Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menopause merupakan suatu proses dalam siklus reproduksi alamiah yang

tidak lagi sanggup memenuhi hormon estrogen (Marettih, 2012). Data dari World

Health Organization (WHO) tahun 2014 yang menyatakan pada tahun 2030 jumlah

perempuan di seluruh dunia yang memasuki masa menopause diperkirakan mencapai

1,2 miliar orang. Di Indonesia, pada tahun 2025 diperkirakan akan ada 60 juta

perempuan menopause. Pada tahun 2016 di Indonesia mencapai 14 juta perempuan

menopause atau 7,4 % dari total populasi yang ada.

Seluruh sistem hormonal akan mengalami kemunduran secara perlahan- lahan,

dan perubahan pengeluaran hormon menyebabkan berbagai perubahan fisik dan

berdampak pada kondisi psikis perempuan dalam menghadapi fase menopause, dan

secara alamiah akan berpengaruh terhadap hubungan seks suami istri (Marettih,

2012). Dampak dari menopause dalam sistem menopause yaitu menurunnya fungsi

ovarium (sel telur) mengakibatkan hormon terutama estrogen dan progesteron sangat

berkurang dalam tubuh kita. Kekurangan hormon estrogen ini menyebabkan keluhan-

keluhan fisik maupun psikis yang akan mempengaruhi kualitas hidup perempuan.

Kualitas hidup merupakan persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di

dalam bidang kehidupan.

Berbagai dampak yang dialami oleh wanita yang telah mengalami menopause

antara lain merasakan pergeseran serta perubahan-perubahan fisik dan psikologis

(Proverawati, 2010). Perubahan fisik yang dapat timbul pada menopause antara lain

semburan rasa panas (hot flushes) dan keringat pada malam hari, kelelahan, insomnia,

1
kekeringan kulit dan rambut, sakit dan nyeri pada persendian, sakit kepala, palpitasi

(denyut jantung cepat dan tidak teratur), berat badan bertambah, bentuk tubuh yang

berubah, yang sebelumnya di anggap bagus dan kemudian mereka beranggapan

bahwa tubuh mereka tidak bagus lagi (Proverawati, 2010). Menurut hasil penelitian

yang dilakukan oleh Hekhmawati (2016) menunjukkan bahwa perubahan fisik yang

sering terjadi pada wanita menopause yaitu hot flush (81,3%), insomnia (65,3%),

vagina menjadi kering (58,7%), dan nyeri sendi (57,3%).

Tidur merupakan salah satu komponen penting untuk menjaga kesehatan

individu. Tanpa tidur manusia akan mengalami gangguan dalam kualitas hidup.

Manusia tidur selama sepertiga dari kehidupan mereka. Bagi sebagian besar orang

tidur adalah hal yang mudah namun bagi beberapa orang tidur merupakan suatu hal

yang sulut dilakukan. Kondisi sulit tidur saat ini disebut dengan insomnia

(Lumbantobing, 2004 dalam Susanti, 2013). Insomnia merupakan ketidakmampuan

untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun kuantitas. Seseorang

yang terbangun dari tidur, tetapimerasa belum cukup tidur dapat disebut mengalami

insomnia (Japardi dalam Aspiani, 2014).

Menurut Darma (2013) Insomnia adalah suatu keadaan yang menyebabkan

individu tidak mampu mendapatkan tidur yang adekuat, baik secara kualitas maupun

kuantitas sehingga individu tersebut hanya tidur sebentar atau susah tidur. Menurut

Buysee (2011) Insomnia merupakan salah satu gangguan tidur berupa kesulitan untuk

memulai tidur, kesulitan mempertahankan tidur dan kepuasan tidur.

Menurut Depkes RI (2010), Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling

sering ditemukan menopouse. Menopouse yang mengalami gangguan tidur 750

orang per tahunnya. Prevalensi gangguan tidur di Indonesia cukup tinggi sekitar 50%.

Menurut data dari WHO (World Health Organization) kurang lebih 18% penduduk

dunia pernah mengalami gangguan sulit tidur dan meningkat setiap tahunnya dengan

2
keluhan yang sedemikian hebat sehingga menyebabkan tekanan jiwa bagi

penderitanya. Pada saat ini diperkirakan 1 dari 3 orang mengalami insomnia. Nilai ini

cukup tinggi jika dibandingkan dengan penyakit lainnya (Siregar, 2011).

Adapun masalah kesehatan yang sering ditemui pada menopouse adalah

immobilisasi, instabilitas postural, inkontinentia urine, infection, impairment of

senses, inanition, iatrogenic, insomnia, intellectual impairment, isolation, impecunity,

impaction, immune deficiency, dan impotence. Dari masalah tersebut di atas, ada

beberapa masalah yang bisa mempengaruhi produktifitas menopouse, salah satunya

adalah insomnia (Kemenkes RI, 2017).

Masalah pemenuhan kebutuhan hidup dan menghadapi personal yang unik

menjadikan kelompok menopouse perlu mendapat perhatian khusus. Estabilished

Populations for Epidemiologic Studies of the Elderly (EPESE), mendapatkan dari

9000 responden, sekitar 29% berusia diatas 60 tahun dengan keluhan Insomnia

( Ramaita, 2010). Masalah insomnia yang terjadi pada menopouse, akan

memunculkan resiko- resiko terhadap menopouse. Menurut Rafknowledge (2014),

insomnia memberikan dampak pada kualitas hidup, produktivitas, dan keselamatan.

Dampak buruk insomnia pada kesehatan dan rutinitas sehari-hari, seperti; hilang

fokus saat berkendara, hilang konsentrasi saat belajar, memperburuk kondisi

kesehatan tubuh, stres yang meningkat, kulit terlihat lebih tua, pelupa, obesitas atau

kegemukan.

Pemberian obat pada menopouse tentunya perlu pertimbangan dokter untuk

mencegah komplikasi atau resiko gangguan kesehatan lain pada menopouse

sedangkan secara non farmakologis, insomnia bisa diatasi dengan pemberian herbal,

yoga, hipnoterapi, akupresur dan akupunktur. (Widya, 2010). Dari kelima penanganan

insomnia secara nonfarmakologis, ternyata akupresur memiliki berapa kelebihan dari

yang lain, seperti; pijatan langsung bisa memberikan rasa nyaman dan tindakannya

3
aman karena tidak memerlukan peralatan yang rumit. (Wong, 2011), akupresur

direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan RI sebagai sebagai pengobatan

mandiri secata tradisional (selfcere) karena terbukti aman dan bermanfaat bagi

kesehatan (Yankestradkom Kemenkes RI, 2012).

Akupresur berasal dari kata accus dan pressure, yang berarti jarum dan menekan.

Istilah ini dipakai untuk cara penyembuhan yang menggunakan teknik penekanan

dengan jari pada titik akupunktur sebagai pengganti penusukan jarum pada sistem

penyembuhan akupunktur. Tujuan penekanan pada titik-titik akupresur adalah

melancarkan aliran energy vital pada bagian seluruh tubuh. Manusia memerlukan

energi untuk dapat menjalankan fungsinya. Fungsi organ-organ tubuh akan

terganggu jika tidak mendapatkan aliran energy yang cukup. Gangguan fungsi tubuh

akan mengganggu keseimbangan sistem tubuh (Yankestradkom Kemenkes RI, 2012).

Insomnia pada menopouse bisa diatasi dengan melakukan pijatan akupresur di

beberapa titik akupresur yang bisa dilakukan untuk mengurangi keluhan insomnia,

seperti: Terapis akupresur menekan titik-titik ini menggunakan jari, telapak tangan,

atau alat khusus yang terbuat dari kayu. Bagian – bagian yang akan dilakukan

akupresur

Titik spirit gate terdapat pada lekukan pada pergelangan tangan bagian luar, tepatnya

di bawah jari kelingking. Untuk menemukan titik ini, raba pergelangan tangan secara

perlahan menggunakan ibu hari, Titik persimpangan tiga yin terdapat pada kaki

bagian dalam, tepatnya bagian atas pergelangan kaki.

Titik wind pool terdapat pada sisi kanan dan kiri leher bagian belakang. Bisa

menemukan titik ini dengan meraba sepasang tulang mastoid pada bagian belakang

telinga. Susuri ke atas hingga menemukan sepasang lekukan tepat di bawah kepala.

Titik bubbling spring terdapat pada telapak kaki bagian atas. Titik ini terlihat jelas

ketika jari kaki Anda menekuk ke dalam. Melakukan akupresur pada titik bubbling

4
spring dipercaya efektif untuk mengatasi insomnia karena dapat memancing kantuk.

Akupresur merupakan cara alami yang cukup menjanjikan untuk mengatasi insomnia.

Pasalnya, metode ini membantu tubuh lebih rileks, melancarkan peredaran darah, dan

mengendurkan otot-otot sehingga tubuh Anda lebih siap untuk tidur. (M. Ferry Wong,

2011) dan pemijatan akupresur dilakukan selama 6 hari (Meylana, 2016).

Akupresur mempunyai manfaat bagi kesehatan terutama untuk mengatasi masalah

gangguan tidur di dukung oleh penelitian Majid tahun 2017 dengan judul Perbedaan

Kualitas Tidur Menopouse Setelah mendapatkan Terapi Komplementer Akupresur

dan Terapi Musik Instrumental di Panti Sosial Tresna werda Teratai Palembang,

berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kualitas

tidur menopouse sebelum dan sesudah terapi akupresur dengan nilai p-value 0,001

dan terdapat perbedaan rata-rata kualitas tidur menopouse sebelum dan sesudah terapi

musik instrumental dengan nilai p-value 0,001.

Pada uji mann-whitney di dapatkan hasil terdapat perbedaan rata-rata kualitas

tidur menopouse sesudah mendapatkan terapi akupresur dan music instrumental

dengan nilai p-value 0,038 dengan nilai rank akupresur (12,30) dan terapi music

instrumental (18,70). Disimpulkan bahwa ada perbedaan kualitas tidur menopouse

sesudah mendapatkan terapi akupresur dan musik instrumental, terapi akupresur lebih

efektif dari pada terapi musik instrumental.

Berdasarkan hasil study pendahuluan dengan dilakukan wawancara terhadap

salah satu peserta senam lansia di Puskesmas pringsewu, didapatkan hasil wawancara

bahwa peserta ada keluhan insomnia. Melihat hal di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan asuhan terhadap pasien yang mengalami insomnia dengan judul “Asuhan

Kebidanan Pada Masa Menopouse Dengan Insomnia Di Puskesmas Pringsewu”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui Bagaimana

5
pengaruh Akupresur terhadap Penurunan Skala Insomnia Pada Menopouse di

Puskesmas Pringsewu.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam study pendahuluan adalah untuk mengetahui Pengaruh akupresur

Terhadap Insomnia Pada menopause di Puskesmas Pringsewu

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Skala Insomnia sebelum dilakukan Akupresur pada menopause di

Puskesmas Pringsewu Pringsewu

b. Untuk mengetahui Penurunan Skala Insomnia setelah dilakukan Akupresur pada

menopause di puskesmas Pringsewu

D. Manfaat

1. Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan

Dapat dijadikan referensi atau bacaan bagi mahasiswa khususnya Universitas

Aisyah Pringsewu

2. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai pengetahuan

serta menambah ketrampilan bagi menopouse dalam mengatasi insomnia.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan pengalaman secara ilmiah kepada peneliti mengenai

efektifitas Akupresur sebagai terapi insomnia pada menopouse.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Kata menopause berasal dari Bahasa Yunani, yakni dari kata ‘men’ yang

artinya bulan dan kata ‘peuseis’ yang artinya penghentian sementara. Secara

linguistik kata yang lebih tepat adalah menocease yang berarti masa berhentinya haid.

Menopause merupakan tahap dalam kehidupan wanita ketika menstruasi berhenti,

dengan demikian tahun – tahun melahirkan anak juga berhenti. Wanita dikatakan

telah menopause jika sudah tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan sejak

menstruasi terakhir yang disebabkan oleh penurunan fungsi ovarium (Suryoprajogo,

2019).

Untuk lebih memastikan akan dilakukan pemeriksaan Follicle Stimulating

Hormone (FSH) dan hormon estrogen. Seorang wanita dikatakan mengalami

menopause apabila kadar FSH meningkat, sedangkan kadar estrogennya rendah.

Selain itu dilakukan juga pemeriksaan Tyroid Stimulating Hormone (TSH) dan

hormon tiroid. Pemeriksaan ini untuk memastikan penderita tidak mengalami

hipotiroidisme atau penurunan hormon tiroid yang bisa menimbulkan gejala serupa

dengan menopause (Jalilah & Prapitasari, 2020).

B. Penyebab menopause

Menurut Baziad (2003) dalam Lubis (2016), oogenesis pada wanita akan

berakhir pada saat fetus berusia 5 bulan dan yang tinggal hanya tujuh juta oosit.

Mulai usia lima bulan sampai saat lahir terjadi pengurangan jumlah primordial

7
folikel hingga menyisakan 500.000 sampai 1.000.000 dan dalam perjalanan waktu

akan terus berkurang jumlahnya. Jumlah folikel yang masih tersedia pada setiap

wanita berbeda - beda. Sebagian wanita pada usia 35 tahun memiliki sebanyak

100.000 folikel, sedangkan wanita lainnya pada usia yang sama hanya memiliki

10.000 folikel.

Berkurangnya jumlah folikel disebabkan oleh folikel itu sendiri yang mana

seperti sel tubuh yang lain oosit yang terkandung dalam folikel primordial juga

dipengaruhi oleh stress biologik, kerusakan DNA yang permanen, dan

bertumpuknya bahan kimia akibat proses metabolisme tubuhHusniawati (2010)

dalam Suparni & Astutik (2016), menjelaskan bahwa pada tiap siklus haid, 20 – 30

folikel primordial dalam proses perkembangan dan sebagian besar diantaranya

mengalami atresia atau kerusakan. Selama masa reproduksi kurang lebih 400 oosit

mengalami proses pematangan dan sebagian lagi hilang spontan akibat usia yang

bertambah.

Pada waktu menopause tinggal beberapa ribu buah. Produksi estrogen pun

berkurang. Folikel yang tersisa lebih resistan terhadap rangsangan gonadotropin.

Sehingga siklus ovarium yang terdiri dari pertumbuhan folikel, ovulasi, dan

pembentukan korpus luteum lama - kelamaan berhenti. Hilangnya folikel secara

terus menerus setelah kelahiran, hanya menyisakan kurang lebih beberapa ratus

folikel pada saat menopause yang menimbulkan gejala amenore dan

ketidakteraturan haid.

C. Tahapan menopause

Empat tahapan menopause yang terdapat dalam Riyadina (2019) adalah sebagai

berikut.

a. Pramenopause

8
Pramenopause adalah masa selama 4 – 5 tahun sebelum terjadi menopause.

Singkatnya, pramenopause adalah seluruh periode masa subur sebelum

menopause yaitu periode dari menarche sampai menopause. Pada fase ini

menstruasi mulai tidak teratur, namun belum muncul tanda klasik gejala

menopause, seperti hot flashes atau semburan panas, kekeringan vagina, dan

lain sebagainya. Pramenopause biasanya dialami wanita pada usia 40-an.

Wanita pada fase ini masih subur yang artinya masih bisa hamil.

b. Perimenopause

Perimenopause disebut juga fase peralihan. Perimenopause terjadi sekitar dua

tahun sebelum menopause sampai sekitar dua tahun setelahnya. Pada fase ini

terdapat gejala khas yakni penurunan fungsi ovarium yang ditandai dengan

defisiensi progesterom dan estrogen sehingga tanda klasik gejala menopause

mulai muncul. Perimenopause dialami oleh wanita pada usia 50-an.

c. Menopause

Menopause adalah keadaan di mana wanita sudah tidak lagi haid yang

dihitung dari 12 bulan sejak haid terakhir. Pada awal menopause terkadang

kadar estrogen rendah, namun bisa sebaliknya pada wanita gemuk. Pada fase

ini sudah muncul tanda klasik gejala masa menopause. Penting untuk mencatat

tanggal terakhir menstruasi karena jika terjadi perdarahan vagina dalam jangka

waktu satu tahun sejak tanggal tersebut, dianggap tidak normal. Oleh karena

itu, harus memeriksakan diri ke dokter.

d. Pascamenopause

Pascamenopause adalah fase setelah menopause sampai senium. Fase ini

merupakan masa lima tahun setelah menopause. Di fase ini tanda klasik gejala

menopause sudah mulai menghilang akibat keseimbangan hormon yang telah

dicapai tubuh.

9
D. Usia menopause

a. Menopause dini

Menurut Sastrawinata (2008) dalam Lubis (2016), menopause dini merupakan

menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun. Diagnosis ini dibuat apabila haid

berhenti sebelum waktunya disertai dengan hot flashes serta meningkatknya kadar

hormon gonadotropin. Apabila kedua gejala ini tidak ada, maka perlu dilakukan

penyelidikan terhadap sebab lain dari terganggunya fungsi ovarium.

Faktor yang menyebabkan menopause dini adalah keturunan, gangguan gizi

yang cukup berat, penyakit menahun, dan penyakit yang merusak jaringan kedua

ovarium. Menopause dini tidak membutuhkan terapi, namun diperlukan

pemberian penerangan kepada wanita yang bersangkutan. Faktor lain yang bisa

menyebabkan seorang wanita mengalami menopause dini adalah merokok.

b. Menopause normal

Suparni & Astutik (2016), mengatakan menopause biasanya dialami oleh

wanita pada rentang usia 45 – 55 tahun. Perubahan hormonal selama masa

menopause menimbulkan munculnya perubahan fisik dan psikologis yang berakibat

pada sensitivitas sehingga wanita menopause menjadi lebih mudah tersinggung,

mudah marah, kurang percaya diri, dan mengalami keluhan lainnya.

c. Menopause terlambat

Sastrawinata (2008) dalam Lubis (2016), menjelaskan batas terjadinya menopause

adalah umur 55 tahun. Apabila wanita masih mengalami menstruasi di atas umur

tersebut, maka diperlukan penyelidikan lebih lanjut. Adapun sebab – sebab yang

dapat dihubungkan dengan menopause terlambat adalah konstitusional,

fibromioma uteri, dan tumor ovarium yang menghasilkan estrogen (Lubis, 2016).

E. Keluhan fisk dan psikologis masa menopause

10
a. Keluhan fisik

Menurut Kasdu (2004) dalam Nurlina (2021), keluhan fisik pada masa menopause

adalah sebagai berikut. :

1) Hot flashes (semburan panas)

Hot flashes merupakan suatu kondisi ketika tubuh mengalami rasa

panas yang menyebar dari wajah hingga ke seluruh tubuh. Hot flashes dapat

berlangsung selama satu sampai dua tahun setelah menopause atau dalam

beberapa kasus dapat berlanjut sampai 10 tahun atau lebih (Riyadina, 2019).

Siregar (2014) dalam Zolekhah & Sholihah (2018), mengatakan hot flases

berkaitan dengan vasodilatasi dan peningkatan suhu tubuh yang

menghasilkan keringat serta peningkatan konduktansi kulit akibat

penurunan kadar hormon estrogen. Kondisi ini tidak berbahaya namun

menimbulkan rasa tidak nyaman.

Hot flashes yang terjadi selama tidur disebut night sweat atau

keringat malam Kemunculan Hot flashes berhubungan erat dengan cuaca

panas dan lembab, ruang sempit, kafein, alkohol, makanan pedas, pakaian

yang telalu ketat atau tidak menyerap keringat sehingga hal tersebut perlu

dihindari agar tidak memperparah hot flashes. Keluhan hot flashes akan

berkurang seiring dengan tubuh yang menyesuaikan dengan kadar estrogen

yang rendah (Hekhmawati, 2016).

2) Vagina Kering

Mengatakan penurunan hormon estrogen pada masa menopause

mengakibatkan perubahanpada vagina. Vagina akan menjadi atrofi,

kering, gatal, dan panas sehingga nyeri atau tidak nyaman saat

berhubungan seks. Untuk mengatasi hal ini, wanita menopause dapat

menggunakan pelumas vagina atau krim sebagai pengganti hormon

11
estrogen dengan mengusapkannya pada vagina atau melakukan foreplay

lebih lama.

3) Uretra mengering, menipis, kurang elastic

Uretra adalah saluran yang menyalurkan air seni dari kandung kemih ke

luar tubuh. Pada masa menopause, kadar estrogen menurun hal ini

menyebabkan dinding dan lapisan otot polos uretra mengering, menipis,

elastisitasnya berkurang, serta mengalami gangguan pada penutupan uretra

sehingga terjadi inkontinensia urine, perubahan pola aliran urine, serta

mudah terjadi infeksi pada saluran kemih bagian bawah (Widjayanti,

2016).

4) Hilangnya jaringan penunjang

Kadar estrogen yang rendah juga berpengaruh pada kolagen yang

merupakan bagian dari jaringan penunjang. Hilangnya kolagen

menyebabkan kulit kering dan keriput, rambut rontok, gigi mudah goyang,

gusi berdarah, sariawan, kuku rusak, dan rasa nyeri pada persendian.

5) Penambahan berat badan

Sebanyak 29% wanita pada masa menopause mengalami kenaikan berat

badan dan 20% diantaranya memperlihatkan kenaikan yang mencolok. Hal

ini disebabkan oleh penurunan kadar estrogen dan gangguan pertukaran zat

dasar metabolisme lemak. Selain itu juga disebabkan oleh kurangnya

aktivitas wanita pada usia menopause.

6) Gangguan pada tulang dan persendian

Hormon estrogen sangat berperan dalam mempertahankan keseimbangan

kerja osteoblast (pembentukan tulang) dan osteoklast (penyerapan tulang).

Estrogen akan berikatan dengan reseptor estrogen pada osteoblast yang

secara langsung memodulasi aktivitas osteoblastik dan secara tidak

12
langsung mengatur pembentukan osteoklast yang bertujuan menghambat

resorpsi tulang sehingga apabila kadar estrogen turun maka tidak ada yang

menghambat resorpsi tulang yang mengakibatkan gangguan pada proses

tulang tersebut yang kemudian menyebabkan pengeroposan tulang sehingga

timbul rasa tidak nyaman pada tulang dan persendian (Widjayanti, 2016).

7) Penyakit

Perubahan hormonal masa menopase akan menyebabkan wanita menopause

lebih rentan terserang kanker dan penyakit degeneratif seperti diabetes serta

penyakit jantung. Faktor genetik dan gaya hidup juga berpengaruh.

Hipertensi atau demensia tipe alzheimer juga ditemukan pada masa

menopause yang mana penurunan kadar hormon seks steroid menyebabkan

perubahan neuroendokrin sistem susunan saraf pusat maupum biokimiawi

otak. Di kondisi ini, terjadi proses degeneratif sel neuro di hampir semua

bagian otak yang berkaitan dengan fungsi ingatan yang mana hal ini

menyebabkan sulit berkonsentrasi dan hilangnya fungsi memori jangka

pendek.

b. Keluhan psikologis

Menurut Kasdu (2004) dalam Nurlina (2021), keluhan psikologia pada masa

menopause adalah sebagai berikut.

1) Kecemasan

Penelitian oleh Joyce (2013) dalam Hekhmawati (2016), mengatakan sebanyak

51% wanita menopause mengalami kecemasan yang disebabkan oleh perubahan

fisik masa menopause yang menimbulkan perasaan tidak berharga yang

memicu kekhawatiran akan kemungkinan orang yang dicintai akan berpaling

dan meninggalkannya.

2) Kelelahan mental

13
Kelelahan mental berupa lebih mudah marah atau tersinggung dan perubahan

suasana hati yang begitu cepat. Biasanya hal ini tidak disadari oleh wanita dan

tidak jarang orang di sekitarnya dibuat bingung. Maka dari itu diperlukan

pendekatan khusus seperti mengobrol ringan dengan sahabat atau siapa saja

yang pernah mengalami hal yang sama sehingga dapat menjadi dukungan

emosi.

3) Kurang tidur (insomnia)

Penelitian oleh Tao (2016) dalam Hekhmawati (2016), menemukan sebanyak

42,2% wanita menopause mengalami gangguan tidur. Insomnia pada masa

menopause biasanya disebabkan oleh hot flashes yang menimbulkan rasa panas,

wajah memerah, serta keringat di malam hari yang menjadikan tidur terasa tidak

nyaman.

4) Daya ingat menurun

Penelitian oleh Chou (2013) dalam Hekhmawati (2016), mengatakan sebagian

wanita menopause (48%) mengalami penurunan daya ingat sehingga sesuatu

yang harus diingat harus di ulang – ulang terlebih dahulu. Hal ini disebabkan

oleh penurunan kadar estrogen dalam sistem saraf pusat yang mana estrogen

mempengaruhi fungsi kognitif yang artinya berpengaruh terhadap fungsi otak.

Selain itu, kemampuan berpikir juga mengalami penurunan.

5) Depresi

Pada masa menopause wanita dapat mengalami perasaan tertekan, terpuruk, dan

merasa hidupnya tidak berguna lagi. Di masa menopause, anak – anaknya sudah

tumbuh dewasa dan biasanya sibuk dengan urusan masing – masing. Di saat

inilah wanita benar – benar kehilangan perannya. Gejala depresi meliputi lelah

terus menerus, murung, sedih, sulit tidur pulas terutama menjelang dini hari,

14
sulit membuat keputusan, dan dorongan untuk menangis.

F. Faktor yang berhubungan dengan keluhan masa menopause

a. Usia menopause

Usia menopause adalah usia di saat wanita mengalami menopause. Usia menopause

terdiri dari menopause dini, menopause normal, dan menopause terlambat. Suparni &

Astutik (2016), mengatakan menopause normal merupakan menopause yang biasanya

dialami oleh wanita pada rentang usia 45 – 55 tahun. Usia menopause mempengaruhi

kesiapan wanita dalam menghadapi menopause. Wanita dengan usia menopause

normal tentu lebih dewasa pemikirannya dan lebih siap dalam menghadapi

menopause.

b. Lama menopause

Lama menopause dihitung sejak usia saat mengalami menopause sampai

ketika penelitian ini dilakukan. Lama menopause mempengaruhi adaptasi fisik dan

psikologis wanita terhadap perubahan pada masa menopause. Semakin lama

mengalami menopause maka tubuh telah beradaptasi dengan baik terhadap

penurunan kadar estrogen yang menimbulkan perubahan pada fisik serta psikologis

yang memunculkan berbagai keluhan masa menopause (Syalfina, 2017).

c. Pendidikan

Kodrati (2004) mengatakan pendidikan merupakan proses belajar yang berarti terjadi

proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih

baik, dan lebih matang (Syalfina, 2017). Menurut Notoadmojo (2010), tingkat

pendidikan dibagi menjadi pendidikan dasar (SD - SMP), pendidikan menengah

(SMA), dan pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi). Semakin tinggi tingkat pendidikan

15
maka semakin baik pengetahuan seseorang. Dengan pengetahuan yang baik maka

seorang wanita akan lebih siap dalam menghadapi keluhan masa menopause (Tsuraya

et al., 2016).

d. Pekerjaan

Pekerjaan menggambarkan bagaimana seorang wanita menopause berkecimpung

dalam sosialnya dan untuk memprediksi adanya kecenderungan stress yang dialami.

Wanita menopause yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga tentunya

kesibukan dirinya adalah pekerjaan rumah tangga yang cenderung lebih berisiko

mengalami kejenuhan. Sedangkan wanita menopause yang selain menjadi ibu rumah

tangga tetapi juga bekerja, mereka lebih bisa mencari solusi untuk menghilangkan

kejenuhan dengan bercanda dengan teman kerjanya. Namun, secara waktu lebih

sempit dan cenderung berisiko mengalami stres akibat pekerjaan (Indarwati &

Maryatun, 2019).

e. Pendapatan keluarga

Pendapatan keluarga merupakan gabungan dari pendapatan suami dan istri perbulan.

Pendapatan menggambarkan status ekonomi wanita menopause. Apakah mereka

mampu untuk membeli makanan yang bergizi, rumah yang layak, dan mengakses

pelayanan kesehatan. Menopause yang sangat rentan adalah wanita yang tidak

memiliki aset, sedikit atau tidak memiliki tabungan, tidak ada pensiunan, dan bagian

dari keluarga dengan pendapatan sedikit atau rendah (Syalfina, 2017).

Pendapatan dengan finansial yang memadai dari seseorang dapat meningkatkan

kesejahteraan aspek psikologis, meningkatkan semangat, dan motivasi diri untuk

selalu bersikap dan berperilaku sehat. Kemampuan finansial menyebabkan seseorang

lebih mudah untuk mencari informasi tentang menopause sehingga akan memperkecil

16
kemungkinan untuk menggunakan mekanisme koping yang maladaptif dalam

menghadapi keluhan masa menopause (Tsuraya et al, 2016).

G. Penanganan keluhan masa menopause

Berikut adalah penanganan keluhan masa menopause yang bertujuan untuk

mengurangi risiko terjadinya masalah kesehatan menurut Mulyani (2013) dalam

Nurlina (2021).

a. Terapi komplementer

Terapi ini digunakan untuk meningkatkan kesehatan selama menopause dengan

teknik sederhana dan pengobatan untuk gejala tertentu dapat dilakukan secara mandiri

ataupun bimbingan. Terapi komplementer yang dapat dilakukan adalah akupresur,

aromaterapi, pijat refleksi, dan teknik relaksasi.

b. Olahraga teratur

Olahraga memiliki banyak manfaat dan mengurangi berbagai keluhan masa

menopause. Olahraga yang teratur akan meningkatkan harapan hidup dan

memperbaiki kesehatan secara menyeluruh (Widjayanti, 2016). Kegiatan fisik yang

teratur akan mengurangi risiko terhadap kanker, penyakit jantung, dan osteoporosis.

Rasa percaya diri serta energi dapat ditingkatkan dengan berolahraga. Latihan

aerobik secara rutin dapat mengurangi keluhan hot flashes yang mengganggu.

Olahraga juga dapat mengurangi hilangnya jaringan tulang pada wanita.

Olahraga yang tidak rutin akan mempengaruhi adaptasi fisik maupun psikis wanita

sehingga akan mengalami keluhan masa menopause yang timbul akibat penurunan

kadar estrogen (Widjayanti, 2016). Penelitian oleh Simangunsong & Wahyuni

(2020), menunjukkan terdapat penurunan keluhan menopause pada kelompok yang

17
diberikan intervensi berupa senam sebanyak delapan kali selama delapan minggu

yakni dari rata – rata keluhan menopause sebanyak 32,4% menurun menjadi 5,54%.

H. Gangguan Insomnia Pada Masa Menopouse

Tidur menjadi kebutuhan setiap manusia dan merupakan suatu siklus yang rutin

setiap harinya. Setelah beraktivitas manusia membutuhkan waktu untuk

mengembalikan fungsi normal tubuh, salah satunya dengan tidur. Sebagian orang

mengeluhkan tidak bisa tidur dimalam hari. Kasus ini paling sering terjadi pada

menopouse. Pertambahan umur menyebabkan perubahan pola tidur sehingga terjadi

beberapa gangguan tidur pada menopouse.

Faktor lain yang menyebabkan terjadinya gangguan tidur pada menopouse

antara lain masalah sosial dan psikososial, gangguan psikiatri, penyakit neurologi,

alkohol, dan obat- obatan Insomnia adalah gangguan tidur paling sering pada

menopouse, yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengawali tidur,

mempertahankan tidur, bangun terlalu dini atau tidur yang tidak menyegarkan. Pada

studi epidemiologi prevalensi insomnia pada menopouse sekitar 6%-48% pada

populasi umum. Perbedaan ini bergantung pada definisi insomnia yang digunakan

dalam penelitian.

Insomnia ini tidak bisa dianggap sebagai gangguan yang sederhana karena

secara umum tidak bisa sembuh spontan. Kondisi ini juga menimbulkan berbagai

dampak buruk antara lain stres, gangguan mood, alkohol dan substance abuse yang

nantinya akan berujung pada penurunan kualitas hidup pada menopouse. Dampak

terburuk dari insomnia pada menopouse adalah adanya resiko bunuh diri. Demi

mendapat kualitas tidur yang maksimal bisanya pasien menggunakan obat sedatif

pasecara berlebihan sehingga timbul beberapa efek samping seperti peningkatan

resiko kecelakaan, penurunan produktivitas, meningkatnya resiko depresi dan patah

18
tulang pada menopouse.

I. PENANGANAN INSOMNIA PADA MENOPOUSE

Setelah diagnosis ditegakkan, dilanjutkan dengan rencana penanganan.

Penanganan insomnia pada menopouse terdiri dari terapi nonfarmakologi dan

farmakologi. Tujuan terapi adalah menghilangkan gejala, meningkatkan produktivitas

dan fungsi kognitif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pada pasien

menopouse. Akupresur merupakan teknik pijat dengan cara memberikan tekanan pada

titik-titik tertentu di tubuh. Terapis akupresur menekan titik-titik ini menggunakan

jari, telapak tangan, atau alat khusus yang terbuat dari kayu. Menurut Acupuncture

Massage Collage, prinsip akupresur sebenarnya mirip dengan akupunktur, yakni

melancarkan aliran energi chi yang terdapat dalam tubuh.

Aliran energi chi yang terhambat dipercaya menjadi penyebab berbagai

masalah kesehatan, termasuk insomnia. Saat digunakan untuk mengatasi insomnia,

akupresur akan memberikan beberapa efek positif bagi tubuh Anda. Di antaranya

mengatasi tubuh yang tegang, membuat otot dan sendi lebih rileks, mengurangi

cemas, serta meredakan nyeri dan rasa tak nyaman. Teknik pijat ini juga dapat

melancarkan peredaran darah, sistem getah bening, serta kinerja hormon. Dengan

tubuh yang rileks dan sirkulasi yang lancar, tidur menjadi lebih nyenyak sehingga

kualitas tidur pun meningkat. Titik saraf akupresur yang membuat ngantuk penderita

insomnia

J. Titik Akupresur

Ada ratusan titik akupresur yang terdapat pada tubuh Anda. Antara ratusan titik

tersebut, berikut adalah beberapa titik akupresur yang dapat memicu rasa kantuk

sehingga cukup ampuh untuk mengatasi insomnia.

19
1. Spirit gate

Sumber: Health Line

Titik spirit gate terdapat pada lekukan pada pergelangan tangan bagian luar, tepatnya di

bawah jari kelingking. Untuk menemukan titik ini, raba pergelangan tangan secara perlahan

menggunakan ibu hari, kemudian ikuti langkah berikut:

 Tekan dengan lembut menggunakan gerakan memutar atau naik-turun.

 Lanjutkan selama 2-3 menit.

 Tekan dan tahan bagian kiri dari titik tersebut selama beberapa detik, lalu lakukan pada

bagian kanan titik.

 Ulangi seluruh langkah tersebut pada pergelangan tangan sebelah kanan.

2. Persimpangan tiga yin

Sumber: Healthline

Titik persimpangan tiga yin terdapat pada kaki bagian dalam, tepatnya bagian atas

pergelangan kaki. Selain merangsang perasaan ngantuk, titik saraf akupresur ini juga dapat

Anda gunakan untuk meredakan nyeri haid dan gangguan pada panggul.

Berikut langkah-langkah untuk melakukan akupresur pada titik ini:

 Tentukan titik persimpangan tiga yin pada kaki Anda. Caranya, tempelkan 4 jari tangan

Anda pada bagian atas pergelangan kaki. Titik ini terdapat pada jari teratas.

20
 Tekan titik tersebut dengan dalam menggunakan gerakan memutar atau naik-turun.

 Lakukan selama 4-5 detik, lalu ulangi pada kaki satunya.

3. Wind pool

Sumber: Healthline

Titik wind pool terdapat pada sisi kanan dan kiri leher bagian belakang. Anda bisa

menemukan titik ini dengan meraba sepasang tulang mastoid pada bagian belakang telinga.

Susuri ke atas hingga menemukan sepasang lekukan tepat di bawah kepala. Dapat menekan

kedua titik saraf akupresur ini untuk merangsang perasaan ngantuk pada penderita insomnia

yang disebabkan oleh gangguan pernapasan di malam hari, misalnya akibat batuk. Berikut

langkah-langkahnya:

 Setelah menemukan titiknya pada leher Anda, tekan dengan kedua ibu jari.

 Pijat dengan gerakan memutar atau naik-turun selama 4-5 detik.

 Tarik dan embuskan napas dengan dalam selama memijat area tersebut.

4. Bubbling spring

Sumber: Healthline

Titik bubbling spring terdapat pada telapak kaki bagian atas. Titik ini terlihat jelas ketika jari

kaki Anda menekuk ke dalam. Melakukan akupresur pada titik bubbling spring dipercaya

efektif untuk mengatasi insomnia karena dapat memancing kantuk.

21
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

 Awali dengan berbaring terlentang agar Anda bisa menekan telapak kaki

menggunakan tangan.

 Raih kaki Anda dengan satu tangan, lalu tekuk jari kaki Anda ke dalam.

 Cari lekukan pada bagian atas telapak kaki Anda.

 Tekan lekukan tersebut dengan dalam, lalu pijat selama beberapa menit menggunakan

gerakan memutar atau naik-turun.

Akupresur merupakan cara alami yang cukup menjanjikan untuk mengatasi insomnia.

Pasalnya, metode ini membantu tubuh lebih rileks, melancarkan peredaran darah, dan

mengendurkan otot-otot sehingga tubuh Anda lebih siap untuk tidur. Namun, segera periksa

ke dokter apabila insomnia berlangsung selama berminggu-minggu atau bahkan bertambah

parah. Insomnia parah bisa menandakan kondisi yang lebih serius dan membutuhkan

penanganan medis.

22
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Ny. T datang ke puskesmas dalam kegiatan senam menopouse dan telah dilakukan

wawancara.

1. Data Subjektif

Ibu mengatakan di usianya yang sudah 53 tahun akhir-akhir bulan ini, ibu

mengalami kesulitan tidur. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Tao (2016) dalam Hekhmawati (2016), menemukan sebanyak 42,2% wanita

menopause mengalami gangguan tidur. Insomnia pada masa menopause biasanya

disebabkan oleh hot flashes yang menimbulkan rasa panas, wajah memerah, serta

keringat di malam hari yang menjadikan tidur terasa tidak nyaman.

2. Data Objektif

Ibu tampak cemas dan kurang berenergik. Hal ini sesuai dengan Penelitian yang

dilakukan oleh oleh Joyce (2013) dalam Hekhmawati (2016), mengatakan

sebanyak 51% wanita menopause mengalami kecemasan yang disebabkan oleh

perubahan fisik masa menopause yang menimbulkan perasaan tidak berharga yang

memicu kekhawatiran akan kemungkinan orang yang dicintai akan berpaling dan

meninggalkannya.

B. Analisa

Hasil pengumpulan data subjektif dan objektif dapat ditarik kesimpulan menjadi

analisa data berupa diagnose, masalah dan kebutuhan yang sudah sesuai dengan teori

yaitu Ny. T umur 53 tahun dengan insomnia.

23
C. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada Ny. T terfokus pada kesulitan tidur atau insomnia, Setelah

diagnosis ditegakkan, dilanjutkan dengan rencana penanganan. Penanganan insomnia

pada menopouse terdiri dari terapi nonfarmakologi dan farmakologi. Tujuan terapi

adalah menghilangkan gejala, meningkatkan produktivitas dan fungsi kognitif sehingga

dapat meningkatkan kualitas hidup pada pasien menopouse. Akupresur merupakan

teknik pijat dengan cara memberikan tekanan pada titik-titik tertentu di tubuh.

Terapis akupresur menekan titik-titik ini menggunakan jari, telapak tangan, atau

alat khusus yang terbuat dari kayu. Menurut Acupuncture Massage Collage, prinsip

akupresur sebenarnya mirip dengan akupunktur, yakni melancarkan aliran energi chi

yang terdapat dalam tubuh. Aliran energi chi yang terhambat dipercaya menjadi

penyebab berbagai masalah kesehatan, termasuk insomnia. Saat digunakan untuk

mengatasi insomnia, akupresur akan memberikan beberapa efek positif bagi tubuh

Anda.

Di antaranya mengatasi tubuh yang tegang, membuat otot dan sendi lebih rileks,

mengurangi cemas, serta meredakan nyeri dan rasa tak nyaman. Teknik pijat ini juga

dapat melancarkan peredaran darah, sistem getah bening, serta kinerja hormon. Dengan

tubuh yang rileks dan sirkulasi yang lancar, tidur menjadi lebih nyenyak sehingga

kualitas tidur pun meningkat.

Titik saraf akupresur yang membuat ngantuk penderita insomnia

Ada ratusan titik akupresur yang terdapat pada tubuh Anda. Antara ratusan titik

tersebut, berikut adalah beberapa titik akupresur yang dapat memicu rasa kantuk

sehingga cukup ampuh untuk mengatasi insomnia.

24
D. Evaluasi

Evaluasi akhir pada tanggal 10 Januari 2022 , pukul 10. 00 WIB didapatkan hasil dari

intervensi yaitu mulai bisa tidu

BAB V

25
PENUUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

26

Anda mungkin juga menyukai