Oleh:
Madu berupa cairan yang kental, dengan kandungan gula tinggi, berasal dari
nektar bunga yang kemudian di olah secara alami oleh lebah madu. Secara umum,
madu memiliki kandungan utama ± 30% glukosa, 40% fruktosa, 5% sukrosa, dan 20%
air, selain itu, terkandung pula sejumlah senyawa asam amino, vitamin, mineral, dan
enzim. Kadungan-kandungan ini lah yang membuat madu memiliki berbagi manfaat
dalam proses penyembuhan luka seperti aktivitas antiinflamasi, aktivitas antibakterial,
aktivitas antioksidan, kemampuan menstimulasi proses debridement, mengurangi bau
pada luka, serta mempertahankan kelembapan luka.
Efek madu sebagai anti inflamasi terbukti dapat mengurangi edema dan
pembentukan eksudat, meminimalisasi pembentukan jaringan parut, dan mengurangi
sensasi nyeri pada luka bakar atau jenis luka lainnya. Salah satu uji terkait penggunaan
madu dibandingkan dengan Silver sulvadiazine pada luka bakar, menunjukan bahwa
madu mampu menurunkan kadar malondialdehid dan lipid peroxide serta secara
histologis dijumpai penurunan jumlah sel radang pada jaringan. Dari temuan ini maka
dapat dikatakan bahwa penggunaan madu sebagai topical luka dapat mengurangi waktu
inflamasi.
Dari banyaknya manfaat yang dapat diambil dari madu terkait perawata luka,
menjadikan madu sebagai alternative atau pilihan terapi modalitas yang dapat
diaplikasikan pada perawatan luka bakar derajat ringan (derajat 1 dan 2).
Madu yang dioleskan pada luka dikatakan aman karena madu bersifat larut air
dan muda dibersihkan oleh karena itu madu dapat diindikasikan pada luka seperti luka
bakar. Madu memiliki kontraindikasi pada orang yang alergi dengan madu atau produk-
produk lebah.
Referrensi :
Kenan Gümüşa, Zeynep Karaman Özlüb2017. The effect of a beeswax, olive oil
and Alkanna tinctoria (L.) Tausch mixture on burn injuries: An experimental study with
a control group. Complementary Therapies in Medicine.