Disusun oleh :
Hilda Eka Dewi
402018043
Program Studi Ners
2. Etiologi
Bayi berat lahir rendah mungkin premature (kurang bulan) mungkin juga
cukup bulan (dismatur), yang diuraikan sebagai berikut :
a. Premature murni
1) Premature murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa kehamilan atau
disebut juga neonatus preterm / BBLR/ SMK.
2) Dismatur
Dismatur (IUGR) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilan di karenakan mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan.
a) Proportionate IUGR
Proportionate IUGR merupakan janin yang menderita distress yang lama
dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai
berbulan bulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dada, lingkar
kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih di
bawah masa gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak menunjukan adanya
wasted oleh karena retardasi pada janin terjadi sebelum terbentuknya
adipose tissue.
b) Disproportionate IUGR
Disproportionate IUGR, merupakan janin yang terjadi karena distress sub
akut gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sampai janin
lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar keapala normal akan tetapi
berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak Wasted dengan tanda
tanda sedikit nya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering keriput dan
mudah di angkat bayi kurus dan lebih panjang.(Maryunani,2013)
(Proverawati, 2010)
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
antara lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek
dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui
apakah bayi itu prematuritas atau maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes
pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens
terakhirnya.
c. Darah rutin, glokosa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi
lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang
bulan dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi
sindrom gawat nafas.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bayi BBLR di antaranya adalah membersihkan jalan nafas,
memotong dan merawat tali pusat, membersihkan badan bayi, memberikan obat
mata, mempertahankan suhu badan dengan cara membungkus badan bayi dengan
selimut yang sudah di hangatkan, menidurkan bayi dalam incubator buatan
dengan lampu penghangat, suhu lingkungan dijaga untuk mengurangi kehilangan
panas secara radiasi dan konveksi. Badan bayi harus selalu kering untuk
mengurangi kehilangan panas secara evaporasi. Memberikan bayi nutrisi adekuat.
Apabila daya hisap belum baik , bayi dicoba menetek sedikit sedikit. Apabila
belum bisa menetek, berikan ASI dengan sendok atau pipet.apabibila belum ada
refleks menghisap dan menelan, pasang sonde lambung / NGT. Mengajarkan ibu /
orang tua tentang cara membersihkan jalan nafas, mempertahankan suhu,
mencegah infeksi, serta perawatan dan nutrisi bayi sehari-hari.
Bayi baru lahir yang sakit / kecil (BB kurang dari 2500 gram atau umur
kehamilan kurang dari 37 minggu), perlu penambahan kehangatan tubuh untuk
mempertahankan suhu normal. Bayi tersebut dapat dengan cepat terjadi hipotermi
dan untuk mempertahankan kembali membutuhkan waktu yang lama. Resiko
komplikasi dan kematian meningkat secara ermakna bila suhu lingkungan tidak
normal.
Bagan Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah
( Prawirohardjo,2014)
Kriteria Berat lahir Bayi < 2500 gram
Kategori Bayi berat lahir sangat rendah Bayi berat lahir rendah
(BBLRSR) (BBLR)
Penilaian Berat lahir < 1500 gram Berat Lahir 1500-2500
gram
Penanganan
Puskesmas 1. Keringkan secepatnya dengan handuk hangat
2. Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang
kering dan hangat. Pertahankan tetap hangat.
3. Berikan lingkungan hangat dengan cara kontak kulit
ke kulit dan bungkus BBLSR dengan kain hangat.
4. Beri lampu 60 watt, dengan jarak minimal 60 cm
dari bayi
5. Kepala bayi ditutup topi.
6. Beri oksigen
7. Tali pusat dalam keadaan bersih
1. Tetesi ASI bila dapat 1. Beri ASI
menelan bila tidak dapat Bila tidak dapat
menelan , langsung rujuk . menghisap, bisa
2. Rujuk ke rumah sakit menelan langusng
tetesi langsung dari
putting.
2. Bila tidak dapat
menelan, langsung
di rujuk.
Rumah Sakit 1. Sama dengan diatas
2. Beri minum dengan sonde / tetesi ASI
3. Bila tidak mungkin , infus dextrose 10 % +
bicarbonas Natricus 1,5 %= 4 : 1, Hari 1 : 60
cc/kg/hari Hari 2 : 70 cc/kg/hari
4. Antibiotika
5. Bila tidak dapat menghisap putting susu / tidak dapat
menelan langsung / sesak / biru/ tanda-tanda
hipotermia berat, terangkan kemungkinan arah
meninggal
a. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas atau BBLR
Mekanisme pengaturan temperature tubuh pada bayi baru lahir belum
berfungsi sempurna, untuk itu diperlukan pencegahan kehilangan panas pada
tubuh bayi karena bayi dapat mengalami hipotermi. Bayi dengan hipotermia
sangat beresiko tinggi mengalami kesakitan berat bahkan kematian. Hipotermia
mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera di
keringkan dan diselimuti walau didalam ruangan yang relative hangat.
Prinsip umum menjaga kehangatan tubuh Bayi
a. Bayi harus tetap berpakaian atau diselimuti setiap saat agar tetap hangat
walaupun dalam keadaan dilakukan tindakan , misalnya bila dipasang jalur
infus intra vena atau selama resusitasi, dengan cara : memakai pakaian dan
topi, membungkus bayi dengan pakaian kering, lembut dan selimuti bayi,
membuka bagian tubuh yang diperlukan untuk pemantauan dan tindakan.
b. Rawat bayi kecil di ruang yang hangat ( tidak kurang 25ºC dan bebas dari
aliran angin )
c. Jangan meletkan bayi dekat dengan benda dingin ( dinding dingin atau
jendela), walaupun bayi dalam incubator atau dibawah pemancar panas.
d. Jangan meletakan bayi langsung di permukaan yang dingin ( alasi tempat tidur/
meja periksa dengan kain atau selimut hangat sebelum bayi diletakkan).
e. Pada waktu bayi dipindahkan ke tempat lain, jaga bayi tetap hangat dan
gunakan pemancar panas atau kontak kulit dnegan bidan/perawat.
f. Berikan tambhaan kehangatan pada waktu dilakukan tindakan ( misalnya
menggunakan pemancar panas).
g. Ganti popok setiap kali basah
h. Bila ada sesuatu yang basah ditempelkan di kulit ( misalnya kain kassa yang
basah ), usahakan agar bayi tetap hangat.
i. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin.
Cara menghangatkan bayi ( Muslihatun,2010)
Cara Petunjuk penggunaan
Skin to skin Untuk semua bayi
contact Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau
menghangatkan bayi hipotermi ( suhu badan 32-36,4 º C)
apabila cara ini tidak mungkin dilakukan.
Kangaroo Mother Untuk menstabilkan bayi dengan BB kurang dari 2500
care ( KMC ) gram terutama direkomendasikan untuk perawatan
berkelanjutan dengan BB kurang dari 1800 gram .
Tidak untuk bayi yang sakit berat ( sepsis, gangguan
nafas berat)
Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat dan tidak
dapat merawat bayinya
Pemancar panas Untuk bayi sakit atau bayi dnegan BB 1500 gram atau
lebih.
Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan
tindakan atau menghangatkan kembali bayi hipotermi.
Inkubator Penghangatan berkelanjutan bayi dnegan BB kurang dari
1500 gram yang tidak dapat dilakukan KMC.
Untuk bayi sakit berat ( sespsis, gangguan nafas berat)
Penghangat Untuk merawat bayi dengan BB kurang dari 2500 gram
ruangan yang tidak memerlukan tindakan diagnostic /procedure
pengobatan.
Tidak untuk bayi sakit berat ( sepsis, gangguan nafas
berat) dan bayi kurang dari 1500 gram.
e. Imunisasi
Pada daerah risiko tinggi infeksi tuberculosis, imunisasi BCG harus
diberikan pada bayi segera setelah lahir. Pemberian dosis pertama tetes
polio dianjurkan pada bayi segera setelah lahir atau pada umur 2 minggu.
Maksud pemberian imunisasi polio secara dini adalah untuk meningkatkan
perlindungan awal. Imunisasi hepatitis B sudah merupakan program
nasional, meskipun pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Pada
daerah risiko tinggi, pemberian imunisasi Hepatitis B dianjurkan pada bayi
segera setelah lahir.
Tabel Imunisasi
Umur Bayi Jenis Imunisasi
≤ 7 Hari Hepatitis B (HB) 0
1 Bulan BCG, Polio 1
2 Bulan DPT/HB 1,Polio 2
3 Bulan DPT/HB 2, Polio 3
4 Bulan DPT/HB 3, Polio 4
9 Bulan Campak
f. Pernapasan
Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing, trachea,
bronchiolus, bronchiolus respiratorius, dan duktus alveeolaris ke alveoli.
Terhambatnya jalan nafas akan menimbulkan asfiksia, hipoksia dan akhirnya
kematian. Selain itu bayi BBLR tidak dapat beradaptasi dengan asfiksia yang
terjadi selama proses kelahiran sehingga dapat lahir dengan asfiska perinatal.
Bayi BBLR juga berisiko mengalami serangan apneu dan defisiensi
surfakatan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang
sebelumnya di peroleh dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan
pembersihan jalan nafas segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan
pada posisi miring, merangsang pernapasan dengan menepuk atau menjentik
tumit. Bila tindakan ini gagal , dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal,
pijatan jantung dan pemberian natrium bikarbonat dan pemberian oksigen dan
selama pemberian intake dicegah terjadinya aspirasi. Dengan tindakan ini
dapat mencegah sekaligus mengatasi asfiksia sehingga memperkecil kematian
bayi BBLR.
8. Prognosis BBLR
Prognosis BBLR ini tergantung dari berat ringannya masalah perinatal,
misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat bayi,
makin tinggi angka kematian), asfiksia/iskemia otak, sindroma gangguan
pernapasan, perdarahan intraventrikuler, displasia bronkopulmonal,
retrolental fibro plasia, infeksi, gangguan metabolik
(asidosis,hipoglikemi,hiperbilirubinemia). Prognosis ini juga tergantung dari
keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat
kehamilan, persalinan dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi,
makanan, mencegah oinfeksi, mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia,
hiperilirunbinemia, hipoglikemia, dan lain-lain).
9. Pengamatan Lanjutan (follow up)
Bila bayi BBLR ini dapat mengatasi problematik yang dideritanya, maka
perlu diamati selanjjutnya oleh karena kemungkinan bayi ini akan mengalami
gangguan pendengaran, penglihatan, kognitif, fungsi motor susunan saraf
pusat dan penyakit-penyakit seperti hidrosefalus,serebral palsy, dsb.
10. Komplikasi
a. Kerusakan bernafas : fungsi organ belum sempurna.
b. Pneumonia, aspirasi : refleks menelan dan batuk belum sempurna
c. Perdarahan intraventrikuler : perdarahan spontan di ventrikel otak lateral
disebabkan anoksia menyebabkan hipoksia otak yang dapat menimbulkan
terjadinya kegagalan peredaran darah sistemik.
B. Down Syndrom
1. Definisi
Menurut World Health Organization (WHO) Down Syndrome adalah
sebuah tipe retardasi mental yang disebabkan materi genetic kromosom
21. Sindrom ini bisa terjadi akibat adanya proses yang disebut
nondisjunction atau gagal berpisah yang mana materi genetiknya gagal
untuk memisahkan diri selama proses penting dari pembentukan gamet,
menghasilkan kromosom ekstra yang disebut trisomi 21. Penyebab gagal
berpisah ini belum diketahui, walaupun sebenarnya berkolerasi dengan
umur ibu penyerta.( WHO, 2016).
1) Teori stimulasi
Umumnya adalah penderita down syndrome yang tergolong ringan,
disebabakan kekurangan rangsang, atau kekurangan kesempatan dari
keluarga.
2) Teori gangguan
Kegagalan keluarga dalam memberikan proteksi yang cukup terhadap
stress pada masa anak-anak, sehingga mengakibatkan gangguan pada
proses mental.
3) Teori keturunan
Teori ini menggunakan hubungan antara orang tua dan anak lemah
sehingga anak mengalami stress akan bereaksi dengan cara yang
bermacam-macam untuk dapat menyesuaikan diri.
4. Permasalahan pada anak Down Syndrome
a. Kehidupan sehari-hari
Kebiasaan di rumah dan kondisi anak down syndrome akan membawa
suasana yang kurang kondusif terhadap kegiatan pembelajaran di sekolah.
b. Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar anak down syndrome adalah masalah paling besar,
mengingat keterbatasan mereka kegiatan pembelajaran yang di sekolah.
Keterbatasan ini tercermin dari seluruh aspek akademik seperti,
matematika, IPA, IPS dan Bahasa.
c. Penyesuaian Diri
Seorang dikategorikan down syndrome harus memiliki dua persyaratan
yaitu tingkat kecerdasan dibawah normal dan bermasalah dalam
penyesuaian diri. Implikasinya terhadap pendidikan, anak down syndrome
harus mendapatkan porsi pembelajaran untuk meningkatkan ketrampilan
sosialnya.
d. Kepribadian dan Emosinya
Karena kondisi mentalnya anak down syndrome sering menampilkan
kepribadiannya yang tidak seimbang. Terkadang tenang terkadang juga
kacau, sering termenung berdiam diri, namun terkadang menunjukan
sikap tantrum (ngambek), marahmarah, mudah tersinggung, mengganggu
orang lain, atau membuat kacau dan bahkan merusak.
5. Jenis-jenis Terapi Pada Anak Down Syndrome
a. Terapi Fisik
Terapi ini biasanya diperlukan pertama kali bagi anak down syndrome.
Dikarenakan mereka mempunyai otot tubuh yang lemas, terapi ini
diberikan agar anak dapat berjalan dengan cara yang benar.
b. Terapi Wicara
Terapi ini diperlukan untuk anak down syndrom dengan keterlambatan
bicara dan pemahaman kosakata.
c. Terapi Okupasi
Terapi ini diberikan untuk melatih anak dalam hal kemandirian,
kognitif/pemahaman, kemampuan sensorik dan motoriknya. Terapi ini
membantu anak mengembangkan kekuatan koordinasi dengan atau
tanpa menggunakan alat.
d. Terapi Remedial
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan kemampuan
akademis dan dijadikan acuan terapi ini adalah bahan-bahan pelajaran
dari sekolah biasa.
e. Terapi Sensori Integritasi
Sensori Integrasi adalah ketidakmampuan mengolah
rangsangan/sensori yang diterima. Terapi ini diberikan bagi anak down
syndrome yang mengalami gangguan integrasi sensori misalnya
pengendalian sikap tubuh, motorik kasar, motorik halus dll. Dengan
terapi ini anak diajarkan melakukan aktivitas dengan terarah sehingga
kemampuan otak akan meningkat.
f. Terapi Tingkah Laku
Mengajarkan anak down syndrome yang sudah berusia lebih besar
agar memahami tingkah laku yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan
norma-norma dan aturan yang berlaku di masyarakat.
g. Terapi Akupuntur
Terapi ini dilakukan dengan cara menusuk titik persarafan pada bagian
tubuh tertentu dengan jarum. Titik syaraf yang ditusuk disesuaikan
dengan kondisi sang anak.
h. Terapi Musik
Terapi musik adalah anak dikenalkan nada, bunyi-bunyian, dll. Anak-
anak sangat senang dengan musik maka kegiatan ini akan sangat
menyenangkan bagi mereka dengan begitu stimulasi dan daya
konsentrasi anak akan meningkat dan mengakibatkan fungsi tubuhnya
yang lain juga membaik
i. Terapi Craniosacral
Terapi dengan sentuhan tangan dengan tekanan yang ringan pada
syaraf pusat. Dengan terapi ini anak down syndrome diperbaiki
metabolisme tubuhnya sehingga daya tahan tubuh lebih meningkat.
b. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh
rendah
c. Riwayat penyakit sekarang
Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu ,berat badan
kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3
menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-10 normal
d. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB Paru,
tumor kandungan, kista, hipertensi
f. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya
absorbsi kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium, produksi
urin rendah
g. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C
2) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-
rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna
kulit bayi sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill (kurang dari 2-3
detik).
b) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan
otot aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan
pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah
stridor, wheezing atau ronkhi.
c) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah,
kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi
dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi dan bau),
refleks menelan dan mengisap yang lemah.
d) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin
(jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
e) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro,
menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi,
ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil,
tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.
f) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,
pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
h) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500
gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar
kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama
dengan atau kurang dari 30cm, lingkar lengan atas, lingkar perut,
keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada
wanita klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum
berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun., nilai
APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulitkeriput.
(Pantiawati, 2010)
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Proverawati (2010), diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada BBLR adalah:
a. Pola nafas tidak efektif
b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
c. Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh
d. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi
e. Ketidakefektifan pola minum
f. Resiko infeksi
3. Intervensi Keperawatan
Bobak, Irene M, dkk. 2005. Keperawatan Maternitas. Edisi Keempat. Jakarta. EGC
Gunarhadi. 2005. Penanganan Anak Syndrome Down Dalam Lingkungan
Keluarga dan Sekolah. Jakarta. Depdiknas
Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Proverawati, A., Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta:
Nuha Medika
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia.Jakarta: IDAI