Anda di halaman 1dari 84

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG

TRIASE PACS DENGAN KELENGKAPAN DOKUMENTASI TRIASE DI


INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH
BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Sarjana Keperawatan


STIKes ‘Aisyiyah Bandung

Oleh :

RAMADHANI HIKMATUTTAQWA

NIM 312018040

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG

2020
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG AKHIR

Judul : Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Triase PACS


Dengan Kelengkapan Dokumentasi Triase Di Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung

Penyusun : Ramadhani Hikmatuttaqwa


NIM : 312018040

Bandung, Juni 2020

Pembimbing Utama

Santy Sanusi.,S.Kep.,Ners.M.Kep
NPP. 2001141070010

Pembimbing Pendamping

Angga Wilandika M.Kep


NIDN. 0418088605

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

i
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG
TRIASE PACS DENGAN KELENGKAPAN DOKUMENTASI TRIASE DI
INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH
BANDUNG

Disusun Oleh :
Ramadhani Hikmatuttaqwa
NIM. 312018040

Telah disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Sidang Laporan Tugas
Akhir Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes ‘Aisyiyah Bandung
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Bandung, Juni 2020

Penguji I Penguji II

Ketua Penguji

Diketahui oleh
Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
STIKes ‘Aisyiyah Bandung

LEMBAR
Angga PERNYATAAN
Wilandika M.Kep

Nama : RamadhaniNIDN. 0418088605


Hikmatuttaqwa

NPM : 312018040

Program Studi : Sarjana Keperawatan

ii
Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah di ajukan untuk mendapatkan gelar

akademik sarjana baik di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Bandung

maupun perguruan tinggi lain.

2. Skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan

pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing dan masukan tim penguji.

3. Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau di

publikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan tegas dicantumkan

sabagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

dicantumkan dalam pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah

diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang

berlaku di perguruan tinggi ini.

Bandung, Juni 2020

Yang membuat pernyataan,

Ramadhani Hikmatuttaqwa
DUSTUR ILLAHI

“…Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui


selain dari apa yang telah engkau ajarkan kepada kami.
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha bijaksana”.
(Q.S. Al-Baqarah : 32)

iii
“…Sesungguhnya Allah tidak mengubah sesuatu kaum
sehingga mereka mengubah keadaan
yang ada pada diri mereka sendiri”.
(Q.S. Ar-Ra’du : 11)

“…Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu


terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal”.
(Q.S. Yusuf : 111)

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,


dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”.
(Q.S. Al-Imran : 190)

“…Dan katakanlah, bekerjalah kalian.

Maka Allah, Rasul-Nya, serta orang-orang mu’min


akan melihat pekerjaanmu itu…”. (Q.S. At-Taubah : 105)

“…Allah tidak membebani seseorang


melainkan sesuai dengan kemampuannya…”
(Q.S. Al-Baqarah : 286)

“Sesungguhnya Allah Mencintai seseorang


yang melakukan sesuatu dengan Profesional”. (Al-hadist)

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum wr. wb

iv
Sembah sujud penulis panjatkan kepada pemilik seluruh jagad raya Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir

Sarjana Keperawatan di STIKes ‘Aisyiyah Bandung. Skripsi ini berjudul

“Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Triase Dengan

Kelengkapan Dokumen Triase Di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit

Muhammadiyah Bandung”, dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis

banyak sekali mendapat bantuan berupa bimbingan nasehat, kasih sayang, dan

dukungan moril maupun materil yang sangat berharga. Untuk itu pada

kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dan kemudahan bagi penulis

dalam membuat tugas akhir ini.

2. Ibu Tia Setiawati S.Kep.,M.Kep.,Ns.,Kep.An selaku Ketua STIKes ‘Aisyiyah

Bandung yang selalu memberikan nasihat dan dukungan kepada mahasiwa

dan mahasiswinya.

3. Ibu Santy Sanusi,S.Kep.,Ners M.Kep., selaku dosen pembimbing yang banyak

memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam penyusunan penelitian ini.

4. Bapak Angga Wilandika, M.Kep selaku pembimbing pendamping yang telah

memberikan arahan, masukan dan motivasi kepada penulis agar bisa lebih

baik.

5. Ibu Dewi Mustikaningsih, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku dosen pembimbing

akademik yang telah mendengarkan semua keluhan, memberikan nasihat,

v
arahan dan motivasi untuk penulis agar menjadi pribadi yang lebih baik dalam

keseharian maupun dalam menjalani pembelajaran di STIKes ‘Aisyiyah

Bandung.

6. Seluruh staf dosen yang telah memberikan semua ilmunya kepada penulis.

7. Pengelola perpustakaan dan seluruh karyawan dan karyawati STIKes

‘Aisyiyah Bandung.

8. Kepala Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung yang

telah memberikan bimbingan pada penulis beserta stafnya yang tidak pernah

bosan untuk selalu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penulis.

9. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang senantiasa mendoakan penulis tanpa lelah,

memberikan bantuan baik secara moril maupun materil yang tidak terkira

kepada penulis, terimakasih untuk kasih sayang yang selalu tercurah,

terimakasih atas kepercayaan, dukungan dan motivasi, juga kesabaran yang

tanpa batas.

10. Istri dan anak tercinta yang selalu mendukung dalam pembuatan penelitian

ini. terimakasih untuk kasih sayang yang selalu tercurah, terimakasih atas

kepercayaan, dukungan dan motivasi, juga kesabaran yang tanpa batas.

11. Semua keluarga yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada

penulis untuk menyelesaikan karya tulis ini.

12. Rekan-rekan angkatan yang telah banyak membantu dalam pembuatan karya

tulis ini, serta telah memberikan motivasi kepada penulis yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu.

vi
Sebagai makhluk-Nya yang lemah penulis menyadari bahwa karya tulis ini

masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis akan sangat menghargai

saran dan kritik yang sifatnya membangun bagi perbaikan dimasa yang akan

datang. Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat

khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan

terutama ilmu keperawatan.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Bandung, Juni 2020

Ramadhani Hikmatuttaqwa

ABSTRAK

Ramadhani Hikmatuttaqwa
312018040

vii
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG
TRIASE PACS DENGAN KELENGKAPAN DOKUMENTASI TRIASE DI
INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH
BANDUNG

V; 2020, 60 halaman; 8 tabel; 1 bagan; 7 lampiran

Ketidaklengkapan dokumentasi keperawatan triase di instalasi gawat darurat,


menjadi salah satu faktor utama kesulitan dalam menentukan prioritas tindakan
dan keterlambatan pendeteksian terhadap tingkat kegawatan pasien.
Pengetahuan dalam melakukan triase berpengaruh terhadap pengambilan
keputusan yang tepat apakah pasien tersebut perlu pertolongan segera atau tidak
dengan tetap memperhatikan kemungkinan komplikasi yang muncul setelah
dilakukan triase.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan tingkat
pengetahuan perawat dengan kelengkapan dokumentasi triase. Penelitian ini
dilakukan dengan metode kuantitatif, dengan deskriptif analitik dan dilakukan
pendekatan desain studi cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
perawat yang bekerja di instalasi gawat daruat RSMB yang berjumlah 15 orang
dengan menggunakan teknik total sampling dengan teknik pengumpulan data
menggunakan kuesioner dan formulir observasi triase.
Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya hubungan antara tingkat pengetahuan
perawat dengan kelengkapan dokumentasi triase. Berdasarkan hasil uji statistik
didapatkan hasil p= 0,001 (p=<0,5), artinya ada hubungan antara tingkat
pengetahuan perawat dengan kelengkapan dokumentasi triase.
Disarankan kepada institusi terkait untuk melakukan evaluasi rutin terhadap
perawat, sistem supervise, pengadaan program pelatihan dan pendidikan agar
dapat meningkatkan tanggung jawab perawat terhadap dokumentasi pada pasien
gawat darurat khususnya triase.

Kata Kunci : Pengetahuan Perawat, Dokumentasi, Triase


Kepustakaan : 22 buah (2005-2019)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG AKHIR ...................................................i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

viii
LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................iii

DUSTUR ILLAHI.................................................................................................iv

KATA PENGANTAR............................................................................................v

ABSTRAK........................................................................................................... viii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... x

DAFTAR TABEL............................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B. Rumusan masalah.............................................................................................6

C. Tujuan penelitian..............................................................................................6

1. Tujuan Umum............................................................................................6

2. Tujuan Khusus...........................................................................................6

D. Sistematika Penulisan........................................................................................6

E. Manfaat penelitian.............................................................................................7

1. Teoritis.......................................................................................................8

2. Praktis........................................................................................................8

F. Materi Skripsi…………………………………………………………………..9

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Landasan Teori..................................................................................................9

ix
1. Instalasi Gawat Darurat.............................................................................9

2. Triase.......................................................................................................13

3. Dokumen Triase......................................................................................21

4. Pengetahuan Perawat...............................................................................24

B. Hasil Penelitian yang Relevan.........................................................................28

C. Kerangka Pemikiran........................................................................................28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian.............................................................................................28

B. Variable Penelitian..........................................................................................28

1. Variabel Bebas........................................................................................11

2. Variabel Terikat.......................................................................................12

3. Definisi Konseptual.................................................................................11

2. Definisi Operasional................................................................................28

C. Populasi dan Sampel.......................................................................................29

1. Populasi...................................................................................................29

2. Sampel.....................................................................................................30

D. Pengumpulan Data..........................................................................................31

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen.........................................................33

F. Pengolahan Data..............................................................................................34

x
1. Editing.....................................................................................................34

2. Coding.....................................................................................................34

3. Prosesing / entry data..............................................................................36

4. Cleaning..................................................................................................36

5. Tabulating...............................................................................................36

G. Teknik Analisa Data........................................................................................36

H. Prosedur Penelitian.........................................................................................37

1. Tahap Persiapan.......................................................................................37

2. Tahap Pelaksanaan...................................................................................38

3. Tahap Akhir.............................................................................................39

I. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................................39

1. Lokasi Penelitian.....................................................................................39

2. Waktu Penelitian.....................................................................................39

J. Etika Penelitian................................................................................................39

1. Menghormati harkat dan Martabat Manusia...........................................39

2. Menghormati Privasi dan Kerahasiaan Subjek.......................................39

3. Menghormati Keadilan dan Keterbukaan................................................39

2. Mempertimbangkan Manfaat dan Kerugian yang Ditimbulkan..............39

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung..........................43

xi
B. Karakteristik Responden................................................................................44

C. Analisis dan Pembahasan................................................................................46

1. Analisis Distribusi Tingkat Pengetahuan Triase.........................................46

2. Analisis Observasi Formulir Triase............................................................52

3. Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan Kelengkapan......

Dokumen Triase..............................................................................................

D. Pembahasan ………………………………………………………..………..52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.....................................................................................................63

B. Saran...............................................................................................................64

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...…...xvi

LAMPIRAN………………………………………………………………………

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Kategori PACS (Patient Acuity Category Scale………………………18

Tabel 3.1 Definisi Operasional…………………………………………………...29

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Kuesioner Tingkaat Pengetahuan Tentang Triase..33

Tabel 3.3 Coding Pelaksanaan Pengisian Formulir Triase......................................35

xii
Tabel 3.4 Coding Pelaksanaan Pengisian Instrumen Tingkat………………….....34

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Kasus Kegawatdaruratan di Instalasi Gawat…..

Darurat RS Muhammadiyah Bandung (n=15)………………………...47

Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden di Instalasi Gawat Darurat RS

Muhammadiyah Bandung (n=15) ........................................................47

Tabel 4.3 Distribusi Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Triase di Instalasi….

Gawat Darurat RS Muhammadiyah Bandung.....................................48

Tabel 4.4 Distribusi Observasi Formulir Triase di Instalasi Gawat Darurat RS

Muhammadiyah Bandung……………………………………..……..48

Tabel 4.5 Hasil Uji Korelasi Variabel Tingkat Pengetahuan Perawat dan

Kelengkapan Dokumentasi Triase …………………………………48

DAFTAR BAGAN

Skema 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Tingkat Pengetahuan perawat dengan

kelengkapan dokumentasi triase ……………………………………29

xiii
xiv
xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Kegiatan Bimbingan

Lampiran 2. Surat Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3. Lembar Kuesioner Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang

Triase

Lampiran 4. Surat Keterangan Uji Etik

Lampiran 5. Surat Keterangan Uji Validitas

Lampiran 6. Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang

Triase.

Lampiran 7. Penilaian Validasi butir-butir Kuesioner

Lampiran 8. Surat Pengantar Validitas Untuk Pembahasan Butir-Butir

Kuesioner.

Lampiran 9. Surat Pengantar Validitas Untuk Pembahasan Secara Keseluruahan

Kuesioner.

Lampiran 10. Hasil SPSS 20 Tingkat Pengetahuan dan Dokumentasi Triase

Lampiran 11. Daftar Riwayat Hidup Penulis

xv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang

diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat yang berfungsi untuk

melakukan upaya palayanan kesehatan dasar atau kesehatan rujukan atau juga

upaya pelayanan kesehatan penunjang. Keberhasilan suatu rumah sakit dalam

menjalankan fungsinya ditandai dengan adanya peningkatan mutu pelayanan

rumah sakit. Mutu rumah sakit dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya

yang paling dominan adalah faktor sumber daya manusia yang mencakup

pengetahuan dan keterampilan agar dapat memberikan jasa tertentu

(Suryawati,2014).

Salah satu pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah Instalasi Gawat

Darurat (IGD). IGD merupakan salah satu unit dirumah sakit yang memberikan

pelayanan terhadap masayarakat pada kasus penyakit akut maupun cedera dalam

kategori gawat darurat. (Kartikawati, 2014). Keadaan gawat darurat merupakan

suatu keadaan klinis dimana pasien membutuhkan tindakan medis segera guna

menyelamatkan nyawa dan kecacatan lebih lanjut (Undang-Undang Republik

Indonesia nomor 44 tentang rumah sakit, 2009).

Sebagai unit pertama yang memberikan pertolongan bagi pasien gawat

darurat menjadikan IGD sebagai salah satu indikator mutu layanan rumah sakit.

Setiap IGD di rumah sakit memiliki standar pelayanan yang diatur dalam

1
2

Keputusan Menteri Kesehatan nomer 856 Tahun 2009 tentang standar pelayanan

IGD. Peraturan tersebut menjelaskan bahwa setiap IGD harus melakukan

pelayanan gawat darurat selama 24 jam penuh selama 7 hari berturut-turut,

memiliki kebijakan dan prosedur penggolongan pasien, dan evaluasi serta

pengendalian mutu. Setiap pasien yang masuk ke IGD dilakukan pemilahan

berdasarkan tingkat kategori kegawatan seperti gawat darurat, gawat tidak darurat,

tidak gawat tidak darurat.

Kategori pasien gawat darurat dapat dinilai dari tingkat kesadaran,

gangguan sirkulasi dan kepatenan jalan napas apabila pasien mengalami kegawat

daruratan perlu penanganan cepat, tepat dan akurat. Kemampuan petugas

kesehatan dalam menilai dan mengambil keputusan mengenai kondisi pasien

sangat dibutuhkan berdasarkan jenis kegawatdaruratan sehingga dapat mencegah

kecacatan dan kematian pasien.

Menurut Depkes RI, 2005 menyatakan bahwa perawat yang bertugas di

ruang lingkup triase adalah perawat yang sudah terampil atau sudah tersertifikasi

pelatihan kegawat daruratan. Perawat yang memiliki pengalaman dan tingkat

pengetahuan yang cukup mengenai triase ditempatkan di ruang triase, sehingga

pasien dapat menerima tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat

kegawatdaruratan, untuk mendapatkan penanganan yang optimal.

Terdapat beberapa metode-metode yang digunakan untuk mengolah hasil

dari pemilahan triase. Metode ini diambil dari beberapa negara, antara lain

Australian Triage Scale (ATS) dari Australia, Canadian Triage and Acuity Scale

(CTAS), Emergency Severity Index (ESI) dari Amerika Serikat, Manchester

2
3

Triage Scale (MTS) dari Inggris, , dan Singapore Patient Acuity Category Scale

(PACS). Pada semua metode triase pada dasarnya sama dalam penggunaannya,

namun yang berbeda pada cara penilaian kegawatan pada pasiennya, dimana

teknik yang dilakukan menggunakan skor dan warna untuk menilai kegawatan

pada pasien.

Hasil pemilahan atau penyaringan di triase membutuhkan data tertulis

sehingga terjadi kesinambungan pelayanan, antara petugas triase dan petugas tim

medis lain di IGD, untuk selanjutnya data tersebut dapat digunakan sebagai acuan

oleh petugas medis lain dalam penanganan kegawatdaruratan. Pentingnya

dokumentasi keperawatan ini akan berdampak pada tanggung gugat terhadap

pasien apabila ada hal yang tidak diinginkan terjadi. Selain merupakan data rekam

medis pasien, dokumentasi menjadi salah satu keberhasilan dalam penentuan

jaminan mutu rumah sakit.

Penilaian triase di IGD Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung

mengadopsi dan memodifikasi pada Singapore Patient Acuity Category Scale

(PACS), dimana terdapat skor yang dipadukan dengan warna. Penentuan warna

dapat dilihat dari nilai skor, antara lain merah dengan nilai skor lebih dari 5,

kuning 2 sampai dengan 3, hijau 0 sampai dengan 1, dan hitam untuk pasien

dengan kondisi meninggal sebelum tiba di rumah sakit atau Death On Arrival

(DOA). Skor ditentukan berdasarkan tingkat kesadaran dan tanda tanda vital

pasien meliputi tekanan darah, nadi, respirasi, saturasi oksigen dan suhu.

Hasil studi pendahuluan di IGD Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung,

didapatkan angka kunjungan pasien 3 bulan terakhir 7470 sehingga didapat rata-

3
4

rata perbulan kurang lebih 2490 pasien. Perawat yang berdinas di ruang triase

bejumlah 3-4 orang, untuk pengerjaan trise dilakukan secara bergantian. Jumlah

pasien yang datang setiap harinya kurang lebih 80 pasien.

Berdasarkan data sumber daya manusia, perawat yang bertugas di IGD

Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung berjumlah 17 orang perawat diantaranya

terdiri dari 13 orang lulusan D3 Keperawatan dan 4 orang lulusan S1

Keperawatan, sedangkan perawat yang sudah tersertifikasi pelatihan PPGD 1

maupun PPGD 2 berjumlah 14 orang perawat dan 3 orang perawat perlu

memperpanjang sertifikasinya kembali.

Permasalahan dari hasil pengamatan yang dilakukan di triase IGD Rumah

Sakit Muhammadiyah Bandung terdapat banyak temuan dalam pengisian skor

pada formulir triase banyak yang tidak terisi secara lengkap. Data yang dihasilkan

ditemukan banyak formulir triase yang terisi hanya ceklis warna saja tanpa ada

pengisian skor. Pada hasil pengamatan tanggal 21 Agustus 2019 dari 10 sampel

status rekam medis pasien didapatkan data bahwa 8 formulir triase tidak terisi

secera lengkap seperti dalam kolom ceklis warna, jam datang, dan tanda tanda

vital pasien.

Hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa sudah beberapa kali

dilakukan evaluasi dan sosialisasi kepada perawat terkait dengan pengisian

formulir triase secara lengkap segera setelah pemeriksaan terhadap pasien,

disamping itu kepala ruangan berusaha menunjuk perawat yang bertugas di triase

setiap shifnya. Biasanya setelah adanya evaluasi akan ada perbaikan namun dalam

beberapa minggu akan kembali seperti sebelumnya.

4
5

Kepala ruangan mengatakan beberapa waktu yang lalu terdapat kejadian

dimana pasien datang ke IGD dengan keluhan mual dan muntah, pasien tersebut

ditangani sesuai dengan keluhannya, namun setelah waktu berselang pasien

mengalami kejang dan henti jantung. Pada dokumentasi triase menunjukan nilai

skor 1 (tidak gawat darurat), namun ketika pasien masuk ke dalam ruang IGD

skor yang muncul adalah 5 (gawat darurat).

Rosyadi (seperti yang dikutip Renny 2014), faktor-faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan triage di rumah sakit yaitu jumlah tenaga medis yang

sesuai dengan jumlah pasien yang datang, fasilitas yang memadai, persepsi

keluarga terhadap penanganan dan tingkat pengetahuan perawat tentang

pelaksanaan triage. Renny (2014) menyatakan bahwa masalah yang timbul pada

perawat di ruang triase salah satunya yaitu pengetahuan mengenai kategori triase,

hal ini berpengaruh pada pengambilan keputusan yang tepat terhadap pasien.

Florensius (2015), mengatakan bahwa faktor pengetahuan dan sikap perawat

merupakan hal yang berpengaruh terhadap berlangsungnya kelengkapan dokumen

triase di IGD.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan Kelengkapan

Dokumen Triase Di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah”.

5
6

B. Perumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

Adakah hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan kelengkapan dokumen

triase di IGD Sakit Muhammadiyah Bandung?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

tingkat pegetahuan perawat terhadap triage dengan kelengkapan

dokumentasi di IGD Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat tentang metode triase

PACS di IGD Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung.

b. Untuk mengidentifikasi kelengkapan dokumentasi triase di IGD

Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung.

c. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan

kelengkapan dokumen dalam pelaksanaan triase di IGD Rumah Sakit

Muhammadiyah Bandung.

D. Sistematika Penulisan

Penelitian ini meliputi sebuah pendahuluan yang berkaitan dengan uraian

penting tentang sebuah pelaksanaan triase di IGD, kemudian terdapat

perumusan masalah yang berisi tentang apa yang menjadi pokok permasalah

penelitian.

6
7

Pengetahuan dan kelengkapan dokumen perawat menjadi faktor pokok

dalam penelitian yang membahas tentang triase. Pada tujuan penelitian ini di

harapkan mendapatkan nilai positif pada petugas kesehatan dalam hal ini

terutama perawat dalam pelaksanaan triase di IGD Rumah Sakit

Muhammadiyah Bandung.

Adapun manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini yaitu bisa terhadap

peneliti, institusi, juga peneliti lainnya. Pada tinjauan pustaka terdapat

landasan teoritis yang berdasarkan pada buku dan jurnal yang berkaitan

dengan triage di gawat darurat. Terdapat penelitian yang relevan pada tinjauan

pustaka yang diikuti dengan kerangka teori juga konsepnya.

Pada metoda penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dengan

pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik

purposive sampling yang berjumlah 15 responden.

E. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak

diantaranya:

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini di harapkan mampu membantu dalam

pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan khususnya dalam ruang

lingkup IGD.

7
8

2. Manfaat Praktis

a. Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan

pengetahuan bagi peneliti tentang triase di IGD.

b. Perawat atau Petugas Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tentang arti

pentingnya peningkatan pengetahuan juga pendokumentasian petugas

dalam rangka meningkatkan kemampuan petugas khususnya perawat

dalam pelaksanaan triase di IGD Rumah Sakit Muhammadiyah

Bandung.

c. Institusi

Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan bisa meningkatkan

kinerja tenaga perawatnya sehingga dapat terselenggaranya pelayanan

yang cepat, tepat dan akurat pasien gawat darurat di IGD Rumah Sakit

Muhammadiyah Bandung.

d. Penelitian selanjutnya

Manfaat dari penelitian ini diharapkan menjadi pembantu peneliti

lain dalam melakukan penelitian selanjutnya.

F. Materi Skripsi

Penelitian ini menjadi pokok utama masalah yaitu tentang hubungan

pengetahuan dengan kelengkapan dokumen terhadap pelaksanaan triase di

IGD Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung. Data yang dihasilkan

melalui pemantauan peneliti terhadap petugas yang bertugas di triase.

8
9

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Landasan Teoritis

1. Instalasi Gawat Darurat

a. Pengertian Instalasi Gawat Darurat

Setiap rumah sakit memiliki pelayan Instalasi Gawat Darurat

(IGD). IGD disetiap rumah Sakit memiliki peran dalam penanggulangan

gawat darurat yang berfungsi melakukan pemeriksaan awal kasus gawat

darurat, resusitasi dan stabilisasi pasien yang datang ke rumah sakit. IGD

Rumah Sakit merupakan gerbang utama untuk menangani keadaan gawat

darurat.

Keadaan gawat darurat merupakan suatu keadaan klinis dimana

pasien membutuhkan tindakan medis segera guna menyelamatkan nyawa

dan kecacatan lebih lanjut (Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44

tentang rumah sakit, 2009) selain itu IGD harus mampu berperan sebagai

active responder menerima korban bencana, active responder &

coordinator tingkat lokal bagi RS sekitarnya, dan active responder yang

mampu bergerak ke tingkat nasional.

Sebagai unit pertama yang memberikan pertolongan bagi pasien

gawat darurat menjadikan IGD sebagai salah satu indikator mutu layanan

rumah sakit. Setiap IGD di rumah sakit memiliki standar pelayanan yang

diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomer 856 Tahun 2009

9
10

tentang standar pelayanan IGD. Peraturan tersebut menjelaskan bahwa

setiap IGD harus melakukan pelayanan gawat darurat selama 24 jam

penuh selama 7 hari berturut-turut, memiliki kebijakan dan prosedur

penggolongan pasien, dan evaluasi serta pengendalian mutu. IGD

merupakan salah satu unit dirumah sakit yang harus memberikan

pelayanan terhadap masayarakat yang mengalami penyakit akut maupun

cedera dalam kategori gawat darurat. (Kartikawati, 2014).

b. Kriteria IGD

IGD merupakan unit pelayanan khusus dan memiliki kriteria yang

berbeda dengan unit pelayanan lain yang berada di rumah sakit diantaranya:

1) Pelayanan gawat darurat di rumah Sakit harus diselenggarakan secara

terus menerus selama 24 jam, 7 hari dalam seminggu.

2) Terdapat kebijakan, peraturan serta prosedur tertulis yang dibuat di

setiap rumah sakit yang mengatur mengenai pasien yang tidak tergolong

gawat akan tetapi datang untuk berobat di Instalasi Gawat Darurat.

3) Adanya evaluasi tentang fungsi Instalasi Gawat Darurat disesuaikan

dengan kebutuhan masyarakat.

4) Adanya penyelenggaraan penelitian dan pendidikan akan berhubungan

dengan fungsi instalasi Instalasi Gawat Darurat dan kesehatan

masyarakat.

c. Pengaturan Staf dalam Instalasi Gawat Darurat 

Ketersediaan tenaga kesehatan dalam jumlah memadai adalah syarat

yang harus dipenuhi oleh IGD, hal ini dikarenakan pasien yang datang ke

10
11

rumah sakit tidak dapat diprediksi sehingga tenaga medis harus siap dalam

kondisi apapun. Tenaga medis yang bertugas di IGD diantaranya adalah:

1) Terdapat dokter jaga yang selalu siap di IGD selama 2 jam sehingga

jumah dokter haruslah memadai.

2) Terdapat dokter spesialis. Rumah sakit harus menyiapkan spesialis lain

(bedah, penyakit dalam, anak, dll) untuk memberikan dukungan tindakan

medis bagi pasien yang memerlukannya. Dokter spesialis yang bertugas

harus siap dan bersedia menerima rujukan dari IGD.

3) Ada dokter terlatih sebagai kepala Instalasi Gawat Darurat yang

bertanggungjawab atas pelayanan di Instalasi Gawat Darurat.

4) Ada Perawat sebagai penganggungjawab pelayanan keperawatan

gawat darurat.

Semua tenaga dokter dan keperawatan mampu melakukan teknik

pertolongan hidup dasar (Basic Life Support). Ada program

penanggulangan korban massal, bencana (disaster plan) terhadap kejadian

di dalam rumah sakit ataupun di luar rumah sakit. Semua staf atau

pegawai harus menyadari dan mengetahui kebijakan dan tujuan dari unit

IGD.

d. Ruang Lingkup Kewenangan Personil dalam Pelayanan Gawat  Darurat

Tenaga kesehatan yang bertugas di IGD rumah sakit selalu berkaitan

dengan lingkup kewenangan dalam penanganan keadaan gawat daruratan.

Pengertian tenaga kesehatan diatur dalam pasal 1 butir 3

UU No.23/1992 tentang Kesehatan sebagai berikut: tenaga kesehatan adalah

11
12

setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta

memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang

kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk

melakukan upaya kesehatan.

Ketentuan tersebut memerlukan kompetensi tertentu dan kewenangan

khusus dalam melakukan tindakan kegawatdaruratan. Resiko yang akan

timbul dari tindakan tersebut merupakan hal yang tidak kecil. Pengaturan

tindakan medis secara umum dalam UU No. 23/1992 tentang Kesehatan dapat

dilihat dalam pasal 32 ayat (4) yang menyatakan bahwa pelaksanaan

pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu

keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai

keahlian dan kewenangan.

Terselenggaranya ketentuan tersebut merupakan langkah untuk

melindungi pasien dari seseorang yang tidak memiliki keahlian dan

kewenangan untuk melakukan pengobatan atau perawatan, sehingga dampak

yang akan timbul tidak dapat merugikan terhadap kesehatan pasien khususnya

dalam tindakan medis yang berisiko.

Pengaturan kewenangan tenaga kesehatan dalam melakukan

tindakan medis diatur dalam pasal 50 UUNo.23/1992 tentang Kesehatan

yang merumuskan bahwa tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan

atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan

atau kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan. Pengaturan ini

merupakan dasar untuk melakukan tindakan medis terhadap pasien khususnya

12
13

dalam pelayanan gawat darurat di rumah sakit. Pertolongan tersebut dilakukan

oleh tenaga kesehatan maka yang bersangkutan harus melakukan dan

menerapkan standar profesi sesuai dengan situasi (gawat darurat) pada saat

itu.

2. Triase

a. Pengertian Triase

Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan

suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan

serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau

menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan

prioritas penanganannya (Kathleen dkk, 2008). Pada dasarnya triase

merupakan tindakan kategoisasi dalam memilah pasien untuk prioritas

memilih penyakit, tingkat keparahan, prognosis, dan ketersediaan sumber

daya. Triase lebih tepat dikatakan sebagai salah satu cara atau metode untuk

menilai cepat kondisi pasien (Christ et al. 2010).

Penggunaan sistem triase di Indonesia kebanyakan masih menggunakan

sistem triase klasik, dimana banyak mengadaptasi teknik penanganan bencana.

Sistem triase bencana dilakukan untuk membuat kategori cepat dengan warna

pertama hitam pasien dengan meninggal dunia, kedua merah kategori gawat

darurat, ketiga kuning gawat tidak darurat, dan keempat hijau untuk kategori

pasien tidak gawat darurat. Sistem empat level warna ini kurang cocok apabila

digunakan di rumah sakit modern karena perlu mempetimbangkan evidence-

based medicine atau kedokteran berbasis bukti.

13
14

Sistem triase di setiap rumah sakit akan berbeda-beda karena hal ini

dipengaruhi oleh jumlah tenaga profesional yang bertugas di IGD juga pola

ketenagaanya, kunjungan pasien yang datang, fasilitas yang tersedia di rumah

sakit tersebut.

b. Tujuan Triase

Tujuan triase adalah untuk mengidentifikasi kondisi pasien yang

mengancam nyawa, sehingga penganganannya akan lebih cepat tepat dan

akurat. Selain itu Tujuan triase sadalah untuk menetapkan tingkat atau derajat

kegawatdaruratan pada pasien yang memerlukan pertolongan di IGD. Tenaga

kesehatan akan mampu melakukan tindakan seperti:

1) Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada

pasien yang datang ke IGD dengan berbagai macam kondisi pasien sesuai

dengan tingkat kegawatdaruratannya.

2)  Menetapkan area instalasi yang paling tepat untuk dapat melaksanakan

pengobatan lanjutan.

3) Memfasilitasi alur pasien melalui IGD dalam proses penanggulangan atau

pengobatan gawat darurat.

c. Petugas yang Melaksanakan Triase di IGD

Menurut Depkes RI, 2005 menyatakan bahwa perawat yang bertugas

di ruang lingkup triase adalah perawat yang sudah terampil atau sudah

tersertifikasi pelatihan kegawat daruratan seperti Pelatihan Penanganan Gawat

Darurat (PPGD) atau Basic Trauma Cardio Life Support (BTCLS).

14
15

d. Jenis Triase IGD

Pada umumnya sistem triase IGD, ada 4 kategori warna dalam

menentukan kondisi pasien. Empat kategori warna tersebut memiliki arti

masing-masing yang disesuaikan dengan kondisi pasien, yaitu:

1) Kategori merah

Pasien dengan kategori merah adalah pasien prioritas pertama

(area resusitasi) yang butuh pertolongan segera. Kriteria pasien yang

masuk dalam kategori ini adalah mengalami kondisi kritis yang

membutuhkan pertolongan medis segera.

2) Kategori kuning

Pasien dalam kategori kuning merupakan prioritas kedua (area

tindakan) yang juga membutuhkan pertolongan segera. Hanya saja, pasien

yang termasuk kategori ini tidak dalam kondisi kritis.

3) Kategori hijau

Kategori ini termasuk dalam prioritas ketiga (area observasi).

Pasien dalam kategori ini umumnya mengalami cedera ringan dan

biasanya masih mampu berjalan atau mencari pertolongan sendiri.

4) Kategori hitam

Kategori hitam hanya diperuntukkan bagi pasien yang sudah tidak

mungkin ditolong lagi atau sudah meninggal.

15
16

e. Metode Triase

1) Australian Triage Scale (ATS) dari Australia

Sekitar tahun 1980an dimulai konsep triase lima tingkat di Rumah

Sakit Ipswich, Queensland, Australia. Konsep yang sama juga

dikembangkan di rumah sakit Box Hill, Victoria, Australia. Pembagian

tingkatan ini berdasarkan tingkat kesegeraan (urgency) dari kondisi

pasien.

2) Canadian Triage and Acuity Scale (CTAS)

Triase Kanada disebut dengan The Canadian Triage and Acuity

Scale (CTAS). Pertama kali dikembangkan tahun 1990 oleh dokter yang

bergerak dibidang gawat darurat. Konsep awal CTAS mengikuti konsep

ATS, dimana prioritas pasien disertai dengan waktu yang diperlukan

untuk mendapatkan penanganan awal.

3) Emergency Severity Index (ESI) dari Amerika Serikat

Triase Amerika Serikat disebut juga dengan Emergency Severity

Index (ESI) dan pertama kali dikembangkan di akhir tahun 90 an.

Ditandai dengan dibentuknya Joint Triage Five Level Task Force oleh

The Emergency Nursing Association (ENA) dan American College of

Physician (ACEP) untuk memperkenalkan lima kategori triase untuk

menggantikan tiga kategori sebelumnya. Perubahan ini berdasarkan

pertimbangan kebutuhan akan presisi dalam menentukan prioritas pasien

di UGD, sehingga pasien terhindar dari keterlambatan pengobatan akibat

16
17

kategorisasi terlalu rendah, atau sebaliknya pemanfaatan UGD yang

berlebihan untuk pasien yang non urgen akibat kategorisasi terlalu tinggi.

4) Manchester Triage Scale (MTS) dari Inggris

Metode MTS menggunakan kategori level juga warna diantaranya

pada level 1 status pasien Immediate label merah, level 2 very urgent label

orange, level 3 urgent label kuning, level 4 standart label hijau, dan level

5 non urgent label biru.

5) Patient Acuity Category Scale (PACS) dari Singapura.

Menurut Hadi (2014), mengatakan bahwa pengambilan keputusan

triage didasarkan pada keluhan utama, riwayat medis, dan data objektif

yang mencakup keadaan umum pasien serta hasil pengkajian fisik yang

terfokus. Sistem PACS ini berasal dari Singapura dan banyak di adopsi

oleh rumah sakit Indonesia dan Singapore General Hospital. Penentuan

triase didasarkan pada kebutuhan fisik, tumbuh kembang dan psikososial

selain pada faktor-faktor yang mempengaruhi akses pelayanan kesehatan

serta alur pasien lewat system pelayanan kedaruratan.

17
18

Tabel 1.4 Kategori PACS

Sumber : Hadi 2014, Singapore General hospital

KLASIFIKASI KETERANGAN

PAC 1 Keadaan yang mengancam nyawa / adanya

gangguan ABC dan perlu tindakan segera,

misalnya cardiac arrest, penurunan kesadaran,

trauma mayor dengan perdarahan hebat

PAC 2 Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak

memerlukan tindakan darurat. Setelah

dilakukan resusitasi maka ditindaklanjuti oleh

dokter spesialis. Misalnya : pasien kanker

tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan lainnya

PAC 3 Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi

memerlukan tindakan darurat. Pasien sadar,

tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung

diberikan terapi definitive. Untuk tindak lanjut

dapat ke poliklinik, misalnya laserasi, fraktur

minor /  tertutup, otitis media dan lainnya

PAC 4 Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak

memerlukan tindakan gawat. Gejala dan tanda

klinis ringan / asimptomatis. Misalnya

penyakit kulit, batuk, flu, dan sebagainya.

18
19

f. Waktu Tanggap (Response Time)

Penangana kasus kegawatdaruratan dirumah sakit memiliki peran penting

dalam upaya penyelamatan pasien. Wlide (2009) mengatakan tentang waktu

tanggap (response time), menurut Kepmenkes nomor 129 tahun 2008 tentang

Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit (SPM-RS) waktu tanggap pelayanan

dokter di Instalasi gawat darurat memiliki standar maksimal 5 menit di setiap

kasus.

Ketepatan dan kecepatan pertolongan terhadap pasin yang datang ke IGD

diperlukan standar sesuai dengan kompetensi juga kemampuan sehingga dapat

terselenggaranya penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat,

tepat. Menurut Kepmenkes RI, 2009 menyatakan bahwa peningkatan sarana

prasana, sumber daya manusia dan manajemen IGD rumah sakit dapat tercapai

reponse time yang cepat, tepat dan akurat.

g. Prosedur Triase Pasien IGD

Triase di awali dengan tibanya pasien di IGD, proses ini di mulai

ketika pasien masuk ke pintu IGD. Perawat akan memulai dengan perkenalan

diri, kemudian akan menanyakan riwayat singkat dan melakukan pengkajian

dengan melihat keluhan yang dirasakan pasien, selanjutnya pasien akan

dipilah dan diprioritaskan tingkat kegawatdaruratannya. Kemudian pasien

akan dibawa ke dalam ruangan IGD hingga mendapatkan tindakan

selanjutnya.

19
20

Pasien yang mengalami gangguan berupa airway, breathing,

circulation harus dilakukan penanganan segera atau kondisi gawat darurat.

Pasien dilakukan pemeriksaan awal berupa tanda-tanda vital meliputi tekanan

darah, nadi, respirasi, suhu dan saturasi oksigen. Data subjektif atau objektif

dikumpulkan kurang dari 5 menit, hal ini dilakukan untuk mendapatkan

kriteria cepat, tepat dan akurat dan pengkajian yang dilakukan merupakan

tanggung jawab untuk tindakan selanjtnya. Penempatan pasien ke ruangan

yang selanjutnya tugas inti dari petugas kesehatan yang berada di triase.

Pengkajian ulang terhadap pasien dilakukan paling sedikit 60menit sekali,

dikarenakan kondisi pasien yang dapat berubah.

Kategori tingkat kegawatdaruratan pasien akan merujuk pada sistem

triase yang digunakan, untuk penentuan kategori dapat lakukan penggunaan

skala prioritas. Penggunaan triase dapat berupa skala kategori maupun warna,

pada dasarnya penggolongan tingkat kegawatan pasien dapat dikatakan

tindakan yang segera. Sebagai contoh untuk penggunaan skala dengan label

warna merah merupakan kategori tingkat gawat darurat. Setiap tindakan yang

diberikan dituliskan atau dicatat didalam lembar dokumentasi, hal tersebut

dilakukan untuk mencegah terjadinya kejadian yang tidak diharapkan terhadap

pasien maupun petugas kesehatan. Selain untuk data rekam medis pasien,

dapat digunakan sebagai salasatu bukti tanggung gugat terhadap pasien.

3. Dokumentasi Triase

20
21

a. Pengertian Dokumentasi

Dokumen adalah suatu catatan yang dijadikan bukti dalam sebuah

persoalan hukum, sedangkan pendokumentasian merupakan pencatatan

rekam peristiwa untuk sebuah objek yang diberikan jasa pelayanan yang di

anggap penting dan berharga.

Menurut Emergecy Nursing Assosiatif ENA (2005), menyatakan

bahwa pada tahap pengkajian proses triase mencakup dokumentasi

meliputi waktu kedatangan pasien, keluhan utama, pengkategorian

prioritas dalam tingkat keakutan, penentuan pemberian perawatan

kesehatan yang tepat, penempatan area pengobatan yang tepat dan

permulaan intervensi. Berikut adalah komponen dokumentasi triase:

1) Tanda dan waktu tiba pasien

2) Umur pasien

3) Waktu pengkajian

4) Riwayat alergi

5) Riwayat pengobatan

6) Tingkat kegawat daruratan pasien

7) Tanda tanda vital

8) Pertolongan pertama yang diberikan

9) Pengkajian umum

10) Pengkajian nyeri

11) Keluhan utama

12) Riwayat keluhan saat ini

21
22

13) Data subjektif dan objektif

14) Pemeriksaan diagnostik

15) Administrasi pengobatan

16) Tanda tangan dan nama jelas petugas triase

Implementasi petugas gawat darurat harus melakukan juga

pendokumentasian tindakan yang diberikan oleh pasien. Selain itu dalam

mengevaluasi harus dilakukan secara terus menerus. Menurut standar joint

commision, 1996 menyatakan bahwa rekam medis pasien yang bersifat

gawat darurat mendesak dan segera harus mencantumkan kesimpulan pada

saat pengobatan termasuk kondisi pada saat pemulangan dan perawatan

tindak lanjut.

Menurut Emergecy Nursing Assosiatif ENA (2005), menyatakan

bahwa proses dokumentasi triase menggunakan sistem SOAPIE,

diantaranya sebagai berikut :

1) S : Data subjektif

2) O : Data Objektif

3) A : Analisa data dalam penentuan diagnosa keperawatan

4) P: Perencanaan tindakan keperawatan.

5) I : Implementasi

6) E: Evaluasi terhadap tindakan yang sudah di berikan atau melihat

respon.

Ketepatan dalam penulisan dokumentasi merupakan hal terpenting

untuk melakukan penentuan kategori triase pada pasien yang

22
23

dipertimbangkan berdasarkan kondisi pasien, tanda tanda vital dan

keluhan. Pada dasarnya penentuan kualitas penanganan yang baik berdasar

pada ketepatan pengkategorian prioritas triase pada pasien setelah

pencatatan dokumentasi dilakukan.

Dokumentasi triase ini akan berdampak pada kualitas waktu

tanggap darurat atau golden period terhadap pasien. Selain itu berbagai

faktor akan menjadi penunjang keberhasilan dokumentasi triase seperti

pengetahuan yang dimiliki seorang petugas kesehatan yang bertugas di

ruang triase. Menurut Duffield, at al (2011), menyatakan bahwa kualitas

pelayanan dapat dipengaruhi beberapa faktor, dimana beban kerja

merupakan hal yang dapat mempengaruhi terhadap terlaksananya

pelayanan yang optimal seperti turunnya kualitas dokumentasi

keperawatan.

Pengawasan atau supervisi merupakan proses pengamatan yang

dilakukan secara terus menerus untuk menghasilkan hasil yang baik,

dimana koreksi menjadi faktor untuk menjaga dari penyimpangan yang

terjadi (AA Gde Muninjaya 1999). Menurut Herzbeg pada tahun 1950-an

dengan teori motivasi dua faktor menyatakan bahwa supervisi menjadi hal

yang penting dan merupakan faktor ekstrinsik dari pekerjaan yang dapat

menimbulkan ketidakpuasan dalam pelayanan.

Pendokumentasian juga dapat dipengaruhi oleh faktor sikap

perawat, dalam sebuah teori yang dikembangkan oleh Frederick Herzberg

tahun 1950-an menyatakan bahwa faktor pemuas akan timbul dari dalam

23
24

diri sesorang sebagai hasil dari pekerjaannya dan kemudian akan

menciptakan perasaan berprestasi, dihargai, memperoleh kemajuan serta

tanggung jawab. Herzberg menyatakan bahwa motivasi kerja yang baik

akan menjadi sebuah faktor yang dapat mempengaruhi pekerjaan

seseorang.

4. Pengetahuan perawat

Faktor pendukung yang menjadi kontribusi dalam kemampuan

petugas triase yaitu pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dan terjadi

karena orang melihat dengan pengindraan terhadap suatu objek tertentu

melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba

(Notoatmojo, 1997).

Menurut Notoatmojo (2007), menyatakan bahwa pengetahuan

yang rendah sering dipengaruhi faktor yang erat kaitannya dengan

pengalaman dan usia. Bertambahnya usia dapat berpengaruh terhadap pola

pikir juga daya tangkap pada seseorang, dimana akan berperan aktif dalam

mengguakan waktu untuk membaca dan mencari informasi.

Penelitian yang dilakukan Ace Sudrajat (2014), menyatakan bahwa

Pengetahuan menjadi sebuah dorongan pikir dalam sebuah kepercayaan

diri meliputi sikap dan perilaku, dapat di simpulkan bahewa pengetahuan

merupakan stimulus terhadap tindakan seseorang. Suatu materi yang telah

dipelajari dapat di ingat dan dijelaskan secara benar tentang suatu objek,

juga dapat diinterprtasikan materi tersebut dengan benar. Pengetahuan ini

menjadi sebuah kemampuan bagi seseorang pada kondisi dan situasi

24
25

sesungguhnya. Pengetahuan merupakan hal terpenting dalam sebuah

dokumentasi, dimana pengetahuan yang belum matang akan menjadi

dampak terhadap penulisan dokumentasi triase. Hal tersebut berkaitan

dengan pengkajian, komunikasi, dan analisis terhadap masalah

berdasarkan proses patofisiologi.

Menurut Khairina, Huriani E (2018), pengetahuan merupakan

faktor yang dominan dalam prioritas pengambilan keputusan triase pada

pasien. Pengetahuan petugas triase akan berkaitan dengan ketepatan dan

kecepatan dalam penulisan dokumentasi triase untuk prioritas kategori

kegawatatdaruratan pasien. Media masa merupakan sebuah alat

komunikasi untuk memungkinkan penyampaian pesan maupun informasi

yang didalamnya dapat berupa pengetahuan dari sebuah sumber terhadap

masyarakat, adapun berbagai kriterian media massa dapat berupa cetak,

elektronik, juga internet. Cangara (2003). Kurang terpaparnya informasi

yang didapat dari media massa dapat mempengaruhi wawasan dan

pengetahuan seseorang, Laksmiwati (2015).

a. Tingkatan Pengetahuan

1) Know (tahu)

25
26

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari

sebelumnya termasukdalam pengetahuan. Tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata

kerja untuk mengukurnya antara lain menyebutkan, menguraikan,

mengindentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

2) Comprehension (memahami)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.

3) Aplication (aplikasi)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil

(sebenarnya).

4) Analysis (analisis)

26
27

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam

suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama

lain.

5) Evaluation (evaluasi)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau suatu objek.

Penilaian ini didasarkan suatu criteria yang telah ada. Selanjurnya ada

tiga unsur pengetahuan yaitu:

a) Pengamatan (menanamkan) yaitu penggunaan indra lahir dan

indra batin untuk menangkap objek

b) Sasaran (objek) yaitu sesuatu yang menjadi bahan pengamatan

c) Kesadaran (jiwa) salah satu dari alam yang ada pada diri

manusia.

Pengukuran pengetahuan menurut Soekidjo (2003)

pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau 

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subyek penelitian atau responden. 

B. Hasil Penelitian yang Relevan

27
28

Rosyadi (seperti yang dikutip Renny 2014), faktor-faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan triage di rumah sakit yaitu jumlah tenaga

medis yang sesuai dengan jumlah pasien yang datang, fasilitas yang

memadai, persepsi keluarga terhadap penanganan dan tingkat pengetahuan

perawat tentang pelaksanaan triage. Renny (2014) menyatakan bahwa

masalah yang timbul pada perawat di ruang triase salah satunya yaitu

pengetahuan mengenai kategori triase, hal ini berpengaruh pada

pengambilan keputusan yang tepat terhadap pasien. Florensius (2015),

mengatakan bahwa faktor pengetahuan dan sikap perawat merupakan hal

yang berpengaruh terhadap berlangsungnya kelengkapan dokumen triase

di IGD.

C. Kerangka Pemikiran

Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus

dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya

manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk

memilih atau menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan

dan menetapkan prioritas penanganannya (Kathleen dkk, 2008).

Suatu cara dimana proses yang khusus untuk memilah pasien dan

menggolongkannya berdasarkan tingkat kewatdaruratannya dengan

melibatkan sumber daya manusia dan fasilitas yang efektik dan seefisien

mungkin dimana proses penentuan ini dilakukan untuk mendapatkan

urutan penanganan sesuai tingkat kegawatdaruratan pasien, seperti kondisi

28
29

cedera ringan, cedera berat yang bisa mengancam nyawa dalam hitungan

menit dan jam, atau sudah meninggal.

Sebuah kelengkapan dokumentasi keperawatan tertulis karena

berbagai faktor, dimana pengetahuan merupakan hal yang terpenting

dalam terlaksananya sebuah asuhan keperawatan. Dokumentasi memilik

peranan penting dalam pelayanan, faktor beban kerja, motivasi juga

pengawasan menjadi pendukung dalam asuhan keperawan terutama

dokumentasi. Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang optimal tidak

terlepas dari baiknya dokumentasi yang dilakukan oleh petugas kesehatan

yang bertugas ditempat tersebut.

29
30

Faktor yang mempengaruhi


pengetahuan

1. Pendidikan
2. Media
3. informasi

Pengetahuan Faktor yang mempengaruhi


Perawat
1. Beban kerja
1. Know (Tahu)
2. Motivasi
2. Comprehension
3. Pengawasan/ suvervisi
(Memahami)
3. Aplication (Aplikasi)
4. Analysis (Analisis)
5. Evaluation (Evaluasi)

Pengetahuan tentang Triase


Ket :

:Berhubunmgan

: Tidak berhubungan
Kelengkapan

Dokumentasi

Skema. Kerangka Konsep Hubungan Tingkat Pengetahuan perawat

dengan kelengkapan dokumentasi triase.

Sumber : Notoatmodjo (2007), Frederick Herzberg (1950), AA

Gde Muninjaya (1999), Duffield, at al (2011), Laksmiwati 2015.

30
31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan

deskriptif analitik dan dilakukan pendekatan desain studi cross sectional.

Sugiyono, (2018) menyatakan bahwa Penelitian Kuantitatif merupakan

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme dimana data

berupa angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik. Penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan kuesioner, dimana penelitian dilakukan

dalam satu periode tertentu dan subjek penelitian hanya dilakukan satu kali

kejadian selama penelitian. Kelangsungan penelitian dilakukan di ruang

Triase IGD RS Muhammadiyah Bandung, dilakukan satu kali pengukuran

dengan responden semua perawat pelaksana yang berdinas di IGD, dengan

waktu satu kejadian.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan

perawat tentang triase.

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu berfokus kelengkapan

dokumentasi khususnya pada formulir triase di IGD RS

Muhammadiyah Bandung.

31
32

3. Definisi Konseptual

a. Pengetahuan merupakan hasil dari seseorang dalam menangkap

kejadian melalui pengindraan seperti penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa bahkan raba (Notoatmojo, 1997)

b. Dokumentasi merupakan catatan terhadap apa yang dilakukan

seseorang dalam rangka sebuah bukti, dimana menjadi alat bukti

dasar hukum. Dokumentasi memiliki peranan penting bagi

terlaksananya pelayanan, selain itu sebuah dokumentasi yaitu

sebagai barang berharga dan penting. ENA (2005) menyatakan

bahwa dokumentasi dalam lingkup khususnya emergency,

meliputi tahap pengkajian pasien yang terdiri dari keluhan utama

hingga pengkategorian label yang diberikan terhadap pasien.

32
33

4. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Definisi
Variabel Alat ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Oprasional

Tingkat Kemampuan Kuesioner Pengukuran menggunakan Menurut Ordinal


Pengetahuan perawat kuesioner tingkat Arikunto (2013)
perawat dalam pengetahuan perawat Kategori
tentang melakukan mengenai triase, yang pengukuran
triase pemilahan terdiri dari 30 point tingkat
terhadap pertanyaan dimana pengetahuan
pasien pertanyaan tersebut dalam sebuah
dengan menekankan pada system kuesioner dapat
tingkat pelebelan kegawat berupa:
kegawatdaru daruratan pasien. 1. Baik ≥75%
ratannya. 2. Cukup 60-
Perawat akan diberikan 75%
3. Kurang
sebuah kuesioner berupa
≤60%
soal pilihan ganda yang
memiiki 5 jawaban (a, b, c,
d dan e.), pertanyaan
dibuat peneliti dengan uji
validitas konten atau pakar.

Sumber: Hasil uji konten


terhadap salah satu pakar
Gadar dan Kritis (2020).

Kelengkapan Ketepatan Lembar Studi dokumen dilihat dari Kategori untuk Nominal
dokumentasi perawat Observasi formulir triase yang diisi pengukuran
triase dalam oleh perawat meliputi poin kelengkapan
melakukan berikut: dokumen diukur
penulisan 1. Tertulis menggunakan 16
dokumentasi a. Nomor rekam poin pada lembar
triase, 5 medis formulir triase
b. Nama pasien
menit antara lain:
c. Tanggal lahir
setelah d. Keluhan utama 1. Lengkap
dilakukan e. Tekanan darah terisi pada
pemeriksaan f. Nadi lembar
g. Pernafasan tetulis dan
sebelum
h. Temperatur ceklis yaitu
diberikan 16 poin
tindakan i. Saturasi oksigen
j. Nyeri (100%)
selanjutnya. 2. Tidak
k. Tanggal datang
l. Jam datang lengkap
m. Tanda tangan dan terisi pada
nama lengkap lembar

33
34

petugas triase. tertulis dan


2. Ceklis ceklis atau
a. Tingkat ≤16 poin
Kesadaran (<100%)
b. Worthing
Physiological
Scoring System
(WPSS)
c. Skor dan label
warna
Sumber: Tim APK RS
Muhammadiyah Bandung.
(2017)

C. Populasi dan Sampel populasi

1. Populasi

Suatu wilayah yang general yang memiliki objek atau subjek yang

memiliki karakteristik yang kemudian akan dipelajari atau diteliti oleh

peneliti hingga didapatkan kesimpulan dari suatu objek dan subjek

tersebut (Sugiyono, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah 15

orang perawat pelaksana yang berdinas di Instalasi Gawat Darurat RS.

Muhammadiyah Bandung tidak termasuk kepala ruangan dan peneliti.

2. Sampel

Bagian dari jumlah atau karakteristik didalam populasi tersebut

(Sugiyono, 2018). Total sampling merupakan teknik sampel yang

digunakan kepada keseluruhan objek atau anggota populasi tersebut

dimana jumlah populasi yang relative kecil atau penelitian generalisasi

yang ingin diketahui kesalahannya yang sangat kecil (Sugiyono, 2018).

Pemilihan subjek pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

34
35

metoda sampling total, dimana 15 orang perawat pelaksana yang

berdinas di IGD Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung menjadi

responden dan menyatakan bersedia untuk menjadi sampel penelitian

dengan menandatangani lembar persetujuan (informed consent).

Kriteria Inklusi Kriteria ini merupakan karakteristik umum suatu

subjek yang akan dilakukan penelitian dari sebuah populasi target yang

terjangkau (Nursalam, 2016). Adapun kriteria didalam penelitian ini

yaitu sebagai berikut:

a) Perawat pelaksana yang bekerja di IGD Rumah Sakit

Muhammdiyah Bandung.

b) Perawat yang tercatat resmi sebagai pegawai tetap Rumah Sakit

Muhammadiyah Bandung.

c) Bukan Kepala ruangan IGD Rumah Sakit Muhammadiyah

Bandung.

D. Pengumpulan data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Instrumen Penelitian Pengetahuan

Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa angket

kuesioner, dimana instrument tersebut dihasilkan dari pembuatan

angket yang telah di validasi dan disetujui melalui uji konstruk

terhadap salah satu pakar keperawatan Gadar dan Kritis. Penyebaran

35
36

angket diberikan kepada 15 orang perawat pelaksana yang berdinas

di IGD Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung, selanjutnya akan di

olah atau di hitung dari hasil pengisiannya. Hasil yang didapatkan

responden merupakan total keseluruhan hasil jawaban pada lembar

kuesioner, dimana penghitungan menggunakan rumus jumlah

jawaban yang benar: jumlah soal x 100%

(Arikunto 2013).

Tabel 3.2
Kisi-Kisi Lembar Instrumen Kuesioner Tingkat Pengetahuan
Tentang Triase

Variable Indikator Item Jumlah

36
37

Tingkat Kategori pengantar umum 1, 2, 3, 4. 4


pengetah pengetahuan tentang
uan Instalasi gawat Darurat
perawat 7,8, 9, 12, 13, 9
tentang Kategori triase pada pasien 18, 22, 23, 27.
Triase label merah.
5,11,15,16,20,21 10
Kategori triase pada pasien ,24,26,28,30
label kuning. 8
6,10,14,17,19,22
Kategori triase pada pasien ,25,29
label hijau.

b. Observasi

Observasi merupakan proses yang komplek dimana terdapat

proses yang tersusun oleh proses biologis dan psikologis melalui

proses penting yaitu pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2018).

Sedangkan dalam penelitian ini untuk melihat kelengkapan

dokumentasi triase dapat dilakukan studi dokumentasi seperti

observasi hasil dari penulisan perawat, dimana dilakukan

pengambilan sampel pengambilan status rekam medis khususnya

formulir triase. Teknik dilakukan pada saat responden melakukan

penulisan formulir dalam waktu 5 menit setelah pengisian, kemudian

untuk pasien dalam kondisi gawat darurat dilakukan setelah tindakan

terhadap pasien tersebut.

Observasi ini dilakukan dalam waktu 3 hari, pengambilan

sampel formulir dilakukan pada saat responden mulai pengisian

lembar triase hingga pasien betul dilakukan tindakan

37
38

kegawatdaruratan. Setiap responden diambil sebanyak 2 sampel

formulir dan di nilai dengan melihat lengkap atau tidak lengkap

formulir tersebut dimana bila lengkap 100% dan tidak lengkap

kurang dari 100%.

E. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen

Instrument yang baik yaitu suatu alat ukur yang telah di uji

reabilitas dan ketepatannya sehingga dikatakan valid sebagai alat ukur dan

alat ukur tersebut dapat digunakan untuk menghasilkan data yang

konsisten (Sugiyono, 2018). Uji validitas konstrak untuk instrumen tingkat

pengetahuan dilakukan di rumah sakit Al Islam Bandung, dimana

dilakukan prosedur dengan pengujian etik terhadap proposal penelitian

dengan kurun waktu kurang lebih satu bulan. Kemudian setelah ijin etik

terbit baru akan dilakukan uji validitas instrument di ruang IGD Al Islam

Bandung. Hasil yang didapatkan yaitu “Tidak Valid”, karena metode yang

digunakan tidak sama dengan yang di terapkan di IGD RS

Muhammadiyah Bandung.

Untuk itu peneliti melakukan uji validitas konstuk terhadap ahli

khususnya dibidang kegawatdaruratan dan kritis, setelah peneliti

mendapatkan informasi tentang seseorang yang profesional untuk

dijadikan expert judgment yaitu Ibu Etika Emiliyawati M. Kep, beliau

merupakan dosen keperawatan Gadar dan Kritis di Universitas Padjadjaran

dengan kualifikasi pendidikan S2 Keperawatan, selain itu beliau sedang

melaksanakan pendidikan S3 yang sebentar lagi akan selesai.

38
39

Melalui rangkaian penyeleksian instrumen dan koreksi terhadap

instrument yang diberikan maka didapatkan hasil dari uji validitas konten

ini dinyatakan “Valid” dan dapat diterapkan atau digunakan sebagai alat

instrumen penelitian terhadap perawat di IGD RS Muhammadiyah

Bandung. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Sugiyono 2018 yaitu

Setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur

berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli.

F. Pengolahan Data

Data yang dihasilkan dalam penelitian ini diolah dan dianalisa agar

dapat disimpulkan atau diinterpretasikan menjadi suatu informasi.

Pengolahan data yang dilakukan adalah menghitung jumlah jawaban yang

benar pada pertanyaan didalam kuesioner dan checklist pada studi

dokumentasi pelaksanaan pencatatan formulir triase.

1. Editing

Editing adalah memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau

setelah data terkumpul. Peneliti akan melakukan pengecekan kembali

lembar instrument kuesioner yang sudah didapatkan serta memastikan

semua data lengkap dan sudah sesuai dengan penelitian yang peneliti

39
40

lakukan. Melihat dengan teliti hasil dari pencatatan lembar formulir

triase yang diambil sebagai sampel observasi.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data. Pemberian kode ini sangat penting dalam pengolahan

data dan analisa data menggunakan komputer, dalam pemberian kode

dibuat daftar kode dan artinya untuk memudahkan kembali melihat

lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

Tabel 3.3
Coding Observasi Pelaksanaan Pengisian Formulir Triase

No Variabel Coding

1 Pelaksanaan pengisian formulir triase oleh perawat 1= dilaksanakan


di ruang Triase
2= tidak dilaksanakan

Kelengkapan pengisian formulir triase oleh perawat


2 diruang Triase 1= lengkap 100%

2= tidak lengkap <100%

Tabel 3.4
Coding Pelaksanaan Pengisian Instrumen Tingkat Pengetahuan
No Variabel Coding

1 Pelaksanaan pengisian instrument tingkat pengetahuan 1= baik;76-100%


perawat tentang Triase
2= cukup;60-75%

3= kurang; <60%

40
41

3. Prosesing / entry data

Processing yaitu memasukkan data dari lembar demografi pada

instrument kuesioner kedalam program komputer dengan

menggunakan program SPSS versi 20.

4. Cleaning

Cleaning yaitu proses pembersihan data, dilakukan dengan

mengecek ulang data yang sudah di entry. Setelah dilakukan

prosesing menggunakan SPSS peneliti melakukan pengecekan

kembali pada data dan memastikan tidak ada data yang hilang.

5. Tabulating

Tabulating adalah pengorganisasian data sesuai dengan tujuan

penelitian untuk disajikan dan dianalisa. Pada penelitian ini peneliti

akan menyajikan data dalam bentuk tabel untuk memudahkan peneliti

dalam membaca dan menganalisa.

G. Teknik Analisa Data

Analisa yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis

bivariat, dimana digunakan untuk menganalisis hubungan antara setiap

variabel dependen dengan variabel independen. Data yang didapatkan

dalam penelitian ini seperti nominal juga ordinal akan di ubah menjadi

data dengan skor pada setiap instrumen hingga mendapatkan jumlah

persentase.

41
42

Melalui pengujian tersebut digunakan mengunakan analisis chi-square

dan hasil korelasi menunjukan hasil 1,000 yang berarti signifikan

berhubungan dan setelah uji normalitas mengenai variabel tingkat

pengetahuan terhadap kelengkapan dokumentasi signifikan. Hipotesis

pada penelitian menunjukan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan

dengan kelengkapan dokumentasi ditandai Ha: ρ ≠ 0.

Data yang ditampilkan merupakan data yang sudah masuk kedalam

persentase dimana data tersebut meliputi hasi dari instrument kuesioner

tingkat pengetahuan perawat tentang triase. Tahapan awal berupa

pemeriksaan hasil dari jawaban benar pada item instrumen, kemudian hasil

diolah dan di persentasekan.

Pada pelaksanaan observasi terhadap formulir triase yang diisi oleh

perawat dapat dihasilkan data melalui kelengkapan yang terisi dalam

formulir tersebut, studi dokumentasi tersebut dihitung dengan

menggunakan kriteria absolute:

P = a/b x 100%

Keterangan :

P : Persentase

a : Jumlah item checklist observasi/ dokumentasi yang dilaksanakan

b : Jumlah seluruh item checklist observasi/ dokumentasi

Dengan kriteria persentase sebagai berikut (Arikunto, 2013):

a. Dikategorikan baik, jika 76-100 % dilaksanakan

42
43

b. Dikategorikan cukup, jika 56-75 % dilaksanakan

c. Dikategorikan kurang, jika < 56% dilaksanakan

Hasil dari pengukuran persentase diatas dapat di kategorikan

sebagai berikut :

a. 0 : Tidak satu pun


b. 1- 25 : Sebagian hasil
c. 26- 49 : Hampir setengah
d. 50 : Sebagian
e. 51 – 75 ; Lebih dari setengah
f. 76 – 99 : Sebagian besar
g. 100 : Seluruhnya

H. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan dilakukan pada bulan juni 2019 sampai oktober

2019. Pada tahap ini peneliti mengajukan tema dan judul penelitian

kepada pembimbing. Setelah mendapat persetujuan pembimbing,

peneliti mulai menyusun proposal penelitian. Peneliti melakukan studi

literatur yang berkaitan dengan tema penelitian, menentukan variabel

yang akan diteliti, dan memilih tempat penelitian.

Data yang diperlukan untuk menyusun proposal penelitian,

didapatkan peneliti dari RS Muhammadiyah Bandung. Proposal

penelitian yang sudah dikonsulkan dan disetujui oleh pembimbing 1

43
44

dan pembimbing 2, selanjutnya diujikan melalui uji proposal di

STIKES ‘Aisyiyah Bandung pada bulan oktober 2019.

Setelah dinyatakan lulus uji proposal, peneliti membuat surat etik

penelitian dari Komite Etik Penelitian STIKes Aisyiyah Bandung.

Penelitian rencananya akan dilakukan pada bulan Desember 2019

setelah surat izin penelitian dan surat etik keluar. Setelah melalui

rangkaian bimbingan maka diambil langkah untuk uji validitas ke RS

Al Islam Bandung, pengajuan ijin dilakukan melalui diklat penelitian

dengan surat pengantar yang diberikan dari STIKes Aisyiyah

Bandung.

Surat yang di terima oleh bagian diklat akan terlebih dahulu

diproses dengan lampiran proposal penelitian. Waktu untuk proses

dari surat pengantar tersebut yaitu 2 hari yang kemudian peneliti

harus melakukan uji etik terlebih dahulu terhadap proposal tersebut

sebelum melakukan uji validitas di IGD.

Proses uji etik tersebut membutuhkan waktu kurang lebih satu

bulan lebih, setelah itu baru terbit surat ijin melakukan validitas di

IGD Al Islam Bandung. Surat yang keluar merupakan rujukan untuk

uji validitas bukan uji konten atau pakar, sedangkan metode yang

digunakan RS Al Islam berbeda dengan RS Muhammadiyah. Untuk

itu peneliti meminta saran kepada pembimbing untuk melakukan uji

konten terhadap seseorang yang expert dalam bidang Emergency dan

pembimbing menyetujui hal tersebut.

44
45

Mencoba mencari seorang pakar tersebut, peneliti mendapatkan

saran dari berbagai pihak yaitu seorang dosen keperawatan

Universitas Padjadjaran yang mengajar tentang gawat darurat dan

kritis. Beliau pun akan menyelesaikan studi S3 dalam beberapa waktu

dekat ini. Peneliti mulai menghubungi dengan menunggu waktu

kurang lebih satu hari, kemudian beliau menyetujui untuk dijadikan

expert judgment untuk instrument yang dibuat peneliti.

Setelah melakukan pertemuan untuk memberikan instrument

yang ada, dilakukan koreksi dan kritisi didapatkan hasil yang lebih

baik untuk instrument tersebut, dan hasil dari keseluruhan instrument

tersebut yaitu “VALID” untuk alat ukur tingkat pengetahuan terhadap

perawat di RS Muhammadiyah Bandung.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah mendapatkan surat izin penelitian dari Diklat RS

Muhammadiyah maka peneliti akan memberikan surat tembusan

penelitian kepada ruangan dan memberikan penjelasan tentang alur

penelitian yang akan dilakukan. Peneliti mengumpulkan sebagian

perawat yang akan menjadi responden pada saat berdinas, untuk

menjelaskan tentang tujuan, manfaat dan prosedur pengumpulan data

dalam penelitian ini. Responden yang bersedia akan diminta untuk

mengisi lembar informed consent dan selanjutnya dilibatkan dalam

penelitian.

45
46

Pembagian instrumen penelitian dilakukan peneliti dengan

pembagian langsung kepada responden. Pada tahap ini membutuhkan

waktu 3 hari. Setelah proses pengisian oleh responden selesai maka

peneliti akan mengambil hasil tersebut dan menyimpan ke dalam map

yang dibawa peneliti.

Pada saat itu pula dilakukan observasi terhadap pencatatan

formulir triase, pengambilan dilakukan secara acak dengan

pengambilan 2 sampel formulir setiap perawat. Total 30 sampel

formulir triase tersebut dilakukan pengambilan setelah 5 menit dicatat

oleh responden yang kemudian dilihat kelengkapan dalam pengisian

formulir tersebut. Selain itu bila ada pasien yang harus diberikan

tindakan terlebih dahulu maka dilihat setelah selesai tindakan yang

diberikan terhadap pasien. Observasi dilakukan 3 hari bersamaan

dengan pengambilan data dari instrument kuesioner tingkat

pengetahuan.

3. Tahap Akhir

Setelah data terkumpul dengan lengkap peneliti melakukan

pengolahan data menggunakan SPSS Versi 20. Tahap akhir penelitian

ini adalah menyusun laporan hasil penelitian kemudian dilakukan

sidang skripsi untuk mempertanggungjawabkan hasil dan proses

penelitian. Selanjutnya melakukan perbaikan sesuai dengan arahan

penguji dan pembimbing. Bila sudah sesuai hasil penelitian dapat

46
47

dibukukan sebagai bentuk dokumentasi penelitian yang telah

dilaksanakan.

I. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan diruang Triase IGD RS.

Muhammadiyah Bandung yang berlangsung pada bulan Februari 2020.

2. Waktu Penelitian

Pembagian kuesioner dilakukan pada tanggal 5, 6, 7 Februari 2020,

selain itu dilakukan pengambilan sampel formulir triase dalam 3 hari

pada tanggal 6, 7 dan 8 Februari 2020.

J. Etika Penelitian

Kode etik penelitian ialah suatu pedoman etika yang berlaku untuk

setiap kegiatan penelitian yang melibatkan pihak peneliti, subjek

penelitian dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil

penelitian tersebut. Etika penelitian mencakup perilaku peneliti

terhadap subjek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti

bagi masyarakat.

Etika penelitian memiliki berbagai prinsip, empat prinsip yang

harus dipegang teguh oleh peneliti yakni:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for

human dignity)

Penelitian harus dilaksanakan dengan menjungjung tinggi

harkat dan martabat manusia. Subjek memiliki hak asasi dan

47
48

kebebasan menentukan pilihan ikut atau menolak penelitian

(autonomy). Subjek penelitian berhak mendapatkan informasi

yang lengkap tentang pelaksanaan penelitian meliputi; tujuan,

manfaat, prosedur, resiko penelitian, ketidaknyamanan yang

ditimbulkan dan kerahasiaan informasi.

Pada penelitian ini didalam pelaksanaan uji tingkat

pengetahuan yang menggunakan angket kuesioner, sebelum

melakukan pengisian maka diberikan lembar formulir inform

consent yang berisi hak untuk kesediaan perawat untuk menjadi

responden dalam penelitian ini. Disampuing itu apabila calon

responden menolak akan tetap bebas mengundurkan diri. Artinya

dalam pengisian kuesioner dalam penelitian ini tidak ada unsur

pemaksaan.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for

privacy and confidentiality)

Subjek penelitian memiliki hak asasi dan privasi untuk

mendapatkan jaminan kerahasiaan informasi. Namun tidak bisa

dipungkiri penelitian menyebabkan terbukanya informasi

mengenai subjek. Oleh sebab itu dalam rangka menjaga privasi

dan kerahasiaan responden, maka peneliti menggunakan inisial

nama, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pelatihan yang

dimiliki.

48
49

3. Menghormati keadilan dan inklusivitas/ keterbukaan (respect

for justice inclusiveness)

Prinsip keterbukaan mengandung arti bahwa penelitian

dilakukan secara jujur, hati-hati, cermat, tepat, dan dilaksanakan

secara profesional. Peneliti memenuhi prinsip keterbukaan dengan

menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan mengandung

arti bahwa penelitian memberikan keuntungan dan beban secara

merata sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan subjek. Peneliti

memenuhi prinsip keadilan dengan menjamin semua subjek

penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama,

tanpa membedakan gender, agama, etnis, dan sebagainya.

4. Mempertimbangkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

(balancing harms and benefits)

Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian

harus mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi

subjek penelitian dan populasi dimana hasil penelitian dilakukan.

Pada penelitian ini manfaat yang mungkin didapatkan adalah

berupa peningkatan tingkat pengetahuan mengenai Triase, dimana

hal tersebut akan diterapkan di IGD. Disamping itu dalam rangka

memberikan reward terhadap responden, peneliti memberikan

sebuah cindera mata.

49
50

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung

50
51

Penelitian ini dilaksanakan di ruang triase IGD RS Muhammadiyah

Bandung, dimana rumah sakit ini merupakan amal usaha Muhammadiyah

melalui pimpinan wilayah Jawa Barat. RS Muhammadiyah ditetapkan sebagai

rumah sakit kelas C dengan ijin melalui Dinas Kesehatan Kota Bandung,

selain itu telah terakreditasi secara Nasional (KARS 2012). IGD RS

Muhammadiyah memiliki ruang triase sebagai sarana pemilahan pasien gawat

darurat, selain itu IGD memiliki kapasitas sembilan tempat tidur diantaranya

satu tempat tidur di ruang triase, tiga ruang transit, satu ruang isolasi, satu

ruang ponek, dua ruang resusitasi, dan satu ruang tindakan.

Kunjungan pasien masuk ke IGD dalam tiga bulan terakhir sebanyak

kurang lebih 80 pasien dalam satu hari, bila di rata-ratakan dalam satu shift

sekitar 25 sampai dengan 30 pasien. Distribusi kategori pasien dengan kasus

kegawatdaruratan dan bukan kegawatdaruratan dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 4.1
Distribusi Karakteristik Kasus Kegawatdaruratan di Instalasi Gawat
Darurat RS Muhammadiyah Bandung (n=15)

No Bulan Kasus Gawat Kasus Tidak Total


Darurat Gawat Tidak

51
52

Darurat
1 Agustus 2019 455 2035 2490
2 September 2019 303 2351 2654
3 November 2019 87 2413 2326
Total 845 6625 7470

Pelayanan IGD di RS Muhammadiyah Bandung harus melalui ruang triase

sebelum selanjutnya dilakukan tindakan kegawatdaruratan, pemilahan yang

dilakukan diruang triase akan mempengaruhi kualitas hidup pasien dan

kelangsungan hidup pasien, dalam langkah lanjutan pasien akan masuk ke

beberapa ruang seperti yang tertera di atas.

Perawat yang bertugas di ruang IGD pada saat berdinas ada satu orang

perawat yang berjaga di ruang triase dan dilakukan secara bergiliran,

sehingga kemungkinan besar semua perawat di IGD akan mendapatkan

giliran berjaga di ruang triase, mengingat Triase RS Muhammadiyah belum

ada petugas khusus.

B. Karakteristik Responden

Penelitian ini melibatkan sebanyak 15 perawat yang bekerja di ruang

Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung sebagai

responden penelitian tidak termasuk peneliti dan kepala ruangan. Responden

penelitian merupakan populasi seluruh perawat pelaksana yang bekerja di

ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung yang

berdinas saat penelitian dilakukan. Berikut adalah jawaban masing-masing

responden mengenai profil responden tersebut.

Tabel 4.2

52
53

Distribusi Karakteristik Responden di Instalasi Gawat Darurat RS


Muhammadiyah Bandung (n=15)

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase %

Usia

25-30 Tahun 6 40,0

31-35 Tahun 4 26,7

36-40 Tahun 1 6,7

41-45 Tahun 3 20,0

46-50 Tahun 1 6,7

Jenis Kelamin

Laki-Laki 5 33,3

Perempuan 10 66,7

Pendidikan

D-III Keperawatan 11 73,3

Ners 4 26,7

Pelatihan
PPGD/ BTCLS 15 100

Berdasarkan tabel 4.2, perawat yang bekerja di IGD RS

Muhammadiyah Bandung hampir setengahnya (40%) berada pada rentang

usia 23-30 tahun dengan jenis kelamin sebagian besar (66,7%) adalah

perempuan. Dilihat dari pendidikan yang dimiliki perawat yaitu sebagian

53
54

besar (73,3%) adalah DIII Keperawatan, begitu pun untuk pelatihan atau

sertifikasi kegawatdaruratan sudah (100%) dimiliki perawat.

C. Analisis dan Pembahasan

1. Analisis Disribusi Tingkat Pengetahuan Triase

Tabel 4.3

Distribusi Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Triase di Instalasi


Gawat Darurat RS Muhammadiyah Bandung (n=15)

Kategori Frekuensi Persentasi (%)

Baik 3 20,0
Cukup 9 60,0
Kurang 3 20,0

Berdasarkan data pada tabel 4.3 dapat dilihat hasil penelitian dari

pelaksanaan distribusi kuesioner tingkat pengetahuan perawat tentang

triase yang diisis oleh perawat di IGD Rumah Sakit Muhammadiyah

Bandung secara umum berada pada katagori cukup dengan persentase

60%, kategori baik dengan persentase 20% dan kategori kurang 20%.

Artinya tingkat pengetahuan perawat tentang triase di IGD Rumah Sakit

Muhammadiyah Bandung lebih dari setengahnya (60%) kategori cukup.

2. Analisis Observasi Formulir Triase

Tabel 4.4

Distribusi Observasi Formulir Triase di Instalasi Gawat Darurat

RS Muhammadiyah Bandung (n=15)

54
55

Kategori
Kelengkapan Formulir Frekuensi Persentase

Terisi lengkap 12 40,0


Tidak terisi lengkap 18 60,0

Total 30 100,0

Berdasarkan data pada tabel 4.4 dapat dilihat hasil pengambilan

data sampel rekam medis secara acak sebanyak 30 sampel, dimana setiap

responden diambil sampel dua buah rekam medis. Data yang dihasilkan

yaitu formulir terisi lengkap sebanyak 12 formulir dengan persentase

(40%), sedangkan jumlah sisanya (60%) untuk sampel dokumentasi atau

formulir yang tidak terisi dengan lengkap. Data tersebut merupakan data

acak, dimana hasil dari pemantauan peneliti bahwa ada beberapa

responden yang hasil observasinya memiliki jumlah kelengkapan hanya

salah satu saja.

3. Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan

Kelengkapan Dokumentasi Triase

Berdasarkan tabel 4.4 dibawah diperoleh nilai r = 1,000 dan nilai

p=0,001. Oleh karena itu p-value < 0,05 maka dapat dikatakan hubungan

signifikan antara tingkat pengetahuan dan kelengkapan dokumentasi.

Tabel 4.5
Hasil Uji Korelasi Variabel Tingkat Pengetahuan Perawat dan
Kelengkapan Dokumentasi Triase

55
56

Hasil Uji Korelasi Kelengkapan Dokumentasi

R P

Tingkat Pengetahuan 1,000 0,001

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengolahan data di IGD Rumah Sakit Muhammadiyah

Bandung bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai triase menunjukan

sebagian besar mendapatkan nilai cukup dengan peresentasi 60%, dan untuk

hasil dari kelengkapan dokumentasi menunjukan 60% yang artinya tidak

lengkap. Berdasarkan data dari tabel 4.4 tentang uji korelasi dari kedua

variabel diatas yaitu p= 0,001 (p=<0,5), maka dapat dikatakan adanya

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kelengkapan dokumentasi

dimana bila seorang perawat mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi

terhadap triase maka kepatuhan dan ketepatan dalam pengisian kelengkapan

dokumentasi akan sesuai dan tepat.

Dari tabel 4.3 mengenai distribusi tingkat pengetahuan perawat tentang

triase di instalasi gawat darurat RS Muhammadiyah Bandung, masih adanya

presentasi perawat yang dikategorikan kurang dalam pencapaian tingkat

pengetahuan perawat tentang triase. Bila dikaitkan pada standar yang menjadi

acuan Rumah Sakit Muhammadiyah dimana seluruh perawat IGD harus

mempunyai tingkat pengetahuan yang mempuni atau dalam rentang 90-100%,

maka hal ini dapat menjadi masalah terhadap mutu pelayanan rumah sakit.

Menurut hasil wawancara dengan kepala rungan IGD Rumah Sakit

Muhamadiyah Bandung, menuturkan bahwa pelatihan PPGD dan BTCLS

56
57

dilakukan dalam kurun waktu 2 tahun kebelakang. Terkait dengan materi yang

dibahas dalam pelatihan tersebut hanya menjelaskan gambaran triase secara

umum selebihnya hanya membahas mengenai penanganan kasus-kasus

kegawatdaruratan secara umum. Sementara itu pelatihan yang khusus

mengenai triase pasien di IGD belum pernah di adakan sehingga tidak ada

satupun perawat di IGD yang memahami secara mendalam mengenai triase.

Trise PACS di IGD Rumah sakit Muhammadiyah Bandung merupakan

modifikasi dengan menggunakan label warna seperti merah, kuning, hijau, dan

hitam. Formulir triase yang digunakan di IGD Rumah sakit Muhammadiyah

ini tidak secara keseluruhan mewakili data pasien, format didalamnya hanya

ada data pasien antara lain seperti keluhan utama dan tanda-tanda vital yang

selanjutnya pemberian kesimpulan label warna. Sebagai salah satu contoh

kurang tepatnya format tersebut dapat terlihat bila pasien datang dengan

keluhan nyeri dada yang dicurigai jantung, namun tanda-tanda vital pasien

tersebut baik atau normal maka pasien tersebut akan terkategori label hijau

tidak gawat darurat yang harusnya terkategori label merah. Kekurangan dari

data tersebut menjadi salah satu faktor yang menjadi kemungkinan penyebab

perawat di IGD sulit untuk memberikan prioritas label pada pasien hingga

menjadi mistriase pada pasien.

Berdasarkan tabel 4.1 mengenai distribusi karakteristik kasus

kegawatdaruratan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah

Bandung, pada tiga bulan terakhir untuk kasus nonemergency lebih banyak

dibanding dengan kasus emergency. Sesuai dengan data tersebut kepala

57
58

ruangan mengatakan dengan kurangnya kasus emergency memungkinkan

kurang terlatihnya perawat dalam melakukan triase di IGD Rumah Sakit

Muhammadiyah Bandung, sehingga hal ini berimbas pada tingkat

pengetahuan perawat yang masih kurang.

Mengingat jenjang pendidikan yang sebagian besar perawat memiliki latar

belakang DIII Keperawatan yang merupakan lulusan dibawah tahun 2010

maka perlu dipertimbangkan adanya program berjenjang untuk meningkatkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sehingga tingkat keilmuan perawat

dapat terus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

Hasil penelitian Sudrajat (2014) menyimpulkan bahwa pengetahuan

merupakan poin penting dalam pelaksanaan triase juga berhubungan

signifikan dengan keterampilan pelaksanaan triase di IGD. Selain itu

berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kusriyati (2005) didapat

kesimpulan bahwa pengetahuan perawat yang baik dapat mempengaruhi

seseorang terhadap kemampuan dalam pelaksanaan triase di IGD. Oleh sebab itu

untuk menjaga mutu pelayanan di rumah sakit dan untuk meningkatkan

keterampilan pelaksanaan triase perawat, perlu adanya peningkatan pengetahuan

perawat. Salah satu upaya tersebut dapat dilakukan melalui pelaksanaan

pelatihan juga peningkatan jenjang pendidikan.

Kelengkapan dokumentasi triase pada pelaksanaan pengisian formulir

triase oleh perawat, dapat dilihat dari tabel 4.3 Distribusi observasi formulir

triase di instalasi gawat darurat RS Muhammadiyah Bandung dapat terlihat

bahwa paling banyak dalam pengisisan formulir triase tidak lengkap.

58
59

Pengambilan sampel sebanyak 30 formulir merupakan hasil dari ambil acak

dari masing-masing responden dan pengambilan sampel tersebut dilakukan

sebanyak masing-masing dua sampel formulir.

Hasil dari pemantauan atau observasi dari pengambilan sampel formulir

tersebut didapatkan data yaitu 18 formulir tidak terisi lengkap dengan

persentase 60% dan 12 formulir terisi lengkap dengan persentase 40%. Data

yang dihasilkan tersebut merupakan data yang dihitung secara total

keseluruhan, namun didalam pelaksanaanya beberapa responden memiliki

hasil dari pengisian formulir tersebut ada yang tidak benar keduanya atau

benar salah satu. Dari penelitian diatas tergambarkan bahwa pendidikan dan

pelatihan yang diikuti perawat merupakan salah satu faktor yang berpengaruh

terhadap kelangsungan proses dokumentasi keperawatan yang diberikan

terhadap pasien. Hal ini berkaitan bahwan tingkat pengetahuan mempengaruhi

teknik atau cara yang dilakukan perawat tersebut terhadap prioritas pemilahan

pasien, terkait dengan proses tersebut perawat harus mampu menilai tingkat

kegawatan pasien untuk selanjutnya dilakukan labeling.

Disamping itu Huriana at al (2018) menyebutkan pengetahuan petugas

triase akan berkaitan dengan kecepatan dan ketepatan dalam penulisan

dokumentasi triase dan pengkategorian prioritas triase pasien, sehingga

pengetahuan yang matang sangat di butuhkan dalam proses triase guna

menunjang pelaksanaan triase dan juga dokumentasi yang berkualitas.

Penelitian yang dilakukaan Huriana (2018) ini melakukan observasi pada

status rekam medis pasien khususnya untuk formulir triase, dimana didapatkan

59
60

hasil yaitu secara umum tidak terisi lengkap dengan jumlah 12 sampel

pengambilan secara acak. Data yang didapatkan menunjukan 18 formulir tidak

terisi lengkap dengan persentase 60% dan empat formulir terisi lengkap

dengan persentase 40%.

Menurut penuturan Kepala Ruangan bahwa formulir triase tersebut terbit

pada tahun 2017 disaat rumah sakit akan mengikuti akreditasi (KARS),

dimana sesuai dengan arahan yang diberikan pembimbing akreditasi juga

assessor yang datang ke Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung dalam rangka

kunjungan survey simulasi. Berkali-kali tim akreditasi (APK) mengganti

format dari formulir triase tersebut, berawal dari format yang hanya

menggunakan kategori level kegawatan pasien hingga memodifikasi dengan

tambahan label warna. Perubahan pada format triase tersebut dalam beberapa

bulan bisa beberapa kali berubah berhubungan dengan seringnya assessor

akreditasi yang melakukan kunjungan atau pada saat survey simulasi.

Formulir triase yang berubah-ubah tersebut begitu saja di berikan secara

verbal terhadap perawat yang berjaga di IGD tanpa adanya sosialisasi cara

pengisian yang khusus terhadap formulir triase PACS modifikasi tersebut.

Perawat yang tidak berdinas tidak mengetahui mengenai format yang baru

diberikan, sehingga sering terjadinya kesalahan dalam pengisian akibat kurang

pahamnya perawat terhadap formulir tersebut. Setelah diberikannya format

triase yang baru tersebut tidak dilakukannya evaluasi oleh pihak manajemen

terhadap perawat dalam pengisian formulir triase tersebut. Proses perubahan

formulir triase PACS modifikasi tersebut tidak dilakukan pengujian terlebih

60
61

dahulu, tidak ada uji validitas terhadap formulir tersebut dan digunakan begitu

saja. Akibat dari seringnya berganti format tersebut banyak kemungkinan

perawat kurang memahami terhadap formulir yang digunakan, sehingga

berpengaruh pada nilai pengetahuan perawat IGD.

Dokumentasi keperawatan khususnya dalam hal ini triase, harus meliputi

kelengkapan yang penuh untuk mencapai asuhan yang cepat, tepat dan akurat.

Dokumentasi triase ini memiliki banyak item penting, secara garis besar

meliputi waktu, identitas, keluhan pasien dengan tanda-tanda vital, serta

identitas petugas pemegang pasien. Lengkapnya suatu dokumentasi

menentukan langkah selanjutnya yang mungkin akan dilakukan perawat dalam

penanganan pasien gawat darurat, disamping itu hal tersebut akan menjadi

suatu hal yang prioritas dalam pembeian label terhadap pasien gawat darurat.

Hasil penelitian Wibowo (2019), menyimpulkan penulisan dan

pengkategorian triase pasien yang kurang tepat akan berdampak pada

penurunan waktu tanggap atau golden period dalam penanganan sistem

kegawatdaruratan pasien sehingga dapat menurunkan kualitas penanganannya.

Hasil penelitian Susanti (2014), menyimpulkan bahwa kelengkapan pengisian

dokumentasi asuhan keperawatan yang lengkap sebanyak 29,5% sedangkan

ketidaklengkapannya sebanyak 70,5%, Berdasarkan hasil uji statistik

didapatkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan perawat dengan

kelengkapan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan dengan hasil

P=0,001 (P<0,05), dapat dikatakan perlunya pelatihan pendidikan dan

sosialisasi mengenai dokumentasi.

61
62

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan

perawat tentang triase PACS dengan kelengkapan dokumentasi triase

perawat di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah

Bandung, maka terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan perawat

62
63

dengan kelengkapan dokumentasi triase. Berdasarkan hasil uji statistik

didapatkan bahwa ada hubungan dengan hasil korelasi p = 0,001 (p<0,05),

maka artinya dapat dikatakan adanya korelasi antara kedua variabel

tersebut.

Terkait dengan tingkat pengetahuan dan kelengkapan dokumentasi,

maka berdasarkan hasil pengolahan data dari responden khususnya

perawat pelaksana di IGD Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung bahwa

tingkat pengetahuan responden mengenai triase dalam bentuk kuesioner

pada penelitian ini menunjukan tingkat pengetahuan perawat mengenai

triase sebagian besar mendapatkan nilai cukup dengan peresentasi 60%,

dan untuk hasil dari sebagian besar kelengkapan dokumentasi berada pada

60% yang artinya tidak lengkap.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat ajukan penulis yaitu

sebagai berikut:

1. Bagi Institusi Rumah Sakit

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan

evaluasi bagi pihak rumah sakit dalam pelaksanaan triase di

Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung

63
64

untuk peningkatan pelayan tehadap pasien guna terciptanya

pelayanan yang cepat, tepat dan akurat.

b. Proses perubahan sistem terutama di IGD yang berkaitan dengan

dokumentasi triase, alangkah baiknya disosialisasikan terlebih

daluhu dan sebelum di gunakan baiknya di lakukan uji kelayakan

terhadap format atau formulir triase. Setelah adanya uji kelayakan

tersebut maka format tersebut di lakukan uji validitas, bila hasil

dari uji tersebut baik maka boleh di ujicoba sebelum ditetapkan

sebagai format baku di IGD RS Muhammadiyah Bandung.

c. Perlu adanya monitoring dan supervisi dari kepala ruangan hingga

manager keperawatan agar pelaksanaan triase dan kepatuhan

kelengkapan pengisian dokumentasi triase di IGD dapat

dilaksanakan dengan baik, sehingga dapat meningkatkan

pelayanan mutu pada pasien dan terciptanya penanganan pasien

yang cepat, tepat, dan akurat.

d. Adanya program evaluasi secara rutin terhadap perawat yang

dilakukan oleh kepala ruangan dan adanya teguran atau sanksi

terhadap perawat yang tidak patuh terhadap pengisian formulir

dokumentasi. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga mutu

pelayanan rumah sakit dalam kondisi yang baik.

e. Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan bagi

pihak rumah sakit untuk memberikan pelatihan tentang

kegawatdaruratan khususnya Triase secara teratur dan

64
65

berkesinambungan terhadap perawat sehingga mencegah

terjadinya ketidaktahuan, dan ketidakmampuan perawat dalam

menangani pasien di instalasi gawat darurat.

f. Diharapkan dari hasil penelitian ini pihak rumah sakit membuat

program peningkatan pendidikan bagi setiap perawat ke jenjang

yang lebih tinggi. Sehingga pendidikan perawat akan selalu

senantiasa sesuai dengan ilmu pengetahuan yang berkembang.

2. Bagi Perawat

a. Diharapkan perawat mengikuti pelatihan kegawatdaruratan secara

teratur dan melakukan refresh untuk ilmu kegawatdaruratan dalam

menjamin pelayan pada pasien d IGD.

b. Dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi bagi

perawat, sehingga meningkatkan kesadaran bagi masing-masing

individu untuk senantiasa meningkatkan keilmuannya dibidang

keperawatan khususnya kegawatdaruratan, baik itu dengan cara

mengikuti pelatihan ataupun dengan cara meningkatkan tingkat

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini bisa menjadi informasi sebagai salah

satu bahan untuk memperkaya mata kuliah Keperawatan Gadar dan

Kritis, sehingga institusi pendidikan akan membekali mahasiswa

dengan pengetahuan juga keterampilan dalam melakukan tindakan

asuhan keperawatan gawat darurat khususnya triase. Oleh karena

65
66

itu pada saat memasuki dunia kerja dapat melakukan triase pada

pasien dengan baik dan benar, guna terciptanya penanganan yang

cepat, tepat dan akurat.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini bisa dijadikan data dasar sebagai bahan

penelitian selanjutnya. Peneliti berharap agar peneliti selanjutnya

bisa mengambil variabel yang lebih banyak dengan metode

penelitian yang berbeda, untuk dapat menganalisis faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi pelaksanaan triase di IGD.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Ilmiah. In Rineka cipta, Jakarta.

Bantul, P. S. (n.d.). HUBUNGAN STRES KERJA PERAWAT DENGAN


KELENGKAPAN DOKUMENTASI PROSES KEPERAWATAN GAWAT
DARURAT DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Tia
Amestiasih*. 1–15.
http://ejournal.stikesmukla.ac.id/index.php/triage/article/view/159/156

Dahlan, M. S. (2010). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam


Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. In Salemba Medika.

66
67

Goyena, R., & Fallis, A. . (2019). 済無 No Title No Title. Journal of Chemical


Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Habib, H., Sulistio, S., Mulyana, R. M., & Albar, I. A. (2016). Triase Modern
Rumah Sakit dan Aplikasinya di Indonesia (b). Research Gate, 3(2), 112–
115.

Hardyanti, H., & Chalidyanto, D. (2015). Correlation Emergency Status With


Attendance of Emergency Room At Rsud Ibnu Sina Kabupaten Gresik.
None, 3(1), 80–88. https://doi.org/10.20473/jaki.v3i1.1492

Ifaadah, M. M. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Triase


Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Label Hijau Di IGD RSUD DR.
Moewardi Surakarta. 1–12.

Irawati, W. (2017). Pelaksanaan Triage Di Instalasi Gawat Darurat. 6, 54–58.

Kurniawan, A. W. (2018). Hubungan Intensi Dengan Perilaku Perawat Dalam


Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Instalasi Gawat Darurat. Jurnal
Kesehatan Mesencephalon, 4(1).
https://doi.org/10.36053/mesencephalon.v4i1.68

Laoh, J., & Rako, K. (2014). GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT


PELAKSANA DALAM PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT
DI RUANGAN IGDM BLU RSUP. Prof. Dr. R. D KANDOU MANADO.
Jurnal Ilmiah Perawat Manado, 3(2), 92833.

Meningioma, D., Schwannoma, D. A. N., Citra, D., Gray, M., & Matrices, L. C.
(2016). Adln – perpustakaan universitas airlangga deteksi. Bagian Ii, 37–42.

xvi
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (4th ed.). Salemba


Medika.

Sudrajat, A., Haeriyanto, S., & Iriana, P. (2014). Hubungan Pengetahuan Dan
Pengalaman Perawat Dengan Keterampilan Triase Pasien Di Igd Rscm.
Journal of Chemical Information and Modeling, 2(9), 118–119.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.

67
68

Suwaryo, P. A. W., & Yuwono, P. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi


tingkat pengetahuan masyarakat dalam mitigasi bencana alam tanah longsor.
Urecol 6th, 305–314.

Sugiyono. (2017). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta. In


Jurnal Akuntansi. https://doi.org/10.24912/ja.v21i1.137

Tingkat, H., Dan, P., Petugas, K., Pelaksanaan, D., Di, T., Gawat, I., Rsud, D.,
Skripsi, W., Sebagai, D., Satu, S., Mencapai, S., Sarjana, G., Stikes, K.,
Yogyakarta, A. Y., Martanti, R., Studi, P., Keperawatan, I., Tinggi, S.,
Kesehatan, I., … Yogyakarta, Y. (2014). T s u.

Wahyu, A. (2016). Hubungan Sikap Dengan Perceived Behavioral Control


Dengan Intensi Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di IGD
Menggunakan Theory Of Planned Behavior. 1–14.

Yulia, S., Hamid, A. Y. S., & Mustikasari, M. (2012). Peningkatan Pemahaman


Perawat Pelaksana dalam Penerapan Keselamatan Pasien Melalui Pelatihan
Keselamatan Pasien. Jurnal Keperawatan Indonesia, 15(3), 185–192.
https://doi.org/10.7454/jki.v15i3.26

xvii

68

Anda mungkin juga menyukai