Disusun Oleh:
Kelompok 22 A
Profesi
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Disusun Oleh:
Kelompok 22 A
Profesi
Mengetahui :
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk
Malang
dan spiritual.
iii
6. Yang terhormat guru-guru sejak TK hingga SMA dan
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Judul .......................................................................................................... i
2.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Tentara Tk. II dr. Soepraoen ............... 4
2.2 Profil dan Gambaran Umum Ruang Teratai Rumah Sakit Tentara Tk. II
dr. Soepraoen ...................................................................................... 6
v
3.10 Fungsi Pengorganisasian .......................................................... 61
3.11 Fungsi Pengarahan dan Pengawasan ....................................... 64
3.12 Analisa SWOT ........................................................................... 67
vi
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
vii
BAB I
PENDAHULAN
1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Penulisan ini bertujuan untuk memberi gambaran dari seluruh
kegiatan praktik manajemen keperawatan yang telah dilaksanakan
dan merupakan pertanggungjawaban kepada pihak Rumah Sakit dan
Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
2
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Rumah Sakit
1. Dapat dijadikan sebagai sarana dukungan, masukan atau
pengembangan fungsi perencanaan manajemen keperawatan
ruang Teratai guna mempertahankan dan meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan di ruangan pada khususnya dan kualitas
pelayanan rumah sakit pada umumnya.
2. Alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah sesuai
dengan yang disepakati bersama berdasarkan analisis masalah
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan manajemen
keperawatan di Ruang Teratai RST dr. Soepraoen Malang
3
BAB II
GAMBARAN UMUM
4
R. Obgyn ---- Tulip I Dan Rawat Gabung
R. Umum Dan Jiwa (R. Kenanga)
R. Isolasi (R. Cempaka)
e) R. Icu Bedah Dan Non Bedah
f) R. Neuro & ICU Neuro ---- Unit Stroke
g) R. Jamkesmas/da ---- Seruni
h) Kamar OK
i) R. Bedah Obgyn
j) Paviliun Dan VIP:
Anggrek
Mawar
Melati
PAV Tulip I
D. Mempunyai kapasitas tempat tidur klien sebanyak 208 tempat tidur, terdiri
dari 24 tempat tidur paviliun dan 184 tempat tidur umum.
E. Saat ini digunakan sebagai lahan praktek siswa SMK, mahasiswa DIII
Keperawatan dan DIII Kebidanan, Profesi Ners (S1 Keperawatan), S1
Gizi, serta Co-as (Profesi Dokter) dan Program Pendidikan Dokter
Spesialis (PPDS).
F. Visi RST dr. Soepraoen Malang
Menjadikan Rumah Sakit Tk.II dr. Soepraoen sebagai rumah sakit
kebanggan prajurit dan masyarakat pengguna
G. Misi RST dr. Soepraoen Malang
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi prajurit, PNS
dan keluarga-nya serta masyarakat pengguna
2. Memberikan pelayanan kesehatan terpadu dengan menempatkan
pasien bukan sebagai objek melainkan sebagai mitra
3. Dengan menempatkan pasien sebagai mitra, rumah sakit harus
memberikan pelayanan profesional dan primauntuk mendapatkan
kepuasan pelanggan dan pasien akan merasa bangga dengan
pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit
H. Motto RST dr. Soepraoen
Motto RST dr. Soepraoen adalah RSTDS
R : Ramah
S : Senyum
5
T : Terampil
D : Disiplin
S : Sembuh
2.2 Profil dan Gambaran Umum Ruang Teratai Rumah Sakit Tingkat II dr.
Soepraoen
A. Profil Ruangan
Merupakan ruang perawatan general rawat inap kelas II untuk swasta dan
kelas I untuk ASKES/JKN dan umum bagi pasien yang mengalami
gangguan penyakit dalam. Ruang Teratai memiliki kapasitas
bedsebanyak 15 bed tanpa klasifikasi tertentu.
6
Nurse Station ruang teratai terletak di bagian depan ruang teratai. Ruang
karu terpisah dengan ruang konsultasi di sebelah Nurse Station. Didepan Nurse
Station terdapat kamar mandi, gudang dan dapur. Pembagian kamar di ruang
Teratai adalah Kelas 2. Berikut penjelasannya:
1. Kamar 1 dan 2
Terdiri dari 2 kamar (kamar 1 sampai 2), masing-masing berisi 2
tempat tidur, 2 meja, 2 kursi penunggu dan 1 kamar mandi. Sehingga
total tempat tidur di kamar kelas 2 berjumlah 4 tempat tidur.
2. Kamar 3, 4 dan 5
Terdiri dari kamar 3 sampai 5, kamar 3 berisi 4 tempat tidur 4 meja
dan 4 kursi penunggu sedangkan kamar 4 dan 5 berisi 3 tempat tidur
3 meja dan 3 kursi penunggu serta 1 kamar mandi
3. Kamar Isolasi
Terdiri dari 1 kamar yang terdiri dari 1 tempat tidur, 1 meja dan almari
klien yang menjadi satu, 1 kursi penunggu
7
BAB III
HASIL PENGKAJIAN DAN ANALISA SERTA SINTESA PERMASALAHAN
MANAJEMEN KEPERAWATAN
Hasil Pengkajian 5M
3.1 MAN
3.1.1 Jumlah Tenaga
Kulaifikasi tenaga keperawatan di ruang teratai RST dr. Soepraoen
berjumlah 14 orang dengan rincian sebagai berikut:
a. Tenaga keperawatan
No. Kualifikasi Jenis Jumlah Jumlah Prosentase
total
1. S1 HR 0 2 14.3%
Keperawatan PNS 2
2. DIII PNS 2 12 85.7%
Keperawatan HR 8
TNI 2
Magang 0
Jumlah 14 100%
8
10. Spesalis Gigi 1 4,16%
11. Dokter Spesialis Bedah terdiri dari : 6 25%
a. Bedah Umum 1
b. Bedah Onkologi 1
c. Bedah Syaraf 1
d. Bedah Ortopedi 1
e. Bedah Plastik 1
f. Bedah Urologi 1
12. Dokter Muda 2 8,34%
Total 24 100%
Kesimpulan: Secara keseluruhan tenaga medis yang menangani pasien
di ruang Teratai adalah dokter spesialis sehingga penangganan medis yang
didapatkan pasien dapat diberikan secara optimal.
9
Amd.Kep Keperawatan Tahun Lapangan
10
3.1.3 Analisa kebutuhan perawat
1. Tingkat Ketergantungan Pasien
2) Tanggal 27 Februari 2017
Skor
Tim No Bed Diagnosa Medis
Ketergantungan
1A
1B
2A
2B
I
3A Sepsis+Pneumoni 3
3B DHF+Vomiting 1
3C
3D
4A
4B
4C CKD 2
II 5A DM+Vomiting 2
5B Anemia 2
5C Hepatitis 2
ISOLASI DM+Ulkus 3
Keterangan skor : 1=Minimal, 2=Parsial, 3=Total
Minimal :1
Parsial :4
Total :2
11
TOTAL PASIEN : 9
Minimal :2
Parsial :7
Total :2
TOTAL PASIEN : 10
Minimal :4
Parsial :4
Total :2
Total :2
Partial :4
Mandiri :1
a. Perawatan langsung
Total : 6 jam x 2 orang = 12 jam
12
Partial : 4 jam x 4 orang = 16 jam
52 Hari Minggu
12 hari cuti
5 hari besar
1 hari kemerdekaan
76 hari libur
Total :3
13
Partial :4
Mandiri :2
a. Perawatan langsung
Total : 6 jam x 3 orang = 18 jam
14
2. Siang : 35% x 8 perawat = 3 perawat
3. Malam : 17% x 8 perawat = 1 perawat
Total :2
Partial :4
Mandiri :4
a. Perawatan langsung
Total : 6 jam x 2 orang = 12 jam
= 5 jam
15
Jumlah tenaga lepas dinas/hari:
hari libur dalam 1 tahun x total tenaga = 76 x 10 = 3 orang
hari kerja efektif 289
Jadi total kebutuhan perawat perhari adalah 10 orang dengan 3 orang
perawat lepas dinas dan 1 orang kepala ruangan
Pembagian perawat shift:
1. Pagi : 47% x 10 perawat = 5 perawat
2. Siang : 35% x 10 perawat = 4 perawat
3. Malam : 17% x 10 perawat = 1 perawat
16
17 Papan struktur 3 3 3 -
organisasi
18 Poster informasi 1 1 1 -
penyakit
19 Komputer 2 1 1 -
20 Meja perawat 5 3 3 -
21 Telepon ruangan 5 3 3 -
22 Tempat alat tulis 4 1 1 -
23 Tanda resiko jatuh 3 3 3 -
24 Trolly ECG 1 1 1 -
25 Trolly peralatan medis 2 1 1 -
26 Trolly obat emergency 1 1 1 -
27 Lemari obat 2 1 1 -
28 TV ruangan perawat 1 1 1 -
29 TV ruangan rawat 4 4 4 -
inap
30 Wastafel ruangan 2 1 1 -
31 Wastafel di luar 2 1 1
ruangan
32 Tempat sampah 3 3 3 -
tanggung tertutup
33 Troli baju kotor 1 1 1 -
34 Troli emergecy 1 1 1 -
35 Troli visite 1 1 1 -
36 Almari linen 1 1 1
37 Almari pasien kayu 16 15 15 -
38 Kipas angin baling- 6 6 6
baling
39 Kipas angin ruangan 1 1 1 -
40 Kompor listrik 1 1 1
41 Lukisan/ gambar 1 1 1
pigora
42 Tempat tidur pasien 15 15 15
43 Piring besar 16 18 18
44 Piring kecil 16 14 14
45 Nampan 15 10 10
46 Sapu 3 2 2 -
47 Pel 2 3 3
Jumlah 243 218 218 -
Rata-rata (218/218) 100%= 100%
17
b. Daftar Inventaris Alat Kesehatan Medis Ruang Teratai Kapasitas : 15
Tempat Tidur
Jumlah Kondisi
inventaris
No Nama Alat Standar Keterangan
(Februari Baik Rusak
2017)
1 Ambubag dewasa 1 1 1
2 Bag hot (WWZ) 3 3 3
3 Bag ice (escrap) 3 2 2
4 Bak instrument besar 2 2 2
5 Bak instrument sedang 2 2 2
6 Bengkok stenlis 5 3 3
7 Brankart 1 1 1
8 Com tutup 12 cm 5 2 2
9 ECG 1 1 1
10 Gunting verband 2 1 1
11 Kereta O2 2 1 1
12 Korentang 2 1 1
13 Kursi roda 1 2 2
15 Manometer O2 6 7 7
16 Nebulizer 1 1 1
17 Pinset anatomi 5 2 2
18 Pispot 5 8 8
19 Regestin 2 1 1
20 Tempat tidur multifungsi 2 15 15
21 Standar infuse beroda 5 13 13
22 Stethoscope dewasa 5 3 3
23 Suction dewasa 1 1 1
24 Tabung O2 kecil 1 1 1
25 Tensi meter dewasa 2 1 1
26 Termometer axila 5 1 1
27 Termometer elektrik 2 1 1
28 Termometer rectal 1 1 1
29 Timbangan BB 1 1 1
30 Tongspatel stenlis 3 2 2
31 Torniquet 3 1 1
32 Troly tindakan 2 3 3
33 Tromol besar 1 1 1
34 Tromol sedang 1 1 1
35 Urinal plastic 6 6 6
36 Waskom mandi seng 16 6 6
37 Waskom mandi stenlis 16 4 4
38 Panjatan kaki pasien 5 10 10
besi/ foot
18
39 Lampu pembaca foto/ 1 1 1
Iluminator
40 Pinset chirurgis 2 2 2
41 Meja ECG 1 1 1
42 Tensi meter beroda 1 1 1
43 Troli dua lobang baskom 4 3 3
mandi
44 Dispenser auto soap 1 2 2
45 Rak pispot 1 5 5
46 Gunting bengkok 1 1 1
47 Syringe pump 2 2 2
Jumlah 141 131 131
Rata-rata (131/131)*100%=100%
19
No Kelas No Bed Fasilitas
1 II 1A, IB (satu ruangan) - Satu ruangan berisi 2 bed
2A, 2B (satu ruangan) - 1 buah televisi
- 1 buah kipas angin per bed
- 1 buah almari per bed
- 1 buah bantal per bed
- 1 buah selimut per bed
- 1 kamar mandi
- 1 buah kursi tunggu per bed
- 1 buah bel pasien per bed
- 1 buah sprei per bed
2 II 3A, 3B, 3C, 3D (satu - 1 buah televisi
ruangan) - 1 buah kipas angin per ruangan
4A, 4B, 4C (satu ruangan) - 1 buah almari per bed
- 1 buah bantal per bed
- 1 buah selimut per bed
- 3 kamar mandi
- 1 buah kursi tunggu per bed
- 1 buah bel pasien per bed
- 1 buah sprei per bed
3 II 5A, 5B, 5C (satu ruangan) - 1 buah televisi
- 1 buah kipas angin per ruangan
- 1 buah almari per bed
- 1 buah bantal per bed
- 1 buah selimut per bed
- 3 kamar mandi
- 1 buah kursi tunggu per bed
- 1 buah bel pasien per bed
- 1 buah sprei per bed
4 II Isolasi - 1 buah bantal per bed
- 1 buah selimut per bed
- 1 buah kursi tunggu per bed
- 1 buah bel pasien per bed
- 1 buah sprei per bed
- 1 buah almari per bed
20
3.3 Method
1. Penjelasan MAKP
Berdasarkan pengkajian wawancara dengan Kepala Ruangan Teratai
pada tanggal 27 Februari 2017 didapatkan data bahwa penerapan MAKP di
Ruang Teratai RST dr. Soepraoen menggunakan metode Tim. Gambarannya
sebagai berikut :
Kepala Ruang
Katim 1 Katim 2
21
1. Fungsi Manajemen Keperawatan
a. Kepala Ruangan
Tidak
Uraian Tugas Dilakukan
dilakukan
KEPALA RUANG
2. Pengorganisasian, meliputi:
a. Merumuskan metode penugasan yang
digunakan.
b. Merumuskan tujuan metode penugasan.
c. Membuat rincian tugas ketua tim dan perawat
pelaksana secara jelas.
d. Membuat rentang kendali.
22
e. Mengatur dan mengendalikan tenaga
keperawatan.
f. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
g. Mengatur dan mengendalikan ruang praktik.
h. Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak
ada ditempat kepada ketua tim
i. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk
mengurus administrasi pasien.
j. Identifikasi masalah dan penanganannya
3. Pengarahan, meliputi:
a. Memberi pengarahan tentang penugasan
terhadap ketua tim
b. Memberi pujian kepada anggota tim yang
melaksanakan tugas dengan baik
c. Memberi motivasi dalam peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap.
d. Menginformasikan hal-hal yang dianggap
penting dan berhubungan dengan asuhan
keperawatan pasien.
e. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir
keperawatan
f. Membimbing bawahan yang mengalami
kesulitan dalam melaksanakan tugasnya
g. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim
lain.
4. Pengawasan, meliputi
Melalui komunikasi : mengawasi dan
berkomunikasi langsung dengan ketua tim
maupun pelaksana mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Melalui supervisi :
a) Pengawasan langsung dilakukan dengan
cara inspeksi, mengamati sendiri, atau
melalui laporan langsung secara lisan, dan
memperbaiki atau mengawasi kelemahan-
keleman yang ada saat itu juga
b) Pengawasan tidak langsung, yaitu
mengecek daftar hadir ketua tim, membaca
dan memeriksa rencana keperawatan serta
catatan yang dibuat selama dan sesudah
proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan) mendengar laporan
ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
c) Evaluasi
d) Mengevalusi upaya pelaksanaan dan
membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama
ketua tim.
e) Audit keperawatan
23
Total 47 0
Prosentase 94% 0%
Tidak
Uraian Tugas Dilakukan
dilakukan
KETUA TIM
a. Membuat perencanaan
Total 5 0
Prosentase 100% 0%
24
c. Perawat Pelaksana
Tidak
Uraian Tugas Dilakukan
dilakukan
ANGGOTA TIM
a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dibawah tanggung jawabnya
b. Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim
c. Memberikan laporan
Total 3 0
Prosentase 100% 0%
Tanggal
S S P S
Persiapan:
25
timbang terima :
a. Jumlah pasien V V V V
e. Intervensi keperawatan
yang sudah dan belum V V V V
dilaksanankan (secara
umum)
V V V V
f. Intervensi kolaborasi
Pelaksanaan
1. Nurse station: V V V V
Kedua kelompok dinas sudah siap
(shift jaga)
2. Kelompok yang akan bertugas V V V V
menyiapkan buku catatan
3. Kepala ruangan membuka cara V V V V
operan
4. Penyampaian yang jelas, singkat, V V V V
dan padat oleh perawat jaga (NIC)
5. Perawat jaga shift selanjutnya V V V V
dapat melakukan klarifikasi tanya
jawab dan melakukan validasi
terhadap hal-hal yang telah di
operkan dan berhak menanyakan
mengenai hal-hal yang kurang
jelas
6. Bed pasien: V V V V
Kepala ruang menyampaikan
salam dan PP menanyakan
kebutuhan dasar pasien
7. Perawat jaga selanjutnya mengkaji V V V V
secara penuh terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan, dan
tindakan yang telah/belum
26
dilaksanakan, serta hal-hal penting
lainnya selama masa keperawatan
8. Hal-hal yang sifatnya khusus dan V V V V
memerlukan rincian yang matang
sebaiknya dicatat secara khusus
untuk kemudian diserahkan
kepada petugas berikutnya
Post operan
1. Diskusi V V V V
Total 20 20 20 20
Keterangan :
: Dilakukan
: Tidak Dilakukan
27
beberapa hal yang perlu diperhatikan agar operan lebih efektif adalah
operan dilaksanakan tepat waktu.
b. Preconfrence
Tanggal
D T D T D T
28
Masalah yang di hadapi
7. Berikan kesempatan kepada Tim
yang lain untuk mendiskusikan/
bertanya/ menanggapi, memberikan
masukan.
8. Karu / Katim mencatat hasil diskusi
anggota Tim.
9. Karu memberikan kesimpulan dari
diskusi yang telah di lakukan.
10 Karu memberikan penekanan pada
hal-hal yang perlu di perhatikan
atau
membacakan SOP untuk
pelaksanaan tindakan.
11 Tanyakan kesiapan anggota tim
untuk melakukan kegiatan
pelayanan keperawatan.
12 Sampaikan kontrak waktu untuk
pelaksanaan middle konferens
13 Mengucapkan salam
TOTAL 13 1 13 1 13 1
Keterangan :
D : Dilakukan
T : Tidak Dilakukan
29
c.Post Conference
Tanggal
D T D T D T
30
6. Karu / Katim mencatat
hasil diskusi anggota Tim.
7. Karu memberikan
kesimpulan dari diskusi
yang telah di lakukan.
8. Karu memberikan
penekanan pada hal-hal
yang perlu di perhatikan
9. Tanyakan kesiapan
anggota tim untuk
melakukan kegiatan
pelayanan keperawatan.
10. Mengucapkan salam
Keterangan :
D : Dilakukan
T : Tidak Dilakukan
31
1) Pre conference dan post conference dilaksanakan setiap
pergantian shift sebelum dan setelah melaksanakan aktivitas
keperawatan, diikuti oleh semua perawat dan mahasiswa
yang. Pelaksanaan preconference terlaksana 92,9% dan post
conference terlaksana 100% sesuai dengan SPO yang
terdapat di ruangan, sehingga perlu ditingkatkan lagi.
2) Tidak dilakukan middle conference pada Ruang Teratai.
Orientasi lingkungan
Orientasi tenaga
kesehatan ( medis,
keperawatan)
Orientasi pemberian
terapi
Total TD : 0 TD : 0 TD : 0
D:4 D :4 D:4
32
b. Ronde Keperawatan
Dari hasil observasi selama 2 hari di ruang Teratai, perawat
melakukan ronde keperawatan. Saat melakukan wawancara kepada
perawat terkait ronde keperawatan yang dilakukan oleh perawat.
Pengamatan yang dilakukan selama 2 hari tidak dilakukan ronde
keperawatan yang melibatkan beberapa profesi dari tim kesehatan.
Namun dari wawancara yang dilakukan pada katim dan kepala
ruangan ronde keperawatan dilakukan apabila terdapat beberapa
situasi khusus/ perhatian khusus pada pasien ( kasus PLB)
c. Discharge Planning
Dari hasil pengkajian tanggal 27 Februari 2017-01 Maret 2017
di Ruang Teratai didapatkan data sebagai berikut:
Discharge Planning Jumlah Pasien
1. Nomor Register
2. Nama Pasien
3. Jenis Kelamin
5. Kesatuan
6 Alamat
7 Umur
33
8 Agama
9 Tanggal MRS
12 Status pulang
21 Nama penjemput - - -
Jumlah 20 20 20
34
3. Sentralisasi Obat
Pengelolaan Sentralisasi Obat di Ruang Teratai pada tanggal 27
Februari-01 Maret 2017
Tanggal
No Pernyataan
27 28 01
3 Penerimaan obat
35
dalam kotak obat
4 Pembagian Obat
pemberian obat
b. Obat-obatan yang telah disimpan untuk
selanjutnya diberikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang
terencana dalam buku daftar
pemberian obat, dengan terlebih
dahulu dicocokkan dengan terapi di
instruksi dokter dan kartu obat yang
ada pada klien
c. Pada saat pemberian obat, perawat
menjelaskan macam obat, kegunaan
obat, jumlah obat, efek samping.
Usahakan tempat atau wadah obat - - -
36
perubahan dalam kartu sediaan obat
b. Pada pemberian obat yang bersifat
tidak rutin maka dokumentasi hanya
dilakukan pada buku obat dan
Rata-Rata 93.75%
Keterangan:
37
3.4 Money
3.4.1 Sistem Gaji dan Remunerasi
Di ruangan Teratai Rumah Sakit Tingkat II dr Soepraoen
menggunakan sistem pemberian gaji pegawai golongan tentara dan
PNS yang berasal dari pemerintah, dan sumber gaji pegawai non-
PNS (honorer) berasal dari intern rumah sakit ditambah dengan
insentif per bulan. Dana tersebut berasal dari instalasi rawat inap
masing-masing. Sampai saat ini untuk perawat yang menjalani masa
magang di ruangan mendapatkan gaji dari iuran sukarela ruangan,
dan tidak membayar biaya praktik magang di RS. Sedangkan
pemberian remunerasi dihitung berdasarkan BOR.
3.4.2 Sumber Pendapatan Ruangan
Sumber pendapatan di ruangan Teratai Rumah Sakit Tingkat II dr
Soepraoen hanya berasal dari pemerintah dan pasien umum serta
tidak ada sumber dana lain. Hal ini diatur oleh rumah sakit dan
dibagikan pada tiap ruangan sesuai kebutuhan yang terpusat dari
instalasi rawat inap.
Jenis pembayaran:
1) BPJS/JKN
Askes aktif, Askes Non Hankam (ANH), Askes Hankam (AH),
Asuransi Mandiri, pegawai pemerintah non negeri,pegawai
swasta, pegawai lain yang memenuhi kriteria pekerja penerima
upah
2) Swasta
Pasien luar berhak (PLB)
Pengguna jasa pelayanan kesehatan di pelayanan kesehatan TNI
AD dibagi menjadi 2 bagian yaitu pasien BPJS dan Swasta
(umum).
Yang termasuk dalam golongan pasien BPJS adalah :
Prajurit/PNS TNI AD yang masih dinas aktif dan dalam
menjalankan MPP berhak mendapatkan pelayanan kesehatan
di instalasi Kesad.
Istri/suami sah Prajurit/PNS TNI AD yang masuk dan terdaftar
dalam buku penghasilan/daftar gaji personel TNI AD.
38
Anak sah dari Prajurit/PNS TNI AD berusia 0 25 tahun, masih
sekolah (untuk anak yang berusia 21 25 tahun wajib
menunjukkan surat keterangan dari sekolah), belum pernah
kawin serta masuk dan terdaftar dalam buku penghasilan/daftar
gaji personel TNI AD.
Purnawirawan/pensiunan PNS TNI AD/Warakawuri/penerima
pensiun janda PNS TNI AD dan keluarganya dapat
mengunankan jasa pelayanan kesehatan Kesad dengan
menggunakan fasilitas Askes serta wajib memenuhi ketentuan
yang telah ditetapkan oleh PT. Askes Indonesia.
Semua klasifikasi pasien tersebut berhak mendapat pelayanan
kesehatan pada instalasi Kesad dengan ketentuan kelas pelayanan
kesehatan sebagai berikut:
Pelayanan rawat jalan berlaku sama bagi seluruh strata
kepangkatan Prajurit/PNS TNI AD beserta keluarganya.
Dilaksanakan mulai dari Poskes/Polsat, Polban, Polin, Rumkt Tk. IV
sampai dengan RSPAD.
Untuk pelayanan rawat inap di instalasi Kesad, Kelas perawatan
diatur berdasarkan strata kepangkatan, sebagai berikut:
Kolonel keatas/PNS Gol. IV/c ke atas dan keluarganya dirawat
di bangsal perawatan VIP.
Mayor-Letkol/PNS Gol. IV/a-b dan keluarganya dirawat di
bangsal perawatan Pamen/Kelas I.
Pama/PNS Gol. III dan keluarganya dirawat di bangsal
perawatan Pama/Kelas II.
Bintara/Tamtama/PNS Gol I-II dan keluarganya dirawat di
bangsal Ba/Ta (kelas III).
a. Tarif Rawat Inap
Tarif rawat inap di ruangan Teratai Rumah Sakit Tingkat II Dr Soepraoen
seluruhnya telah diberlakukan tarif ruang perawatan kelas II dan kelas III,
dengan rincian sebagai berikut:
39
Daftar Tarif Rawat Inap Ruang Teratai Berdasar Tarif Ruang Perawatan
Kelas I
40
16 SGOT 25.000 2.300 4.700 9.500 3.000 4.000 1.500
17 FOSFATASE 16.500 900 2.700 6.700 1.700 3.000 1.500
ALKALI
18 TOTAL 16.500 900 2.700 6.700 1.700 3.000 1.500
PROTEIN
19 ALBUMIN 22.000 1.100 3.700 9.000 2.200 4.000 2.000
20 KOLESTEROL 33.000 3.000 6.000 11.500 5.000 6.000 1.500
TOTAL
21 TRIGLISERIDA 33.000 3.000 6.000 11.500 5.000 6.000 1.500
22 HDL 27.500 1.400 4600 11.200 2.800 5.000 2.500
23 LDL 20.000 1.000 4.000 7.500 2.000 4.000 1.500
24 KREATININ 2.200 2.000 4.000 7.500 2.000 4.000 1.500
25 ASAM URAT 27.500 2.500 5.000 9.000 5.000 4.500 1.500
26 KREATININ 37.500 3.000 6.000 13.000 6.500 6.500 2.500
KLIRENS
27 UREA KLIREN 27.500 1.400 4.600 11.200 2.800 5.000 2.500
28 UREUM 22.000 1.000 3.500 8.500 3.500 4.000 1.500
29 GLUKOSA 17.500 1.500 2.800 6.700 1.700 3.300 1.500
DARAH
30 GTT/GLUKOSA 33.000 1650 4.950 13.500 3.300 6.600 3.000
75 GR
31 WIDAL 55.000 4.000 9.000 21.000 7.000 10.000 4.000
32 TPHA/VDRL 44.000 2.200 6.600 18.000 4.400 8.800 4.000
33 HbsAg Strip/ 105.000 10.000 17.000 44.000 13.000 18.000 3.00
RPHA
34 PENGECATAN 23.000 1.100 3.300 10.000 2.200 4.400 2.000
BTA
35 SPERMA 55.000 2.750 8.250 22.500 5.500 11.000 5.000
ANALISIS
36 KULTUR/ 143.000 7.200 22.000 58.500 14.300 28.000 13.000
MIKROBIOLOGI
37 PLEURA/ 38.500 2.000 6.400 15.700 3.900 7.000 3.500
LIQUOR
38 ELEKTROLIT 148.500 7.500 22.900 60.700 14.900 29.000 13.500
NA, K, CL
39 HIV/ STRIP 60.500 3.000 9.200 24.800 6.000 12.000 5.500
40 DIRECT 22.000 1.100 3.300 9.000 2.200 4.400 2.000
PREPARAT
Keterangan: khusus untuk permintaan pemeriksaan laboratorium CITO
dikenakan biaya jasa CITO sebesar 30% dari tarif semula. Semua pembayaran
dipusatkan ke kasir.
41
Daftar Tarif Tindakan Keperawatan di Ruangan Rawat Inap Teratai
TARIF
NO JENIS TINDAKAN KET
TOTAL RS MATKES JASA PM
1 Pasang Infus Dewasa 18.700 5.600 3.750 9.350
2 Pasang Infus Tali 22.000 6.600 4.400 11.000
Pusar
3. Pasang Infus 22.000 6.600 4.400 11.000
anak/bayi
4 Mengganti Cairan 3.300 990 660 1.650 /hari
Infus
5 Injeksi IM, IV, IC, SC 5.500 1.650 1.100 2.750 /hari
6 Pasang Kateter 17.600 5.280 3.520 8.800
7 Kumbah Lambung 16.500 4.950 3.300 8.250 /hari
8 Pasang NGT 22.000 6.600 4.400 11.000
9 Lavement 22.000 6.600 4.400 11.000
10 Transfusi 11.000 3.300 2.200 5.500
11 Nekrotomi kecil 16.500 4.950 3.300 8.250
12 Nekrotomi sedang 27.500 8.250 5.500 13.750
13 Nekrotomi luas 38.500 11.550 7.700 19.250
14 Angkat jahitan 2.750 825 550 1.375
15 Ganti tampon 11.000 3.300 2.200 5.500
16 Rawat luka bakar 11.000 3.300 2.200 5.500
ringan
17 Rawat luka bakar 22.000 6.600 4.400 11.000
sedang
18 Rawat luka bakar 44.000 13.200 8.800 22.000 /hari
berat
19 Rawat luka gangren 11.000 11.000 2.200 5.500
ringan
20 Rawat luka gangren 22.000 6.600 4.400 11.000
sedang
21 Rawat luka gangren 33.000 9.900 6.600 16.500 /hari
berat
22 Perawatan WSD 16.500 4.950 3.300 8.250 /hari
23 Lepas WSD 11.000 3.300 2.200 5.500
24 RJP 27.500 8.250 5.500 13.750
25 Tindik 16.500 4.950 3.300 8.250
26 Perawatan tali pusat 22.000 6.600 4.400 11.000
27 Imunisasi 27.500 8.250 5.500 13.750
28 Vagina toilet 16.500 4.950 3.300 8.250
29 Pijat bayi 11.000 3.300 2.200 5.500
30 Perawatan Jenazah 27.500 8.250 5.500 13.750
31 Test Alergi 11.000 3.300 2.200 5.500
32 Infus obat sitostatistik 110.000 33.000 22.000 55.000
42
33 Rawat luka kecil 11.000 3.300 2.200 5.500
34 Rawat luka sedang 16.500 4.950 3.300 8.250
35 Rawat luka besar 27.500 8.250 5.500 13.750
36 Asistensi Pungsi 22.000 6.600 4.400 11.000
Pleura + abdomen
37 Angkat drain 16.500 4.950 3.300 8.250
38 Mengambil sample 5.500 1.650 1.100 2.750
darah lab
39 Mengambil Sample 11.000 3.300 2.200 5.500
Darah Lab anak
40 Memandikan Pasien 22.000 6.600 4.400 11.000
Dewasa
41 Memandikan pasien 16.500 4.950 3.300 8.250
anak
42 Memberikan sonde 7.700 2.310 1.540 3.850
puding
43 Mengeluarkan feses 16.500 4.950 3.300 8.250
dengan jari
44 Memberikan obat 7.700 2.310 1.540 3.850
topikal
45 Merawat dan 11.000 3.300 2.200 5.500
melepas venaseksi
46 Memberikan oksigen 110.000 33.000 22.000 55.000
47 Fixasi pasien jiwa 22.000 6.600 4.400 11.000
48 Memasukkan obat 11.000 3.300 2.200 5.500
supositoria
49 Spooling post op 22.000 6.600 4.400 11.000
BPH
50 Sceeren 5.500 1.650 1.100 2.750
Catatan
1. Biaya tindakan tidak membedakan kelas
2. Biaya tindakan berlaku 1 kali pelaksanaan, terkecuali tindakan per hari
3. Semua pembayaran dpusatkan ke kasir
3.5 Market
a. Prosentase Pembiayaan
Jenis Pembiayaan 3 bulan terakhir (November,
Desember, Januari)
BPJS 87,14%
Umum 12,86%
43
b. Asal Daerah Pasien
Pasien yang dirawat di Ruang Rawat Inap Teratai
mayoritas Kotamadya Malang dan daerah Jawa Timur, mayoritas
jawa timur. Dan untuk yang luar jayim yaitu pasien umum non
BPJS.
c. Analisis Konsumen
Analisis konsumen yang dilakukan pada tanggal 27-28
Februari 2017 dan 01 Maret 2017, di dapatkan hasil sebagai
berikut :
1) Asal daerah pasien
Mayoritas pasien yang dirawat di Ruang Rawat Inap Teratai
adalah pasien yang berasal dari daerah Malang.
2) Pekerjaan pasien
Pasien yang dirawat inap di Ruang Rawat Inap Teratai
mempunyai pekerjaan yang beragam, diantaranya PNS,
Tentara, Pelajar, IRT dll, namun mayoritas pasien yang dirawat
di Ruang Rawat Inap Teratai adalah pasien yang berkeja
sebagai PNS dan Tentara.
3) Usia pasien
Pasien yang dirawat di Ruang Rawat Inap Teratai memiliki usia
dalam rentang 17 sampai dengan 83 tahun.
4) Pendidikan pasien
Pasien yang dirawat di Ruang Rawat Inap Teratai memiliki
berbagai macam latar belakang pendidikan, mulai dari SD ,
SMP, SMA dan perguruan tinggi.
d. Efisiensi Ruang Rawat Inap
a) BOR
Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase
pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.
Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.
44
BOR di ruang Teratai untuk pagi selama bulan Februari
adalah. Ideal BOR menurut Depkes (2005) adalah 60-85 %,
sehingga BOR di ruang Melati sudah memenuhi standart dari
Depkes RI.
Diketahui:
Jumlah tempat tidur adalah 15 buah.
TT (terisi )
BOR= x100 %
TT (tersedia )
Keterangan:
TT=tempat tidur
Jumlah rata-rata BOR yang berada di ruang Teratai dari per bulan
Agustus 2016-Januari 2017 adalah sebagai berikut:
Total/rata-rata 53,2
45
(jumlah lama dirawat)
/ = hari
1 Agustus 4,4
2 September 3,8
3 Oktober 4,4
4 November 4,9
5 Desember 4,7
6 Januari 4,3
Total 26,5
Rata-rata 4,41
= hari
46
Data TOI Agustus 2016-Januari 2017
NO Bulan TOI (Hari)
1 Agustus 3,0
2 September 3,0
3 Oktober 3,6
4 November 3,8
5 Desember 4,1
6 Januari 3,2
Total 20,7
Rata-rata 3,45
47
Data BTO per Agustus 2016-Januari 2017
NO Bulan BTO (Hari)
1 Agustus 4,5
2 September 4,7
3 Oktober 4,1
4 November 3,7
5 Desember 3,8
6 Januari 4,5
Total 25,3
Rata-rata 4,2
48
serius oleh perusahaan, yang melibatkan seluruh sumber daya yang dimiliki
perusahaan.
Lima Dimensi Kualitas Layanan (SERVQUAL) menurut Kotler
(2007:182) mengindentifikasikan lima dimensi yang digunakan konsumen
dalam mengevalusi kualitas layanan , antara lain adalah :
1. Bukti fisik (tangibles)
Adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukan eksistensinya
kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan
prasarana fisik perusahaan yang dapat diandalkan keadaan lingkungan
sekitarnya merupakan bukti nyata dari layanan yang diberikan oleh
pemberi jasa. Hal ini meliputi fasilias fisik, (misal: gedung, gudang dan
lain lain), perlengkapan dan peralatan yang digunakan (teknologi), serta
penampilan pegawainya.
2. Kehandalan (Reliability)
Yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk memberikan layanan sesuai
dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus
sesuai dengan harapan konsumen yang berarti ketepatan waktu, layanan
yang sama untuk semua konsumen tanpa kesalahan, dan sikap yang
simpatik.
3. Jaminan dan kepastian (Assurance)
Adalah pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai
perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para konsumen
kepada perusahaan. Hal ini meliputi beberapa komponen antara lain
komunikasi, keamanan, kredibilitas, kompetensi dan sopan santun.
4. Daya tanggap (Responsiveness)
Suatu kebijakan untuk membantu dan memberikan layanan yang cepat
dan tepat kepada konsumen, dengan menyampaikan informasi yang
jelas.
5. Empati (Emphaty)
Dengan memerikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau
pribadi yang diberikan kepada para konsumen dengan berupaya
memahami keinginan konsumen. Dimana suatu perusahaan diharapkan
memiliki pengertian dan pengetahuan tentang konsumen untuk
memahami kebutuhan secara spesifik, serta memiliki waktu
pengoperasian yang nyaman bagi konsumen.
49
Menurut J.Supranto (2001) Kepuasan konsumen adalah tingkat
perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja / hasil yang
dirasakannya dengan harapannya. Jadi, tingkat kepuasan merupakan
fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan.
Informasi tentang tingkat kepuasan pelanggan menjadi feed back (umpan
balik) bagi manajemen perusahaan untuk melakukan improvement dan revisi
(perbaikan demi kemajuan penyegaran) pada produk dan layanan yang
ditawarkan kepada pelanggan. Kepuasan konsumen, merupakan bagian
yang sangat penting dalam rangka keberhasilan suatu bisnis.
No Komponen Puas (%) Tidak Puas (%)
1 Tangibility 87,5% 12,5%
2 Reliability 92,5% 7,5%
3 Responsive 80% 20%
4 Assurance 100% 0%
5 Empathy 70% 30%
6 Total Seluruh komponen 86% 14%
50
Berikut ini merupakan tabel hasil kusioner kepuasaan 9 pasien yang
menunjukkan kepuasan pasien dari masing masing item dilakukan pada
tanggal 28 Februari 2017.
3 Responsive
Perawat ramah dan sopan 10 (100%) 0 (0%)
Perawat memperhatikan keluhan 9 (90%) 1 (10%)
dan kebutuhan pasien
4 Assurance
Perawat terdidik dan mampu 10 (100%) 0 (0%)
melayani kebutuhan penerimaan
informasi terkait tindakan dan
efek samping tindakan
Perawat memberikan perawatan 10 (100%) 0 (0%)
yang sesuai dengan SPO
Tindakan perawat sesuai dengan 10 (100%) 0 (0%)
masalah yang dihadapi
5 Emphaty
Perawat meluangkan waktu 5 (50%) 5 (50%)
untuk berkomunikasi dengan
pasien
Perawat mengingatkan keamaan 7 (70%) 3 (30%)
barang bawaan pasien dan
keluarga
51
Perawat memotivasi pasien agar 9 (90%) 1 (10%)
cempat sembuh
Sumber : Survey Kuesioner
52
3.7 Tingkat Kepuasan Perawat
a) Dampak Fisik dan Emosional
Berdasarkan hasil pengkajian kepuasan perawat didapatkan data
bahwa dari 15 orang perawat ruang Teratai telah bekerja selama kurang
lebih 10 tahun. Dalam kurun waktu tersebut ada beberapa dampak yang
dirasakan selama menjadi seorang perawat yaiut dampak fisik dan
emosional. Dampak fisik yang dialami perawat dalam satu tahun terakhir
seperti mudah merasa lelah, timbul keluhan nyeri punggung, dan pusing.
Sedangkan dampak emosional yang dirasakan perawat adalah mudah
marah dan tersinggung. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yaitu faktor
eksternal dan internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi emosional
perawat adalah gaji yang didapat dirasa kurang sesuai dengan pekerjaan
yang dilakukan selama menjadi seorang perawat ruangan, pasien yang
banyak mengajukan komplain, dan jadwal visite dokter yang fluktuatif.
Faktor internal yang mempengaruhi emosional perawat adalah adanya
maslah dalam keluarga dan lingkungan sekitar tempat tinggal perawat
serta hubungan yang kurang baik dengan teman-teman seprofesi.
b) Harapan Perawat Terhadap Lingkungan Kerja
Dari 15 orang perawat yang dilakukan wawancara didapatkan data
bahwa hampir sebagian besar perawat merasa lingkungan kerjanya saat
ini tidak kondusif sehingga perawat merasa kurang nyaman. Lingkungan
kerja yang tidak kondusif ini dikarenakan fasilitas kerja yang ada kurang
memadai, perawat cenderung membentuk kelompok sendiri-sendiri
sehingga tidak ada kebersamaan dan kekompakan. Harapan perawat
terhadap lingkungan kerjanya adalah suasana lingkungan kerja yang
kondusif, yaitu lingkungan dimana adanya keterbukaan, kekompakan,
serta kebersamaan antara sesama perawat ruang Teratai.
53
eror atau kesalahan dalam mengidentifikasi pasien adalah pasien yang
dalam keadaan terbius atau tersedasi melalui disorientasi atau tidak
sadar sepenuhnya, mungkin bertukar tempat tidur, kamar, maupun lokasi
di dalam rumah sakit, mungkin mengalami disabilitas sensoria tau akibat
situasi lain.
Prinsip identifikasi pasien:
1. Semua pasien rawat inap yang akan menjalani suatu tindakan
medis harus diidntifikasikan dengan benar saat masuk rumah sakit
dan selama perawatan. Identifikasi menggunakan nama pasien,
nomor rekam medis, dan tanda lahir.
2. Gelang identikasi pasien berisi data nama lengkap pasien, nomor
rekam medis, dan tanda lahir.
3. Proses verifikasi identitas pasien dilakukan pada saat
- Sebelum pemberian obat darah atau produk darah
- Sebelum pemberian tranfusi darah
- Sebelum pengambilan darah
- Specimen lain untuk pemeriksaan klinis
- Sebelum pemberian pengobatan dan tindakan medis
lainnya
- Sebelum pemberian
tranfusi darah
- Sebelum pengambilan
darah
54
pemeriksaan klinis
- Sebelum pemberian
pengobatan dan
tindakan medis lainnya
JumlahPasienJatuh
= x100%
JumlahPasienYangBeresikoJatuh
0
x100 % 0%
7
TANGGAL TOTAL
No Variabel
27 28 01
55
dan gelang risiko jatuh, serta mendapatkan edukasi tentang cara
mengantisipasi kejadian jatuh pada pasien.
56
pelayanan sehingga dapat memberikan pelayanan prima bagi pasien.
Selain itu, rumah sakit juga harus memiliki strategi untuk dapat
menumbuhkan rasa kekeluargaan dan profesionalitas dalam pelayanan
sehingga timbul rasa memiliki oleh pasien yang kemudian tumbuh rasa
bangga menjadi pelanggan rumah sakit tersebut.
R : Ramah
S : Senyum
T : Trampil
D : Disiplin
S : Sembuh
57
Teratai sesuai dengan tujuan dari keperawatan yaitu memberikan
perawatan secara holistik kepada pasien. Selain itu, visi tersebut
menjangkau keseluruh lapisan masyarakat, baik itu TNI, PNS dan
masyarakat umum. Agar visi tersebut dapat tercapai, perawat harus
mampu meningkatkan mutu pelayanan dan memperhatikan kebutuhan
biopsikososial spiritual pasien dengan baik. Dalam kaitannya dengan
visi rumah sakit, visi ruangan teratai, berhubungan baik dan selaras
dengan visi rumah sakit. Dalam visi ruangan teratai, dijelaskan secara
spesifik jenis pelayanan apa yang akan diberikan.
Motto ruang Teratai juga masih mengikuti motto rumah sakit, yaitu
RSTDS (Ramah, Senyum, Terampil, Disiplin, Sembuh). Dengan
mengikuti motto tersebut, diharapka tenaga keperawatan di ruang
Teratai mampu memberikan pelayanan keperawatan dengan baik,
sehingga pasien merasa puas atas pelayanan yang diberikan
C. Tujuan Organisasi
58
D. Perencanaan Strategis Organisasi
59
b. Perencanaan Strategis Keperawatan Ruang Teratai
Di ruangan Teratai sendiri program di ruangan yang
sedang berjalan adalah pengendalian infeksi dan komunikasi efektif.
Perencanaan program di ruangan dilakukan oleh karu. Program
yang dilakukan pada ruang Teratai adalah pemenuhan kebutuhan
dasar manusia berupa personal hygiene seperti mandi, perineal
hygiene dan oral hygiene, namun dalam praktiknya memberikan
kewenangan kepada keluarga untuk melakukan tindakan
pemenuhan kebutuhan dasar, karena kondisi pasien yang dirawat di
ruang Teratai biasanya dalam tingkat ketergantungan parsial dan
minimal, sehingga untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar dapat
dilakukan oleh keluarga sendiri. Pada pasien dengan tingkat
ketergantungan total, personal hygiene tetap dilakukan oleh
keluarga pasien dengan pengawasan. Hal ini dilakukan karena
keluarga pasien lebih nyaman untuk merawat pasien sendiri. Selain
program personal higiene, Teratai juga mengaplikasikan jadwal
membersihkan ruangan dan melakukan verbeeden setiap pagi
dengan berkeliling ke ruangan pasien sembari menanyakan keluhan
dan kabar pasien.
c. Keterlibatan Staf dalam Perencanaan
Berdasarkan wawancara dengan Karu, staf ruangan juga terlibat
dan ikut berpartisipasi dalam pembuatan program baru di ruangan.
60
3.10 Fungsi Pengorganisasian
Kepala Ruangan
Anggota Anggota
61
d. Pendokumentasian proses keperawatan
A Pengkajian
B Diagnosa keperawatan
C Rencana tindakan
D Tindakan
62
E Evaluasi
63
3.11 Fungsi Pengarahan dan Pengawasan
A. Arah Komunikasi
64
B. Motivasi
A. Supervisi
a. Mekanisme supervisi terhadap staff dan program
Mekanisme supervisi yang dilakukan di ruang rawat inap
Teratai adalah dengan observasi. Penilaian tindakan
keperawatan dilakukan dengan menyocokkan dengan
SOP. Jika terdapat kesalahan maka akan langsung
diingatkan dan ditegur. Observasi dilakukan oleh kepala
ruangan. Observasi yang dilakukan adalah melihat asuhan
keperawatan sudah dilakukan atau belum, sudah benar
apa belum tindakan yang keperawatan yang dilakukan oleh
perawat. Supervisi dari rumah sakit dilakukan setiap 1
bulan sekali.
B. Delegasi
a. Mekanisme Delagasi
Mekanisme pendelegasian di ruang Teratai ini terdapat 2
macam dikarenakan terdapat 2 tim. Pertama delegasi dari
karu ke katim.Kedua Jika katim tidak ada maka
pendelegasian diberikan ke PP, nantinya PP yang
melaksanakan observasi ke pasien.
65
C. Mekanisme Manajemen Konflik
Konflik pada ruang rawat Teratai biasanya diselesaikan dalam
lingkup intern terlebih dahulu, yaitu misalkan terdapat konflik
antar individu maka diselesaikan dengan cara karu memanggil
individu yang bersangkutan untuk menjelaskan masalah yang
terjadi dan mencari jalan keluar. Jika diintern tidak terselesaikan
maka akan diberikan SP 1.
66
3.12 ANALISA SWOT PENGKAJIAN
Strength Weaknes
1. Memiliki 1 set peralatan EKG dan 1 set 1. Pemberian KIE pada saat
emergency box pemberian obat pasien
2. Memiliki ruang isolasi yang terpisah dari kurang maksimal karena
ruangan lain masih ada pasien yang
3. Adanya pembatas berupa korden antar belum mengetahui fungsi
bed pasien sehingga dapat menjaga dan efek samping obat (6
privasi pasien. benar)
4. Nurse station sudah optimal (akses dekat 2. Belum mengaplikasikan
ke kamar pasien) jadwal perawatan balutan
5. Sudah adanya struktur organisasi di infus secara rutin sesuai
ruang teratai. jadwal yang ditetapkan
6. Sentralisasi penyimpanan obat sesuai oleh rumah sakit.
nomor bed pasien sehingga 3. Proses timbang terima
memudahkan perawat dalam manajemen belum efektif dan efisien.
obat. 4. Komunikasi kepada klien
7. Konsultasi keadaan pasien maupun sudah baik namun masih
follow up dokter visite sudah dapat perlu ditingkatkan lagi
dilakukan by phone 5. Peringatan jam berkunjung
8. Jumlah tenaga keperawatan di ruangan dan batasan pengunjung
Teratai sesuai dengan jumlah tenaga ada namun terlalu kecil
dengan perhitungan Gillies dan jam dan kurang diperhatikan
perawatan real time oleh pengunjung
9. Adanya tenaga tambahan praktikan dari 6. Alat pengaman pada
mahasiswa profesi ners PSIK UB, kamar mandi kurang
mahasiswa pre klinik dari Universitas 7. Kebersihan kurang
Tribuana tunggadewi dan SMK 11 terutama pada kamar
Malang. mandi pasien
8. Penggunaan sarung
tangan kurang maksimal
saat melakukan tindakan
bersifat invasif misalnya
menusukkan sesuatu
kedalam pembuluh darah
antara lain memasang
infus
Opportunity Threat
67
3. Dukungan keluarga pasien selama 2. Tuntutan masyarakat
perawatan sangat baik seperti mengurus terhadap pelayanan yang
administrasi dan pengambilan obat berkualitas semakin
4. Menerima pelayanan BPJS meningkat
5. Adanya kesempatan bagi ruang teratai 3. Masyarakat sudah sadar
untuk mengajukan pengadaan tambahan hukum.
peralatan yang dibutuhkan ruangan.
6. Merupakan RS jejaring UB yang dalam
aplikasinya bisa saling bertukar informasi
keilmuan yang baru bidang keperawatan.
7. Menerima pasien umum, askes dan dari
luar militer
68
MATRIKS IFAS SWOT
Nilai
Faktor Strategik Internal Bobot Rating (Bobot x
Rating)
Strengths (Kekuatan )
1. Memiliki 1 set peralatan EKG dan 1 set emergency box 0,063 4 0,252
2. Memiliki ruang isolasi yang terpisah dari ruangan lain 0,072 2 0,144
3. Adanya pembatas berupa korden antar bed pasien sehingga dapat 0,054 3 0,162
menjaga privasi pasien.
4. Nurse station sudah optimal (akses dekat ke kamar pasien) 0,036 2 0,072
6. Sentralisasi penyimpanan obat sesuai nomor bed pasien sehingga 0,081 4 0,324
memudahkan perawat dalam manajemen obat.
7. Konsultasi keadaan pasien maupun follow up dokter visite sudah 0,027 3 0,081
dapat dilakukan by phone
8. Jumlah tenaga keperawatan di ruangan Teratai sesuai dengan jumlah 0,090 3 0,270
tenaga dengan perhitungan Gillis dan jam perawatan real time
9. Adanya tenaga tambahan praktikan dari mahasiswa profesi ners PSIK
UB, mahasiswa pre klinik dari Universitas Tribuana tunggadewi dan 0,009 1 0,009
SMK 11 Malang
Total 1,332
Weakness (Kelemahan)
1. Pemberian KIE pada saat orientasi pasien kurang maksimal, 0,045 3 0,135
sebanyak
2. Belum mengaplikasikan jadwal perawatan balutan infus secara rutin 0,090 3 0,270
sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh rumah sakit.
3. Proses timbang terima belum efektif dan efisien. 0,036 4 0,144
5. Beberapa klien dengan resiko jatuh tidak terpasang tanda resiko jatuh 0,027 4 0,108
pada tempat tidurnya.
6. Peringatan jam berkunjung dan batasan pengunjung tidak ada 0,025 2 0,050
69
MATRIKS EFAS SWOT
Nilai
Faktor Strategik Internal Bobot Rating (Bobot x
Rating)
Opportunity (Kesempatan)
1. Adanya kesempatan bagi ruang teratai untuk mengajukan perbaikan 0,093 4 0,372
kualitas ruangan sesuai dengan kebijakan baru
2. Sebanyak 86% pasien menyatakan puas terhadap pelayanan 0,163 4 0,652
3. Dukungan keluarga pasien selama perawatan sangat baik seperti 0,023 2 0,046
mengurus administrasi dan pengambilan obat
4. Menerima pelayanan BPJS 0,140 4 0,560
Total 2,445
Threat (Ancaman)
1. Sebagian besar tenaga keperawatan di ruang Teratai RST masih 0,116 3 0,441
berasal dari jenjang pendidikan D3 Keperawatan.
2. Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang berkualitas. 0,070 4 0,373
4. 14% pasien mengatakan tidak puas dengan kualitas pelayanan di R. 0,101 4 0,404
Teratai
Total 1,380
70
3.13 Analisa SWOT Implemantasi
Nilai
Faktor Strategik Internal Bobot Rating (Bobot x
Rating)
Strengths (Kekuatan )
10. Memiliki 1 set peralatan EKG dan 1 set emergency box 0,063 4 0,252
11. Memiliki ruang isolasi yang terpisah dari ruangan lain 0,072 2 0,144
12. Adanya pembatas berupa korden antar bed pasien sehingga 0,054 3 0,162
dapat menjaga privasi pasien.
13. Nurse station sudah optimal (akses dekat ke kamar pasien) 0,036 2 0,072
15. Sentralisasi penyimpanan obat sesuai nomor bed pasien 0,081 4 0,324
sehingga memudahkan perawat dalam manajemen obat.
16. Konsultasi keadaan pasien maupun follow up dokter visite 0,027 3 0,081
sudah dapat dilakukan by phone
17. Jumlah tenaga keperawatan di ruangan Teratai sesuai dengan 0,090 3 0,270
jumlah tenaga dengan perhitungan Gillis dan jam perawatan real time
18. Adanya tenaga tambahan praktikan dari mahasiswa profesi ners
PSIK UB, mahasiswa pre klinik dari Universitas Tribuana tunggadewi 0,009 1 0,009
dan SMK 11 Malang
Total 1,332
Weakness (Kelemahan)
10. Pemberian KIE pada saat orientasi pasien kurang maksimal, 0,045 1 0,045
sebanyak
11. Belum mengaplikasikan jadwal perawatan balutan infus secara rutin 0,090 3 0,270
sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh rumah sakit.
12. Proses timbang terima belum efektif dan efisien. 0,036 3 0,144
14. Beberapa klien dengan resiko jatuh tidak terpasang tanda resiko 0,027 1 0,027
jatuh pada tempat tidurnya.
15. Peringatan jam berkunjung dan batasan pengunjung tidak ada 0,025 2 0,050
17. Kebersihan kurang terutama pada kamar mandi pasien 0,023 1 0,046
18. Penggunaan sarung tangan kurang maksimal saat melakukan 0.014 1 0,014
tindakan.
Total 0,648
71
MATRIKS EFAS SWOT
Nilai
Faktor Strategik Internal Bobot Rating (Bobot x
Rating)
Opportunity (Kesempatan)
8. Adanya kesempatan bagi ruang teratai untuk mengajukan perbaikan 0,093 4 0,372
kualitas ruangan sesuai dengan kebijakan baru
9. Sebanyak 86% pasien menyatakan puas terhadap pelayanan 0,163 4 0,652
10. Dukungan keluarga pasien selama perawatan sangat baik seperti 0,023 2 0,046
mengurus administrasi dan pengambilan obat
11. Menerima pelayanan BPJS 0,140 4 0,560
Total 2,445
Threat (Ancaman)
4 Sebagian besar tenaga keperawatan di ruang Teratai RST masih 0,116 3 0,348
berasal dari jenjang pendidikan D3 Keperawatan.
5 Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang berkualitas. 0,070 4 0,280
72
3.13 KURVA SWOT Sebelum Implementasi
O
s
0,78,0.83
W S
DIAGRAM LAYANG
Keterangan:
S = Strength O =Opportunity
W =Weakness T = Threat
73
3.14 Kurva SWOT Sesudah implementasi
W S
DIAGRAM LAYANG
Keterangan:
S : Strength O : Opportunity
W : Weakness T : Threath
74
BAB IV
PRIORITAS MASALAH DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH
Keterangan :
5 = sangat penting
4 = penting
3 = kurang penting
2 = tidak penting
1 = sangat tidak penting
75
4.2 Tujuan dan Alternatif Penyelesaian Masalah
76
4.2.2 Alternatif Pemecahan Masalah
Berikut adalah beberapa alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan
untuk mengatasi prioritas masalah yang telah ditentukan
Tabel 4.2 Daftar penyebab dan alternatif penyelesaian masalah prioritas yang diangkat
No Masalah Penyebab Alternatif Pemecahan
Masalah
1 Penggunaan - Kurangnya 1. Membuat mini poster
sarung tangan motivasi dalam yang berisi himbauan
kurang maksimal diri perawat untuk momen pemakaian APD
saat melakukan 2. Mengingatkan dan
patuh terhadap
tindakan yang membacakan SPO
bersifat invasif kebijakan rumah momen pemakaian
sakit terkait SPO sarung tangan setiap
penggunaan serah terima dinas
sarung tangan 3. Supervisi Karu kepada
Katim terhadap
pemakaian sarung
tangan, dan Katim
kepada perawat
pelaksana
77
4.3 Seleksi terhadap Penyelesaian Masalah
78
`4.3.2 Plan of Action
79
2 5 dari 10 Perawat Menyarankan Informasi yang R. Teratai Penanggung Tanggal 1. Diskusi masalah 100%
pasien kurang kepada kepala lengkap dan akurat jawab : 7 maret kepada kepala perawat
pada Ilmiatin 2017 ruangan dan melakukan
kebingungan dalam ruangan untuk pasien/keluarga rizqimah perawat komunikasi
ketika memberikan meningkatkan terkait tindakan atau - ruangan terapeutik
muncul efek informasi supervisi kepada pemberian obat Pihak yang 2. Menentukan kepada
samping dari mengenai para anggotanya yang akan dilakukan terlibat : prioritas klien
menurunkan tingkat 1.kepala masalah
obat yang tindakan/pe untuk kecemasan pasien ruangan kepada kepala
diberikan mberian obat memberikan dan keluarga, serta 2. ketua tim ruangan dan
seperti informasi yang meningkatkan 3. Perawat perawat
kewaspadaan/aware pelaksana ruangan
tujuan, efek lengkap dan
pasien dan keluarga 1.
samping akurat kepada 2.
obat , dll pasien/keluarga 3. Sosialisasi dan
Tanggal 8 penjelasan
kepada terkait tindakan
Maret kepada seluruh
pasien/keluar atau pengobatan 2017 perawat
ga yang diberikan ruangan
seperti tujuan, tentang
efek samping, dll
dengan OMEL
(Obat, Manfaat, 4. Memberikan
Tanggal 9 motivasi
Efek samping, kepada kepala
Larangan) maret
2017 ruangan untuk
hingga 25 mensupervisi
maret para
2017 anggotanya
terkait
pemberian
informasi
OMEL (Obat,
Manfaat, Efek
samping,
Larangan)
80
4.4 Pengorganisasian Kelompok
Berdasarkan analisis situasi lingkungan tempat aplikasi model praktik
keperawatan profesional, maka kelompok mahasiswa membuat tim kerja sebagai
berikut:
Ketua : Tri Rahayu Zulfikriyah
Wakil : Sirri Rahmaningsih
Sekretaris : Ilmiatin Rizqimah dan Mahelviva Nevi Pibriani
Bendahara : Diah Puspita Anggraini
Susunan kepanitiaan ini berfungsi dalam menentukan kebijakan-kebijakan internal
seputar teknis penyelenggaraan kegiatan manajemen yang bersifat umum.
81
BAB V
82
4. Supervisi penggunaan sarung tangan Tanggal 9-25 maret Semua perawat
kepada seluruh perawat yang ada di 2017 sudah
Ruang Teratai menggunakan
sarung tangan saat
melakukan tindakan
100
80
60
tindakan invasif
40 tindakan non invasif
20
0
minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu 5
83
5.1.1.2 Hasil Program Supervisi Penggunaan Sarung Tangan Oleh Karu (Kepala
Ruangan)
100
80
60
tindakan invasif
40 tindakan non-invasif
20
0
minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu 5
Diagram 5.2 Diagram Observasi Hasil Supervisi Penggunaan Sarung Tangan Pada
Saat Tindakan oleh Karu (Kepala Ruangan)
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 2-5 Maret 2017
(minggu 1) didapatkan data bahwa sebanyak 40% perawat menggunakan sarung
tangan saat tindakan invasif, 10% saat tindakan non invasif. Lalu pada saat
implementasi yaitu pada minggu ke 2-4 didapatkan data sebanyak 60% (minggu 2),
70% (minggu 3), 75% (minggu 4) perawat menggunakan sarung tangan saat tindakan
invasif dan 45% (minggu 1), 70% (minggu 2), 80% (minggu 3), 80% (minggu 4) pada
saat tindakan non invasif. Sedangkan pada saat evaluasi yaitu pada minggu ke 5
didapatkan data bahwa sebanyak 100% perawat menunggunakan sarung tangan saat
tindakan invasif maupun non invasif.
84
5.1.2 Program Komunikasi Efektif Saat Pemberian Tindakan/Obat
85
5.1.2.2 Pelaksanaan Supervisi Komunikasi Efektif Saat Pemberian Tindakan/Obat
100
80
60
Komunikasi "OMEL"
40
20
0
minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu 5
86
100
80
60
40
20
0
minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu 5
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 2-5 Maret 2017
(minggu 1) didapatkan data sebanyak 40% perawat melakukan komunikasi efektif saat
pemberian obat dengan OMEL. Pada saat implementasi sebanyak 65% (minggu 2),
75% (minggu 3), 90% (minggu 4). Sedangkan pada saat evaluasi didapatkan data
bahwa sebanyak 100% perawat melakukan komunikasi efektif saat pemberian obat.
87
5.2 Implementasi Program berdasarkan Prioritas Masalah
Minggu ke 1
28 1 2 3 4 Total
NO Indikator
Dilakukan () Tidak Dilakukan (-)
0
Menggunakan sarung
tangan saat tindakan
invasif (pemasangan
(0%)
dan pelepasan infus,
pemasangan dan
1 pelapasan kateter, - - - - -
pengambilan sampel
darah vena,
pemasangan dan
pelepasan NGT,
pemeriksaan gula
darah)
Menggunakan sarung
tangan saat tindakan
0
non invasif
2 (pemeriksaan TTV,
- - - - -
mengganti sprei
(0%)
pasien)
88
Minggu ke 2
6 7 8 9 10 11
NO Indikator Total
Dilakukan () Tidak Dilakukan (-)
Menggunakan sarung
tangan saat tindakan
invasif (pemasangan
dan pelepasan infus,
pemasangan dan
pelapasan kateter,
4
1 pengambilan sampel
- -
(66,6%)
darah vena,
pemasangan dan
pelepasan NGT,
pemeriksaan gula
darah)
Menggunakan sarung
tangan saat tindakan
non invasif
4
2 - -
(pemeriksaan TTV,
(66,6%)
mengganti sprei
pasien)
Minggu ke 3
13 14 15 16 17 18
NO Indikator Total
Dilakukan () Tidak Dilakukan (-)
Menggunakan sarung 6
1 tangan saat tindakan
invasif (pemasangan (100%)
dan pelepasan infus,
89
pemasangan dan
pelapasan kateter,
pengambilan sampel
darah vena,
pemasangan dan
pelepasan NGT,
pemeriksaan gula
darah)
Menggunakan sarung
tangan saat tindakan
non invasif
6
2
(pemeriksaan TTV,
mengganti sprei
(100%)
pasien)
Minggu ke 4
20 21 22 23 24 25
NO Indikator Total
Dilakukan () Tidak Dilakukan (-)
Menggunakan sarung
tangan saat tindakan
invasif (pemasangan
dan pelepasan infus, 6
pemasangan dan
pelapasan kateter, (100%)
pengambilan sampel
darah vena,
pemasangan dan
1 pelepasan NGT,
pemeriksaan gula
90
darah)
Menggunakan sarung -
tangan saat tindakan
6
non invasif
(pemeriksaan TTV,
mengganti sprei
(100%)
2 pasien)
Minggu ke 5
27 28 29 30 31 1
NO Indikator Total
Dilakukan () Tidak Dilakukan (-)
Menggunakan sarung
tangan saat tindakan
invasif (pemasangan
dan pelepasan infus,
pemasangan dan
6
pelapasan kateter,
pengambilan sampel
darah vena,
(100%)
pemasangan dan
pelepasan NGT,
pemeriksaan gula
darah)
2 Menggunakan sarung 6 -
tangan saat tindakan
91
non invasif (100%)
(pemeriksaan TTV,
mengganti sprei
pasien)
Minggu ke 1
28 1 2 3 4 Total
NO Indikator
Dilakukan () Tidak Dilakukan (-)
P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4
Menggunakan sarung 8
tangan saat tindakan
invasif (pemasangan (40%)
dan pelepasan infus,
pemasangan dan
1 pelapasan kateter, - - - - - - - - - - - -
pengambilan sampel
darah vena,
pemasangan dan
pelepasan NGT,
pemeriksaan gula
darah)
Menggunakan sarung
2 tangan saat tindakan - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0
non invasif
(pemeriksaan TTV,
92
mengganti sprei (0%)
pasien)
Minggu ke 2
6 7 8 9 10 11
NO Indikator Total
Dilakukan () Tidak Dilakukan (-)
P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3
Menggunakan sarung
tangan saat tindakan
invasif (pemasangan
dan pelepasan infus,
pemasangan dan
pelapasan kateter,
12
1 - - - - - - - - - - -
pengambilan sampel
darah vena,
(60%)
pemasangan dan
pelepasan NGT,
pemeriksaan gula
darah)
Menggunakan sarung
tangan saat tindakan
non invasif
9
2 (pemeriksaan TTV,
- - - - - - - - - - - - - -
mengganti sprei
(45%)
pasien)
93
Minggu ke 3
13 14 15 16 17 18
NO Indikator Total
Dilakukan () Tidak Dilakukan (-)
P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3
Menggunakan sarung
tangan saat tindakan
invasif (pemasangan
dan pelepasan infus,
pemasangan dan
pelapasan kateter,
14
1 pengambilan sampel
- - - - - -
darah vena,
(70%)
pemasangan dan
pelepasan NGT,
pemeriksaan gula
darah)
Menggunakan sarung
tangan saat tindakan
non invasif
14
2 - - - -
(pemeriksaan TTV,
mengganti sprei
(70%)
pasien)
94
Minggu ke 4
20 21 22 23 24 25
NO Indikator Total
Dilakukan () Tidak Dilakukan (-)
P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3
Menggunakan sarung
tangan saat tindakan
invasif (pemasangan
dan pelepasan infus,
pemasangan dan
15
pelapasan kateter,
pengambilan sampel
- - - - -
darah vena,
(75%)
pemasangan dan
pelepasan NGT,
pemeriksaan gula
darah)
Menggunakan sarung -
tangan saat tindakan
16
non invasif
- - - -
(pemeriksaan TTV,
mengganti sprei
(80%)
2 pasien)
95
Minggu ke 5
27 28 29 30 31 1
NO Indikator Total
Dilakukan () Tidak Dilakukan (-)
P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3
Menggunakan sarung
tangan saat tindakan
invasif (pemasangan
dan pelepasan infus,
pemasangan dan
20
pelapasan kateter,
pengambilan sampel
darah vena,
(100%)
pemasangan dan
pelepasan NGT,
pemeriksaan gula
darah)
Menggunakan sarung -
tangan saat tindakan
20
non invasif
(pemeriksaan TTV,
mengganti sprei
(100%)
2 pasien)
Keterangan :
96
Rata rata pelaksanaan pemakaian sarung tangan dalam 4 minggu
NO Indikator Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4 Minggu ke-5 Total
97
5.2.2 Program Supervisi Komunikasi Efektif pada Saat Pemberian Obat ke Pasien
Minggu ke 1
28 1 2 3 4 Total
NO Indikator
Dilakukan () Tidak Dilakukan (-)
Komunikasi efektif 0
pada saat
1 - - - - - (0%)
pemberian obat
OMEL
Minggu ke 2
6 7 8 9 10 11
NO Indikator Total
Dilakukan () Tidak Dilakukan (-)
Komunikasi efektif
pada saat 3
1 - - -
pemberian obat (50%)
OMEL
Minggu ke 3
13 14 15 16 17 18
NO Indikator Total
Dilakukan () Tidak Dilakukan (-)
Komunikasi efektif 6
1 pada saat
(100%)
pemberian obat
98
OMEL
Minggu ke 4
20 21 22 23 24 25
NO Indikator Total
Dilakukan () Tidak Dilakukan (-)
Komunikasi efektif
pada saat 6
pemberian obat (100%)
1 OMEL
Minggu ke 5
27 28 29 30 31 1
NO Indikator Total
Dilakukan () Tidak Dilakukan (-)
Komunikasi efektif
pada saat 6
pemberian obat (100%)
1 OMEL
99
5.2.2.1 Hasil Pelaksanaan Supervisi Komunikasi Efektif Saat Pemberian Tindakan/Obat
Minggu ke 1
28 1 2 3 4 Total
NO Indikator Dilakukan () Tidak Dilakukan (-)
P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4
Komunikasi efektif 8
pada saat
1 - - - - - - - - - - - - (40%)
pemberian obat
OMEL
Minggu ke 2
6 7 8 9 10 11
NO Indikator Dilakukan () Tidak Dilakukan (-) Total
P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3
Komunikasi efektif
pada saat 13
1 - - - - - - - - - -
pemberian obat (65%)
OMEL
100
Minggu ke 3
13 14 15 16 17 18
NO Indikator Total
Dilakukan () Tidak Dilakukan (-)
P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3
Komunikasi efektif
pada saat 15
1 - - - - -
pemberian obat (75%)
OMEL
Minggu ke 4
20 21 22 23 24 25
NO Indikator Total
Dilakukan () Tidak Dilakukan (-)
P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3
Komunikasi efektif
pada saat 18
- -
pemberian obat (90%)
1 OMEL
101
Minggu ke 5
27 28 29 30 31 1
NO Indikator Total
Dilakukan () Tidak Dilakukan (-)
P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3
Komunikasi efektif
pada saat 20
pemberian obat (100%)
1 OMEL
Rata-Rata Pelaksanaan Komunikasi Efektif pada Saat Pemberian Obat ke Pasien dalam 4 minggu
Rata-Rata Tidak Dilaksanakan Komunikasi Efektif pada Saat Pemberian Obat ke Pasien dalam 4 minggu
NO Indikator Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4 Minggu ke-5 Total
102
103
5.3 Evaluasi Hasil implementasi (Rencana Tindak Lanjut)
104
BAB VI
PEMBAHASAN
Dari data tersebut dapat dinyatakan bahwa perawat sudah baik dalam
melaksanakan pemakaian sarung tangan pada saat tindakan invasif maupun non
invasif. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya motivasi dan kesadaran
perawat dalam pelaksanaan pemakaian sarung tangan. Oleh karena itu untuk
meningkatkan kepatuhan dan mengoptimalkan perawat dalam pelaksanaan
pemakaian sarung tangan maka perlu dilakukan refresh pemakaian sarung
tangan yang dilaksanakan setiap selesai melakukan serah terima dinas serta
pemberian poster Cheklist penggunaan APD sarung tangan yang ditempel dekat
dengan troly yang berisi alat-alat tindakan.
105
menggunakan sarung tangan. Kemudian sosialisasi dilakukan selama 3 minggu
dan selalu di follow up, terutama saat dinas pagi mengingatkan pada semua
tenaga kesehatan memakai sarung tangan pada saat tindakan invasif maupun non
invasif. Dari hasil implementasi selama 3 minggu didapatkan jumlah peningkatan
dalam kepatuhan pelaksanaan pemakaian sarung tangan oleh perawat di Ruang
Teratai.
106
Meskipun pelaksanaan program pemakaian sarung tangan mengalami
peningkatan tetapi juga terdapat beberapa kendala yang ditemui seperti
kurangnya motivasi dan kesadaran saling mengingatkan dari perawat ruangan
kepada rekan sesama perawat dan petugas medis lainnya. Dari evaluasi yang
dilakukan diharapakan program pemakaian sarung tangan ini dapat terus berjalan
agar dapat mencegah terjadinya infeksi yang didapat dari pasien karena
penggunaan APD sarung tangan merupakan salah satu indikator pasien safety
yang harus dijalankan oleh petugas di rumah sakit, maka meningkatnya kepatuhan
petugas dalam penggunaan APD sarung tangan dalam tindakan invasif juga
berarti meningkatnya kualitas pelayanan rumah sakit. Diharapkan program ini
terus dilakukan dan digencarkan setiap kali pelaksanaan operan dan pre
conferance, sehingga perawat ruangan dan mahasiswa selalu ingat untuk
melaksanakan program tersebut.
107
kejelasan, ketepatan, sesuai dengan konteks baik bahasa dan informasi, alur yang
sistematis, dan budaya (Fatimah,2014)
Komunikasi yang tidak efektif akan menimbulkan risiko kesalahan dalam
pemberian asuhan keperawatan. Sebagai contoh kesalahan dalam pemberian obat
ke pasien, kesalahan melakukan prosedur tindakan perawatan. Mencegah
terjadinya risiko kesalahan pemberian asuhan keperawatan maka perawat harus
melaksanakan sasaran keselamatan pasie. Oleh sebab diatas maka diperlukan
adanya peingkatan komunikasi efektif terkait pemberian obat pada pasien dan
keluarga (Fatimah,2014)
Meskipun pelaksanaan program penerapan komunikasi efektif mengalami
peningkatan tetapi juga terdapat beberapa kendala yang ditemui seperti
kurangnya motivasi dan kesadaran saling mengingatkan dari perawat ruangan
kepada rekan sesama perawat dan petugas medis lainnya. Dari evaluasi yang
dilakukan diharapakan program penerapan komunikasi efektif ini dapat terus
berjalan dengan tujuan untuk memberikan informasi yang lengkap pada pasien
dan keluarga terkait tindakan atau pemberian obat yang akan dilakukan untuk
menurunkan tingkat kecemasan pasien dan keluarga serta meningkatkankan
kewaspadaan atau aware pasien dan keluarga terkait pemberian obat Diharapkan
program ini terus dilakukan dan digencarkan setiap kali pelaksanaan operan dan
pre conferance, sehingga perawat ruangan dan mahasiswa selalu ingat untuk
melaksanakan program tersebut.
108
BAB VII
7.1 Kesimpulan
1. Indikator Penggunaan APD Sarung Tangan
Program penggunaan APD sarung tangan mengalami peningkatan dari saat
pengkajian dimana sebanyak 40% perawat menggunakan APD sarung
tangan pada saat pemberian tindakan invasif menjadi 100% pada saat
evaluasi
2. Indikator Penerapan Komunikasi Efektif dalam Pemberian Obat
Program penerapan komunikasi efektif dalam pemberian obat mengalami
peningkatan mulai dari 0% menjadi 100% pada saat evaluasi.
7.2 Saran
109
DAFTAR PUSTAKA
.
Al-Assaf, A.F.2009.Mutu Pelayanan Kesehatan Perspektif Internasional.Jakarta : EGC
Engram, Barbara. 2009. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Jakarta : EGC).
Hidayah, Nur. 2014. Manajemen Model Asuhan Kperawatan Profesional (MAKP) Tim
dalam Peningkatan kepuasan Pasien di Rumah Sakit. Jurnal kesehatan 2014, 2
(7):410-426.
Putra, 2012.The Safe Way to Your Drug Admixture in Hospital.Jakarta: PT. B.Braun
Medical IndonesiaRagusti, 2008.Pengantar Profesi Dan Prakitk Keperawatan
Professional.Jakarta:EGC.Kedokteran
110
LAMPIRAN 1
ii. Menangani bahan-bahan bekas pakai yang telah terkontaminasi atau menyentuh
permukaan tercemar
iii. Menangani kewaspadaan transmisi kontak (yang diperlukan pada kasus penyakit
menular melalui kontak yang telah diketahui atau curiga), yang mengharuskan
petugas kesehatan menggunakan sarung tangan bersih, tidak steril ketika
memasuki ruangan pasien. Petugas kesehatan harus melepas sarung tangan
tersebut sebelum meninggalkan ruangan pasien dan mencuci tangan dengan air
dan sabun atau dengan handrub berbasis alcohol.
111
LAMPIRAN 2
Total
Total
112
LAMPIRAN 3
Total 100%
113