Anda di halaman 1dari 87

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

H DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERNAFASAN : KARSINOMA NASOFARING (KNF) DI
RUANG BOUGENVILLE RSUD DR CHASBULLAH
ABDULMADJID BEKASI

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
Di Akademi Keperawatan Universitas Islam As-Syafi’iyah

ANNA RAHMADANI
NIM : 1720190044

PRODI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
2022
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
DIPERSYARATKAN UNTUK MENGIKUTI SIDANG
KARYA TULIS ILMIAH

Dekan, Pembimbing,

Siti Fatimah, S.Kp., M.Pd Siti Rafingah, S.Kep., M.KM.,

Tanggal ........................... Tanggal ........................................

Nama : Anna Rahmadani

NIM : 1720190044

Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pada Tn. H Dengan Gangguan


Sistem Pernafasan : Karsinoma Nasofaring (KNF) DI
RUANG Bougenville RSUD DR CHASBULLAH
ABDULMADJID BEKASI

ii
Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Assyafi’iyah
Jakarta

Anna Rahmadani:1720190044

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. H DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERNAFASAN : POST OPERASI KANKER NASOFARING (KNF) DI
RUANG BOUGENVILLE RSUD DR CHASBULLAH ABDULMADJID
BEKASI

I-IV, Halaman, lampiran

karya tulis ilmiah ini dilatar belakangi oleh kasus kematian akibat kanker yang
terus meningkat, KNF apabila tidak segera ditangani akan mengakibatkan
kematian. berdasarkan data globocan 2018 KNF di indonesia merupakan kanker
terbanyak ke-4 setelah kanker payudara, kanker serviks dan kanker kulit,
sedangkan di indonesia, terdapat 348.809 kasus baru dan 207. 210 kematian yang
disebabkan oleh kanker nasofaring. menurut data yang penulis dapatkan pada
bulan november 2021 - januari 2022 diruang bougenville ada 8 kasus KNF dan
merupakan kasus kelima dari 10 besar kasus yang ada diruang bougenvile. tujuan
penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan
komprehensif meliputi aspek bio-psikologis-sosial-spiritual dengan pendekatan
proses gangguan sistem pernafasan dengan post KNF. metode yang digunakan
yaitu deskriptif dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, dokumentasi dan sistematika penulisannya terdiri dari
pendahuluan, tinjauan teori, tinjauan kasus dan pembahasan, kesimpulan dan
saran. KNF adalah kanker dengan jenis sel skuamus yang disebabkan infeksi virus
epstein-barr (ebv) atau human papiloma virus (hpv), tumor ganas yang muncul
pada daerah ostium dari tuba eustachius pada dinding lateral dari nasofaring.
diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Tn. H yaitu pada post KNF : nyeri
akut, risiko perdarahan, dan risiko infeksi. dari diagnosa diatas masalah teratasi
ada 3. kesimpulan : penulis mampu mengatasi masalah keperawatan Tn. H sesuai
dengan intervensi yang telah diberikan. selanjutnya penulis menyampaikan
rekomendasi ditunjukan untuk masyarakat umum, rumah sakit, penulis dan
peneliti selanjutnya.

Kata kunci : KNF,EBV,HPV

iii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. H
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN : POST OPERASI
KARSINOMA NASOFARING (KNF) DI RUANG BOUGENVILLE
RSUD DR CHASBULLAH ABDULMADJID BEKASI” Karya Tulis
Ilmiah ini di susun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
pendidikan program Diploma III Perawat Fakultas Ilmu Kesehatan As -
Syafi’iyah Jakarta.

Dalam Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari masih


banyak kekurangan dan hambatan, karena keterbatasan kemampuan penulis,
namun berkat bimbingan, arahan, dukungan, dari berbagai pihak sehingga
penulis dapat mengatasi kesulitan dan hambatan tersebut. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Masduki Ahmad, SH, MM selaku Rektor Universitas


Islam As-Syafi’iyah.
2. Ibu Siti Fatimah, S.Kp., M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Islam As-Syafi’iyah.
3. Bapak Ns. Muhamad Idris, S.Kep., M.KKK selaku Wakil Dekan I
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam As-Syafi’iyah
4. Bapak Ns. Agus Sumarno, S.Kep., M.Pd selaku Wakil Dekan II
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam As-Syafi’iyah.

iv
5. Ibu Ns. Marini Agustin., S.Kep, M.Kep, M.Pd selaku Kepala
Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Islam As-Syafi’iyah.
6. Ibu Ns. Siti Rafingah, S.Kep., M.KM selaku pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam penulisan Karya
Tulis Ilmiah.
7. Kepada seluruh Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam
As-Syafi’iyah yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis.
8. Terimakasih tidak terhingga kepada Bapak dan Ibu tercinta serta
kakak, dan abang saya berkat doa, didikan, dan dukungan yang tiada
henti-hentinya dan selalu memberikan yang terbaik.
9. Terimakasih tidak terhingga juga kepada keluarga Ibu Hj. Ai
Setiawati Gaos, SKp. Mkep yang sudah memberikan dukungan yang
tiada henti- hentinya dan selalu memberikan yang terbaik
10. Kepada seseorang yang selalu mendukung baik secara mental, fisik,
maupun materi dan selalu memberikan semangat untuk saya Alfian
Prasetyo.
11. Kepada teman-teman terbaikku Melinda Fianiza, Shalma Shalsabila,
Ismawar, Rani Eka, dan Nuranisa Syasya yang telah banyak
memberikan semangat, perhatian, saran, membantu dalam keadaan
apapun serta kasih sayangnya selama penulis menyusun karya tulis
ilmiah ini.
12. Teman-teman seperjuangan yang tidak bisa disebutkan satu persatu
kita yang selalu menyemangati satu sama lain untuk menghadapi
berbagai tahap perkuliahan sampai penyusunan karya tulis ilmiah
ini.
13. Kepada keluarga Tn. H yang telah bekerjasama dalam melaksanakan
Asuhan Keperawatan.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih
terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan mohon maaf sebesar-besarnya apabila terdapat

v
kesalahan dan kekurangan pada proses pembuatan dan penulisan
karya tulis ilmiah dan penyusun berharap agar para pembaca karya
tulis ilmiah ini memberikan kritik dan saran kepada penyusun untuk
memperbaiki dan menyempurnakan karya tulis ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, 13 Juli 2022

Penulis

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ...........................................................................ii

ABSTRAK........................................................................................................iii

KATA PENGANTAR......................................................................................iv

DAFTAR ISI....................................................................................................vii

DAFTAR BAGAN...........................................................................................ix

DAFTAR TABEL............................................................................................x

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah........................................................................1


B. Tujuan penulisan...................................................................................5
C. Metode penulisan..................................................................................6
D. Sistematika penulisan...........................................................................7
BAB II TINJAUAN TERIORITIS
A. Konsep dasar Penyakit
1. Pengertian.......................................................................................9
2. Anatomi fisiologi ...........................................................................10
3. Etiologi ..........................................................................................13
4. Patofisiologi ...................................................................................13
5. Epidemiologi...................................................................................19
6. Gejala dan anda klinis ....................................................................19
7. Klasifikasi TNM.............................................................................22
8. Penatalaksanaan..............................................................................24
B. Konsep asuhan keperawatan
1. Pengkajian.......................................................................................25
2. Diagnosa keperawatan....................................................................29

vii
3. Intervensi keperawatan...................................................................30
4. Implementasi keperawatan.............................................................35
5. Evaluasi keperawatan.....................................................................35
BAB III KASUS & PEMBAHASAN
A. Tinjauan kasus dan pembahasan
1. Pengkajian ......................................................................................36
2. Analisa data....................................................................................45
3. Diagnosa.........................................................................................46
4. Intervensi........................................................................................47
5. Implementasi & evaluasi................................................................50
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..............................................................................................67
B. Saran.....................................................................................................68
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

viii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Bagan Patofisiologi KNF ....................................................................18

Bagan 3.2 Genogram ...............................................................................................38

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Knf.....................................................................31

Tabel 3.2 Pola Aktivitas Sehari- Hari ......................................................................41

Tabel 3.3 Hasil Laboratorium ..................................................................................43

Tabel 3.4 Analisa Data ............................................................................................45

Tabel 3.5 Rencana Asuhan Keperawatan.................................................................47

Tabel 3.6 Catatan Keperawatan................................................................................50

Tabel 3.7 Catatan Perkembangan ............................................................................57

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar Nasofaring...............................................................................11

Gambar 2.2 Contoh Hasil MRI Pada Pasien KNF .............................................20

Gambar 2.3 CT Scan Pada Pasien KNF ..............................................................21

Gambar 3.4 Hasil PA ............................................................................................44

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kanker merupakan suatu penyakit yang timbul
akibat pertumbuhan secara tidak normal sel jaringan tubuh yang
berubah menjadi sel kanker (Kemenkes RI, 2015). Sedangkan
menurut World Health Organization (WHO), kanker merupakan
suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel abnormal di
luar batas normal yang kemudian dapat menyerang bagian tubuh
yang berdampingan dan atau menyebar ke organ lain. Istilah lain
yang digunakan untuk kanker adalah tumor ganas dan neoplasma
(WHO, 2018).
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian
utama di seluruh dunia. Kanker adalah suatu penyakit yang bersifat
tidak menular, atau Noncommunicable diseases (NCD) yang menjadi
penyebab kematian terbesar manusia diseluruh dunia. Sampai saat
ini, kanker merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia
termasuk Indonesia. Menurut data WHO pada tahun 2013, kanker
adalah salah satu penyebab morbiditas dan kematian di seluruh
dunia, dengan sekitar 14 juta kasus baru di tahun 2012. Jumlah kasus
baru diperkirakan meningkat sekitar 70% selama 2 dekade ke depan.
Secara global, hampir 1 dari 6 kematian disebabkan oleh kanker.
Sekitar 70% kasus kematian akibat penyakit kanker terjadi di negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Kanker paru-paru, prostat,
kolorektal, perut dan hati adalah jenis kanker yang paling umum
pada pria, sementara kanker payudara, kolorektal, paru- paru, leher
rahim dan perut yang paling umum di kalangan wanita Kanker
adalah penyebab utama kematian kedua di dunia, dan bertanggung

1 FIKes UIA 2022


2

jawab atas 8,8 juta kematian pada tahun 2015, insiden kanker
meningkat dari 12,7 juta kasus tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus
tahun 2012. Sedangkan jumlah kematian meningkat dari 7,6 juta
orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012. Kanker
penyebab nomor 2 didunia sebesar 13% setelah penyakit
kardiovaskular. Diperkirakan pada tahun 2030 insiden kanker dapat
mencapai 26 juta orang dan 17 juta diantaranya meninggal akibat
kanker, terlebih untuk negara miskin dan berkembang kejadiannya
akan lebih cepat . (WHO, 2018, Purwadianto,2014)

Salah satu jenis kanker adalah Karsinoma nasofaring (KNF)


kanker ini merupakan salah satu jenis kanker dengan jenis sel
skuamus yang berkembang disekitar ostium dari tuba eustachius
pada dinding lateral dari nasofaring, KNF menjadi kanker dengan
kasus terbanyak keempat di Indonesia setelah kanker ovarium,
kanker payudara dan kanker kulit. Di Indonesia KNF merupakan
kanker yang paling sering terjadi di bagian kepala dan leher. KNF
merupakan kanker yang paling sering terjadi sekitar 60% dari kasus
kanker kepala leher diikuti oleh kanker thyroid, kanker laring, dan
hipofaring, orofaring, mulut, kelenjar ludah, dan insidensi terbanyak
keempat setelah kanker cervix, mammae dan paru (Hendrik dan
Prabowo, 2017).

KNF merupakan keganasan yang muncul pada daerah


nasofaring (area di atas tenggorok dan di belakang hidung). KNF ini
terbanyak merupakan keganasan tipe sel skuamosa. Penyebab
karsinoma nasofaring yaitu infeksi Virus Epstein-Barr (EBV) dan
atau Human Papiloma Virus (HPV). Faktor risiko terjadinya kanker
nasofaring yaitu merokok, mengkonsumsi alkohol, genetik/
keturunan, terpapar sinar radiasi, kelainan/defisiensi nutrisi dan
penurunan daya tahan tubuh, Klasifikasi gambaran histopatologi
KNF yang direkomendasikan oleh WHO terdiri dari 3 tipe, yaitu:

FIKes UIA 2022


3

1. Karsinoma sel skuamosa berkeratin (WHO tipe I)


2. Karsinoma sel skuamosa tidak berkeratin (WHO tipe II)
3. Karsinoma tidak berdiferensiasi , sedangkan menurut stadiumnya,
kanker nasofaring dibagi menjadi beberapa stadium. Gejala kanker
nasofaring dapat dibedakan menjadi empat, yaitu gejala mata dan
saraf, gejala telinga, gejala metastasis atau di leher dan yang terakhir
adalah gejala nasofaring itu sendiri, pengobatan medis dan bedah,
diet, dan pembatasan aktivitas merupakan pengobatan yang dapat
dilakukan jika KNF telah terdiagnosis (Hendrik dan Prabowo, 2017,
Kemenkes RI, 2012, WHO, ).
Menurut Global of Cancer (GLOBOCAN) 2018, Kanker
nasofaring di Indonesia merupakan keganasan terbanyak ke-4
setelah kanker payudara, kanker serviks dan kanker kulit, sedangkan
di Indonesia, terdapat 348.809 kasus baru dan 207.210 kematian
yang disebabkan oleh kanker nasofaring. Angka insidens kanker
nasofaring di Indonesia yaitu 6,2 per 100.000 penduduk. Jumlah
angka insidens kanker nasofaring pada laki-laki di Indonesia pada
tahun 2014 adalah 9.355 kasus. Laki-laki lebih sering terkena kanker
nasofaring dua hingga tiga kali lebih tinggi dibandingkan wanita.
Secara keseluruhan kanker nasofaring dapat terjadi pada semua
golongan umur tetapi memiliki distribusi puncak pada umur 50- 60
tahun dan sedikit ditemukan pada anak anak (American Cancer
Society (ACS), 2015).
Menurut data yang penulis dapatkan pada bulan November
2021 – Januari 2022 di ruang Bougenville RSUD dr Cashbullah
Abdul Madjid kota Bekasi pasien yang dirawat berjumlah 103
diantara nya BPH 13 kasus (12,6%), Appendicitis 26 kasus (25,2%),
Fraktur 16 kasus (15,5%), kanker Mamae 10 kasus (9,7%), kanker
Nasofaring 8 kasus (7,8%), Lymphadenopaty 7 kasus (6,8%),
Hemoroid 6 kasus (5,8%), Hematuria 6 kasus (5,8%), selulitis 4
kasus (3,9%), hernia 7 kasus (6,8 %). Namun pada saat penyusunan

FIKes UIA 2022


4

dinas di ruang Bougenville ditemukan 8 kasus dengan diagnosa


kanker nasofaring. Kanker nasofaring menempati urutan kelima dari
10 besar penyakityang ada diruang Bougenville. Meskipun bukan
kasus terbanyak, namun pasien dengan kanker nasofaring akan
sangat berisiko mengalami kematian akibat gangguan pada sistem
pernafasan jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat. Support
system dari orang- orang terdekat. Serta dukungan dan perawatan
yang tepat dari tenaga kesehatan akan memungkinkan pasien untuk
dapat survive menghadapi kanker yang dideritanya
Kanker nasofaring merupakan kanker dengan jenis sel
skuamus yang disebabkan oleh infeksi Virus Epstein-Barr (EBV)
dan atau Human Papiloma Virus (HPV), Tumor ganas yang muncul
pada daerah ostium dari tuba eustachius pada dinding lateral dari
nasofaring.
Alasan saya mengambil judul karya tulis ilmiah ini adalah
untuk memberitahukan kepada masyarakat umum tentang bahaya
nya kanker nasofaring, kanker yang jarang diketahui oleh orang-
orang tetapi termasuk kedalam kanker ke-4 dengan kasus terbanyak.
Mencegah makin banyak nya kematian akibat kanker, dan untuk
menambah wawasan mengenai kanker.

FIKes UIA 2022


5

B. Tujuan Penulisan

A. Tujuan Umum

Penulis dapat memperoleh gambaran dan pegalaman secara


nyata dalam mengaplikasikan ilmu keperawatan dan keterampilan
yang telah didapatkan dan menerapkannya pada pelaksanaan di
rumah sakit serta mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara
langsung dan komprehensif meliputi aspek Bio-Psiko-Spiritual
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan pada Tn. H
dengan karsinoma nasofaring (KNF)

B. Tujuan Khusus

a) Melakukan pengkajian pada Tn. H dengan karsinoma


nasofaring (KNF)
b) Menegakkan diagnose keperawatan berdasarkan data hasil
pengkajian pada Tn. H dengan karsinoma nasofaring (KNF)
c) Menyusun rencana tindakan keperawatan pada Tn. H dengan
karsinoma nasofaring (KNF)
d) Melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn. H dengan
karsinoma nasofaring (KNF)
e) Melakukan evaluasi keperawatan pada Tn. H dengan
karsinoma nasofaring (KNF)
f) Mengidentifikasi masalah, hambatan dalam memberikan
asuhan keperawatan serta membandingkan, menganalisa antara
teori yang dihadapi dengan kenyataan praktek lapangan dan
mampu mencari alternatif untuk memecahkan masalah
g) Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang dilakukan pada
Tn. H dengan karsinoma nasofaring (KNF)

FIKes UIA 2022


6

C. Metode Penulisan
1. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan adalah metode deskripsi, berupa
studi kasus yaitu mendapatkan gambaran yang nyata dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses
keperawatan.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain:
a) Wawancara
Melakukan wawancara pada pasien, keluarga dan petugas
Kesehatan lainnya.
b) Observasi
Dilakukan dengan cara mengamati langsung keadaan pasien
untuk mengetahui tingkat Kesehatan dan berbagai masalah dan
keluhan yang terjadi.
c) Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi pada pasien untuk mengetahui masalah
d) Partisipasi Aktif
Dukungan dari keluarga sangat membantu dalam melakukan
asuhan keperawatan.
e) Studi Dokumentasi
Melihat dan mempelajari status pasien di Rumah Sakit yang
berisi tentang data pasien dengan karsinoma nasofaring (KNF)
f) Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan dalam rangka mendapatkan
landasan teori yang berkaitan dengan kasus yang diharapkan,
sehingga dapat membandingkan teori yang didapat dengan fakta
yang ada dilahan praktik.

FIKes UIA 2022


7

D. Sistematika Penulisan
Penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari empat (IV) BAB
dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Merupakan pendahuluan yang memuat latar
belakang masalah, tujuan umum dan tujuan khusus,
metode penulisan dan teknik penulisan data,
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Merupakan tinjauan teoritis yang memuat konsep
dasar penyakit dan tinjauan teori asuhan
keperawatan. Konsep dasar terdiri dari: definisi,
etiologi, anatomi fisiologi, patofisiologi, tanda dan
gejala, komplikasi, pemeriksaan penunjang,
manajemen medik secara umum, konsep tindakan
pada karsinoma nasofaring (KNF) sedangkan konsep
dasar asuhan keperawatan terdiri dari: pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan
evaluasi.
BAB III : TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Bab ini merugikan tentang tinjauan kasus dan
pembahasan dimana tinjauan kasus berisi tentang
laporan asuhan keperwatan pada pasien karsinoma
nasofaring (KNF) dengan menggunakan proses
keperawatan yang meliputi : pengkajian, diagonasa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi serta pembahasan yang berisi tentang
analisa data terhadap kesenjangan antara teori dan
keperawatan sekaligus alternative pemecahan
masalah.
BAB IV : PENUTUP

FIKes UIA 2022


8

Bab ini menguraikan tentang simpulan dan saran


yang ditarik penulis berdasarkan permasalahan yang
ditemukan selama pelaksanaan asuhan keperawatan
dan penulis berusaha memberi rekomendasi yang
bersifat operasional yang ditunjukan kepada
Institusi, RSUD dr. Chasbullah Abdul Majid Kota
Bekasi dan Mahasiswa.

DAFTAR PUTSAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

FIKes UIA 2022


BAB II

TINJAU PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Penyakit kanker adalah suatu penyakit yang timbul akibat
pertumbuhan secara tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah
menjadi sel kanker (Kemenkes RI, 2015). Menurut World Health
Organization (WHO), kanker adalah suatu penyakit yang ditandai
dengan pertumbuhan sel abnormal di luar batas normal yang kemudian
dapat menyerang bagian tubuh yang berdampingan dan atau menyebar
ke organ lain. Istilah lain yang digunakan untuk kanker adalah tumor
ganas dan neoplasma (WHO, 2018).
Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas yang tumbuh di
daerah nasofaring dengan prediksi difosa Rosenmuller dan atap
nasofaring. Letaknya kadang tersembunyi dan berhubungan dengan
banyak daerah vital sehingga diagnosa dini sulit untuk ditegakkan
(Kemenkes RI). Kanker nasofaring menjadi kanker dengan kasus
terbanyak keempat di Indonesia setelah kanker ovarium, kanker
payudara dan kanker kulit. Di Indonesia kanker nasofaring merupakan
kanker yang paling sering terjadi di bagian kepala dan leher. Karsinoma
nasofaring merupakan kanker yang paling sering terjadi sekitar 60%
dari kasus kanker kepala leher diikuti oleh kanker thyroid, kanker
laring, dan hipofaring, orofaring, mulut, kelenjar ludah, dan insidensi
terbanyak keempat setelah kanker cervix, mammae dan paru Penyebab
karsinoma nasofaring yaitu infeksi virus Epstein-Barr (EBV) dan atau
Human Papiloma Virus (HPV), dengan faktor risiko merokok serta
mengkonsumsi alkohol, selain itu adalah genetik/keturunan, terpapar
sinar radiasi, kelainan/defisiensi nutrisi dan penurunan daya tahan tubuh
(Hendrik dan Prabowo, 2017).

9 FIKes UIA 2022


10

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa


Karsinoma nasofaring ialah kanker dengan kasus terbanyak keempat di
Indonesia, kanker nasofaring adalah tumor ganas dengan jenis sel
skuamus yang berkembang disekitar ostium dari tuba eustachius pada
dinding lateral dari nasofaring yang menyebabkan karsinoma
nasofaring yaitu infeksi Virus Epstein-Barr (EBV) dan atau Human
Papiloma Virus (HPV) dengan faktor risiko merokok serta
mengkonsumsi alkohol, selain itu adalah genetik/keturunan, terpapar
sinar radiasi, kelainan/defisiensi nutrisi dan penurunan daya tahan
tubuh.

2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Nasofaring merupakan suatu ruang berstruktur tabung
berdinding muskuloskeletal dan berbentuk kuboid yang berada di
belakang rongga hidung dengan ukuran panjang sekitar 3-4 cm, lebar 4
cm dan tinggi 4 cm dengan batas-batas sebagai berikut :

1. Pada bagian anterior adalah bagian akhir dari cavum nasalis atau
choane.

2. Pada bagian superior adalah dasar tulang tengkorak (basis cranii) dari
rongga sinus sfenoidales sampai dengan bagian ujung atas clivus.

3. Pada bagian posterior adalah clivus, jaringan mukosa dari faring


sampai palatum molle , serta vertebra cervical 1-2.

4. Pada bagian inferior adalah sisi atas palatum molle (soft palate) dan
orofaring.

5. Pada bagian lateral adalah parafaring, otot-otot mastikator faring, tuba


eustachius, torus tubarius dan fossa Rossenmulleri.

FIKes UIA 2022


11

2.1 Gambar Anatomi (Kusnanto, 2016)

Nasofaring banyak memiliki jaringan aliran getah bening


yang berasal dari beberapa kelompok kelenjar getah bening (KGB)
di daerah kepala hingga leher, dimana metastasis yang terjadi
melalui sistem limfatik. Terdapat 7 level kelompok metastase
menurut Memorial Sloan Kettering Cancer Center, yaitu (Hendrik
dan Prabowo, 2017):

1. Level I, mencakup daerah segitiga bagian dasar mulut (submental)


dan sub mandibula. Dimana level 1 A dibatasi oleh m. Submentalis,
m. Digastrikus dextra et sinistra, dan os. Hyoid. Sedangkan level 1 B
dibatasi oleh daerah menyudut (angulus) mandibula, m. Digastrikus,
dan os. Hyoid. Dapat menjadi indikasi dari beberapa kanker yang
terjadi pada daerah sub mandibula, sinus paranasal, dan rongga
mulut.

2. Level II, mencakup daerah-daerah jugularis superior yang meluas


dari basis cranii hingga os. Hyoid. Dengan batas atas yaitu
processus transversus/vertebra cervical 1. Batas bawah os. Hyoid.
Batas depan arteri carotis. Bagian belakang adalah tepi dari m.
Sternokleidomastoideus. Pada level ini dapat merupakan indikasi

FIKes UIA 2022


12

dari kanker yang terjadi pada nasofaring, orofaring posterior, dan


sinus maxillaris.

3. Level III, mencakup daerah jugularis medialis dengan batas


atasnya adalah tepi bawah os. Hyoid hingga os. Cricoid. Bagian
depan, belakang dan sisi luarnya adalah m. Sternokleidomastoideus.
Dan bagian tengah adalah m. Longus colli/capitis. Indikasi kanker
pada daerah laring, hipofaring, dan thyroid.

4. Level IV, mencakup daerah jugularis inferior dengan batas bawah


adalah os. Cricoid sampai 2 cm di atas sterno-clavicula joint.
Merupakan indikasi kanker pada daerah laring (subglotis), thyroid,
esofagus, dan infra clavicula

5. Level V, dengan batas atas adalah tepi atas os. Hyoid, bagian
bawahnya adalah cervicales transversus, bagian depan adalah bagian
tepi belakang m. Sternokleidomastoideus, dan bagian belakangnya
adalah bagian sisi depan m. Trapezius. Beberapa kanker yang terjadi
meliputi thyroid, esofagus, cervical, dan infra clavicula.

6. Level VI, mencakup daerah tempat kelompok dari os. Hyoid


sampai supra sternal. Dengan batas sisi luarnya adalah pembatas
bagian tengah kelenjar ludah (sheath of parotis). Merupakan indikasi
dari kanker laring dan thyroid.

7. Level VII, mencakup daerah kelompok KGB inferior dan supra-


sternal notch, sampai rongga dada bagian atas (mediastinum
superior). Merupakan indikasi dari kanker pada daerah thyroid dan
esofagus.

FIKes UIA 2022


13

3. Etiologi
Penyebab timbulnya KNF menurut beberapa pendapat berdasarkan
penelitian-penelitian epidemiologik dan eksperimental, yakni:
a. Faktor genetik (banyak pada suku Tionghoa/ ras mongolid).
b. Faktor virus (virus Eipstein Barr).
c. Faktor lingkungan (polusi asap kayu bakar, atau bahan karsinogenik
misalnya asap rokok.
d. Iritasi menahun : nasofaringitis kronis disertai rangsangan oleh asap,
alcohol.
e. Hormonal: adanya estrogen yang tinggi dalam tubuh.
Menurut (Sjamsuhidajat, 2012) penyebab terjadinya karsinoma
nasofaring yaitu Virus Eipstein Barr yang masuk pada mediator-
mediator dibawah ini:
1) Kebiasaan makan yaitu mengkonsumsi ikan asin secara terus -
menerus, karena adanya zat nitrosamine sebagai mediator.
2) Keadaan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan
hidup. Dikatakan bahwa udara yang penuh dengan asap di
rumah-rumah yang kurang baik ventilasinya di Cina, Indonesia,
dan Kenya, dan juga pembakaran dupa di rumah-rumah di
Hongkong.
3) Adanya kontak dengan zat karsinogen seperti benzopyrenen,
benzoanthracene, gas kimia, asap industri, asap kayu.
4) Adanya radang kronis daerah nasofaring yang dapat menjadikan
rentan terhadap karsinogen lingkungan.

4. Patofisiologi
Nasofaring berfungsi untuk melewatkan udara dari hidung menuju
ketenggorokan yang akhirnya ke paru-paru. Bagian atas nasofaring
dibentuk oleh korpus sfenoid dan prosesus basilar os oksipital. Sebelah
anterior oleh koana dan pallatum mole, dan sebelah posterior
dibentuk oleh vertebra vertikalis, sebelah inferior nasofaring

FIKes UIA 2022


14

dilanjutkan oleh orofaring. Orificium tuba eustachius terletak pada


dinding lateral dari nasofaring, dibelakang ujung konka inferior. Pada
bagian atas dan belakang dari orifisium tuba eustachius terdapat
penonjolan yang dibentuk oleh kartilago eustachius. Dibawah dari
ujung posterior penonjolan tersebut terdapat suatu lipatan yang kuat
yaitu membran salpingofaringeal. Lipatan membran mukosa yang tidak
terlalu menonjol yaitu membran salpingopalatina, meluas ke bagian
bawah di depan orifisium eustachius. Kantung disudut faring diantara
tepi posterior kartilago eustachius dan dinding posterior dikenal
sebagai fosa rosenmuller. Jaringan adenoid juga sering kali ditemukan
disekitar orifisium tuba. Atap serta dinding posterior nasofaring
merupakan tempat kedudukan jaringan limfoid. Nasofaring sendiri
diliputi oleh epitel torak bersilia berlapis semu (American Cancer
Society (ACS), 2013)
Faktor Infeksi virus Epstein-Barr (EBV) berinteraksi dengan
kerentanan genetik dan faktor lingkungan merupakan faktor etiologi
utama. Infeksi oleh EBV sebagai faktor etiologi ditunjang dengan
tingginya titer antibodi dan antigen EBV baik pada plasma maupun sel
KNF (Chou et al., 2008; Poh et al., 2016). Pasien KNF umumnya
mengalami peningkatan kadar IgA terhadap viral capsid antigen
(VCA) dan early antigen (EA) EBV. Pemeriksaan IgA VCA EBV dan
DNA EBV di plasma merupakan alat diagnostik yang penting pada
KNF dan secara ektensif digunakan sebagai skrining awal terhadap
KNF pada populasi berisiko tinggi (Chou et al., 2008; Teow et al.,
2017; Tsang et al., 2015). Deteksi DNA EBV pada plasma mempunyai
sensitivitas dan spesifitas yang tinggi dalam mendiagnosis KNF.
Kadar DNA EBV plasma juga dapat digunakan sebagai modalitas
untuk memonitor progresivitas KNF selama pengobatan (Tsang et al.,
2015).
Epstein-Barr virus merupakan virus herpes yang menginfeksi lebih
dari 90% populasi dewasa di dunia. Infeksi primer EBV umumnya

FIKes UIA 2022


15

terjadi pada awal kehidupan dan asimtomatik. Infeksi primer EBV


yang berlanjut bermanifestasi sebagai infeksi mononukleosis yang
merupakan infeksi oleh virus, bersifat selflimiting namun menular
dengan karakteristik gejala demam, sakit pada tenggorok dan kondisi
tubuh yang lemah. Pada setiap kasus, infeksi primer diikuti oleh
keberadaan virus sepanjang hidup yang pada sebagian besar kasus
bersifat asimtomatik. Epstein-Barr virus menetap sepanjang kehidupan
pada >95% populasi manusia dewasa yang terinfeksi. Epstein-Barr
virus dikontrol dengan sempurna oleh sistem imun namun sebagian
kecil berkembang menjadi penyakit terkait, pada sebagian besar
individu terutama dalam bentuk keganasan primer dari sel B dan sel
epitel (Chijioke O, 2013). Hubungan karsinoma nasofaring dengan
EBV telah diakui sejak beberapa dekade yang lalu meskipun peran
virus ini dalam patogenesis karsinoma nasofaring masih kontroversi.
Karsinoma nasofaring sangat berkaitan dengan EBV terutama pada
tipe yang undifferentiated (Adham M dkk, 2012).
Faktor genetik beberapa kelompok etnik juga memiliki
kecenderungan untuk menderita KNF misalnya etnik Bidayuh di
Borneo, Nagas di India utara, dan Inuits di daerah Artik, di mana
kejadiannya dilaporkan lebih dari 16 per 100.000 orang/tahun. Di Cina
sendiri kejadian ini hanya tinggi pada daerah Cina selatan yaitu di
Guangdong, Hainan, Guangxi, Hunan, Fujian dan Hong Kong, apabila
dihitung kejadian KNF secara keseluruhan di Cina insidennya hanya
1,9/ 100.000, hal ini memunculkan dugaan bahwa faktor genetik pada
satu etnik dan lingkungan berperan pada kejadian KNF (Chua et al.,
2016; Mahdavifar et al., 2016). Indonesia terdiri dari berbagai etnik
dengan pola hidup dan kebiasaan yang berbeda, risiko terjadinya KNF
dapat bervariasi menurut kelompok etnik, oleh sebab itu perlu
diketahui faktor risiko KNF setiap etnik, sehingga gambaran pola gen
dan peran infeksi EBV pada KNF di Indonesia dapat diketahui dalam
upaya pencegahan penyakit ini.

FIKes UIA 2022


16

Berbagai faktor lingkungan telah dilaporkan berhubungan dengan


kejadian KNF, diantaranya konsumsi ikan asin yang diduga akibat
kandungan nitrosamin, ikan/ daging asap, terpapar folmaldehid,
merokok dan konsumsi alkohol (Hildesheim et al., 1997; Lourembam
et al., 2015). Studi keterlibatan faktor lingkungan ini dalam
menyebabkan KNF mendapatkan hasil yang inkonsisten atau
hubungan yang lemah pada beberapa laporan, hal ini dapat disebabkan
oleh perbedaan karakteristik penelitian (Lourembam et al., 2015).
Merokok menyebabkan peningkatan risiko terkena KNF sebesar 3x
lipat bila merokok sudah dilakukan dalam jangka waktu lama (25
tahun atau lebih). Tidak seperti kanker kepala dan leher lainnya,
alkohol tampaknya tak meningkatkan risiko terkena KNF. Di
Amerika, pemakaian tembakau dan alkohol terutama berkaitan dengan
terjadinya KNF berdiferensiasi baik berkeratin.Pendapat mengenai
pengaruh alkohol terhadap risiko terjadinya KNF masih belum diakui
sepenuhnya, namun ada yang menyatakan bahwa konsumsi alkohol
berat berkaitan dengan peningkatan risiko terhadap terjadinya KNF
( www.cancerresearchuk.org , 2013)
Faktor hormonal lebih tinggi pada seseorang yang mempunyai
anggota keluarga yang mengidap penyakit ini. Risiko anggota
keluarga terkena tampaknya lebih tinggi bila ada keluarganya yang
terdiagnosis sebelum usia 40 tahun dan hubungan keluarga yang
dimaksud adalah yang merupakan satu keluarga inti seperti orang tua,
kakak atau adik, anak laki-laki atau perempuan. Penderita penyakit
kronis pada telinga, hidung, dan tenggorokan di masa lalu seperti
rhinitis, hidung tersumbat kronis, infeksi telinga tengah (otitis media)
dan polip, mempunyai risiko lebih tinggi terkena NPC.1 Penelitian
menyat ( www.cancerresearchuk.org , 2013) Riwayat keluarga adalah
salah satu hal yang berkontribusi terhadap risiko KNF, dimana kerabat
tingkat pertama dari penderita KNF memiliki 6- 19 kali lipat risiko
terkena penyakit dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki

FIKes UIA 2022


17

hubungan keluarga. Faktor lingkungan yang mereka tinggali bersama


juga berperan untuk terjadinya insidens dan perkembangan KNF. Ini
mengindikasikan bahwa paparan lingkungan yang sama dan juga
konsumsi makanan seperti ikan asin dan makanan yang diawetkan
seperti mie instan secara konsisten dapat menjadi kontributor penting
dalam pengelompokan familial KNF (Pieter N,2013).

FIKes UIA 2022


18

Bagan Patofisiologi Kanker Nasofaring (KNF)

Ket:

: Masalah keperawatan

FIKes UIA 2022


19

5. Epidemiologi
KNF di Indonesia, merupakan keganasan terbanyak ke-4 setelah kanker
payudara, kanker leher rahim, dan kanker paru. Berdasarkan GLOBOCAN
2012, 87.000 kasus baru nasofaring muncul setiap tahunnya (dengan 61.000
kasus baru terjadi pada laki-laki dan 26.000 kasus baru pada perempuan)
dan 51.000 kematian akibat KNF (36.000 pada laki-laki, dan 15.000 pada
perempuan). KNF terutama ditemukan pada pria usia produktif
(perbandingan pasien pria dan wanita adalah 2,18:1) dan 60% pasien berusia
antara 25 hingga 60 tahun. Angka kejadian tertinggi di dunia terdapat di
propinsi Cina Tenggara yakni sebesar 40 - 50 kasus kanker nasofaring
diantara 100.000 penduduk. Kanker nasofaring sangat jarang ditemukan di
daerah Eropa dan Amerika Utara dengan angka kejadian sekitar < 1/100.000
penduduk. (KPKN, 2017)

6. Gejala dan Tanda Klinis


Gejala klinis dari penderita KNF berhubungan dengan lokasi tumor primer
dan perluasannya. Secara umum dapat dibagi menjadi empat kelompok
gejala, antara lain gejala nasofaring, gejala telinga, gejala mata serta gejala
metastasis atau gejala leher. Adanya kecurigaan tumor ganas nasofaring harus
dipikirkan apabila dijumpai gejala sebagai berikut: 1) tumor leher, gejala
telinga dan gejala hidung, 2) gejala intrakranial, gejala telinga dan gejala
hidung, 3) tumor leher, gejala intrakranial dan gejala hidung (Gourzones dkk.,
2013).
1) Gejala Setempat Gejala Hidung
a. Pilek dari satu atau kedua lubang hidung yang terus-menerus/kronis
b. Lendir dapat bercampur darah atau nanah yang berbau
c. Epistaksis dapat sedikit atau banyak dan berulang
d. Dapat juga hanya berupa riak campur darah
e. Obstruksio nasi unilateral atau bilateral bila tumor tumbuh secara
eksofilik

FIKes UIA 2022


20

2) Gejala Karena Metastasis Melalui Aliran Getah Bening


Terjadi pembesaran kelenjar leher yang terletak dibawah ujung planum
mastoid,di belakang ungulus mandibula, medial dari ujung bagian atas
muskulus sternokleidomastoideum, bias unilateral dan bilateral.
Pembesaran ini disebut colli.
3) Gejala Karena Metastasis Melalui Aliran Darah
Akan terjadi metastasis jauh yaitu paru-paru, ginjal, limpa, tulang dan
sebagainya. Gejala di atas dapat dibedakan antara :
a. Gejala Dini: Merupakan gejala yang dapat timbul waktu tumor masih
tumbuh dalam batas-batas nasofaring, jadi berupa gejala setempat yang
disebabkan oleh tumor primer (gejala-gejala hidung dan gejala-gejala
telinga seperti diatas)
b. Gejala lanjut: Merupakan gejala yang dapat timbul oleh karena tumor telah
tumbuh melewati batas nasofaring, baik berupa metastasis ataupun
infiltrasi dari tumor
c. Sebagai pedoman
Ingat akan adanya tumor ganas nasofaring bila dijumpai :
 Tumor colli, gejala telinga, gejala hidung.
 Tumor colli, gejala intracranial (syaraf dan mata), gejala hidung dan
telinga.
 Gejala Intrakranial, gejala hidung dan telinga.
 Pemeriksaan penunjang.
Dapat Dilakukan Pemeriksaan Diantaranya Yaitu :
a. Foto tengkorak, yaitu foto bagian/potongan anteriposterior, lateral, dan
waters menunjukkan massa jaringan lunak didaerah nasofaring.

Gambar 2.2 Contoh hasil MRI pada pasien KNF

FIKes UIA 2022


21

Keterangan: Gambaran Axial T1 pasca kontras pencitraan MRI pada


pasien 48 tahun dengan karsinoma nasofaring (panah).
A. Meningkatkan kontras pada pencitraan MRI di faring kanan pada
presentasi (grade 4), yang tidak terdeteksi oleh endoskopi atau biopsi
endoskopi atau biopsi berulang yang ditargetkan ke lokasi abnormalitas
pencitraan MRI.
B. Karsinoma nasofaring persisten pada pencitraan MRI terlihat pada
bulan 31, tetapi tanpa tumor pada pemeriksaan endoskopi. Biopsi lebih
lanjut ditolak.
C. Peningkatan ukuran karsinoma nasofaring pada pencitraan MRI bulan
ke 43 ketika tumor dikonfrimasi oleh endoskopi dan biopsy.
(King AC., Vlantis, T.W.C. Yuen, B.K.H, Law K.S, Bhatia B.C.Y, Zee
J.K.S, et al., 2015).
a. Foto dasar tengkorak dapat terlihat destruksi atau erosi tulang
didaerah fosa serebri media
b. CT scan daerah kepala dan leher terlihat adanya massa dengan terlihat
adanya kesuraman. CT scan dengan kontras menunjukkan massa yang
besar mengisi sisi posterior dari rongga hidung dan nasofaring dengan
perluasan ke sisi kiri dalam daerah nasofaring.

Gambar 2.3 Gambaran CT Scan pada pasien KNF


Keterangan:
A. Peningkatan massa berulang dengan karsinoma nasofaring setelah
radiokemoterapi awal
B. Implantasi benih 125-dipandu dengan CT Scan
C. Resolusi massa tumor pada 2 bulan setelah brachytherapy (Shen X, Li Y,
Zhang Y, Kong J,Li Yanhao Li., 2015).

FIKes UIA 2022


22

Biopsi dari hidung dan mulut Biopsi sedapat mungkin diarahkan pada
tumor atau daerah yang di curigai. Biopsi minimal dilakukan pada dua tempat
(kiri dan kanan), melalui rinoskopi, anterior, bila perlu dengan bantuan
cermin melalui rinoskopi posterior. Bila perlu Biopsi dapat diulang sampai
tiga kali. Bila tiga kali Biopsi hasil negatif, sedang secara klinis mencurigakan
dengan karsinoma nasofaring, biopsi dapat diulang dengan anestesi umum.
Biopsi melalui nasofaringoskopi dilakukan bila pasien trismus atau keadaan
umum kurang baik. Biopsi kelenjar getah bening leher dengan aspirasi jarum
halus dilakukan bila terjadi keraguan apakah kelenjar tersebut suatu
metastasis.
c. Pemeriksaan labolatorium : pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal
untuk meliha/mendeteksi metastatis.

7. Klasifikasi Tumor Node Metastasis (TNM)


Epitel permukaan pada mukosa nasofaring adalah epitel skuamosa dan
epitel pseudostratified columnar. Epitel sel maligna pada KNF adalah sel
poligonal besar tanpa karakter sinsitial. Nukleusnya bulat atau oval dengan
sedikit nukleoli berbeda-beda, berhubungan erat dengan jaringan limfoid,
sehingga disebut juga limfoepitelioma. Gambaran histologi daerah lateral
nasofaring merupakan epitel transisional antara perbatasan epitel respiratori
pseudostratified columnar dan epitel skuamosa yang mana merupakan area
paling sering terjadinya karsinoma nasofaring (Harrison, 2009; Li Z 2014).
1) Stadium I Tl N0 MO
Tumor terbatas di nasofaring, tidak ada pembesaran, tidak ada
metastasis jauh.
2) Stadium II T2 N0 MO
Tumor terbatas di nasofaring, metastasis kelenjar getah bening
unilateral, dengan ukuran terbesar kurang atau sama dengan 6 cm, diatas
fossa supraklavikula, tidak ada metastasis jauh. Terjadi perluasan tumor ke
rongga hidung tanpa perluasan ke parafaring, metastasis kelenjar getah
bening unilateral. Disertai perluasan ke parafaring, tidak ada pembesaran
dan metastasis kelenjar getah bening unilateral, dengan ukuran terbesar

FIKes UIA 2022


23

kurang atau sama dengan 6 cm, diatas fossa supraklavikula, tidak ada
metastasis jauh.
3) Stadium III T3 N0 MO
 T1-3N1M0
Tumor terbatas di nasofaring, metastasis kelenjar getah bening
bilateral, dengan ukuran terbesar kurang atau sama dengan 6 cm, diatas
fossa supraklavikula, dan tidak ada metastasis jauh.
4) Stadium IV T4 N0 - l MO
 T N2-3 MO
Tumor dengan perluasan intrakranial dan / atau terdapat keterlibatan
saraf kranial, fossa infratemporal, hipofaring, orbita atau ruang
mastikator. Tidak ada pembesaran dan metastasis kelenjar getah bening
unilateral serta metastasis kelenjar getah bening bilateral, dengan ukuran
terbesar kurang atau sama dengan 6 cm, diatas fossa supraklavikula.
Tidak ada metastasis jauh.
Stadium IVB : Tumor primer, tidak tampak tumor, tumor terbatas di
nasofaring, tumor meluas ke jaringan lunak, perluasan tumor ke orofaring
dan / atau rongga hidung tanpa perluasan ke parafaring, disertai perluasan
ke parafaring, tumor menginvasi struktur tulang dan / atau sinus
paranasal, tumor dengan perluasan intrakranial dan / atau terdapat
keterlibatan saraf kranial, fossa infratemporal, hipofaring, orbita atau
ruang mastikator. Metastasis kelenjar getah bening bilateral dengan
ukuran lebih besar dari 6 cm, atau terletak di dalam fossa supraklavikula.
Tidak ada pembesaran.
Stadium IVC : Tumor primer, tidak tampak tumor, tumor terbatas di
nasofaring, tumor meluas ke jaringan lunak, perluasan tumor ke rongga
hidung tanpa perluasan ke parafaring. Bisa jadi disertai perluasan ke
parafaring, tumor menginvasi struktur tulang dan atau sinus paranasal,
tumor dengan perluasan intrakranial dan atau terdapat keterlibatan saraf
kranial, fossa infratemporal, hipofaring, orbita atau ruang mastikator.
Selain itu dapat juga pembesaran kelenjar getah bening regional,
pembesaran kelenjar getah bening tidak dapat dinilai, tidak ada

FIKes UIA 2022


24

pembesaran, metastasi kelenjar getah be ning unilateral, dengan ukuran


terbesar kurang atau sama dengan 6 cm, diatas fossa supraklavikula,
metastasis kelenjar getah bening bilateral, dengan ukuran terbesar kurang
atau sama dengan 6 cm, diatas fossa supraklavikula, Metastasis kelenjar
getah bening bilateral dengan ukuran lebih besar dari 6 cm, atau terletak
di dalam fossa supraklavikula, ukuran lebih dari 6 cm, di dalam
supraklavikula, dan terdapat metastasis jauh (Soepardi dkk., 2011).
Keterangan :
T : Tumor primer
T0 : Tidak tampak tumor
T1 : Tumor terdapat pada satu lokasi saja
T2 : Tumor terdapat pada dua lokasi atau lebih tetapi
masih terbatas dalam rongga nasofaring.
T3 : Tumor telah keluar dari rongga nasofaring.
T4 : Tumor keluar dari nasofaring dan telah merusak
tulang tengkorak atau mengenai saraf-saraf otak.
N : Pembesaran kelenjar getah bening regional.
N0 : Tidak ada pembesaran.
N1 : Terdapat pembesaran tetapi hoimolateral dan masih
dapat digerakan.
N2 : Terdapat pembesaran kontralateral / bilateral dan
masih dan dapat digerakan
N3 : Terdapat pembesaran, baik homolateral,
Kontralateral maupun bilateral yang sudah melekat pada
jaringan sekitar.
M : Metastasis jauh.
M0 : Tidak ada metastasis jauh.
M1 : Terdapat metastasis jauh (KPKN, 2017).

8. Penatalaksanaan
a. Radioterapi
Sebelumnya persiapan pasien dengan oral hygiene, dan apabila
infeksi/kerusakan gigi harus di obati terlebih dahulu. Dosis yang diberikan

FIKes UIA 2022


25

200 rad/hari sampai 6000-6600 rad untuk tumor primer, sedangkan


kelenjar leher yang membesar diberi 6000 rad. Jika tidak ada pembesaran
kelenjar diberikan juga radiasi efektif sebesar 4000 rad. Ini dapa diberikan
pada keadaan kambuh atau pada metastatis tulang yang belum
menimbulkan keadaan fraktur patogalik. Radiasi dapat menyembuhkan
lesi dan mengurangi rasa nyeri.
b. Kemoterapi
Sebagai terapi tambahan dan diberikan pada stadium lanjut. Biasanya
dapat digabungkan dengan radiasi dengan urutan kemoterapi-radiasi-
kemoterapi. Kemoterapi yang dipakai yaitu Methotrexate (50 mg IV hari 1
dan 8); Vincristin (2 mg IV hari 1); Platamin (100 mg IV hari 1);
Cyclophosphamide (2 x 50 mg oral, hari 1 s/d 10); Bleomycin (15 mg IV
hari 8). Pada kemoterapi harus dilakukan control terhadap efek samping
fungsi hemopotik, fungsi ginjal dan lain-lain.

9. Konsep Asuhan Keperawatan


1) Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar
dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan
kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, social dan
lingkungan (Dermawan, 2012).

a. Pengumpulan data
Identitas pasien : Meliputi nama , umur, jenis kelamin, pekerjaan,
alamat, tempat tinggal dan identitas penanggung jawab.
b. Riwayat penyakit sekarang : Pada pasien KNF keluhan utama yang ada
adalah pilek dari satu atau kedua lubang terus menerus/ kronis, lendir
dapat bercampur darah atau nanah, epistaksis dapat sedikit atau banyak
berulang, obstruksi ditandai dengan tumbuhnya tumor.
c. Riwayat penyakit dahulu : Kaji apakah memilki riwayat infeksi saluran
pernafasan (ISPA), adakah riwayat mengalami kanker nasofaring.
Apakah pasien pernah menjalani pembedahan nasofaring.

FIKes UIA 2022


26

d. Riwayat penyakit keluarga : Adakah anggota keluarga yang mengalami


penyakit seperti yang dialami pasien, adakah anggota keluarga yang
mengalami penyakit kronis lainnya.
e. Riwayat psikososial dan spiritual : Bagaimana hubungan pasien dengan
anggota keluarga yang lain dan lingkungan sekitar sebelum maupun saat
sakit, apakah pasien mengalami kecemasan, rasa sakit, karena penyakit
yang dideritanya, dan bagaimana pasien menggunakan koping
mekanisme untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
2) Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual
a. Pola nutrisi
Bagaimana kebiasaan makan, minum sehari- hari, jenis makanan apa
saja yang sering di konsumsi, makanan yang paling disukai, frekuensi
makanannya.
b. Pola eliminasi
Pola eliminasi kaji tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya,
jumlah urine keluar, tanyakan tentang defikasi apakah ada kesulitan
seperti konstipasi.
c. Pola personal hygiene
Kebiasaan dalam pola hidup bersih, mandi, menggunakan sabun atau
tidak, menyikat gigi. Pola istirahat dan tidur, kebiasaan istirahat tidur
berapa jam ?, kebiasaan – kebiasaan sebelum tidur apa saja yang
dilakukan?
d. Pola aktivitas dan latihan
Kegiatan sehari-hari, olaraga yang sering dilakukan, aktivitas diluar
kegiatan olaraga, misalnya mengikuti kegiatan di daerah sekitar
rumahnya seperti gotong royong, dan kegiatan sosial lainnya.
e. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Kebiasaan merokok, mengkonsumsi minum-minuman keras,
ketergantungan dengan obat-obatan (narkoba).
f. Hubungan peran
Hubungan dengan keluarga harmonis, dengan tetangga, teman-teman
sekitar lingkungan rumah, aktif dalam kegiatan adat

FIKes UIA 2022


27

g. Pola persepsi dan konsep diri


Pandangan terhadap body image, kecintaan terhadap keluarga,
kebersamaan dengan keluarga.
h. Pola nilai kepercayaan
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, keyakinan terhadap
agama yang dianut, mengerjakan perintah agama yang di anut dan patuh
terhadap perintah dan larangan-Nya.
i. Pola reproduksi dan seksual
Hubungan dengan keluarga harmonis, bahagia, hubungan dengan
keluarga besarnya dan lingkungan sekitar.
3) Riwayat pengkajian nyeri
P : Provokatus paliatif : Apa yang menyebabkan gejala? Apa yang
bisa memperberat? apa yang bisa mengurangi?
Q : Quality-quantity : Bagaimana gejala dirasakan, sejauh mana
gejala dirasakan.
R : Region – radiasi: Dimana gejala dirasakan ? apakah menyebar?
S : Skala – severity: Seberapah tingkat keparahan dirasakan? Pada
skala berapa?
T : Time: Kapan gejala mulai timbul? Seberapa sering gejala
dirasakan? tiba-tiba atau bertahap ? seberapa lama gejala dirasakan?
4) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum sakit sedang, kesadaran composmentis, suhu
36,5℃-37,5℃, nadi 60-100 x/menit, RR 16-20 x / menit tensi 120/
80 mmHg.
b. Pemeriksaan head to toe
c. Kepala dan leher : Dengan tehnik inspeksi dan palpasi
d. Rambut dan kulit kepala : Perdarahan, pengelupasan, perlukaan,
penekanan
e. Telinga : Perlukaan, darah, cairan, bau
f. Mata :Perlukaan, pembengkakan, replek pupil, kondisi kelopak
mata, adanya benda asing, skelera putih.

FIKes UIA 2022


28

g. Hidung : Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping, kelainan


anatomi akibat trauma?
h. Mulut : Benda asing, gigi, sianosis, kering
i. Bibir : Perlukaan, perdarahan, sianosis, kering
j. Rahang : Perlukaan, stabilitas
k. Leher : Bendungan vena, deviasi trakea, pembesaran kelenjar
tiroid
5) Pemeriksaan dada
 Inspeksi : Bentuk simetris kanan kiri, inspirasi dan ekspirasi pernapasan,
irama, gerakkan cuping hidung, terdengar suara napas tambahan bentuk
dada?
 Palpasi : Pergerakkan simetris kanan kiri, taktil premitus sama antara
kanan kiri dinding dada.
 Perkusi : Adanya suara- suara sonor pada kedua paru, suara redup pada
batas paru dan hepar.
 Auskultasi : Terdengar adanya suara vesikuler di kedua lapisan paru,
suara ronchi dan wheezing
a. Kardiovaskuler
1) Inspeksi : bentuk dada simetris
2) Palpasi : frekuensi nadi
3) Perkusi : suara pekak
4) Auskultasi : Irama regular, systole/ murmur.
a. System pencernaan/ abdomen :
a. Inspeksi : Pada inspeksi perlu diperlihatkan, apakah abdomen
membuncit atau datar , abdomen menonjol atau tidak,
umbilikus menonjol atau tidak, apakah ada benjolan-benjolan /
massa (tumor)
b. Palpasi : Adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa (tumor)
turgor kulit perut untuk mengetahui derajat dehidrasi pasien,
apakah hepar teraba, apakah lien teraba

FIKes UIA 2022


29

c. Perkusi : Abdomen normal tympanik, adanya massa (tumor)


padat atau cair akan menimbulkan suara pekak ( hepar, acites,
vesika urinaria, tumor)
d. Auskultasi : Secara peristaltic usus dimana nilai normalnya 5-
35 kali permenit.
c. Pemeliharaan extremitas atas dan bawah meliputi :
a. Warna dan suhu kulit
b. Perabaan nadi distal
c. Depornitas extremitas alus
d. Gerakan extremitas secara aktif dan pasif
e. Gerakan extremitas yang tak wajar adanya krapitasi
f. Derajat nyeri bagian yang cidera
g. Edema tidak ada, jari- jari lengkap dan utuh
h. Reflek patella
d. Pemeriksaan pelvis/ genetalia
1) Kebersihan, pertumbuhan rambut.
2) Kebersihan pertumbuhan rambut pubis, terpasang kateter,
terdapat lesi atau tidak.
6) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilian klinis tentang respon manusia
terhadap gangguan kesehatan/proses kehidupan yang aktual atau potensial
(Nanda Internasional, 2013)
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman
atau responindividu, keluarga atau komunitas pada masalah kesehatan,
pada resiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan. Diagnosa
keperawatan merupakan bagian vital dalam menentukan asuhan
keperawatan yang sesuai untuk membantu pasien mencapai kesehatan
yang optimal (PPNI, 2016).

FIKes UIA 2022


30

Jenis- jenis diagnosa keperawatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut


(Carpenito, 2013; Potter & Perry, 2013)
a. Diagnosa keperawatan aktual
Diagnosa ini menggambarkan respons pasien terhadap kondisi kesehatan
atau proses kehidupannya yang menyebabkan pasien mengalami masalah
kesehatan. Tanda/ gejala mayor dan minor dapat ditemukan dan divalidasi
pada pasien.
b. Diagnosa keperawatan risiko
Diagnosa ini menggambarkan respons pasien terhadap kondisi kesehatan
atau proses kehidupannya yang dapat menyebabkan pasien berisiko
mengalami masalah kesehatan. Tidak ditemukan tanda/ gejala mayor dan
minor pada pasien, namun pasien memiliki faktor risiko mengalami
masalah kesehatan.
c. Diagnosa promosi kesehatan
Diagnosa ini menggambarkan adanya keinginan dan motivasi pasien untuk
meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat yang lebih baik atau
optimal.
Diagnosa keperawatan secara teori menurut Elizabeth Ari (2010), Nurarif
(2013), Norbaiti Iskandar (2006), diagnosa keperawatan pada pasien
dengan karsinoma nasofaring ada 7 yaitu :
a. Nyeri akut (D.0077)
b. Resiko infeksi (D.0142)
c. Kerusakan integritas jaringan (D.0129)
d. Resiko gangguan harga diri (D.0101)
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (D.0019)
f. Ansietas (D.0080)
g. Kurang pengetahuan (D.0111)
7) Intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah perumusan
tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada
pasien/pasien berdasarkan analisa pengkajian agar masalah kesehatan dan
keperawatan pasien dapat diatasi (Nurarif & Kusuma, 2016)

FIKes UIA 2022


31

Tabel 2.1 intervensi keperawatan KNF

NO DIAGNOSIS TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


HASIL

FIKes UIA 2022


32

1.
Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I. 08238)
fisik (mis. Prosedur keperawatan selama...x... Observasi
operasi) (D. 0077) diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi,
menurun dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil (L.08066) frekuensi, kualitas,
 Kemampuan pasien intensitas nyeri
untuk menuntaskan 2. Identifikasi skala nyeri
aktivitas menurun 3. Identifikasi respons nyeri
 Keluhan nyeri menurun non verbal
 Pasien tampak meringis 4. Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan
 Frekuensi nadi memperingan nyeri
membaik Terapeutik
 Pola nafas membaik 5. Berikan teknik
 Tekanan darah nonfarmakologis untuk
membaik mengurangi rasa nyeri
 Fungsi berkemih (mis. kompres hangat/
membaik dingin)
Edukasi
 Perilaku membaik
6. Jelaskan penyebab,
 Pola tidur membaik
periode, dan pemicu nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik secara tepat

Risiko infeksi
berhubungan dengan efek Pencegahan infeksi (I. 14539)
prosedur invasif Setelah dilakukan tindakan Observasi
(D. 0142) keperawatan selama ...x...  Monitor tanda dan gejala infeksi
diharapkan tingkat infeksi lokal dan sistemik
menurun dengan kriteria hasil Terapeutik
(L. 14137)
 Batasi jumlah pengunjung
 Kebersihan tangan
 Berikan perawatan kulit pada area
2. meningkat
edema
 Kadar sel darah putih
 Cuci tangan sebelum dan sesudah
membaik
kontak dengan pasien dan
 Kemerahan menurun lingkungan pasien
 Kebersihan badan  Pertahankan teknik aseptik pada
meningkat pasien berisiko tinggi
 Demam menurun Edukasi
 Nyeri menurun  Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Bengkak menurun  Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar

Setelah dilakukan tindakan Perawatan Luka (I.14546)


3 Kerusakan integritas keperawatan selama ...X.. Observasi
jaringan berhubungan diharapkan kerusakan  Monitor karakteristik luka
dengan faktor mekanis integritas kulit dan jaringan (mis:drainase,warna,ukuran,
(mis.penekanan pada menurun dengan kriteria bau)
tonjolan tulang) (D.0129)

FIKes UIA 2022


33

hasil (L.14125)  Monitor tanda –tanda infeksi


 Kerusakan jaringan Terapeutik
menurun  Pasang balutan sesuai jenis
 Kerusakan lapisan luka
kulit menurun  Jadwalkan perubahan posisi
 Nyeri menurun setiap dua jam atau sesuai
 Perdarahan kondisi pasien
menurun Edukasi
 Kemerahan  Jelaskan tanda dan gejala
menurun infeksi
 Anjurkan mengonsumsi
makanan tinggi kalium dan
protein
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
antibiotik,  jika perlu

Manajemen perilaku (I.12463)


Observasi
Setelah dilakukan tindakan  Identifikasi harapan untuk
keperawatan selama . . . x . . mengendalikan perilaku
Risiko gangguan harga diharapkan harga diri Terapeutik
4. diri berhubungan dengan meningkat dengan kriteria  Jadwalkan kegiatan
hasil terstruktur
ketidakefektifan koping  Penilaian diri  Tingkatkan aktivitas fisik
terhadap kehilangan positif meningkat sesuai kemampuan
 Penerimaan  Batasi jumlah pengunjung
(D.0101)
penilaian positif  Bicara dengan nada rendah
terhadap diri dan tenang
sendiri meningkat  Cegah perilaku pasif dan
 Perasaan malu agresif
menurun  Hindari bersikap
 Perasaan bersalah menyudutkan dan
menurun menghentikan pembicaraan
 Hindari berdebat atau
menawar batas perilaku yang
telah ditetapkan
Edukasi
Informasikan keluarga bahwa keluarga
sebagai dasar pembentukan kognitif.

Edukasi kesehatan (I.12383)


Observasi
 Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
Setelah dilakukan tindakan  Identifikasi faktor-faktor yang
keperawatan selama ..x.. dapat meningkatkan dan
diharapkan tingkat menurunkan motivasi
pengetahuan meningkat perilaku hidup bersih dan
Defisit pengetahuan
dengan kriteria hasil sehat
berhubungan dengan
(L. 12111)

FIKes UIA 2022


34

5. kurang terpapar  Perilaku sesuai Terapeutik


informasi (D. 0111) anjuran meningkat  Sediakan materi dan media
 Kemampuan pendidikan kesehatan
menjelaskan  Jadwalkan pendidikan
 pengetahuan tentang kesehatan sesuai kesepakatan
suatu topik meningkat  Berikan kesempatan untuk
 Pertanyaan tentang bertanya
masalah yang dihadapi Edukasi
menurun  Jelaskan faktor resiko yang
 Pertanyaan tentang dapat mempengaruhi
masalah yang dihadapi kesehatan
meningkat  Ajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat
 Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat

Reduksi ansietas (I. 09314)


Observasi
 Identifikasi saat tingkat
ansietas berubah (mis.
kondisi, waktu, stresor)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama . . . x . .  Identifikasi kemampuan
diharapkan tingkat ansietas mengambil keputusan
menurun dengan kriteria  Monitor tanda-tanda
hasil (L.09093) ansietas (verbal dan non
 Verbalisasai verbal)
kebingungan Terapeutik
Ansietas berhubungan  Ciptakan suasana
dengan krisis situasional menurun
 Verbalisasi terapeutik untuk
(D. 0080) menumbuhkan
6. khawatir akibat
kondisi yang kepercayaan
dihadapi menurun  Temani pasien untuk
 Prerilaku gelisah mengurangi kecemasan,
menurun jika memungkinkan
 Perilaku tegang  Motivasi mengidentifikasi
menurun situasi yang memicu
kecemasan
 Konsentrasi
Edukasi
membaik
 Anjurkan keluarga untuk
 Pola tidur membaik
tetap bersama pasien, jika
perlu
 Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
 Latih teknik relaksasi

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu

FIKes UIA 2022


35

Manajemen Nutrisi (I.03119)


Observasi
 Identifikasi status nutrisi
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan
Lab
Setelah dilakukan tindakan Terapeutik
keperawatan selama . . . x . .  Lakukan oral hygiene
diharapkan status nutrisi sebelum makan, jika perlu
membaik dengan kriteria  Berikan makanan tinggi
hasil kalori dan tinggi protein
 Porsi makan yang Edukasi
dihabiskan  Anjurkan posisi duduk, jika
meningkat mampu
 Kekuatan otot  Ajarkan diet yang
mengunyah diprogramkan
meningkat Kolaborasi
Ketidakseimbangan  Kekuatan otot  Kolaborasi pemberian
nutrisi kurang dari menelan meningkat
kebutuhan tubuh medikasi sebelum makan
 Perasaan cepet (mis. Pereda nyeri,
7. berhubungan dengan
kenyang menurun antiemetik), jika perlu
faktor psikologis
 Berat badan IMT
(keengganan untuk
membaik
makan) (D.0019)
 Frekuensi makan
membaik
 Nafsu makan
membaik

8) Implementasi

FIKes UIA 2022


36

Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan


yang telah ditetapkan, kegiatannya meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon pasien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan (Purnomo, 2016).
9) Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan (Purnomo, 2016).

FIKes UIA 2022


BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
1) Identitas
a) Identitas Pasien
Nama : Tn. H
Usia : 59 Tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Betawi
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak bekerja
Golongan Darah :B
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Diagnosa Medis : Karsinoma Nasofaring (KNF)
Nomor Register : 18.28.32.01
Tanggal Masuk RS : 06 Februari 2022
Tanggal Pengkajian : 08 Februari 2022
Alamat : Kp. 200
b) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. H
Umur : 31 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Agama : Islam
Suku Bangsa : Betawi
Hub Dengan Pasien : Anak pasien
Alamat : Kp.200

36 FIKes UIA 2022


37

2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 08 Februari
2022 pukul 10.00 WIB, pasien mengatakan nyeri dibagian
luka operasinya dengan skala nyeri 4 (nyeri sedang). Nyeri
dirasakan hilang timbul terasa ada nya nyeri pada hidung
dan pipi bagian kanan dirasakan saat pasien diam , dan
untuk mengurangi nyeri ia tidur. Pasien mengatakan tidak
nyaman dengan perban yang ada di hidungnya (pasca
operasi)
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan di bulan Januari pernah di rawat di
Chasbullah Abdul Majid Kota Bekasi karena adanya
benjolan pada leher sebelah kanan dan sudah dilakukan
operasi, pasien tidak mempunyai riwayat penyakit
hipertensi, jantung, DM, anemia, dan penyakit menular
lainnya seperti TBC, HIV, dan hepatitis.
c) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 06 februari 2021 pukul 15.00 WIB pasien
mengatakan sebelum dibawa ke UGD Rumah Sakit
merasakan sakit dibagian kepala dengan skala nyeri 5 (nyeri
sedang ), hidung sebelah kanan keluar darah (epistaxis)
pasien mengatakan sering mengalami epistaxis apabila
kelelahan dan saat berada dibawah terik matahari dengan
waktu yang lama,
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dari keluarganya dan istrinya tidak ada
yang pernah terkena kanker nasofaring. Pasien mengatakan
tidak ada yang menderita penyakit hipertensi, DM, jantung,
TBC dan penyakit menular yang lainnya.

FIKes UIA 2022


38

Bagan 3.2 Genogram

Keterangan:
: Laki – laki
: Perempuan
: Tinggal dalam satu rumah
: Pasien
: Meninggal

3) Riwayat Ginekologi
a) Riwayat Ginekologi
(1) Riwayat Perkawinan
Tn.H menikah pada usia 24th dengan istrinya memiliki
4 orang anak, 2 anak laki-laki dan 2 anak perempuan.
(1) Keadaan Umum
Pasien tampak berbaring ditempat tidur, pasien tampak
meringis kesakitan karena menahan rasa nyeri luka post
operasi. TD: 138/90 mmHg, Suhu: 36,20C, Nadi : 91
x/menit, RR: 18 x/menit, BB sebelum sakit 66kg, BB
saat sakit 63kg.
(2) Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata tidak edema,
pergerakan bola mata mengikuti arah gerak benda,
Kojungtiva anemis, sclera anikterik, pupil isokor, reaksi

FIKes UIA 2022


39

terhadap cahaya (+), fungsi penglihatan kurang baik,


pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
(3) Sistem Pendengaran
Daun telinga normal, tidak ada sakit saat digerakan,
telinga tampak bersih tidak cairan serumen, tidak ada
perasaan penuh ditelinga, fungsi pendengaran baik,
pasien tidak menggunakan alat bantu dengar.
(4) Sistem Wicara
Sistem wicara baik, tidak ada kesulitan dalam
berkomunikasi, pasien mengekpresikan dan
mengukapkan apa yang dirasakannya.
(5) Sistem pernafasan
Bentuk hidung tidak simetris, septum berada ditengah,
hidung bersih penciuman kurang baik, tidak ada sesak
nafas, tidak ada alat bantu (O2), tidak ada suara nafas
tambahan bunyi nafas vesikuler, tidak ada riwayat
kelainan paru-paru, terdapat nyeri pada daerah hidung
dan sekitarnya sampai ke pipi kanan karena post opp
pengangkatan tumor nasofaring.Bentuk dada simetris,
pergerakan dinding dada kanan dan kiri simetris,
frekuensi nafas 18 x/menit, irama nafas teratur dan
suara nafas vesikuler tidak terjadi sesak nafas.
(6) Sistem kardiovaskuler
Nadi 91 x/menit, irama teratur, isi penuh dan denyut
kuat, TD:138/90 mmHg, tidak ada distensi vena
jugularis, irama jantung teratur, pasien mengatakan
tidak ada nyeri dada.
(7) Sistem saraf pusat
Kesadaran composmentis, nilai GCS: 15, tidak ada
peningkatan TIK. tidak ada kejang (-), sakit kepala (-)
dan tidak ada kelumpuhan ekstremitas.
(8) Sistem pencernaan

FIKes UIA 2022


40

Mulut bersih, gigi tidak ada karies, lidah bersih tidak


ada stomatitis, pasien sudah tidak puasa lagi, bising
usus 8x/ menit, tidak ada nyeri epigastrium, pasien
belum BAB.
(9) Sistem endokrin
Nafas tidak berbau keton, tidak ada pembesaran
kelenjar thyroid, dan kelenjar limfe.
(10) Sistem Urogenital
Pasien terpasang cateter, urin mengalir lancar, warna
kuning kecoklatan, BAK pola rutin 3-4 kali/hari, tidak
ada distensi pada kandung kemih, tidak ada sakit
pinggang dan tidak ada pembesaran kelenjar postat.
(11) Sistem integument
Warna rambut hitam dan sebagian putih, rambut tidak
rontok, dan tidak berketombe, kulit teraba kering,
turgor kulit tidak elasitis.
(12) Sistem musculoskeletal
Pasien tampak berbaring, kesulitan dalam bergerak
karna luka post opp tumor , sendi terasa sakit dan tidak
ada fraktur.
(13) Sistem kekebalan tubuh
Suhu: 36,20C, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, leukosit: 10,4 ribu/ul.
(14) Sistem Reproduksi
Tidak ada gangguan pada reproduksi, tidak ada
pembesaran prostat, tidak ada nyeri pada daerah
reproduksi, dan terpasang kateter.

FIKes UIA 2022


41

4) Pola Aktivitas Sehari-hari


Tabel 3. 2 Pola Aktivitas Sehari - hari
Aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit
Pola nutrisi Makan : Makan :
Frekuensi makan Frekuensi 3x/hari
3x/hari Jenis : bubur
Jenis : nasi, lauk, Nafsu makan baik, tidak ada
sayur alergi makanan.
Minum : Minum :
Frekuensi 6-7 Frekuensi : 2-4 botol/hari
gelas/hari Jenis : air putih
Jenis : air putih , teh
manis
Pola eleminasi BAB : BAB : belum BAB
Frekuensi : 1-2x/hari Frekuensi -
Warna : kuning Warna : -
Konsistensi : setengah Konsistensi : -
padat BAK :
Tidak ada keluhan Terpasang kateter dengan
saat BAB jumlah urine per 24 jam
BAK : 900cc
Frekuensi 5x/hari Bau : khas
Bau : khas Warna : kuning kecoklatan
Warna : kuning jernih
Tidak ada keluhan
saat BAK
Pola tidur Waktu : ± 9 jam Waktu : ± 7 jam
Tidak ada gangguan Biasa nya sering terbangun
saat tidur setiap malam saat waktu
Kebiasaan sebelum tidur .
tidur tidak ada
Pola aktivitas Melakukan aktivitas Aktivitas dibantu oleh
secara mandiri, pasien saudara dan perawat
tidak bekerja, waktu
luang di isi dengan
meninton tv dan
bermain bersama cucu
nya

Kebersihan diri Mandi 2x/hari Dilap dengan air hangat


Keramas : 2 hari menggunakan waslap oleh
sekali saudara/perawat
Gosok gigi : 2x/hari
Vulva hygiene saat
mandi, BAK,BAB
Potong kuku bila
sudah panjang

5) Aspek Psikologi Dan Spiritual


a) Pola Pikir
Pasien ingin cepat sembuh agar bisa pulang dan beraktivitas
kembali

FIKes UIA 2022


42

b) Persepsi Diri
Pasien mengatakan ingin cepat sehat dan pulang
c) Konsep Diri
(15) Gambaran Diri
Pasien mengatakan biasa saja dengan tubuhnya saat
sebelum operasi dan setelah operasi, pasien suka semua
bagian tubuhnya.
(16) Peran
Pasien sebagai seorang ayah, suami.
(17) Ideal Diri
Pasien mengatakan ingin menjadi seorang suami
sekaligus ayah yang baik untuk keluarganya.
(18) Identitas Diri
Pasien mengatakan bahwa pasien seorang ayah yang
memiliki seorang istri dan 4 anak.
(19) Hubungan dan Komunikasi
Pasien berbicara dengan jelas, relevan serta dapat
mengungkapkan dan mengekspresikan perasaannya,
bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia.
Hubungan pasien dengan keluarga baik, serta dukungan
dan motivasi dari istri dan keluarga untuk pasien sangat
tinggi.
(20) Nilai dan Kepercayaan
Pasien beragama islam, pasien tidak rutin menunaikan
shalat 5 waktu, pasien mengatakan sesuatu yang terjadi
dan akan terjadi merupakan kehendak Tuhan.

6) Therapy Obat
Obat injeksi : - Ceftriaxone 1x2 gr
- Asam Tranexamat 1x2 amp
- Keterolac 1x2 amp
Cairan infus RL 20 tetes/ menit

FIKes UIA 2022


43

7) Data Penunjang
a) Hasil Laboratorium

Tabel 3.3 Hasil Laboratorium


Jenis Pemeriksaan Hasil/ Tanggal Nilai Rujukan

6/2/2022 8/2/2022
Hematologi
Darah rutin
Lekosit
10.4 13.4 5-10 ribu/ul
Eritrosit
4.50 4-6 juta/ul
Hemoglobin
16.0 15.3 13-17,5 g/dl
Hematokrit
44.9 42.6 40-54 ⁒
Index eritrosit
MCV
99.6 82-92 fL
MCH
35.5 27-32 pg
MCHC
35.6 32-37 g/dl
Trombosit
372 150-400 ribu/ul
IMUNOSEROLOGI
463
HbsAg
Non Non reaktif
reaktif
KIMIA KLINIK
AST (SGOT)
ALT (SGPT) ≤37 U/L
Glukosa darah sewaktu 30 ≤41
51 60-110 mg/dL
89

FIKes UIA 2022


44

3.4 Gambar hasil PA

2. Analisa Data
Nama / umur : Tn. H/ 59 th
Ruang/kamar : R. Bougenville/406
No. Medrek : 18.28.32.01

FIKes UIA 2022


45

Tabel 3. 4 Analisa Data


Data Etiologi Problem
DS :
 Pasien mengatakan nyeri pada luka
post operasinya
 Pasien mengatakan nyeri timbul saat
bergerak
 Pasien mengatakan untuk Gejala tumor lain
mengurangi nyeri ia tidur telentang Nyeri akut
dan tidak banyak bergerak
 Pasien mengatakan skala nyeri yang Secara limfogen
dirasakan adalah 4
DO :
 Pasien tampak meringis kesakitan Pembesaran
 Pasien tampak menahan nyeri kelenjar limfa
 Terdapat luka post opp pada hidung
bagian dextra
 Kaji PQRST
Penekanan jaringan
P : post opp karsinoma nasofaring
saraf oleh sel sel
(KNF)
kanker
Q : Nyeri hilang timbul
R : Hidung bagian dextra
S : skala nyeri 4
T : nyeri hilang saat pasie tidur dan Nyeri akut
merasakan nyeri kembali saat terbangun
dan bergerak
TTV
TD : 138/90mmHg
N : 91 x/menit
S : 36,20C
RR : 18 x/menit

DS : - Pasca bedah
DO :
 Pasca bedah Risiko
 Trombosit 463 Ribu/ul Luka post operasi perdarahan
 Leukosit 13,4 Ribu/ul

Jaringan terputus

Terbukanya
pembuluh darah

Risiko perdarahan

DS : Merusak sel sel


 Pasien mengatakan di hidungnya epitel kulit
terdapat luka bekas operasi

FIKes UIA 2022


46

Data Etiologi Problem


DO :
 Terapat luka pada bagian hidung Resiko infeksi
sebelah kanan Kulit rusak
 Luka ditutup dengan perban
 Leukosit 13,4 Ribu/ul
Resiko infeksi

1. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur
operasi) ditandai dengan adanya nyeri dengan skala 4 (D.0077)
b. Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
ditandai dengan terpasangnya tampon (D.0012)
c. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invvasif ditandai
dengan leukosit yang meningkat (D.0142)

FIKes UIA 2022


47

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama Pasien : Tn. H No. Register : 18.28.32.01
Dx. Medis : Karsinoma nasofaring (KNF) Ruang : Bougenville
Tabel 3. 5 Rencana Asuhan Keperawatan

N
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL
O
1 Nyeri akut berhubungan dengan Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238) Observasi
Agen pencedera fisik (D.0077) Setelah dilakukan tindakan Observasi  Untuk mengidentifikasi
Ds : keperawatan 3x24 jam, maka  Identifikasi lokasi, lokasi, karakteristik,
 Pasien mengatakan nyeri pada tingkat nyeri menurun. Dengan karakteristik, durasi, durasi, frekuensi,
luka post operasinya kriteria hasil: frekuensi, kualitas, kualitas, intensitas nyeri
 Pasien mengatakan nyeri timbul  Kemampuan pasien untuk intensitas nyeri  Untuk mengidentifikasi
saat bagian kepala bergerak menuntaskan aktivitas  Identifikasi skala nyeri skala nyeri
 Pasien mengatakan untuk menurun  Identifikasi respons nyeri  Untuk mengidentifikasi
mengurangi nyeri ia tidur  Keluhan nyeri menurun non verbal respons nyeri non verbal
telentang dan tidak banyak  Pasien tampak meringis  Identifikasi faktor yang  Untuk mengidentifikasi
bergerak menurun memperberat dan faktor yang memperberat
 Pasien mengatakan skala nyeri  Frekuensi nadi membaik memperingan nyeri dan memperingan nyeri
yang dirasakan adalah 4  Pola nafas membaik
 Tekanan darah membaik Terapeutik Terapeutik
Do :  Fungsi berkemih membaik
 Berikan teknik non  Untuk mengurangi nyeri
 Perilaku membaik
Monitor TTV farmakologis untuk yang dirasakan pasien
 Pola tidur membaik
TD : 138/90mmHg, N : 91 x/menit mengurangi rasa nyeri dengan tekhnik non
S : 36,20C, RR : 18 x/menit (kompres hangat/ dingin) farmakologis

 Pasien tampak meringis kesakitan Edukasi Edukasi


 Pasien tampak menahan nyeri
 Jelaskan penyebab,  Untuk menjelaskan

FIKes UIA 2022


48

N
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL
O
 Terdapat luka post opp periode, dan pemicu penyebab, periode, dan
nyeri pemicu nyeri
Kaji PQRST
P : post opp Karsinoma nasofaring Kolaborasi Kolaborasi
Q : Nyeri hilang timbul
R : Hidung bagian dextra  Kolaborasi pemberian  Untuk mengurangi nyeri
S : skala nyeri 4 analgetik secara tepat dengan obat- obatan
T : nyeri hilang saat pasien tidur dan
merasakan nyeri kembali saat
terbangun dan menggerakan bagian
kepala
2 Resiko perdarahan berhubungan Tingkat perdarahan (L.02017) Pencegahan perdarahan(I. 02067) Observasi
dengan tindakan pembedahan setelah dilakukan tindakan Observasi  Untuk mengetahui adanya tanda
(D.0012) keperawatan 3x24 jam, terjadnya  Monitor tanda dan gejala dan gejala perdarahan yang akan
DS : - resiko perdarahan menurun. perdarahan terjadi
DO : Dengan kriteria hasil:  Monitor nilai hematokrit/  Untuk mengetahui indikator
 Pasca bedah  Kelembapan membran mukosa hemoglobin sebelum dan setelah terjadinya kekurangan
 Trombosit 463 Ribu/ul meningkat kehilangan darah hematokrit/ hemoglobin sebelum
 Leukosit 13,4 Ribu/ul  Kelembapan kulit meningkat  Monitor Tanda-Tanda Vital dan setelah kehilangan darah
 Perdarahan pasca operasi ortostatik  Merupakan indikator dari tanda
menurun tanda perdarahan
 Hemoglobin membaik Terapeutik
 Hematokrit membaik Terapeutik
 Tekanan darah membaik  Pertahankan bed rest selama
perdarahan  Untuk mengurangi dari
 Denyut nadi apikal membaik
Edukasi aktivitas yang
 Suhu tubuh membaik
memungkinkan terjadinya
 Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
perdarahan
 Anjurkan meningkatkan asupan Edukasi
cairan untuk menghindari
konstipasi  Agar mengetahui tanda dan

FIKes UIA 2022


49

N
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL
O
Kolaborasi gejala perdarahan

 Kolaborasi pemberian produk Kolaborasi


darah, jika perlu
 Untuk mengurangi risiko
perdarahan dengan pemberian
obat- obatan

3 Resiko infeksi berhubungan dengan Tingkat infeksi (L.14137) Pencegahan infeksi (I. 14539) Observasi
tindakan pembedahan (D.0142) Setelah dilakukan tindakan Observasi  Untuk menghindari
DS : keperawatan 3x24 jam, terjadinya  Monitor tanda dan gejala infeksi terjadinya infeksi
 Pasien mengatakan di hidungnya resiko infeksi menurun. Dengan lokal dan sistemik nosokomial yang mungkin
terdapat luka bekas operasi kriteria hasil: saja terjadi
DO :  Kebersihan tangan meningkat Terapeutik
 Terapat luka pada bagian hidung  Kadar sel darah putih membaik Terapeutik
sebelah kanan  Kemerahan menurun  Batasi jumlah pengunjung
 Luka ditutup dengan perban  Kebersihan badan meningkat  Berikan perawatan kulit pada  Untuk mencegah terjadinya
 Leukosit 13,4 Ribu/ul area edema penyebaran infeksi
 Demam menurun
 Cuci tangan sebelum dan  Untuk mencegah perluasan luka
 Nyeri menurun
sesudah kontak dengan pasien akibat infeksi
 Bengkak menurun
dan lingkungan pasien  Untuk mencegah timbulnya
 Pertahankan teknik aseptik pada infeksi silang (infeksi
pasien berisiko tinggi nosokomial)
 Untuk mencegah penyebaran
Edukasi infeksi dari pasien ke tenaga
kesehatan ataupun sebaliknya
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan Edukasi
dengan benar
 Untuk mengetahui tanda dan
gejala infeksi
 Agar pasien mengetahui cara

FIKes UIA 2022


50

N
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL
O
mencuci tangan dengan benar

FIKes UIA 2022


50

CATATAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. H No. Register : 18.28.32.01


Dx. Medis : Karsinoma nasofaring (KNF) Ruang : Bougenville

Tabel 3. 6 Catatan Keperawatan


No.
Tgl/Jam Implementasi Evaluasi Proses Paraf
Dx
Hasil: Anna
S : pasien mengatakan nyeri pada
8/02/2022 1. Identifikasi lokasi,
luka operasi
karakteristik, durasi,
I O :Kaji PQRST
08.00 frekuensi, kualitas,
P : post opp karsinoma
intensitas nyeri
nasofaring (KNF)
Q : Nyeri hilang timbul
R : Hidung bagian dextra
S : skala nyeri 4
T : nyeri hilang saat pasien tidur
dan merasakan nyeri kembali
saat terbangun dan bergerak

Hasil:
08:30 2. Identifikasi skala nyeri
S: Pasien mengatakan nyeri
O: skala nyeri 4

Hasil:
3. Identifikasi respons
S: -
08:40 nyeri non verbal
O: Pasien terlihat meringis
kesakitan

Hasil :
08:50 4. Identifikasi faktor
S: Pasien mengatakan saat
yang memperberat
menggerakan kepala dan saat
dan memperingan
miring ke kanan akan terasa sakit
nyeri
seperti tertekan
O: pasien terlihat meringis
kesakitan dan tidur dengan posisi
telentang

5. Berikan teknik Hasil:


09:00
nonfarmakologis untuk S :-
mengurangi rasa nyeri
O : Edukasi relaksasi nafas
dalam telah diberikan

Hasil:
09:30 6. Jelaskan penyebab,
S: pasien mengatakan nyeri luka
periode, dan pemicu
post op
nyeri
O: pasien tampak meringis
51

No.
Tgl/Jam Implementasi Evaluasi Proses Paraf
Dx

Hasil:
10:00 7. Kolaborasi pemberian S:-
analgetik (keterolac O: Analgetic sudah diberikan
1x2 amp) ( keterolac 1 amp via drip)

Hasil:
II 10:30 S: - Anna
1. Monitor tanda dan
O: Terlihat tidak ada tanda tanda
gejala perdarahan
perdarahan pada luka

Hasil:
10:50 S: -
2. Monitor nilai
O:
hematokrit/hemoglobi
- Hemoglobin16.0 g/dl
n sebelum dan setelah
- Hematokrit 44. 9 ⁒
kehilangan darah

Hasil:
11:00 S: -
3. Monitor Tanda-Tanda
O: Tanda Tanda Vital (TTV)
Vital
TD : 138/90mmHg
N : 91 x/menit
S : 36,20C
RR : 18 x/menit

Hasil :
11:15 S: pasien mengatakan keluarga
4. Pertahankan bed rest
membantu aktivitas pasien
selama perdarahan
O: pasien tampak berbaring

Hasil:
S: pasien mengatakan minum
5. Anjurkan
11:20 nya sudah banyak
meningkatkan asupan
O: Pasien terlihat sudah
cairan untuk
menghabiskan 2 botol air mineral
menghindari konstipasi
(500 ml)

Hasil:
11:30 S :-
6. Kolaborasi pemberian
O: pemberian obat pengontrol
obat dan mengontrol
darah sudah diberikan
perdarhan, jika perlu
(Tranexamic acid 1 amp IV)

III
Hasil:
11:40
1. Monitor tanda dan S:- Anna
gejala infeksi lokal dan O:Ada tanda-tanda infeksi
sistemik ditandai dengan leukosit yang
tinggi (Leukosit 13,4 Ribu/ul)

FIKes UIA 2022


52

No.
Tgl/Jam Implementasi Evaluasi Proses Paraf
Dx

11.45 Hasil:
S: -
2. Batasi jumlah O: pasien terlihat hanya di
pengunjung tunggu dan dijaga oleh anak
perempuan nya saja

11:50 Hasil:
S: -
3. Berikan perawatan O: pasien masih terpasang
kulit pada area edema tampon

12:00 Hasil:
S: pasien mengatakan belum
4. Ajarkan cara mencuci mengetahui tentang cara mencuci
tangan dengan benar tangan dengan benar
O: pasien terlihat memperhatikan
dan koperatif saat perawat
sedang mempraktikan cara
mencuci tangan dengan benar

I 9/02/2022 Hasil: Anna


08.00 1. Identifikasi lokasi, S : pasien mengatakan nyeri pada
karakteristik, durasi, luka operasi sudah mulai
frekuensi, kualitas, berkurang
intensitas nyeri O :Kaji PQRST
P : post opp karsinoma
nasofaring (KNF)
Q : Nyeri hilang timbul
R : Hidung bagian dextra
S : skala nyeri 3
T : nyeri saat bergerak

Hasil:
08:30 2. Identifikasi skala nyeri S: pasien mengatakan nyeri
O: skala nyeri 3

Hasil:
3. Identifikasi respons S: -
09:00 nyeri non verbal O:Pasien terlihat terkadang
seperti menahan nyeri

Hasil:
09:15 4. Identifikasi faktor S: pasien mengatakan masih
yang memperberat merasa sakit setiap miring

FIKes UIA 2022


53

No.
Tgl/Jam Implementasi Evaluasi Proses Paraf
Dx
dan memperingan kekanan atau kekirri
nyeri O: pasien terlihat tidur dengan
posisi telentang

Hasil:
09:30 5. Berikan teknik S : pasien mengatakan sudah bisa
nonfarmakologis untuk tekhnik relaksasi nafas dalam
mengurangi rasa nyeri
O : terlihat dapat mempraktikan
tekhnik relaksasi nafas dalam

11:20 6. Kolaborasi pemberian Hasil:


analgetik (keterolac S:-
1x2 amp) O: Analgetic sudah diberikan
( keterolac 1 amp drip)

Hasil:
10:00 7. Jelaskan penyebab, S: pasien mengatakan nyeri luka
periode, dan pemicu post op masih terasa tapi
nyeri berkurang dari sebelumnya
O: pasien masih tampak meringis

FIKes UIA 2022


54

No.
Tgl/Jam Implementasi Evaluasi Proses Paraf
Dx
II 1. . Monitor tanda dan Hasil: Anna
gejala perdarahan S: -
10:30
O: Terlihat tidak ada tanda tanda
perdarahan dalam maupun luar
(lemas, tekanan darah menurun,
nadi cepat, sesak nafas, edema,
dll)

10:40 2. Monitor Tanda-Tanda Hasil:


Vital S: -
O: Tanda Tanda Vital (TTV)
TD : 140/90mmHg
N : 82 x/menit
S : 36,00C
RR : 20 x/menit

Hasil :
11:00 3. Pertahankan bed rest S: pasien mengatakan keluarga
selama perdarahan membantu aktivitas pasien
O: pasien tampak berbaring

Hasil:
4. Anjurkan S: pasien mengatakan minum
11:10 meningkatkan asupan nya habis banyak
cairan untuk O: Pasien terlihat sudah
menghindari konstipasi menghabiskan 1 botol air mineral
(500 ml) yang habis dalam waktu
4 jam

11:20 5. Kolaborasi pemberian Hasil:


obat dan mengontrol S :-
perdarhan, jika perlu O: pemberian obat pengontrol
darah sudah diberikan
(Tranexamic acid 1 amp IV)

III 11:30 1. memonitor tanda-tanda Hasil: Anna


infeksi S:pasien mengatakan post opp
karsinoma nasofaring
O: - tidak ada tanda tanda
infeksi
- tampon terlihat bersih

2. menganjurkan mengonsumsi Hasil:


11:40 makanan tinggi kalori dan S: pasien mengatakan makanan
protein nya dihabiskan
O: pasien tampak kooperatif

FIKes UIA 2022


55

No.
Tgl/Jam Implementasi Evaluasi Proses Paraf
Dx
terlihat menghabiskan makanan
nya 1 porsi

Hasil:
12:00 3. Memonitor kebersihan tubuh S: Pasien mengatakan sudah di
(mis, rambut, mulut, kulit, seka dengan keluarga pasien
kuku) O: Pasien sudah ganti baju dan
tampak bersih

I 10/02/2022 1. Mengkaji nyeri dengan Hasil: Anna


08:00 dengan tekhnik PQRST S : pasien mengatakan nyeri pada
luka operasi sudah sangat
berkurang
O :Kaji PQRST
P : post opp karsinoma
nasofaring (KNF)
Q : Nyeri hilang timbul tapi
jarang
R : Hidung bagian dextra
S : skala nyeri 2
T : nyeri kadang kadang

2. Memberikan teknik Hasil:


09:30 nonfarmakologis untuk S : pasien mengatakan sudah bisa
mengurangi rasa nyeri tekhnik relaksasi nafas dalam

O : terlihat dapat mempraktikan


tekhnik relaksasi nafas dalam
saat timbulnya nyeri

10:00 3. Mengkolaborasi pemberian Hasil:


analgetik, jika perlu S:-
O: Analgetic sudah diberikan (
keterolac 1 amp drip)
10:20 4. Mengidentifikasi adanya
nyeri atau keluhan fisik lainnya Hasil:
S: pasien mengatakan nyeri luka
post op sudah tidak terlalu terasa
O: pasien sudah terlihat tidak
merasakan nyeri yang berlebihan

II 10:30 1 Memonitor Tanda Hasil: Anna

FIKes UIA 2022


56

No.
Tgl/Jam Implementasi Evaluasi Proses Paraf
Dx
Tanda Vital (TTV) S: -
O: Tanda Tanda Vital (TTV)
TD : 130/90mmHg
N : 80 x/menit
S : 37,00C
RR : 19 x/menit

11:00 Hasil:
2 Monitor nilai - Hemoglobin: 15.3 g/dl
hematokrit/hemoglobi - Hematokrit: 42.6 ⁒
n sebelum dan setelah
kehilangan darah

3 Mengkolaborasi Hasil:
11:20 pemberian obat S :-
pengontrol darah, jika O: pemberian obat pengontrol
perlu darah sudah diberikan
(Tranexamic acid 1 amp IV)

4 Menganjurkan Hasil:
melakukan mobilisasi S: pasien mengatakan sudah bisa
dini beraktivitas sendiri
O: pasien tampak mulai
beraktivitas sederhana sendiri (ke
kamar mandi , duduk dll)

III 11:30 1. memonitor tanda-tanda Hasil: Anna


infeksi
S:pasien mengatakan post opp
karsinoma nasofaring , pasien
mengatakan tidak ada darah yang
keluar dari hidung
O:
- tidak ada tanda tanda infeksi
seperti demam, kemerahan dll
- tampon terlihat bersih

FIKes UIA 2022


57

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Tn. H No. Register : 18.28.32.01


Dx. Medis : Karsinoma nasofaring (KNF) Ruang : Bougenville
Tabel 3. 7 Catatan Perkembangan

Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi Hasil Paraf

10/02/2022 Dx I: Hasil: Anna


Nyeri Akut berhubungan dengan S : Pasien mengatakan nyeri
Agen Pencedera Fisik (D.0077) pada luka operasi ,nyeri yang
dirasakan sudah sangat
berkurang, nyeri hilang timbul
tapi jarang, nyeri kadang kadang

O : Luka nyeri post opp KNF,


skala nyeri 2, pasien tidak
terlihat meringis, diberikan
Analgetic ( keterolac 1 amp via
drip), pasien sudah bisa
melakukan tekhnik relaksasi
nafas dalam sendiri

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dipertahankan

10/02/2022 Dx II: Hasil: Anna


Resiko perdarahan berhubungan S : pasien mengatakan sudah
dengan tindakan pembedahan bisa beraktivitas sendiri
(D.0012) O : Tanda Tanda Vital (TTV)
TD : 130/90mmHg
N : 80 x/menit
S : 37,00C
RR : 19 x/menit
Pasien tampak sedang duduk,
pasien tampak mulai
beraktivitas sederhana sendiri
(ke kamar mandi , duduk
dll),pemberian obat pengontrol
darah sudah diberikan
(Tranexamic acid 1 amp IV)

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan
pemberian obat pengontrol
darah

09/02/2022 Dx III: Hasil: Anna


Resiko infeksi berhubungan dengan S : Pasien mengatakan post opp
tindakan pembedahan (D.0142) karsinoma nasofaring, pasien
mengatakan makanan yang
58

Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi Hasil Paraf

diberikan RS sudah dihabiskan,


Pasien mengatakan sudah di
seka dengan keluarga pasien

O : Ttidak ada tanda tanda


infeksi, tampon terlihat bersih,
pasien tampak kooperatif
terlihat menghabiskan makanan
nya 1 porsi, Pasien sudah ganti
baju dan tampak bersih

A : Maslah teratasi sebagian

P :Intervensi dilanjutkan dengan


pelepasan tampon pasien

FIKes UIA 2022


59

B. Pembahasan
Pada tahap ini penulis akan memguraikan kesenjangan antara
teori dan kasus dilapangan serta membahas kemungkinan
kesenjangan antara teori dan praktek pada Tn.H dengan gangguan
sistem pernafasan post operasi KNF di Ruang Bougenville RSUD
Dr. Chasbullah Abdulmadjid Bekasi. Asuhan keperawatan ini
penulis lakukan pada tanggal 8 - 10 Februari 2022. Pembahasan ini
memfokuskan terhadap konsep keperawatan dimulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

a) Secara teori diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien post


Opp KNF ada 7, yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
(prosedur operasi) (D.0077)
b. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invvasif
(D.0142)
c. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor
mekanis (penekanan pada tonjolan tulang akibat benjola di
nasofaring) (D.0129)
d. Resiko gangguan harga diri berhubungan dengan
ketidakefektifan koping terhadap kehilangan (D.0101)
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk
makan) (D.0019)
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
terpapar informasi (D.0111)
g. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (D.0080)

FIKes UIA 2022


60

b) Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus lapangan :


Post Opp KNF
a. Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan
pembedahan (D.0012)
b. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invvasif
(D.0142)
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
(prosedur operasi) (D.0077)

c) Diagnosa yang ada pada teori namun tidak ditegakan pada pasien
adalah :
a. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor
mekanis (penekanan pada tonjolan tulang akibat benjola di
nasofaring) (D.0129)
Pada saat dilakukan pengkajian pada pasien tidak terlihat
tanda- tanda kerusakan integritas jaringan karena pasien
terpasang tampon dan diperban disekitar area hidung sebelah
kanan nya.
b. Resiko gangguan harga diri berhubungan dengan
ketidakefektifan koping terhadap kehilangan (D.0101)
Pada saat dilakukan pengkajian pada pasien tidak terlihat
adanya gangguan harga diri karena pasien menerima
perubahan yang terjadi pada dirinya .
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor psikologis ( keengganan untuk
makan) (D.0019)
Pada saat dilakukan pengkajian pada pasien berat badan
pasien memang turun beberapa kilogram tetapi setelah
monitor asupan makanan pada pasien, nafsu makan sudah
membaik setelah operasi dibandingkan sebelum operasi.

FIKes UIA 2022


61

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya


terpapar informasi(D.0111)
Pada saat dilakukan pengkajian pasien dapat menjawab
pertanyaan- pertanyaan yang diberikan penulis.
e. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (D.0080)
Pada saat dilakukan pengkajian pasien tidak terlihat raut
wajah cemas karena sudah merasa tenang setelah dilakukan
operasi.

d) Diagnosa yang ditemukan pada pasien namun tidak ditemui


dalam teori adalah :
a. Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan
pembedahan (D.0012)
Diagnosa ini ditegakan oleh penulis karena pasien dengan
pengangkatan tumor pada daerah nasofaring akan
menyebabkan terbukanya pembuluh darah yang berada
disekitarnya, sehingga salah satu upaya yang dilakukan
adalah pemasangan tampon untuk untuk menghentikan
apabila terjadinya perdarahan dan diberikannya obat anti
perdarahan.

e) Berikut ini penulis akan menguraikan satu persatu dari 3


diagnosa yang ditemukan pada Tn. H untuk melihat kesenjangan
antara kasus dan teori yaitu : Post Opp KNF
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
prosedur operasi dibuktikan dengan pasien mengatakan
mengeluh nyeri setelah operasi kanker nasofaring (D.0077)
1) Pengkajian
Pada saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh nyeri
skala 4, dan pasien tampak meringis saat menggerakan
bagian kepala. Berdasarkan dengan pengkajian diatas

FIKes UIA 2022


62

penulis tidak menemukan kesenjangan antara data yang


terdapat dalam kasus dan teori .
2) Diagnosa
Penegakan diagnosa Nyeri akut berhubungan dengan
agen pencedera fisik prosedur operasi penulis
rumuskan berdasarkan, identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri, skala nyeri data-data yang didapat mendukung
sehingga penegakan diagnosa yang penulis rumuskan
sesuai dengan teori.
3) Intervensi
Pada diagnosa keperawatan nyeri akut , intervensi
keperawatan menurut teori ada 7 yaitu :
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi respons nyeri non verbal
d) Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
e) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (kompres hangat/dingin)
f) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
g) Kolaborasi pemberian analgetik secara tepat
4) Implementasi
Pada tahap implementasi penulis dapat melaksanakan
semua intervensi keperawatan yang telah direncanakan
yaitu : Mengobservasi nyeri pasien (PQRST),
Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri,
mengidentifikasi respons nyeri non verbal,
mengidentifikasi faktor yang memperberat dan

FIKes UIA 2022


63

memperingan nyeri, memberikan teknik nonfarmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri (kompres hangat/dingin),
menjelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeridan
berkolaborasi pemberian analgetik secara tepat.
5) Evaluasi
Semua intervensi yang telah dirumuskan oleh penulis,
dapat penulis implementasikan . Hal ini dikarenakan
hubungan kerjasama yang baik dengan perawat senior
dan teman yang bertugas selanjutnya, serta pasien yang
kooperatif saat dilakukan asuhan keperawatan. Masalah
teratasi sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan

b. Risiko perdarahan dibuktikan dengan tindakan pembedahan


(D.0012)
1) Pengkajian
Pada saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan telah
dilakukan operasi karsinoma nasofaring (KNF) , Penulis
tidak menemukan kesenjangan antara data yang terdapat
dalam kasus dan teori.
2) Diagnosa
Penegakan diagnosa Risiko perdarahan dibuktikan
dengan tindakan pembedahan, Proses pembedahan yang
terjadi menyebabkan terbukanya pembuluh darah
disekitar nasofaring, penulis melihat terpasang tampon
pada pasien di hidung sebelah kanan , data-data yang
didapat mendukung sehingga. Penulis tidak menemukan
kesenjangan antara data yang terdapat dalam kasus dan
teori.
3) Intervensi
Pada diagnosa keperawatan Risiko perdarahan, intervensi
keperawatan menurut teori ada 7 yaitu:

FIKes UIA 2022


64

a. Monitor tanda dan gejala perdarahan


b. Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan
setelah kehilangan darah
c. Monitor tanda-tanda vital ortostatik
d. Pertahankan bed rest selama perdarahan
e. Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
f. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
g. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
4) Implementasi
Pada tahap implementasi penulis hanya dapat
melaksanakan 6 intervensi dari 7 intervensi yang ada di
teori, beberapa intervensi keperawatan yang telah
direncanakan yaitu : Monitor tanda dan gejala
perdarahan, Monitor nilai hematokrit/hemoglobin
sebelum dan setelah kehilangan darah, Monitor tanda-
tanda vital ortostatik, Pertahankan bed rest selama
perdarahan, Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk
menghindari konstipasi, Kolaborasi pemberian produk
darah.
5) Evaluasi
Pada saat melakukan implementasi ada 1 intervensi yang
tidak bisa dilakukan oleh penulis, dikarenakan kurangnya
hubungan kerjasama yang baik dengan teman yang
bertugas selanjutnya dan pasien yang kurang kooperatif
saat dilakukan asuhan keperawatan.

FIKes UIA 2022


65

c. Risiko Infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif


(D.0142)
1) Pengkajian
Pada saat dilakukan pengkajian pada pasien Post Opp
karsinoma nasofaring (KNF), Hasil lab pada pasien
menunjukan angka nilai leukosit yang meningkat
sebelum operasi dan sesduah operasi. Penulis tidak
menemukan kesenjangan antara data yang terdapat
dalam kasus dan teori.
2) Diagnosa
Penegakan diagnosa Risiko infeksi dibuktikan dengan
efek prosedur invasive, dirumuskan berdasarkan tanda-
tanda adanya resiko infeksi , data-data yang didapat
mendukung sehingga penulis tidak menemukan
kesenjangan antara data yang terdapat dalam kasus dan
teori.
3) Intervensi
Pada diagnosa keperawatan Risiko infeksi , intervensi
keperawatan menurut teori ada 7 yaitu:
a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
b. Batasi jumlah pengunjung
c. Berikan perawatan kulit pada area edema
d. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
e. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko
tinggi
f. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
g. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
4) Implementasi
Penulis dapat melaksanakan beberapa intervensi
keperawatan yang telah direncanakan yaitu : mengukur

FIKes UIA 2022


66

suhu, memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan


sistemik, memberikan terapi antibiotik, melakukan
perawatan kateter, menjelaskan tanda dan gejala infeksi
pada pasien dan keluarga.
5) Evaluasi
Pada saat melakukan implementasi ada 3 intervensi
yang tidak bisa dilakukan oleh penulis, dikarenakan
kurangnya hubungan kerjasama yang baik dengan
perawat senior dan teman yang bertugas selanjutnya,
kurangnya waktu saat melakukan asuhana keperawatan
karena penulis harus berpindah ruangan bertugas, dan
pasien yang kurang kooperatif saat dilakukan asuhan
keperawatan.

FIKes UIA 2022


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan
pada Pasien Tn. H dengan gangguan sistem pernafasan : Post
Operasi Kanker Nasofaring (KNF) di ruang Bougenville RSUD dr
Chasbullah Abdulmadjid Bekasi. Peneliti dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Dapat dilakukan pengkajian secara komperhensif pada
Pasien Tn. H. Data yang didapatkan yaitu identitas pasien,
riwayat penyakit, data psikososial. Data tersebut berdasarkan
hasil wawancara dengan pasien dan keluarga, observasi,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
2. Diagnosa keperawatan
Dapat ditegakkannya diagnosa keperawatan pada pasien Tn.
H yaitu diagnosa keperawatan yang muncul dari data
pengkajian. Pasien Tn. H ditegakkan 3 diagnosa keperawatan
pada Post Operasi Kanker Nasofaring (KNF) Urutan diagnosa
keperawatan yaitu, nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik prosedur operasi, risiko perdarahan dibuktikan
dengan tindakan pembedahan, Risiko infeksi dibuktikan dengan
efek prosedur invasif.
3. Intervensi keperawatan
Intervensi yang diberikan pada pasien Tn. H dapat disusun
sesuai dengan diagnosa yang muncul, rencana yang telah
disusun disesuaikan dengan teori yang ada. Perencanaan dibuat
sesuai dengan masalah yang ditemukan berdasarkan hasil dari
pengkajian.
4. Implementasi keperawatan

67 FIKes UIA 2022


68

Implementasi keperawatan dapat dilaksanakan sesuai dengan


rencana tindakan yang telah peneliti susun. Implementasi
keperawatan yang dilakukan pada pasien Tn. H sesuai dengan
intervensi yang telah direncanakan berdasarkan teori yang ada
dan sesuai dengan kebutuhan pasien dengan Post Operasi KNF
5. Evaluasi keperawatan
Dapat melakukan evaluasi mengenai kondisi perkembangan
Pasien dari pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah
dilakukan. Hasil evaluasi keperawatan pada Post Operasi
Kanker Nasofaring (KNF). pada pasien Tn. H dari 3 diagnosa
yang muncul dapat teratasi yaitu nyeri akut, risiko perdarahan,
dan risiko infeksi.

B. SARAN
1. Bagi penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan, keterampilan dan pengalaman serta menambah
wawasan penulis sendiri dalam melakukan penulisan karya tulis
ilmiah khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan pada
pasien post operasi dengan Kanker Nasofaring (KNF). Dalam
upaya memberikan asuhan keperawatan yang diberikan dapat
tepat, penulis selanjutnya diharapkan harus benar-benar
menguasai konsep mengenai Kanker nasofaring itu sendiri,
selain itu penulis juga harus melakukan pengkajian dengan
tepat agar asuhan keperawatan dapat tercapai sesuai dengan
masalah yang di temukan pada Pasien. Salah satunya yaitu
dengan komunikasi yang efektif dalam melakukan pengkajian
pada pasien.
Selain itu penulis harus melakukan pengkajian secara
komprehensif agar asuhan keperawatan dapat tercapai sesuai
dengan masalah yang ditemukan pada pasien serta tidak ada

FIKes UIA 2022


69

masalah yang luput dalam memberikan asuhan keperawatan


pada pasien. Penulis juga harus teliti saat analisis data, dimana
data subjektif dan objektif yang digunakan untuk penegakan
diagnosa keperawatan harus berdasarkan data yang didapatkan
saat melakukan pengkajian awal.
Pada bagian penegakan diagnosa keperawatan, diharapkan
peneliti lebih teliti lagi dalam menganalisis data mayor maupun
data minor baik yang data subjektif dan data objektif agar
memenuhi validasi diagnosis yang terdapat dalam Standar
Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI).
Pada intervensi keperawatan, diharapkan penulis dapat
merumuskan kriteria hasil sesuai dengan buku panduan Standar
Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan membuat
perencanaan sesuai dengan buku panduan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI).
Pada bagian implementasi keperawatan, diharapkan penulis
melakukan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah
dirumuskan oleh penulis agar diagnosa keperawatan yang
muncul dapat teratasi. Pada bagian evaluasi keperawatan,
diaharapkan peneliti lebih memahami tentang konsep evaluasi.

FIKes UIA 2022


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Biodata Mahasiswa
Nama : Anna Rahmadani
NIM : 1720190044
Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 09 Desember 2000
Alamat : Jl. Patriot Gg. Omega Rt: 09 Rw: 002
no.42, Kel. Jakasampurna
Kec. Bekasi Barat

B. Riwayat Pendidikan Formal dan Non Formal


1. SDN Jakasampurna 1 : Lulus tahun 2013
2. SMPN 22 Bekasi : Lulus tahun 2017
3. SMK Kesehatan Patriot 3 Bekasi : Lulus tahun 2019
4. Universitas Islam As-Syafi’iyah Fakultas Ilmu Kesehatan Prodi
Diploma III, Jakarta : Lulus Tahun 2022

FIKes UIA 2022


71

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society (ACS). 2015. Nasopharyngeal Cancer. Available


at:http://www.cancer.org/cancer/nasopharyngealcancer/detailedguid
e/nasopha Available at: http://www.cancer.org/cancer/nasoph
aryngealcancer/detailedguide/nasopharyngeal-cancer-staging
Marlinda Adham et all. 2014. Delayed Diagnosis of Nasopharyngeal
Carcinoma in a Patient with Early Signs of Unilateral Ear Disorder.
http://mji.ui.ac.id/journal/index.php/m ji/article/view/689
Marlinda Adham et all. 2012. Nasopharyngeal cancer in Indonesia:
epidemiology, incidence, sign and symptoms at presentation.
Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
Fredrik Petersson, MD, PhD. 2015. Nasopharyngeal carcinoma: A review.
Available at: http://www.elsevier.com/locate/semd p
World Health Organization (WHO). 2015. Cancer. Available at:
http://www.who.int/cancer/en/
World Health Organization (WHO). 2014. Cancer Country Profile.

Adham, M., Kurniawan, A. N., Muhtadi, A. I., Roezin, A., Hermani, B.,

Gondhowiardjo, S.,Bing Tan, I., & Middeldorp, J. M. (2012).

Nasopharyngeal Carcinoma In Indonesia:Epidemiology, Incidence,

Signs, And Symptoms At Presentation. Chinese Journal Of Cancer,

31(4), 185–196.

Barnes L, Eveson Jw, Reichart P, Sidransky D. (2005). Pathology &

Genetics Head And Neck Tumours. Who Classification Of Tumor,

85 – 97.

Chang Et Et Al. (2017). Active And Passive Smoking And Risk Of

FIKes UIA 2022


72

Nasopharyngeal

Carcinoma: A Population-Based Case-Control Study In Southern China.

American Journal Of Epidemiology. 185(12):1272–1280.

Dawolo, A. P., Utama, D. S., & Kasim, B. I. (2019). Profil Klinis

Karsinoma Nasofaring Di Departemen Thtkl Rsup Dr. Mohammad

Hoesin Palembang Tahun 2014-2015. Majalah Kedokteran

Sriwijaya, 49(1), 1–9.

Diniati A, Wiwit Af, Harianto. (2016). Distribusi Keganasan Nasofaring

Berdasarkan Pemeriksaan Histopatologi Pada Rumah Sakit Di Kota

Pekan Baru Tahun 2009 – 2013. Jom Fk, 3(1): 1 – 18.

Faiza, S., Rahman, S., & Asri, A. A. (2016). Karakteristik Klinis Dan

Patologis Karsinoma Nasofaring Di Bagian Tht-Kl Rsup

Dr.M.Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(1), 90 –

96.

 Http://Jurnal.Fk.Unand.Ac.Id/Index.Php/Jka/Article/View/450/378

Global Burden Cancer (Globocan). Internal Agency For Reasearch On

Cancer. Nasopharyngeal Cancer Statistics. Retrieved

From Http://Gco.Iarc.Fr

Guo X, Johnson Rc, Deng H, Liao J, Guan L, Nelson Gw, Tang M, Et Al.

(2009). Evaluation Of Nonviral Risk Factors For Nasopharyngeal

Carcinoma In A High-Risk Population Of Southern China.

Int.J.Cancer, 124:2942-7.

FIKes UIA 2022


73

Ismail Af. (2017). Karakterisik Pasien Karsinoma Nasofaring Di Rumah

Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Dan Rumah Sakit

Universitas Hasanuddin Tahun 2012 – 2016. Skripsi. Fk Universitas

Hasanudin.

Kumar V, Abbas Ak, Aster Jc. (2015). Robbins And Cotran Pathologic

Basis Of Disease (9th Ed). Elsevier: Canada.

Pan X, Liu Y, Yang W, Chen Y, Tang W, Li C. (2019). Histological

Subtype Remains A Prognostic Factor For Survival In

Nasopharyngeal Carcinoma Patients. Laryngoscope, 1 – 6.

Peterson Br, Nelson Bl. (2013). Nonkeratinizing Undifferentiated

Nasopharyngeal Carcinoma. Springer. 7:73-75.

Rahman, S., Budiman, B. J., & Subroto, H. (2015). Faktor Risiko Non Viral

Pada Karsinoma Nasofaring. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(3), 988-


995.

Rickinson Ab, Lo Kw. (2019). Nasopharyngeal Carcinoma: A History.

Elsevier Inc, 1 – 13.

Tsao, Sai Wah, Et Al. (2014). Etiological Factors Of Nasopharyngeal

Carcinoma. Ora Oncology. 5: 330 – 338.

Yong, S. K., Ha, T. C., Yeo, M. C. R., Gaborieau, V., Mckay, J. D., & Wee,

J. (2017).Associations Of Lifestyle And Diet With The Risk Of

Nasopharyngeal Carcinoma In Singapore: A Case-Control Study.

Chinese Journal Of Cancer, 36(1), 3–10.

Zhang, L. F., Li, Y. H., Xie, S. H., Ling, W., Chen, S. H., Liu, Q., Huang,

FIKes UIA 2022


74

Q. H., & Cao, S. M. (2015). Incidence Trend Of Nasopharyngeal

Carcinoma From 1987 To 2011 In Sihui County, Guangdong

Province, South China: An Age-Period-Cohort Analysis. Chinese

Journal Of Cancer, 34(8), 1–8

American Cancer Society. Nasopharyngeal Cancer Stages.

FIKes UIA 2022

Anda mungkin juga menyukai