Anda di halaman 1dari 3

APLIKASI MADU SEBAGAI TERAPI MODALITAS PADA

PERAWATAN LUKA BAKAR

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB II


Fasilitator : Dr. Tintin Sukartini, S.Kp, M.Kes

Oleh:

Sanda Prima Dewi


131714153082

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2018
Luka bakar merupakan kerusakan lapisan kulit yang disebabkan oleh kobaran api
di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda
panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan
matahari (sunburn). Kerusakan lapisan kulit yang terkena luka bakar bermacam-macam
derajatnya tergantung pada lapisan yang terkena. Pada derajat luka bakar I dan 2 atau
yang tidak memerlukan pembedahan, tatalaksana keperawatan modalitas sangat
mungkin dilakukan seperti penggunaan madu sebagai topical.

Madu berupa cairan yang kental, dengan kandungan gula tinggi, berasal dari
nektar bunga yang kemudian di olah secara alami oleh lebah madu. Secara umum,
madu memiliki kandungan utama ± 30% glukosa, 40% fruktosa, 5% sukrosa, dan 20%
air, selain itu, terkandung pula sejumlah senyawa asam amino, vitamin, mineral, dan
enzim. Kadungan-kandungan ini lah yang membuat madu memiliki berbagi manfaat
dalam proses penyembuhan luka seperti aktivitas antiinflamasi, aktivitas antibakterial,
aktivitas antioksidan, kemampuan menstimulasi proses debridement, mengurangi bau
pada luka, serta mempertahankan kelembapan luka.

Efek madu sebagai anti inflamasi terbukti dapat mengurangi edema dan
pembentukan eksudat, meminimalisasi pembentukan jaringan parut, dan mengurangi
sensasi nyeri pada luka bakar atau jenis luka lainnya. Salah satu uji terkait penggunaan
madu dibandingkan dengan Silver sulvadiazine pada luka bakar, menunjukan bahwa
madu mampu menurunkan kadar malondialdehid dan lipid peroxide serta secara
histologis dijumpai penurunan jumlah sel radang pada jaringan. Dari temuan ini maka
dapat dikatakan bahwa penggunaan madu sebagai topical luka dapat mengurangi waktu
inflamasi.

Potensi antibakterial madu dalam perawatan luka salah satunya dikarenakan


tingginya osmolaritas madu akibat kandungan gula yang cukup tinggi6 akan menarik
cairan intraseluler bakteri, yang kemudian menyebabkan plasmolysis sehingga bakteri
mati. Selain itu, madu juga mengandung hidrogen peroksida alamai. Hidrogen
peroksida pada dasarnya merupakan agen antibakterial yang dibentuk oleh glukosa
oksidase -enzim yang ditambahkan oleh lebah ke dalam nektar yang disimpan dalam
sarang lebah.
Antioksidan oleh madu berkaitan erat dengan potensi antiinflamasinya. Radikal
bebas yang dibentuk dari oksigen, atau dikenal dengan istilah reactive oxygen species
(ROS), diproduksi pada rantai respirasi mitokondria dan oleh leukosit saat terjadi
inflamasi. ROS berperan sebagai pembawa pesan (messenger) yang menghantarkan
umpan balik positif saat timbul inflamasi dan proses ini dapat dihambat oleh
antioksidan. Berbagai jenis senyawa antioksidan yang terjadi ada dalam madu antara
lain adalah flavonoid, monofenol, polifenol, dan vitamin C.

Stimulasi penyembuhan luka oleh madu dikarenakan beberapa hal seperti


rangsangan granulasi dan epitelisasi, dan stimulasi angiogenesis oleh kandungan
hydrogen peroxide dalam madu. Hasil penelitian juga menyebutkan penyebuhan luka
dengan aplikasi madu terjadi terkait efek kelembatana yang disebabkan oleh
karakteristik madu. Dengan kelembaban alami, dapat terjadi autolitik dan rangsangan
pembentukan jaringan baru.

Dari banyaknya manfaat yang dapat diambil dari madu terkait perawata luka,
menjadikan madu sebagai alternative atau pilihan terapi modalitas yang dapat
diaplikasikan pada perawatan luka bakar derajat ringan (derajat 1 dan 2).

Penggunaan madu pada luka bakar digunakan sebagaimana penggunaan topical


pada umumnya. Luka dibersihkan terlebih dahulu dan kemudian diolesi madu sebagai
primer dessing dan selanjutnya ditutup dengan kassa steril. Penggantian balutan secara
normal diganti 2-3 hari sekali. Proses perawatan luka menggunkan prinsip steril karena
terkait luka bakar merupakan luka akut.

Madu yang dioleskan pada luka dikatakan aman karena madu bersifat larut air
dan muda dibersihkan oleh karena itu madu dapat diindikasikan pada luka seperti luka
bakar. Madu memiliki kontraindikasi pada orang yang alergi dengan madu atau produk-
produk lebah.

Referrensi :

Kenan Gümüşa, Zeynep Karaman Özlüb2017. The effect of a beeswax, olive oil
and Alkanna tinctoria (L.) Tausch mixture on burn injuries: An experimental study with
a control group. Complementary Therapies in Medicine.

Anda mungkin juga menyukai