Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BARU LAHIR RENDAH DAN DS

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas stase Keperawatan Anak


di RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat

Disusun oleh :
Hilda Eka Dewi
402018043
Program Studi Ners

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Bandung


Jl. K.H Ahmad Dahlan (Banteng Dalam) No.6 Bandung
2018-2019
I. KONSEP MEDIS
A. Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)
1. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat
lahir kurang dari 2500 gram (WHO, 2010). Berat badan lahir rendah adalah bayi
dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi,
NANDA NIC-NOC, 2013). Menurut Ribek dkk. (2011), berat badan lahir rendah
yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa
memperhatikan usia gestasi (dihitung satu jam setelah melahirkan).
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram pada waktu lahir. (Amru Sofian, 2012). Dikutip dalam buku Nanda, (2013).
Keadaan BBLR ini dapat disebabkan oleh :
a. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa
kehamilan dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari haid yang teratur).
b. Bayi small gestational age (SGA); bayi yang beratnya kurang dari berat
semestinya menurut masa kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan
=KMK).
c. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan SGA.
1. Karakteristik Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)
Karakteristik yang dapat ditemukan pada prematuritas murni adalah :
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm ,
lingkar kepala kurang dari 33 cm lingkar dada kurang dari 30 cm.
b. Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis
c. Umur kehamilan urang dari 37 minggu
d. Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus
e. Tulang-tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar
f. Telinga sedikit dan tulang rawannya dan berbentuk sederhana
g. Jaringan payudara tidak ada dan putting susu kecil
h. Pernafasan kurang teratur dan sering mengalami apneu
i. Kulit tipis dan tranasparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada dahi
dan pelipis dahi dan lengan
j. Lemak subkutan kurang
k. Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh
labia mayora.
l. Reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk masih lemah.
m. Bayi premature mudah sekali mengalami infeksi Karena daya tahan tubuh
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan
antibody belum sempurna. Oleh karena itu tindakan prefentif sudah
dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan
prematuritas (BBLR).

2. Etiologi
Bayi berat lahir rendah mungkin premature (kurang bulan) mungkin juga
cukup bulan (dismatur), yang diuraikan sebagai berikut :
a. Premature murni
1) Premature murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa kehamilan atau
disebut juga neonatus preterm / BBLR/ SMK.
2) Dismatur
Dismatur (IUGR) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilan di karenakan mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan.

Menurut Renfield (1975) IUGR dibedakan menjadi dua yaitu :

a) Proportionate IUGR
Proportionate IUGR merupakan janin yang menderita distress yang lama
dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai
berbulan bulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dada, lingkar
kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih di
bawah masa gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak menunjukan adanya
wasted oleh karena retardasi pada janin terjadi sebelum terbentuknya
adipose tissue.
b) Disproportionate IUGR
Disproportionate IUGR, merupakan janin yang terjadi karena distress sub
akut gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sampai janin
lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar keapala normal akan tetapi
berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak Wasted dengan tanda
tanda sedikit nya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering keriput dan
mudah di angkat bayi kurus dan lebih panjang.(Maryunani,2013)

3. Faktor Penyebab BBLR


Berat badan lahir seorang bayi dipengarui oleh beberapa factor, baik dari ibu
maupun bayi itu sendiri , factor-faktor tersebut adalah :
a. Status Gizi ibu hamil
Kualitas bayi lahir sangat bergantung pada asupan gizi ibu hamil. Gizi
yang cukup akan menjamin bayi lahir sehat dengan berat badan cukup.
Namun, kekurangan gizi yang adekuat dapat menyebabkan berat badan
lahir rendah (Pilliteri,2002). Menurut depkes taun 2004, tingginya angka
kurang gizi pada ibu hamil mempunyai kontribusi terhadap tingginya
BBLR di Indonesia yang diperkirakan mencapai 350.000 bayi setiap tahun
( Herry, 2007).
Status gizi ibu pada trimester pertama sangat berpengaruh terhadap
pertumbhan embrio pada masa perkembangan dan pembentukan organ-
organ tubuh (organogenesis). Pada trimester II dan III kebutuhan janin
terhadap zat-zat gizi semakin meningkat. Jika tidak terpenuhi, plasenta
akan kekurangan zat makanan sehingga akan mengurangi kemampuannya
dalam mensintesis zat-zat yang dibutuhkan oleh janin. Untuk mengetahui
ztatus gizi ibu hamil tersebut, dapat menggunakan beberapa cara antara
lain: dengan memantau pertambahan berat badan selama hamil, mengukur
lingkar lengan atas (LILA), dan mengukur kadar Hb.
Status gizi sebelum hamil berperan dalam pencapaian gizi ibu saat hamil.
Penelitian rosmeri (2000) menunjukan bahwa status gizi ibu sebelum
hamil mempunyai pengaruh yang bermakna terhdap kejadian BBLR.Ibu
dengan status gizi kurang (kurus) selama hamil mempunyai resiko 4,27
kali untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu yang
mempunyai status gizi baik (normal). (Lubis, 2005).
b. Umur ibu hamil
Kehamilan di bawah usia 20 tahun dapat menimbulkan banyak
permasalahan karena bisa mempengaruhi organ tubuh seperti rahim,,
bahkan bayi bisa premature dan berat badan lahir kurang. Hal ini
disebabkan karena wanita yang hamil muda belum bisa memberikan suplai
makanan dengan baik dari tubuhnya untuk janin di dalam rahimnya. Selain
itu, wanita tersebut uga bisa menderita anemia arena sebenarnya ia sendiri
masih membutuhan sel darah merah tetapi sudah harus dibagi dengan janin
yang ada di dalam kandunganya
c. Umur kehamilan
Umur kehamilan dapat menentukan berat badan janin, semakin tua
kehamilan maka berat badan janin akan semakin bertambah. Pada umur
kehamilan 28 minggu beratt janin kurang lebih 1000 gram, sedangka pada
kehamilan 37-42 minggu berat janin diperkirakan mencapai 3500 gram
d. Kehamilan ganda
Pada kehamilan kembar dengan distensi uterus yang berlebihan dapat
menyebabkan persalinan premature dengan BBLR. Kebutuhan ibu untuk
pertumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi
seperti anemia hamil yang dapat menggangu pertumbuuhan janin dalam
rahim.
e. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan kerkaitan dengan pengetahuan tentang masalah
kesehatan dan kehamilan yang akan berpengaruh pada perilaku ibu, baik
pada diri maupun perawatan kehamilannya serta pemenuhan gizi saat
hamil. Menurut soekanto (2002), tingkat pengetahuan seorang akan
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, informasi, pengalaman dan social
ekonomi. Menurut notoatmojo (2002), pengetahuan sangat berhubungan
dengan pendidikan, sedangkan pendidikan merupakan salah satu
kebutuhan dasar mannusia yang diperlukan mengembangkan diri. Semakin
tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah menerima dan mengemabngkan
ilmu pengetahuan serta teknologi, sehingga semakin meningkatkan
produktivitas dan kesejahteraan keluarga. Namun demikian, tingkat
pendidikan tidak bisa menjamin tingkat pengetahuan seseorang.
f. Penyakit ibu
Menurut Cunningham (2004), ada beberapa penyakit yang dapat
mempengaruhi berat badan lahir bayi jika diderita oleh ibu yang sedang
hamil, misalnya :
1) Jantung
2) Hipertensi
3) Pre-eklampsi dan eklampsi
4) Diabetes mellitus
5) Carcinoma

Penyakit tersebut dapat menimbulkan retardasi pertumbuhan intrauterine


(IUGR) janin, yang menyebabkan janin menjadi jauh lebih kecil dan lemah
daripada yang diharapkan untuk tahap kehamilan bersangkutan (data,2004).

g. Factor kebiasaan ibu


Kebiasaan ibu sebelum atau selama hamil yang burk seperti merokok,
minum minuman beralkohol, pecandu obat dan pemenuhan nutrisi yang
salah dapat menyebabkan anomaly plasenta karena plasenta tidak
mendapat nutrisi yang cukup cukup dari arteri plasenta ataupun karena
plasenta tidak mampu mengantar makanan ke janin. Selain itu aktifitas
yang berlebihan juga dapat merupakan factor pencetus terjadinya masalah
berat badan lahir rendah (BBLR).
h. Faktor janin
Cacat bawaan , infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda, anomaly
konginetal.

i. Riwayat Persalinan preterm sebelumnya


Riwayat persalinan preterm berkolerasi dengan perbsalinan preterm
selanjutnya . insiden kelahiran preterm spontan berulang pada lebih dari
6000 wanita skotlandia. Risiko pelahiran preterm berulang bagi mereka
yang pelahiran pertamya preterm meningkat tiga kali lipat dibandiing
dengan wanita yang bayi pertamanya mencapai aterm. Yang mencolok,
hampir sepertiga wanita yang dua bayi pertamanya preterm selanjutnya
melahirkan bayi preterm pada kehamilan ketiganya. Hasil yang hampir
identik diperoleh dri sebuah analisis 13.967 kehamilan wanita Denmark
(Kristensen dkk.,1995).lams dkk. (1998a) menggunakan preterm
prediction study dari NICHD Maternal-Fetal Medicine Units Network
untuk merinci peningkatan resiko kelahiran preterm spontan sebelum
minggu gestasi ke-36 pada wanita yang mengalami pelahiran preterm
sebelumnya. Peningkatan resiko ini meningkat lebih tinggi lagi bila uji
vagina terhadap fibronektin janin pada midmester positif (≥ 50 ug/dl) Dan
bila ada pemendekan serviks pada pengukuran dengan ultrasonografi,
khususnya pada wanita dengan ukuran serviks pada atau dibawah persentil
ke 10 (≤ 25 mm) pada usia gestasi 24 minggu.
Tidak hanya wanita yang melahirkan preterm itu sendiri yang
berisiko mengalami rekurensi, bukti baru menyatakan bahwa resiko ini
juga diturunkan pada anak-anak mereka. Wang dkk. (1995) serta porter
dkk. (1996) menemukan agregasi familiar pada kelahiran preterm.
( Cuningham.2006)
4. Patofisiologi

(Proverawati, 2010)
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
antara lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek
dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui
apakah bayi itu prematuritas atau maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes
pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens
terakhirnya.
c. Darah rutin, glokosa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi
lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang
bulan dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi
sindrom gawat nafas.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bayi BBLR di antaranya adalah membersihkan jalan nafas,
memotong dan merawat tali pusat, membersihkan badan bayi, memberikan obat
mata, mempertahankan suhu badan dengan cara membungkus badan bayi dengan
selimut yang sudah di hangatkan, menidurkan bayi dalam incubator buatan
dengan lampu penghangat, suhu lingkungan dijaga untuk mengurangi kehilangan
panas secara radiasi dan konveksi. Badan bayi harus selalu kering untuk
mengurangi kehilangan panas secara evaporasi. Memberikan bayi nutrisi adekuat.
Apabila daya hisap belum baik , bayi dicoba menetek sedikit sedikit. Apabila
belum bisa menetek, berikan ASI dengan sendok atau pipet.apabibila belum ada
refleks menghisap dan menelan, pasang sonde lambung / NGT. Mengajarkan ibu /
orang tua tentang cara membersihkan jalan nafas, mempertahankan suhu,
mencegah infeksi, serta perawatan dan nutrisi bayi sehari-hari.
Bayi baru lahir yang sakit / kecil (BB kurang dari 2500 gram atau umur
kehamilan kurang dari 37 minggu), perlu penambahan kehangatan tubuh untuk
mempertahankan suhu normal. Bayi tersebut dapat dengan cepat terjadi hipotermi
dan untuk mempertahankan kembali membutuhkan waktu yang lama. Resiko
komplikasi dan kematian meningkat secara ermakna bila suhu lingkungan tidak
normal.
Bagan Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah
( Prawirohardjo,2014)
Kriteria Berat lahir Bayi < 2500 gram
Kategori Bayi berat lahir sangat rendah Bayi berat lahir rendah
(BBLRSR) (BBLR)
Penilaian Berat lahir < 1500 gram Berat Lahir 1500-2500
gram
Penanganan
Puskesmas 1. Keringkan secepatnya dengan handuk hangat
2. Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang
kering dan hangat. Pertahankan tetap hangat.
3. Berikan lingkungan hangat dengan cara kontak kulit
ke kulit dan bungkus BBLSR dengan kain hangat.
4. Beri lampu 60 watt, dengan jarak minimal 60 cm
dari bayi
5. Kepala bayi ditutup topi.
6. Beri oksigen
7. Tali pusat dalam keadaan bersih
1. Tetesi ASI bila dapat 1. Beri ASI
menelan bila tidak dapat Bila tidak dapat
menelan , langsung rujuk . menghisap, bisa
2. Rujuk ke rumah sakit menelan langusng
tetesi langsung dari
putting.
2. Bila tidak dapat
menelan, langsung
di rujuk.
Rumah Sakit 1. Sama dengan diatas
2. Beri minum dengan sonde / tetesi ASI
3. Bila tidak mungkin , infus dextrose 10 % +
bicarbonas Natricus 1,5 %= 4 : 1, Hari 1 : 60
cc/kg/hari Hari 2 : 70 cc/kg/hari
4. Antibiotika
5. Bila tidak dapat menghisap putting susu / tidak dapat
menelan langsung / sesak / biru/ tanda-tanda
hipotermia berat, terangkan kemungkinan arah
meninggal
a. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas atau BBLR
Mekanisme pengaturan temperature tubuh pada bayi baru lahir belum
berfungsi sempurna, untuk itu diperlukan pencegahan kehilangan panas pada
tubuh bayi karena bayi dapat mengalami hipotermi. Bayi dengan hipotermia
sangat beresiko tinggi mengalami kesakitan berat bahkan kematian. Hipotermia
mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera di
keringkan dan diselimuti walau didalam ruangan yang relative hangat.
Prinsip umum menjaga kehangatan tubuh Bayi
a. Bayi harus tetap berpakaian atau diselimuti setiap saat agar tetap hangat
walaupun dalam keadaan dilakukan tindakan , misalnya bila dipasang jalur
infus intra vena atau selama resusitasi, dengan cara : memakai pakaian dan
topi, membungkus bayi dengan pakaian kering, lembut dan selimuti bayi,
membuka bagian tubuh yang diperlukan untuk pemantauan dan tindakan.
b. Rawat bayi kecil di ruang yang hangat ( tidak kurang 25ºC dan bebas dari
aliran angin )
c. Jangan meletkan bayi dekat dengan benda dingin ( dinding dingin atau
jendela), walaupun bayi dalam incubator atau dibawah pemancar panas.
d. Jangan meletakan bayi langsung di permukaan yang dingin ( alasi tempat tidur/
meja periksa dengan kain atau selimut hangat sebelum bayi diletakkan).
e. Pada waktu bayi dipindahkan ke tempat lain, jaga bayi tetap hangat dan
gunakan pemancar panas atau kontak kulit dnegan bidan/perawat.
f. Berikan tambhaan kehangatan pada waktu dilakukan tindakan ( misalnya
menggunakan pemancar panas).
g. Ganti popok setiap kali basah
h. Bila ada sesuatu yang basah ditempelkan di kulit ( misalnya kain kassa yang
basah ), usahakan agar bayi tetap hangat.
i. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin.
Cara menghangatkan bayi ( Muslihatun,2010)
Cara Petunjuk penggunaan
Skin to skin  Untuk semua bayi
contact  Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau
menghangatkan bayi hipotermi ( suhu badan 32-36,4 º C)
apabila cara ini tidak mungkin dilakukan.
Kangaroo Mother  Untuk menstabilkan bayi dengan BB kurang dari 2500
care ( KMC ) gram terutama direkomendasikan untuk perawatan
berkelanjutan dengan BB kurang dari 1800 gram .
 Tidak untuk bayi yang sakit berat ( sepsis, gangguan
nafas berat)
 Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat dan tidak
dapat merawat bayinya
Pemancar panas  Untuk bayi sakit atau bayi dnegan BB 1500 gram atau
lebih.
 Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan
tindakan atau menghangatkan kembali bayi hipotermi.
Inkubator  Penghangatan berkelanjutan bayi dnegan BB kurang dari
1500 gram yang tidak dapat dilakukan KMC.
 Untuk bayi sakit berat ( sespsis, gangguan nafas berat)
Penghangat  Untuk merawat bayi dengan BB kurang dari 2500 gram
ruangan yang tidak memerlukan tindakan diagnostic /procedure
pengobatan.
 Tidak untuk bayi sakit berat ( sepsis, gangguan nafas
berat) dan bayi kurang dari 1500 gram.

b. Makanan bayi BBLR

Jumlah cairan yang dibutuhkan bayi ( ml/kg)


Berat (g) Umur (hari)
1 2 3 4 5+
>1500 60 80 100 120 150
<1500 80 100 120 140 150

Jumlah ASI untuk bayi sehat berat 1250-1499


Pemberian Umur (hari)
1 2 3 4 5 6 7
Jumlah ASI tiap 3 jam 10 15 18 22 26 28 30
(ml/kali)
Alat perncernaan bayi belum sempurna, lambung kecil enzim
pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan
kalori 100 kal/kg BB sehingga pertumbuhan dapat meningkat. Pemberian
minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap
cairan lambung, reflek masih lemah sehingga pemberian minum sebaiknya
sedikit demi sedikit dengan frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan
makanan yang paling utama sehingga ASI-lah yang paling dahulu
diberikan, bila factor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
diberikan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde.
Permulaan cairan yang diberikan 50-60 cc/kg BB /hari terus dinakian
sampai sekitar 200 cc/ kgBB/hari.

c. Pencegahan infeksi pada kulit


Beberapa cara yang diketahui dapat mencegah terjadinya infeksi pada
kulit BBL atau penyakit infeksi lain adalah meletakkan bayi di dada ibu
agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi, sehingga menyebabkan
terjadinya kolonisasi mikroorganisme yang ada di kulit dan saluran
pencernaan bayi dengan mikroorganisme ibu yang cenderung bersifat
nonpatogen, serta adanya zat antibodi bayi yang sudah terbentuk dan
terkandung dalam air susu ibu (ASI).
d. Pencegahan infeksi pada mata BBL
Cara mencegah infeksi pada mata BBL adalah merawat mata BBL
dengan mencuci tangan terlebih dahulu, membersihkan kedua mata bayi
segera setelah lahir dengan kapas atau sapu tangan halus dan bersih yang
telah dibersihkan dengan air hangat. Dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir,
berikan salep/obat tetes mata untuk mencegah oftalmia neonatorum
(tetrasiklin 1%, eritromisin 0,5% atau nitras argensi 1%), biarkan obat
tetap pada mata bayi dan obat yang ada di sekitar mata jangan dibersihkan.
Setelah selesai merawat mata bayi, cuci tangan kembali. Keterlambatan
memberikan salep mata, misalnya BBL diberi salep mata setelah lewat 1
jam setelah lahir, merupakan sebab tersering kegagalan upaya pencegahan
infeksi pada mata BBL.

e. Imunisasi
Pada daerah risiko tinggi infeksi tuberculosis, imunisasi BCG harus
diberikan pada bayi segera setelah lahir. Pemberian dosis pertama tetes
polio dianjurkan pada bayi segera setelah lahir atau pada umur 2 minggu.
Maksud pemberian imunisasi polio secara dini adalah untuk meningkatkan
perlindungan awal. Imunisasi hepatitis B sudah merupakan program
nasional, meskipun pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Pada
daerah risiko tinggi, pemberian imunisasi Hepatitis B dianjurkan pada bayi
segera setelah lahir.
Tabel Imunisasi
Umur Bayi Jenis Imunisasi
≤ 7 Hari Hepatitis B (HB) 0
1 Bulan BCG, Polio 1
2 Bulan DPT/HB 1,Polio 2
3 Bulan DPT/HB 2, Polio 3
4 Bulan DPT/HB 3, Polio 4
9 Bulan Campak

f. Pernapasan
Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing, trachea,
bronchiolus, bronchiolus respiratorius, dan duktus alveeolaris ke alveoli.
Terhambatnya jalan nafas akan menimbulkan asfiksia, hipoksia dan akhirnya
kematian. Selain itu bayi BBLR tidak dapat beradaptasi dengan asfiksia yang
terjadi selama proses kelahiran sehingga dapat lahir dengan asfiska perinatal.
Bayi BBLR juga berisiko mengalami serangan apneu dan defisiensi
surfakatan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang
sebelumnya di peroleh dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan
pembersihan jalan nafas segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan
pada posisi miring, merangsang pernapasan dengan menepuk atau menjentik
tumit. Bila tindakan ini gagal , dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal,
pijatan jantung dan pemberian natrium bikarbonat dan pemberian oksigen dan
selama pemberian intake dicegah terjadinya aspirasi. Dengan tindakan ini
dapat mencegah sekaligus mengatasi asfiksia sehingga memperkecil kematian
bayi BBLR.

8. Prognosis BBLR
Prognosis BBLR ini tergantung dari berat ringannya masalah perinatal,
misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat bayi,
makin tinggi angka kematian), asfiksia/iskemia otak, sindroma gangguan
pernapasan, perdarahan intraventrikuler, displasia bronkopulmonal,
retrolental fibro plasia, infeksi, gangguan metabolik
(asidosis,hipoglikemi,hiperbilirubinemia). Prognosis ini juga tergantung dari
keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat
kehamilan, persalinan dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi,
makanan, mencegah oinfeksi, mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia,
hiperilirunbinemia, hipoglikemia, dan lain-lain).
9. Pengamatan Lanjutan (follow up)
Bila bayi BBLR ini dapat mengatasi problematik yang dideritanya, maka
perlu diamati selanjjutnya oleh karena kemungkinan bayi ini akan mengalami
gangguan pendengaran, penglihatan, kognitif, fungsi motor susunan saraf
pusat dan penyakit-penyakit seperti hidrosefalus,serebral palsy, dsb.
10. Komplikasi
a. Kerusakan bernafas : fungsi organ belum sempurna.
b. Pneumonia, aspirasi : refleks menelan dan batuk belum sempurna
c. Perdarahan intraventrikuler : perdarahan spontan di ventrikel otak lateral
disebabkan anoksia menyebabkan hipoksia otak yang dapat menimbulkan
terjadinya kegagalan peredaran darah sistemik.

B. Down Syndrom
1. Definisi
Menurut World Health Organization (WHO) Down Syndrome adalah
sebuah tipe retardasi mental yang disebabkan materi genetic kromosom
21. Sindrom ini bisa terjadi akibat adanya proses yang disebut
nondisjunction atau gagal berpisah yang mana materi genetiknya gagal
untuk memisahkan diri selama proses penting dari pembentukan gamet,
menghasilkan kromosom ekstra yang disebut trisomi 21. Penyebab gagal
berpisah ini belum diketahui, walaupun sebenarnya berkolerasi dengan
umur ibu penyerta.( WHO, 2016).

Menurut Gunarhadi (2005 : 13) down syndrome adalah suatu


kumpulan gejala akibat dari abnormalitas kromosom, biasanya kromosom
21, yang tidak dapat memisahkan diri selama meiosis sehingga terjadi
individu dengan 47 kromosom. Tanda-tanda klinis kelainan aneuploidi
pada manusia yaitu individu aneuploidi memiliki kekurangan atau
kelebihan di dalam sel tubuhnya. Jenis aneuploidi sebagai penyimpangan
kromosom tersebut dinamakan trisomi 21, yang berarti kromosom nomor
21 memiliki 3 genom. Kondisi manusia yang diakibatkan oleh
penyimpangan kromosom jenis trisomi 21 diberi istilah idiot mongoloid
atau mongoloisme. Diberi nama demikian, karena kondisi individual
dengan trisomi 21 dianggap memiliki ciri ciri wajah yang menyerupai
orang oriental.
Down syndrome adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan
fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas
perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan
sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi
pembelahan. Kromosom merupakan serat-serat khusus yang terdapat
didalam setiap sel didalam badan manusia dimana terdapat beberapa
genetik yang menentukan sifat-sifat seseorang. Ciri utama daripada bentuk
ini adalah dari segi struktur muka dan satu atau ketidakmampuan fisik dan
juga waktu hidup yang singkat. Sebagai perbandingan, bayi normal
dilahirkan dengan jumlah 46 kromosom (23 pasang) sedangkan bayi down
syndrome dilahirkan hanya sepasang kromosom 21 (2 kromosom 21
dikarena bayi dengan penyakit down syndrom terjadi disebabkan oleh
kelebihan kromosom dimana 3 kromosom 21 menjadikan jumlah kesemua
kromosom ialah 47 kromosom. Keadaan ini dapat terjadi terhadap laki-laki
maupun perempuan.
Menurut Glenn Doman, ahli fisik dan terapi pendiri The Institute for
The Achievement of Human Potential yang banyak menangani anak down
syndrome, menyatakan bahwa anak down syndrome disebabkan oleh otak
yang cidera. Maka yang perlu diterapi adalah otaknya. Jalur manusia
berada di sebelah sumsum tulang belakang dan otak bagian belakang.
Kemampuan sensorik ini meliputi penerimaan informasi melalui kelima
indra yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecap.
2. Ciri-Ciri Fisik Anak Down Syndrom
Penyimpangan kromosom trisomi 21 menyebabkan ciri-ciri fisik
perkembangan anak down syndrome sebagai berikut:
a. Penyakit jantung bawaan.
b. Gangguan mental.
c. Tubuh kecil.
d. Kekuatan otot lemah.
e. Kelenturan yang tinggi pada persendian.
f. Bercak pada iris mata.
g. Posisi mata miring keatas.
h. Adanya lipitan ekstra pada sudut mata.
i. Lubang mulut kecil sehingga lidah cenderung menekuk.
j. Tangan pendek tetapi lebar dengan lipatan tunggal pada telapak tangan.

3. Faktor penyebab down syndrome antara lain:


Faktor penyebab down sindrome dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
a. Kelompok Biomedi
1) Pre natal.
Dapat terjadi karena infeksi pada waktu ibu hamil, gangguan metabolisme,
iradiasi sewaktu umur kehamilan antara 2-6 minggu, kelainan kromosom,
malnutrisi.
2) Natal. Anaxia (terhambatnya pasokan darah ke otak), asphisia,
prematuritas, postmaturitas, kerusakan otak.
3) Postnatal. Dapat terjadi karena malnutrisi, infeksi (meningitis dan
enchepalitis), trauma
b. Kelompok Sosio Kultural
Kelompok etiologi ini dipengaruhi oleh proses psikososial dalam keluarga.
Davis mengemukakan 3 macam teori, yaitu:

1) Teori stimulasi
Umumnya adalah penderita down syndrome yang tergolong ringan,
disebabakan kekurangan rangsang, atau kekurangan kesempatan dari
keluarga.
2) Teori gangguan
Kegagalan keluarga dalam memberikan proteksi yang cukup terhadap
stress pada masa anak-anak, sehingga mengakibatkan gangguan pada
proses mental.
3) Teori keturunan
Teori ini menggunakan hubungan antara orang tua dan anak lemah
sehingga anak mengalami stress akan bereaksi dengan cara yang
bermacam-macam untuk dapat menyesuaikan diri.
4. Permasalahan pada anak Down Syndrome
a. Kehidupan sehari-hari
Kebiasaan di rumah dan kondisi anak down syndrome akan membawa
suasana yang kurang kondusif terhadap kegiatan pembelajaran di sekolah.
b. Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar anak down syndrome adalah masalah paling besar,
mengingat keterbatasan mereka kegiatan pembelajaran yang di sekolah.
Keterbatasan ini tercermin dari seluruh aspek akademik seperti,
matematika, IPA, IPS dan Bahasa.
c. Penyesuaian Diri
Seorang dikategorikan down syndrome harus memiliki dua persyaratan
yaitu tingkat kecerdasan dibawah normal dan bermasalah dalam
penyesuaian diri. Implikasinya terhadap pendidikan, anak down syndrome
harus mendapatkan porsi pembelajaran untuk meningkatkan ketrampilan
sosialnya.
d. Kepribadian dan Emosinya
Karena kondisi mentalnya anak down syndrome sering menampilkan
kepribadiannya yang tidak seimbang. Terkadang tenang terkadang juga
kacau, sering termenung berdiam diri, namun terkadang menunjukan
sikap tantrum (ngambek), marahmarah, mudah tersinggung, mengganggu
orang lain, atau membuat kacau dan bahkan merusak.
5. Jenis-jenis Terapi Pada Anak Down Syndrome
a. Terapi Fisik
Terapi ini biasanya diperlukan pertama kali bagi anak down syndrome.
Dikarenakan mereka mempunyai otot tubuh yang lemas, terapi ini
diberikan agar anak dapat berjalan dengan cara yang benar.
b. Terapi Wicara
Terapi ini diperlukan untuk anak down syndrom dengan keterlambatan
bicara dan pemahaman kosakata.
c. Terapi Okupasi
Terapi ini diberikan untuk melatih anak dalam hal kemandirian,
kognitif/pemahaman, kemampuan sensorik dan motoriknya. Terapi ini
membantu anak mengembangkan kekuatan koordinasi dengan atau
tanpa menggunakan alat.
d. Terapi Remedial
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan kemampuan
akademis dan dijadikan acuan terapi ini adalah bahan-bahan pelajaran
dari sekolah biasa.
e. Terapi Sensori Integritasi
Sensori Integrasi adalah ketidakmampuan mengolah
rangsangan/sensori yang diterima. Terapi ini diberikan bagi anak down
syndrome yang mengalami gangguan integrasi sensori misalnya
pengendalian sikap tubuh, motorik kasar, motorik halus dll. Dengan
terapi ini anak diajarkan melakukan aktivitas dengan terarah sehingga
kemampuan otak akan meningkat.
f. Terapi Tingkah Laku
Mengajarkan anak down syndrome yang sudah berusia lebih besar
agar memahami tingkah laku yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan
norma-norma dan aturan yang berlaku di masyarakat.

g. Terapi Akupuntur
Terapi ini dilakukan dengan cara menusuk titik persarafan pada bagian
tubuh tertentu dengan jarum. Titik syaraf yang ditusuk disesuaikan
dengan kondisi sang anak.
h. Terapi Musik
Terapi musik adalah anak dikenalkan nada, bunyi-bunyian, dll. Anak-
anak sangat senang dengan musik maka kegiatan ini akan sangat
menyenangkan bagi mereka dengan begitu stimulasi dan daya
konsentrasi anak akan meningkat dan mengakibatkan fungsi tubuhnya
yang lain juga membaik
i. Terapi Craniosacral
Terapi dengan sentuhan tangan dengan tekanan yang ringan pada
syaraf pusat. Dengan terapi ini anak down syndrome diperbaiki
metabolisme tubuhnya sehingga daya tahan tubuh lebih meningkat.

6. Asupan Gizi pada Anak Down Syndrome


a. Vitamin
b. Mineral
c. Asam Amino
d. Triptofan
e. Antioksidan
f. Probiotik dan Prebiotik
g. DHA Omega 3
h. Kolin
i.
II. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan terganggu

b. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh
rendah
c. Riwayat penyakit sekarang
Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu ,berat badan
kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3
menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-10 normal
d. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB Paru,
tumor kandungan, kista, hipertensi
f. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya
absorbsi kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium, produksi
urin rendah
g. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C

2) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-
rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna
kulit bayi sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill  (kurang dari 2-3
detik).
b) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan
otot aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan
pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah
stridor, wheezing atau ronkhi.
c) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah,
kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi
dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi dan bau),
refleks menelan dan mengisap yang lemah.
d) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin
(jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
e) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro,
menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi,
ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil,
tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.
f) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,
pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
h) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500
gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar
kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama
dengan atau kurang dari 30cm, lingkar lengan atas, lingkar perut,
keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada
wanita klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum
berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun., nilai
APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulitkeriput.
(Pantiawati, 2010)

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Proverawati (2010), diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada BBLR adalah:
a. Pola nafas tidak efektif
b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
c. Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh
d. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi
e. Ketidakefektifan pola minum
f. Resiko infeksi

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


(NOC) (NIC)
1 Ketidakefektifan Pola nafas NOC : NIC :
Definisi : Pertukaran udara 1. Respiratory status : Ventilation Airway Management
inspirasi dan/atau ekspirasi 2. Respiratory status : Airway 1. Buka jalan nafas, guanakan
tidak adekuat patency. teknik chin lift atau jaw thrust
Batasan karakteristik : 3. Vital sign Status bila perlu
Penurunan tekanan 2. Posisikan pasien untuk
inspirasi/ ekspirasi. Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
Penurunan pertukaran udara Mendemonstrasikan batuk 3. Identifikasi pasien perlunya
per menit efektif dan suara nafas yang pemasangan alat jalan nafas
Menggunakan otot pernafasan bersih, tidak ada sianosis dan buatan
tambahan dyspneu (mampu mengeluarkan 4. Pasang mayo bila perlu
Nasal flaring sputum, mampu bernafas dengan 5. Lakukan fisioterapi dada
Dyspnea mudah, tidak ada pursed lips). jika perlu
Orthopnea Menunjukkan jalan nafas 6. Keluarkan sekret dengan
Perubahan penyimpangan dada yang paten (klien tidak merasa batuk atau suction
Nafas pendek tercekik, irama nafas, frekuensi 7. Auskultasi suara nafas, catat
Pernafasan pursed-lip pernafasan dalam rentang normal, adanya suara tambahan
Tahap ekspirasi berlangsung tidak ada suara nafas abnormal). 8. Lakukan suction pada mayo
sangat lama Tanda Tanda vital dalam 9. Berikan bronkodilator bila
Peningkatan diameter anterior- rentang normal (tekanan darah, perlu
posterior nadi, pernafasan). 10. Berikan pelembab udara
Pernapasan rata-rata/minimal Kassa basah NaCl Lembab
Bayi : < 25 atau > 60 11. Atur intake untuk cairan
Usia 1-4 : < 20 atau > 30 mengoptimalkan
Usia 5-14 : < 14 atau > 25 keseimbangan.
Usia > 14 : < 11 atau > 24 12. Monitor respirasi dan
Kedalaman pernafasan status O2
Dewasa volume tidalnya 500
ml saat istirahat Oxygen Therapy
Bayi volume tidalnya 6-8 13. Bersihkan mulut, hidung
ml/Kg dan secret trakea
Timing rasio 14. Pertahankan jalan nafas
Penurunan kapasitas vital yang paten
15. Atur peralatan oksigenasi
Faktor yang berhubungan : 16. Monitor aliran oksigen
Hiperventilasi 17. Pertahankan posisi pasien
Deformitas tulang 18. Onservasi adanya tanda
Kelainan bentuk dinding dada tanda hipoventilasi
Penurunan energi/kelelahan 19. Monitor adanya kecemasan
Perusakan/pelemahan pasien terhadap oksigenasi
muskulo-skeletal
Obesitas Vital sign Monitoring
Posisi tubuh 20. Monitor TD, nadi, suhu,
Kelelahan otot pernafasan dan RR
Hipoventilasi sindrom 21. Catat adanya fluktuasi
Nyeri tekanan darah
Kecemasan 22. Monitor VS saat pasien
Disfungsi Neuromuskuler berbaring, duduk, atau berdiri
Kerusakan persepsi/kognitif 23. Auskultasi TD pada kedua
Perlukaan pada jaringan syaraf lengan dan bandingkan
tulang belakang 24. Monitor TD, nadi, RR,
Imaturitas Neurologis sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
25. Monitor kualitas dari nadi
26. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
27. Monitor suara paru
28. Monitor pola pernapasan
abnormal
29. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
30. Monitor sianosis perifer
31. Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
32. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
2 Ketidakefektifan Bersihan NOC : NIC :
jalan nafas. 1. Respiratory status : Ventilation Airway Suction
Definisi : Ketidakmampuan 2. Respiratory status : Airway 1. Auskultasi suara nafas
untuk membersihkan sekresi patency sebelum dan sesudah
atau obstruksi dari saluran 3. Aspiration Control suctioning.
pernafasan untuk 2. Informasikan pada klien dan
mempertahankan kebersihan Kriteria Hasil : keluarga tentang suctioning
jalan nafas. Mendemonstrasikan batuk 3. Minta klien nafas dalam
Batasan Karakteristik : efektif dan suara nafas yang sebelum suction dilakukan.
bersih, tidak ada sianosis dan 4. Berikan O2 dengan
- Dispneu, Penurunan suara dyspneu (mampu mengeluarkan menggunakan nasal untuk
nafas sputum, mampu bernafas dengan memfasilitasi suksion
- Orthopneu mudah, tidak ada pursed lips) nasotrakeal
- Cyanosis Menunjukkan jalan nafas 5. Gunakan alat yang steril
- Kelainan suara nafas (rales, yang paten (klien tidak merasa sitiap melakukan tindakan
wheezing) tercekik, irama nafas, frekuensi 6. Anjurkan pasien untuk
- Kesulitan berbicara pernafasan dalam rentang normal, istirahat dan napas dalam
- Batuk, tidak efekotif atau tidak ada suara nafas abnormal) setelah kateter dikeluarkan dari
tidak ada Mampu mengidentifikasikan nasotrakeal
- Mata melebar dan mencegah factor yang dapat 7. Monitor status oksigen
- Produksi sputum menghambat jalan nafas pasien
- Gelisah 8. Ajarkan keluarga bagaimana
- Perubahan frekuensi dan cara melakukan suksion
irama nafas 9. Hentikan suksion dan
berikan oksigen apabila pasien
Faktor-faktor yang menunjukkan bradikardi,
berhubungan: peningkatan saturasi O2, dll.
Lingkungan : merokok,
menghirup asap rokok, Airway Management
perokok pasif-POK, infeksi 10. Buka jalan nafas, guanakan
Fisiologis : disfungsi teknik chin lift atau jaw thrust
neuromuskular, hiperplasia bila perlu
dinding bronkus, alergi jalan 11. Posisikan pasien untuk
nafas, asma. memaksimalkan ventilasi
Obstruksi jalan nafas : spasme 12. Identifikasi pasien perlunya
jalan nafas, sekresi tertahan, pemasangan alat jalan nafas
banyaknya mukus, adanya buatan
jalan nafas buatan, sekresi 13. Pasang mayo bila perlu
bronkus, adanya eksudat di 14. Lakukan fisioterapi dada
alveolus, adanya benda asing jika perlu
di jalan nafas. 15. Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
16. Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara tambahan
17. Lakukan suction pada
mayo
18. Kolaborasikan pemberian
bronkodilator bila perlu
19. Berikan pelembab udara
kassa basah NaCl Lembab
20. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
21. Monitor respirasi dan
status oksigen
3 Risiko ketidakseimbangan NOC : NIC :
temperatur tubuh 1. Hydration Temperature Regulation
Definisi : Risiko kegagalan 2. Adherence Behavior (pengaturan suhu)
mempertahankan suhu tubuh 3. Immune Status 1. Monitor suhu minimal tiap 2
dalam batas normal. 4. Infection status jam
Faktor factor resiko: 5. Risk control 2. Rencanakan monitoring
Perubahan metabolisme dasar 6. Risk detection suhu secara kontinyu
Penyakit atau trauma yang 3. Monitor TD, nadi, dan RR
mempengaruhi pengaturan 4. Monitor warna dan suhu
suhu kulit
Pengobatan pengobatan yang 5. Monitor tanda-tanda
menyebabkan vasokonstriksi hipertermi dan hipotermi
dan vasodilatasi 6. Tingkatkan intake cairan
Pakaian yang tidak sesuai dan nutrisi
dengan suhu lingkungan 7. Selimuti pasien untuk
Ketidakaktifan atau aktivitas berat mencegah hilangnya
Dehidrasi kehangatan tubuh
Pemberian obat penenang
8. Ajarkan pada pasien cara
Paparan dingin atau
mencegah keletihan akibat
hangat/lingkungan yang panas
panas
9. Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek negatif
dari kedinginan
10. Beritahukan tentang
indikasi terjadinya keletihan
dan penanganan emergency
yang diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
12. Berikan anti piretik jika
perlu.
4 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :
kurang dari kebutuhan tubuh 1. Nutritional Status Nutrition Management
Definisi : Intake nutrisi tidak 2. Nutritional Status : food and 1. Kaji adanya alergi makanan
cukup untuk keperluan Fluid Intake 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
metabolisme tubuh. 3. Nutritional Status : nutrient untuk menentukan jumlah
Batasan karakteristik : Intake kalori dan nutrisi yang
- Berat badan 20 % atau lebih 4. Weight control dibutuhkan pasien.
di bawah ideal 3. Anjurkan pasien untuk
- Dilaporkan adanya intake Kriteria Hasil : meningkatkan intake Fe
makanan yang kurang dari Adanya peningkatan berat 4. Anjurkan pasien untuk
RDA (Recomended Daily badan sesuai dengan tujuan meningkatkan protein dan
Allowance) Berat badan ideal sesuai vitamin C
- Membran mukosa dan dengan tinggi badan 5. Berikan substansi gula
konjungtiva pucat  Mampu mengidentifikasi 6. Yakinkan diet yang dimakan
- Kelemahan otot yang kebutuhan nutrisi mengandung tinggi serat untuk
digunakan untuk  Tidak ada tanda tanda mencegah konstipasi
menelan/mengunyah malnutrisi 7. Berikan makanan yang
- Luka, inflamasi pada rongga Menunjukkan peningkatan terpilih ( sudah dikonsultasikan
mulut fungsi pengecapan dari menelan dengan ahli gizi)
- Mudah merasa kenyang, Tidak terjadi penurunan berat 8. Ajarkan pasien bagaimana
sesaat setelah mengunyah badan yang berarti membuat catatan makanan
makanan harian.
- Dilaporkan atau fakta adanya 9. Monitor jumlah nutrisi dan
kekurangan makanan kandungan kalori
- Dilaporkan adanya perubahan 10. Berikan informasi tentang
sensasi rasa kebutuhan nutrisi
- Perasaan ketidakmampuan 11. Kaji kemampuan pasien
untuk mengunyah makanan untuk mendapatkan nutrisi
- Miskonsepsi yang dibutuhkan
- Kehilangan BB dengan
makanan cukup Nutrition Monitoring
- Keengganan untuk makan 12. BB pasien dalam batas
- Kram pada abdomen normal
- Tonus otot jelek 13. Monitor adanya penurunan
- Nyeri abdominal dengan atau berat badan
tanpa patologi 14. Monitor tipe dan jumlah
- Kurang berminat terhadap aktivitas yang biasa dilakukan
makanan 15. Monitor interaksi anak atau
- Pembuluh darah kapiler orangtua selama makan
mulai rapuh 16. Monitor lingkungan selama
- Diare dan atau steatorrhea makan
- Kehilangan rambut yang 17. Jadwalkan pengobatan dan
cukup banyak (rontok) tindakan tidak selama jam
- Suara usus hiperaktif makan
- Kurangnya informasi, 18. Monitor kulit kering dan
misinformasi perubahan pigmentasi
19. Monitor turgor kulit
Faktor-faktor yang 20. Monitor kekeringan,
berhubungan : rambut kusam, dan mudah
Ketidakmampuan pemasukan patah
atau mencerna makanan atau 21. Monitor mual dan muntah
mengabsorpsi zat-zat gizi 22. Monitor kadar albumin,
berhubungan dengan faktor total protein, Hb, dan kadar Ht
biologis, psikologis atau 23. Monitor makanan kesukaan
ekonomi. 24. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
25. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
26. Monitor kalori dan intake
nuntrisi
27. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral. Catat
jika lidah berwarna magenta,
scarlet.
5 Ketidakefektifan pola minum NOC : NIC :
bayi 1. Breastfeeding Estabilshment : Breastfeeding assistance
infant 1. Fasilitasi kontak ibu dengan
2. Knowledge : breastfeeding bayi sawal mungkin (maksimal
3. Breastfeeding Maintenance 2 jam setelah lahir )
2. Monitor kemampuan bayi
Kriteria Hasil : untuk menghisap
 Klien dapat menyusui 3. Dorong orang tua untuk
dengan efektif meminta perawat untuk
 Memverbalisasikan tehnik menemani saat menyusui
untk mengatasi masalah sebanyak 8-10 kali/hari
menyusui 4. Sediakan kenyamanan dan
 Bayi menandakan kepuasan privasi selama menyusui
menyusu 5. Monitor kemampuan bayi
 Ibu menunjukkan harga diri untuk menggapai putting
yang positif dengan 6. Dorong ibu untuk tidak
menyusui membatasi bayi menyusu
7. Monitor integritas kulit
sekitar putting
8. Instruksikan perawatan
putting untuk mencegah lecet.
9. Diskusikan penggunaan
pompa ASI kalau bayi tidak
mampu menyusu
10. Monitor peningkatan
pengisian ASI
11. Jelaskan penggunaan susu
formula hanya jika diperlukan
12. Instruksikan ibu untuk
makan makanan bergizi selama
menyusui
13. Dorong ibu untuk minum
jika sudah merasa haus
14. Dorong ibu untuk
menghindari penggunaan
rokok danPil KB selama
menyusui
15. Anjurkan ibu untuk
memakai Bra yang nyaman,
terbuat dari cootn dan
menyokong payudara
16. Dorong ibu
untukmelanjutkan laktasi
setelah pulang bekerja/sekolah
6 Resiko infeksi NOC : NIC :
Definisi : Peningkatan resiko 1. Immune Status Infection Control (Kontrol
masuknya organisme patogen 2. Knowledge : Infection control infeksi)
Faktor-faktor resiko : 3. Risk control 1. Bersihkan lingkungan
- Prosedur Invasif setelah dipakai pasien lain
- Ketidakcukupan pengetahuan Kriteria Hasil : 2. Pertahankan teknik isolasi
untuk menghindari paparan  Klien bebas dari tanda dan 3. Batasi pengunjung bila perlu
patogen gejala infeksi 4. Instruksikan pada
- Trauma  Menunjukkan kemampuan pengunjung untuk mencuci
- Kerusakan jaringan dan untuk mencegah timbulnya tangan saat berkunjung dan
peningkatan paparan infeksi setelah berkunjung
lingkungan  Jumlah leukosit dalam batas meninggalkan pasien
- Ruptur membran amnion normal 5. Gunakan sabun antimikrobia
- Agen farmasi  Menunjukkan perilaku hidup untuk cuci tangan
(imunosupresan) sehat 6. Cuci tangan setiap sebelum
- Malnutrisi dan sesudah tindakan
- Peningkatan paparan kperawtan
lingkungan patogen 7. Gunakan baju, sarung
- Imonusupresi tangan sebagai alat pelindung
- Ketidakadekuatan imum 8. Pertahankan lingkungan
buatan aseptik selama pemasangan
- Tidak adekuat pertahanan alat
sekunder (penurunan Hb, 9. Ganti letak IV perifer dan
Leukopenia, penekanan respon line central dan dressing sesuai
inflamasi) dengan petunjuk umum
- Tidak adekuat pertahanan 10. Gunakan kateter intermiten
tubuh primer (kulit tidak utuh, untuk menurunkan infeksi
trauma jaringan, penurunan kandung kencing
kerja silia, cairan tubuh statis, 11. Tingktkan intake nutrisi
perubahan sekresi pH, 12. Berikan terapi antibiotik
perubahan peristaltik). bila perlu
- Penyakit kronik
Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)
13. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
14. Monitor hitung granulosit,
WBC
15. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
16. Batasi pengunjung
17. Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
18. Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
19. Pertahankan teknik isolasi
k/p
20. Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
21. Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
22. Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
23. Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
24. Dorong masukan cairan
25. Dorong istirahat
26. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
27. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
28. Ajarkan cara menghindari
infeksi
29. Laporkan kecurigaan
infeksi
30. Laporkan kultur positif
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Irene M, dkk. 2005. Keperawatan Maternitas. Edisi Keempat. Jakarta. EGC
Gunarhadi. 2005. Penanganan Anak Syndrome Down Dalam Lingkungan
Keluarga dan Sekolah. Jakarta. Depdiknas
Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Proverawati, A., Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta:
Nuha Medika
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia.Jakarta: IDAI

Anda mungkin juga menyukai