Passage way
Passage way merupakan jalan lahir dalam persalinan berkaitan dengan keadaan segmen atas
dan segmen bawah rahim pada persalinan. Segmen atas memegang peran yang aktif karena
berkontraksi dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan. Sebaliknya segmen
bawah rahim memegang peran pasif dan makin tipis dengan majunya persalinan karena peregangan.
Jalan lahir terdiri dari pelvis dan jaringan lunak serviks, dasar panggul, vagina dan introitus (bagian
luar/lubang luar dari vagina). Walaupun jaringan lunak terutama otot dasar panggul membantu
kelahiran bayi tetapi pelvik ibu jauh lebih berperan dalam proses kelahiran 5
Passage adalah keadaan jalan lahir, jalan lahir mempunyai kedudukan penting dalam proses
persalinan untuk mencapai kelahiran bayi. Dengan demikian evaluasi jalan lahir merupakan salah
satu faktor yang menentukan apakah persalinan dapat berlangsung pervaginam atau sectio
sesarea. Pada jalan lahir tulang dengan panggul ukuran normal apapun jenis pokoknya kelahiran
pervaginam janin dengan berat badan yang normal tidak akan mengalami kesukaran, akan tetapi
karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal-hal lain ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil daripada
standar normal, sehingga bisa terjadi kesulitan dalam persalinan pervaginam (Wiknjosastro, Hanifa
2001 : 637 – 639).
Pada jalan lahir lunak yang berperan pada persalinan adalah segmen bawah rahim, servik uteri
dan vagina. Di samping itu otot-otot jaringan ikat dan ligamen yang menyokong alat-alat urogenital
juga sangat berperan pada persalinan (Rustam Mochtar, 2000 : 82). Passage atau jalan lahir terdiri
dari jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang. Jalan lahir lunak terdiri atas otot, jaringan dan ligamen.
Sedangkan jalan lahir tulang atau keras terdiri dari tulang panggul dan sendi.
1. Pelvis
Pelvis terdiri dari 2 bagian :
a. Bagian keras (dibentuk oleh tulang panggul)
b. Bagian lunak (dibentuk oleh otot-otot dan ligamentum)
Bagian keras pelvis yang dibentuk oleh tulang panggul di bagi lima oleh linea terminalis
menjadi 2 bagian :
a. Pelvis mayor/besar/false pelvic
Pelvis mayor ini mendukung isi perut dan sedikit bermakna secara obstetrik yang relevan
dengan jalan lahir melalui pelvis
b. Pelvis minor/kecil/true pelvic
Menjadi wadah alat kandungan dan menentukan bentuk jalan lahir. Pelvis minor membentuk
jalur tulang yang dilalui janin untuk dilahirkan pervaginam.
Perhubungan tulang pangkal paha (os coxae) dengan tulag kelangkang (os sacrum) dibantu
dengan perantaraan persendian articulatio sacroiliaca dan berhubungan pula dengan jaringan
pegikat ke tulang usus dan tulang duduk, yakni :
a) Belakang tulang kelangkang ke tulang pangkal paha disebut ligamentumsacro iliaca
posterior
b) Bagian depan tulang kelangkang ke tulang pangkal paha disebut ligamentum sacro iliaca
anterior, ligamentum ilio lumbalis dan ligamentum iliaca interossea
c) Tulang kelangkang ke spina ischiadica disebut ligamentum sacro spinosum
d) Tulang kelangkang ke tuber ischiadica disebut ligamentum sacro tuberosum
Gambar.Tulang Kelangkang
Tulang kelangkang dan koksigis membentuk bagian posterior pelvis. Simfisis sacrococcgys, simfisis
pubis dan dua sinkrondosis sacroiliaca (articulatio sacroiliaca) merupakan sendi-sendi amfiartodial,
yang terdiri dari jaringan tulang rawan (kartilago) dan ligamentum yang menggabungkan tulang-
tulang pelvis.
Pelvis minor (sejati) mempunyai beberapa bidang yang secara obstetrik bermakna yaitu :
a. Pintu Atas Panggul (PAP)
PAP atau pintu superior atau disebut juga dengan pelvic inlet adalah pintu masuk atas ke
pelvic minor. Batasan-batasan pintu di bagian posterior adalah promontorium sacrum, linea
terminalis di bagian lateral dan bagian atas dengan simfisis pubis dan ramus horizontal tulang
kemaluan di bagian anterior.
Pada PAP ditentukan 3 ukuran penting, yaitu muka belakang (conjugata vera), ukuran
melintang (diameter transversa), ukuran serong (diameter obligue)
1) Conjugata Vera (CV)
Adalah konjugata sejati PAP, yang membentang dari bagian tengah promontorium sacrum
hingga pertengahan batas atas simfisis pubis, ukuran normalnya 11 cm atau lebih. Cara
mengukur CV adalah jari tengah dan telunjuk dimasukkan ke dalam vagina untuk meraba
promontorium.
2) Diameter Transversa
Diameter transversa PAP mengukur jarak terjauh antara linea terminalis pada salah satu
dari 2 sisi pelvis, jarak ini kira-kira 12,5-13 cm, bergantung pada bentuk pelvis
3) Diameter Obligue
Diameter Obligue PAP disebut juga dengan ukuran serong. Diameter Obligue mengukur
jarak antara articulatio sacroliaca kiri dengan tuberkulum pubicum kanan atau sebaliknya.
Cara mengukur diameter oblik adalah dengan menarik garis dari articulatio sakroiliaka ke
titik persekutuan antara diameter transversa dan CV dan diteruskan ke linea terminalis.
Ukuran diameter oblik lebih kurang 13 cm.
METODE FISHING untuk memahami stasion bagian presentasi atau derajat penurunan:
Stasion (-3) F : Floating High (kepala janin belum masuk PAP atau masih mengambang)
Stasion (-2) I : In The Right Direction or Fixed to Pelvic Inlet (bagian terbawah janin mulai
mengarah dan turun ke PAP)
Stasion (-1) S : Settling In or Small Segment of Fetal Head Ini Pelvic Inlet (bagian kecil kepala
masuk ke panggul)
Stasion (0) H : Half Way There or Large Segment of Fetal Head in Pelvic Inlet (sebagian besar
kepala masuk ke paggul, sejajar spina ischiadica, similar dengan hodge III (VT) atau 2/5
dengan perlimaan pada palpasi
Stasion (+1) I : Inching Out Or Fetal Head In Plane of Greatest Dimension (kepala janin
melewati spina ischiadica, masuk ke bidang tengah / terluas panggul)
Stasion (+2) N : Nearly There or Fetal Head In Plane of Least Dimension (kepala masuk bidang
sempit panggul menuju ke vulva)
Stasion (+3) G : Get The Crown or Fetal Head in Pelvic Outlet (kepala melewati panggul dan
tampak di vulva)
Gambar Station
Gambar Metode FISHING untuk memudahkan
belajar stasion
Keterangan :
Floating high (kepala bayi beum masuk ke pintu atas panggul atau masih mengambang/berputar).
Settling in (kepala bayi masuk sedikit ke panggul). Halfway there (separuh kepala bayi telah masuk
pintu atas panggul/engagement). Inching out (kepala bayi bergerak menuju bidang tengah panggul).
Nearly there (kepala bayi mencapai dasar panggul menuju pintu bawah panggul). Get the crown
(kepala crowning dan tampak di vulva)
Jenis-jenis panggul
Calwell Moloy dalam Varney mengklasifikasikan pelvis menjadi 4 tipe pelvis dasar, yaitu
gynecoid, android, anthropoid, platypeloid
a. Gynecoid
Pelvis ini umumnya dikenal sebagai “pelvis perempuan” karena merupakan tipe yang paling
banyak ditemukan pada perempuan. 41-42% pelvis perempuan adalah gynecoid. Tipe ini
merupakan bentuk ideal untuk mengandung anak.
Karakteristik gynecoid sebagai berikut :
1) PAP : segmen anterior, lateral dan posterior pelvis berbentuk lingkaran sempurna, dengan
diameter transversa kira-kira sama atau sedikit lebih besar daripada diameter
anteroposterior.
2) Sacrum : paralel dengan simfisis pubis
3) Incisura sacroskiatika : bentuk melingkar sempurna dengan jarak rata-rata 2,5-3 lebar jari
sepanjang ligamen sacrospinosa, membentang antara spina ischiadica dan sacrum
4) Dinding samping : dinding samping pelvis lurus
5) Spina ischiadica : tumpul dan menonjol atau melebihi batas
6) Arkus pubis : suatu lengkung lebar (sudut 90 derajat atau lebih)
b. Android
Umumnya dikenal sebagai “pelvis pria” karena bentuk ini ditemukan lebih sering pada pria.
Ditemukan pada 32,5% perempuan kulit putih dan 15,7% perempuan bukan kulit putih. Pelvis
android adalah pelvis yang berat, yang menyulitkan untk proses kelahiran pervaginam dan
meningkatkan insiden posisi posterior, kelahiran dengan bantuan forcep dan lahir mati.
Kontraktur BTP dan PBP pelvis android meningkatkan insiden disproporsi fetopelvis dan seksio
sesarea.
Karakteristik sebagai berikut :
1) Pintu PAP : sering disebut sebagai bentuk jantung. Segmen posterior berbentuk wajik dan
segmen anterior sempit dan berrbentuk segitiga. Diameter sagital posterior cukup pendek
jika dibandingkan dengan diameter sagital anterior. Hal ini berarti bahwa terdapat ruang
yang sangat terbatas pada bagian posterior pelvis untuk mengakomodasi kepala janin.
2) Sakrum : pada sisi anterior mendaki dan datar, sehingga berkontribusi terjadinya
pemendekan diameter sagital posterior sepanjang pelvis.
3) Incisura sacroskiatika : sangat melengkung dan sempit, dengan jarak rata-rata 1,5-2 lebar
jari diantara spina ischaidica dan sakrum.
4) Dinding samping : dinding samping pelvis yang biasanya konvergen.
5) Spina ischiadica : biasanya menonjol dan sering melewati batas sehingga mengurangi
diameter transversa (interspinosa) bidang tengah.
6) Arkus pubis : sempit, dengan sudut akut jauh, kurang dari 90 derajat.
c. Anthropoid
Bentuk pelvis yang paling sering ditemukan pada ras bukan kulit putih, terjadi pada 40,5%
perempuan bukan kulit putih jika dibandingkan dengan 23,5% perempuan kulit putih. Bentuk
pelvis antropoid memungkinkan posisi posterior fetus. Pelvis ini adekuat untuk kelahiran per
vagina jika ukurannya besar.
Karakteritik sebagai berikut :
1) PAP, bentuk oval dengan diameter anteroposterior lebih besar dibandingkan diameter
transversal. Segmen anterior pelvis (pelvis depan) agak mengecil dan menyempit daripada
segmen posterior.
2) Sakrum : di bagian posterior mendaki sehingga walaupun datar, bidang-bidang sagitalis
posterior panjang di seluruh pelvis, sehingga ada lebih banyak ruang pada bagian posterior
pelvis untuk mengakomodasi kepala janin. Memiliki sakrum paling panjang dan merupakan
bentuk pelvis yang paling dalam.
3) Insicura sacroskiatika : memiliki tinggi rata-rata, cukup lebar, memiliki jarak kurang dari 4
lebar jari sepanjang ligement sacrospinosa diantara spina ischiadica dan sakrum
4) Dinding samping : sering agak konvergen
5) Spina ischiadica : biasanya menonjol tetapi tidak melebihi batas sehingga diameter
transversal (interspinosa) bidang tengah umumnya lebih kecil daripada diameter pelvis
gynecoid, tetapi tidak berkontraksi seperti pelvis android/
6) Arkus pubis : kemungkinan agak sempit, kontraktur PBP umumnya diimbangi oleh
diameter panjang anteroposterior memiliki bidang sagital posterior yang panjang sehingga
menyediakan ruang pada bagian posterior pelvis untuk bayi.
d. Platypeloid
Karakterisktik sebagai berikut :
1) PAP: dianggap sama dengan pelvis gynecoid datar. Tipe ini merupakan kebalikan dari pelvis
antrophoid, dengan diameter anteroposterior pendek dan diameter transversa yang lebar.
Segmen anterior pelvis (pelvis depan) cukup lebar.
2) Sacrum : di bagian posterior mendaki cukup dalam, sehingga membentuk sakrum yang
pendek dan pelvis yang dangkal.
3) Incisura sacroskiatika: lebar dan datar dengan sudut akut antara spina ischiadicum dan
sakrum.
4) Dinding samping : sedikit konvergen.
5) Spina ischiadica: spina ishiadicum agak menonjol tetap karena karakteristik mendatar
pelvis dan diameter transversal yang lebar di seluruh pelvis, penonjolan ini tidak
berpengaruh. Diameter transvesal bidang tengah pada pelvis playtpeloid adalah yang
terbesar di antara semua pelvis.
6) Arcus pubis : cukup lebar, pelvis ini paling lebar diantara pelvis-pelvis lainnya.
Gambar Tipe-tipe pelvic
Perineum
Perineum merupakan daerah yang menutupi PBP, yang terdiri atas :
a) Regio analis, sebelah belakang spingter ani eksterna, yaitu muskulus yang mengelilingi anus
berada di sini.
b) Regio urogenitalis terdiri atas musculus bulbo cavernosus, ischio cavernosus dan transversus
perinei superfisialis.
Jaringan lunak sebelum persalinan dimulai dari uterus, terdiri dari korpus uteri dan servik
uteri. Saat persalinan dimulai, kontraksi uterus menyebabkan korpus uteri berubah menjadi 2
bagian, yakni bagian atas yang tebal dan berotot dan bagian bawah yang berotot pasif dan
berdinding tipis. Suatu cincin retraksi fisiologis memisahkan kedua segmen ini. Segmen bawah
uterus secara bertahap membesar karena mengakomodasi isi dalam uterus, sedangkan bagian atas
menebal dan kapasitas akomodasinya menurun. Kontraksi korpus uteri menyebabkan janin tertekan
ke bawah, terdorong ke atas serviks. Serviks kemudian menipis dan berdilatasi (terbuka) secukupnya
sehingga memungkinkan bagian terbawah janin memasuki vagina. Dasar panggul adalah lapisan otot
yang memisahkan ronggaa panggul di bagian atas dari ruang perineum di bawahnya. Struktur ini
membantu janin berotasi ke arah anterior saat menuruni jalan lahir. Vagina kemudian mengembang,
berdilatasi untuk mengakomodasi sehingga memungkinkan janin ke dunia luar.
PASSANGER
Passanger meliputi janin, plasenta dan air ketuban.
1. Janin
Janin bergerak sepanjang jalan lahir akibat interaksi beberapa faktor, diantaranya ukuran kepala
janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin karena plasenta dan air ketuban juga harus
melewati jalan lahir, maka dianggap sebagai bagian dari passanger yang menyertai janin. Namun
plasenta dan air ketuban jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal. Bagian
yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat
memengaruhi jalan persalinan.
Kepala janin dan ukuran-ukurannya :
a. Tulang tengkorak (cranium)
1) Bagian muka dan tulang-tulang dasar tengkorak.
2) Bagian tengkorak, meliputi os frontalis, os parietalis, os temporalis dan os occipitalis.
3) Sutura, meliputi : sutura frontalis, sutura sagitalis, sutura coronaris, sutura lambdoidea.
4) Ubun-ubun (fontanel) melputi : fontanel mayor/bregma dan fontanel minor.
Gambar Tulang tengkorak janin
b. Ukuran-ukuran kepala
1) Diameter
a) Diameter occipito frontalis ±12 cm
b) Diameter mento occipitalis ± 13,5 cm
c) Diameter sub occipito bregmatika ± 9,5 cm
d) Diameter biparietalis ± 9,25 cm
e) Diameter temporalis ± 32 cm
2) Ukuran keliling
a) Circumferensial fronto occipitalis ±32 cm
b) Circumferensial mento occipitalis ±35 cm
c) Circumferensial sub occipito bregmatika ±32 cm
c. Ukuran badan yang lain
1) Bahu : jarak (12 cm) dan lingkaran (34 cm)
2) Bokong : jarak trochanter : 9,5-10 cm
c. Fungsi plasenta
1) Nutrisi, alat pemberi makanan pada janin
2) Respirasi, alat penyalur zat asam dan pembuang CO2
3) Ekskresi, alat pengeluaran sampah metabolisme
4) Produksi, alat yang menghasilkan hormon-homon
5) Imunisasi, alat penyalur bermacam-macam anti bodi ke janin
6) Pertahanan, alat yang menyaring obat-obatan dan kuman-kuman yang bisa melewati urin.
d. Mekanisme transfer plasenta
Ada sejumlah mekanisme transfer melalui plasenta antara fetus dan maternal yaitu:
1) Difusi sederhana
Transfer substansi melewati membran dari daerah dengan konsentrasi tingggi ke
konsentrasi rendah. Mekanisme ini memungkinkan transfer oksigen, karbon dioksida,
elektrolit, air, obat, (seperti senyawa analgesik dan anastetik).
2) Difusi terfasiitasi
Transfer materi dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, difasilitasi
melalui membran plasenta untuk menyediakan transfer yang lebih cepat dan lebih spesifik.
Plasenta memfasilitasi difusi substansi yang penting untuk pertumbuhan fetus yang cepat
tapi konsentrasi rendah dalam maternal misalnya glukosa.
3) Transport aktif
Tranfer yang berlawanan dengan prinsip fisiologi umum. Transfer aktif termasuk transfer
substansi dari ibu ke fetus yang konsentrasinya rendah pada darah maternal dan
konsentrasinya tinggi pada darah fetus. Contohnya adalah transport besi dan asam
askorbat dari ibu ke fetus.
4) Pinositosi
Pergerakan substansi melewati sel membran fetus ke aliran darah fetus melalui penelanan
invaginasi chorionik vili, seperti transfer molekul protein berukuran besar seperti
imunoglobulin G.
5) Perubahan antar sel
Perubahan villi chorionic menyediakan transfer sel secara langsung. Contoh sensitisasi Rh-
negatif perempuan dari eritrosit yang diterima Rh-positif fetusnya.
6) Infeksi plasenta
Ketika plasenta terinfeksi, luka pada plasenta disebabkan oleh organisme yang mampu
menembus aliran darah fetus protozoa dan bakteri ditranfer dengan cara ini. Infeksi virus
mungkin melewati membran plasenta dan menginfeksi plasenta.
e. Hormon plasenta
1) Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
Hormon yang diproduksi pada awal kehamilan oleh syncytio trophoblast terutama untuk
memelihara corpus luteum dan endometrium pada kehamilan
2) Human Placental Lactogen (HPL)
Hormon protein yang dihasilkan pada awal kehamilan oleh syncytio trophoblast. Berperan
dalam laktogenik dan proses metabolisme. HPL disebut hormon pertumbuhan chorionic
dan chorionic somamo-mamotropin.
3) Estrogen
Hormon estrogen dihasilkan oleh plasenta untuk menyebabkan keadaan hiperestrogen.
Precusor untuk produksi estrogen adalah korteks adrenal ibu dan fetus, dengan hasil yang
lebih besar pada fetus.
4) Progesteron
Hormon steroid dihasilkan oleh plasenta, menggunakan kolesterol darah sebagai precusor.
5) Plasenta juga mensisntesis Thyroid Stimulating Hormone (Chorionic Thyrotropin) dan
adeno corticosteroid (chorionic ACTH), meskipun belum ada hubungan yang langsung
terhadap chorionic ACTH.
f. Sirkulasi darah ke plasenta
Sirkulasi maternal-plasenta-embrionik berada pada tempatnya pada hari ke 17, saat jantung
embrio mulai berdenyut. Pada akhir minggu ke-3, darah embrio bersirkulasi di antara embrio
dan villi korion. Pada rongga intervilli, darah maternal mensuplai oksigen dan nutrien ke
kapiler embrio di dalam villi. Plasenta berfungsi sebagai pertukaran metabolik. Pertukaran
minimal terjadi pada saat ini disebabkan dua lapisan sel pada membran villi terlalu tebal.
Sirkulasi darah dari ibu ke plasenta :
1) Darah janin menuju ke plasenta melalui dua buah arteri umbilikalis dan dari plasenta
kembali ke tubuh janin melalui vena umbilikalis
2) Ketiga pembuluh darah ini terdapat dalam TP
3) Arteri mengandung darah yang kotor dan vena mengandung darah yang bersih
4) Dari TP, pembuluh-pembuluh darah tersebut berjalan dalam korion dan kemudian masuk
ke dalam vilii
5) Darah ibu memancar ke dalam ruangan intervillar yaitu rongga di antara villi dari arteri-
arteri ibu yang terbuka pada dasar ruangan tersebut
6) Darah ibu menyebar ke segala jurusan dan dengan lambat laun mengalir kembali ke bawah
dan masuk ke dalam vena pada dasar plasenta
4. Air ketuban
Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500 cc. Air ketuban berwarna
putih keruh, berbau amis dan berasa manis. Komposisinya terdiri dari atas 90% air, sisanya
albumin, urea, asam urik, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks kasesosa dan garam an-
organik.
Fungsi air ketuban :
1) Sumber bagi cairan oral sebagai tempat penyimpanan zat sisa
2) Sebagai pelindung yang akan menahan janin dari trauma akibat benturan dengan
memperhalus dan menghilangkan kekuatan benturan
3) Melindungi dan mencegah TP dari kekeringan, yang dapat menyebabkan mengerut sehingga
menghambat penyaluran oksigen melalui darah ibu ke janin
4) Berperan sebagai cadangan cairan dan sumber nutrisi bagi janin untuk sementara
5) Memungkinkan janin bergerak lebih bebas, membantu sistem pencernaan janin, sistem
muskuloskeletal dan tulang rangka serta sistem pernafasan janin agar berkembang dengan
baik.
6) Menjadi inkubator yang sangat istimewa dalam menjaga kehangatan di sekitar janin karena
dapat memelihara temperatur tubuh secara konstan.
7) Menjaga fetus dari lilitan dengan membran sehingga memfasilitasi pertmbuhan yang simetris
dari fetal.
POWER
Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Power terdiri dari :
1. His (kontraksi otot uterus)
His merupakan kontraksi otot rahim pada persalinan yang terdiri dari kontraksi otot dinding
perut, kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan dan kontraksi ligamentum rotundum.
2. Tenaga mengejan
Power atau tenaga yang mendorong anak keluar. Kontraksi utrerus karena otot-otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat:
a. Kontraksi simetris
b. Fundus dominan
c. Relaksasi
d. Involunter : terjadi di luar kehendak
e. Intermitten : terjadi secara berkala (berselang-seling)
f. Terasa sakit
g. Terkoordinasi
h. Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik,kimia dan psikis.
Perubahan-perubahan akibat his :
1. Pada uterus dan serviks
Uterus teraba keras/padat karena kontraksi. Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan
intrauterin naik serta menyebabkan serviks menjadi mendatar (effacement) dan terbuka
(dilatasi).
2. Pada ibu
Rasa nyeri karena iskemia uterus dan kontraksi uterus. Ada kenaikan TD dan nadi.
3. Pada janin
Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang, maka timbul hipoksia janin. DJJ
melambat (bradikardi) dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis. Jika benar-
benar terjadi hipoksia yang agak lama, misalnya pada kontraksi tetanik, maka terjadi gawat janin
asfiksia dengan DJJ di atas 160 per menit, tidak teratur.
Pembagian his dan sifat-sifatnya :
1. His pendahuluan
a. His tidak kuat, tidak teratur
b. Menyebabkan “show”
2. His pembukaan (kala satu)
a. His pembukaan serviks sampai terjadi pembukaan lengkap 10 cm
b. Mulai kuat, teratur dan sakit
3. His pengeluaran/ hsi mengedan (kala dua)
a. Sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi dan lama
b. His untuk mengeluarkan janin
c. Koordinasi bersama antara : his kontraksi otot perut, kontraksi diafragma dan ligamen
4. His pelepasan uri (kala tiga) ; kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan plasenta
5. His pengiring (kala empat) : kontraksi lemah, masih sedikit nyeri, pengecilan rahim dalam
beberapa hari
POSITION
Posisi ibu memengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Posisi tegak memberi
sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman dan
melancarkan sirkulasi darah. Posisi tegak meliputi : posisi berdiri, berjalan, duduk, jongkok. Posisi
tegak memungkinkan gaya gravitasi untuk penurunan bagian terendah janin. Kontraksi uterus lebih
kuat dan lebih efisien untuk membantu penipisan dan dilatasi serviks sehingga persalinan lebih
cepat. Posisi tegak dapat mengurangi insidensi penekanan TP.
PSYCHOLOGY
Psikologi adalah respon psikologi ibu terhadap proses persalinan. Faktor psikososial terdiri dari
persiapan fisik maupun mental melahirkan, nilai dan kepercayaan, sosiobudaya, pengalaman
melahirkan sebelumnya, harapan terhadap persalinan, kesiapan melahirkan, tingkat pendidikan,
dukungan orang yang bermakna dan status emosional. Faktor psikososial dan spiritual ibu
merupakan faktor yang paling utama. Dukungan psikologis dari orang-orang terdekat akan
membantu memperlancar proses persalinan yang sedang berlangsung. 6