleh corpus, rami dan symphisis ossium pubis
2. Dinding posterior
Dibentuk oleh permukaan ventral os sacrum dan os coccygis serta
muskulus pyriformis yang membentang pada permukaan ventral os
sacrum dan diliputi oleh fascie pelvis.
3. Dinding lateral
Dibentuk oleh bagian os coxae di bawah apertura pelvis superior,
membrana obturatoria, ligamentum sacrotuberosum, ligamentum
sacrospinosum, dan muskulus obturator internus dengan fascia
obturatoria.
4. Dinding inferior / dasar panggul
Dibentuk oleh diaphragma pelvis (mm.levator ani, mm coccygei,
fascia diaphragmatis pelvis, trigonum urogenitale) yang berfungsi
menahan alat-alat rongga panggul. Diaphragma pelvis membagi lagi

13
rongga panggul bagian bawah menjadi bagian rongga panggul utama
(bagian atas diaphragma pelvis) dan bagian perineum (bagian bawah
diaphragma pelvis).

2.3 JENIS PANGGUL

 Gynaecoid

 Android

 Antropoid

 Platipeloid

Gambar 2.7 Jenis


Panggul
Berdasarkan pada ciri-ciri bentuk pintu atas panggul, ada 4 bentuk pokok
jenis panggul yaitu :
1. Tipe Gynaecoid
Merupakan jenis panggul tipikal wanita (female type).Bentuk
Pinggul Atas Panggul (PAP) hampir bulat. Panjang diameter antero-
posterior kira-kira sama dengan diameter transversa.
2. Type Android
Merupakan jenis panggul tipikal wanita (famale type).Bentuk
Pinggul Atas Panggul (PAP) hampir segitiga. Panjang diameter antero-
posteriorhampir sama dengan diameter transversa, namun jenis ini jauh
mendekati sekrum. Dengan demikian, bagian belakangnya pendek dan
gepeng, sedangkan bagiannya menyempit ke muka.
3. Type Antropoid
Merupakan jenis panggul tipikal wanita (female type).Bentuk
Pinggul Atas Panggul (PAP) agak lonjong, seperti telur.Panjang

14
diameter antro-posterior lebih panjang dibandingkan diameter
transversa.
4. Type Platipeloid
Merupakan jenis panggul tipikal wanita (female type).Sebenarnya
jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka
belakang.Ukuran melintang jauh lebih besar 5% dibandingkan ukuran
muka belakang.

2.4 PERBEDAAN ANTARA PANGGUL PRIA DAN WANITA

Gambar 2.8 Panggul Wanita

15
Gambar 2.9 Panggul Pria

1. Pada wanita, dinding pelvis spurium dangkal, SIAS menghadap ke


ventral. Pada pria, dinding pelvis spurium tajam / curam, SIAS
menghadap ke medial.
2. Pada wanita, apertura pelvis superior berbentuk oval. Pada pria,
apertura pelvis superior berbentuk heart-shaped, lengkung, dengan
promontorium os sacrum menonjol ke anterior.
3. Pada wanita,pelvis verum merupakan segmen pendek suatu kerucut
panjang. Pada pria, pelvis verum merupakan segmen panjang suatu
kerucut pendek.
4. Pada wanita, ukuran-ukuran diameter rongga panggul lebih besar
(perbedaan sampai sebesar 0.5-1.5 cm) dibandingkan ukuran-ukuran
diameter rongga panggul pria.
5. Pada wanita, apertura pelvis inferior berbentuk bundar, diameter lebih
besar. Pada pria, apertura pelvis inferior berbentuk lonjong dan kecil.
6. Pada wanita, angulus subpubicus adalah sudut lebar / besar. Pada pria,
angulus subpubicus merupakan sudut tajam / kecil.
Beberapa ukuran panggul wanita yang memiliki makna / kepentingan
obstetric
1. Diameter anteroposterior pintu atas panggul (conjugata interna,
conjugata vera)

16
Jarak antara promontorium os sacrum sampai tepi atas symphisis
os pubis. Tidak dapat diukur secara klinik pada pemeriksaanfisis.
Secara klinik dapat diukur conjugata diagonalis, jarak antara
promontorium os sacrum dengan tepi bawah symphisis os pubis,
melalui pemeriksaan pelvimetri per vaginam.
2. Diameter obliqua pintu atas panggul
Jarak dari sendi sakroiliaka satu sisi sampai tonjolan pektineal sisi
kontra lateralnya (oblik/menyilang).
3. Diameter transversa pintu atas panggul
Diameter terpanjang kiri-kanan dari pintu atas panggul. Bukan
sungguh “diameter” karena tidak melalui titik pusat pintu atas panggul.
4. Diameter / distantia interspinarum pada rongga panggul
Jarak antara kedua ujung spina ischiadica kiri dan kanan.
5. Diameter anteroposterior pintu bawah panggul
Jarak antara ujung os coccygis sampai pinggir bawah symphisis os
pubis.
6. Diameter transversa pintu bawah panggul
Jarak antara bagian dalam dari kedua tuberositas os ischii.
7. Diameter sagitalis posterior pintu bawah panggul
Jarak antara bagian tengah diameter transversa sampai ke ujung
os sacrum.

Perkiraan Ukuran Rata-rata Panggul Wanita Normal


1. Pintu atas panggul (pelvic inlet)
Diameter transversa (DT) ± 13,5 cm. Conjugate vera (CV) ± 12,0 cm.
jumlah rata-rata kedua diameter minimal 22,0 cm
2. Pintu tengah panggul (Mid pelvis)
Distansia interspinarum (DI) ± 10,5 cm. diameter anterior posterior
(AP) ±11,0 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 20,0 cm
3. Pintu bawah panggul (Pelvic outlet)
Diameter anterior posterior (AP) ± 7,5 cm. Distansia intertuberosum
±10,5 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 16,0 cm
Bila jumlah rata-rata ukuran pintu-pintu panggul tersebut kurang, maka
panggul tersebut kurang sesuai untuk proses persalinan pervaginam
spontan.

17
Gambar 2.10 Ukuran Panggul Wanita Normal

Gambar 2.101 Ukuran Panggul Wanita Normal (Obliqua)


Bidang Hodge
Bidang-bidang sepanjang sumbu panggul yang sejajar dengan
pintu atas panggul, untuk patokan/ukuran kemajuan persalinan (penilaian
penurunan presentasi janin).
1. Bidang Hodge I adalah bidang pintu atas panggul, dengan batas tepi
atas simfisis.
2. Bidang Hodge II adalah bidang sejajar H-I setinggi tepi bawah simfisis
3. Bidang Hodge III adalah bidang sejajar H-I setinggi spina ischiadica
4. Bidang Hodge IV adalah bidang sejajar H-I setinggi ujung bawah os
coccygis.

18
2.5 Persalinan
2.5.1 Pengertian

a. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan


janin turun ke dalam jalan lahir (Saifudin, abdul bari, 2002)
b. Persalinan adalah proses pengluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melelui vagina ke dunia luar
(Wiknjosastro, 2006)
c. Persalinan normal adalah proses lahirnya bayi pada letak
belakang kepala dengan ibu sendiri, tanpa bantuan alat – alat
serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung
kurang dari 24 jam (mochtar, rustam.1998)

2.5.2 Etiologi Persalinan
Sebab terjadinya persalinan sampai kini masih merupakan teori-
teori yang kompleks. Faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin,
struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh syaraf dan nutrisi di sebut
sebagai faktor-faktor yang mengakibatkan persalinan mulai.
Menurut Wiknjosastro (2006) mulai dan berlangsungnya persalinan,
antara lain :

a. Teori penurunan hormon


Penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron yang
terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai.
Progesterone bekerja sebagai penenang bagi otot-otot uterus
dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga
timbul his bila kadar progesterone turun.
b. Teori plasenta menjadi tua
Villi korialis mengalami perubahan – perubahan, sehingga
kadar estrogen dan progesterone menurun yang menyebabkan
kekejangan pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan
kontraksi rahim.
c. Teori berkurangnya nutrisi pada janin
Jika nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan
segera di keluarkan.
d. Teori distensi rahim

19
Keadaan uterus yang terus menerus membesar dan
menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot – otot uterus. Hal
ini mungkin merupakan faktor yang dapat menggangu sirkulasi
uteroplasenter sehingga plasenta menjadi degenerasi.
e. Teori iritasi mekanik
Tekanan pada ganglio servikale dari pleksus
frankenhauser yang terletak di belakang serviks. Bila ganglion
ini tertekan, kontraksi uterus akan timbul.
f. Induksi partus (induction of labour)
Partus dapat di timbulkan dengan jalan :
1) Gagang laminaria : beberapa laminaria di masukkan dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser.
2) Amniotomi : pemecahan ketuban.
3) Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan
infuse.

2.5.3 Patofisiologi Persalinan


a. Tanda – tanda permulaan persalinan
Menurut Manuaba (1998), tanda – tanda permulaan peralinan :

1) Lightening atau settling atau dropping


Yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama
pada primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.
2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uterus turun.
3) Perasaan sering – sering atau susah kencing (polakisuria)
karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
4) Perasaan sakit di perut dan di pegang oleh adanya kontraksi.
Kontraksi lemah di uterus, kadang – kadag di sebut “ traise labor
pains”.
5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya
bertambah juga bercampur darah (bloody show)
6) Tanda – tanda inpartu.
Menurut Mochtar (1998), tanda – tanda inpartu :
1) Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering
dan teratur.

20
2) Keluar lender bercampur darah (show) yang lebih banyak
karena robekan – robekan kecil pada serviks’
3) Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan
pembukaan telah ada.

2.5.4 Pembagian Tahap Persalinan

a. Persalinan kala I
Menurut azwar (2004), persalinan kala I adalah
pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap.
Dengan ditandai dengan :

1) Penipisan dan pembukaan serviks.


2) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
3) Keluarnya lendir bercampur darah.

Menurut wiknjosasto, kala pembukaan di bagi atas 2 fase yaitu :

1) Fase laten

Pembukaan serviks berlangsung lambat, di mulai dari


pembukaan 0 sampai pembukaan 3 cm, berlangsung kira-kira 8
jam.

2) Fase aktif
Dari pembukaan 3 cm sampai pembukaan 10 cm,
belangsung kira – kira 7 cm.
Di bagi atas :
a) Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm
menjadi 4.
b) Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari pembukaan 4 cm menjadi 9
cm
c) Fase deselarasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan jadi 10 cm .

21
Kontraksi menjadi lebih kuat dan sering pada fase aktif.
Keadaan tersebut dapat dijumpai pada primigravida maupun
multigravida, tetapi pada multigravida fase laten, fase aktif das fase
deselerasi terjadi lebih pendek.

(1) Primigravida
Osteum uteri internum akan membuka terlebih dahulu
sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Keadaan osteum
uteri eksternal membuka, berlangsung kira – kira 13 – 14 jam
(2) Multigravida
Osteu uteri internum sudah membuka sedikit sehingga
osteum uteri internum dan eksternum serta penipisan dan
pendataran serviks terjadi dalam waktu yang bersama.

b. Kala II (pengluaran)
Menurut winkjosastro (2002), di mulai dari pembukaan
lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Pada primigravida berlangsung
2 jam dan pada multigravida berlangsung 1 jam.
Pada kala pengluaran, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih
lama, kira – kira 2 -3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk
ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot – otot dasar
panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.
Karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air
bersih, dengan tanda anus terbuka.
Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka
dan perineum meregang. Dengan his mengedan maksimal kepala
janin di lahirkan dengan suboksiput di bawah simpisis dan dahi,
muka, dagu melewati perineum. Setelah his istriadat sebentar,
maka his akan mulai lagi untuk meneluarkan anggota badan bayi.

c. Kala III (pelepasan uri)


Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengluaran uri
(mochtar, 1998). Di mulai segera setelah bayi baru lahir samapi
lahirnya plasenta ysng berlangsung tidak lebih dari 30 menit
(saifudin, 2001)

1) Tanda dan gejala kala III

22
Menurut depkes RI (2004) tanda dan gejala kala III adalah :
perubahan bentuk dan   tinggi fundus uteri, tali pusat memanjang,
semburan darah tiba – tiba.

2) Fase – fase dalam pengluaran uri (kala III)

Menurut Mochtar (1998) fase – fase dalam pengluaran uri


meliputa :

a) Fase pelepasan uri

Cara lepasnya luri ada beberapa macam, yaitu :

(1) Schultze : lepasnya seperti kita menutup payung , cara ini


paling sering terjadi (80%). Yang lepas duluan adalah
bagian tengah, kemudian seluruhnya.
(2) Duncan : lepasnya uri mulai dari pinggir, uri  lahir akan
mengalir keluar antara selaput ketuban pinggir plasenta.

b) Fase pengeluaran uri


Persat – perasat untuk mengetahui lepasnya uri, antara lain :

(3) Kustner, dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada


atas simfisis, tali pusat di tegangkan maka bila tali pusat
masuk (belum lepas), jika diam atau maju ( sudah lepas).
(4) Klein, saat ada his, rahim kita dorong sedikit, bila tali pusat
kembali ( belum lepas), diam atau turun ( sudah lepas).
(5) Strassman, tegangkan tali pusat dan ketok fundus bila tali
pusat bergetar (belum lepas), tidak bergetar (sudah lepas),
rahim menonjol di atas simfisis, tali pusat bertambah
panjang, rahim bundar dank eras, keluar darah secara tiba –
tiba.

d.    Kala IV ( obsevasi )
Menurut saifudin (2002), kala IV dimulai dari saat lahirnya
plasena sampai 2 jam pertama post partum.
Observasi yang di lkukan pada kala IV adalah :

1) Tingkatk kesadaran

23
2) Pemeriksaan tanda – tanda vital, tekanan darah, nadi dan
pernafasan
3) Kontraksi uterus
4) Perdarahan : dikatakan normal jika tidak melebihi 500 cc

2.5.5 Mekanisme Persalinan Normal
Menurut Manuaba (1999) gerakan – gerakan janin
dalam persalinan adalah  sebagi berikut :
a. Engagement ( masuknya kepala ) : kepala janin berfiksir pada
pintu atas panggul.
b. Descent ( penurunan )
Penurunan di laksanakan oleh satu / lebih.

1) Tekanan cairan amnion


2) Tekanan langsung fundus pada bokong kontraksi otot
abdomen.
3) Ekstensi dan penelusuran badan janin.
4) Kekuatan mengejan.

c. Fleksion (fleksi)

Fleksi di sebabkan karena anak di dorong maju dan ada


tekanan pada PAP, serviks, dinding panggul atau dasar panggul.
Pada fleksi ukuran kepala yang melalui jalan lahir kecil, karena
diameter fronto occopito di gantikan diameter sub occipito.

d. Internal rotation ( rotasi dalam)


Pada waktu terjadi pemutaran dari bagian depan sedemikian
rupa sehingga bagian terendah dari janin memutar ke depan ke
bawah simfisis ( UUK berputar ke depan sehingga dari dasar
panggul UUK di bawah simfisis).

e. Extensition ( ekstensi )
Ubun – ubun kecil (UUK) di bawah simfisis  maka sub occiput
sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi
( ekstensi ).

24
f. External rotation (rotasi luar)
Gerakan sesudah defleksi untuk menyesuaikan kedudukan
kapala denga punggung anak.
g. Expulsion ( ekspusi ) : terjadi kelahiran bayi seluruhnya.

2.5.6 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan


Menurut mochtar ( 1998 ) faktor – fakor yang berperan
dalam persalinan antara lain :
a.    Jalan lahir (passage)
1) Jalan  lahir di bagi atas :
a) Bagian keras tulang – tulang panggul ( rangka panggul ).
b) Bagian lunak panggul.
2) Anatomi jalan lahir
a)   Jalan lahir keras : pelvis/panggul
Terdiri dari 4 buah tulang, yaitu :

(1) Os.coxae, terdiri dari : os. Illium, os. Ischium,


os.pubis
(2) Os.sacrum : promontorium
(3) Os.coccygis.
Tulang panggul di pisahkan oleh pintu atas panggul
menjadi 2 bagian :
(1) Pelvis major : bagian di atas pintu atas panggul dan
tidak berkaitan dengan persalinan.
(2) Pelvis minor : menyerupai suatu saluran yang
menyerupai sumbu melengkung ke depan.

b)   Jalan lahir lunak : segmen bawah rahim, serviks, vagina,


introitus vagina, dan vagina, muskulus dan ligamentum
yang menyelubungi dinding dalam dan bawah panggul.
3) Bidang – bidang Hodge
Adalah bidang semu sebagai pedoman untuk
menentukan kemajuan persalinan, yaitu seberapa jauh
penurunan kepala melalui pemeriksaan dalam.
Bidang hodge :
Ø  Hodge I : promontorium pinggir atas simfisis
Ø  Hodge II : hodge I sejajar pinggir bawah simfisis

25
Ø  Hodge III : hodge I sejajar ischiadika
Ø  Hodge IV : hodge I sejajar ujung coccygeus
Ukuran – ukuran panggul :
Ø Distansia spinarium (24 – 26 cm)
Ø Distansia cristarium (28 – 30 cm)
Ø Conjugate externa (18 – 20 cm)
Ø Lingkar panggul (80-90 cm)
Ø Conjugate diagonalis (12,5 cm)
b.   Passenger ( janin dan plasenta )
1)      Janin
Persalinan normal terjadi bila kondisi janin adalah letak
bujur, presentasi belakang kepala, sikap fleksi dan tafsiran berat
janin <4000 gram.
2)      Plasenta
Plasenta berada di segmen atas rahim (tidak menhalangi
jalan rahim). Dengan tuanya plasenta pada kehamilan yang
bertambah tua maka menyebabkan turunya kadar estrogen dan
progesterone sehinga menyebabkan kekejangan pembuluh
darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi.
b.   Power (kekuatan)
     Yaitu faktor kekuatan ibu yang mendorong janin keluar
dalam persalinan terdiri dari :
1)      His (kontraksi otot rahim)
      His yang normal mempunyai sifat :
Ø  Kontraksi dimulai dari salah satu tanduk rahim.
Ø  Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim.
Ø  Kekuatannya seperti memeras isi rahim dan otot rahim yang
berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehinnga
terjadi refleksi dan pembentukan segmen bawah rahim.
2)      Kontraksi otot dinding perut.
3)      Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4)      Ketegangan dan kontraksi ligamentum.

2.5.6 Langkah-Langkah APN (Asuhan Persalinan Normal)


Untuk melakukan asuhan persalinan normal (APN) dirumuskan 58
langkah asuhan persalinan normal sebagai berikut:

26
1. Mendengar & Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua.
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali
pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn
sabun & air mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan
digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi
dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang
telah dibasahi oleh air matang (DTT), dengan gerakan vulva ke
perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam – pastikan pembukaan sudah
lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan
terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai –
pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah
merasa ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk
meneran dalam 60 menit.
15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu

27
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm,
memasang handuk bersih pada perut ibu untuk mengeringkan bayi
jika telah lahir dan kain kering dan bersih yang dilipat 1/3 bagian
dibawah bokong ibu. Setelah itu kita melakukan perasat stenan
(perasat untuk melindungi perineum dngan satu tangan, dibawah
kain bersih dan kering, ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4
jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang
kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap
fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan
perineum).
20. Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi dengan
kasa steril kemudian memeriksa adanya lilitan tali pusat pada
leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi
luar secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat
kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal
hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian
gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu
untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan
dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung
kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai
bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)
25. Melakukan penilaian selintas :
a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks.

28
Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.
Membiarkan bayi atas perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus
berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit
IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem
kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah
distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem
pertama.
31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem
tersebut.
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi
di kepala bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari
vulva
35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas
simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan
tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-
hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga
timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
37. melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali
pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas,
mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).

29
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan
plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang
plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk
membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput
ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus
uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler
menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi
uterus baik (fundus teraba keras)
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan
kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput
ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong
plastik yang tersedia.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu
paling sedikit 1 jam.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri
tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler
di paha kiri anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua pasca persalinan.
50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik.

30
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah di dekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan
sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai
memakai pakaian bersih dan kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk
membantu apabila ibu ingin minum.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%
melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Melengkapi partograf.

31
Gambar Proses Persalinan

32
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dengan terselesaikannya makalah ini diharapkan kepeada semua
mahasiswa keperawatan dapatmengetahui serta memahami bagaimana
kerangka dari panggul, mengetahui otot-otot yang menjaga panggul,
mengetahui macam-macam panggul serta mengetahui perbedaan dari
panggul wanita dengan panggul pria. Sehingga pada saat mahasiswa
sudah terjun diantara msyarakat luas mereka semua dapat memberikan
pengetahuan bagi khalayak umum, dan menjadi tenaga perawat yang
profesional pada saat menangani pasien baik di rumah sakit tempat ia
bekerja maupun ditempat msyarakan dan lingkungan sekitarnya.

3.2 SARAN
Semoga makalah yang telah kami susun inidapat berguna bagi
seluruh mahasiswa keperawatan.kami semua menyadari bahwa didalam
pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan
serta masih harus banyak kritik dan saran demi penyempurnaan makalah
kami selanjutnya.

33
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Buku Acuan Asuhan


Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR, Maternal & Neonatal Care.

Drs. H. Syaifudin, AMK. 2005. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa


Keperawatan. Jakarta: EGC
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR).
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta :
Kompas Gramedia
Scribd.com/doc/21110298/Cakul-Obgyn-Plus-Fkul (diakses tanggal 19 Oktober
2014 jam 10.00 WIB)
Tim Anatomi Fisiologi AKPER Lumajang. 2012. Anatomi Fisiologi. Jember :
Penerbit Pena Salsabila
Widiyatun, Diah. 2012. Materi asuhan kebidanan II persalinan fisiologis lengkap.
Tersedia : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/materi-asuhan-
kebidanan-ii-persalinan.html. Akses tanggal 7 Desember 2014

34

Anda mungkin juga menyukai