SKRIPSI
Saya menyatakan bahwa skripsi “Hubungan Peran Triage Dengan Length Of Stay
(LOS) Pada Ruang Triage Di Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Dr. MM Dunda
Limboto” adalah karya saya dibawah arahan komisi pembimbing. Skripsi ini
belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun
dan bebas dari unsur plagiat. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Apabila dikemudian hari ditemukan unsur-unsur plagiat maka saya bersedia
menerima sanksi hukum dan akademik sesuai ketentuan yang berlaku.
i
ii
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“sesungguhnya hanya orang-orang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya
tampa batas”
(QS:AZ-ZUMAR 10)
Jangan biarkan hal kemarin merenggut banyak hal hari ini karena dari
kegagalan sering membuat semangat kita menjadi luntur, walau hari kemarin
begitu melelahkan, percayalah bahwa hari ini nasibmu akan berbeda. Dan yang
bisa membut perbedaan itu adalah kamu sendiri (indra)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah...alhamdulillah..alhamdulillah
Sujud syukur kusembahkan kepadamu tuhan yang maha agung dan maha
penyayang atas takdirmu yang telah kau jadikan aku manusia yang senantiasa
sabar dan selalu ihklas dalam menjalani hidup ini. Keberhasilan dan kesuksesan
ini kupersembahkan hanya kepada kedua orang tua tercinta yaitu papa ( Yani L
Saad) dan mama (Aspiah Hj Aziz) yang selalu memberiku semangat dan doa serta
menasehatiku agar selalu sabar menjalani setiap masalah yang aku hadapi,
merekalah harta yang paling berharga ku,pa ma kalian lah motivasi ku agar aku
tetap semangat dan terus berjuang,aku ingin melihat kalian tersenyum bahagia
melihat anak mu telah berhasil, jangan perna bosan yah pa ma atas keluhan ku
yang selalu membuat kalian hawatir.Ya Allah berikanlah kedua orang tuaku umur
panjang dan kesehatan agar aku bisa membahagiakan mereka dan membalas budi
mereka. Dan terimah kasih juga buat kaka ku Sitti Fatimah S midu atas nasihat-
nasihat nya juga sahabat ku yang membantu dalam menyelesaikan skripsi yaitu
amel palilati, sesi djauhari serta teman stase gadar dan teman angkatan 2015.
iv
KATA PENGANTAR
Dengan sepenuh hati yang meliputi pengertian syukur dan puji, penulis
memanjatkan syukur kepada Allah Swt karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul
“Hubungan Peran Perawat Triage Dengan Length Of Stay Di Ruang IGD RSUD
MM Dunda Limboto”
Penulis selama menjalani studi dan menyelesaikan penyusunan skripsi ini
benyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, terutama pada pihak Rumah
Sakit MM. Dunda Limboto yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian. Oleh karena itu melalui kesempatan ini menyampaikan
terimakasih kepada:
1. Dr.dr.H.Muhammad Isman Jusuf,. Sp.S Selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Gorontalo.
2. Prof.Dr.Hj. Moon Hidayati Otoluwa,M.Hum Selaku Wakil Rektor 1 Dalam
Bidang Akademi Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
3. Dr.H. Syamsudin N Tuli, M.Si Selaku Wakil Rektor II Dalam Bidang
Akademi Universeitas Muhammadiyah Gorontalo.
4. Dr.ir. Hasim, M.Si Selaku Wakil Rektor III Dalam Bidang Akademik
Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
5. Dr. Munkizul Uman Kau, S.Fil,I, M.Phil Selaku Wakil Rektor IV Dalam
Bidang Akademi Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
6. dr.Rusli A. Katili,MARS Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Gorontalo.
7. Ns. Pipin Yunus,S.Kep,.M.Kep Selaku Wakil Dekan Fakultas Kesehatan
dan Selaku Pembimbing I Yang Telah Meluangkan Waktu Untuk
Memberikan Arahan,Bimbingan,Saran Dan Motivasi Serta Menuntun
Penulis.
v
8. Ns.Rona Febriyona,S.Kep.,M.Kep, Selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo
9. Dr. Nasir Muwardy Abdul selaku Direktur RSUD Dr. M.M Dunda Limboto.
10. Ns.Haslinda Damansya.,S.Kep.,M.Kep selaku pembimbing II,Terimah kasih
atas bimbingan dan pengarahan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi
ini dengan baik.
11. Orang tua; Papa dan mama tercinta yang selalu mendoakan dengan sabar.
Kaka sepupu terimakasih yang selalu mendorong dan mengharapkan
keberhasilan studi.
12. Teman-teman seperjuangan dikeperawatan dan para pegawai di UMGo atas
kerja samanya yang baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan, wawasan dan kemapuan penulis. Oleh karena itu,
penulis sangat menghargai masukan guna penyempurnaan dalam penulisan skripsi
ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pengambil keputusan, pemerhati dan
pembudidayakan.
Penulis
vi
ABSTRACT
MOH RYAN YL.SAAD. The Relationship of Triage Nurse’s Role with Length of
Stay in Triage Room at Emergency Room of RSUD MM. Dunda limboto.
Supervised by PIPIN YUNUS as I supervisor and HASLINDA DAMANSYAH
as II supervisor.
The objective of this research was to obtain the triage nurse’s role with length of
stay in triage room at ER of RSUD MM. Dunda limboto. The method used
correlation descriptive research with cross sectional study approach. The
population and samples were 31 nurses which used total sampling technique. The
result obtained nurse’s roles who are not corresponding with standard were 3 and
who are corresponding were 26 nurses. The conclusion is significant relationship
between nurse’s role with length of stay in triage room with p value on fisher
exact as much as 0,003 (p value < α 0,05). Suggestion to the hospital in order to
increase nurse ability in implemented Triage through training activities which
correlated with Triage in emergency room and also add the patient’s bed in
nursing room.
ABSTRAK
MOH RYAN YL.SAAD. Hubungan Peran Perawat Triage Dengan Length of Stay
Pada Ruang Triage di IGD RSUD MM. Dunda limboto. Pembimbing I PIPIN
YUNUS dan Pembimbing II HASLINDA DAMANSYAH.
Tujuan: untuk mengetahui hubungan peran perawat triage dengan length of stay
pada ruang triage di IGD RSUD MM. Dunda limboto. Metode penelitian: ini
adalah penelitian deskriptif kolerasional dengan pendekatan cross sectional study.
Populasi dan sampel adalah perawat sejumlah 31 orang yang diambil dengan
teknik total sampling. Hasil penelitian: didapatkan bahwa peran perawat yang
tidak sesuai standar 3 orang dan yang sesuai standar 26 orang. Kesimpulan:
hubungan yang bermakna dan signifikan antara hubungan peran perawat triage
dengan length of stay (LOS) di ruang UGD RSUD dr. MM. Dunda Limboto
dengan nilai p value pada fisher exact sebesar 0,003 (p value < α 0,05). Saran:
kepada rumah sakit agar dapat meningkatkan kemampuan perawat dalam
melaksanakan triage melalui kegiatan pelatihan yang berhubungan dengan triage
di instalasi gawat darurat serta menambah tempat tidur di ruang rawat inap.
vii
DAFTAR ISI
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 31
4.1 Hasil Penelitian.............................................................................. 31
4.2 Pembahasan................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. KajianTeori..................................................................................................22
2. KerangkaKonsep..........................................................................................23
3. Alur Penelitian..............................................................................................29
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
2
LOS atau lama hari rawat juga merupakan salah satu indikator mutu
pelayanan medis yang diberikan oleh rumah sakit kepada pasien (quality of
patient care). Los menunjukan berapa berapa hari lamanya seorang pasien dirawat
inap pada satu periode perawatan. Rawat inap adalah pelayanan pasien untuk
observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, medis dan atau upaya pelayanan
kesehatan lainnya dengan menginap di rumah sakit. Satuan untuk lama rawat
adalah hari, sedangkan cara menghitung lama rawat adalah dengan menghitung
selisih antara tanggal pulang (keluar dari rumah sakit, baik hidup ataupun
meninggal) dengan tanggal masuk rumah sakit. Umumnya data tersebut tercantum
dalam formulir ringkasan masuk dan keluar di rekam medik (Bukhari et al,2014).
Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD MM. Dunda limboto merupakan
rumah sakit tipe A dimana data kunjungan tahun 2018 sebanyak 394 penderita.
Jumlah perawat di IGD sebanyak 33 orang, dengan klasifikasi pendidikan
S.Kep,Ns 8 orang, S.kep 2 orang,Sst 1 orang dan D3 Keperawatan 22 orang.
Sementara itu, untuk lama kerja petugas IGD masing-masing kurang dari lima
tahun sebanyak 24 orang dan lebih dari lima tahun sebanyak 9 orang dan 7 orang
perna mengikuti BHD (bantuan hidup dasar),19 orang perna mengikuti pelatihan
BTCLS (Basic Trauma Cardiac life support) dan 6 orang perna mengikuti
pelatihan CODE BLUE.
Berdasarkan hasil wawancara 10 perawat,3 orang perawat mengatakan
pelayanan dirasakan belum maksimal. Karena waktu pelaksanaan pelayanan yang
true emergency dilakukan selama 1-6 jam, sedangkan waktu normal untuk
pelayanan pasien yang true emergency di ruang IGD yaitu selama 1-2 jam. 3
orang tenaga kesehatan lainnya juga mengatakan lamanya pasien dari ruang IGD
dikarenakan belum adanya ruangan yang kosong di ruang rawat inap. 2 orang
tenaga kesehatan lainnya juga mengatakan lamanya pasien di ruang IGD
dikarenakan ada sebagian pasien yang tidak mau di rujuk.
3
Berdasarkan uraian pernyataan pasien tersebut dapat disimpulkan bahwa
lama tinggal pasien (LOS) di IGD peran perawat triage belum sesuai dengan
ketentuan dan standar peraturan yang berlaku maka peneliti tertarik untuk
melaksanakan penelitian dengan judul “hubungan peran perawat triage dengan
length of stay pada ruang triage di IGD RSUD MM. Dunda limboto
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan masalah penelitian yang telah diuraikan di atas , maka hal-hal
Yang berkaitan dengan Hubungan peran perawat triage dengan length of stay di
ruang triage dapat di identifikasi sebagai berikut.
1. Berdasarkan hasil wawancara 10 perawat,3 orang perawat mengatakan
pelayanan dirasakan belum maksimal. Karena waktu pelaksanaan
pelayanan yang true emergency dilakukan selama 1-6 jam, sedangkan
waktu normal untuk pelayanan pasien yang true emergency di ruang IGD
yaitu selama 1-2 jam.
2. 3 orang tenaga kesehatan lainnya juga mengatakan lamanya pasien dari
ruang IGD dikarenakan belum adanya ruangan yang kosong di ruang rawat
inap.
1.3. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada
hubungan peran perawat triage dengan length of stay (LOS) pada ruang
triage di IGD RSUD MM. Dunda limboto?
1.4. Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan peran perawat triage dengan length of stay
pada Ruang triage di IGD RSUD MM. Dunda limboto.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. untuk mengidentifikasi peran perawat triage di ruang IGD.
2. untuk mengidentifikasi length of stay diruang IGD.
3. untuk menganalisis hubungan peran perawat dengan length of stay (LOS)
di ruang IGD.
4
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis
Sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai menambah pengetahuan
mengenai Peran perawat triage dengan length of stay.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. manfaat bagi institusi rumah sakit
Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam meningkatkan pelayanan
dirumah sakit sehingga alat dan pelatihan untuk dapat meningkatkan peran
perawat triage dalam menangani length of stay di rumah sakit.
2. Manfaat bagi institusi perawat
Dapat menambah ilmu pengatahuan bagi perawat dan dapat memotivasi
perawat agar lebih melatih diri untuk melakukan pelatihan-pelatihan peran
perawat triage dalam menengani length of stay di ruang IGD.
3. Manfaat bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini berguna dan dapat di tingkatkan dalam meneliti peran
perawat dengan length of stay.
4. Manfaat bagi peneliti
Memberi informasi bagi peneliti tentang hubungan peran perawat triage
dengan length of stay di ruang IGD.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
b Peran Perawat Menurut Hasil “Lokakarya Nasional Keperawatan, 1983 ”
1) Pelaksana Pelayanan Keperawatan, perawat memberikan asuhan
keperawatan baik langsung maupun tidak langsung dengan metode proses
keperawatan.
2) Pendidik dalam Keperawatan, perawat mendidik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat serta tenaga kesehatan yang berada di bawah
tanggung jawabnya.
3) Pengelola pelayanan Keperawatan, perawat mengelola pelayanan maupun
pendidikan keperawatan sesuai dengan manajemen keperawatan dalam
kerangka paradigma keperawatan.
4) Peneliti dan Pengembang pelayanan Keperawatan, perawat melakukan
identifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip dan metode penelitian,
serta memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau
pelayanan dan pendidikan keperawatan. (Budiono,2016)
1. Fungsi Perawat
Fungsi perawat adalah suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan seorang
perawat sesuai dengan perannya.fungsi keperawatan dapat dilakukan baik secara
mandiri,ketergantungan maupun dengan kolaborasi.
a. Fungsi keperawatan mandiri (independen)
Dalam hal ini fungsi perawat dilaksanakan secara mandiri, dimana
aktivitas keperawatan yang dilaksanakan berdasarkan inisiatif perawat itu
sendiri dengan dasar pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki.
b. Fungsi keperawatan ketergantungan (dependen)
Fungsi perawat dependen (ketergantungan) merupakan fungsi perawat
dimana aktifitas keperawatan dilaksanakan atas instruksi dokter atau
dibawah pengawasan dokter. Dalam hal ini perawat tidak bisa melakukan
tindakan atau memberikan perawatan kepada klien tanpa sepengetahuan
dokter.
8
c. Fungsi keperawatan kolaboratif (interdependen)
Fungsi perawat interdependen merupakan fungsi perawat dimana aktifitas
keperawatan dilakukan atas kerjasama dengan pihak lain atau tim
kesehatan yang lain. Dalam hal ini perawat dengan tim kesehatan yang
berkolaborasi harus bertanggung jawab secara bersama-sama terhadap
tindakan yang diberikan kepada klien, seling melindungi kepentingan
setiap bagian dan bersama-sama mencapai tujuan yang telah disepakati
oleh tim kesehatan yang berkolaborasi dalam memberikan tindakan
ataupun perawatan kepada klien.(Serri Hutahaean,2010)
2. Tugas Perawat Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai
pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilaksanakan sesuai tahapan dalam proses
keperawatan. Tugas perawat ini disepakati dalam Lokakarya tahun 1983 yang
berdasarkan tugas dan tanggungjawab perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien (sincere
intereset).
b. Bila perawat terpaksa menunda pelayanan, maka perawat bersedia
memberikan penjelasan dengan ramah kepada kliennya (explanantion
about the delay).
c. Menunjukan kepada klien sikap menghargai (respect) yang
ditunjukkan dengan perilaku perawat. Misalnya mengucapkan salam,
tersenyum, membungkuk, dan bersalaman.
d. Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien
(subjectsthe patiens desires) bukan pada kepentingan atau keinginan
perawat.
e. Tidak mendiskusikan klien lain di depan pasien dengan maksud
menghina (derogatory).
f. Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam
sudut pandang klien (see the patient point of view).
(Sumirah Budi,2015)
9
2.1.2 Konsep Triage
Triage diambil dari bahasa perancis “trier” artinya “mengelompokkan”
atau memilih.Triage dikembangkan dimedanpertempuran, dimana memilih korban
untuk memberika pertolongan medis. Dahulunya konsep ini dikembangkan
keadaan bencana dan dilaksanakan diruang gawat darurat dari tahun 1950-1960
karena dua alasan yaitu tingginya kunjungan dan banyaknya penggunaan sarana
dan prasarana untuk keadaan monurgen.Triage adalah cara pemilihan penderita
berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia. Terapi disasarkan
pada keadaan ABC (Airway, Dengan Cervical Spine Control, Breathing Dan
Circulation Dengan Cotrol Perdarahan).(Musliha, 2010)
1. Situasi Gawat Darurat
Ada 4 tipe kondisi gawat darurat yaitu :
a. Gawat Darurat
Keadaan mengancam nyawa yang jika tidak segera ditolong dapat
meninggal atau cacat sehingga perlu ditangani dengan prioritas
pertama.sehingga dalam keadaan ini tidak ada waktu tunggu. Yang
termasuk keadaan adalah klien keracunan akut dengan penurunan
kesadaran, gangguan jalan nafas, gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi
atau pemaparan pada mata yang dapat menyebabkan kebutaan ini.
b. Gawat Tidak Darurat
Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.
Keadaan ini termasuk prioritas ke dua dan setelah dilakukan resultasi
segera konsultasi ke dokter spesialis untuk penanganan selanjutnya. Yang
termasuk klien gawat tidak darurat adalah: klien kanker stadium lanjut
yang mengalami keracunan akut.
c. Darurat Tidak Gawat
Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan tindakan
darurat. Klien biasanya sadar tidak ada gangguan pernapasan dan sirkulasi
serta tidak memerlukan resusitasi dan dapat langsung diberi terapi
definifiv. Klien dapat dirawat di ruang rawat inap atau jika keadaannya
10
ringan dapat di pulangkan untuk selanjutnya kontrol ke poliklinik rawat
jalan.
d. Tidak Gawat Tidak Darurat
Keadaan yang tidak mengancam nyawa dan tidak memerlukan tindakan
darurat. Gejala dan tanda klinis ringan atau asimptomatis. Setelah
mendapat terapi definitive penderita dapat dipulangkan dan selanjutnya
kontrol ke poliklinik rawat jalan. (Agnes,2015)
2. Tingkat Prioritas
a. Prioritas 1/Emergent/Immediate
Klien dalam kategori ini harus mendapat prioritas. Tindakan sudah
dilakukan pada fase pra RS atau di dalam ambulans. Yang masuk ke dalam
kelompok ini adalah:
1) Cedera berat
2) Infark miokard akut
3) Gangguan airway
4) Shock
5) Anafilaksis
b. Prioritas 2/Urgent
Klien dalam kategori ini harus sudah ditanggulangi dalam beberapa jam.
Termasuk klien yang secara fisiologik stabil, tetapi dapat memburuk bila
tidak ditanggulangi dalam beberapa jam seperti
1) Cedera spinal
2) Stroke/Cerebral Vascular Accident
3) Appendiksitis
4) Cholesistitis
c. Priority 3/Non-Urgent/Delayed
Dalam kategori ini termasuk klien-klien yang dapat jalan Walking
Wounded. Mereka termasuk klien yang secara hemodinamik stabil, tetapi
dengan cedera yang nyata :
1) Laserasi kulit
2) Kontusio
11
3) Abrasi dan luka lain
4) Fraktur tulang pendek dan sendi
5) Demam
d. mati/ nonsalvageable :
Sudah tidak bernafas meskipun telah dibebaskan jalan nafas atau cedera
berat. Perdarahan masih, luka bakar. >90% dikategorikan merah. Area
yang tidak jelas dapat bertahan hidup atau tidak, meskipun setelah
dilakukan resusitasi dan tindakan maksimum. (Pirton Lumbantoruan,2015)
3. Penilaian
a. primary survey (A,B,C)
Menghasilkan prioritas I dan selanjutnya dilakukan penanganan dengan
dengan segera.
b. secondary survei (Head To Toe)
Menghasilkan prioritas I,II dan III serta selanjutnya dilakukan penanganan
lanjutan.
Pemantauan korban atau klien akan kemungkinan terjadinya perubahan-
perubahan kondisi :
1) Fungsi jalan nafas, fungsi pernafasan dan fungsi sirkulasi
2) Derajat kesehatan
3) Tanda-tanda vital yang lain (Dewi,2011)
4 Prioritas dan Kode Warna
a. Prioritas I : Merah
1) Sumbatan jalan nafas atau stres nafas
2) Luka tusuk dada/perut dengan shock dan sesak
3) Hipotensi/shock
4) Pendarahan pembulu nadi
5) Problem kejiwaan yang serius
6) Tangan/kaki yang terpotong dengan pendarahan
7) Combustion tingkat II >25%
8) Combustion tingkat III >25%
12
b. Prioritas II : kuning
1) Combustion tingkat II/III antara 20-25%
2) Patah tulang panjang tanpa shock
3) Trauma tumpul thorax/abdomen tanpa shock, tanpa sesak
4) Laserasi luas
5) Trauma bola mata
c. Prioritas III : Hijau
1) Contusio dan laserasi otot ringan
2) Combustion tingkat II < dari 20% (kecuali daerah muka dan
tangan)
d. Prioritas IV : Hitam
3) Henti jantung yang kritis
4) Trauma kepala yang kritis
5) Radiasi tinggi
(Wijaya,2010)
5. Klasifikasi Triage
a. Triage di tempat
Dilakukan di tempat korban ditemukan atau pada tempat penampungan,
triage ini dilakukan oleh tim pertolongan pertama sebelum korban dirujuk
ke tempat pelayanan medik lanjutan.
b. Triage medik
Dilakukan pada saat korban memasuki pos pelayanan medik lanjutan yang
bertujuan untuk menentukan tingkat perawatan dan tindakan pertolongan
yang dibutuhkan oleh korban. Atau triage ini sering disebut dengan triage
unit gawat darurat.
c. Triage evakuasi
Triage ini ditunjukan pada korban yang dapat dipindahkan pada rumah
sakit yang telah siap menerima korban. Seperti bencana massal contohnya
saat tsunami, gempa bumi, atau bencana besar lain (Fathoni,2010)
13
6. Pedoman Triage
a. Pimpinan triage hanya melakukan
1) prima survey
2) menentukan prioritas
3) menentukan pertolongan apa yang harus diberikan segera
b. Tanggung jawab tim triage
1) mencegah kerusakan berlanjut
2) pilah atau pilih korban
3) memberi perlindungan korban
(nurhasim,2015)
2.1.3 Konsep Length Of Stay
Lama rawat atau Lama Hari Rawat atau Length of Stay (LOS) adalah
suatu ukuran berapa hari lamanya seorang pasien dirawat inap pada suatu periode
perawatan. Satuan lama hari rawat adalah hari. Kemudian, cara menghitung lama
hari rawat ialah dengan menghitung selisih antara tanggal kepulangan (keluar dari
rumah sakit, baik hidup atau meninggal) dengan tanggal masuk ke rumah sakit. 10
Dalam hal ini, untuk pasien yang masuk dan keluar pada hari yang sama, lama
rawatnya dihitung sebagai 1 hari. Angka rerata lama rawat ini dikenal dengan
istilah average Length of Stay (aLOS). Mengukur rata-rata lama hari rawat yaitu
membagi jumlah hari perawatan pasien rawat inap (hidup dan mati) di rumah sakit
pada periode tertentu dengan jumlah pasien rawat inap yang keluar (hidup dan
mati) di rumah sakit pada periode waktu yang sama.
Dalam beberapa kasus tidak cukup hanya mencatat tanggal masuk dan
keluar saja, tapi juga butuh mencatat jam pasien tersebut masuk perawatan dan
keluar perawatan, terutama jika pasien tersebut keluar dalam keadaan meninggal.
Lama hari rawat ini berkaitan dengan indikator penilaian efisiensi pengelolaan
rumah sakit bersama dengan tiga indikator lainnya yaitu lamanya rata-rata tempat
tidur tidak terisi (Turn Over Interval), presentase tempat tidur yang terisi atau
presentase tingkat hunian tempat tidur (Bed Occupancy Rate), dan pasien yang
dirawat keluar dalam keadaan hidup dan mati per tempat tidur yang tersedia
dalam periode tertentu (Bed Turn Over).(Fitria,2013)
14
LOS (Length of Stay) atau ALOS (Average Length of Stay) adalah rata-
rata lamanya (dinyatakan dalam hari) dari masing-masing penderita yang keluar
bibagi jumlah penderita tersebut selama jangka waktu tertentu atau periode
tertentu.
Manfaat:
a. Untuk mengatur efisiensi pelayanan rumah sakit (Instansi Rawat Inap)
b. Indikator ini disamping memberikan gambaran mutu pelayanan apabila
ditetapkan pada diagnosa tertentu yang dijalankan “tracer” (yang perlu
pengamatan lebih lanjut) Interpretasi:
1) LOS ini mengambarkan lamanya seorang penderita dirawat oleh suatu
rumah sakit dan secara tidak langsung menggambarkan efisiensi atau mutu
perawatan rumah sakit (instalasi rawat inap tersebut)
2) Umumnya nilai makin kecil makin baik, tetapi bila harus membandingkan,
harus dipikirkan faktor penyakit-penyakit yang berlainan (lamanya
perawatan berlainan untuk penyakit yang berlainan) dan keadaan penderita
waktu keluar (penderita yang keluar mati atau pulang paksa sdalam
keadaan belum sembuh tidak menggambarkan lamanya dirawat
sebenarnya)
3) Secara umum LOS yang ideal adalah 6-9 hari.
LOS yaitu jumlah hari pasien rawat inap tinggal di rumah sakit, ALOS
(Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat) dalam penghitungan
statistik pelayanan rawat inap di rumah sakit (RS) dikenal dua istilah yang masih
sering rancu dalam cara pencatatan, penghitungan, dan penggunaannya. Dua
istilah tersebut adalah Lama Dirawat (LD) dan Hari Perawatan (HP). Masing-
masing istilah ini memiliki karakteristik cara pencatatan, penghitungan, dan
penggunaan yang berbeda. (Maria Mirna Triyane,2015)
a. Lama Dirawat (LD)
LD menunjukkan berapa hari lamanya seorang pasien dirawat inap pada
satu episode perawatan. Satuan untuk LD adalah “hari”. Cara menghitung LD
yaitu dengan menghitung selisih antara tanggal pulang (keluar dari RS, hidup
15
maupun mati) dengan tanggal masuk RS. Dalam hal ini, untuk pasien yang masuk
dan keluar pada hari yang sama – LDnya dihitung sebagai 1 hari.
Contoh penghitungan LD:
Beberapa istilah lain yang timbul berkaitan dengan penghitungan LD,
antara lain: total LD (ΣLD) dan rerata LD. ΣLD menunjukkan total LD dari
seluruh pasien yang dihitung dalam periode yang bersangkutan.
Tampak bahwa ΣLD periode Juni di bangsal Mawar tersebut adalah 76
hari. Dengan cara membagi ΣLD dengan jumlah pasien yang keluar pada periode
tersebut maka didapatkan rerata LD periode Juni di bangsal Mawar, yaitu: Rerata
LD = 76 / 7 = 10,86 hari
Angka rerata LD ini dikenal dengan istilah average Length of Stay
(aLOS). aLOS merupakan salah satu parameter dalam penghitungan efisiensi
penggunaan tempat tidur (TT) suatu bangsal atau RS. aLOS juga dibutuhkan
untuk menggambar grafik Barber-Johnson (BJ). Kesalahan dalam mencatat dan
menghitung LD berarti juga akan menyebabkan kesalahan dalam menggambar
grafik BJ dan kesalahan dalam menghitung tingkat efisiensi penggunaan TT.
Jadi, untuk bisa menghitung LD dibutuhkan data tentang tanggal masuk
dan tanggal keluar (baik keluar hidup maupun mati) dari setiap pasien. Umumnya
data ini tercantum dalam formulir “Ringkasan Masuk dan Keluar (RM-1)”. Dalam
beberapa kasus tidak cukup hanya mencatat tanggal masuk dan keluar saja, tapi
juga butuh mencatat jam pasien tersebut masuk perawatan dan keluar perawatan,
terutama jika pasien tersebut keluar dalam keadaan meninggal. Data jam ini
dibutuhkan untuk menentukan apakah pasien tersebut meninggal sebelum atau
sesudah 48 jam dalam perawatan. Angka statistik yang berkaitan dengan jam
meninggal ini adalah Gross Death Rate (GDR) dan Net Death Rate (NDR).
b. Hari Perawatan (HP)
Jika LD menunjukkan lamanya pasien dirawat (dengan satuan “hari”),
maka HP menunjukkan banyaknya beban merawat pasien dalam suatu periode.
Jadi satuan untuk HP adalah “hari-pasien”.
Cara menghitung HP berbeda dengan cara menghitung LD (seperti telah
dijelaskan terdahulu) maupun menghitung Sensus Harian Rawat Inap (SHRI).
16
Dalam SHRI, maka angka utama yang dilaporkan adalah jumlah pasien sisa yang
masih dirawat pada saat dilakukan penghitungan / sensus, sedangkan HP
menghitung juga jumlah pasien yang masuk dan keluar pada hari yang sama
meskipun saat dilakukan sensus pasien tersebut sudah tidak ada lagi.
Pasien G sampai akhir bulan Juni belum pulang, Pasien H masuk tanggal
20 Mei Diasumsikan tgl 14-24 tidak ada pasien masuk maupun keluar. Dari tabel
diatas tampak, bahwa: HP tanggal 5 Juni yaitu 5 hari-pasien, berarti tanggal 5 Juni
beban kerja bangsal Mawar setara dengan merawat 5 pasien termasuk 1 orang
pasien yang masuk dan keluar pada hari itu, HP tanggal 6 Juni yaitu 4 hari-pasien,
berarti tanggal 6 Juni beban kerja bangsal Mawar setara dengan merawat 4 pasien,
HP tanggal 13 Juni 2 hari-pasien, berarti tanggal 13 Juni beban kerja bangsal
Mawar setara dengan merawat 2 pasien, dan HP tanggal 30 Juni 1 hari-pasien,
berarti tanggal 30 Juni beban kerja bangsal Mawar setara dengan merawat hanya 1
pasien.
Total HP (ΣHP) selama bulan Juni yaitu 73 hari-pasien, berarti selama
bulan Juni beban kerja bangsal Mawar setara dengan merawat 73 pasien (atau
rerata beban kerjanya selama bulan Juni setara dengan merawat 2,4 pasien per
hari). Dibandingkan dengan hasil sensus (SHRI), maka yang tampak berbeda
adalah hasil SHRI tanggal 5 Juni dengan hasil penghitungan HP pada tanggal
yang sama. Jika HP tanggal 5 ada 5 hari-pasien, maka SHRI tanggal 5 adalah 4
pasien. Berarti pada tanggal 5 beban bangsal Mawar setara dengan merawat 5
pasien, namun pada saat dilakukan penghitungan sensus (umumnya dilakukan
menjelang tengah malam) yang tersisa tinggal 4 pasien. Dengan pengertian ini
maka angka HP lebih bisa memberi gambaran mengenai beban kerja
dibandingkan hasil sensus.
Dari angka HP dapat dihitung angka lainnya, misalnya: Jumlah TT
terpakai (Occupaid bed / O) = ΣHP dibagi jumlah hari dalam periode tersebut.
Dalam contoh tabel diatas, berarti O = 57/30 = 1,9 buah. Tingkat penggunaan TT
(Bed Occupancy Rate / BOR) = ΣHP dibagi (jumlah hari dikali jumlah TT
tersedia) dikali 100%. Dalam contoh tabel diatas dengan asumsi bangsal Mawar
memiliki 5 buah TT siap pakai, berarti BOR bangsal Mawar periode Juni =
17
57/(30x5)x100% = 57/150x100%=38%. Rerata jumlah hari dimana TT tidak
terpakai atau TT menganggur (Turn Over Interval / TOI) = ((jumlah TT x jumlah
hari)- ΣHP) / jumlah pasien keluar periode tersebut.
Dalam contoh tabel diatas dengan asumsi terdapat 5 TT siap pakai, berarti
TOI bangsal Mawar periode Juni = ((5x30)-57)/7=13,3 hari (jumlah pasien keluar
periode Juni ada 7 orang menurut tabel diatas). Jadi detiap TT rata-rata kosong
13,3 hari sebelum ditempati oleh pasien baru.
Kesimpulan
Jelas sudah bahwa LD dan HP berbeda cara pencatatan, penghitungan, dan
penggunaannya. Sangat disayangkan bahwa masih cukup banyak RS yang
tertukar dalam menggunakan LD dan HP untuk menghitung rumus-rumus
indikator pelayanan rawat inap. Demikian pula antara LD, HP, dan SHRI.Dengan
memperhatikan cara pencatatan, penghitungan, dan penggunaan yang benar antara
LD, HP, dan SHRI maka akan didapatkan informasi yang lebih akurat dan valid
untuk manajemen pasien rawat inap.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Lama Rawat
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi lama rawat seseorang. Baik
dari internal maupun eksternal. Internal yang dimaksud yaitu faktor-faktor yang
berasal atau ada dalam rumah sakit. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor
yang ada atau berasal dari luar rumah sakit, dengan kata lain faktor yang
berhubungan dengan pasien. Faktor-faktor internal yang berpengaruh antara lain
adalah :
a. Jenis dan Derajat Penyakit
Penyakit yang akut dan kronis akan memerlukan lama hari rawat yang
berbeda, dimana kasus yang kronis akan memerlukan lama hari rawat
lebih lama daripada penyakit yang bersifat akut.
b. Tenaga Medis yang menangani
Perbedaan keterampilan dan memutuskan melakukan suatu tindakan antar
dokter yang berbeda akan mempengaruhi lama hari rawat pasien. Selain
itu, jumlah tenaga dokter maupun perawat juga berperan penting dalam
menangani pasien.
18
c. Tindakan yang dilakukan
Tindakan dokter termasuk pemeriksaan penunjang rumah sakit
berpengaruh terhadap lama hari rawat. Pasien yang memerlukan tindakan
operasi akan memerlukan persiapan dan pemulihan lebih lama dibanding
pasien dengan prosedur standar.
d. Administrasi Rumah Sakit
Dari sisi administrasi rumah sakit, prosedur penerimaan dan pemulangan
pasien dapat menjadi hambatan yang menyebabkan lambatnya kepulangan
pasien dari rumah sakit. Sebagai contoh, pasien yang masuk rumah sakit
hari Sabtu dan Minggu akan memperpanjang lama hari rawatnya. Hal ini
dikarenakan pemeriksaan dokter dan pemeriksaan penunjang lain mungkin
akan diundur sampai hari kerja. Pasien masuk rumah sakit saat pergantian
jaga atau di luar jam kerjarumah sakit, dan berbagai alasan administrasi
lainnya.
Sedangkan beberapa faktor eksternal yang berpengaruh terhadap lama hari
rawat,adalah sebagai berikut :
1) Umur Pasien
Umur mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya risiko,
dan sifat resistensi tertentu. Dengan bertambahnya usia maka kemampuan
sistem kekebalan tubuh seseorang untuk menghancurkan organisme asing
juga berkurang. 10 Peningkatan umur berhubungan dengan pengurangan
progresif terhadap kemungkinan pulang lebih awal dari rumah sakit baik
pada hari ke 14 maupun hari ke 28.
2) Pekerjaan Pasien
Walaupun pekerjaan tidak secara langsung mempengaruhi lama hari rawat,
tapi mempengaruhi cara pasien dalam membayar biaya perawatan.
Pekerjaan akan menentukan pendapatan dan ada atau tidaknya jaminan
kesehatan untuk menanggung biaya perawatan.
3) Penanggung jawab biaya
Adanya kecenderungan pasien yang biaya perawatannya ditanggung oleh
perusahaan atau pihak asuransi mempunyai lama rawat yang lebih lama
19
daripada pasien yang menanggung sendiri biayanya. Hal ini dapat
disebabkan karena proses penyelesaian administrasi yang memakan waktu
dan kondisi sosial ekonomi pasien.10 Kondisi sosioekonomi yang rendah
dapat mengakibatkan seorang pasien mempercepat lama rawatnya untuk
menghindari mengeluarkan banyak biaya atau justru memperlama karena
tidak memiliki biaya untuk memenuhi administrasi selama perawatan.
4) Alasan Pulang
Pasien akan pulang atau keluar dari rumah sakit apabila telah mendapat
persetujuan dari dokter yang merawatnya. Tetapi ada beberapa penderita
yang walaupun dinyatakan sembuh dan boleh pulang harus tertunda
pulangnya. Hal tersebut karena masih menunggu pengurusan pembayaran
oleh pihak penanggung biaya (perusahaan/ asuransi kesehatan) atau surat
keterangan tidak mampu, jamkesmas dari pihak yang berwenang bagi yang
kurang mampu. Sehingga lama hari rawat menjadi memanjang. Sedangkan
ada pula pasien-pasien yang pulang atas permintaan sendiri/ keluarga
(pulang paksa), sehingga lama rawat memendek.
5) Komorbiditas (Penyakit Penyerta)
Komorbiditas yaitu terdapatnya 2 atau lebih diagnosis penyakit
padaindividu yang sama. Komorbiditas yang tinggi pada pasien UGD
yangmasuk kembali dalam 72 jam memiliki tingkat penerimaan yang
lebihtinggi, prognosis yang lebih buruk, lebih lama tinggal di rumah sakit,
dankematian di rumah sakit yang tinggi.
6) Tingkat Kerapuhan Pasien
Tingkat kerapuhan pasien terutama pasien lanjut usia dapat menjadi salah
satu petanda awal memanjangnya lama rawat.24 Pada penelitian
sebelumnya, peningkatan skor kerapuhan pada Edmonton Frail Scale yang
diberikan saat sebelum penerimaan operasi elektif non-kardiak
dihubungkan dengan komplikasi post-operasi, peningkatan lama tinggal di
rumah sakit dan ketidakmampuan untuk dipulangkan ke rumah, terlepas
dari umur.5 Selain itu juga meningkatkan risiko mortalitas dan
memanjangnya perawatan setelah operasi jantung.(Qualls Pallin,2010)
20
2.2 Penelitian Yang Relevan
Tabel 1. Penelitian yang relevan
No Nama Judul Persamaan Perbedaan
1 Hubungan peran 1. variabel 1.waktu dan tempat
perawat triage independen dan penelitian
dengan length of dependen. 2.teknik pengambilan
stay pada ruang 2. pendekatan cross sampel yaitu
Rahmad triage prioritas II sectional. purposive sampling.
gurusinga,2017 dan III di instalasi 3. analisa bivariat 3.metode deskriptif
gawat darurat menggunakan uji chi kolerasi
rumah sakit square.
umum daerah deli
serdang.
Analisis peran 1. variabel 1. waktu dan tempat
perawat triage independen dan penelitian
terhadap waiting dependen. 2. metode kuantitatif
time dan length of 2. pendekatan cross observasional analitik
Vita Maryah stay pada ruang sectional. 3. teknik pengambilan
2
Ardiyani,2015 triage di instalasi 3. analisa bivariat sampel quota
gawat darurat menggunakan uji chi sampling.
rumah sakit dr square.
saiful anwar
malang.
Pengaruh peran 1.variabel 1.waktu dan tempat
perawat sebagai independen dan penelitian.
Care giver dependen. 2. metode kuantitatif
Terhadap 2. pendekatan cross observasional
Length of stay Sectional. analitik.
Yuliana
(los) di igd rsud 3. analisa bivariat 3.teknik pengambilan
3 pitang,2016
dr.t.c.hillerrs menggunakan uji chi sampel quota
maumere dengan square. sampling.
pelaksanaan
Triage
Sebagai variabel
moderas
21
Faktor redikator :
Triage :
1. Jenis kelamin
1. Tipe kondisi klien 2. Usia
gawat darurat 3. Pekerjaan
2. Tingkat prioritas 4. Kelas rawat inap
sistem triage 5. Komplikasi
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Hubungan
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
25
3.5.3. Pengolahan data
Pengolahan data merupakan sala satu bagian rangkaian kegiatan setelah
pengumpulan data. Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar,
paling tidak ada empat tahapan dalam pengolahan data yang peneliti harus lalui
yaitu editing,coding processing, dan cleaning. Data yang telah dikumpulkan pada
penelitian ini selanjutnya diolah dengan menggunakan program komputer dengan
beberapa tahapan yaitu merekapitulasi hasil jawaban kuisioner yang diisi oleh
responden kemudian dilakukan.
1. Editing
Pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan ulang atau meneliti data
yang telah diperoleh, kemudian peneliti melakukan pembetulan data yang keliru
ataupun yang salah serta melengkapi data yang kurang.
2. Coding
Dimana pada tahap ini akan dilakukan dengan memberikan tanda pada
masing-masing jawaban dengan memberikan kode atau atau nilai sehingga
mempermudah proses pemasukan data dikumputer.
3.Entry data
Pada tahap ini peneliti akan memasukan data kedalam kumputer. Pada
proses entry data ini peneliti akan memasukkan hasil kuisioner dalam bentuk kode
kedalam program kumputer untuk dianalisis dalam proses selanjutnya.
4. Tabulating
Dimana pada tahap ini akan dikelompokan data pada tabel kerja.
5. Cleaning
Pada tahap ini peneliti akan memeriksa atau mengecek kembali data yang
telah dimasukan ke entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.
3.6 Teknik Analisa Data
Agar lebih bermakna data yang telah diberi skore analisa dengan uji
statistik. Analisa data dilakukan dengan dua tahap yaitu :
3.6.1 Analisis Univariat
Adalah analisa data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan
untuk distribusi frekuensi dari hubungan peran perawat triage dengan length of
26
stay dan masing-masing variabel independent dan dependent kemudian di
interprestasikan dalam bentuk tebel dan grafik.
3.6.2 Analisa Bivariat
Setelah diketahui karakteristik masing-masing variable maka dilakukan
analisis lebih lanjut yaitu dengan analisis bivariat. Analisis bivariat adalah
dilakukan untuk menganalisa dua variable yaitu variable independent (pewat
triage) dengan variable dependen yaitu length of stay di ruang triage. Penelitian
ini menggunakan uji kai kuadrat (chi square) dengan bantuan sistem pengelolaan
data statistic komputerisasi SPSS.
Nilai antar variable bebas terikat dengan variable terikat didapat nilai
pvalue < α (alpha), berarti ada dua hubungan yang bermakna antara variable
bebas dengan dengan variable terikat. Sebaiknya bila nilai p value > α (alpha),
berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kedua variable.
3.7 Hipotesis Statistik
Menurut Notoatmodjo (2010) hipotesis adalah kesimpulan sementara
penelitian, patokan dengan dugaan tatau dalil sementara, yang kebenarannya akan
dibuktikan dalam penelitian tersebut. Hipotesis statistik adalah rumusan hipotesis
yang akan diuji kebenarannya melalui perhitungan statistik yang menggambarkan
terdapat hubungan peran perawat triage dengan length of stay diruang triage
RSUD MM Dunda limboto dengan langkah pengujian sebagai berikut :
Ho : Diterima bila nilai p > α 0,05 artinya tidak terdapat hubungan peran
perawat triage dengan length of stay di ruang triage
Ha : Diterima bila nilai p < α 0,05 artinya terdapat hubungan peran perawat
triage dengan length of stay diruang triage
27
3.7 Alur Penelitian
Penelitian dilakukan sesuai alur penelitian yang digambarkan dalam
bentuk skema sebagai berikut :
Studi pendahuluan
Permohonan penelitian
Pengambilan sampel
Semua populasi dijadikan
sampel
Hasil penelitian
28
3.8 Etika Penelitian
Masalah etika dalam penelitian merupakan masalah yang sangat
penting mengingat penelitian akan berhubungan dengan manusia, maka
segi etik penelitian harus diperhatikan karena manusia mempunyai hak
asasi.penelitian mengajukan permohonan ijin kepada kepala rumah sakit
terlebih dahulu, kemudian setelah mendapat persetujuan selanjutnya
peneliti melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang
meliputi :
1. Informed consert (lembar persetujuan)
Informed consert diberikan kepada sampel penelitian sebelum
dilakukan penelitian. Jika bersedia, sampel penelitian harus
menandatangani lembar persetujuan tetapi jika menolak maka
penelitian tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak sampel
penelitian.
2. Anonimiti (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek , peneliti tidak akan
mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data (ceklist)
yang diisi dengan hasil observasi.
3. Confidentiality (kerasiaan)
Peneliti menjamin kerasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.
4. Fidelity (keadilan)
Seluruh respon pada penelitian ini sama-sama mendapatkan kuesioner
berupa kuesioner pengetahuan, perat triage dengan length of stay di
ruang triage.
5. Do not harm
Meminimalkan kerugian dan memaksiamalkan manfaat penelitian
yang timbul pada penelitian ini.
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian
a. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
RSUD M.M Dunda Kab. Gorontalo yang semula bernama RSU Limboto
adalah Rumah Sakit milik Pemerintah Kabupaten Gorontalo yang berlokasi
diwilayah administrasi kabupaten Gorontalo, didirikan pada tanggal 25
November 1963 dengan kapasitas awal tempat tidur adalah 29 buah.
Melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan 171/Menkes/SK/III/1994 RSU
Dr. M.M. Dunda ditetapkan menjadi RSU Kelas C yang peresmiannya pada
tanggal 19 September 1994 bersamaan dengan penggunaan nama RSUD. Dr.
M.M. Dunda yang diambil dari nama seorang putra daerah perintis kemerdekaan
yang telah mengabdikan dirinya dibidang kesehatan sehingga diabadikan menjadi
nama Rumah Sakit Umum Daerah milik Pemerintah Daerah Kabupaten
Gorontalo dengan berkedudukan sebagai unit pelaksana pemerintah Kabupaten
Gorontalo dibidang pelayanan kesehatan masyarakat.
RSUD dr. MM Dunda Limboto memiliki fasilitas pelayanan Instalasi
Gawat Darurat (IGD) yang didalamnya terdapat ruangan observasi, bedah,
interna, isolasi, anak, obsgyn, OK kecil dan resusitasi. Di ruang observasi, bedah
dan interna difasilitasi 4 tempat tidur. Untuk anak, resusitasi, isolasi, dan OK
kecil, difasilitasi 2 tempat tidur dan lengkapi dengan 5 tempat tidur cadangan.
Dalam pelayanan Gawat Darurat, saat ini Instalasi Gawat Darurat (IGD) memiliki
31 orang tenaga perawat dengan berbagai latar belakang Pendidikan yaitu D-III
Keperawatan dan Ners.
b. Karakteristik Perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
1) Karakteritik usia perawat
Hasil analisis karakteristik usia perawat pelaksana yang bekerja di Instalasi
Gawat Darurat (IGD) RSUD dr. MM. Dunda Limboto disajikan dalam tabel
distribusi frekuensi berikut ini:
Tabel 3. Distribusi frekuensi Usia perawat pelaksana di Instalasi Gawat
Darurat (IGD) RSUD dr. MM. Dunda Limboto
No Usia N %
1 17-25 tahun (remaja akhir) 11 35,4
2 26-35 tahun (dewasa awal) 17 54,8
3 36-45 tahun (dewasa akhir) 3 9,7
Total 31 100
Sumber: Data Primer, 2018
Tabel tersebut diketahui dari 31 perawat pelaksana yang bekerja di Instalasi
Gawat Darurat (IGD) RSUD dr. MM. Dunda Limboto sebagian besar atau 17
orang (54,8%) berada pada kategori 26-35 tahun atau dewasa muda.
2) Karakteristik Pendidikan perawat
Hasil analisis karakteristik pendidikan perawat pelaksana yang bekerja di
Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr. MM. Dunda Limboto disajikan
dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini:
31
Tabel tersebut diketahui dari 31 perawat pelaksana yang bekerja di Instalasi
Gawat Darurat (IGD) RSUD dr. MM. Dunda Limboto sebagian besar atau 20
orang (64,5%) berjenis berjenis kelamin perempuan.
4) Karakteristik lama kerja perawat
Hasil analisis karakteristik lama kerja perawat pelaksana yang bekerja di
Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr. MM. Dunda Limboto disajikan
dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini:
Tabel 6. Distribusi frekuensi lama kerja perawat pelaksana di Instalasi Gawat
Darurat (IGD) RSUD dr. MM. Dunda Limboto
No Lama kerja N %
1 ≤ 2 tahun 11 35,5
2 > 2 tahun 20 64,5
Total 31 100
Sumber: Data Primer, 2018
Tabel tersebut diketahui dari 31 perawat pelaksana yang bekerja di Instalasi
Gawat Darurat (IGD) RSUD dr. MM. Dunda Limboto sebagian besar atau 20
orang (65,5%) yang memiliki lama kerja > 2 tahun.
c. Analisis Unvariat
1) Peran perawat Triage di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Hasil analisis peran perawat triage di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD
dr. MM. Dunda Limboto disajikan dalam tabel distribusi frekuensi berikut
ini:
Tabel 7. Distribusi frekuensi Peran Perawat Triage di Instalasi Gawat Darurat
(IGD) RSUD dr. MM. Dunda Limboto
No Peran perawat triage N %
1 Kurang 4 12,9
2 Baik 27 87,1
Total 31 100
Sumber: Data Primer, 2018
32
2) Leght Of Stay (LOS) di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Hasil analisis Leght Of Stay (LOS) klien di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
RSUD dr. MM. Dunda Limboto disajikan dalam tabel distribusi frekuensi
berikut ini:
Tabel 8. Distribusi Leght Of Stay (LOS) klien di Instalasi Gawat Darurat
(IGD) RSUD dr. MM. Dunda Limboto
No Leght Of Stay (LOS) N %
1 Tidak sesuai standar 4 12,9
2 Sesuai Standar 27 87,1
Total 31 100
Sumber: Data Primer, 2018
Tabel tersebut diketahui dari 31 klien yang dirawat di Instalasi Gawat
Darurat (IGD) RSUD dr. MM. Dunda Limboto sebagian besar atau 27 orang
(87,1%) yang memiliki Leght Of Stay (LOS) sesuai dengan standar.
4.2.3 Analisis Bivariat
Hasil analisis hubungan hubungan peran perawat triage dengan length of
stay (LOS) di ruang IGD RSUD dr. MM. Dunda Limboto disajikan dalam tabel
tabulasi silang berikut ini:
Tabel 9. Analisis hubungan peran perawat triage dengan length of stay (LOS) di
ruang IGD RSUD dr. MM. Dunda Limboto
Leght Of Stay (LOS)
Peran Tidak sesuai Total ρ Value
Sesuai standar
perawat standar
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
33
(LOS) sesuai standar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik peran perawat
triage maka length of stay (LOS) klien akan semakin sesuai standar.
Hasil uji statistic diperoleh nilai p value pada fisher exact sebesar 0,003 (p
value < α 0,05) sehingga hipotesis nul ditolak dan hipotesis alternative diterima
yang artinya ada hubungan yang bermakna dan signifikan antara hubungan peran
perawat triage dengan length of stay (LOS) di ruang IGD RSUD dr. MM. Dunda
Limboto.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Karakteristik Perawat Pelaksana di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Hasil penelitian diketahui dari 31 perawat pelaksana yang bekerja di
Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr. MM. Dunda Limboto sebagian besar
atau 17 orang (54,8%) berada pada kategori 26-35 tahun atau dewasa muda dan
21 orang (67,7%) berpendidikan D-III Keperawatan serta sebagian besar atau 20
orang (64,5%) berjenis berjenis kelamin perempuan dan sebagian besar atau 20
orang (65,5%) yang memiliki lama kerja > 2 tahun.
Umur merupakan salah satu karakteristik yang dapat mempengaruhi kinerja
seseorang. Menurut Siagian (2009) usia yang semakin bertambah, akan semakin
menunjukkan kematangan jiwa sehingga mereka akan lebih bijaksana dan
mampu dalam mengambil sebuah keputusan, berpikir secara rasional, mampu
mengendalikan emosi serta toleran terhadap orang lain. Desler (2010) juga
menambahkan bahwa usia produktif adalah usia 25 tahun yang merupakan awal
individu berkarier dan pada usia 25-30 tahun merupakan tahap penentu seseorang
untuk memilih bidang pekerjaan yang sesuai dengan karir serta pada usia 40
tahun, disitulah puncak karir seseorang yang kemudian akan menurun seiiring
dengan saat memasuki usia pensiun.
Karakteristik Pendidikan juga menjadi salah satu faktor yang ikut
menunjang kinerja seseoran. Pendidikan adalah salah satu upaya seseorang untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki sehingga hal ini akan
berpengaruh terhadap cara berpikir seseorang. Semakin tinggi pendidikan
seseorang maka besar keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan dan
keterampilan yang dimilikinya. Upaya untuk tercapainya kesuksesan didalam
34
bekerja dituntut pendidikan yang sesuai dengan jabatan yang dipegangnya.
Pendidikan merupakan suatu bekal yang harus dimiliki seseorang dalam bekerja,
dimana dengan pendidikan seseorang dapat mempunyai suatu keterampilan,
pengetahuan serta kemampuan. Menurut Mangkunegara (2010), tingkat
pendidikan adalah suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur
sistimatis dan terorganisir tenaga kerja manajerialnya mempelajari pengetahuan
konseptual dan teoritis untuk tujuan-tujuan umum.
Selain usia dan Pendidikan, karakteristik lama bekerja juga menjadi salah
satu faktror penunjang kinerja karena melalui lama kerja maka seseorang akan
lebih memiliki pengalaman terutama dari sisi keterampilan dan pengetahuannya.
Yani dkk (dalam Kurniadi. 2013) menyatakan bahwa semakin lama seseorang
bekerja maka orang tersebut akan memiliki pengalaman yang baik. Masa kerja
dapat mempengaruhi pengalaman kerja seseorang, sehingga semakin lama
bekerja diharapkan seseorang memiliki pengalaman kerja yang semakin banyak.
Masa kerja yang lebih lama menunjukkan pengalaman yang lebih pada seseorang
dibandingkan dengan rekan kerja yang lain. Nursallam (2013) menyatakan bahwa
semakin banyak masa kerja perawat, maka semakin banyak pula pengalaman
perawat tersebut dalam memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan
standar operasional prosedur (SOP).
4.2.2 Peran perawat Triage di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Hasil penelitian diketahui perawat pelaksana yang bekerja di Instalasi
Gawat Darurat (IGD) RSUD dr. MM. Dunda Limboto yang memiliki peran triage
kurang pada klien sebanyak 4 orang atau 12,9% sedangkan yang memiliki peran
perawat triage baik pada klien sebanyak 27 orang atau 87,1%. Hasil ini
menunjukkan bahwa perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr. MM.
Dunda Limboto sebagian besar memiliki triage yang baik pada klien.
Peran perawat triage yang baik ditunjukkan oleh 27 orang perawat atau
87,1% ini menurut pendapat peneliti dikarenakan perawat telah mampu
melaksanakan triage sesuai dengan standar di IGD sebagaimana ditunjukkan
melalui jawaban perawat saat mengisi kuisioner. Faktorl lain yang juga
menunjang peran perawat triage adalah lama kerja perawat. Hal ini sebagaimana
35
yang diperoleh mereka yang yang memiliki peran yang baik ini sebagian besar
atau 64,5% telah bekerja >2 tahun sedangkan mereka yang memiliki 4 orang
yang memiliki peran perawat triage kurang sebagian besar baru bekerja <2 tahun.
Menurut peneliti eseorang yang telah lama bekerja, maka pengalaman perawat
juga akan bertambah yang akhirnya hal ini akan menambah informasi dan
pengetahuan serta keterampilan yang dimilikinya. Melalui informasi yang
diterima atau seberapa sering perawat terpapar dengan informasi khususnya
tentang penanganan kejang demam akan semakin meningkatkan kemampuan
mengaplikasikan informasi yang dimiliknya.
Hal ini sebagaimana penjelasan Notoatmodjo (2010) bahwa berbagai cara
yang dapat dilakukan untuk memperoleh pengetahuan yakni diantaranya dengan
cara tradisional yang meliputi pengalaman. pengalaman adalah guru yang baik
yang artinya pengalaman tersebut merupakan sumber pengetahuan atau
pengalaman tersebut merupakan salah satu cara memperoleh kebenaran
pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai sumber
pengetahuan. Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh dari
lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya sehingga dapat
memperluas informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.
Budiman dan Riyanto (2013) juga mengemukakan bahwa pengetahuan di
pengaruhi oleh berbagai faktor yang diantaranya adalah informasi. Informasi
didefinisikan sebagai transfer pengetahuan. Selain itu informasi juga dapat
didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,
menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan
informasi dengan tujuan tertentu.sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk
media massa televise, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam
penyampaian informasi sebagai tugas pokok media massa juga membawa pesan-
pesan berisi sugesti yang dapat mengarhkan opini seseorang. Adanya informasi
baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bmagi
terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
36
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Adriani (2015) di Instalasi Gawat
Darurat (IGD) RSUP Sayful Anwar Malang yang 94% perawat di Instalasi Gawat
Darurat (IGD) memiliki peran triage yang baik. Penelitian Sari (2017) di Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serang menunjukkan 71,7%
perawat memiliki peran yang baik dalam pelaksanaan triage.
Berdasarkan hasil penelitian dan penjelasan teoritis serta hasil penelitian
sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang dimiliki seorang
perawat sangat menentukan keberhasilan tugas yang dibebankan kepadanya.
Dengan pengetahuan yang tinggi, perawat akan mampu melaksanakan semua
tugasnya secara efektif dan efisien, sehingga kinerja pun semakin membaik.
4.2.3 Leght Of Stay (LOS) di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Hasil penelitian diketahui klien dengan Leght Of Stay (LOS) di Instalasi
Gawat Darurat (IGD) RSUD dr. MM. Dunda Limboto yang tidak sesuai standar
sebanyak 4 orang klien atau 12,9% sedangkan yang memiliki Leght Of Stay
(LOS) sesuai dengan standar sebanyak 27 orang atau 87,1%. Hasil ini
menunjukkan bahwa klien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr. MM.
Dunda Limboto sebagian besar memiliki Leght Of Stay (LOS) sesuai standar.
Length of stay (LOS) yang sesuai standar ini menurut peneliti dikarenakan
saat dilaksanakan penelitian lama rawat pasien di IGD < 6 jam dimana waktu
tersebut sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Length of stay (LOS) dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah ketersediaan tempat tidur di
ruang rawat inap dan kecepatan perawat dalam penanganan kegawat daruratan.
Tempat tidur yang tersedia memungkin transfer pasien ke ruangan rawat inap
menjadi lebih cepat sehingga pasien tidak berada lama di IGD. Selain itu perawat
yang cepat dalam penanganan kegawatdaruratan akan lebih memberikan dampak
terhadap perbaikan kondisi pasien sehingga pasien akan dapat segera di transfer
ke ruangan rawat inap. Faktor lain yang juga menjadi penyebab length of stay
yang sesuai standar ini adalah pemeriksaan diagnostic seperti laboratorium dan
radiologi dilakukan dengan cepat atau < 2 jam sudah ada hasil pemeriksaan
sehingga hal ini mempercepat pasien ke ruang rawat inap.
37
Pendapat peneliti sebagaimana dijelaskan oleh Asplin et al., (2003 dalam
Budiono,2016) bahwa length of stay (LOS) dipengaruhi oleh triage level, door to
doctor, kecepatan pemeriksaan laboratorium, kecepatan konsultasi spesialis dan
transfer pasien ke ruangan, regulasi staf dan sistem informasi dan komunikasi.
Ketiga komponen tersebut berhubungan dengan peningkatan LOS patients
admission di IGD. Adanya faktor internal dan eksternal seperti karakteristik
klinis pasien, regulasi staf, akses cepat brankar oleh health care provider, waktu
kedatangan pasien, manajemen praktis, dan berbagai jenis pemeriksaan dan
tindakan berkontribusi terhadap peningkatan LOS pasien di IGD.
Pada instalasi gawat darurat total Length Of Stay (LOS) digunakan
untuk melihat tingkat kepadatan dan kinerja klinis. Pengukuran Length Of Stay
(LOS) setiap pasien di ukur dari awal kedatangan sampai dengan perpindahan
pasien ke unit lain yang digunakan sebagai indikator kunci penilaian efesiensi
peningkat kinerja operasional dan klinis (Niels, et All, 2012). LOS
merupakan indicator yang efektif untuk menilai kinerja dari IGD dan
kualitas dari triage.
Penelitian ini juga menunjukkan 4 orang pasien yang memiliki length of
stay yang tidak sesuai standar. Menurut peneliti hal ini disebabkan karena saat
kondisi pasien sudah membaik, ruangan tempat pasien akan dipindahkan dalam
kondisi penuh sehingga waktu tinggal pasien di IGD menjadi lebih lama.
4.2.4 Hubungan hubungan peran perawat triage dengan length of stay (LOS)
di ruang IGD RSUD dr. MM. Dunda Limboto
Hasil penelitian diperoleh data 4 orang perawat yang memiliki peran
perawat triage kurang, 3 orang (9,7%) klien yang memiliki length of stay (LOS)
yang tidak sesuai standar dan 1 orang (3,2%) sesuai standar sedangkan 27
perawat yang memiliki peran triage baik, 1 orang memiliki length of stay (LOS)
tidak sesuai standar dan 26 orang pasien memiliki length of stay (LOS) sesuai
standar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik peran perawat triage maka
length of stay (LOS) klien akan semakin sesuai standar.
38
Hasil uji statistic diperoleh nilai p value pada fisher exact sebesar 0,003 (p
value < α 0,05) sehingga hipotesis nul ditolak dan hipotesis alternative diterima
yang artinya ada hubungan yang bermakna dan signifikan antara hubungan peran
perawat triage dengan length of stay (LOS) di ruang IGD RSUD dr. MM. Dunda
Limboto.
Adanya hubungan yang bermakn antara peran triage perawat dengan length
of stay (LOS) pasien di IGD ini menurut peneliti dikarenakan perawat dalam
menerapkan triage harus mampu menentukan prioritas penanganan pasien. Pasien
yang memiliki kondisi yang kurang baik lebih membutuhkan penanganan yang
cepat dibandingkan dengan pasien yang kurang membutuhkan penanganan
dengan segera. Jika kondisi pasien segera tertangani maka pasien akan semakin
cepat dipindahkan ke ruang rawat inap.
Pendapat ini sejalan dengan penjelasan Yoon et al, (2013) bahwa LOS
merupakan indicator yang efektif untuk menilai kinerja dari IGD dan kualitas dari
triage. LOS yang memanjang berhubungan erat dengan kualitas triage dan kinerja
pelayanan keperawatan di IGD.
Triage adalah cara pemilihan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan
sumber daya yang tersedia. Terapi disasarkan pada keadaan ABC (Airway,
Dengan Cervical Spine Control, Breathing Dan Circulation Dengan Cotrol
Perdarahan). Triage merupakan salah satu keterampilan keperawatan yang harus
dimiliki oleh perawat unit gawat darurat dan hal ini membedakan antara perawat
unit gawat darurat dengan perawat unit khusus lainnya. Karena harus dilakukan
dengan cepat dan akurat maka diperlukan perawat yang berpengalaman dan
kompeten dalam melakukan tindakan medis (Musliha, 2010).
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Sari (2017) yang
menunjukkan terdapat hubungan antara peran perawat triage dengan length of
stay (P =0.249). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi LOS dalam
penelitian ini diantaranya waktu kedatangan, waktu konsultasi, waktu
pemeriksaan lab, waktu pemeriksaan radiologi dan ketersediaan tempat tidur
di unit perawatan lain. Hasil penelitian Andriani (2015) juga menemukan
terdapat hubungan antara peran perawat dengan waiting time ( p =0.000).
39
Namun dalam penelitian ini terdapat 1 orang perawat yang memiliki peran
triage kurang, length of stay (LOS) sesuai standar dan 1 perawat yang memiliki
peran triage baik namun length of stay (LOS) sesuai standar. Menurut peneliti hal
ini dapat disebabkan karena saat penanganan pasien telah selesai ruangan yang
ada penuh sehingga pasien tidak dapat dipindahkan ke ruangan sedangkan pada
saat ruangan telah tersedia pasien belum selesai dilakukan pemeriksaan diagnosti
dengan alasan jumlah pasien yang banyak. Hal ini sejalan dengan penelitian
penelitian Sari (2017) yang menunjukkan faktor ketersediaan tempat tidur di unit
perawatan lain menjadi salah satu penyebab tingginya LOS di IGD.
4.2.5 Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini antara lain kurangnya responden
dan hambatan yang dialami peneliti saat pengumpulan data dimana karena hanya
sendiri melakukan penelitian maka peneliti harus mampu mendapangi responden
selama penelitian berlansung sehingga ada kemungkinan responden melakukan
peran triage sesuai SOP dan hasilnya belum tentu sesuai dengan keseharian tugas
perawat triage.
40
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini maka peneliti berkesimpulan bahwa:
1. Perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr. MM. Dunda Limboto
sebagian besar atau 27 orang (87,1%) memiliki peran triage yang baik pada
klien.
2. Klien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr. MM. Dunda Limboto
sebagian besar atau 27 orang (87,1%) memiliki Leght Of Stay (LOS) sesuai
standar.
3. Ada hubungan yang bermakna dan signifikan antara hubungan peran perawat
triage dengan length of stay (LOS) di ruang IGD RSUD dr. MM. Dunda
Limboto dengan nilai p value pada fisher exact sebesar 0,003 (p value < α
0,05).
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini maka disarankan kepada:
1. Bagi Rumah Sakit
Rumah Sakit agar dapat meningkatkan kemampuan perawat dalam
melaksanakan triage melalui kegiatan pelatihan yang berhubungan dengan
triage di instalasi gawat darurat serta menambah tempat tidur di ruang rawat
inap.
2. Bagi Keperawatan
Perawat agar dapat selalu meningkatkan kompetensinya melalui kegiatan
pelatihan terutama pelatihan kegawatdaruratan yang berhubungan dengan
pelaksanaan triage di Rumah Sakit.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar peneliti dapat melakukan penelitian
lanjutan tentang faktor apa saja yang dapat mempengaruhi Length Of Stay
(LOS) di Instalasi Gawat Darurat.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman dan Riyanto. 2013. Kapita Selekta Kuisioner. Jakarta: Salemba Medika.
Fathoni, M., Sangchan, H., Praneed, S. (2010). Triage Knowledge and Skills
among Emergency Nurses in East Java Province, Indonesia. Conference
Abstracts. p:1.
Fitria, P. 2013. Hubungan Antara Skor Kerapuhan Dengan Lama Rawat Pasien
Lanjut Usia. Kariadi Semarang. Universitas Diponegoro. Skripsi.
Kurniadi.2013. Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya. Teori, Konsep dan
Aplikasi. Jakarta: Badan Penerbit Kedokteran Universitas Indonesia
Lee, Et al. (2011). The Validity Of The Canadian Triage And Acuity Scale In
Predicting Resource Utilization And The Need For Immediate Life-Saving
Interventions In Elderly Emergency Department Patients. Scandinavian Of
Journal Trauma, Resucitation And Emergency Medicine. 19 : 68. p 1-8.
Mangkunegara.2010. Manajemen Sumber Daya Manusia perusahaan. Bandung :
Penerbit PT Remaja Rosdakarya
Serri, H. 2010. Konsep dan dokumentasi proses keperawatan. Jakarta: Trans Info
Media.
Vita, M.A., Titin, A.W., & Rinik, E.K (2015). Analisis Peran Perawat Triage
Terhadap Waiting Time Dan Length Of Stay Pada Ruang Triage Di
Instalasi Gawat Darurat. Jurnal care, Vol. 3, No. 1.
Yudha, A.J. 2017. Riset keperawatan. Jakarta: Mitra Wacana Madia, p:1
Yusuf, 2017. Riset kualitatif dalam kerawatan. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Lampiran 1
RIWAYAT HIDUP
44
LAMPIRAN 2
LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth.
Bapak/Ibu ……………….
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi Ners
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo
Nama : Moh Ryan YL saad
NIM : CO1415070
Akan mengadakan penelitian tentang “hubungan peran perawat triage dengan
length of stay (los) diruang triage (IGD) RSUD MM Bunda limboto ”. Untuk itu
saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi menjadi responden dalam
penelitian ini. Segala hal yang bersifat rahasia akan saya rahasiakan dan saya
gunakan hanya untuk kepentingan penelitian ini. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi bahan evaluasi yang bermanfaat untuk kita bersama.
Apabila Bapak/Ibu bersedia menjadi responden, maka saya bermohon untuk
menandatangani lembar persetujuan yang tersedia. Atas perhatian dan kesediaan
serta kerjasama yang baik dari Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
45
LAMPIRAN 3
LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(.......................................)
46
KUESIONER
Tanggal pengisian :
A. Identitas Responden :
1. umur :
2. jenis kelamin :
3. agama :
4. pendidikan terakhir :
B. Berikanlah tanda (√) pada masing-masing butir pertanyaan yang anda anggap
benar atau salah.
Jawaban
No Pertanyaan penerapan sistem triage
Benar Salah
Peran Perawat
Triage adalah pengelompokan korban
berdasarkan atas berat ringannya
1
trauma/penyakit serta kecepatan penanganan
dan pemindahannya.
Triage merupakan penentuan mana yang
harus didahulukan menegenai penanganan
2
dan pemindahan yang mengacu tingkat
ancaman jiwa yang timbul.
Peran dan tanggung jawab peran IGD
3 merupakan orang yang merespon pertama
kali dan orang terlatih secara medis.
47
Kompetensi dalam sistem pernafasan adalah
4 mengetahuitanda trauma toraks.
Peran perawat melakukan triage adalah
mengkaji dan menetapkan prioritas dalam
spektrum yang lebih luas terhadap kondisi
5 klinis pada berbagai keadaan yang bersifat
mendadak mulai dari ancaman nyawa
sampai kondisi kronis.
Perawat triage mengunakan ABCD
keperawatan seperti jalan nafas, pernafasan
dan sirkulasi, serta warna kulit, kelembaban,
suhu, nadi, respirasi,tingkat kesadaran dan
6
inspeksi visual untuk cedera
dalam,deformitas kotor dan memar untuk
memprioritaskan perawatan yang diberikan
kepada pasien di ruang gawat darurat.
Perawat yang berkerja dirumah sakit harus
7
memiliki kompetensi khusus.
Kompetensi perawat gawat darurat adalah
kemampuan yang harus dimiliki oleh
seseorang perawat gawat darurat untuk
8
melakukan tindakan dengan didasarkan
pengkajian secara komprehensif dan
perancanaan yang tetap dan lengkap.
Kewenangan seorang perawat dalam
pertolongan gawat darurat didasarkan pada
kemampuan perawat memberikan
9
pertolongan gawat darurat yang diperoleh
melalui pendidikan maupun pelatihan
khusus.
Mengetahui tanda-tanda koma dan memberi
pertolongan pertama merupakan kompetensi
10
perawat gawat darurat pada sistem saraf.
48
Lampiran 4
A. Karakteristik Perawat
Insial :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
B. Lembar Observasi
49
Lampiran 5
50
Lampiran 6
51
52
53
54
Lampiran 7
55
Lampiran 8
56
Lampiran 9
57
Lampiran 10
58
Lampiran 11
59
Ket : perawat 4 sedang mengisi kuesioner
60