Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Demang Sepulau Raya (RSUD-DSR)

merupakan Rumah Sakit milik Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah yang

berlokasi di Jalan Raya Lintas Sumatera Kelurahan Terbanggi Agung, Kecamatan

Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah. Rumah Sakit Umum Daerah

Demang Sepulau Raya mulai resmi dioperasionalkan pada tanggal 28 Agustus

2005 berdasarkan Surat Keputusan Bupati Nomor : 263/KPTS/11/2005, yang

kemudian disusul dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah

Nomor: 03 Tahun 2006 tentang izin pendirian Bangunan.

Pada tahun 2007, terbit Peraturan Daerah Nomor : 12 tahun 2007,

mengenai Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah, yang

selanjutnya disusul Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

pada tanggal 31 Januari 2007Nomor : 143/Menkes/SK/I/2007, tentang

Penetapan Kelas Rumah Sakit Daerah Demang Sepulau Raya menjadi Rumah

Sakit Kelas C. Dan di tahun 2011, keluarlah Peraturan Daerah Nomor : 08

Tahun 2011, tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum

Daerah.
4.1.1 Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah

nomor: 08 tahun 2011 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja

Rumah Sakit,Struktur Organisasi RSUD Demang Sepulau Raya adalah

sebagai berikut:

1. Direktur

2. Komite Medik

3. Bagian Tata Usaha, terdiri dari :

a. Sub

Bagian Umum dan Kepegawaian

b. Sub

Bagian Perencanaan dan Pelaporan

c. Sub

Bagian Keuangan dan perlengkapan

4. Bidang Pelayanan :

a. Seksi

Pelayanan Medik

b. Seksi

Keperawatan

c. Instalas

i-instalasi

5. Bidang Penunjang dan Rekam Medik :

a. Seksi Penunjang Medik dan Non Medik


b. Seksi Data dan Rekam Medik

c. Instalasi-instalasi

6. Bidang Pengembangan SDM dan Promkes :

a. Seksi Pengembangan SDM Rumah Sakit

b. Seksi Promkes Rumah Sakit

4.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian


Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 306 responden yang telah

dijadikan sampel dari data sekunder di RSUD Demang Sepulau Raya

Lampung Tengah 2016 dengan variabel dependent (Preeklampsia) dan

variabel independent ( primigravida) dianalisis menggunakan hasil analisis

univariat dan bivariat dengan hasil dibawah ini :

4.2.1 Analisis Univariat

4.2.1.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklampsia

Distribusi frekuensi Preeklampsia dikategorikan menjadi Preeklampsia

dan tidak Preeklampsia yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel. 4.2.1.1
Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklampsia di RSUD
Demang Sepulau Raya Lampung Tengah 2016

No PREEKLAMPSIA Jumlah Presentase (%)

1 Iya 170 55,6%

2 136 44,4%
Tidak

JUMLAH 306 100 %

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 306 responden terdapat

55,6% ( 170 ) mengalami preeklampsia dan 44,4% (136) tidak mengalami

preeklampsia.

4.2.1.2 Distribusi Frekuensi Primigravida Dengan Preeklampsia

Distribusi frekuensi Primigravida pada ibu hamil dikategorikan

menjadi beresiko dan tidak beresiko yang dapat dilihat pada tabel dibawah

ini :

Tabel. 4.2.1.2
Distribusi Frekuensi Primigravida Dengan Kejadian Preeklampsia
pada ibuhamildi RSUD Demang Sepulau Raya
Lampung Tengah 2016

Primigravida
No Jumlah Presentase (%)
1 Iya ( kehamilan yang pertama ) 168 54,9%

2 Tidak ( kehamilan > 2 ) 138 45,1%

JUMLAH 306 100 %

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 306 responden terdapat

54,9% ( 168 ) mengalami preeklampsia dan 45,1% ( 138 ) tidak

mengalami preeklampsia.
4.2.2 Analisa Bivariat

4.2.2.1 Analisa Hubungan Primigravida Dengan Kejadian Preeklampsia

Analisa bivariat untuk melihat hubungan antara primigravida

dengan kejadian Preeklampsia di RSUD Demang Sepulau Raya Lampung

Tengah tahun 2016 sebagai berikut :

Tabel 4.2.2.1
Hubungan Primigravida Dengan Kejadian Preeklampsia di RSUD
Demang Sepulau Raya Lampung Tengah Tahun 2016

Preeklampsia

Ya Tidak
Primigravida Total % p OR :
value 95%
CI
∑ % ∑ %
Iya 119 38,9 49 16 % 168 54,9%
%
4.143
Tidak 51 16,7 87 28,4 138 45,1% 0,00 (2.564-
% % 6.693)
Total 170 55,6 136 44,4 306 100%
%% %

Hasil analisa hubungan antara Primigravida dengan Preeklampsia yang

dapat dilihat pada tabel 4.2.2.1 menunjukkan bahwa responden dengan

primigravida ada 54,9% ( 168 ) mengalami preeklampsia, sedangkan responden

dengan bukan primigravida ada 45,1% (138) yang tidak preeklampsia. Hasil uji

statistik uji chi-square diperoleh p-value 0,00 ( a< 0,05 ), yang berarti H0 ditolak

dan Ha diterima artinya ada hubungan antara primigravida dengan kejadian


preeklampsia. Hasil analisa juga didapatkan nilai Odd Ratio (OR) sebesar 4.143

( CI; 95% : 2.564-6.693), artinya responden yang memiliki primigravida

berpeluang untuk mengalami preeklampsia 4.143 kali lebih besar dibandingkan

dengan responden yang memiliki tidak primigravida.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Analisa Univariat

Setelah hasil penelitian tabulasi dan analisa data hasil penelitian

hubungan antara primigravida dengan kejadian preeklampsia,

Selanjutnya akan dibahas hasil penelitian sebagai berikut :

4.3.1.1 Distribusi frekuensi Kejadian Preeklampsia

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di RSUD Demang

Sepulau Raya Lampung Tengah 2016 diketahui bahwa dari 306 responden

(55,6%) 170 responden terjadi preeklampsia, Sedangkan (44,4%)

responden tidak mengalami preeklampsia. Yang menadasari preeklampsia

pada umumnya karena vasospasme. Peningkatan tekanan darah dapat

ditimbulkan oleh peningkatan cardiak output dan resistensi system

pembuluh darah. Cardiac output pada pasien dengan preeklampsia tidak

terlalu berbeda pada kehamilan normal di trimester terakhir kehamilan


yang disesuaikan dari usia kehamilan. Bagaimanapun juga resistensi

system pembuluh darah pada umumnya diperbaiki.

Aliran darah renal dan angka filtrasi glomerulus ( GFR ) pada

pasien preeklampsia lebih rendah dibandingkan pada pasien dengan

kehamilan normal dengan usia kehamilan yang sama. Penurunan aliran

darah renal diakibatkan oleh kontruksi di pembuluh darah afferent yang

dapat mengakibatkan kerusakan membran glomerulus dan kemudian

meningkatkan permeabilitas terhadap protein yang berakibat proteinuria.

Oliguria yang diakibatkan karena vasokontriksi renal dan penurunan GFR.

Resistensi vaskuler cerebral selalu tinggi pada pasien preeklampsia.

Berdasarkan uraian diatas dapat digambarkan bahwa responden

yang terjadi preeklampsia lebih banyak dari pada responden tidak

preeklampsia, salah satu faktor prediposisi preeclampsia adalah

primigravida.

4.3.1.2 Distribusi Frekuensi Primigravida Dengan Kejadian Preeklampsia

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah

dilakukan, diketahui bahwa dari seluruh sampel sebanyak 306 responden

terdapat (54,9%) 168 responden dengan primigravidaberesiko dan

sebanyak (45,1%) 138 responden dengan primigravidatidak beresiko.

Pada primigravida sering mengalami stress dalam menghadapi

persalinan. Stress emosi yang terjadi pada primigravida menyebabkan

peningkatan pelepasan cortitropic-releasing hormone ( CRH ). Oleh


hipotalamus, yang kemudian menyebabkan peningkatan kortisol. Efek

kortisol adalah mempersiapkan tubuh untuk merespons terhadap semua

stresor dengan meningkatkan respon simpatis, termasuk respons yang

ditujukan untuk meningkatkan curah jantung dan mempertahankan

tekanan darah.

Berdasarkan uraian hasil penelitian diatas dapat digambarkan

bahwa primigravida beresiko lebih banyak dibandingkan tidak

primigravida dikarenakan pada wanita dengan preeklampsia, tidak terjadi

penurunan sensivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga

peningkatan besar volume darah langsung meningkatkan curah jantung

dengan tekanan darah.

4.3.2 Analisa Bivariat

4.3.2.1 Hubungan Primigravida Dengan Kejadian Preeklampsia

Hasil uji statistik didapatkan hasil p value 0,00 (p value < a :

0,05), yang berarti secara statistik ada hubungan yang signifikan antara

primigravida dengan kejadian preeklampsia. Hasil analisis didapatkan

OR (CI; 95% = 4.143 (2.564-6.693), artinya dengan primigravida

beresiko memiliki peluang 4.143 kali lebih besar mengalami preeklampsia

dibandingkan dengan tidak primigravida.

Dari data yang didapatkan bahwa hampir seluruh ibu adalah

primigravida yaitu sebanyak 54,9%( 168 ) dari 306 responden.

Preeklampsia yang terjadi pada kehamilan pertama diduga karena adanya


suatu mekanisme imunologi disamping endokrin dan genetik. Pada

kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen

plasenta belum sempurna, yang makin sempurna pada kehamilan

berikutnya.

Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan ada hubungan yang

bermakna secara statistik antara primigravida dengan angka kejadian

preeklampsia.

Anda mungkin juga menyukai