2017
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/4777
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
GAMBARAN ULKUS DEKUBITUS PADA BAYI DAN ANAK
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK
MEDAN TAHUN 2013 - 2016
SKRIPSI
Oleh :
MUTHIA HIDAYANTI NUR
140100050
Universitas
Sumatera Utara
SKRIPSI
Oleh :
MUTHIA HIDAYANTI NUR
140100050
Universitas
Sumatera Utara
ABSTRA
K
Latar Belakang. Ulkus Dekubitus adalah ulkus yang terjadi akibat tekanan yang lama yang
menyebabkan terjadinya iskemia. Hasil dari penelitian yang dilakukan sebelumnya di Indonesia
insiden terjadinya Ulkus Dekubitus cukup tinggi yaitu sekitar 33,3% menurut Association of South
East Asian Nations (ASEAN) angka ini termasuk tinggi dibanding dengan negara-negara yang
lainnya maka diperlukan penanganan yang serius dan khusus untuk menyelesaikan masalah ini.
Tujuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran ulkus dekubitus pada bayi dan
anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Metode. Penelitian ini merupakan deskriptif dengan data retrospektif dengan menggunakan data
sekunder berupa rekam medis yang telah memenuhi kriteria dengan sampel penelitian sebanyak
28 orang. Setelah data terkumpul kemudian data diolah dengan program SPSS
Kesimpulan. Berdasarkan dari hasil penelitian pada pasien ulkus dekubitus pada bayi dan anak
mulai Januari 2013 – Desember 2016 didapati sebanyak 28 orang. Pasien ulkus dekubitus pada
bayi dan anak menurut tipe/ derajat yang tertigngi yaitu derajat I sebanyak 18 orang (64,2%),
menurut lokasi yang tertinggi yaitu pada oksipital sebanyak 15 orang (53,6%), menurut usia
tertinggi terdapat pada usia 0-5 tahun yaitu sebanyak 13 orang (46,4%), menurut jenis kelamin
terdapat jenis kelamin laki-laki paling banyak yaitu sebanyak 15 orang (53,6%), dan menurut
penyakit yang paling mendasari terjadinya ulkus dekubitus pada bayi dan anak menunjukan
hydrocephalus paling banyak yaitu sebanyak 6 orang (21,4%), kemudian anemia sebanyak 4
orang (14,2%) dan penyakit lainnya
ii
Universitas
Sumatera Utara
ABSTRAC
T
Background. Decubitus ulcer is an ulcer that occurs due to the long pressure that causes
ischemia. The result of previous research in Indonesia incidence of decubitus ulcer is quite high
which is about 33,3% according to Association of South East Asian Nations (ASEAN) this figure
is high compared to other countries so serious and special handling is needed to solve this
problem. Purpose. This study aims to determine the description of decubitus ulcers in infants and
children at Haji Adam Malik General Hospital Medan.
Method. This research is descriptive with retrospective data by using secondary data in the form
of medical records that meet criteria. Sample was found as 28 people. After found the sample and
then processed using SPSS program
Conclusion. Based on the results of the study on decubitus ulcers in infants and children from
January 2013 to December 2016 was found as many as 28 patients. According to type as many as
18 people (64,2%) in first degres. According by location the most is in occipital 15 people
(53,6%), Decubitus ulcers patients in infants and children according to the highest age were 0-5
years old as many as 13 people (46,4%). According to sex there were the most male sex that was
as many as 15 people (53,6%), and according to the disease that underlines the occurrence of
decubitus ulcer in infants and children showed hydrocephalus at most as many as 6 people
(21,4%), and anemia as many as 4 people (14,2%) and etc.
iii
Universitas
Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran ulkus
dekubitus pada bayi dan anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan Tahun 2013-2016” berhasil diselesaikan. Shalawat dan salam kepada Nabi
Muhammad SAW satu-satunya teladan hingga akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua serta
keluarga yang selalu mendoakan serta memberikan nasihat dan semangat kepada
penulis dalam menyelesaikan pendidikan dan skripsi ini.
Selain itu, penelitian ini dapat diselesaikan atas dukungan dari berbagai pihak,
kepada mereka penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya,
diantaranya:
1. Dr .dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumater Utara
2. dr. Deryne Anggia Paramita, M.ked(KK), Sp.KK selaku Dosen Pembimbing
yang telah memberikan waktu,tenaga,dan pikiran untuk dapat memberikan
bimbingan, saran, motivasi, serta semangat sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
3. dr Rina Amelia MARS sebagai ketua penguji dan dr. Dina Arwina
Dalimunthe, M.ked(KK), Sp.KK sebagai anggota penguji yang telah
memberikan masukan sehingga skripsi ini terselesaikan
4. Dr. dr. Henry Salim Siregar, Sp.OG(K) selaku dosen pembimbing akademik
yang dari semester 1 hingga semester 7 memberikan dukungan, motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliahnya
5. Seluruh pihak RSUP Haji Adam Malik yang banyak membantu dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
iv
Universitas
Sumatera Utara
6. Kedua Orang tua saya M.Hidayat dan Tety Novrianti Nur yang selalu
mendukung, memberikan semangat, kasih sayang, bantuan dan rasa
kebersamaan yang tidak pernah berhenti sampai penulis menyelesaikan skripsi
ini.
7. Sahabat-sahabat terbaik saya Asdar Raya, Soufi Amira, Elza Anggriani,
Sunita Melati, yang selama ini selalu mendukung, memberikan semangat, dan
memberi saran yang tidak pernah putus sampai skripsi ini terselesaikan
8. Rekan-rekan lab B1 stambuk 2014 yang sejak awal perkuliahan berjuang
bersama melewati berbagai praktikum bersama, terkhususnya rekan skills lab
B1.3.
9. Adik-adik saudara & sepupu saya Inthan Putri Hidayanti Nur dan Mutiara
Ikhwan Nur yang memberi semangat dan dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi.
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan
skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
dunia kesehatan, khususnya bagi pembaca skripsi ini
Penulis
Universitas
Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan ................................................................................. i
Abstrak ....................................................................................................... ii
Abstract ...................................................................................................... iii
Kata Pengantar ........................................................................................... iv
Daftar Isi ..................................................................................................... vi
Daftar Gambar ............................................................................................ viii
Daftar Tabel ............................................................................................... ix
Daftar Singkatan ......................................................................................... x
Daftar Lampiran ......................................................................................... xi
vi
Universitas
Sumatera Utara
2.2.3 Perbedaan kulit bayi/anak dan dewasa.....................................15
2.2.4 Ulkus Dekubitus pada bayi dan anak.......................................16
2.3 Kerangka Teori...................................................................................18
2.4 Kerangka Konsep...............................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................30
LAMPIRAN
vi
i
Universitas
Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
viii
Universitas
Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
ix
Universitas
Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN
Universitas
Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
1 Biodata Penulis
2 Lembar Orisinalitas
3 Surat Izin Survei Awal Penelitian
4 Ethical Clearance
5 Surat Izin Penelitian
6 Data Induk Penelitian
7 Data Statistik SPSS
xi
Universitas
Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Tirah baring atau bedrest yaitu suatu keadaan dimana pasien berbaring
ditempat tidur selama hampir 24 jam setiap harinya dengan tujuan untuk
menimalkan fungsi semua organ pasien. Dampak yang sering timbul pada pasien
yang mengalami tirah baring yaitu Ulkus dekubitus (Hinchliff, 1999).
Ulkus dekubitus umum terjadi pada pasien rawat inap baik yang akut maupun
kronis. Diperkirakan bahwa sekitar 1 juta luka tekanan terjadi di Amerika Serikat.
insiden ulkus dekubitus dilaporkan pada pasien rawat inap berkisar dari 2,7%
menjadi 29% dan dilaporkan prevalensi pada pasien rawat inap berkisar dari 3,5%
menjadi 69%. Pasien di Intensive Care Unit (ICU) memiliki peningkatan risiko
cedera tekanan, yang dibuktikan dengan kejadian 33% dan prevalensi 41%.
Dalam sebuah penelitian dari Jerman yang mengkaji prevalensi cedera tekanan di
lebih dari 18.000 pasien yang berada di fasilitas perawatan jangka panjang,
prevalensi ditemukan telah menurun dari 12,5% pada tahun 2002 menjadi 5%
pada tahun 2008. Penurunan ini diperkirakan disebabkan oleh strategi manajemen
yang lebih efektif dan pencegahan yang lebih baik (Cuddigan, Berlowitz dan
Ayello, 2001).
Menurut Yusuf (2010) hasil dari penelitian yang dilakukan sebelumnya di
Indonesia insiden terjadinya Ulkus Dekubitus cukup tinggi yaitu sekitar 33,3%
menurut Association of South East Asian Nations (ASEAN) angka ini termasuk
tinggi dibandingkan dengan negara-negara yang lainnya, maka diperlukan
penanganan yang serius dan khusus untuk menyelesaikan masalah ini. Depkes
menetapkan target sasaran mutu pasien tidak mengalami Ulkus Dekubitus selama
perawatan haruslah 0% sesuai dengan indikator pelayanan rumah sakit menurut
World Health Organization (WHO). Angka prevalensi ulkus dekubitus yang
terjadi di Rumah Sakit di Jakarta pada tahun 2012-1013 yaitu 1,6% angka ini
harus di awasi agar tidak meningkat. Dari penelitian sebelumnya terdapat 17%
Universitas
Sumatera Utara
2
prevalensi angka terjadinya ulkus dekubitus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan dengan kuman jenis specimen pus dari bulan Juli sampai
Desember 2014 didapatkan bahwa 4 kuman terbanyak yang menyebabkan ulkus
dekubitus adalah Escheria coli, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumonia,
Staphylococcus aureus (Kusumawati, 2014).
Insiden ulkus dekubitus pada bayi dan anak dengan penyakit kritis mencapai
18% sampai 27% . Bayi premature (usia gestasi kurang dari 24 minggu),
neonatus cukup bulan, dan anak-anak dengan usia kurang dari 2 tahun sebagian
besar mengalami ulkus dekubitus pada bagian oksipital. Hal ini disebabkan kepala
memiliki berat yang tidak proporsional, yaitu persentasenya lebih besar dari berat
badan total. Pada anak usia lebih dari 2 tahun mengalami ulkus dekubitus yang
menyerupai orang dewasa yang cenderung terjadi di daerah sacrum dan tumit
(Groeneveld, 2004).
Data ulkus dekubitus pada bayi dan anak tidak sebanyak pasien dewasa
sehingga peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai gambaran ulkus
dekubitus pada bayi dan anak di Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik Medan dan
diharapkan dengan adanya penanganan khusus pada pasien rawat inap terutama
pada bayi dan anak dapat menurunkan angka terjadinya ulkus dekubitus pada bayi
dan anak
1. Bagaimanakah gambaran ulkus dekubitus pada bayi dan anak di Rumah Sakit
Umum Haji Adam Malik Medan?
1. Untuk mengetahui gambaran ulkus dekubitus pada bayi dan anak di Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Universitas
Sumatera Utara
1.3.2 TUJUAN KHUSUS
1. Data atau informasi hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan kepada
seluruh pihak Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan untuk dapat
mengurangi tingginya tingkat kejadian Ulkus dekubitus terutama untuk bayi
dan anak.
2. Data atau informasi hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan bagi Pihak Rumah
Sakit Umum Haji Adam Malik Medan terutama untuk keluarga yang menjaga
pasien selama dirawat inap dirumah sakit maupun dirumah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ulkus Dekubitus ialah ulkus yang terjadi akibat tekanan yang lama yang
menyebabkan terjadinya iskemia (Djuanda, 2013)
Dekubitus termasuk penyakit yang paling sulit didefinisikan ditandai dengan
tidak konsistennya penggunaan istilah.Beberapa ahli menyatakan dekubitus
sebagai penyakit tanpa definisi. Ahli juga mengidentifikasikan ada 14
nomenclatur atau istilah yang sering digunakan berkaitan dengan dekubitus.
Istilah yang paling sering ialah bed sore, pressure ulcer, pressure sore,
decubitus dan decubiti (Campbell,Caren et al 2010).
Istilah ulkus dekubitus (dari decumbere Latin, “berbaring”), tekanan sakit,
dan tekanan ulkus sering digunakan secara bergantian dalam komunitas medis.
Namun, seperti namanya, ulkus dekubitus terjadi pada situs atasnya struktur
tulang yang menonjol ketika seseorang berbaring. Oleh karena itu, bukan istilah
yang akurat untuk borok yang terjadi di posisi lain, seperti duduk
berkepanjangan (misalnya, ischial tuberositas ulkus). Karena denominator
umum dari semua ulserasi tersebut adalah tekanan, tekanan ulkus datang untuk
dipertimbangkan istilah terbaik untuk digunakan. Ulkus dekubitus umum terjadi
pada pasien rawat inap baik yang akut maupun kronis (Campbell,Caren et al
2010).
Universitas
Sumatera Utara
5
Universitas
Sumatera Utara
2. Gangguan Fungsi Motorik
Pasien yang tidak mampu mengubah posisi secara mandiri beresiko tinggi
terhadap dekubitus. Pasien tersebut dapat merasakan tekanan tetapi tidak
mampu untuk mengubah posisi secara mandiri untuk menghilangkan tekanan
tersebut. Hal ini meningkatkan peluang terjadinya dekubitus. Pada pasien yang
mengalami cedera medulla spinalis diperkirakan sebesar 85% (Potter&Perry,
2005).
3. Perubahan Tingkat Kesadaran
Pasien bingung, disorientasi atau mengalami perubahan tingkat kesadaran
tidak mampu melindungi dirinya sendiri dari luka dekubitus. Pasien bingung
atau disorientasi mungkin dapat merasakan tekanan, tetapi tidak mampu
memahami bagaimana menghilangkan tekanan itu. Pasien koma tidak dapat
merasakan tekanan dan tidak mampu mengubah keposisi yang lebih baik.
Selain itu pada pasien yang mengalami perubahan tingkat kesadaran lebih
mudah menjadi bingung. Beberapa contoh adalah pasien yang berada di ruang
operasi dan untuk perawatan intensif dengan pemberian sedasi (Potter&Perry
2005).
4. Gips, Traksi, Alat Ortotik dan Peralatan lain
Gips dan traksi mengurangi mobilitas pasien dan ekstremitasnya. Pasien yang
menggunakan gips beresiko tinggi untuk mengalami ulkus dekubitus karena
adanya gaya friksi eksternal mekanik dari permukaan gips yang bergesek pada
kulit. Gaya mekanik berupa tekanan yang dikeluarkan gips pada kulit jika gips
terlalu ketat atau jika ekstremitasnya yang bengkak (Potter&Perry, 2005).
1. Gaya gesek
Merupakan tekanan yang diberikan pada kulit dengan arah parallel terhadap
permukaan tubuh. gaya ini terjadi saat pasien bergerak atau memperbaiki
posisi tubuhnya di atas tempat tidur. pasien memperbaiki posisi tubuh
dengan cara didorong atau digeser ke bawah. Jika terdapat gaya gesek maka
kulit dan lapisan subkutan menempel pada permukaan tempat tidur dan
lapisan otot dan serta tulang beergeser sesuai dengan arah gerakan tubuh.
Tulang pasien bergeser kea rah kulit dan member gaya pada kulit. Kapiler
jaringan yang berada dibawahnya tertekan dan terbeban oleh tekanan
tersebut yang akan menyebabkan mikrosirkulasi lokal kemudian
menyebabkan hipoksi, perdarahan dan nekrosis pada lapisan jaringan
(Potter&Perry, 2005).
2. Friksi
Friksi merupakan gaya mekanika yang diberikan saat kulit di geser pada
permukaan yang kasar seperti saat pergantian alas tempat tidur.tidak seperti
cedera akibat gaya gesek, cedera akibat friksi mempengaruhi epidermis atau
lapisan kulit bagian atas. Friksi ini seringkali menyebabkan cedera abrasi
pada siku atau tumit. adapun cara yang dapat di lakukan untuk mencegah
cedera ini adalah dengan memindahkan pasien secara tepat dengan
menggunakan teknik mengangkat yang benar dan meletakkan benda-benda
di bawah siku dan tumit seperti balutan hidrokoloid untuk melindungi kulit
dan menggunakan pelembab untuk mempertahankan hidrasi epidermis
(Potter&Perry, 2005).
3. Kelembaban
Adanya kelembaban pada kulit dan durasinya meningkatkan terjadinya
kerusakan integritas kulit. Akibat kelembaban terjadi peningkatan resiko
pembentukan dekubitus sebanyak 5 kali. Kelembaban kulit dapat berasal dari
drainase luka, keringat dan inkontinensia. Beberapa cairan tubuh seperti
urine, feses dan drainase luka menyebabkan erosi kulit dan meningkatkan
resiko terjadi ulkus dekubitus pada pasien (Potter&Perry, 2005).
4. Nutrisi Buruk
Pasien kurang nutrisi sering mengalami atrofi otot dan jaringan subkutan
yang serius. Akibat perubahan ini maka jaringan yang berfungsi sebagai
bantalan diantara kulit dan tulang menjadi semakin sedikit. Oleh karena itu
efek tekanan meningkat pada jaringan tersebut (Potter&Perry, 2005).
5. Anemia
Penurunan hemoglobin mengurangi kapasitas darah membawa nutrisi dan
oksigen serta mengurangi jumlah oksigen yang tersedia untuk jaringan.
Anemia juga mengganggu metabolism sel dan mengganggu penyembuhan
luka (Potter&Perry, 2005).
6. Obesitas
Obesitas ringan dapat mengurangi dekubitus. Jaringan adipose pada jumlah
kecil berguna sebagai bantalan tonjolan tulang sehingga melindungi kulit dari
tekanan. Pada obesitas sedang ke berat jaringan adipose memperoleh
vaskularisasi yang buruk, sehingga jaringan adipose dan jaringan lain yang
berada dibawahnya semakin rentan mengalami kerusakan akibat iskemik
(Potter&Perry, 2005).
7. Usia
Anak usia kurang dari 24 bulan lebih beresiko untuk mengalami luka tekan
di area oksipital (Potter&Perry, 2005).
1. Derajat I : Eritema tidak pucat pada kulit utuh,lesi luka kulit yang
diperbesar. Kulit tidak berwarna,hangat atau keras juga dapat menjadi
indikator (Hockenberry & Wilson,2009).
2. Derajat II : Hilangnya sebagian ketebalan kulit meliputi epidermis dan
dermis. Luka superficial dan secara klinis terlihat seperti abrasi,lecet atau
lubang yang dangkal (Hockenberry & Wilson, 2009).
3. Derajat III : Hilangnya seluruh ketebalan kulit meliputi jaringan subkutan
atau nekrotik yang mungkin akan melebar ke bawah tapi tidak melampaui
fascia yang berada dibawahnya. Luka secara klinis terlihat seperti lubang
yang dalam atau tampa merusak jaringan sekitarnya (Hockenberry &
Wilson, 2009).
4. Derajat IV :Hilangnya seluruh ketebalan kulit disertai destruksi ekstensif,
nekrosis jaringan atau kerusakan otot, tulang, atau struktur penyangga
misalnya kerusakan pada jaringan epidermis,dermis,subkutanues,otot dan
kapsul sendi (Hockenberry & Wilson, 2009).
Gambar 2.2 Area berkembangnya ulkus dekubitus pada berbagai posisi tubuh
Sumber: Stephen & Haynes (2006)
2.2 KULIT
2.2.1 DEFINISI KULIT
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5m 2 dengan berat kira-kira
15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan
cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis, dan sensitif
(Djuanda 2015,p.3-4).
Warna kulit berbeda-beda dari kulit yang berwarna terang, hitam, merah muda
pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genitalia
orang dewasa (Djuanda 2015,p.3-4).
Demikian pula kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya. Kulit yang
elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium. Kulit yang tebal
dan tegang terdapat pada telapak kaki dan tangan orang dewasa. Kulit yang tipis
terdapat pada muka, yang lembut pada leher dan badan, dan yang berambut kasar
terdapat pada kepala (Djuanda 2015,p.3-4).
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu:
1. Lapisan epidermis
2. Lapisan dermis
3. Lapisan subkutis
Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis ditandai dengan
adanya jaringat ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak
1. Lapisan Epidermis
Terdiri atas: stratum korneum, stratum lusidum, stratum ganulosum,
stratum spinosum dan stratum basale (Djuanda 2015,p.3-4).
a. Stratum Korneum
Adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri dari atas beberapa lapis
sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah menjadi
keratin.
b. Stratum Lusidum
Terdapat langsung bawah lapisan korneum,merupakan lapisan sel-sel
gepeng tanpa inti dengan dengan protoplasma yang berubah menjadi
protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di
telapak tangan dan kaki.
c. Stratum Granulosum
Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir
kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas
keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum
granulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki.
d. Stratum spinosum
Atau disebut pula prickle cell layer terdiri atas beberapa lapis sel yang
berbentuk polygonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses
mitosis.protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan
inti terletak ditengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan
makin gepeng bentuknya. Di antara sel-sel stratum spinosum terdapat
jembatan-jembatan antar sel yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril
atau karatin. Perlekatan antar jembatan-jembatan ini membentuk
penebalan bulat kecil yang disebut nodulus bizzozero. Diantara sel-sel
spinosum terdapat pula sel langerhans. Sel-sel stratum spinosum
mengandung banyak glikogen.
e. Stratum basale
Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertical
pada pembatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade).
Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. sel-sel
basal ini mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif.
Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel yaitu:
a. Sel-sel yang berbentuk kolumnar
Dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar,dihubungkan satu
dengan yang lain oleh jembatan antar sel.
b. Sel pembentuk melanin (melanosit)
Melanosit atau clear cell merupakan sel-sel berwarna muda dengan
sitoplasma basofilik dan inti gelap dan mengandung butir pigmen
(melanosomes).
1. Lapisan dermis
Adalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada
epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastic dan fibrosa padat dengan
elemen-elemen selular dan folikel rambut.Secara garis besar dibagi menjadi
dua bagian yakni (Djuanda 2015,p.3-4).
a. Pars papilare
Yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan
pembuluh darah.
b. Pars retikulare
Yaitu bagian dibawahnya yang menonjol ke arah subkutan. bagian ini
terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin
dan retikulin. Dasar lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat
dan kondroitin suflat, dibagian ini terdapat pula fibroblast. Serabut
kolagen dibentuk oleh fibroblast, membentuk ikatan yang mengandung
hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan
bertambah umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil. retikulin
mirip kolagen muda. serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk
arnoft dan mudah mengembang serta lebih elastis.
2. Lapisan subkutis
Adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel
lemak didalamnya. sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti
terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah (Djuanda 2015,p.3-4).
Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain
oleh trabekula yang fibrosa. lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adipose,
berfungsi sebagai cadangan makanan.di lapisan ini terdapat ujung-ujung
saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. tebal tipisnya jaringan lemak
tidak sama bergantung pada lokalisasinya. di abdomen dapat mencapai
ketebalan 3cm,di daerah kelopak mata dan penis sangat sedikit. lapisan
lemak ini juga merupakan bantalan. Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2
pleksus yang terletak dibagian atas dermis (pleksus superficial) dan yang
terletak di subkutis (pleksus profunda). pleksus yang di dermis bagian atas
mengadakan anastomosis di papil dermis, pleksus yang di subkutis dan di
pars retikulare juga mengadakan anastomosis, dibagian ini pembuluh darah
berukuran lebih besar. Bergandengan dengan pembuluh darah terdapat
salurah getah bening (Djuanda 2015,p.3-4).
Pada dasarnya struktur kulit bayi atau anak hampir sama dengan kulit orang
dewasa namun, fungsinya belum berkembang sempurna. Itu sebabnya kulit bayi
belum berfungsi optimal (Eichenfield & Lee 2013).
Kulit bayi 30% lebih tipis dari orang dewasa, lapisan atas kulit bayi ini
memiliki lapisan dinding (corneocytes) yang seharusnya melindungi dan menjaga
kelembapan alami kulit. Namun corneocytes begitu kecil dan renggang sehingga
secara fungsional kulit bayi memiliki kapasitas menahan air yang sangat rendah
disbanding kulit dewasa sehingga dapat menyebabkan kekeringan dan lebih
mudah terjadinya luka (Chang 2012,p.1185-1187).
Sel-sel kulit bayi masih kecil-kecil dan belum berkembang sehingga ikatan di
antara sel-sel tersebut masih longgar. Lapisan korneum pada permukaan kulitpun
masih sangat tipis. Sehingga menyebabkan kulit bayi cenderung lebih tidak
mampu melawan infeksi dan bereaksi terhadap alergi serta mudah robek (Arie
2002, p.1-9).
Bayi juga sedikit memproduksi melanin yaitu pigmen yang melindungi dari
sinar matahari sehingga beresiko lebih tinggi terhadap terbakarnya kulit
(Lowel,Stephen et al 2012,p.1121-1129).
Ulkus Dekubitus
Gambar 2.5 Kerangka Teori.
Klasifikasi
Lokasi
Ulkus Dekubitus
Penyakit yang mendasari
Usia
Jenis Kelamin
Gambar 2.6 Kerangka Konsep
BAB III
METODE PENELITIAN
Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang rawat inap khususnya pada
bayi/anak di RSUP H.Adam Malik periode Januari 2013 – Desember 2016.
Jumlah populasi sebanyak 28 orang
19
Universitas
Sumatera Utara
20
1. Editing
Pada tahap ini pengumpulan dan pemeriksaan data yang ada lalu diperiksa
apakah data sesuai.
2. Coding
Setelah data diedit,peneliti memberi kode tertentu pada tiap-tiap data.
3. Tabulasi
Kemudian setelah data diberikan kode,kemudian peneliti membuat tabel-tabel
yang berisikan data yang telah diberi kode tersebut.
Universitas
Sumatera Utara
Penyajian data yang digunakan berupa tabel data yaitu tabel yang menyajikan
data dalam bentuk kumpulan angka-angka yang disusun menurut kategori-
kategori tertentu dalam suatu daftar.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
(RSUP HAM) Kota Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No.17 Kelurahan
Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah Sakit ini merupakan
rumah sakit pemerintahan dengan kategori kelas A. Berdasarkan keputusan
Menteri Kesehatan RI No.502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991,
RSUP Haji Adam Malik ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan bagi
mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder yaitu
data yang didapatkan dari rekam medik pasien ulkus dekubitus pada bayi dan
anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dari januari 2013
sampai Desember 2016. Jumlah seluruh data sebesar 28 pasien yang telah
memenuhi kriteria inklusi peneliti.
Distribusi data berdasarkan usia pasien ulkus dekubitus pada bayi dan anak
pada tahun 2013-2016 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Karakteristik Pasien Ulkus Dekubitus pada bayi dan anak
berdasarkan tipe Ulkus Dekubitus.
22
Universitas
Sumatera Utara
23
Dalam Tabel 4.1 diketahui bahwa klasifikasi luka ulkus terbanyak pada
derajat I yaitu sebanyak 18 orang (64,2%).
Tabel 4.2 Karakteristik Pasien Ulkus Dekubitus pada bayi dan anak
berdasarkan lokasi Ulkus Dekubitus.
Lokasi Frekuensi Persentase (%)
Sacrum 10 35,7
Oksipital 15 53,6
Tumit 3 10,7
Total 28 100
Tabel 4.3 Karakteristik Pasien Ulkus Dekubitus pada bayi dan anak berdasarkan usia.
Kelompok Usia Frekuensi (n) Persentase (%)
0-5 tahun 13 46,4
6-10 tahun 2 7,1
11-15 tahun 8 28,6
16-18 tahun 5 17,9
Total 28 100
Dalam Tabel 4.3 diketahui bahwa pasien ulkus dekubitus terbanyak berada
Tabel 4.4 Karakteristik Pasien Ulkus Dekubitus pada bayi dan anak berdasarkan jenis kelamin.
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)
Laki-laki 15 53,6
Perempuan 13 46,4
Total 28 100
Dalam Tabel 4.4 diketahui bahwa pasien ulkus dekubitus terbanyak pada
jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 15 orang (53,6%), jenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 13 orang (46,4%) pada tahun 2013-2016.
Universitas
Sumatera Utara
Tabel 4.5 Karakteristik Pasien Ulkus Dekubitus pada bayi dan anak
berdasarkan penyakit yang mendasari.
Dalam Tabel 4.5 distribusi data pasien ulkus dekubitus pada bayi dan anak
(21,4%).
5.2 PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada 28 pasien ulkus dekubitus pada bayi dan anak
yang datanya diambil menggunakan data sekunder berupa rekam medis pada
periode januari 2013-desember 2016. tabel 4.1 diketahui bahwa tipe/derajat luka
ulkus terbanyal pada derajat I yaitu sebanyak 18 orang (64,2%). Insiden ulkus
dekubitus pada bayi dan anak terbanyak pada derajat I. Derajat I pada ulkus
dekubitus merupakan derajat paling ringan, mengingat bayi dan anak masih aktif
luka hanya tampak eritema yang tidak pucat atau tidak adanya perubahan warna
kulit, dan terdapat lesi pada kulit. Pada tabel 4.2 diketahui bahwa lokasi luka
orang (53,6%), daerah sacrum yaitu sebanyak 10 orang (35,7%) dan didaerah
tumit sebanyak 3 orang (10,7%). Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa
lokasi yang paling banyak terjadi yaitu pada daerah oksipital. Pada neonatus
cukup bulan dan anak-anak kurang dari 5 tahun sebagian besar mengalami ulkus
kepala memiliki berat yang tidak proporsional yaitu presentasenya lebih besar
dari berat badan total, didukung juga dengan penelitian yang dilakukan pada
sacrum dan tumit (Suddaby 2005). Pada pasien dengan gangguan input sensorik
pasien merasa adanya nyeri tetapi tidak dapat menghilangkan tekanan nyeri
yang lebih bertumpu di bagian sacrum maupun tumit (Potter dan Perry, 2005).
Pada tabel 4.3 Ulkus dekubitus pada bayi dan anak terbanyak pada kelompok
usia 0-5 tahun yaitu sebanyak 13 orang (46,4%), kelompok usia 11-15 tahun
yaitu sebanyak 8 orang (28,6%), kelompok usia 16-18 tahun yaitu sebanyak 5
orang (17,9%), kelompok usia 6-10 tahun yaitu sebanyak 2 orang (7,1%).
Insiden ulkus dekubitus pada bayi dan anak paling besar tingkat terjadinya
adalah pada usia 0-5 tahun. Tingkat terjadinya ulkus dekubitus pada bayi dan
anak pada umumnya sering terjadi pada anak berusia kurang dari 24 bulan
kelamin bukan termasuk faktor resiko ulkus dekubitus namun ada beberapa
antara laki-laki dan perempuan (Widodo, 2007). Hasil yang didapatkan sesuai
sebanyak 76,7% pasien ulkus dekubitus berjenis kelamin laki-laki. Pada hasil
didapatkan kasus sebesar 58% pasien yang mengalami ulkus dekubitus adalah
laki–laki. Berdasarkan tabel 4.5 distribusi data pasien ulkus dekubitus pada bayi
adalah anemia yaitu sebanyak 4 orang (14,2%). Kasus tertinggi anak dengan
yaitu presentasenya lebih besar dari berat badan total sehingga lokasi ulkus
dekubitus yang sering terjadi pada bayi dan anak adalah di oksipital sewaktu
melakukan perawatan tirah baring (Suddaby, 2005). Dan kasus tertinggi kedua
kapasitas darah membawa nutrisi dan oksigen serta mengurangi jumlah oksigen
yang tersedia untuk jaringan. Anemia juga menggangu metabolisme sel dan
mengganggu penyembuhan luka (Potter dan Perry, 2005). Pada pasien yang
5.1 KESIMPULAN
pada bayi dan anak mulai Januari 2013 – Desember 2016 didapati sebanyak 28
pasien yang datanya dapat dilihat melalu rekam medis dan dapat diambil
1. Pasien ulkus dekubitus pada bayi dan anak menurut tipe/derajat luka ulkus
2. Pasien ulkus dekubitus pada bayi dan anak menurut lokasi terjadinya ulkus
(53,6%).
3. Pasien ulkus dekubitus pada bayi dan anak menurut usia tertinggi terdapat usia
4. Pasien ulkus dekubitus pada bayi dan anak menurut jenis kelamin terdapat
5. Menurut penyakit yang mendasari terjadinya ulkus dekubitus pada bayi dan
28
Universitas
Sumatera Utara
29
5.2 SARAN
Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh peneliti dalam
penelitian ini, maka dapat diungkapkan saran yang mungkin dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut
yaitu:
2. Diharapkan pihak rumah sakit membuat sistem rekam medis secara lengkap di
komputer sehingga lebih mudah dalam pengambilan sampel dan tidak ada data
keadaan pasien sewaktu tirah baring sehingga dapat mengurangi resiko terjadi
Ulkus dekubitus.
Universitas
Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Arie AM, 2002. Perawatan kulit bayi dan balita sehat di Milenium III, Jakarta:
Balai penerbit FK UI, p. 1-9.
Campbell, Caren, Charles, Lawrence. 2010. The decubitus ulcer: Facts and
controversies. Clinics in dermatology. p.527-532.
Eichenfield LF, Lee PW, 2013, Fetal and Neonatal skin development, structure
and function. In: Pediatric Dermatology. London; Elsevier.
Hincliff S, 1999, Kamus keperawatan alih Bahasa Andry Hartono. edisi 17.
Jakarta: EGC.
Hockenberry MJ, 2009, Wilson D. Wong’s essentials of pediatric nursing 8th ed.
St.Louis: Mosby.
Kottner, Jan, Balzer, Katrin, Dassen, Theo, Heinze, Sarah, 2009, Pressure ulcers:
A critical review of definitions,teory,and classifications. Ostomy wound
management. 55(9). p. 22-29.
Kusumawati RL. Pola kuman Juli-Desember 2014 RSUP H.Adam Malik Medan.
30
Universitas
Sumatera Utara
31
Perry AG, Potter PA, 2005, Fundamental of nursing, concepts, process and
practice. 6th ed. St.Louis: Mosby
Stephen & Haynes, 2006. NICE pressure ulcer guideline: Summary and
implication for practice. Journal of woundcare.
Suddaby EC. et al, Skin breakdown in acute care pediatric. Pediatric nurs 31(2).
p.132-138.
Suheri. 2009. Gambaran lama hari rawat dalam terjadinya luka dekubitus pada
pasien imobilisasi di RSUP Haji Adam Malik Medan [skripsi]. Medan:
Fakultas Keperawatan.
Utomo W. et al. 2012. Efektifitas nigella sativa oil untuk mencegah terjadinya
ulkus dekubitus pada pasien tirah baring lama. Jours nurs Indonesia.;2(2)
Universitas
Sumatera Utara
LAMPIRAN 1 . Biodata Penulis
Riwayat Pendidikan :
1. TK Bustanul Athfal Medan 2003 – 2005
2. SD Muhammadiyah 01 Medan 2005– 2008
3. SMP Muhammadiyah 01 Medan 2008– 2011
4. SMA Negeri 1 Medan 2011– 2014
5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2014 – sekarang
Riwayat Organisasi :
1. Anggota FK Talent Porseni FK USU 2015
2. Anggota Adm.Kesek Try Out FK USU 2015
Universitas
Sumatera Utara
LAMPIRAN 2. Lembar Orisinalitas
PERNYATAAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter
pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan
hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan yang penulis lakukan pada bagian tertentu dari hasil
karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya
secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penelitian ilmiah.
Universitas
Sumatera Utara
LAMPIRAN 3. Surat Izin Survei Awal Penelitian
Universitas
Sumatera Utara
LAMPIRAN 4. Ethical Clearance
ETHICAL CLEARANCE
Universitas
Sumatera Utara
LAMPIRAN 5. Surat Izin Penelitian
Universitas
Sumatera Utara
LAMPIRAN 6. Data Induk Penelitian
DATA INDUK
NIM 140100050
Data Induk
Gambaran Ulkus Dekubitus pada Bayi dan Anak di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2013 – 2016
No Rekam Jenis Usia Penyakit yang T/D Lokasi
Medik Kelamin mendasari
1 00.64.20.11 Perempuan 16thn Trauma Vertebra III Sacrum
2 00.66.26.05 Laki-laki 28hari Meningocele I Oksipital
3 00.62.66.06 Laki-laki 8bln Hidrocephalus I Oksipital
4 00.68.83.07 Perempuan 16thn Spondilitis IV Sacrum
5 00.63.67.07 Laki-laki 15thn Post Skin Graf I Sacrum
6 00.64.20.01 Laki-laki 1thn Hidrocephalus II oksipital
7 00.64.98.01 Laki-laki 17thn Fracture I Sacrum
8 00.49.79.01 Laki-laki 18thn Paraparase II Sacrum
9 00.59.56.71 Perempuan 12thn Anemia I Tumit
10 00.65.09.51 Laki-laki 1bln Hidrocephalus II Oksipital
11 00.64.17.48 Perempuan 5thn Ensefalitis I oksipital
12 00.63.63.43 Laki-laki 1thn Hidrocephalus I oksipital
13 00.65.45.38 Laki-laki 1thn Hidrocephalus I oksipital
Universitas
Sumatera Utara
14 00.68.03.24 Perempuan 1hari Meningocele II oksipital
15 00.60.33.14 Laki-laki 12thn Anemia I Tumit
16 00.66.98.18 Laki-laki 7thn Anemia I oksipital
17 00.67.06.23 Perempuan 17thn Tumor II Sacrum
18 00.67.06.37 Perempuan 11thn SLE I Sacrum
19 00.62.00.69 Perempuan 13thn Neuroblastoma II Tumit
20 00.62.83.92 Laki-laki 2thn Malnutrisi II oksipital
21 00.68.63.92 Perempuan 3thn Meningitis I oksipital
22 00.65.89.85 Perempuan 11thn Anemia I Sacrum
23 00.59.72.67 Perempuan 1thn Hidrocephalus II oksipital
24 00.61.74.57 Laki-laki 15thn Astrocytoma I Sacrum
25 00.60.61.51 Laki-laki 13thn Cellulitis I Sacrum
26 00.65.63.45 Perempuan 6thn Tumor I oksipital
27 00.61.04.47 Laki-laki 5bln Sianotic I oksipital
28 00.66.49.31 Perempuan 2thn Meningitis I oksipital
NB:
T/D : Tipe/Derajat
Thn : Tahun
Bln : Bulan
Universitas
Sumatera Utara
LAMPIRAN 7. Data Statistik SPSS
Tipe/Derajat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Derajat I 18 64.2 64.2 64.2
Derajat II 8 28.6 28.6 92.8
Derajat III 1 3.6 3.6 96.4
Derajat IV 1 3.6 3.6 100.0
Total 28 100.0 100.0
Lokasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sacrum 15 53.6 53.6 53.6
Oksipital 10 35.7 35.7 89.3
Tumit 3 10.7 10.7 100.0
Total 28 100.0 100.0
JK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 15 53.6 53.6 53.6
Perempuan 13 46.4 46.4 100.0
Total 28 100.0 100.0
Universitas
Sumatera Utara
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0-5 Tahun 13 46.4 46.4 46.4
6-10 tahun 2 7.1 7.1 53.6
11-15 8 28.6 28.6 82.1
tahun
16-18 5 17.9 17.9 100.0
tahun
Total 28 100.0 100.0
Penyakit_Yang_Mendasari
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Hidrocepalus 6 21.4 21.4 21.4
Anemia 4 14.3 14.3 35.7
Tumor 3 10.7 10.7 46.4
Meningitis 2 7.1 7.1 53.6
Meningocele 2 7.1 7.1 60.7
Encephalitis 1 3.6 3.6 64.3
Trauma 1 3.6 3.6 67.9
vertebra
Post Skin Graft 1 3.6 3.6 71.4
Paraparase 1 3.6 3.6 75.0
Spondilitis 1 3.6 3.6 78.6
Neuroblastoma 1 3.6 3.6 82.1
SLE 1 3.6 3.6 85.7
Cellulitis 1 3.6 3.6 89.3
Cyanotic 1 3.6 3.6 92.9
Fracture 1 3.6 3.6 96.4
Malnutrisi 1 3.6 3.6 100.0
Total 28 100.0 100.0
Universitas
Sumatera Utara