Anda di halaman 1dari 22

KEPERAWATAN KRITIS

KONSEP DASAR RUANG PERAWATAN KRITIS (ICU)

Disusun oleh :

Tingkat III Reguler 3/ Kelompok 1 :

Fanny Amalia (1814401103)


Tuah Meidiyanti D (1814401118)
Tri Yana Apriyanti (1814401133)
Cindy Rizka Julita (1814401144)
Syerina Aprilia (1814401129)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas anugerah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah dari mata kuliah Keperawatan Kritis
ini dengan judul “Konsep Dasar Keperawatan Kritis”.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para
mahasiswa khususnya penulis.

Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik, namun penulis
menyadari bahwa memiliki keterbatasan dan kekurangan sebagai manusia biasa. Oleh karena
itu, jika didapatiadanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan maupun dari isi
makalah, maka penulis memohon maaf dan kritik serta saran dari Dosen pengajar bahkan
semua pembaca sangat diharapkan oleh penulis untuk dapat menyempurnakan makalah ini
terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama. Harapan ini dapat bermanfaat bagi kita
sekalian.Terimakasih.

Bandar Lampung, 24 Juli 2020

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTA ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Konsep Dasar Icu 3
B. Tugas Dan Fungsi Perawat Icu 5
C. Kemampuan Minimal Pelayanan Icu 7
D. Fungsi Dan Tujuan Icu 8
E. Jenis-Jenis Icu 9
F. Alur Masuk Pasien Di Icu 11
G. Indikasi Keluar Icu 11
H. Model Asuhan Keperawatan Kritis 12
I. Prinsip-Prinsip Etik di ICU 15

BAB III PENUTUP 18


A. Kesimpulan 18
B. Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kondisi kritis merupakan suatu kondisi krusial yang memerlukan penyelesaian atau jalan
keluar dalam waktu yang terbatas.Pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal
pada satu atau lebih sistem tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring dan
terapi.Pasien dalam kondisi gawat membutuhkan pemantauan yang canggih dan terapi yang
intensif.Suatu perawatan intensif yang menggabungkan teknologi tinggi dengan keahlian
khusus dalam bidang keperawatan dan kedokteran gawat darurat dibutuhkan untuk merawat
pasien yang sedang kritis (Vicky, 2011).
Intensive Care Unit  (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi
dibawah direktur pelayanan), dengan staf dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan
untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau
penyulit-penyulit yang potensial mengancam nyawa. ICU menyediakan sarana-prasarana
serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan
ketrampilan staf medik, perawat, dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan
keadaan-keadaan tersebut (Kemenkes, 2011).
Intensive care mempunyai 2 fungsi utama, yaitu yang pertama untuk melakukan
perawatan pada pasien-pasien gawat darurat dan untuk mendukung organ vital pada pasien-
pasien yang akan menjalani operasi yang kompleks elektif atau prosedur intervensi dan risiko
tinggi untuk fungsi vital. Keperawatan kritis termasuk salah satu spesialisasi di bidang
keperawatan yang secara khusus menangani respon manusia terhadap masalah yang
mengancam hidup.Seorang perawat kritis bertanggung jawab untuk menjamin pasien yang
kritis di Intensive Care Unit (ICU) beserta keluarganya mendapatkan pelayanan keperawatan
yang optimal (Dossey, 2002).
Untuk dapat memberikan pelayanan prima maka ICU harus dikelola dengan baik.
Perawat yang bekerja di dalam Intensive Care Unit harus memiliki kemampuan komunikasi
dan kerjasama tim. Proses keperawatan kritis mengatasi klien yang sedang dalam kondisi
gawat tersebut. Oleh karena itu, diperlukan peran seorang perawat yang dapat bertindak cepat
dan tepat serta melaksanakan standar proses keperawatan kritis.

1
B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari ICU?
2. Apa tugas dan fungsi perawat ICU ?
3. Apa saja kemampuan minimal pelayanan ICU ?
4. Apa fungsi dan tujuan ICU?
5. Apa saja jenis-jenis ICU ?
6. Bagaimana alur masuk pasien di ICU ?
7. Apa indikasi pasien keluar ICU?

C. Tujuan
 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui konsep Intensive Care Unit (ICU) dan proses keperawatan
kritis di dalamnya
 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi Intensive Care Unit (ICU).
2. Mahasiswa dapat mengetahui tugas dan fungsi perawat di ICU
3. Mahasiswa dapat mengetahui kemampuan minimal pelayanan ICU
4. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dan tujuan Intensive Care Unit (ICU).
5. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis ICU
6. Mahasiswa dapat mengetahui indikasi pasien masuk dan keluar ICU.
7. Mahasiswa dapat mengetahui alur pasien masuk Intensive Care Unit (ICU).
8. Mahasiswa dapat mengetahui model asuhan keperawatan kritis

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR ICU


ICU atau intensive care unit dimulai pertama kali pada tahun 1950-an. Kegawat
daruratan dalam keperawatan berkembang sejak tahun 1970-an. Sebagai contoh, kegawatan
di unit operasi kardiovaskuler, pediatric, dan unit neonates.Keperawatan gawat darurat
secara khusus berkonsentrasi pada respon manusia pada masalah yang mengancam hidup
seperti trauma atau operasi mayor.Pencegahan terhadap masalah kesehatan merupakan hal
penting dalam praktik keperawatan gawat darurat.(Hartshorn et all, 1997).
Unit perawatan kritis atau ICU adalah merupakan unit perawatan khusus yang
membutuhkan keahlian dalam penyatuan informasi, membuat keputusan dan dalam
membuat prioritas, karena saat penyakit menyerang sistem tubuh, sistem yang lain terlibat
dalam upaya mengatasi adanya ketidakseimbangan. Esensi asuhan keperawatan kritis tidak
berdasarkan kepada lingkungan yang khusus ataupun alat-alat, tetapi dalam proses
pengambilan keputusan yang didasarkan pada pemahaman yang sungguh-sungguh tentang
fisiologik dan psikologik (Hudak & Gallo, 2012).
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri,
dengan staf yang khusus dan pelengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi,
perawatan, dan terapi bagi yang menderita penyakit akut, cedera atau penyulit yang
mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa. ICU menyediakan sarana dan
prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi vital dengan menggunakan
keterampilan staf dalam mengelola keadaan tersebut.Saat ini di Indonesia, rumah sakit kelas
C yang lebih tinggi sebagai penyedia pelayanan kesehatan rujukan yang profesional dan
berkualitas dengan mengedepankan keselamatan pasien.
Ruang lingkup pelayanan ruang Intensive Care Unit (ICU) menurut Kemenkes
(2011) meliputi hal- hal sebagai berikut:
a. Diagnosis dan penatalaksanaan penyakit akut yang mengancam nyawa dan dapat
menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai beberapa hari.
b. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan
penatalaksanaan spesifik problema dasar.

3
c. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang
ditimbulkan oleh penyakit atau iatrogenic.
d. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat tergantung oleh
alat atau mesin dan orang lain.
Adapun beberapa kriteria pasien yang memerlukan perawatan di ICU adalah:
 Pasien berat, kritis, pasien tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti
bantuan ventilator, pemberian obat vasoaktif melalui infus secara terus menerus,
contoh gagal nafas berat, syok septik.
 Pasien yang memerlukan pemantauan intensif invasive atau non invasive sehingga
komplikasi berat dapat dihindari atau dikurangi, contoh paska bedah besar dan luas,
pasien dengan penyakit jantung, paru, ginjal, atau lainnya.
 Pasien yang memerlukan terapi intensif untuk mengatasi komplikasi akut, sekalipun
manfaat ICU sedikit, contoh pasien dengan tumor ganas metastasis dengan
komplikasi, tamponade jantung, sumbangan jalan nafas.
Sedangkan pasien yang tidak perlu masuk ICU adalah:
 Pasien mati batang otak (dipastikan secara klinis dan laboratorium).
 Pasien yang menolak terapi bantuan hidup.
 Pasien secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan lagi, contoh karsinoma
stadium akhir, kerusakan susunan saraf pusat dengan keadaan vegatatif.
Apabila sarana dan prasarana ICU di suatu rumah sakit terbatas sedangkan kebutuhan
pelayanan ICU yang lebih tinggi banyak, maka diperlukan mekanisme untuk membuat
prioritas pasien masuk berdasarkan beratnya penyakit dan prognosis. Krietria prioritas
pasien masuk menurut Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif RSUP Dokter Kariadi
Semarang (2016) yaitu:
a. Pasien prioritas 1
Kelompok ini merupakan pasien kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif dan
tertitrasi seperti: dukungan ventilasi, alat penunjang fungsi organ, infus, obat
vasoaktif/inotropik obat anti aritmia. Sebagai contoh pasien pasca bedah kardiotoraksis,
sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam nyawa

4
b. Pasien prioritas 2
Golongan pasien memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab sangat
beresiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya pemantauan intensif
menggunakan pulmonary arterial catheter. Contoh pasien yang mengalami penyakit
dasar jantung-paru, gagal ginjal akut dan berat atau pasien yang telah mengalami
pembedahan mayor. Terapi pada golongan pasien prioritas 2 tidak mempunyai batas
karena kondisi mediknya senantiasa berubah.
c. Golongan pasien priorotas 3
Pasien golongan ini adalah pasien kritis, yang tidak stabil status kesehatan sebelumnya,
yang disebabkan penyakit yang mendasarinya atau penyakit akutnya, secara sendirian
atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan atau manfaat terapi di ICU pada golongan ini
sangat kecil. Sebagai contoh antara lain pasien dengan keganasan metastatik disertai
penyulit infeksi, pericardial tamponande, sumbatan jalan nafas, atau pesien penyakit
jantung, penyakit paru terminal disertai kmplikasi penyakit akut berat. Pengelolaan pada
pasien golongan ini hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi
mungkin tidak sampai melakukan intubasi. atau resusitasi jantung paru.
d. Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan kepala Instalasi Rawat Intensif,
indikasi masuk pada beberapa golongan pasien bisa dikecualikan dengan catatan bahwa
pasien golongan demikian sewaktu-waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU agar fasilitas
terbatas dapat digunakan untuk pasien prioritas 1,2,3. Sebagai contoh: pasien yang
memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan hidup yang agresif dan hanya
demi perawataan yang aman saja, pasien dengan perintah “Do Not Resuscitate”, pasien
dalam keadaan vegetatif permanen, pasien yang dipastikan mati batang otak namun
hanya karena kepentingan donor organ, maka pasien dapat dirawat di ICU demi
menunjang fungsi organ sebelum dilakukan pengambilan organ untuk donasi.

B. TUGAS DAN FUNGSI PERAWAT ICU


Tujuan keperawatan intensif sesuai Standar Pelayanan Keperawatan di ICU (Dep. Kes.RI ,
2006) adalah :
1. Menyelamatkan nyawa

5
2. Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui observasi dan
monitoring yang ketat, disertai kemampuan menginterpretasikan setiap data yang
didapat dan melakukan tindak lanjut
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mempertahankan kehidupan
4. Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien
5. Mengurangi angka kematian dan kecacatan pasien kritis dan mempercepat proses
penyembuhan pasien
Untuk mencapai tujuan tersebut, perawat di unit perawatan intensif perlu bekal ilmu dan
pengalaman yang cukup, sehingga kompeten dalam penanganan pasien kritis.Kompetensi
teknikal perawat merupakan kompetensi tidak terbatas pada kemampuan melakukan tindakan
keperawatan namun lebih penting adalah keterampilan mendapatkan data yang valid dan
terpercaya serta keterampilan melakukan pengkajian fisik secara akurat, keterampilan
mendiagnostik masalah menjadi diagnosis keperawatan, keterampilan memilih dan
menentukan intervensi yang tepat (Rosjidi & Harun, 2011).
Selain mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien kritis, perawat di unit
perawatan intensif juga dituntut untuk mampu menjaga mutu pelayanan yang berkulitas.
Dalam menjaga mutu pelayanan di unit perawatan intensif, fungsi dan peran perawat sangat
besar, karena proses perawatan pasien diantaranya dengan observasi kondisi pasien secara
ketat yang dilakukan oleh perawat.
Beberapa peran perawat dalam menjaga mutu pelayanan intensif yaitu :
1. mencuci tangan setiap five moment berinteraksi dengan pasien, mampu mengatasi pasien
dalam keadaan gawat secara cepat,
2. menjaga kesterilan setiap alat invasive yang terpasang pada pasien, memonitor pasien
yang terpasang alat invasif,
3. mengubah posisi pasien yang tirah baring lama, menjaga keamanan pasien yang beresiko
jatuh,
4. merawat pasien dengan luka post operatif,
5. menjaga kesterilan saat melakukan suctioning pada pasien dengan ventilasi mekanik serta
memelihara kesterilan selang pada mesin ventilator.

6
Apabila semua staf perawat dapat melaksanakan perannya dengan, mutu pelayanan unit
perawatan intensif seperti dibawah ini dapat terjamin :

1. Memberikan respon time yang cepat dalam penanganan kegawatan


2. Mencegah terjadinya decubitus
3. Menurunkan resiko jatuh
4. Mencegah terjadinya infeksi akibat kateter vena perifer
5. Mencegah terjadinya infeksi akibat kateter vena sentral
6. Mencegah terjadinya infeksi atau reaksi alergi akibat transfuse
7. Mencegah terjadinya infeksi luka operasi
8. Mencegah terjadinya infeksi saluran kencing akibat pemasangan catheter urin
9. Mencegah terjadiya ventilator acquired pneumonia

Kompetensi perawat dalam penanganan pasien kritis dan menjaga mutu pelayanan ini tidak
hanya membutuhkan ilmu dan pengalaman yang cukup, namun juga tingkat kepedulian dalam
merawat pasien dengan komunikasi yang efektif. Komunikasi yang dimaksud adalah
komunikasi perawat dengan pasien, keluarga pasien serta profesi atau unit lain. Perawat wajib
berkomunikasi dengan pasien sadar maupun yang tidak sadar pada saat melakukan tindakan
keperawatan dan komunikasi penting dilakukan dalam penentuan tingkat kesadaran
pasien.Kepada pihak keluarga, perawat perlu mengorientasikan ruangan, kondisi pasien yang
berubah-ubah setiap saat dan hal-hal penting lainnya agar informasi tentang pasien diterima
dengan baik dan kepuasan keluarga pasien dapat tercapai. Hubungan perawat dengan unit lain
atau profesi kesehatan lain juga memerlukan komunikasi dan kerjasama yang baik agar
pengelolaan pasien kritis bisa optimal serta sasaran keselamatan pasien dapat tercapai.

C. KEMAMPUAN MINIMAL PELAYANAN ICU


Tingkat pelayanan ICU harus diseuaikan dengan kelas rumah sakit. Tingkat pelayanan ini
ditentukan oleh jumlah staf, fasilitas, pelayanan penunjang, jumlah dan macam pasien yang
dirawat. Pelayanan ICU harus memiliki kemampuan minimal sebagai berikut :
1. Resusitasi jantung paru.
2. Pengelolaan jalan napas, termasuk intubasi trakeal dan penggunaan ventilator sederhana
3. Terapi oksigen

7
4. Pemantauan EKG, pulse oksimetri terus menerus
5. Pemberian nutrisi enteral dan parenteral
6. Pemeriksaaan laboratorium khusus dengan cepat dan menyeluruh
7. Pelaksanaan terapi secara titrasi
8. Kemampuan melaksanakan teknik khusus sesuai dengan kondisi pasien
9. Memberikan tunjangan fungsi vital dengan alat-alat portabel selama transportasi pasien
gawat
10. Kemampuan melakukan fisioterapi dada

D. FUNGSI DAN TUJUAN ICU


1. Fungsi ICU
Dari segi fungsinya, ICU dapat dibagi menjadi :
a. ICU Medik
b. ICU trauma/bedah
c. ICU umum
d. ICU pediatrik
e. ICU neonatus
f. ICU respiratorik
Semua jenis ICU tersebut mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengelola pasien yang
sakit kritis sampai yang terancam jiwanya. ICU di Indonesia umumnya berbentuk ICU
umum, dengan pemisahan untuk CCU (Jantung), Unit dialisis dan neonatal ICU.Alasan
utama untuk hal ini adalah segi ekonomis dan operasional dengan menghindari duplikasi
peralatan dan pelayanan dibandingkan pemisahan antara ICU Medik dan Bedah.

2. Tujuan ICU
Berikut adalah tujuan ICU :
a. Menyelamatkan kehidupan
b. Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui observasi dan
monitaring evaluasi yang ketat disertai kemampuan menginterpretasikan setiap data
yang didapat dan melakukan tindak lanjut.
c. Meningkatkan kualitas pasien dan mempertahankan kehidupan.

8
d. Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien.
e. Mengurangi angka kematian pasien kritis dan mempercepat proses penyembuhan
pasien

E. JENIS-JENIS ICU
Pelayanan ICU dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu:
1. ICU Primer
Ruang Perawatan Intensif primer memberikan pelayanan pada pasien yang memerlukan
perawatan ketat (high care). Ruang perawatan intensif mampu melakukan resusitasi
jantung paru dan memberikan ventilasi bantu 24-48 jam. Kekhususan yang dimiliki ICU
primer adalah:
a. Ruangan tersendiri, letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang darurat, dan ruang
rawat pasien lain.
b. Memiliki kebijakan/kriteria pasien yang masuk dan yang keluar
c. Memiliki seorang anestesiologi sebagai kepala
d. Ada dokter jaga 24 jam dengan kemampuan resusitasi jantung paru
e. Konsulen yang membantu harus siap dipanggil
f. Memiliki 25% jumlah perawat yang cukup telah mempunyai sertifikat pelatihan
perawatan intensif, minimal satu orang per shift
g. Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, Rontgen untuk
kemudahan diagnostic selama 24 jam dan fisioterapi (Depkes RI, 2006).

2. ICU Sekunder
Pelayanan ICU sekunder adalah pelayanan yang khusus mampu memberikan ventilasi
bantu lebih lama, mampu melakukan bantuan hidup lain tetapi tidak terlalu kompleks.
Kekhususan yang dimiliki ICU sekunder adalah:
a. Ruangan tersendiri, berdekatan dengan kamar bedah, ruang darurat dan ruang rawat
lain
b. Memiliki kriteria pasien yang masuk, keluar, dan rujukan
c. Tersedia dokter spesialis sebagai konsultan yang dapat menanggulangi setiap saat bila
diperlukan

9
d. Memiliki seorang Kepala ICU yaitu seorang dokter konsultan intensif care atau bila
tidak tersedia oleh dokter spesialis anestesiologi, yang bertanggung jawab secara
keseluruhan dan dokter jaga yang minimal mampu melakukan resusitasi jantung paru
(bantuan hidup dasara dan hidup lanjut)
e. Memiliki tenaga keperawatan lebih dari 50% bersertifikat ICU dan minimal
berpengalaman kerja di unit penyakit dalam dan bedah selama 3 tahun
f. Kemampuan memberikan bantuan ventilasi mekanis beberapa lama dan dalam batas
tertentu, melakukan pemantauan invasif dan usaha-usaha penunjang hidup
g. Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, Rontgen untuk
kemudahan diagnostik selama 24 jam dan fisioterapi
h. Memiliki ruang isolasi dan mampu melakukan prosedur isolasi (Depkes RI, 2006).

3. ICU Tersier
Ruang perawatan ini mampu melaksanakan semua aspek perawatan intensif, mampu
memberikan pelayanan yang tertinggi termasuk dukungan atau bantuan hidup multi
system yang kompleks dalam jangka waktu yang tidak terbatas serta mampu melakukan
bantuan renal ekstrakorporal dan pemantauan kardiovaskuler invasif dalam jangka waktu
yang terbatas. Kekhususan yang dimiliki ICU tersier adalah:
a. Tempat khusus tersendiri di dalam rumah sakit
b. Memilik kriteria pasien yang masuk, keluar, dan rujukan
c. Memiliki dokter spesialis dan sub spesialis yang dapat dipanggil setiap saat bila
diperlukan
d. Dikelola oleh seorang ahli anestesiologi konsultan intensif care atau dokter ahli
konsultan intensif care yang lain, yang bertanggung jawab secara keseluruhan. Dan
dokter jaga yang minimal mampu resusitasi jantung paru (bantuan hidup dasar dan
bantuan hidup lanjut)
e. Memiliki lebih dari 75% perawat bersertifikat ICU dan minimal berpengalaman kerja
di unit penyakit dalam dan bedah selama tiga tahun
f. Mampu melakukan semua bentuk pemantuan dan perawatan intensif baik invasive
maupun non-invasif

10
g. Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, Rontgen untuk
kemudahan diagnostic selama 24 jam dan fisioterapi
h. Memiliki paling sedikit seorang yang mampu mendidik medic dan perawat agar dapat
memberikan pelayanan yang optimal pada pasien
i. Memiliki staf tambahan yang lain misalnya tenaga administrasi, tenaga rekam medic,
tenaga untuk kepentingan ilmiah dan penelitian (Depkes RI, 2006).

F. Alur Masuk Pasien Di ICU

Poliklinik Rawat
/ RS Inap

IBS

UGD ICU

Kontraindikasi Masuk ICU


Yang mutlak tidak boleh masuk ICU adalah pasien dengan penyakit yang sangat menular,
misalnya gas gangren. Pada prinsipnya pasien yang masuk ICU tidak boleh ada yang
mempunyai riwayat penyakit menular.

G. INDIKASI KELUAR ICU


1. Kriteria Keluar
a. Penyakit pasien telah membaik dan cukup stabil, sehingga tidak memerluka terapi
atau pemantauan yang intensif lebih lanjut.
b. Secara perkiraan dan perhitungan terapi atau pemantauan intensif tidak bermanfaat
atau tidak memberi hasil yang berarti bagi pasien. Apalagi pada waktu itu pasien
tidak menggunakan alat bantu mekanis khusus (Kemenkes RI, 2011).
Berdasarkan Prioritasnya, indikasi pasien keluar antara lain :
1) Prioritas I : Pasien prioritas 1 (satu) dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi
intensif telah tidak ada lagi, atau bila terapi telah gagal danprognosis jangka pendek
jelek dengan kemungkinan kesembuhan ataumanfaat dari terapi intensif kontinu kecil.

11
Contoh hal terakhir adalahpasien dengan tiga atau lebih gagal sistem organ yang tidak
beresponsterhadap pengelolaan agresif.
2) Prioritas II : Pasien prioritas 2 (dua) dikeluarkan bila kemungkinan untuk
mendadakmemerlukan terapi intensif telah berkurang.
3) Prioritas III : Pasien prioritas 3 (tiga) dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk
terapiintensif telah tidak ada lagi, tetapi mereka mungkin dikeluarkan lebihdini bila
kemungkinan kesembuhannya atau manfaat dari terapi intensifkontinu kecil. Contoh
dari hal terakhir antara lain adalah pasien denganpenyakit lanjut (penyakit paru
kronis, penyakit jantung atau liverterminal, karsinoma yang telah menyebar luas dan
lain-lainnya yangtelah tidak berespons terhadap terapi ICU untuk penyakit akutnya,
yangprognosis jangka pendeknya secara statistik rendah, dan yang tidak adaterapi
yang potensial untuk memperbaiki prognosisnya).Dengan mempertimbangkan
perawatannya tetap berlanjut dan seringmerupakan perawatan khusus setara pasien
ICU, pengaturan untuk perawatannon-ICU yang sesuai harus dilakukan sebelum
pengeluaran dari ICU.

H. MODEL ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS


Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan pasien sehingga
dapat berfungsi secara optimal.  Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan manajemen
asuhan keperawatan yang profesional, dan salah satu faktor yang menentukan dalam
manajemen tersebut adalah bagaimana asuhan keperawatan diberikan oleh perawat melalui
berbagai pendekatan model asuhan keperawatan yang diberikan (Sitorus, 2005).
Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan di Rumah Sakit yaitu metode
fungsional, metode kasus, metode tim, metode primer, dan metode modular.
Metode fungsional berorientasi kepada tugas, yaitu semua tugas atau tindakan
keperawatan yang ada dibagi kepada perawat yang sedang dinas pada saat itu. Seorang
perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua klien yang ada di unit
tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas tersebut dan menerima
laporan tentang semua klien serta menjawab semua pertanyaan tentang klien. Metode ini
tidak berorientasi pada masalah pasien.

12
Pada metode primer, penugasan diberikan kepada Primary Nurse atas pasien yang
dirawat dimulai sejak pasien masuk ke rumah sakit yang didasarkan kepada kebutuhan pasien
atau masalah keperawatan yang disesuaikan dengan kemampuan Primary Nurse.
Pada metode tim, didasarkan pada pemberian asuhan keperawatan dimana seorang
perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada sekelompok pasien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif.
Sedangkan metode modular adalah gabungan dari metode primer dan metode tim
(Sitorus, 2005). Model Praktek Keperawatan Profesional dengan menggunakan metode kasus
diharapkan akan menghasilkan kontinuitas keperawatan yang bersifat komprehensif di unit
perawatan kritis atau ICU.
Metode kasus adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk satu
atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama periode
waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian
tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan klien (Sitorus, 2005).
Manajemen kasus adalah model yang digunakan untuk mengidentifikasi, koordinasi, dan
monitoring implementasi kebutuhan pelayanan untuk mencapai asuhan yang diinginkan
dalam periode waktu tertentu.

Elemen penting dalam manajemen kasus meliputi :


1) Kerjasama dan dukungan dari semua anggota pelayanan dan anggota kunci dalam
organisasi ( Administrator, dokter dan perawat).
2) Kualifikasi perawat manajer kasus.
3) Praktek kerjasama Tim.
4) Kualitas sistem manajemen yang diterapkan.
5) Menggunakan prinsip perbaikan mutu yang terus menerus.
6) Menggunakan ”Critical pathway” (hasil) atau asuhan MAPS (Multidisciplinary Action
Plans) yaitu kombinasi ”Clinical Path dengan Care Plans.
7) Promosi praktek keperawatan profesional

Dalam 1 unit diperlukan 2 manajer kasus yang bekerja mengkoordinasikan,


mengkomunikasikan, bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dan memfasilitasi asuhan
sekelompok pasien. Idealnya 1 orang manajer kasus mempunyai 10 – 15 kasus pasien dimana

13
perkembangan pasien akan diikuti terus oleh manajer kasus dari masuk sampai pulang. Bila
diperlukan mengikuti perkembangan pasien di rawat jalan. Keuntungan dari manajemen
kasus meningkatnya mutu asuhan karena perkembangan kesehatan pasien dimonitoring terus
menerus sehingga selalu ada perbaikan bila asuhan yang diberikan tidak memberikan
perbaikan, dan adanya kerjasama yang harmonis antara manajer kasus dengan tim kesehatan
lain merupakan elemen penting yang mempengaruhi meningkatnya mutu asuhan,
menurunnya komplikasi dan biaya menjadi lebih efektif (Junaidi, 1999).
Manajer kasus melakukan monitoring terhadap asuhan keperawatan yang dilaksanakan
oleh tenaga perawat dan non keperawatan. Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh
kebutuhan pasien saat ia dinas. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu
perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan
khusus seperti isolasi, intensive care. Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari
filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien
tertentu (Nursalam, 2002).
Konsep dasar metode kasus dalam asuhan keperawatan professional adalah ada tanggung
jawab dan tanggung gugat, otonomi, serta ketertiban pasien dan keluarga.

Tugas perawat dalam metode kasus yaitu:


1. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
2. Membuat tujuan dan rencana keperawatan
3. Melaksanakan semua rencana yang telah dibuat selama ini
4. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain
maupun perawat lain.
5. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
6. Menerima dan menyesuaikan rencana.
7. Menyiapkan penyuluhan pulang.
8. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial masyarakat.
9. Membuat jadwal perjanjian klinik.

Metoda ini adalah suatu penugasan yang diberikan kepada perawat untuk memberikan
asuhan secara total terhadap seorang atau sekelompok klien. Keuntungan model asuhan
keperawatan kasus yaitu asuhan yang diberikan komprehensif, berkesinambungan, dan

14
holistik. Perawat dalam metode kasus mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap
pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit (Gillies,1998).
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya
kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan diberiakan bermutut tinggi dan tercapai
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi
sehingga pasien merasa puas. Dokter juga merasakan kepuasan karena senantiasa
mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbaharui dan komprehensif.
Selain itu, masalah pasien dapat dipahami oleh perawat dan kepuasan tugas secara
keseluruhan dapat dicapai.
Sedangkan kerugiannya adalah kurang efisien karena memerlukan perawat profesional
dengan keterampilan tinggi dan imbalan yang tinggi, sedangkan masih ada pekerjaan yang
dapat dikerjakan oleh asisten perawat. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak
sehingga tugas rutin yang sederhana terlewatkan. Pendelegasian perawatan klien hanya
sebagian selama perawat penaggung jawab klien bertugas (Priharjo,1995).

I. Prinsip-Prinsip Etik di ICU


Sri Lestari (2004) melaporkan bahwa persepsi perawat terhadap prinsip-prinsip etika
meliputi agama mengajarkan manusia untuk berbuat baik, tidak membedakan, mendapatkan
persetujuan melakukan tindakan, pasien atau keluarga pasien berhak menolak tindakan,
mendahulukan tindakan sesuai dengan prioritas masalah, melakukan tindakan untuk
kebaikan, menghindari hal-hal yang membahayakan pasien, menghargai pasien dan keluarga
yang menggunakan cara-cara tradisional.
1. Mendapatkan persetujuan dalam melakukan tindakan dan pasien atau keluarga pasien
berhak menolak tindakan dengan menandatangani pernyataan penolakan tindakan.
Prinsip tersebut merupakan prinsip perawat saat akan melakukan suatu tindakan.
Sebelum melakukan tindakan, perawat harus memberitahukan tindakan yang akan
dilakukan kepada pasien. Hal ini sesuai dengan prinsip menghargai pasien sebagai orang
yang bermartabat dan mampu untuk menentukan apa yang terbaik bagi dirinya sendiri
(Autonomy)

15
2. Melakukan tindakan untuk kebaikan, menghindari hal yang membahayakan
Prinsip ini merupakan pemahaman yang menyokong dalam tindakan keperawatan,
karena area layanan keperawatan adalah manusia dengan kondisi yang memerlukan
bantuan atau dalam kondisi menderita. Johnstone (1994), menyebutkan bahwa adalah
tugas dari setiap insan untuk melakukan kebaikan kepada orang lain. Terkandung dalam
prinsip ini adalah menghindari kemungkinan atau kerusakan melakukan tindakan yang
diperlukan untuk menghindari kerugian, melakukan tindakan dengan kemungkinan tinggi
mampu melindungi dari kerusakan, tindakan yang dilakukan tidak akan menimbulkan
resiko, keuntungan yang didapat dari tindakan harus lebih besar dari pada kerugian atau
biaya yang digunakan.
3. Agama Mengajarkan berbuat Baik
Hal itu berarti bahwa berbuat baik dianggap melaksanakan perintah Tuhan,
dimana perintah tersebut dianggap sebagai moral yang baik dan benar. Sedangkan
larangan Tuhan adalah sebagai hal yang salah dan buruk. Presepsi yang demikian
mencerminkan pola berpikir yang berpedoman pada teori etika teologi yang merupakan
teori dari deontologi klasik (Johstone, 1994). Pada dasarnya aturan– aturan etis yang
penting diterima oleh semua agama, maka pandangan moral yang dianut oleh agama–
agama besar pada dasarnya hampir sama. Agama berisi topik–topik etis dan memberi
motivasi serta inspirasi pada penganutnya untuk melaksanakan nilai-nilai dan norma-
norma dngan penuh kepercayaan (Bartens, 2000).
4. Tidak membeda-bedakan pasien dan mendahulukan tindakan sesuai dengan prioritas
masalah
Prinsip tersebut merupakan prinsip perawat untuk memberikan pelayanan pa
melakukan diskriminasi. Hal ini seseuai dengan prinsip menghargai individu
sebagaimana adanya tanpa membedakan agama,suku,ras,bangsa dan sebagainya dan
bersikap adil bagi semua psien yang menjadi tanggung jawabnya (Thompson, 2000).
Dalam memberikan pelayan perawat tidak diskriminatif, melainkan memberiakn bantuan
secara adil sesuai dengan keperluan pasien untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimum. Dalam konteks ini prinsip Ijustice (keadilan) diterapkan yaitu tidak
membedabedakan pasien, dan memastikan pasien mendapatkan apa yang seharusnya
didapatkan.

16
5. Memberikan informasi dan mempertahankan kerahasiaan
Prinsip ini merupakan prinsip confidentialy dan juga veracity dan ini harus dianut
oleh perawat dimana perawat harus memberikan informasi yang lengkap dan mampu
mempertahankan kerahasiaan pasien dalam hal-hal yang sudah ditentukan.
6. Menghargai pasien atau keluarga yang menggunakan cara-cara tradisional
Prinsip ini merupakan bagian dari prinsip mengahargai individu yang mempunyai
kebebasan untuk menentukan diri sendiri. Dalam memberi kebebasan pasien ini, perawat
memberikannya sebatas tidak menggangu pengobatan yang dilakukan oleh tim medis.
Hal ini terjad karena dalam kontrak anatara pasien dengan rumah sakit, pasien
menyerahkan pengobatan kepada tim medis. Oleh karena itu perawat sebagai anggota tim
medis dalam memberikan pengobatan (Thompson, 2000). Menurut Johnstone (1994),
yang termasuk budaya yang harus dihormati adalah kepercayaan, orientasi nilai, dan
bagaimana orang memberi arti . dengan menghargai pasien atau keluarga menggunakan
cara pengobatan tradisional , berarti kita juga bersikap menghormati pasien dalam
menentukan diri sendiri, karena kita memberi kesempatan kepada pasien untuk
melakukan apa yang diinginkan oleh pasien untuk melakukan ritual sesuai
kepercayaannya, sejauh tidak menggangu proses pengobatan . Dengan menghormati
budaya pasien itu juga diperlkan sikap menerima pasien apa adanya, sehingga meskipun
perawat tidak sepaham dengan budaya pasien tetapi tetap menhghormatinya sbagai
bagian dari diri pasien. 

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi
dibawah direktur pelayanan), dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang
ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita
penyakit,cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam
nyawa. Keperawatan kritis menangani respon manusia terhadap masalah yang mengancam
hidup. Perawatan kritis berperan sebagai advokat, care giver, kolaborator, peneliti, dan
koordinator serta berkomunikasi dan bekerjasama dalam tim

B. Saran
Diharapkan kepada para perawat dan tenaga medis lainnya agar mampu melaksanakan
manajemen ICU dalam p enanganan pasien kegawatdaruratan dan dalam menangani pasien
yang dirawat di ICU agar sesuai dengan standar yang ditetapkan.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Carolyn, et all. 1997. Critical Care Nursing Seventh Edition. Philadelphia: Lippincott


Company.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Standar Pelayanan Keperawatan di
ICU. Jakarta: Depkes
3. Doengoes, M. E. (2002). Nursing care plane: Guidelines for planning & documenting
patient care, 3rd edition, FA. Davis
4. https://nersindonesiablog.wordpress.com/2016/12/09/konsep-icu/
5. https://rsa.ugm.ac.id/2015/01/peran-perawat-dalam-meningkatkan-mutu-pelayanan-
keperawatan-intensif/#:~:text=Tujuan%20keperawatan%20intensif%20sesuai
%20Standar,didapat%20dan%20melakukan%20tindak%20lanjut
6. http://digilib.unila.ac.id/20698/132/BAB%20II.pdf
7. http://repository.unimus.ac.id/1996/4/BAB%20II%20TINJAUAN%20TEORI.pdf
8. http://imeldamariska.blogspot.com/2008/06/standar-minimum-pelayanan-intensive.html

19

Anda mungkin juga menyukai