SKRIPSI
OLEH
RIANCE MARIA SINAGA
NIM : 121000248
OLEH
RIANCE MARIA SINAGA
NIM : 121000248
i
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Scanned by CamScanner
ABSTRAK
Kata Kunci : TB Paru, Efusi Pleura, Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth Medan
iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Pulmonary TB is on the second ranks after HIV as the main causes of
death in global. Pulmonary TB is a contagious diseases that caused by
Mycobacterium tuberculosis. Patients with pulmonary TB could have
complication, and one of the complications is Pleural Efusion.
This study aims to provide description about the characteristics of
pulmonary tuberculosis with pleural effusion on hospitalizesd patients at Santa
Elisabeth General Hospital Medan in 2011-2016. This study is decriptives by
using case series design. The sample population was all pulmonary tuberculosis
with pleural effusion on hospitalizesd patients which was 71 cases. The data
analysis uses a secondary data by using Chi-Square and Fisher’s Exact.
The results of this study showed the highest proportion of hospitalized
pulmonary TB patients with pleural effusion at the aged of >50 years old is male
61%, self-employed (39%), outside of area Medan (61%), dyspnea (74,6%),
unilateral (86%), without comorbid (54,9%), average length of stay is 7 days,
fully recovered (57,1%). There are no significant differences between the age with
sexes (p=0,561), age with location of fluid (p=0,514), sexes with location of fluid
(p=0,296), comorbid with location of fluid (p=0,330).
It is expected for patients to consume drugs regularly to prevent further
illness. For Santa Elisabeth Hospital Medan to increase the completeness of
patients medical record.
iv
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
Masyarakat. Selama penyusunan skripsi mulai dari awal hingga selesainya skripsi
ini penulis telah banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
3. Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Dosen Pembimbing I skripsi
sekaligus sebagai Ketua Penguji yang telah meluangkan waktu, tulus dan sabar
ini.
meluangkan waktu, tulus dan sabar memberikan bimbingan dan saran serta
5. dr. Rahayu Lubis, M.Kes, PhD selaku Dosen Penguji I dan Ketua Departemen
v
Universitas Sumatera Utara
membangun dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Maya Fitria, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang sudah
8. Direktur Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth Medan yang telah memberikan
izin penelitian kepada penulis, serta seluruh staf bagian Pengolahan Data &
penelitian.
mengikuti pendidikan.
10. Teristimewa untuk orangtua, Bapak (L.Sinaga) dan Mama (T.Nadeak) terima
kasih untuk doa, bimbingan dan semangat serta dukungan baik materi
11. Seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan, semangat dan pengertian
Josephine, Vera, Mefri) dan semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan
satu per satu yang telah banyak membantu, memberikan semangat, dukungan
dan doanya.
untuk itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
vi
Universitas Sumatera Utara
pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berterima kasih
banyak kepada semua pihak yang terlibat. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................. i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
ABSTRACT ..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ xiv
viii
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 29
ix
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 62
DAFTAR LAMPIRAN
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Penderita TB Paru dengan Efusi Pleura Rawat
Inap berdasarkan Sosiodemografi di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2011-2016 ...................................................................36
Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Penderita TB Paru dengan Efusi Pleura Rawat
Inap Berdasarkan Keluhan Utama di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2011-2016 ...................................................................37
Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Penderita TB Paru dengan Efusi Pleura Rawat
Inap Berdasarkan Lokasi Cairan di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2011-2016 ...................................................................38
Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Penderita TB Paru dengan Efusi Pleura Rawat
Inap Berdasarkan Penyakit Penyerta di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2011-2016 ...................................................38
Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Penderita TB Paru dengan Efusi Pleura Rawat
Inap berdasarkan Lama Rawatan di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2011-2016 ...................................................................39
Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Penderita TB Paru dengan Efusi Pleura Rawat
Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2011-2016 ...................................................40
Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Umur Penderita Tb Paru dengan Efusi Pleura
Berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth
Medan Tahun 2011–2016 .................................................................41
Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Umur Penderita TB Paru dengan Efusi Pleura
Berdasarkan Lokasi Cairan di Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth
Medan Tahun 2011 – 2016 ................................................................42
Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita TB Paru dengan Efusi
Pleura Berdasarkan Lokasi Cairan di Rumah Sakit Umum Santa
Elisabeth Medan Tahun 2011 – 2016.................................................42
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1 Diagram Pie Proporsi Penderita TB Paru dengan Efusi Pleura
Rawat Inap Berdasarkan Umur di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2011-2016 ................................................................... 45
Gambar 5.2 Diagram Pie Proporsi Penderita TB Paru dengan Efusi Pleura
Rawat Inap Berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2011-2016 ...................................................47
Gambar 5.3 Diagram Pie Proporsi Penderita TB Paru dengan Efusi Pleura
Rawat Inap Berdasarkan Pekerjaan di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2011-2016 ...................................................................48
Gambar 5.4 Diagram Pie Proporsi Penderita TB Paru dengan Efusi Pleura
Rawat Inap Berdasarkan Tempat Tinggal di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2011-2016 ...................................................49
Gambar 5.5 Diagram Batang Proporsi Penderita TB Paru dengan Efusi Pleura
Rawat Inap Berdasarkan Keluhan Utama di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2011-2016 ...................................................50
Gambar 5.6 Diagram Pie Proporsi Penderita TB Paru dengan Efusi Pleura
Rawat Inap Berdasarkan Lokasi Cairan di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2011-2016 ..................................................51
Gambar 5.7 Diagram Batang Proporsi Penderita TB Paru dengan Efusi Pleura
Rawat Inap Berdasarkan Penyakit Penyerta di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2011-2016 ...................................................52
Gambar 5.8 Diagram Batang Proporsi Penderita TB Paru dengan Efusi Pleura
Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan Tahun 2011-2016 .........................................54
Gambar 5.9 Diagram Batang Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Kelamin pada
Penderita TB Paru dengan Efusi Pleura Rawat Inap di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan Tahun 2011-2016 ......................................... 56
Gambar 5.10 Diagram Batang Proporsi Umur Berdasarkan Lokasi Cairan pada
Penderita TB Paru dengan Efusi Pleura Rawat Inap di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan Tahun 2011-2016 ......................................... 57
xii
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.11 Diagram Batang Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Lokasi
Cairan pada Penderita TB Paru dengan Efusi Pleura Rawat Inap di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2011-2016 ................... 59
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Pendidikan Formal
xiv
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
urutan kedua setelah HIV sebagai penyebab utama kematian di seluruh dunia. TB
paru diperkirakan sudah ada di dunia sejak 5.000 tahun sebelum Masehi, namun
kemajuan dalam penemuan dan pengendalian penyakit TB paru baru terjadi dalam
(DOTS) memiliki efek yang baik untuk pengendalian TB, tetapi beban penyakit
sejak tahun 2003, pada tahun 2009 diperkirakan masih terdapat sekitar 9,5 juta
kasus baru TB, dan sekitar 0,5 juta orang meninggal akibat TB di seluruh dunia.
kematian kedua setelah sistem sirkulasi. Pada SKRT 1992 disebutkan bahwa
1
Universitas Sumatera Utara
2
golongan penyakit infeksi. Sementara itu dari hasil laporan yang masuk ke subdit
Departemen Kesehatan tahun 2001 terdapat 50.443 penderita BTA positif yang
diobati (23% dari jumlah perkiraan penderita BTA positif ). Tiga perempat dari
Dalam laporan WHO tahun 2013, diperkirakan terdapat 8.6 juta kasus TB
pada tahun 2012, dimana 1,1 juta orang (13%) di antaranya adalah pasien dengan
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh seseorang pada saat itu. Pengidap HIV AIDS
atau orang dengan status gizi yang buruk lebih mudah untuk terinfeksi dan
terjangkit TB. Di tahun 2015, angka estimasi kasus baru TB ialah 10,4 juta kasus
di mana 5,9 juta (56%) pada laki-laki, 35 juta (34%) pada wanita dan 1 juta (10%)
pada anak-anak. Kasus baru TB dengan HIV/AIDS diperkirakan 1,2 juta (11%)
dari seluruh kasus baru. Dalam laporan TB 2016, diketahui bahwa terjadi
Enam negara penyumbang 60% dari kasus baru adalah India, Indonesia,
China, Nigeria, Pakistan dan Selatan Afrika. Estimasi prevalensi TB semua kasus
kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61.000 kematian
meningkat di antara tahun 2000 dan 2009, kemudian jatuh perlahan hingga 2013,
sebelum meningkat di 2013 dan 2015. Pada tahun 2015, angka notifikasi kasus
TB paru untuk Indonesia adalah 117 per 100.000 penduduk. Lima provinsi
dengan TB tertinggi adalah Jawa Barat, Papua, DKI Jakarta, Gorontalo, Banten,
sebanyak 22.627 orang. Dari jumlah tersebut terdapat kasus TB BTA positif
sebanyak 15.414 kasus. Adapun angka kematian ialah 1,27 per 100.000 penduduk
Di Kota Medan, penderita TB paru pada tahun 2011 berjumlah 5.386 jiwa.
Jumlah TB Paru BTA Positif sebanyak 2.966 kasus, adapun BTA positif yang
diobati sebanyak 2.966 kasus. Tahun 2012, penderita TB paru berjumlah 5.936
jiwa. Jumlah TB Paru BTA Positif sebanyak 2.286 jiwa, adapun BTA Positif yang
pneumotoraks, luluh paru, gagal napas, gagal jantung, efusi pleura. Efusi pleura
pada penderita tuberkulosis dapat terjadi karena iritasi dari selaput pleura yang
onkotik yang menyebabkan cairan masuk ke dalam rongga pleura (PDPI, 2006).
Medan, dengan populasi penelitian semua data penderita TB paru yang dirawat
inap tahun 2004-2007 yakni 732 kasus dan sampel sebanyak 259 kasus diketahui
Jumlah kasus TB Paru dengan efusi pleura rawat inap di Rumah Sakit
Umum Santa Elisabeth Medan tahun 2011 – 2016 adalah 71 kasus. Maka dari itu,
pleura rawat inap di Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth Medan tahun 2011 –
2016.
inap di Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth Medan tahun 2011 – 2016.
efusi pleura rawat inap di Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth Medan tahun
2011–2016.
tempat tinggal.
1.4.1 Sebagai bahan referensi ataupun masukan bagi pihak Rumah Sakit dalam
efusi pleura.
1.4.3 Untuk bahan referensi ataupun masukan bagi peneliti lain yang
memerlukannya.
mengalami proses yang dikenal sebagai fokus primer dari Ghon. Mycobacterium
tuberculosis bersifat aerobik, sehingga mudah untuk tumbuh dalam paru, terlebih
adalah bakteri yang berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak
berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 – 0,6 μm dan
dari lapisan lemak cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel
trehalosa dimikolat yang disebut “cord factor”, dan mycobacterial sulfolipids yang
7
Universitas Sumatera Utara
8
berperan dalam virulensi. Asam mikolat merupakan asam lemak berantai panjang
(C60 – C90) yang dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan
dengan peptidoglikan oleh jembatan fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada
tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam–
alkohol (PDPI,2006).
2.3 Patogenesis
Sumber penularan adalah penderita TB paru BTA positif (+) yang dapat
kontak erat dengan penderita. Pada waktu batuk atau bersin penderita
mengandung bakteri dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa
jam, tergantung ada tidaknya sinar matahari, ventilasi yang baik dan kelembapan.
bekerja dan bakteri yang masuk tersebut akan dilumpuhkan. Namun jika kondisi
kesehatan sedang buruk maka daya tahan tubuh akan berkurang, sehingga
kemungkinan terjadinya penyakit TB paru akan lebih besar (Hassan dkk, 2007).
kumpulan padat sel makrofag. Reaksi jaringan yang terjadi berbeda antara
individu yang belum pernah terinfeksi dan yang sudah pernah terinfeksi (PDPI,
2006).
biak. Keadaan ini sangat berhubungan erat dengan faktor genetika, dan
jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut
sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana
saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan
dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi
sebagai berikut :
integrum)
medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan obstruksi pada
sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan
epituberkulosis.
sebelahnya.
dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi bakteri. Sarang yang
ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat imuniti
yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup gawat seperti
Landouzy. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh
lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya. Komplikasi
dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis post primer dimulai dengan sarang
dini, yang umumnya terletak di segmen apikal lobus superior maupun lobus
inferior. Menurut PDPI (2006), sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang
pneumoni kecil. Sarang pneumoni ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai
berikut :
dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi
2.4 Klasifikasi
aktif, hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif (-) dan
a. Kasus baru adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan Obat
Anti Tuberculosis (OAT) atau sudah pernah menelan OAT kurang dari
satu bulan.
c. Kasus defaulted atau drop out adalah pasien yang telah menjalani
d. Kasus gagal adalah pasien BTA positif (+) yang masih tetap positif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum
e. Kasus kronik adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif
f. Kasus bekas TB adalah hasil pemeriksaan BTA negatif (-) (biakan juga
negatif bila ada) dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang
tidak aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat
Adapun jenis – jenis penyakit komorbid yang merupakan penyakit menular adalah
penyakit tidak menular adalah diabetes mellitus (DM), penyakit paru kronis
reaktivasi infeksi laten pada pasien imunokompromais atau sebagai infeksi primer
Setidaknya sepertiga orang yang hidup dengan HIV di seluruh dunia pada
tahun 2015 terinfeksi bakteri TB. HIV dan TB membentuk kombinasi yang
masing penyakit. Pada tahun 2015 sekitar 0,4 juta orang meninggal karena TB
terkait HIV. Sekitar 35% kematian di antara orang HIV-positif disebabkan oleh
TB pada tahun 2015. Pada tahun 2015 diperkirakan ada 1,2 juta kasus baru TB di
termasuk tindakan untuk pencegahan dan pengobatan infeksi dan penyakit, untuk
orang yang hidup dengan HIV dibandingkan mereka tanpa infeksi HIV. Pada
tahun 2011, ada 8,7 juta kasus baru TB, yang 1,1 juta berada di antara orang yang
penyakit infeksi TB Paru 2-5 kali lebih tinggi pada pasien diabetes dibandingkan
bahwa diabetes merupakan kormobid dasar tersering pada pasien TB yang telah
dikonfirmasi dengan kultur, terjadi pada sekitar 21,5% pasien. Diabetes mellitus
(Cahyadi, 2011).
2.6 Epidemiologi
a. Pejamu
Pejamu (Host) adalah semua faktor yang terdapat pada manusia yang dapat
TB paru dapat menyerang semua golongan umur, dan umumnya paling banyak
menyerang kelompok umur usia produktif. TB paru pada orang dewasa dapat
kemudian berkembang biak dalam paru dan merusaknya, dan yang kedua timbul
akibat aktifnya kembali basil tuberkulosis yang dorman dalam tubuh ketika masih
anak-anak. Penelitian yang dilakukan tahun 2010 di Rumah Sakit Umum Santa
TB paru dari pada perempuan. Hal ini disebabkan mobilitas laki-laki lebih tinggi
ditambah lagi dengan mengkomsumsi alkohol yang dapat menurunkan daya tahan
b. Agen
terjadinya infeksi, serta virulensi dari bakteri itu sendiri (Chin J, 2006).
c. Lingkungan
Dengan hampir 1 miliar orang yang tinggal di daerah kumuh perkotaan di negara-
memiliki beban TB yang tinggi turut mendorong angka kasus TB paur. Secara
khusus, kepadatan penduduk dan ventilasi yang buruk di rumah, tempat kerja,
dan layanan kesehatan yang tidak efisien yang menyebabkan penundaan diagnosis
yang ditularkan melalui udara akan semakin mudah dan cepat. Keberadaan
(Niniek,2012).
a. Berdasarkan Orang
morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia dan setiap negara berbeda angka
insidennya. Penyakit ini pada dasarnya menyerang semua golongan umur dan
jenis kelamin, serta menginfeksi tidak hanya pada golongan ekonomi rendah saja.
Sekitar 75% pasien TB paru adalah kelompok usia yang paling produktif secara
2013 tercatat sebanyak 22.627 orang. Dari jumlah tersebut terdapat kasus TB
BTA positif (+) sebanyak 15.414 orang dengan angka kematian 1,27 per 100.000
(2010) pada di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2007 menemukan
bahwa penderita TB paru yang paling banyak adalah laki-laki yaitu 177 orang
(68,3%).
b. Berdasarkan Tempat
100.000 penduduk, China 78 per 100.000 penduduk, Afrika Selatan 981 per
100.000 penduduk, Nigeria 133 per 100.000 penduduk, Thailand 137 per 100.000
penduduk.
yang optimal dari 33 provinsi hanya 8 provinsi yang mencapai target penemuan
minimal 70% yaitu Sumatera Utara (71,6%), Banten (77,9%), DKI Jakarta
tuberculosis.
Gejala klinik yang dialami oleh penderita TB paru menurut PDPI (2006)
dikategorikan menjadi :
a. Batuk
Batuk merupakan gejala yang timbul paling dini dan paling sering.
Biasanya batuk bersifat ringan sehingga dianggap batuk biasa. Pada penderita TB
paru, batuk akan timbul ketika penyakit telah mengenai bronkus, dan batuk mula-
pada bronkus sehingga terjadi batuk yang produktif, batuk ini dapat terjadi ≥ 2
minggu.
b. Batuk Darah
tuberkulosis atau initial symptom karena batuk darah merupakan tanda telah
terjadinya ekskavasi dan ulserasi dari pembuluh darah pada dinding kavitas.
mengandung basil tahan asam. Batuk darah juga dapat terjadi pada tuberkulosis
yang sudah sembuh, hal ini disebabkan karena adanya robekan jaringan paru.
Pada keadaan ini dahak sering tidak mengandung basil tahan asam (negatif).
c. Sesak Napas
Sesak napas pada tuberkulosis disebabkan oleh penyakit yang luas pada
komplikasi TB paru. Penderita yang sesak napas sering mengalami demam dan
d. Nyeri Dada
batuk kering (non produktif) dan nyeri ini akan timbul bila infiltrasi radang
2.8 Komplikasi
satunya adalah efusi pleura. Efusi pleura merupakan akumulasi cairan di dalam
absorbsi cairan pleura sebagai manifestasi dari berbagai penyakit seperti TB paru.
Efusi pleura karena TB paru ditegakkan atas dasar ditemukan basil tuberkulosis di
dalam cairan pleura atau basil tuberkulosis dalam sputum atau jaringan granulosa
kembang kempis paru selama proses pernafasan. Pada keadaan normal, cairan
diproduksi dan diabsorbsi dalam jumlah yang seimbang. Cairan di rongga pleura
parietalis dan tekanan koloid osmotik pleura viseralis. Pada penderita tuberkulosis
hasil ultrafiltrasi plasma darah yang berasal dari pleura parietalis, kandungan pH
darah putih <1000/m3, kadar glukosa serupa dengan plasma, kadar laktat
Studi prospektif terhadap 642 pasien dengan efusi pleura yang dilakukan
oleh Valdes dkk selama periode 5 tahun menemukan rasio pria:wanita adalah 1,6:
1. Penyebab paling sering efusi pleura adalah tuberkulosis (25%), diikuti oleh
neoplasia (22,9%) dan gagal jantung kongestif (17,9%). Etiologi 48 kasus (7,5%)
tidak pasti. Pada kelompok efusi tuberkulosis, terdapat 111 (69,4%) pasien
memuncak pada kelompok usia 11 sampai 30 tahun dan terus menurun setelahnya
(Valdes, 1996).
sirosis)
dan atau sirkulasi paru (misalnya: gagal jantung kongestif, sindrom vena
cava superior).
terjadi blokade total, dalam hal ini termasuk pula obstruksi ataupun ruptur
dialisa peritoneal).
unilateral dan bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang
spesifik dengan penyakit penyebabnya, akan tetapi efusi yang bilateral seringkali
dan transudat.
a. Eksudat, cairan pleura kuning – kehijauan, kadar protein > 3gr/100 cc,
Adapun gejala klinis yang dialami penderita efusi pleura berupa nyeri
pleuritik yang dirasakan terutama pada akhir inspirasi dan bertambah berat dengan
adanya pergerakan napas dalam, batuk – batuk keras, bersin, sehingga penderita
daerah aksila dan menjalar sepanjang nervus intercostalis disertai febris dan batuk
nonproduktif, tetapi ada kalanya tidak dijumpai batuk, kadang – kadang terdapat
paru.
(BCG).
yang sudah terjadi untuk tidak menjadi lebih berat. Pencegahan ini ditujukan
Case finding ialah menemukan kasus atau penderita TB paru secara aktif
b. Diagnosis TB Paru
paru dengan tepat. Terdapat tiga patokan yang diperlukan untuk penetapan
tentang keluhan dan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan terhadap pasien
asam (BTA). Ketiga, hasil pemeriksaan rontgen dada yang akan memperlihatkan
Tuberkulin yang dipakai yaitu Purified Protein Derivative (PPD) sebanyak 0,1 ml
permukaan volar lengan bahwa. Bila dosis 0,1 ml disuntikkan dengan tepat maka
dibaca dalam periode tersebut, yaitu dalam cahaya yang terang dan posisi lengan
bawah sedikit ditekuk. Tes tuberkulin jika indurasi sebesar 10 mm atau lebih. Hal
ini menunjukkan adanya sensitivitas yang berasal dari infeksi dengan basil
pemeriksaan dinyatakan positif apabila dua atau tiga SPS BTA hasilnya positif.
Bila hanya ada satu spesimen positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut
Pada saat ini pemeriksaan radiologis yang paling sering digunakan dalam
membantu mendiagnosa TB paru adalah foto toraks. Foto toraks hanya digunakan
pada keadaan tertentu. Kelainan foto toraks biasanya baru terlihat setelah 10
minggu terinfeksi oleh bakteri TB. Bila secara klinis ada gejala TB paru, pasti ada
kelainan pada toraks sebaliknya bila secara klinis ada gejala TB paru tetapi foto
toraks tidak memperlihatkan kelainan hal ini merupakan tanda kuat bukan TB.
Gambaran radiologi paru yang biasanya di jumpai pada tuberkulosis paru antara
(Icksan,2008) .
Obat yang diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua bakteri (termasuk bakteri
mutunya.
sebagai salah satu intervensi kesehatan yang secara ekonomis sangat efektif (cost-
efisiensi dan efektifitasnya. Satu studi cost benefit yang dilakukan di Indonesia
diberikan kepada pasien TB tipe menular. Strategi ini akan memutuskan rantai
paru dengan efusi pleura rawat inap di Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth
case series.
Populasi adalah semua penderita TB paru dengan efusi pleura rawat inap di
Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth Medan Tahun 2011 – 2016 yaitu 71 orang.
Sampel adalah semua penderita TB paru dengan efusi pleura rawat inap di Rumah
Sakit Umum Santa Elisabeth Medan Tahun 2011 - 2016. Besar sampel adalah
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari data rekam
medik penderita TB Paru dengan efusi pleura yang rawat inap di Rumah Sakit
29
Universitas Sumatera Utara
30
3.5.1 Penderita TB paru dengan efusi pleura rawat inap adalah penderita
3.5.2 Umur adalah rentang waktu antara tanggal lahir penderita dengan
1. 7-14 tahun
2. 15-50 tahun
3. >50 tahun
3.5.3 Jenis kelamin adalah ciri biologis yang dimiliki penderita untuk
1. Laki – laki
2. Perempuan
1. PNS
2. Pegawai swasta
3. Wiraswasta
4. Lain-lain
5. Tidak bekerja
3.5.5 Daerah tempat tinggal adalah tempat di mana penderita efusi pleura
3.5.6 Keluhan utama adalah jenis keluhan utama yang diderita pasien
1. Batuk
2. Batuk darah
3. Sesak napas
4. Nyeri Dada
5. Demam
3.5.7 Lokasi cairan adalah lokasi cairan yang terbentuk yang dibagi
1. Unilateral
2. Bilateral
1. Penyakit menular
2. Penyakit tidak menular
3. Tidak ada penyakit penyerta
1. Pulang sembuh
2. Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS)
3. Pindah RS
4. Meninggal
univariat seperti variabel umur, jenis kelamin, pekerjaan, keluhan utama, lokasi
cairan dan lama rawatan rata – rata dianalisis secara deskriptif dan analisis
statistik seperti variabel umur berdasarkan jenis kelamin, umur berdasarkan lokasi
meminta tenaga dari Belanda melalui Mgr. Petrus Hopmans, yang akhirnya
memilih Kongregasi FSE di Breda. Pada awalnya para suster ini diundang untuk
sangat tepat sesuai dengan motto “Ketika Aku Sakit Melawat Aku (Mat.25:36)”.
Di dalam motto ini terkandung suatu kekayaan karunia dari Allah yang terungkap
dalam kharisma FSE yakni: “Daya Kasih Kristus Yang Menyembuhkan Orang-
itu) tahun 1928, muncul rencana untuk mendirikan Rumah Sakit. 11 Februari
1929 pembangunan Rumah Sakit dimulai dengan peletakan batu pertama. Pada
bulan Mei 1930 bangunan rumah sakit hampir selesai dan sebagian sudah dapat
33
Universitas Sumatera Utara
34
4.1.2 Visi
4.1.3 Misi
kasih.
Rumah sakit ini telah dilengkapi dengan berbagai prasarana yang terdiri
dari Poli Umum, Spesialis, Unit Gawat Darurat (UGD), Intensive Care Unit
tindakan, ruang resusitasi, ruang bedah, ruang one day care dan fasilitas yang
memadai. Poli Umum dilayani dokter umum yang melayani pasien rawat jalan
penyakit urologi, neurologi/ saraf, THT, jantung, paru, anak, onkologi, kulit/
kelamin, mata, gigi, bedah umum, bedah saraf dan bedah umum. Kamar bedah
yang tersedia adalah kamar bedah digestif, thorax, orthopedi, urologi, saraf, anak,
THT, mata, mulut, kebidanan dan onkologi. Rumah sakit ini memiliki 4 kamar
operasi, 2 kamar tindakan untuk bedah minor, 1 kamar ruang pemulihan (recovery
room).
Penunjang umum yang terdapat di rumah sakit ini terdiri dari administrasi,
jaringan komputer, telepon, sumber air, sumber listrik, pengelolaan air limbah,
instalasi gizi dan dapur umum, laundry, central steril supply department (CSSD),
proporsi penderita TB paru dengan efusi pleura berdasarkan variabel yang diteliti
tempat tinggal), keluhan utama, lokasi cairan, penyakit penyerta, lama rawatan,
4.2.1 Sosiodemografi
Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Dengan Efusi Pleura Rawat
Inap Berdasarkan Sosiodemografi di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2011-2016
No Sosiodemografi f (%)
1. Umur (tahun)
7-14 2 2,8
15-50 34 47,9
>50 35 49,3
Total 71 100
2. Jenis Kelamin
Laki-laki 43 60,6
Perempuan 28 39,4
Total 71 100
3. Pekerjaan
PNS 8 12,3
Pegawai Swasta 6 9,2
Wiraswasta 25 38,5
Lain – lain 12 18,5
Tidak Bekerja 14 21,5
Total 65 100
4. Daerah Tempat
Tinggal
Wilayah Kota Medan 28 39,4
Luar Kota Medan 43 60,6
Total 71 100
berdasarkan keluhan utama di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2011-
Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Dengan Efusi Pleura Rawat
Inap Berdasarkan Keluhan Utama Di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2011-2016
Keluhan Utama f=71 (%)
Batuk 38 53,5
Batuk Darah 3 4,2
Sesak Napas 53 74,6
Nyeri Dada 14 19,7
Demam 7 9,8
Dari tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa proporsi keluhan utama
penderita TB paru dengan efusi pleura rawat inap adalah batuk 38 orang (53,5%),
batuk darah 3 orang (4,2%), sesak napas 53 orang (74,6%), nyeri dada 14 orang
(19,7%), dan demam 7 orang (9,9%).
berdasarkan lokasi cairan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2011-
Dari tabel 4.3 di atas diketahui bahwa proporsi lokasi cairan penderita TB
paru dengan efusi pleura rawat inap tertinggi adalah unilateral yaitu 61 orang
(85,9%).
berdasarkan lama rawatan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2011-
Dari tabel 4.5 di atas diketahui bahwa lama rawatan rata-rata penderita TB
paru dengan efusi pleura rawat inap adalah 7 hari SD=4,377 hari artinya lama
rawatan penderita lama rawatan rata-rata penderita TB paru dengan efusi pleura
rawat inap bervariasi. Adapun lama rawatan minimum 1 hari dan lama rawatan
maksimum 24 hari.
Dari Tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa dari 71 penderita TB paru
dengan efusi pleura rawat inap hanya 35 tercatat keadaan sewaktu pulangnya dan
dari 35 orang tersebut dapat diketahui kelompok tertinggi adalah pulang sembuh
berdasarkan jenis kelamin di Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth Medan tahun
Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Umur Penderita TB Paru dengan Efusi Pleura
Rawat Inap Berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Umum
Santa Elisabeth Medan Tahun 2011 – 2016
Umur Total
Jenis Kelamin 7-50 >50
f % f % f %
Laki-laki 23 53,5 20 46,5 43 100
Perempuan 13 46,4 15 53,6 28 100
p=0,561
Dari tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa dari 71 orang penderita TB
paru dengan efusi pleura rawat inap berjenis kelamin laki-laki 23 orang (53,5%)
umur 7-50 tahun, 20 orang (46,5%) umur >50. Berjenis kelamin perempuan 15
orang (53,6%) umur >50 tahun, 13 orang (46,4%) umur 7-50 tahun.
Digunakan uji statistik Chi-Square, dan diperoleh nilai p>0,05. Hal ini
menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur penderita
TB paru dengan efusi pleura berdasarkan jenis kelamin.
berdasarkan lokasi cairan di Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth Medan tahun
Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Umur Penderita TB Paru dengan Efusi Pleura
Rawat Inap Berdasarkan Lokasi Cairan di Rumah Sakit Umum
Santa Elisabeth Medan Tahun 2011 – 2016
Umur (tahun) Total
Lokasi Cairan 7-50 >50
f % f % f %
Unilateral 32 52,5 29 47,5 61 100
Bilateral 4 40 6 60 10 100
p=0,514
Dari tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa dari 71 penderita TB paru
dengan efusi pleura rawat inap lokasi cairan unilateral 32 orang (52,5%) adalah
penderita berumur 7-50 tahun, 29 orang (47,5%) adalah penderita berumur >50
tahun. Penderita dengan lokasi cairan bilateral 4 orang (40%) adalah penderita
berumur 7-50 tahun, 6 orang (60%) adalah penderita berumur >50 tahun.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square
diketahui terdapat 1 sel (25%) yang nilai harapannya kurang dari 5 sehingga
analisis ini tidak dapat digunakan. Maka, sebagai alternatif dilakukan uji Exact
Fisher dan diperoleh nilai p>0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan
proporsi yang bermakna antara umur penderita TB paru dengan efusi pleura
berdasarkan lokasi cairan.
berdasarkan lokasi cairan di Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth Medan Tahun
Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita TB Paru dengan Efusi
Pleura Rawat Inap Berdasarkan Lokasi Cairan di Rumah Sakit
Umum Santa Elisabeth Medan Tahun 2011 – 2016
Jenis Kelamin Total
Lokasi Cairan Laki-laki Perempuan
f % f % f %
Unilateral 35 57,4 26 42,6 61 100
Bilateral 8 80 2 20 10 100
p=0,296
Dari tabel 4.9 di atas dapat diketahui bahwa dari 71 penderita TB paru
dengan efusi pleura rawat inap lokasi cairan unilateral 35 orang (57,4%) adalah
penderita berjenis kelamin laki-laki, 26 orang (42,6%) adalah penderita dengan
berjenis kelamin perempuan. Penderita dengan lokasi cairan bilateral 8 orang
(80%) berjenis kelamin laki-laki, 2 orang (20%) adalah penderita berjenis
kelamin perempuan.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square
terdapat 1 sel (25%) yang nilai harapannya kurang dari 5 sehingga analisis ini
tidak dapat digunakan. Maka, sebagai alternatif dilakukan uji Exact Fisher dan
diperoleh nilai p>0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi yang
bermakna antara jenis kelamin penderita TB paru dengan efusi pleura berdasarkan
lokasi cairan.
Pleura Berdasarkan Lokasi Cairan di Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth Medan
Bilateral 6 60 4 40 10 100
p=0,330
Dari tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa dari 71 penderita TB paru
dengan efusi pleura rawat inap lokasi cairan unilateral 26 orang (42,6%) adalah
penderita yang memiliki penyakit penyerta, 35 orang (57,4%) adalah penderita
yang tidak memiliki penyakit penyerta. Lokasi cairan bilateral 6 orang (60%)
adalah penderita yang memiliki penyakit penyerta, 4 orang (40%) adalah
penderita yang tidak memiliki penyakit penyerta.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square
terdapat 1 sel (25%) yang nilai harapannya kurang dari 5 sehingga analisis ini
tidak dapat digunakan. Maka, sebagai alternatif dilakukan uji Exact Fisher dan
diperoleh nilai p>0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi yang
5.1 Deskriptif
5.1.1 Sosiodemografi
a. Umur
2.8%
>50
49.3% 15-50
47.9%
7-14
Paru dengan Efusi Pleura tertinggi adalah kelompok umur >50 tahun sebanyak
49,3% dan terendah adalah kelompok umur 7-14 tahun sebanyak 2,8%. Penderita
unilateral, dengan status pulang adalah pulang sembuh dan lama rawatan 6 hari.
Menurut data WHO pada Desember 2016, secara global kasus TB pada anak
mewakili 10-11% dari semua kasus TB, dan anak berumur dibawah 15 tahun
menyumbang 6,3% dari jumlah kasus baru yang ternotifikasi pada tahun 2015.
45
Universitas Sumatera Utara
46
pada tahun 2015, 170.000 anak meninggal karena TB. Data TB anak di Indonesia
TB pada tahun 2011 adalah 8,5% dan 8,2% pada tahun 2012.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sitorus
(2014) bahwa proporsi umur penderita TB paru dengan komplikasi lebih besar
b. Jenis Kelamin
39,4%
Laki-laki
Perempuan
60,6%
lebih banyak pada laki-laki yaitu sebanyak 60,6%. Penelitian ini sejalan dengan
Medan pada tahun 2010 di mana proporsi penderita terbesar penderita TB paru
Penyakit Paru-Paru Medan tahun 2012 di mana kelompok penderita laki – laki
Secara global, pria secara signifikan lebih berisiko tertular dan meninggal
akibat TB daripada wanita. Pada tahun 2015 hampir 6 juta laki-laki dewasa
mengidap TB dan lebih dari satu juta meninggal dunia karena TB. Ini
dibandingkan dengan sekitar 3,5 juta wanita dewasa yang jatuh sakit dan sekitar
c. Pekerjaan
9,2%
12,3%
Wiraswasta
38,5%
Tidak Bekerja
Lain-lain
PNS
18,5%
Pegawai Swasta
21,5%
Berdasarkan gambar 5.4 di atas dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi adalah pada
Elisabeth Medan sebelum Juni 2015 tidak bekerja sama dengan Badan
penderita yang membayar tagihan dengan biaya sendiri atau ditanggung asuransi
swasta dan tidak menerima pembayaran yang ditanggung oleh pihak BPJS.
d. Tempat Tinggal
39,4%
Luar Kota Medan
Wilayah Kota Medan
60,6%
dengan efusi pleura rawat inap berdasarkan tempat tinggal terdapat 43 (60,6%)
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan adalah rumah sakit tipe B dengan
lokasi strategis di Kota Medan, sehingga penderita TB Paru dengan efusi pleura
penanganan lebih lanjut datang dan berobat di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan.
80.0% 74.6%
70.0%
60.0%
53.5%
Sesak Napas
50.0%
Batuk
40.0% Nyeri Dada
Demam
30.0%
19.7% Batuk Darah
20.0%
9.9%
10.0% 4.2%
0.0%
tertinggi adalah sesak napas yaitu sebanyak 74,6% diikuti oleh batuk (53,5%) dan
disusuk nyeri dada (19,7%), terendah adalah batuk darah yaitu sebanyak 3 orang
Salah satu gejala efusi pleura adalah sesak napas. Cairan yang mengisi
mendapatkan oksigen yang cukup. Bila pleura parietal teriritasi, pasien mungkin
mengalami nyeri ringan atau kadang-kadang nyeri yang menusuk tajam (Cramer,
2006).
14,1%
Unilateral
Bilateral
85,9%
Surjanto (2014) tentang penyebab efusi pleura pada pasien rawat inap di rumah
hemitoraks (unilateral). Eksudat adalah jenis cairan pleura yang dapat disebabkan
seperti kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru, lupus
penderita terbanyak adalah pada umur >50 tahun. Pada proses penuaan terdapat
perubahan degeneratif pada jantung, kulit, otot, tulang, pembuluh darah, paru-
2,8%
penderita yang tidak memiliki penyakit penyerta yaitu sebesar 54,9%. Dari sampel
menderita TB-DM lebih sering mempunyai manifestasi klinis yang lebih berat
dibanding tanpa DM, konversi sputum yang tertunda, kegagalan terapi yang lebih
tinggi, recurrence dan relapse yang lebih tinggi. (Mihardja dkk, 2015).
sewaktu atau pemeriksaan glukosa plasma 2 jam setelah tes toleransi glukosa oral
Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Oliviera (2016) di RSUP Dr.
Lama rawatan rata-rata penderita TB paru dengan efusi pleura rawat inap
adalah 7 hari dengan standar deviasi 5 hari. Adapun lama rawatan minimum 1
hari sedangkan lama rawatan maksimum 24 hari. Penderita dengan status lama
dengan status kepulangan adalah pulang sembuh. Adapun penderita dengan status
9,9%
1,4%
9,9%
Tidak Tercatat
Pulang Sembuh
50,7% PAPS
Meninggal
Pindah RS
28,2%
Dapat dilihat dari gambar 5.8 bahwa proporsi keadaan sewaktu pulang
Dari 35 penderita TB Paru dengan efusi pleura rawat inap yang tercatat terbanyak
jumlah penderita yang pulang atas permintaan sendiri (PAPS) yaitu sebanyak 7
orang (9,9%), dan pindah rumah sakit yaitu sebanyak 1 orang (1,4%) yang
dengan keadaan sewaktu pulang meninggal ada 7 orang (9,9%) adalah penderita
penderita.
utama efusi, apakah penyebab utama tersebut bisa dieliminasi. Bila penyebab
efusi pleura dapat ditentukan dan diobati secara efektif, cairan pleura dapat
dengan efektif dibersihkan dan tidak kambuh lagi. Kapan pun efusi besar
mudah, dan mungkin akan diulang jika perlu. Pada kasus efusi pleura disebabkan
oleh kanker yang tidak bisa dikontrol, efek lain dari penyakit ini mungkin akan
56,0%
52,0%
50,0%
7-50
48,0% >50
46,5% 46,4%
46,0%
44,0%
42,0%
Laki-laki Perempuan
Berdasarkan gambar 5.9 dapat dilihat bahwa proporsi umur tertinggi pada
laki-laki adalah 7-50 tahun, sedangkan pada perempuan adalah >50 tahun.
Kesadaran rendah, persepsi individu dan risiko sosial yang rendah, stigma tinggi,
dalam mencari perawatan TB, dan menderita lebih banyak dari hambatan
70,0%
60,0%
60,0%
52,5%
50,0% 47,5%
40,0%
40,0%
7-50
30,0% >50
20,0%
10,0%
0,0%
Unilateral Bilateral
Dari gambar 5.10 dapat diketahui bahwa dari 71 penderita TB paru dengan
efusi pleura rawat inap lokasi cairan unilateral 32 orang (52,5%) adalah penderita
berumur 7-50 tahun, 29 orang (47,5%) adalah penderita berumur >50 tahun.
Penderita dengan lokasi cairan bilateral terbanyak yaitu 6 orang (60%) adalah
penderita berumur >50 tahun, 4 orang (40%) adalah penderita berumur 7-50
tahun.
Data insiden efusi pleura berdasarkan umur pada populasi umum sangat
terbatas dan tergantung pada daerah geografis, umur pada populasi dan latar
belakang penyakit yang menyebabkan efusi pleura. Efusi pleura yang bilateral
Berdasarkan hasil uji statistik Exact Fisher, diketahui nilai p > 0,05
(p=0,514), tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur penderita TB
Dari gambar 5.11 di atas dapat diketahui bahwa dari 71 penderita TB paru
dengan efusi pleura rawat inap lokasi cairan unilateral 35 orang (57,4%) adalah
kelamin perempuan.
Penelitian yang dilakukan Surjanto (2014) tentang penyebab efusi pleura pada
pasien rawat inap di rumah sakit menemukan bahwa sebagian besar hemitoraks
yang terlibat adalah unilateral (86,92%). Terdapat 13,08% pasien yang efusi
pleuranya bilateral.
(p=0,296). Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna
antara jenis kelamin penderita TB paru dengan efusi pleura berdasarkan lokasi
cairan.
70,0%
60,0%
60,0% 57,4%
50,0%
42,6%
40,0%
40,0% Ada Penyakit Penyerta
10,0%
0,0%
Unilateral Bilateral
penderita TB paru dengan efusi pleura rawat inap lokasi cairan unilateral 42,6%
(26 orang) adalah penderita memiliki penyakit penyerta. Lokasi cairan unilateral,
57,4% (35 orang) adalah penderita yang tidak ada penyakit penyerta. Penderita
dengan lokasi cairan bilateral 60% (6 orang) adalah penderita dengan penyakit
penyerta, 5,5% (4 orang) adalah penderita yang tidak ada penyakit penyerta.
diperoleh nilai p>0,05 (p=0,330). Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan
proporsi yang bermakna antara penyakit penyerta penderita TB paru dengan efusi
6.1 Kesimpulan
penderita TB paru dengan efusi pleura rawat inap di Rumah Sakit Santa
sesak napas.
5. Lama rawatan rata-rata penderita TB paru dengan efusi pleura rawat inap
adalah 7 hari.
jenis kelamin.
lokasi cairan.
10. Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara penyakit penyerta
62
Universitas Sumatera Utara
63
6.2 Saran
64
Universitas Sumatera Utara
65
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan., 2017. Profil Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan. Diakses 15 Juni 2017;http://rssemedan.com/
Sihombing, Eka SR.,2010. Karakteristik Penderita TB Paru Rawat Inap Di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2007. Diakses 17
Januari 2017;http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/16379
Sitompul, Anggie Imaniah. 2014. Prevalensi dan Karakteristik Penderita
Tuberkulosis Paru di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru Medan
Tahun 2012. Diakses 5 Juli
2017;http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/40165
Sitorus, Surya Honesty.,2014.Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru
dengan Komplikasi yang Rawat Inap di RSUD Rantauprapat Tahun
2012. Diakses 17 Januari
2017;http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/40307
Sudoyo, Aru W.,Setiyohadi, Bambang., Alwi, Idrus., K, Marcellus
Simadibrata.,Setiati, Siti., 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Interna Publishing: Jakarta
Surjanto, Eddy., Sutanto, Yusup Subagyo., Aphridasari, Jatu., Leonardo.
Penyebab Efusi Pleura pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit.
Diakses 27 Juli 2017;http://jurnalrespirologi.org/wp-
content/uploads/2015/02/JRI-2014-34-2-102-108.pdf
Valdes, Luis., Alvarez, David., Valle, Jose Manuel., Pose, Antonio., San Jose,
Esther. 1996. The Etiology of Pleural Effusions in an Area With High
Incidence Tuberculosis. Diakses 11 Juli
2017;http://www.sciencedirect.com/science/pii/S0012369215455461
Vasakova, Martina., 2014. The Clinical Respiratory Journal : Challenges of
Antituberculosis Treatment in Patients With Difficult Clinical
Conditions. Diakses 11 Februari 2017
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/crj.12119/full
Waisbord, Silvio. 2005. Behavioral Barriers in Tuberculosis Control: A
Literature Review. Diakses 11 Juli
2017;http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/Pnadf406.pdf
67
Universitas Sumatera Utara
15 52 3 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 4
16 30 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 5 4
17 62 3 2 1 1 4 1 1 2 1 2 2 1 2 3 2 5 6
18 26 2 1 1 1 3 1 2 2 2 1 2 1 2 3 1 1 3
19 44 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 3 2 5 11
20 59 3 2 2 1 3 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 4 5
21 55 3 2 2 1 5 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 3 5
22 9 1 1 1 1 4 2 1 2 2 2 1 1 2 3 1 1 15
23 48 2 1 1 1 5 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 9
24 54 3 2 2 1 5 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 5 12
25 41 2 1 2 2 6 1 2 2 1 1 2 1 2 3 2 5 9
26 52 3 2 1 1 3 2 2 2 1 2 2 1 2 3 2 5 3
27 82 3 2 1 1 3 2 2 1 1 2 1 1 1 2 2 5 7
28 49 2 1 1 1 3 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 5 6
29 75 3 2 2 1 4 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 4 5
30 59 3 2 2 1 3 1 2 2 1 2 2 1 2 3 2 5 6
31 29 2 1 1 1 5 1 1 2 1 2 1 1 2 3 2 5 4
32 56 3 2 1 1 3 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 5 7
68
Universitas Sumatera Utara
33 54 3 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 3
34 66 3 2 1 1 3 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 4
35 27 2 1 1 2 6 1 2 2 1 1 2 1 2 3 1 2 5
36 62 3 2 1 1 3 2 1 2 1 2 2 1 2 3 2 5 7
37 64 3 2 1 1 4 2 1 2 2 2 2 2 2 3 1 2 5
38 56 3 2 2 1 5 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 5 11
39 24 2 1 2 2 6 1 2 2 2 1 2 1 2 3 2 5 6
40 7 1 1 2 2 6 1 2 2 2 1 1 1 2 3 1 1 7
41 70 3 2 2 1 4 1 2 2 1 2 2 1 2 3 1 2 4
42 49 2 1 2 1 3 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 5 5
43 59 3 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 5 5
44 83 3 2 2 1 3 1 1 2 1 2 2 1 1 2 2 5 18
45 28 2 1 1 2 6 1 1 2 2 2 2 1 2 3 2 5 3
46 51 3 2 1 1 3 2 2 2 1 2 2 1 2 3 2 5 3
47 23 2 1 2 1 3 1 1 2 1 2 2 1 2 3 1 1 7
48 57 3 2 1 1 3 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 4 23
49 47 2 1 1 1 3 2 2 2 1 2 2 1 2 3 2 5 4
50 63 3 2 1 1 5 2 2 2 1 1 2 1 2 3 1 1 9
69
Universitas Sumatera Utara
51 57 3 2 1 1 3 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 5 11
52 37 2 1 1 1 3 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 14
53 16 2 1 1 1 4 1 1 2 2 2 1 1 2 3 1 1 6
54 60 3 2 2 1 5 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 5 7
55 22 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 3 2 5 3
56 64 3 2 2 1 4 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 4 11
57 58 3 2 2 1 4 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 12
58 18 2 1 1 1 4 1 1 2 1 2 2 1 2 3 1 1 5
59 26 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 3 2 5 7
60 22 2 1 2 1 4 1 1 2 1 2 2 1 2 3 2 5 7
61 24 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 6
62 68 3 2 1 1 5 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 4 4
63 54 3 2 1 1 3 2 2 2 1 2 2 1 2 3 2 5 4
64 55 3 2 1 1 5 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 4 3
65 55 3 2 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 3
66 35 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 3 2 5 3
67 41 2 1 2 1 3 2 1 2 1 2 2 1 2 3 2 5 11
68 37 2 1 2 2 6 2 1 2 1 2 2 1 2 3 2 5 6
70
Universitas Sumatera Utara
69 51 3 2 1 1 4 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 5
70 44 2 1 1 1 3 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 4 6
71 61 3 2 1 1 4 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 10
Keterangan :
1. U : Umur
2. UK1 : Umur Kategori 1
3. UK2 : Umur Kategori 2
4. JK : Jenis Kelamin
5. K : Status Pekerjaan
6. KK2 : Pekerjaan Kategori 2
7. B : Batuk
8. BD : Batuk Darah
9. SN : Sesak Napas
10. ND : Nyeri Dada
11. D : Demam
12. L : Lokasi
13. SPP : Status Penyakit Penyerta
14. PP : Penyakit Penyerta Kategori 2
15. KSP : Keadaan Sewaktu Pulang
16. KSP2 : Keadaan Sewaktu Pulang Kategori 2
17. LR : Lama Rawatan
71
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Output Master Data
Analisis Univariat
Umur Penderita K1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pekerjaan Penderita
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
72
Universitas Sumatera Utara
Tempat Tinggal Penderita
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
73
Universitas Sumatera Utara
Demam Sebagai Keluhan Utama
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Lokasi Cairan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
74
Universitas Sumatera Utara
Descriptives
Median 6,00
Variance 19,155
Minimum 1
Maximum 24
Range 23
Interquartile Range 5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
75
Universitas Sumatera Utara
Analisis Statistik
Umur Penderita K2
Perempuan Count 13 15 28
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,80.
b. Computed only for a 2x2 table
76
Universitas Sumatera Utara
Lokasi Cairan * Umur Penderita K2 Crosstabulation
Umur Penderita K2
Bilateral Count 4 6 10
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,93.
b. Computed only for a 2x2 table
77
Universitas Sumatera Utara
Lokasi Cairan * Jenis Kelamin Penderita Crosstabulation
Bilateral Count 8 2 10
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,94.
b. Computed only for a 2x2 table
78
Universitas Sumatera Utara
Lokasi Cairan * Status Penyakit Penyerta Penderita Crosstabulation
Bilateral Count 6 4 10
Expected Count 4,5 5,5 10,0
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,51.
b. Computed only for a 2x2 table
79
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian
80
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian
81
Universitas Sumatera Utara