Anda di halaman 1dari 85

SKRIPSI

HUBUNGAN JUMLAH KUNJUNGAN PASIEN DENGAN


KETEPATAN PELAKSANAAN TRIASE OLEH
PERAWAT DI INSTALASI GAWAT
DARURAT RSUP. PROF. DR.R.D
KANDOU MANADO

Diajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan


Dalam Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Manado

OLEH :
EKA SEPTIANY DAKO
1201086

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH
MANADO
2016
CURRICULUM VITAE

A. Identitas Pribadi

Nama : Eka Septiany Dako

NIRM : 1201086

TTL : Gorontalo, 7 September 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak : Tunggal

Alamat : Desa Bohabak 1, Kec. Bolangitang Timur Kab.

Bolaang Mongondow Utara.

No Telepon/HP : 085342925959

Email : Ekaseftiany@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 1 Bohabak 1 Lulus Tahun 2006

2. SMP Negeri 1 Bolangitang Timur Lulus Tahun 2009

3. SMA Negeri 3 Gorontalo Lulus Tahun 2012

4. STIKES Muhammadiyah Manado, Masuk Tahun 2012


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur di panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat, anugrah dan
rahmat-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaiakn skripsi ini yang berjudul
Hubungan jumlah kunjungan pasien dengan ketepatan pelaksanaan triase oleh
perawat di Instalasi gawat darurat RSUP.Prof. DR. R.D. KANDOU MANADO.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menempuh Sarjana
Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Manado.

Penulis mengakui bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan.
Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki penulis. Walaupun demikian penulis berharap skripsi
ini dapat bermanfaat baik untuk penulis maupun pihak lain yang menaruh minat
terhadap masalah ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapat banyak bimbingan, bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih serta penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Agust A. Laya, SKM, M.Kes selaku Ketua STIKES Muhammadiyah

Manado yang telah memberikan arahan serta dukungan yang sangat berarti

dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

2. I Made Rantiasa, S.Kp, M.Kes selaku Wakil Ketua I bagian Akademik

Kurikulum yang selalu memberi masukan yang berarti bagi penulis untuk

penulisan Karya Tulis Ilmiah.

3. Ns. H. Suwandi I. Luneto S.Kep, M.Kes, CWCCA selaku Wakil Ketua II

di Bagian Administrasi keuangan yang telah memberi arahan dan motivasi

kepada penulis.
4. Ns. Hj. Zainar Kasim, S.Kep, M.Kes, selaku Wakil Ketua III Bidang

Kemahasiswaan sekaligus sebagai Pembimbing I yang tak pernah lelah

memberikan bimbingan, arahan, serta masukan yang sangat berarti dalam

penyelesaian Karya Tulis Ilmiah.

5. Rizal Arsyad, S.Ag, MA, selaku Wakil Ketua IV bidang Al-Islam dan

Kemuhammadiyaan yang selalu memberikan suport serta dorongan.

6. Ns. Hj. Silvia Dewi Mayasari Riu S.Kep, M.Kep CWCCA selaku Ketua

Program Studi S1 Keperawatan yang telah memberikan arahan, dan yang

banyak memotivasi penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

7. Ns. Sri Wahyuni, S.kep, MARS selaku Pembimbing II yang telah banyak

membantu dan memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Staff Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah

Manado, yang selalu memotifasi dan memberi semangat kepada penulis

selama mengikuti pendidikan di Fakultas Keperawatan STIKES

9. Kepala Ruangan serta para perawat TRIASE RSUP. Prof. DR. R.D.

KANDOU MANADO yang telah menerima, mengizinkan dan turut

membantu saat penelitian.

10. Teristimewa kepada Mama dan Papa tercinta yang telah banyak

berkorban,tak pernah lelah memberikan dorongan, motivasi, doa restu

serta cinta dan kasih sayangnya selama ini.


Eka Septiany Dako (2016) Hubungan jumlah kunjungan pasien dengan ketepatan pelaksanaan
triase oleh perawat di Instalasi gawat darurat di Rsup.prof.DR.R.D.Kandou
Manado.Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah
Manado.Dosen Pembimbing (1) Ns, Hj Zainar Kasim, S.Kep, M.Kes (2) Ns, Sri
Wahyuni, S.Kep, MARS

ABSTRAK
Triase adalah suatu system pembagian/klasifikasi prioritas klien berdasarkan berat
ringannya kondisi klien/kegawatdaruratannya yang memerlukan tindakan segera.
Penanganan kasus gawat darurat selain harus dilaksanakan secara cepat tapi juga harus
tepat. Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah salah satu instrumen untuk mengukur
kualitas suatu pelayanan.

Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui apakah ada hubungan jumlah kunjungan
pasien dengan ketepatan pelaksanaan triase oleh perawat di instalasi gawat darurat
RSUP.Prof. DR. R.D. KANDOU MANADO Penelitian dilakukan dengan menggunakan
metode penelitian deskriptif analitik yang bersifat cross sectional. Sampel diambil
berdasarkan jumlah responden sebanyak 24 orang dengan menggunakan Total sampling.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Penelitian ini


menggunakan uji statistic chis-quare dan berdasarakan fisher Exact diperoleh nilai
signifikan 0,042 (p < 0,005).

Kesimpulan dalam penelitian ini terdapat hubungan antara Jumlah kunjungan pasien
dengan ketepatan pelaksanaan triase oleh perawat di RSUP Prof. DR. R.D. Kandou
Manado

Kata Kunci : Jumlah kunjungan, Ketepatan pelaksanaan triase


Eka septiany dako ( 2016 ) relations the number of visits patients with appropriate
implementation of triage by nurses in the emergency room in Rsup.Prof.DR..r.d.kandou
manado. Essay, The Nursing Science Program of STIKES muhammadiyah of
Manado. The Supervisor of this essay are (1) Ns, Hj Zainar Kasim, S.Kep, M.Kes
(2) Ns, Sri Wahyuni, S.Kep, MARS

ABSTRACT

Triage is a system the division of / classifications priority clients based on weight


casually condition of a client to emergency that requires immediate action .The handling
of emergency in addition to having to solved quickly but also to be exactly .Standard
procedure for the operation ( spo ) is one an instrument for measuring the quality of a
service .

The purpose of this research is to know whether there was an association the number of
visits patients with appropriate implementation of triage by nurses in of emergency room
rsup.prof .Dr .R.d . Kandou manado the research was done by using the method research
descriptive analytic that is cross sectional .Sample made on the number of respondents as
much as 24 persons by using total of sampling.

Data collection is done by using sheets of observasion. This study using statistic chis-
quare test and are based on Fisher Exact obtained value significant 0,042 (p < 0,005) .

Conclusion in this study there are the relationship between the number of visits patients
with appropriate implementation of triage by nurses in rsup prof.Dr.R.d. Kandou manado

Keywords: The number of visits, appropriate implementation of triage


DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM................................................................................ i
SURAT PERNYATAAN........................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................... iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI ..................................... iv
CURICULUM VITAE ............................................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................ vi
ABSTRAK .............................................................................................. ix
ABSTRACT ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Pasien ............................................................ 7
B. Konsep Dasar Perawat ......................................................... 8
C. Konsep Dasar Rumah Sakit ................................................. 12
D. Instalasi Gawat Darurat. ........................................................ 14
E. Triage. ................................................................................... 15
F. Hasil Penelitian terkait . ........................................................ 30

BAB III. KERANGKA KONSEP


A. Kerangka Konsep Penelitian ................................................ 32
B. Hipotesis ............................................................................... 33
C. Variabel Penelitian ............................................................... 33
D. Defenisi Operasional ............................................................ 33

BAB IV. METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian .................................................................. 35
B. Tempat dan waktu penelitian ............................................... 35
C. Populasi dan sampel penelitian ............................................ 35
D. Kriteria Inklusi dan eksklusi ................................................ 36
E. Instrumen Penelitian ............................................................. 36
F. Prosedur Pengumpulan Data ................................................ 37
G. Pengolahan Data ................................................................... 37
H. Teknik Analisa Data ............................................................. 38
I. Etika Penelitian .................................................................... 39

BAB V. HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................... 41


B. Analisis Univariat ................................................................ 45
C. Analisis Bivariat ................................................................... 47
D. Pembahasan .......................................................................... 48
E. Keterbatasan Peneliti ............................................................ 51

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................ 52
B. Saran ................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Klasifikasi Triase ................................................................................. 20

Tabel 3.2 Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling) ........................... 21

Tabel 3.3 Klasifikasi Berdasarkan tingkat keakutan ............................................ 23

Tabel 3.4 Definisi Operasional ............................................................................. 34

Tabel.5.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ..................... 35

Tabel.5.2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........ 44

Tabel.5.3. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan pendidikan ............. 44

Tabel.5.4. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Kunjungan

Pasien ............................................................................................ 45

Tabel.5.5. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Ketepatan

Pelaksanaan Triase ............................................................................... 46

Tabel.5.6. Hubungan jumlah kunjungan pasien dengan Ketepatan Pelaksanaan


Triase oleh perawat ............................................................................ 47
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 :Surat Keterangan Ijin Penelitian

Lampiran 2 :Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 4 :Lembar Observasi

Lampiran 5 : Master Tabel

Lampiran 6 : Output SPSS 22

Lampiran 7 : Lembar Konsultasi

Lampiran 8 : Dokumentasi Penelitian


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Departemen Kesehatan RI menyatakan bahwa rumah sakit merupakan

pusat pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar dan medik

spesialistik, pelayanan penunjang medis, pelayanan perawatan, baik rawat jalan,

rawat inap maupun pelayanan instalasi. Rumah sakit sebagai salah satu sarana

kesehatan dapat diselenggarakan oleh pemerintah, dan atau masyarakat.

Sedangkan pengertian rumah sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No. 340/MENKES/PER/III/2010 Rumah sakit adalah

institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan

dan gawat darurat.

Pelayanan kesehatan kegawatdaruratan merupakan hak asasi sekaligus

kewajiban yang harus diberikan perhatian penting oleh setiap orang. Pemerintah

dan segenap masyarakat bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan peningkatan

kualitas pelayanan kesehatan kegawat daruratan sebagai bagian utama dari

pembangunan kesehatan sehingga pelaksanaannya tidak sporadik dan memiliki

sistem pelayanan yang terstruktur (Dep.Kes RI, 2004).

Pada tahun 2007, jumlah rumah sakit di Indonesia sebanyak 1,319 yang

terdiri atas 1.033 RSU dengan jumlah kunjungan ke RSU sebanyak 33.094.000,

sementara data kunjungan ke IGD sebanyak 4.402.205 (13,3% dari total seluruh

kunjungan di RSU),dari jumlah seluruh kunjungan di IGD terdapat 12% berasal

dari pasien rujukan. (Keputusan Menteri Kesehatan, 2009).


Sebagai penyedia layanan pertolongan 24 jam, perawat dituntut

memberikan pelayanan cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan

kecacatan, oleh karena itu perawat perlu membekali dirinya dengan ketrampilan

yang spesifik yang berhubungan dengan kasus-kasus kegawatdaruratan (Maryuani,

2009).

Instalasi Rawat Darurat sebagai gerbang utama penanganan kasus gawat

darurat di rumah sakit memegang peranan penting dalam upaya penyelamatan

hidup klien. Kondisi gawat darurat merupakan keadaan klinis dimana pasien

membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa serta pencegahan

kecacatan lebih lanjut (Undang-Undang Republik Indonesia No.44 tentang Rumah Sakit,

2009).

(Kemenkes RI,2012) di Instalasi Gawat darurat terbagi beberapa ruangan sesuai

dengan proses dalam melaksanakan tindakan yaitu : Triase, Ambulatoar,

Resusitasi, Instalasi Gawat Darurat Non Trauma, Instalasi Gawat Darurat Trauma

dan Instalasi Gawat Darurat Anak

Triase adalah suatu system pembagian/klasifikasi prioritas klien

berdasarkan berat ringannya kondisi klien/kegawatdaruratannya yang memerlukan

tindakan segera. Dalam triage, perawat dan dokter mempunyai batasan waktu

(respon time) untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi secepatnya

yaitu 10 menit.

Triase berasal dari bahasa Perancis trier dan bahasa inggris triage dan

diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu proses khusus

memilah pasien berdasar beratnya cidera/penyakit untuk menentukan jenis

perawatan gawat darurat. Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk


menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan berfokus dengan suatu

cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta

fasilitas yang paling efisien terhadap 100 juta orang yang memerlukan perawatan

di UGD setiap tahunnya (Pusponegoro, 2010).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Richardson (2006), berdasarkan

presentasi pasien yang ada di Australia, terhitung ada 34.377 pasien pada kondisi

sangat ramai dan 32.231 pasien pada kondisi tidak ramai (masing-masing 736

shift); presentasi tersebut sudah digabungkan baik berdasarkan usia dan jenis

kelamin. Dengan rata-rata yang menginap 21.6 pada shift dengan kondisi sangat

ramai dan 16.4 pada shift dengan kondisi tidak ramai. Analisis subkelompok

menunjukkan bahwa, dalam kelompok di kondisi sangat ramai, ada presentasi

lainnya di kategori triase yang lebih mendesak, penurunan kinerja pengobatan

sesuai standar, dan tingkat kematian yang lebih tinggi berdasarkan kategori triase.

Sehingga didapati bahwa besarnya efek adalah sekitar 13 kematian per tahun.

Sementara penelitian yang terkait dengan jumlah kunjungan pasien dengan

ketepatan pelaksanaan triase adalah Analisis peran perawat triase terhadap

waiting time dan length of stay pada ruang triase di Instalasi gawat darurat

Rumah sakit dr. Saiful Anwar Malang Hasil observasi waiting time pada 200

pasien triage didapatkan hasil sebesar 77.5%sesuai dengan standar ( 0 detik)

sedangkan waitingtime pasien yang tidak sesuai standart(lebih dari 0 detik)

sebesar 22.5%. Sesuai dengan ketetapan prosedur rumah sakit yang memberikan

tindakan langsung pada pasien, ketidak sesuaian waitingtime dengan standar

dipengaruhi oleh jumlah pasien pada setiap shift yang dibandingakan dengan

ketersediaan perawat pada ruang triage. Waiting time dihitung pada setiap pasien
yang mendapatkan tindakan medis dengan tingkat ketepatan waktu yang paling

tepat untuk setiap tindakan medis yang didapatkan (Huffman, 1994). Ketidak

sesuaian waiting time dengan standart dijumpai terutama pada kasus kasus

prioritas 3 dimana ketika jumlah pasien melebihi jumlah perawat maka pasien-

pasien dengan kriteria kegawatan yang paling ringan mendapatkan penundaan

penanganan pada ruang triage.

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Instalasi Gawat Darurat

RSUP. Dr. R.D. Kandou Manado didapatkan bahwa jumlah kunjungan pasien di

IGD sejak bulan Januari maret 2016 Kurang lebih ada 3.600

kunjungan,sedangkan jumlah perawat yang ada di ruangan triase berjumlah 26

orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan seorang perawat senior, diketahui

bahwa saat ini triase di IGD RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou dalam rangka

mempersiapkan JCI (Join Committee International), semakin meningkatkan mutu

pelayanannya salah satunya dengan menerapakan primary survey dan secondary

survey untuk penanganan awal pasien. RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado

yang sudah menjadi rumah sakit tipe A, kini mulai menerapkan Standar Prosedur

Operasional Pelayanan Triase yang membagi pelayanan triase primer dan triase

sekunder. Disampaikan juga selama dalam penanganan pasien khususnya

pelaksanaan triase, sering terjadi kekeliruan terhadap pelaksanaan pelayanan triase

sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO), beberapa perawat mengatakan hal ini

diakibatkan jumlah kunjungan pasien yang banyak yang tidak sebanding dengan

jumlah perawat yang ada sehubungan dengan tidak menentunya jumlah pasien

yang datang.
Berdasarkan uraian di atas peniliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul Hubungan jumlah kunjungan pasien dengan ketepatan pelaksanaan

triase di Instalasi gawat darurat RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah Apakah Ada Hubungan Jumlah Kunjungan Pasien Dengan Ketepatan

Pelaksanaan Triase Oleh Perawat Di Instalasi Gawat Darurat RSUP. Prof. DR.

R.D. Kandou Manado ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui Hubungan jumlah kunjungan pasien dengan ketepatan pelaksanaan

triase di instalasi Gawat darurat RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou

2. Tujuan Khusus

a) Diindetifikasi jumlah kunjungan pasien di RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou

b) Diidentifikasi ketepatan pelaksanaan triase di Instalasi Gawat Darurat

RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.

c) Dianalisis hubungan jumlah kunjungan pasien dengan ketepatan

pelaksanaan triase di instalasi gawat darurat RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou

Manado.

D. Manfaat Penelitian
1) Bagi Instansi Pendidikan

Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber

pustaka dan wacana bagi pembaca yang berada di perpustakaan dalam menambah

wawasan dan ilmu pengetahuan tentang Hubungan jumlah kunjungan pasien

dengan ketepatan pelaksanaan triase di Instalasi gawat darurat.

2) Bagi Perawat

Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan bisa meningkatkan kinerja

tenaga perawatnya sehingga dapat terselenggaranya pelayanan yang

cepat,tepat dan sesuai dengan SOP walaupun dengan kujungan pasien yang

banyak.

3) Bagi Peneliti

Menambah wawasan, dan dapat dipakai sebagai acuan untuk peneliti selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Pasien

1. Definisi Pasien

Keamanan dan keselamatan pasien merupakan hal mendasar yang perlu

diperhatikan oleh tenaga medis saat memberikan pelayanan kesehatan kepada

pasien. Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit memberikan

asuhan kepada pasien secara aman serta mencegah terjadinya cidera akibat

kesalahan karena melaksanakan suatu tindakan atau tidak melaksanakan suatu

tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko,

identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,

pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan

implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).

Pasien adalah seseorang yang menerima perawatan medis, seringkali

pasien menderita penyakit atau cedera dan memerlukan bantuan dokter untuk

memulihkannya.

Kata pasien dari bahasa Indonesia analog dengan kata patient dari bahasa Inggris.

Patient diturunkan dari bahasa latin yaitu patiens yang memiliki kesamaan arti

dengan kata pati yang artinya menderita. http://www.wikipedia.org/wki/pasien

B. Konsep Dasar Perawat

1. Definisi

Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan

kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang
mengalam gangguan fisik, psikis, dan sosial agar dapat mencapai derajat

kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa

meningkatkan kemampuan yang ada pada individu, mencegah, memperbaiki, dan

melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit oleh individu

(Nursalam,2008).

2. Peran dan fungsi perawat

Peran dan fungsi Perawat Peran dan fungsi perawat khususnya di rumah

sakit adalah memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan melalui berbagai

proses atau tahapan yang harus dilakukan baik secara langsung maupun tidak

langsung kepada pasien. Tahapan yang dilakukan tentunya berdasarkan standar

yang diakui oleh pemerintah maupun profesi perawat (Sumijatun, 2011).

Salah satu bagian yang berperan penting dalam meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan adalah pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan di

rumah sakit merupakan komponen terbesar dari sistem pelayanan kesehatan yang

terintegrasi (Kuntoro, 2010).

Pelayanan keperawatan merupakan proses kegiatan natural dan berurutan

yang dilakukan oleh perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

Pelayanan diberikan karena adanya keterbatasan atau kelemahan fisik dan mental.

Keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan

melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.

Kegiatan keperawatan dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan

penyakit, penyembuhan, pemulihan, pemeliharaan kesehatan dengan penekanan

upaya pelayanan kesehatan sesuai wewenang, tanggung jawab dan etika profesi

keperawatan sehingga memungkinkan setiap individu mencapai kemampuan


hidup sehat. Tenaga kesehatan yang paling banyak jumlahnya dalam memberikan

pelayanan kesehatan di rumah sakit dan sering berinteraksi dengan klien adalah

perawat (Asmuji, 2012).

3. Konsep utama keperawatan

Terdapat lima lima konsep utama keperawatan yaitu (Suwignyo, 2007):

a. Tanggung jawab perawat

Tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien butuhkan

untuk memenuhi kebutuhan tersebut (misalnya kenyamanan fisik dan rasa aman

ketika dalam medapatkan pengobatan atau dalam pemantauan. Perawat harus

mengetahui kebutuhan pasien untuk membantu memenuhinya. Perawat harus

mengetahui benar peran profesionalnya, aktivitas perawat profesional yaitu

tindakan yang dilakukan perawat secara bebas dan bertanggung jawab guna

mencapai tujuan dalam membantu pasien. Ada beberapa aktivitas spontan dan

rutin yang bukan aktivitas profesional perawat yang dapat dilakukan oleh perawat,

sebaiknya hal ini dikurangi agar perawat lebih terfokus pada aktivitas-aktivitas

yang benar-benar menjadi kewenangannya.

b. Mengenal perilaku pasien

Mengenal perilaku pasien yaitu dengan mengobservasi apa yang dikatakan

pasien maupun perilaku nonverbal yang ditunjukan pasien.

c. Reaksi segera
Reaksi segera meliputi persepsi, ide dan perasaan perawat dan pasien.

Reaksi segera adalah respon segera atau respon internal dari perawat dan persepsi

individu pasien , berfikir dan merasakan.

d. Disiplin proses keperawatan

Menurut George (dalam Suwignyo, 2007) mengartikan disiplin proses

keperawatan sebagai interaksi total (totally interactive) yang dilakukan tahap demi

tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien dalam hubungan tertentu,

perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku tersebut dan tindakan yang harus

dilakukan, 10mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk membantunya serta untuk

melakukan tidakan yang tepat.

e. Kemajuan / peningkatan

Peningkatan berari tumbuh lebih, pasien menjadi lebih berguna dan

produktif.

f. Perawat profesional

Kelompok kerja Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia di

tahun 2001 merumuskan kompetensi yang harus dicapai oleh perawat profesional

adalah sebagai berikut (Nurachmah, 2002):

1) Menunjukkan landasan pengetahuan yang memadai untuk praktek

yang aman.

2) Berfungsi sesuai dengan peraturan / undang undang ketentuan

lain yang mempengaruhi praktek keperawatan.

3) Memelihara lingkungan fisik dan psichososial untuk


meningkatkan keamanan, kenyamanan dan kesehatan yang

optimal.

4) Mengenal kemampuan diri sendiri dan tingkat kompetensi

profesional.

5) Melaksanakan pengkajian keperawatan secara komprehensif dan

akurat pada individu dan kelompok di berbagai tatanan.

6) Merumuskan kewenangan keperawatan melalui konsultasi dengan

individu / kelompok dengan memperhitungkan regiman

therapeutic anggota lainnya dari tim kesehatan.

7) Melaksanakan asuhan yang direncanakan.

8) Mengevaluasi perkembangan terhadap hasil yang diharapkan dan

meninjau kembali sesuai data evaluasi

9) Bertindak untuk meningkatkan martabat dan integritas individu

dan kelompok

10) Melindungi hak hak individu dan kelompok Membantu individu

atau kelompok membuat keputusan berdasarkan informasi yang

dimilik

C. Konsep Dasar Rumah Sakit

1. Definisi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang tentang rumah sakit no.44 tahun

2009,rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.


Menurut World Health Organization, Pengertian Rumah Sakit adalah

suatu bagian dari organisasi medis dan sosial yang mempunyai fungsi untuk

memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat, baik kuratif

maupun preventif pelayanan keluarnya menjangkau keluarga dan lingkungan

rumah. Rumah sakit juga merupakan pusat untuk latihan tenaga kesehatan dan

penelitian biologi, psikologi, sosial ekonomi dan budaya.

Organisasi rumah sakit merupakan organisasi yang kompleks dan Unik.

Kompleks karena terdapat permasalahan yang sangat rumit. Unik karena di rumah

sakit terdapat suatu proses yang menghasilkan jasa perhotelan sekaligus jasa

medis dan perawatan dalam bentuk pelayanan kepada pasien yang rawat inap

maupun berobat jalan. Rumah sakit merupakan suatu organisasi padat karya

dengan latar belakang pendidikan berbeda-beda. Dalam rumah sakit terdapat

berbagai macam fasilitas pengobatan dan berbagai macam peralatan. Orang yang

dihadapi di rumah sakit adalah orang-orang beremosi labil dan emosional karena

sedang dalam keadaan sakit, termasuk keluarga pasien. Oleh karena itu, pelayanan

rumah sakit jauh lebih kompleks dari pada hotel.

Tujuan Rumah Sakit adalah untuk menghasilkan produk, jasa atau

pelayanan kesehatan yang benar-benar menyentuh kebutuhan dan harapan pasien

dari berbagai aspek, yang menyangkut medis dan non medis, jenis pelayanan,

prosedur pelayanan, harga dan informasi yang dibutuhkan.

2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan


kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah

pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif.Untuk menjalankan tugassebagaimana yang dimaksud, rumah sakit

mempunyai fungsi :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan seuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan

medis.

c. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahan bidang kesehatan.

D. Instalasi Gawat Darurat

Gawat darurat adalah suatu keadaan yang mana penderita memerlukan

pemeriksaan medis segera, guna penyelamatan nyawa serta pencegahan

kecacatan lebih lanjut (Undang-Undang Republik Indonesia No.44 tentang Rumah Sakit,

2009). Kejadian gawat darurat dapat diartikan sebagai keadaan dimana seseorang

membutuhkan pertolongan segera karena apabila tidak mendapatkan pertolongan

dengan segera maka dapat mengancam jiwanya atau menimbulkan kecacatan

permanen. Keadaan gawat darurat yang sering terjadi di masyarakat antara lain

keadaan seseorang yang mengalami henti napas, henti jantung, tidak sadarkan diri,
kecelakaan, cedera, misalnya patah tulang, kasus stroke, kejang, keracunan,dan

korban bencana. Unsur penyebab kejadian gawat darurat antara lain karena

terjadinya kecelakaan lalu lintas, penyakit, kebakaran maupun bencana alam.

Kasus gawat darurat karena kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian

utama d daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ).

Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu unit dirumah sakit yang

harus dapat memberikan playanan darurat kepada masyarakat yang menderita

penyakit akut dan mengalami kecelakaan, sesuai dengan standar. Rumah sakit

lebih khusus IGD (Instalasi Gawat Darurat) salah satu tujuannnya yaitu

tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal bagi pasien secara cepat dan tepat

serta terpadu dalam penanganan tingkat kegawatdaruratan sehingga mampu

mencegah risiko kematian dan kecacatan (to save life and limb) dengan respon

time selama lima menit dan waktu definitif tidak lebih dua jam (Basoki dkk, 2008

dalam Yanty,Darwin & Misrawati, 2011).

Pelayanan gawat darurat tidak hanya memberikan pelayanan untuk

mengatasi kondisi kedaruratan yang di alami pasien tetapi juga memberikan

asuhan keperawatan untuk mengatasi kecemasan pasien dan keluarga. Sistem

pelayana bersifat darurat sehingga perawat dan tenaga medis lainnya harus

memiliki kemampuan, keterampilan, tehnik serta ilmu pengetahuan yang tinggi

dalam memberikan pertolongan kedaruratan kepeda pesien.

E. TRIAGE

1) Sejarah Triage

Penggunaan istilah triage ini sudah lama berkembang. Konsep awal triage

modern yang berkembang meniru konsep pada jaman Napoleon dimana Baron
Dominique Jean Larrey (1766 1842), seorang dokter bedah yang merawat tentara

Napoleon, mengembangkan dan melaksanakan sebuah system perawatan dalam

kondisi yang paling mendesak pada tentara yang datang tanpa memperhatikan

urutan kedatangan mereka. System tersebut memberikan perawatan awal pada

luka ketika berada di medan perang kemudian tentara diangkut ke rumah

sakit/tempat perawatan yang berlokasi di garis belakang. Sebelum Larrey

menuangkan konsepnya, semua orang yang terluka tetap berada di medan perang

hingga perang usai baru kemudian diberikan perawatan.

Pada tahun 1846, John Wilson memberikan kontribusi lanjutan bagi

filosofi triase. Dia mencatat bahwa, untuk penyelamatan hidup melalui tindakan

pembedahan akan efektif bila dilakukan pada pasien yang lebih memerlukan. Pada

perang dunia I, pasien akan dipisahkan di pusat pengumpulan korban secara

langsung akan dibawa ke tempat dengan fasilitas yang sesuai. Pada perang dunia

II diperkenalkan pendekatan triage dimana korban dirawat pertama kali

dilapangan oleh dokter dan kemudian dikeluarkan dari garis perang untuk

perawatan yang lebih baik. Pengelompokan pasien dengan tujuan untuk

membedakan prioritas penanganan dalam medan perang pada perang dunia I,

maksud awalnya adalah untuk menangani luka yang minimal pada tentara

sehingga dapat segera kembali ke medan perang.

Penggunaan awal kata trier mengacu pada penampisan screening di

medan perang. Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu

konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang

memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang

paling efisien terhadap hamper 100 juta orang yang memerlukan pertolongan di
Instalasi gawat darurat (IGD) setiap tahunnya. Berbagai system triage mulai

dikembangkan pada akhir tahun 1950-an seiring jumlah kunjungan IGD yang

telah melampaui kemampuan sumber daya yang ada untuk melakukan

penanganan segera. Tujuan triage adalah memilih atau menggolongkan semua

pasien yang datang ke IGD dan menetapkan prioritas penanganan.

2) Definisi Triage

Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan

suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan

serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau

menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan

prioritas penanganannya (Kathleen dkk, 2008).

Triage adalah suatu system pembagian/klasifikasi prioritas klien

berdasarkan berat ringannya kondisi klien/kegawatdaruratannya yang memerlukan

tindakan segera. Dalam triage, perawat dan dokter mempunyai batasan waktu

(respon time) untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi secepatnya

yaitu 10 menit.

Triase berasal dari bahasa Perancis trier dan bahasa inggris triage dan

diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu proses khusus

memilah pasien berdasar beratnya cidera/penyakit untuk menentukan jenis

perawatan gawat darurat. Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk

menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan berfokus dengan suatu

cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta


fasilitas yang paling efisien terhadap 100 juta orang yang memerlukan perawatan

di IGD setiap tahunnya (Pusponegoro, 2010).

3) Tujuan Triage

Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa.

Tujuan triage selanjutnya adalah untuk menetapkan tingkat atau drajat kegawatan

yang memerlukan pertolongan kedaruratan. Dengan triage tenaga kesehatan akan

mampu :

a. Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada

pasien

b. Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan

pengobatan lanjutan

c. Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses

penanggulangan/pengobatan gawat darurat Sistem Triage dipengaruhi

oleh :

1) Jumlah tenaga profesional dan pola ketenagaan

2) Jumlah kunjungan pasien dan pola kunjungan pasien

3) Denah bangunan fisik unit gawat darurat

4) Terdapatnya klinik rawat jalan dan pelayanan medis

4) Prinsip Dan Tipe Triage

Time Saving is Life Saving (waktu keselamatan adalah keselamatan

hidup), The Right Patient, to The Right Place at The Right Time, with The Right

Care Provider.
a. Triase seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu Kemampuan berespon

dengan cepat terhadap kemungkinan penyakit yang mengancam kehidupan

atau injuri adalah hal yang terpenting di departemen kegawatdaruratan.

b. Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat

Ketelitian dan keakuratan adalah elemen yang terpenting dalam proses

interview.

c. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian

Keselamatan dan perawatan pasien yang efektif hanya dapat direncanakan

bila terdapat informasi yang adekuat serta data yang akurat.

d. Melakukan intervensi berdasarkan keakutan dari kondisi

Tanggung jawab utama seorang perawat triase adalah mengkaji secara

akurat seorang pasien dan menetapkan prioritas tindakan untuk pasien

tersebut. Hal tersebut termasuk intervensi terapeutik, prosedur diagnostic

dan tugas terhadap suatu tempat yang diterima untuk suatu pengobatan.

5) Klasifikasi dan penentuan prioritas

Berdasarkan Oman (2008), pengambilan keputusan triage didasarkan pada

keluhan utama, riwayat medis, dan data objektif yang mencakup keadaan umum

pasien serta hasil pengkajian fisik yang terfokus. Menurut Comprehensive

Speciality Standart, ENA tahun 1999, penentuan triase didasarkan pada kebutuhan

fisik, tumbuh kembang dan psikososial selain pada factor-faktor yang

mempengaruhi akses pelayanan kesehatan serta alur pasien lewat system

pelayanan kedaruratan. Hal-hal yang harus dipertimbangkan mencakup setiap

gejala ringan yang cenderung berulang atau meningkat keparahannya.


Beberapa hal yang mendasari klasifikasi pasien dalam system triage adalah

kondisi klien yang meliputi :

a. Gawat, adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang

memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat.

b. Darurat, adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi

memerlukan penanganan cepat dan tepat seperti kegawatan.

c. Gawat darurat, adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan oleh

gangguan ABC (Airway / jalan nafas, Breathing / Pernafasan, Circulation /

Sirkulasi), jika tidak ditolong segera maka dapat meninggal atau cacat

(Wijaya, 2010)
Berdasarkan prioritas keperawatan dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi :

Tabel 3.1 Klasifikasi Triase

KLASIFIKASI KETERANGAN

Keadaan yang mengancam nyawa / adanya

Gawat darurat (P1) gangguan ABC dan perlu tindakan segera,

misalnya cardiac arrest, penurunan kesadaran,

trauma mayor dengan perdarahan hebat

Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak

memerlukan tindakan darurat. Setelah dilakukan

Gawat tidak darurat (P2) resusitasi maka ditindaklanjuti oleh dokter

spesialis. Misalnya : pasien kanker tahap lanjut,

fraktur, sickle cell dan lainnya

Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi

Darurat tidak gawat (P3) memerlukan tindakan darurat. Pasien sadar,

tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung

diberikan terapi definitive. Untuk tindak lanjut

dapat ke poliklinik, misalnya laserasi, fraktur

minor / tertutup, otitis media dan lainnya

Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak

memerlukan tindakan gawat. Gejala dan tanda


Tidak gawat tidak darurat (P4)
klinis ringan / asimptomatis. Misalnya penyakit

kulit, batuk, flu, dan sebagainya.

Tabel 3.2 Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling)


KLASIFIKASI KETERANGAN

Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu

resusitasi dan tindakan bedah segera,

mempunyai kesempatan hidup yang

besar. Penanganan dan pemindahan

bersifat segera yaitu gangguan pada jalan


Prioritas I (MERAH)
nafas, pernafasan dan sirkulasi.

Contohnya sumbatan jalan nafas, tension

pneumothorak, syok hemoragik, luka

terpotong pada tangan dan kaki,

combutio (luka bakar tingkat II dan III >

25 %

Potensial mengancam nyawa atau fungsi

vital bila tidak segera ditangani dalam

jangka waktu singkat. Penanganan dan

pemindahan bersifat jangan terlambat.


Prioritas II (KUNING)
Contoh : patah tulang besar, combutio

(luka bakar) tingkat II dan III < 25 %,

trauma thorak / abdomen, laserasi luas,

trauma bola mata.

Perlu penanganan seperti pelayanan


Prioritas III (HIJAU)
biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan
pemindahan bersifat terakhir. Contoh

luka superficial, lukaluka ringan.

Kemungkinan untuk hidup sangat kecil,

luka sangat parah. Hanya perlu terapi


Prioritas 0 (HITAM)
suportif. Contoh henti jantung kritis,

trauma kepala kritis.


Tabel 3.3 Klasifikasi Berdasarkan tingkat keakutan (Lyer,2004)

TINGKAT KEAKUTAN KETERANGAN

Kelas I Pemeriksaan fisik rutin (misalnya memar

minor) dapat menunggu lama tanpa bahaya

Nonurgen / tidak mendesak (misalnya ruam,

Kelas II gejala flu) dapat menunggu lama tanpa

bahaya

Semi-urgen / semi mendesak (misalnya

otitis media) dapat menunggu sampai 2 jam


Kelas III
sebelum pengobatan

Urgen / mendesak (misalnya fraktur

panggul, laserasi berat, asma); dapat


Kelas IV
menunggu selama 1 jam

Gawat darurat (misalnya henti jantung,

Kelas V syok); tidak boleh ada keterlambatan

pengobatan ; situasi yang mengancam hidup

6) Prioritas Triage

Proses triage dimulai ketika pasien masuk ke pintu IGD. Perawat triage

harus mulai memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat singkat dan


melakukan pengkajian, misalnya terlihat sekilas kearah pasien yang berada di

brankar sebelumm mengarahkan ke ruang perawatan yang tepat.

Pengumpulan data subjektif dan objektif harus dilakukan dengan cepat,

tidak lebih dari 5 menit karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian perawat

utama. Perawat triage bertanggung jawab untuk menempatkan pasien di area

pengobatan yang tepat, misalnya bagian trauma dengan peralatan khusus, bagian

jantung dengan monitor jantung dan tekanan darah, dll. Tanpa memikirkan

dimana pasien pertama kali ditempatkan setelah triage, setiap pasien tersebut

harus dikaji ulang oleh perawat utama sedikitnya sekali setiap 60 menit.

Untuk pasien yang dikategorikan sebagai pasien yang mendesak atau

gawat darurat, pengkajian dilakukan setiap 15 menit/lebih bila perlu. Setiap

pengkajian ulang harus didokumentasikan dalam rekam medis. Informasi baru

dapat mengubah kategorisasi keakutan dan lokasi pasien di area pengobatan.

Misalnya kebutuhan untuk memindahkan pasien yang awalnya berada di area

pengobatan minor ke tempat tidur bermonitor ketika pasien tampak mual atau

mengalami sesak nafas, sinkope, atau diaphoresis (Iyer, 2004).

Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda-tanda objektif

bahwa ia mengalami gangguan pada airway, breathing, dan circulation, maka

pasien ditangani terlebih dahulu. Pengkajian awal hanya didasarkan atas data

objektif dan data subjektif sekunder dari pihak keluarga. Setelah keadaan pasien

membaik, data pengkajian kemudian dilengkapi dengan data subjektif yang

berasal langsung dari pasien (data primer).

Alur dalam proses Triage


a. Pasien datang diterima petugas / paramedic UGD

b. Diruang triase dilakukan anamneses dan pemeriksaan singkat dan cepat

(selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya oleh perawat.

c. Bila jumlah penderita / korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase

dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD)

d. Penderita dibedakan menurut kegawatannya dengan memberi kode warna :

1) Segera Immediate (MERAH). Pasien mengalami cedera mengancam

jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera. Misalnya :

Tension pneumothorax, distress pernafasan (RR<30x/menit), perdarahan

internal, dsb.

2) Tunda Delayed (KUNING). Pasien memerlukan tindakan definitive

tetapi tidak ada ancaman jiwa segera. Misalnya : Perdarahan laserasi

terkontrol, fraktur tertutup pada ekstremitas dengan perdarahan terkontrol,

luka bakar <25% luas permukaan tubuh, dsb.

3) Minimal (HIJAU). Pasien mendapat cidera minimal, dapat berjalan dan

menolong diri sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya : laserasi minor,

memar dan lecet, luka bakar superfisial.

4) Expextant (HITAM). Pasien mengalami cidera mematikan dan akan

meninggal meski mendapat pertolongan. Misalnya : luka bakar derajat 3

hampir diseluruh tubuh, kerusakan organ vital, dsb.

5) Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan

warna : merah, kuning, hijau, hitam.


6) Penderita/korban kategori triase merah dapat langsung diberikan

pengobatan diruang tindakan UGD. Tetapi bila memerlukan tindakan

medis lebih lanjut, penderita/korban dapat dipindahkan ke ruang operasi

atau dirujuk ke rumah sakit lain.

7) Penderita dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan

medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu

giliran setelah pasien dengan kategori triase merah selesai ditangani.

8) Penderita dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat

jalan, atau bila sudah me mungkinkan untuk dipulangkan, maka

penderita/korban dapat diperbolehkan untuk pulang.

9) Penderita kategori triase hitam (meninggal) dapat langsung

dipindahkan ke kamar jenazah (Rowles, 2007).

7) Dokumentasi Triage

Dokumen adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti

dalam persoalan hukum. Sedangkan pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat

atau merekam peristiwa dan objek maupun aktifitas pemberian jasa (pelayanan)

yang dianggap berharga dan penting.

Dokumentasi yang berasal dari kebijakan yang mencerminkan standar nasional

berperan sebagai alat manajemen resiko bagi perawat UGD. Hal tersebut

memungkinkan peninjau yang objektif menyimpulkan bahwa perawat sudah

melakukan pemantauan dengan tepat dan mengkomunikasikan perkembangan

pasien kepada tim kesehatan. Pencatatan, baik dengan computer, catatan naratif,

atau lembar alur harus menunjukkan bahwa perawat gawat darurat telah
melakukan pengkajian dan komunikasi, perencanaan dan kolaborasi,

implementasi dan evaluasi perawatan yang diberikan, dan melaporkan data

penting pada dokter selama situasi serius. Lebih jauh lagi, catatan tersebut harus

menunjukkan bahwa perawat gadar bertindak sebagai advokat pasien ketika

terjadi penyimpangan standar perawatan yang mengancam keselamatan pasien

(Anonimous, 2002).

Pada tahap pengkajian, pada proses triase yang mencakup dokumentasi :

Waktu dan datangnya alat transportasi

a) Keluhan utama

b) Pengkodean prioritas atau keakutan perawatan

c) Penentuan pemberi perawatan kesehatan yang tepat

d) Penempatan di area pengobatan yang tepat (missal : cardiac versus trauma,

perawatan minor vs perawatan kritis)

e) Permulaan intervensi (missal : balutan steril, es, pemakaian bidai,

prosedur diagnostic seperti pemeriksaan sinar X, EKG, GDA, dll)

KOMPONEN DOKUMENTASI TRIAGE

1) Tanda dan waktu tiba

2) Umur pasien

3) Waktu pengkajian

4) Riwayat alergi

5) Riwayat pengobatan

6) Tingkat kegawatan pasien

7) Tanda-tanda vital
8) Pertolongan pertama yang diberikan

9) Pengkajian ulang

10) Pengkajian nyeri

11) Keluhan utama

12) Riwayat keluhan saat ini

13) Data subjektif dan data objektif

14) Periode menstruasi terakhir

15) Imunisasi tetanus terakhir

16) Pemeriksaan diagnostic

17) Administrasi pengobatan

18) Tanda tangan registered nurse

Rencana perawatan lebih sering tercermin dalam instruksi dokter serta

dokumentasi pengkajian dan intervensi keperawatan daripada dalam tulisan

rencana perawatan formal (dalam bentuk tulisan tersendiri). Oleh karena itu,

dokumentasi oleh perawat pada saat instruksi tersebut ditulis dan

diimplementasikan secara berurutan, serta pada saat terjadi perubahan status

pasien atau informasi klinis yang dikomunikasikan kepada dokter secara

bersamaan akan membentuk landasan perawatan yang mencerminkan ketaatan

pada standar perawatan sebagai pedoman.

Dalam implementasi perawat gawat darurat harus mampu melakukan dan

mendokumentasikan tindakan medis dan keperawatan, termasuk waktu, sesuai

dengan standar yang disetujui. Perawat harus mengevaluasi secara continue

perawatan pasien berdasarkan hasil yang dapat diobservasi untuk menentukan


perkembangan pasien kea rah hasil dan tujuan dan harus mendokumentasikan

respon pasien terhadap intervensi pengobatan dan perkembangannya. Standar

Joint Commision (1996) menyatakan bahwa rekam medis menerima pasien yang

sifatnya gawat darurat, mendesak, dan segera harus mencantumkan kesimpulan

pada saat terminasi pengobatan, termasuk disposisi akhir, kondisi pada saat

pemulangan, dan instruksi perawatan tindak lanjut.

Proses dokumentasi triage menggunakan system SOAPIE, sebagai berikut :

1. S : data subjektif

2. O : data objektif

3. A : analisa data yang mendasari penentuan diagnosa keperawatan

4. P : rencana keperawatan

5. I : implementasi, termasuk didalamnya tes diagnostic

6. E : evaluasi / pengkajian kembali keadaan / respon pasien terhadap

pengobatan dan perawatan yang diberikan (ENA, 2005).

F. Penelitian Terkait dan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Instalasi Gawat Darurat

RSUD Tugurejo Semarang dengan melakukan observasi pada pelayanan triase,

didapatkan pelaksanaan triase tepat pada kunjungan pasien dengan kategori tidak

banyak sejumlah 77 responden (75,49%), pelaksanaan triase tidak tepat dengan

kunjungan pasien kategori banyak sejumlah 28 responden (82,35%),

pelaksanaan triase tepat pada kunjungan pasien dengan kategori banyak sejumlah

6 responden (17,64%), pelaksanaan triase tidak tepat pada kunjungan pasien


dengan kategori tidak banyak sejumlah 25 responden (24,50%). Hasil uji statistik

ChiSquare yang dibaca pada uji Continuity Correction diperoleh Total 102 0,0340

nilai signifikan p = 0,000 yakni lebih kecil dari a = 0,05. Hal ini menunjukkan

bahwa Ho ditolak, artinya terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah

kunjungan pasien dengan ketepatan pelaksanaan triase di Instalasi Gawat Darurat

RSUD Tugurejo Semarang.

Penelitian lainnya yang sejalan dengan penelitian ini yang dilakukan oleh

Eileen, et.al. (2014) didapatkan hubungan yang signifikan antara banyaknya

kunjungan unit gawat darurat dengan kejadian kematian, meningkatkan

kemungkinan pasien meninggalkan ruang gawat darurat tanpa terlihat, dan

penelitian ini mendapatkan kesimpulan bahwa didapati kekhawatiran akan

keselamatan pasien ketika kunjungan pasien banyak dan adanya hasil yang

negatif untuk pasien akibat banyaknya kunjungan pasien.


BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep

konsep yang ingin di amati dan diukur melalui penelitian-penelitian yang akan

dilakukan (Notoatmojo, 2010).

Variabel Independen Variabel Dependen

Ketepatan Pelaksanaan
Jumlah Kunjungan Pasien
Triase

- Beban kerja perawat


- Waktu Tanggap
- Kemampuan Perawat

Ket :

: Variabel yang diteliti

: Tidak di teliti

: Garis Penghubung

Gambar 3.1 kerangka konsep Hubungan kunjungan pasien dengan ketepatan


pelaksanaan triase.
B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah kesimpulan teoritis yang masih harus dibuktikan

kebenarannya melalui analisis terhadap bukti-bukti empiris. Setelah melalui

pembuktian dari hasil penelitian,maka hipotesis ini dapat benar atau salah,dapat

diterima atau ditolak (setiadi,2013).

Ha : Ada Hubungan antara jumlah kunjungan pasien dengan ketepatan

pelaksanaan triase di Instalasi gawat darurat

RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado.

C. Variabel Penelitian

Variabel Independen : Jumlah Kunjungan Pasien

Variabel Dependen : Ketepatan Pelaksanaan Triase


D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah Variabel penenlitian yang dimaksud untuk

memahami arti setiap variable penelitian sebelum dilakukan analisis (wiratna,2014).

Tabel 3.1 : Definisi Operasional Hubungan Jumlah Kunjungan Pasien dengan

Ketepatan Pelaksanaan Triase Di Instalasi Gawat Darurat

RSUP.Prof.dr.R.D.Kandou.

Definisi Alat
Variabel Parameter Skala Hasil ukur
Operasional ukur

Independen : Banyaknya Data Lembar Nominal 1.Banyak


Jumlah pengunjung atau rekam Observasi 2.Tidak
Kunjungan pasien yang medic
Pasien datang di ruangan
triase.

Dependen : Ketepatan Dikatakan Lembar Nominal - Tepat


Ketepatan pelaksanaan triase tepat jika 6 Observasi
pelaksanaan adalah,ketepatan prosedur - Tidak
triase dalam memilah dilakukan, tepat
dan memilih dan
pasien sesuai dikatakan
dengan tingkat tidak tepat
kegawat jika salah
daruratannya. satu dari 6
prosedur
tidak
dilakukan.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian Dekskriptif

Analitik yang bersifat Cross-Sectional yaitu jenis penelitian yang mempelajari

hubungan antara independen dan dependen,dimana melakukan observasi atau

pengukuran sekaligus pada waktu yang sama (Riyanto, 2011)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini telah dilakukan di RSUP.Prof. Dr. R.D. Kandou Manado

2. Waktu

Waktu penelitian telah dilakukan pada tanggal 31 Agustus sampai dengan

6 September 2016

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian atau objek yang telah

diteliti (Notoatmodjo,2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

perawat triase yang berjumlah 26 orang.

2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sejumlah bagian

karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,2007). Pengambilan sampel

dilakukan dengan teknik Total Sampling.

Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi

a. Perawat yang sudah bekerja selama 1 bulan di ruangan triase

b. Perawat yang memiliki sertifikat BHD

c. Bersedia menjadi responden

2. Kriteria Eksklusi

a. Perawat yang tidak berada di tempat

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

observasi digunakan pada saat data yang akan dikumpulkan yaitu data yang dilihat

data yang secara langsung diobservasi (data primer). Alat ukur yang digunakan

yaitu lembar observasi terdiri dari Item A memuat data demografi dan B observasi

prosedur pelayanan Triase. Perhitungan variabel jumlah kunjungan pasien

berdasarkan rasio hasil ukur sebagai berikut: Dikatakan tidak banyak: jika rasio

jumlah pasien sama atau kurang dari tenaga perawat pelaksana, (jumlah pasien

berbanding perawat pelaksana). Dikatakan banyak jika rasio jumlah pasien

melebihi tenaga perawat pelaksana pelaksana). Pengukuran variabel prosedur

pelayanan triase menggunakan lembar observasi yang terdiri dari 6 prosedur

(Standar Prosedur Operasional Pelayanan Triase RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou

Manado) penilaian, masing-masing dinilai dalam pengamatan apakah dilakukan

diberi centang atau tidak di beri tanda minus. Dikatakan tepat bila semua dari ke
tujuh prosedur tersebut dilakukan. Dikatakan tidak tepat bila salah satu atau lebih

item prosedur tersebut tidak dilakukan.

E. Prosedur Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapatkan dengan cara melakukan

wawancara langsung pada responden penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder terdiri dari jumlah pasien yang datang berkunjung di

ruangan Triase RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou beradasarkan data rekam

medik.

F. Pengolahan Data

1. Editing yaitu memeriksa daftar pelayanan yang telah diserahkan oleh para

pengumpul data. Pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah selesai ini

dilakukan terhadap :

a. Kelengkapan jawaban

b. Keterbacaan tulisan

c. Relevansi jawaban

2. Coding yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden

kedalam kategori. Biasanya klasikasi dilakukan dengan cara memberi

tanda atau kode berbentuk angka ada masing masing jawaban.


3. Entry data yaitu jawaban jawaban yang sudah diberi kode kategori

kemudian dimasukan kedalam table dengan cara manual melalui

pengolahan computer.

4. Cleaning yaitu pembersihan data,apakah data sudah benar atau belum.

5. Penyajian data disajikan dalam bentuk yang mudah dibaca dan mudah

dimengerti serta memberikan informasi dan memudahkan interprestasi

hasil analisis.

G. Teknik Analisis Data

1. Analisis univariat

Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010).

2. Analisis bivariate

Dilakukan untuk ada tidaknya hubungan antara variabel dependen dan

independen,digunakan uji Chis Square (X2) pada tingkat kemaknaan 95%

( = 0,05) dengan menggunakan program computer SPSS.

H. Etika Penelitian

Dalam penelitian,peneliti memperahatikan masalah etika penelitian

meliputi .(Alimul, 2007) :

1. Respect To The Respondent

a. Informed Concent ( Informasi untuk responden )

Sebelum melakukan tindakan,peneliti menjelaskan maksud dan tujuan

riset yang dilakukan. Jika responden bersedia untuk diteliti maka

responden harus menandatangani lembar persetujuan tersebut dan tidak

memaksa.
b. Anonymity ( Tanpa nama )

Untuk menjaga kerahasiaan responden dalam penelitian,maka peneliti

tidak mencantumkan pada lembar dan kusioner data,cukup dengan

memberi nomor kode pada masing masing lembar yang hanya diketahui

oleh peneliti.

c. Confidentiality ( kerahasiaan )

Kerahasiaan responden dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok data

tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.

2. Beneficiency

a. Penghormatan pada seseorang

Subjek yang diteliti berhak menentukan apakah ia akan terus mengikuti

penelitian atau berhenti.

b. Melindungi subjek penelitian

Dengan adanya informed consent maka subjek penelitian akan terlindungi

dari penipuan maupun ketidak terusterangan dalam penelitian tersebut.

Selain itu, subjek penelitian akan terlindungi dari segala bentuk tekanan.

c. Melindungi peneliti

Karena subjek penelitian telah menyepakati apa yang tertuang dalam

informed consent maka hal ini akan melindungi peneliti dari gugatan yang

mungkin muncul dari subjek penelitian.

3. Justice

Dalam melakukan penelitian,setiap orang diberlakukan sama berdasar

moral,martabat,dan hak asasi manusia. Hak dan kewajiban peneliti

maupun subjek juga harus seimbang.


BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMABAHASAN
A. Gambaran umum RSUP. Prof. DR. R. D. Kandou Manado

1. Sejarah RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Bagi masyarakat Manado

Perjalanan sejarah RS ini tak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya RSU

Gunung Wenang Manado. Bermula pada tahun 1936, saat itu pemerintah

Belanda mendirikan Koningen Wilhelmina Ziekenheuis (KWZ) di lokasi

Gunung Wenang Manado. Lalu, pada saat bala tentara Jepang datang dan

menduduki Manarou, RS ini kemudian berganti nama menjadi Kaigun Byoo-in.

Setelah Indonesia merdeka, namanya kemudian berganti menjadi RS Gunung

Wenang Manado. Pada tanggal 9 Februari tahun 1995, RS ini bersama seluruh

tenaga medis dan pegawainya, pindah ke lokasi yang lebih memadai dan lebih

luas di daerah Malalayang Manado, karena lokasi sebelumnya berada tepat di

pusat kota yang sudah terlalu padat dan sulit untuk pengembangan dan

pembangunan, serta lahannya sudah sempit dan terbatas. Nama RS saat pindah

tersebut disesuaikan dengan nama lokasinya di Malalayang, sehingga namanya

berubah menjadi RSUP Malalayang Manado dan ditetapkan sebagai RS Unit

Swadana Pengguna Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Pada tanggal 9

Februari inilah kemudian setiap tahunnya diperingati sebagai hari ulang tahun

(HUT) rumah sakit ini. Pada tahun 2004 berubah kembali namanya menjadi

RSUP Prof. dr. R.D. Kandou dan nama ini kemudian ditetapkan pada tanggal 9

Agustus 2005 sampai sekarang. RS ini merupakan rumah sakit pendidikan dan

pusat rujukan pelayanan kesehatan Provinsi Sulawesi Utara dan Indonesia

Timur. Pada tanggal 26 Juni 2007 RSUP Prof. dr. R.D. Kandou Manado
ditetapkan sebagai instansi yang merupakan PPK-BLU dengan Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor 756/Menkes/SK/VI/2007 dan Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 272/Keu.05.2007 pada tanggal 21 Juni 2007. Dengan kata

lain, RS ini harus dapat membiayai diri sendiri. Nah, pada tahun 2015 ini dengan

berbagai upaya dan perjuangan berbagai pihak, Pemerintah Pusat kemudian

memberikan status sebagai RS tipe A sebagai RS Rujukan Nasional. Puncaknya

adalah diraihnya Akreditasi Paripurna KARS versi 2012, maka lengkaplah

prestasi RS ini di level nasional. Selanjutnya dengan dikomandoi oleh dokter

yang visioner yaitu dr. Maxi Rein Rondonuwu DHSM, MARS sebagai Direktur

Utama RSUP Prof. R.D. Kandou saat ini. RS ini dengan intensif sedang giat-

giatnya berbenah di semua lini untuk menggapai RS berakreditasi Joint

Commission International (JCI). Direktur utama dengan segudang pengalaman

dan prestasi ini, bertekad untuk meningkatkan kualitas RS ini sehingga dapat

disejajarkan dengan RS-RS yang bertaraf Internasional. Hal ini sangat luar biasa,

karena tentunya akan meningkatkan daya saing RS ini di era Masyarakat

Ekonomi Asean (MEA) saat ini. Secara garis besar upaya RS ini untuk meraih

sertifikat Internasional tersebut, tentunya haruslah berbasis service exellent

(pelayanan prima). Pelayanan prima ini syaratnya haruslah memiliki manajemen

dasar yang strategis, kuat, terarah dan transparan. Adapun model manajemen

strategis yang diperlukan membutuhkan suatu pendekatan analitis dan urgensi.

Pendekatan ini biasanya terdiri dari tiga elemen, yaitu: pola pikir strategis,

perencanaan strategis dan momentum strategis.

1. Pola pikir strategis (strategic thinking) Adalah cara mengenali

kenyataan tentang adanya perubahan, mempertanyakan asumsi dan


kegiatan terkini, membangun pemahaman sistem, melihat kemungkinan

masa depan, menciptakan ide-ide baru serta mempertimbangkan

kesesuaian RS dengan lingkungan eksternalnya. Penting juga

mengetahui adanya perubahan kebutuhan dari para stakeholder

(pemangku kepentingan), perubahan menyangkut teknologi, sosial dan

demografi, ekonomi, politik/ perundangan dan tuntutan kompetitif.

2. Perencanaan strategis (strategic planning) Adalah proses secara

periodik dalam mengembangkan langkah-langkah dalam RS untuk

mencapai misi dan visinya dengan menggunakan pola pikir strategis.

Cara ini akan menyiapkan proses langkah demi langkah yang berurutan,

untuk membuat suatu strategi dengan melakukan kegiatan-kegiatan

periodik melalui group strategic thinking/ brainstorming. Proses ini

akan membutuhkan data/ informasi yang valid, membangun fokus

untuk RS, memfasilitasi pengambilan keputusan yang konsisten serta

perlu konsensus akan kebutuhan, guna penyesuaian RS dengan

lingkungan eksternalnya.
B. Karakteristik Responden

1. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur

Tabel.5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di RSUP. Prof.


DR. R. D. Kandou Manado. 2016 (n=24)
Usia Frekuensi (f) Persen (%)
Dewasa Awal 9 37,5
Dewasa Akhir 15 62,5
Total 24 100
Sumber Data Primer 2016

Berdasarkan table diatas dapat di lihat umur responden pada penelitian ini

yaitu kategori dewasa awal berjumlah 9 orang (37,5%), dan dewasa akhir

berjumlah 15 orang (62,5%). Hal ini dapat dimakanai bahwa umur respon lebih

dominan pada kategori dewasa akhir yang berjumlah 15 orang (62,5%).

2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin

Tabel.5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP.


Prof. DR. R. D. Kandou Manado. 2016 (n=24)
Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persen (%)
Laki Laki 16 66,7
Perempuan 8 33,3
Total 24 100
Sumber Data Primer 2016

Berdasarkan table diatas dapat di lihat jenis kelamin responden laki-laki

pada penelitian ini berjumlah 16 orang (66,7%), dan perempuan berjumlah 8

0rang (33,3%). Hal ini dapat dimaknai bahwa proporsi responden laki - laki lebih

banyak dari pada perempuan.


3. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan
Tabel.5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di RSUP.
Prof. DR. R. D. Kandou Manado. 2016 (n=24)

Pendidikan Frekuensi (f) Persen (%)


D3 14 58,3
S1 4 16,7
Nurse 6 25,0
Total 24 100
Sumber Data Primer 2016

Berdasarkan table 5.3 diatas dapat di lihat perawat yang berpendidikan D3

berjumlah 14 (58,3%), perawat dengan pendidikan S1 4 (16,7) dan perawat

dengan pendidikan Nurse berjumlah 6 (25,0%). Hal ini dapat di maknai bahwa

perawat dengan pendidikan D3 lebih dominan dengan jumlah 14 (58,3%).

C. Analisa Univariat

1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Kunjungan Pasien

Tabel.5.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Kunjungan Pasien di RSUP.


Prof. DR. R. D. Kandou Manado. 2016 (n=24)
Jumlah kunjungan Frekuensi (f) Persen (%)
Banyak 23 95,8
Tidak banyak 1 4,2
Total 24 100
Sumber Data Primer 2016

Berdasarkan table diatas dapat di lihat Jumlah kunjungan banyak yaitu 23

orang(95,8%) dan jumlah kunjungan tidak banyak berjumlah 1 (4,2%) Jumlah

kunjungan responden lebih dominan pada Jumlah kunjungan Banyak yang

berjumlah 23 (95,8%).

2. Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Ketepatan Pelaksanaan Triase

Tabel.5.5. Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Ketepatan Pelaksanaan


Triase RSUP. Prof. DR. R. D. Kandou Manado. 2016 (n=24)
Ketepatan pelaksanaan triase Frekuensi (f) Persen (%)
Tepat 23 95,8
Tidak tepat 1 4,2
Total 24 100
Sumber Data Primer 2016

Berdasarkan tabel diatas dapat di lihat ketepatan pelaksanaan triase

kategori tepat berjumlah 23 orang (95,8%) Dan pelaksanaan triase tidak tepat

berjumlah 1 orang (4,2%). Hal ini dapat dimaknai bahwa pelaksanaan Triase

Tepat lebih dominan dengan jumlah 23 orang (95,8%).

Analisis Bivariat

Untuk melihat hubungan antara jumlah kunjungan pasien dengan

ketepatan pelaksanaan triase oleh perawat maka diproses data menggunakan uji

chi-square. Untuk lebih jelasnya sebagaimana uraian dibawah ini :

Tabel.5.6. Hubungan jumlah kunjungan pasien dengan Ketepatan Pelaksanaan


Triase oleh perawat di RSUP. Prof. DR. R. D. KANDOU MANADO
Ketepatan Pelaksanaan P
Triase Total Vallue
Tepat Tidak Tepat
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
Jumlah Banyak 23 95,8% 0 0% 23 95,8 %
0,042
Kunjungan
Tidak Banyak 0 0% 1 4,2 % 1 4,2 %
Pasien
Total 23 95,8 % 1 4,2 % 24 100 %
Sumber uji statistic chisquare < 0,05

Berdasarkan table 5.5 di atas didapatkan jumlah kunjungan pasien

banyak dengan ketepatan pelaksanaan triase tepat yaitu 23 orang atau 100%

dan tidak tepat tidak ada, jumlah kunjungan pasien tidak banyak dengan
ketepatan pelaksanaan triase tepat tidak ada dan tidak tepat 1 orang 100%. Dari

hasil uji statistic cisquare dapat di peroleh p Value 0,042 < 0,05 pada Fishers

Exact Test karena ada 3 cell yang nilainya kurang dari 0.05 pada table 2x2

dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara jumlah kunjungan pasien dengan ketepatan pelaksanaan triase oleh

perawat di instalasi gawat darurat RSUP. Prof. DR. R.D. Kandou Manado.

D. Pembahasan

Penelitian ini berjudul Hubungan jumlah kunjungan pasien dengan

ketepatan pelaksanaan triase oleh perawat di Instalasi gawat darurat RSUP.

Prof. DR. R.D. Kandou Manado, yang dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus

sampai dengan 6 september 2016. Tujuan penelitian untuk mengetahui

hubungan jumlah kunjungan pasien dengan ketepatan pelaksanaan triase oleh

perawat di Instalasi gawat darurat RSUP. Prof. DR. R.D. Kandou Manado.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Deskriptif Analitik yang

bersifat Cross-Sectional yaitu jenis penelitian yang mempelajari hubungan

antara Independen dan dependen, dimana melakukan observasi atau

pengukuran sekaligus pada waktu yang sama. Penelitian ini menggunakan uji

statistic chis-quare dan diperoleh nilai signifikan 0,042 (p < 0,005) dengan

demikian disimpulkan bahwa terdapat hubungan jumlah kunjungan pasien

dengan ketepatan pelaksanaan triase oleh perawat. Hal tersebut di dukung

oleh penelitian (Rizka Artika Putri,2009), bahwa dengan melakukan observasi

pada pelayanan triase, didapatkan pelaksanaan triase tepat pada kunjungan

pasien dengan kategori tidak banyak sejumlah 77 responden (75,49%),


pelaksanaan triase tidak tepat dengan kunjungan pasien kategori banyak

sejumlah 28 responden (82,35%), pelaksanaan triase tepat pada kunjungan

pasien dengan kategori banyak sejumlah 6 responden (17,64%), pelaksanaan

triase tidak tepat pada kunjungan pasien dengan kategori tidak banyak

sejumlah 25 responden (24,50%).

Pada Penelitian ini dapat dilihat jumlah kunjungan pasien terbanyak

pada kategori banyak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Richardson (2006), berdasarkan presentasi pasien yang ada di Australia,

terhitung ada 34.377 pasien pada kondisi sangat ramai dan 32.231 pasien pada

kondisi tidak ramai (masing-masing 736 shift); presentasi tersebut sudah

digabungkan baik berdasarkan usia dan jenis kelamin. Dengan rata-rata yang

menginap 21.6 pada shift dengan kondisi sangat ramai dan 16.4 pada shift

dengan kondisi tidak ramai. Analisis subkelompok menunjukkan bahwa, dalam

kelompok di kondisi sangat ramai, ada presentasi lainnya di kategori triase

yang lebih mendesak, penurunan kinerja pengobatan sesuai standar, dan tingkat

kematian yang lebih tinggi berdasarkan kategori triase. Sehingga didapati

bahwa besarnya efek adalah sekitar 13 kematian per tahun. Sementara

penelitian yang terkait dengan jumlah kunjungan pasien dengan ketepatan

pelaksanaan triase sepengetahuan penulis belum ada. Studi pendahuluan yang

dilakukan peneliti di Instalasi Gawat Darurat RSUD Tugurejo Semarang

didapatkan bahwa jumlah kunjungan pasien di IGD sejak bulan Januari-

februari 2009 rata-rata 1.400 kunjungan. Berdasarkan hasil wawancara dengan

dua orang perawat senior, di ruangan triase IGD RSUD Tugurejo Semarang

yang diketahui mulai menerapkan Standar Prosedur Operasional Pelayanan


Triase yang membagi pelayanan triase primer dan triase sekunder.

Disampaikan juga selama dalam penanganan pasien khususnya pelaksanaan

triase, sering terjadi kekeliruan terhadap pelaksanaan pelayanan triase sesuai

Standar Prosedur Operasional (SPO), beberapa perawat mengatakan hal ini

diakibatkan jumlah kunjungan pasien yang banyak yang tidak sebanding

dengan jumlah perawat yang ada sehubungan dengan tidak menentunya jumlah

pasien yang datang.

Pada Penelitian ini dapat dilihat ketepatan pelaksanaan triase terbanyak

pada kategori tepat. Hal ini sejalan dengan Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Yanty, Darwin dan Misrawati, (2011) didapatkan petugas kesehatan IGD

mayoritas memiliki pengetahuan yang tinggi terhadap tindakan triage

berdasarkan prioritas sebanyak 17 orang responden (53,1%). Mayoritas petugas

kesehatan IGD memiliki sikap yang positif terhadap tindakan triage

berdasarkan prioritas sebanyak 19 orang responden (59,4%), dan sebagian

besar petugas kesehatan IGD melaksanakan tindakan triage berdasarkan

prioritas sesuai prosedur sebanyak 18 orangresponden (56,3%).

Hasil penelitian ini juga didukung oleh teori yang di ungkapkan oleh

(Kachalia, et. al. 2006), bahwa Kelalaian diagnosa di ruang gawat darurat memiliki

penyebab yang kompleks, Faktor-faktor yang berkontribusi dalam kesalahan

diagnose adalah foktor-faktor kognitif, komunikasi, sistem, dan faktor yang

berhubungan dengan pasien. Salah satu faktor yang berhubungan dengan

sistem yaitu beban kerja yang berlebihan yang dapat disebabkan oleh

banyaknya kunjungan pasien.


Berdasarkan teori dari (Basoki dkk, 2008 dalam Yanty,Darwin & Misrawati,

2008). Kondisi gawat darurat merupakan keadaan klinis dimana pasien

membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa serta

pencegahan kecacatan lebih lanjut (Undang-Undang Republik Indonesia No.44

tentang Rumah Sakit, 2009). Rumah sakit lebih khusus IGD (Instalasi Gawat

Darurat) salah satu tujuannnya yaitu tercapainya pelayanan kesehatan yang

optimal bagi pasien secara cepat dan tepat serta terpadu dalam penanganan

tingkat kegawatdaruratan sehingga mampu mencegah risiko kematian dan

kecacatan (to save life and limb) dengan respon time selama lima menit dan

waktu definitif tidak lebih dua jam.

Pada penelitian ini juga dapat dilihat pada karakteristik responden

pendidikan yang terbanyak yaitu pada kategori Perawat dengan D3. Hal ini

didukung dengan teori (Misrawati, 2008) bahwa program pendidikan DIII

Keperawatan yang meluluskan perawat generalis sebagai perawat vokasional

(ahli madya Keperawatan) berdasararkan keilmuan dan keprofesian yang

kokoh. Sebagai Perawat Vokasional atau Profesional pemula harus tetap

memeliki tingkah laku dan kemampuan yang professional serta mampu

melaksanakan asuhan keperawatan dasar secara mandiri dibawah supervise.

Selain itu, mempunyai kemampuan mengelola praktik keperawatan

berdasarkan kebutuhan dasar manusia dengan memanfaatkan IPTEK

keperawatan yang maju dan tepat berguna.

Dari pembahasan di atas peneliti berasumsi bahwa jika pelaksanaan

triase tepat maka kualitas pelayanan Rumah sakit jadi meningkat, dan
kemampuan perawat juga meningkat yang akhirnya membuat jumlah

kunjungan pasien pun semakin banyak.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan di RSUP. Prof. DR. R.D.

Kandou Manado maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah :

3. Jumlah kunjungan pasien yang di layani di instalai gawat darurat RSUP.

RSUP. Prof. DR. R.D. Kandou Manado sebagian besarnya banyak.

4. Ketepatan pelaksanaan triage di instalai gawat darurat RSUP. Prof. DR. R.D.

Kandou Manado sebagian besar tepat.

5. Ada hubungan antara jumlah kunjungan pasien dengan ketepatan pelaksanaan

triage di instalai gawat darurat RSUP. RSUP. Prof. DR. R.D. Kandou

Manado

B. SARAN

1). Bagi Instansi Pendidikan

Diharapkan dapat digunakan sebagai sumber pustaka dan wacana bagi

pembaca yang berada di perpustakaan dalam menambah wawasan dan

ilmu pengetahuan tentang Hubungan jumlah kunjungan pasien dengan

ketepatan pelaksanaan triage di Instalasi gawat darurat.


2). Bagi Perawat

Diharapkan bisa meningkatkan kinerja tenaga perawatnya sehingga

dapat terselenggaranya pelayanan yang cepat,tepat dan sesuai dengan

SOP walaupun dengan kujungan pasien yang banyak.

3). Bagi Peneliti

Diharapkan Menambah wawasan, dan dapat dipakai sebagai acuan

untuk peneliti selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Anonimous (2002). Disaster Medicine. Philadelphia USA : Lippincott Williams

Arikunto (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta : Penerbit PT. Rineka Cipta.

Brooker C (2009). ensiklopedia keperawatan (Churchill Livingstones)

Basoeki (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Petugas Kesehatan


IGD Terhadap Tindakan Triage Berdasarkan Prioritas. Riau: Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Riau, http://jom.unri.ac.id. Diakses tanggal 16
oktober 2014 jam 19.28 WITA.

Drew B. Richardson (2006). Increase in patient mortality at 10 days


associated with emergency department overcrowding. MJA : Volume 184
Number 5. https://www.mja.com.au. Diakses tanggal 3 mei 2016 21.31
WITA.Kementrian kesehatan Republik Indonesia.(2004). Pelayanan
Gawat Darurat

Kachalia et al (2006). Missed and Delayed Diagnoses in the Emergency


Department: A Study of Closed Malpractice Claims From 4 Liability
Insurers. Journal of American College of Emergency Physicians, Ann
Emerg Med. 2007;49:196-205. http://dx.doi.org/10.1016/j.anneme
rgmed.2006.06.035 Diakses tanggal 28 april 2016 19.30 WITA.

Lyer,P (2004) . Dokumentasi Keperawatan : suatu pendekatan proses


keperawatan,Jakarta : EGC

Moenir, HAS (2011). Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi


Aksara.

Oman, Kathleen S. (2008). Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta :


EGC

Puspenogo (2010). wijaya. Konsep dasar keperawatan gawat darurat

S. Supriyanto (2010). Judul : Pemasaran Industri Jasa Kesehatan. Yogyakarta :


Penerbit CV Andi Offset. ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3.Nomor
2. Mei 2015

Yanty G.,Darwin K.,Misrawati, (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan


Sikap Petugas Kesehatan IGD Terhadap Tindakan Triage Berdasarkan
Prioritas. Riau: Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau,
http://jom.unri.ac.id. Diakses tanggal 16 oktober 2014 jam 19.28 WITA.

Undang undang Republik Indonesia (2009). Tentang Rumah Sakit


Wijaya, S (2010). Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Denpasar : PSIK
FK
Wilde,E.T (2009) do emergency medical system response time matter of health
out come.New york : Columbia University
https://chandrarandy.wordpress.com/2012/10/07/konsep-triage/ ENA, 2005.
Emergency Care. USA : WB Saunders Company
https://kuatkitabersama.wordpress.com/2012/05/11/konsep-pasien-
safety/diakses 25 april 2016.http://www.wikipedia.org/wki/pengertianpasien
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
HUBUNGAN JUMLAH KUNJUNGAN PASIEN DENGAN KETEPATAN
PELAKSANAAN TRIASE OLEH PERAWAT DI INSTALASI GAWAT
DARURAT RSUP. PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

Kepada Yth :
Bapak/Saudara
Di
Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Manado.
Nama : Eka Septiany Dako
NIRM : 1201086
Akan mengadakan penelitian dengan judul:
Hubungan jumlah kunjungan pasien dengan ketepatan pelaksanaan triase oleh
perawat di Instalasi Gawat darurat RSUP. Prof. DR. R. D. Kandou Manado.
Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak/Saudara untuk menandatangani lembar
persetujuan dan menjawab pertanyaan dalam lembar kuesioner. Jawaban
responden akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian.
Atas bantuan dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih.

Manado, 2016
Peneliti

Eka Septiany Dako


INFORMED CONCENT

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

HUBUNGAN JUMLAH KUNJUNGAN PASIEN DENGAN KETEPATAN


PELAKSANAAN TRIASE OLEH PERAWAT DI INSTALASI GAWAT
DARURAT RSUP. PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Inisial responden : ..

Umur : ..

Dengan ini menyatakan bersedia turut berpartisipasi sebagai responden dalam


penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa Eka Septiany Dako yang berjudul
Hubungan jumlah kunjungan pasien dengan ketepatan pelaksanaan triase oleh
perawat di Instalasi Gawat darurat RSUP. Prof. DR. R. D. Kandou Manado.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan benar.

Manado,Agustus 2016

Responden
LEMBAR OBSERVASI
JUMLAH KUNJUNGAN PASIEN

NO Jumlah Kunjungan Shift Perawat Jam Banyak Tidak


Nama :

Jenis Kelamin :

LEMBAR OBSERVASI

KETEPATAN PELAKSANAAN TRIASE

Tidak
NO Prosedur Triase Tepat
tepat
1. Anamnesa
- Memberi salam
- Menanyakan identitas pasien
- Menanyakan keluhan utama
2. Pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk menentukan
derajat kegawatannya
- Mencuci tangan
- Pemakaian handscoen
- Memastikan kesadaran korban
- Memeriksa gangguan jalan nafas (Airway)
- Memeriksa gangguan sirkulasi (Circulation)
- Memeriksa adanya luka,patah tulang maupun pendarahan.
Dari hasil pemeriksaan tentukan kategori pasien berdasar
pelayanan :
- Pelayanan cepat (merah)
- Pelayanan ditunda (kuning)
- Pelayanan berjalan (hijau)
- Meninggal tak tertolong (hitam)
3. Pengelompokan pasien berdasarkan kegawatannya
- Emergency (Label merah)
- Urgent (Label kuning)
- Non urgent (Label hijau)
- Expextant (Label hitam)
4. Rujukan ke ruang tindakan
- Memberi label pasien sesuai dengan kegawatannya
- Menyertakan rekam medisnya
- Membawa / merujuk brancart pasien ke ruang tindakan
5. Kegiatan setelah triase
- Membersihkan alat/bahan medis
- Membersihkan ruangan
- Mencuci tangan
6. Pencacatan dan pelaporan
- Mengisi register kunjungan
- Membuat laporan yang diperlukan
- Mengirim laporan
MASTER TABEL

Jumlah Ketepatan pelaksanaan


NO Umur Jenis Kelamin Pendidikan
Kunjungan triase
1 1 1 3 1 1
2 2 1 2 1 1
3 1 1 2 1 1
4 1 1 3 1 1
5 1 2 1 2 2
6 2 2 1 1 1
7 2 1 3 1 1
8 2 2 1 1 1
9 1 1 1 1 1
10 2 1 2 1 1
11 2 1 3 1 1
12 2 2 1 1 1
13 2 2 1 1 1
14 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1
16 2 2 2 1 1
17 2 1 1 1 1
18 2 1 1 1 1
19 1 1 1 1 1
20 2 2 1 1 1
21 1 1 3 1 1
22 2 1 1 1 1
23 2 2 1 1 1
24 2 1 3 1 1
Keterangan :

Umur : 1. Dewasa Awal 26-35 tahun


2. Dewasa Akhir 36- 45 tahun

Pendidikan : 1. D3
2. S1
3. Nurse

Jenis Kelamin : 1. Laki laki


2. Perempuan

Jumlah Kunjungan : 1. Banyak


2. Tidak banyak

Ketepatan pelaksanaan Triase : 1. Tepat


2. Tidak tepat

Statistics

Ketepatan
Jumlah pelaksanaan
Umur Jenis kelamin pendidikan kunjungan triase
N Valid 24 24 24 24 24

Missing 0 0 0 0 0

Mean 1.62 1.33 1.67 1.04 1.04

Median 2.00 1.00 1.00 1.00 1.00

Mode 2 1 1 1 1

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Dewasa awal 9 37.5 37.5 37.5

Dewasa akhir 15 62.5 62.5 100.0

Total 24 100.0 100.0

Jenis kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki - laki 16 66.7 66.7 66.7

Perempuan 8 33.3 33.3 100.0

Total 24 100.0 100.0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid D3 14 58.3 58.3 58.3

S1 4 16.7 16.7 75.0

Nurse 6 25.0 25.0 100.0

Total 24 100.0 100.0

Jumlah kunjungan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid banyak 23 95.8 95.8 95.8


tidak banyak 1 4.2 4.2 100.0

Total 24 100.0 100.0

Ketepatan pelaksanaan triase

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tepat 23 95.8 95.8 95.8

tidak tepat 1 4.2 4.2 100.0

Total 24 100.0 100.0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jumlah kunjungan *
Ketepatan pelaksanaan 24 100.0% 0 .0% 24 100.0%
triase

Jumlah kunjungan * Ketepatan pelaksanaan triase Crosstabulation

Ketepatan pelaksanaan triase

tepat tidak tepat Total

Jumlah kunjungan Banyak Count 23 0 23

% within Jumlah kunjungan 100.0% .0% 100.0%

% within Ketepatan
100.0% .0% 95.8%
pelaksanaan triase

% of Total 95.8% .0% 95.8%

tidak banyak Count 0 1 1


% within Jumlah kunjungan .0% 100.0% 100.0%

% within Ketepatan
.0% 100.0% 4.2%
pelaksanaan triase

% of Total .0% 4.2% 4.2%

Total Count 23 1 24

% within Jumlah kunjungan 95.8% 4.2% 100.0%

% within Ketepatan
100.0% 100.0% 100.0%
pelaksanaan triase

% of Total 95.8% 4.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 24.000a 1 .000

Continuity Correctionb 5.490 1 .019

Likelihood Ratio 8.314 1 .004

Fisher's Exact Test .042 .042

Linear-by-Linear Association 23.000 1 .000

N of Valid Casesb 24

a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .04.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for Jumlah


a
kunjungan (banyak / tidak
banyak)

a. Risk Estimate statistics cannot be


computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
DOKUMENTASI PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai