Skripsi ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH :
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan
atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan
bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain,
maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima
sanksi yang seberat-beratnya atas perbuatan tidak terpuji tersebut.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan
sama sekali.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Sang Hyang Widhi Wasa,
Tuhan Yang Maha Esa atas tuntunan dan penyertaanNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Bed Rest terhadap Lama Rawat
Pasien Sindrom Koroner Akut di Ruang ICVCU RSUD Undata Propinsi Sulawesi
Tengah” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi S-1 pada Program
Proses penyusunan skripsi ini dari tahap awal persiapan pengajuan judul
sampai tahap pelaporan bentuk skripsi, peneliti memperoleh banyak bantuan dan
kerjasama berupa sumbangsih pemikiran dan semangat yang luar biasa serta
1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., selaku Rektor Universitas
2. Prof. Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp. BS., selaku Dekan Fakultas Kedokteran
i
3. Dr. Ariyanti Saleh, S. Kp., M. Kes. selaku Ketua Program Studi Ilmu
4. Dr. Yuliana Syam, S. Kep. Ns., M. Kes dan Silvia Malasari, S. Kep. Ns., MN
ditengah kesibukan beliau sehingga skripsi ini bisa selesai tepat pada
waktunya.
5. Abd. Majid, S. Kep. Ns., M. Kep., Sp. KMB dan Wa Ode Nur Isnah, S. Kep.
masukan yang membangun sehingga skripsi ini menjadi karya ilmiah yang
lebih baik.
7. Seluruh Dosen dan Staf Akademik Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
8. Staf perpustakaan PSIK FK Unhas, Andi Nur Awang, S. Hum. yang telah
skripsi ini.
9. dr. Reny Arniwati Lamadjido, Sp. PK., M. Kes selaku direktur RSUD Undata
penelitian.
ii
10. Albertin Mapa Tandilangi, S. Kep. Ns selaku kepala ruangan ICVCU RSUD
Undata Propinsi Sulawesi tengah dan staf perawat serta pegawai yang
11. Ayah dan ibuku tercinta Gusti Nyoman Sukaya dan Putu Puspawati serta
saudara-saudariku terkasih Gusti Ayu Putu Desi Antari, SKM Gusti Ayu Md.
Darmi Astini, S.Kom Gusti Ayu Kt. Delhapuspita, AmK dan Gusti
hentinya.
12. Teristimewa suamiku tercinta Dewa Gede Agus Arisandy, SH yang tiada
pendidikan.
13. Semua rekan mahasiswa Keperawatan Program kerjasama 2015 yang banyak
14. Semua adik-adik mahasiswa Keperawatan angkatan 2013 yang telah memberi
bantuan, ide dan waktu untuk bertukar pikiran serta dukungan dalam
Hanya doa dan ucapan syukur yang dapat peneliti panjatkan semoga
Tuhan membalas kebaikan bapak, ibu, saudara dan teman-teman sekalian. Akhir
kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.
iii
Gusti Ayu Tri Handayani
ABSTRAK
Gusti Ayu Tri Handayani. C12115709. EFEKTIVITAS BED REST TERHADAP LAMA
RAWAT PASIEN SINDROM KORONER AKUT DI RUANG ICVCU RSUD UNDATA
PROPINSI SULAWESI TENGAH, dibimbing oleh Yuliana Syam dan Silvia Malasari.
Latar Belakang: Kejadian sindrom koroner akut meningkat setiap tahunnya. Bed rest adalah salah
satu intervensi yang dapat meminimalkan stress jantung pada pasien SKA. Ketidakpatuhan pasien
terhadap anjuran bed rest menyebabkan perawatan memanjang karena keluhan nyeri dada dan
sesak yang timbul kembali setelah pasien melakukan banyak aktivitas fisik selama anjuran bed
rest.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat Efektivitas Bed Rest Terhadap Lama Rawat Pasien
Sindrom Koroner Akut di Ruang ICVCU RSUD Undata Propinsi Sulawesi Tengah.
Metode: Desain penelitian menggunakan metode Pre-Experimental (nondesigns) dengan
rancangan one shot case study. Pada penelitian ini dilakukan observasi pada pasien SKA selama
anjuran bed rest yaitu 2 hari kemudian dinilai lama perawatannya dengan menggunakan lembar
observasi. Sampel pada penelitian ini berjumlah 25 orang pasien SKA yang di rawat di ruang
ICVCU RSUD Undata Propinsi Sulawesi Tengah.
Hasil: Pada penelitian ini diperoleh hasil tidak terdapat perbedaan lama rawat antara pasien yang
patuh dengan yang tidak patuh bed rest dengan nilai p=0,828.
Kesimpulan dan Saran: Bed rest tidak efektif terhadap lama rawat pasien SKA. Namun, pasien
SKA sebagian besar patuh bed rest dan lama perawatan pasien sebagian besar sudah memenuhi
standar hari rawat. Hasil penelitian ini menyarankan kepada petugas kesehatan agar dapat
pemberian HE tentang penyakit jantung secara berkala pada pasien SKA.
Kata kunci: bed rest, lama rawat, sindrom koroner akut.
Kepustakaan: 45 kepustakaan (2002-2016)
iv
ABSTRACT
Gusti Ayu Tri Handayani. C12115709. THE EFFECTIVENESS BED REST TO THE ACUTE
CORONARY SYNDROME PATIENT WITH LENGTH OF STAY IN THE ICVCU,
UNDATA REGIONAL PUBLIC HOSPITAL, CENTRAL SULAWESI PROVINCE.
Supervised by Yuliana Syam and Silvia Malasari.
Background: Acute coronary syndrome increased every year . Bed rest is one of intervention
which could minimizing cardiac stress on ACS patients. Patients who defiant bed rest
recommendation might cause longer-term of treatment because of reappear of chest pain and out
of breath complaints after the patient doing alot of physical activities during bed rest
recommendation term.
Purpose: this research aims to see The Effectiveness Bed Rest to the Acute Coronary Syndrome
Patient with Length of Stay in the ICVCU, Undata Regional Public Hospital, Central Sulawesi
Province.
Method: The research design using pre-experimental (nondesign) method with one shot care study
plan. In this research the ACS patient got observation during two days bed rest then rated by
treatment duration using observation sheet. Samples in this reasearch are 25 ACS patients in the
ICVCU, Undata Regional Public Hospital, Central Sulawesi Province.
Result: in this reasearch there is no difference result between obedient and disobedient patient bed
rest for length of stay with value p=0,828.
Conclution and Suggestion: Bed rest is not effective towards the length of stay of patients with
ACS. More ever, this study found that mostly patients were obedient to do bed rest and the length
of stay had met the standard. The results suggest to health care professional to provide health
education of heart disease in patiens with ACS regularly.
Keyword: bed rest, length of stay, acute coronary syndrome.
Literature: 45 literatures (2002-2016)
v
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
KATA PENGANTAR .......................................................................................i
ABSTRAK .........................................................................................................iv
DAFTAR ISI .....................................................................................................vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................viii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................5
D. Manfaat Penelitian...................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum SKA..............................................................................7
B. Tinjauan Umum Tentang Lama Rawat SKA..........................................14
C. Tinjauan Umum Tentang Efektivitas Bed Rest.......................................15
D. Efektivitas Bed Rest terhadap Lama Rawat............................................17
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep....................................................................................19
vi
B. Hipotesis..................................................................................................20
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian..............................................................................21
B. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................21
C. Populasi dan Sampel...............................................................................21
D. Alur Penelitian .......................................................................................23
E. Variabel Penelitan...................................................................................24
F. Instrumen Penelitian ...............................................................................25
G. Pengolahan dan Analisa Data .................................................................26
H. Etika Penelitian ......................................................................................28
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .....................................................................................30
B. Pembahasan ...........................................................................................34
C. Keterbatasan Penelitian .........................................................................39
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................................40
B. Saran ......................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................42
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan observasi bed rest di Ruang ICVCU
Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan lama rawat pasien SKA di Ruang
Tabel 5.4 Gambaran bed rest terhadap lama rawat pasien SKA di Ruang ICVCU
Tabel 5.5 Hasil analisis efektivitas bed rest terhadap lama rawat pasien SKA di
viii
DAFTAR BAGAN
Bagan 3. 1 Kerangka konsep efektivitas bed rest terhadap lama rawat pasien SKA
............................................................................................................20
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yaitu sindrom koroner akut (SKA). SKA merupakan salah satu manifestasi
klinis dari kelainan arteri koroner yang masih menjadi masalah kesehatan
Desease and Stroke Statistics 2015 yang dilaporkan oleh American Heart
sebanyak 17,3 juta kematian setiap tahun. Angka ini diperkirakan akan
adalah 222,9 per 100.000 orang Amerika, 269,8 untuk laki-laki dan 184,8
masih menyumbang 30,8 % (800.937) pada tahun 2013 dari seluruh kematian
1
global (2.596.993). Dari data tersebut, ini menunjukan bahwa setiap 40 detik
PJK menurut diagnosis atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (4,4%),
diikuti Sulawesi Tengah (3,8%), Sulawesi Selatan (2,9%) dan Sulawesi Barat
kelompok umur 65-74 tahun yaitu 2,0% dan 3,6%, menurun pada kelompok
umur ≥75 tahun, tertinggi pada perempuan pada PJK dengan wawancara
terdiagnosis dokter 0,5% dan berdasarkan diagnosis atau gejala 1,5% (Badan
(RSUD) Undata Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2014 dan 2015 penyakit
SKA adalah penyakit kedua tertinggi berdasarkan data sepuluh besar penyakit
kasus SKA selama dua tahun terakhir sebanyak 404 kasus. Dari data tersebut
terjadi peningkatan kejadian SKA pada tahun 2015 yaitu sebanyak 84 kasus.
2
dilakukan oleh Martins, Karyne D. & Cruz, I. (2015) menyebutkan bahwa
mempertahankan bed rest total, terapi oksigen dan manajemen terapi obat.
operasi maupun pasien jantung untuk bed rest, hal ini bertujuan untuk
ini sejalan dengan hasil penelitian (Nasir, 2013) bahwa bed rest menyebabkan
karena bed rest dapat mengurangi peningkatan rangsangan saraf simpatis dan
sehingga lama perawatan dan biaya perawatan dapat diminimalisir. Hal ini
awal dengan aman kerumahnya. Hari rawat yang pendek akan memberikan
keuntungan antara lain penghematan biaya dan sumber yang lebih sedikit
3
Berdasarkan pengalaman perawat di ruang Intensive Cardiovaskular
Care Unit (ICVCU) RSUD Propinsi Sulawesi Tengah, masih banyak pasien
SKA yang melakukan aktivitas fisik selama anjuran untuk bed rest meskipun
telah diberikan Health Education mengenai pentingnya bed rest untuk proses
keluhan nyeri dada dan sesak yang timbul kembali setelah pasien melakukan
banyak aktivitas fisik selama anjuran bed rest. Dari data rekam medik Rumah
Sakit Umum Undata Propinsi Sulawesi Tengah bulan Januari sampai Juni
2016, rata-rata lama hari rawat pasien SKA di ruang ICVCU adalah 6 hari.
Hal ini lebih lama dari rencana perawatan pasien SKA di ruang ICVCU yaitu
2-5 hari (Irmalita et al., 2012). Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti
tertarik untuk meneliti tentang “Efektivitas bed rest terhadap lama rawat
Sulawesi Tengah?”
B. Rumusan Masalah
adalah “Apakah ada perbedaan antara lama rawat pasien SKA yang patuh
dengan pasien SKA yang tidak patuh bed rest di Ruang ICVCU RSUD
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektivitas bed rest terhadap
lama rawat pasien sindrom koroner akut di Ruang ICVCU RSUD Undata
2. Tujuan Khusus
pasien SKA yang tidak patuh bed rest di ruang ICVCU RSUD Undata
D. Manfaat Penelitian
bahan bacaan untuk penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan bed
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi RSUD
5
3. Bagi Peneliti
bed rest pada pasien SKA. Penelitian ini juga merupakan pengalaman
masyarakat.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
SKA atau acute coronary syndrome (ACS) adalah suatu kondisi yang
SKA adalah gambaran kondisi klinis dari angina dengan gejala nyeri
dada akut yang khas yang berlangsung lebih dari 15 menit. Khas
Stroke, 2008-2009)
pada saat istirahat atau aktivitas fisik minimal. Hal yang dikhawatirkan
7
Pasien harus dirawat di rumah sakit dan diminta untuk bed rest. (Staf
Sriwijaya, 2009)
2. Patofisiologi SKA
menunjukkan bahwa ruptur dari plak yang tidak stabil dan rapuh, serta
stabilitas kelistrikan untuk konduksi listrik jantung yang normal. Ketika sel
kalium dan pompa kalsium serta terjadinya penumpukan ion hidrogen dan
8
penyebab penurunan suplai darah ke miokardium dan mengembalikan
2009).
9
3. Tanda dan Gejala SKA
tergantung dari tingkat sumbatan, penanda jantung dan hasil EKG. Gejala
angina atau nyeri dada diakui sebagai gejala klasik dari SKA. Pada angina
tidak stabil nyeri dada biasanya membaik pada saat istirahat atau dengan
durasi lebih panjang, dan lebih dari angina tidak stabil. Dalam kedua
kondisi, frekuensi frekuensi dan intensitas nyeri dapat meningkat jika tidak
bertahan lebih dari 15 menit. Nyeri mungkin terjadi dengan atau tanpa
SKA juga mengalami sesak nafas, diaforesis, mual dan pusing. Perubahan
10
(Pamewa, 2014) laki-laki memiliki resiko lebih tinggi dari perempuan
(Overbaugh, 2009).
5. Klasifikasi SKA
a. UAP
pembuluh darah koroner. Tanda dan gejala yaitu nyeri dengan atau
meningkat
b. NSTEMI
Penyebab, tanda dan gejala sama dengan UAP tetapi durasi lebih lama
dan lebih parah dari UAP dan diikuti adanya peningkatan biomarker
jantung.
c. STEMI
koroner. Penurunan SaO2 dan kelainan irama terjadi saat istirahat atau
dengan aktivitas terbatas, durasi lebih anjang dan parah dari UAP
11
yang disertai dengan adanya kerusakan jaringan yang iriversibel jika
6. Penatalaksanaan SKA
atau SKA atas dasar keluhan angina di ruang gawat darurat harus
diberikan terapi awal sebelum ada pemeriksaan EKG dan atau marka
jantung. Terapi awal ini tidak harus diberikan semua atau bersamaan,
pasien yang masih nyeri dada, dapat diulang setiap 5 menit sampai
maksimal 3 kali.
g. Morfin sulfat 1-5mg intravena, dapat di ulang setiap 10-30 menit bagi
12
Menurut (Overbaugh, 2009) penatalaksanaan pada setiap diagnosa SKA
a. UAP
b. NSTEMI
Pada kasus ini oksigen untuk mempertahankan tingkat SaO2 pada >
masuk dan terus jangka panjang), clopidogre, heparin tak terpecah atau
c. STEMI
13
blocker , angiotensin-converting enzyme inhibitor, statin ( mulai dari
menit dari evaluasi medis. Terapi fibrinolitik dalam waktu 30 menit dari
evaluasi medis.
1. Definisi
Lama rawat atau Lenght of Stay (LOS) adalah suatu ukuran berapa
hari lamanya seseorang pasien dirawat inap pada suatu periode perawatan
(Huber, 2010). Cara menghitung lama hari rawat ialah dengan menghitung
selisih antara tanggal kepulangan (keluar dari rumah sakit, baik hidup atau
meninggal) dengan tanggal masuk ke rumah sakit. Dalam hal ini, untuk
pasien yang masuk dan keluar pada hari yang sama, lama rawatnya
dihitung sebagai 1 hari. Angka rata-rata lama rawat ini dikenal dengan
rawat yaitu membagi jumlah hari perawatan pasien rawat inap (hidup dan
mati) di rumah sakit pada periode tertentu dengan jumlah pasien rawat
inap yang keluar (hidup dan mati) di rumah sakit pada periode waktu yang
sama. Secara umum avLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes RI, 2005).
14
Penelitian yang dilakukan oleh Steg et al (2002) rata-rata lama hari
rawat pasien STEMI adalah 8 hari (kisaran 5-12 hari), untuk pasien
NSTEMI adalah 6 hari (kisaran 4-12 hari), dan untuk pasien dengan
angina tidak stabil adalah 5 hari (kisaran 3-9 hari). Rata-rata pasien ini
mendapatkan sebagian besar pasien SKA dengan lama hari rawat ≥ 7 hari,
Erne, & Szucs (2007) lama hari rawat pasien SKA rata-rata 9,5 hari.
1. Efektivitas
program yang dilihat dari sejauh mana hasil yang telah dicapai bila
efektivitas juga mengacu pada hubungan antara output dengan tujuan yang
(Rai, 2008).
2. Bed rest
a. Definisi
15
teraupetik (Potter & Perry , 2010). Menurut Bimaariotejo (2009) dalam
Nasir (2013) bed rest atau imobilisasi suatu keadaan dimana penderita
fisik atau mental. Dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan tidak
yang bersifat fisik (gerak, bernafas dan gangguan saraf akibat dari
2) Mengurangi nyeri
3. Pengukuran kepatuhan
a. Definisi
16
pasrah pada tujuan yang telah ditentukan (Kamus Besar Bahasa
b. Alat ukur
dan kekurangan, dan tidak ada metode yang dianggap gold standard.
17
penggunaan resep dokter, pengkajian respon klinis, dan catatan harian
pasien.
pompa natrium, kalium dan pompa kalsium serta terjadinya penumpukan ion
hidrogen dan laktat yang menyebabkan asidosis. Pada tahap ini akan terjadi
infark. Untuk mengatasi infark ini salah satu intervensi yang diberikan adalah
bed rest. Bed rest merupakan bagian implisit terapi awal pada pasien SKA
prinsip di balik intervensi ini adalah untuk mengurangi beban kerja miokard,
2007). Komplikasi terjadi dalam 48 jam pertama setelah infark miokard akut
karena itu pemantauan sangat penting pada periode ini. Bed rest sering
Thoennissen, & Mullner, 2007). Apabila bed rest terpantau dengan baik maka
18
BAB III
A. Kerangka Konsep
tidur. Untuk itu peneliti akan melakukan penelitian tentang efektivitas bed
rest terhadap lama rawat pasien SKA di ruang ICVCU RSUD Undata
Variabel Moderat
- Obat-obatan
- Keparahan penyakit
- Umur
19 - Manajemen terapi
Keterangan :
: Ada hubungan
pasien SKA.
B. Hipotesis
H0 : Tidak ada perbedaan lama rawat antara responden yang patuh bed
rest dengan yang tidak patuh bed rest pada pasien SKA.
H1 : Ada perbedaan lama rawat antara responden yang patuh bed rest
20
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
November 2016
Target populasi pada penelitian ini adalah pasien yang menderita SKA
21
Besar populasi adalah 22 orang, jumlah ini berasal dari rata-rata pasien SKA
a. Kriteria inklusi
b. Kriteris eksklusi
2. Besar Sampel
22
D. Alur penelitian
Pembahasan hasil
23
Kesimpulan dan
saran
Bagan 4.1 Alur penelitian efektivitas bed rest terhadap lama rawat pasien SKA.
E. Variabel Penelitian
1. Identivikasi variabel
Variabel independen pada penelitian ini adalah bed rest pasien SKA dan
a. Bed rest
Kriteria Objektif :
Tidak patuh, jika salah satu intruksi bed rest tidak dilakukan
b. Lama rawat
24
Lama rawat adalah lama pasien dirawat di ruang ICVCU (dalam
hari), dihitung dari pasien masuk ruang ICVCU hingga keluar dari
Kriteria Objektif :
≤5 hari
˃ 5 hari
F. Instrumen Penelitian
bed rest dan lama rawat pasien SKA. Lembar observasi yang digunakan
merupakan lembar observasi yang dibuat sendiri oleh peneliti yang merujuk
pada buku Potter & Perry (2010) tentang klien dengan kebutuhan khusus.
dan minum)
25
4. Personal hygiene dilakukan di tempat tidur (mandi, keramas, sikat gigi dan
ganti pakaian)
5. Pasien menaati jam besuk yang telah ditetapkan dan bicara seperlunya bila
ada pembesuk
6. Pasien tidak turun dari tempat tidur sebelum ada instruksi untuk mobilisasi
Pasien akan diobservasi setiap hari selama perawatan hingga keluar dari
ruangan ICVCU. Observasi dilakukan oleh peneliti sendiri atau perawat yang
diminta peneliti untuk bertugas menjadi observer. Adapun variabel yang ada
a. 1 : jika patuh
2. Lama rawat
Penilaian lama rawat akan dilakukan setelah pasien keluar dari ruangan
a. 1 : jika ≤5 hari
b. 2 : jika ˃5 hari
26
1. Pengolahan Data
a. Editing
atau tidak.
b. Coding
c. Tabulating Data
yang diteliti.
d. Entri Data
e. Cleaning Data
f. Discribing
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
27
penelitian yaitu dengan melihat gambaran distribusi frekuensi dan
b. Analisa Bivariat
dengan uji alternatif Mann Whitney bila distribusi data tidak normal.
diharapkan.
H. Masalah Etika
28
penelitian serta tidak mencelakakan atau melakukan hal-hal yang
c. Informed consent
rahasia (confidentiality).
29
BAB V
A. Hasil Penelitian
dengan rancangan one shot case study. Penelitian ini menggunakan tehnik
bed rest terhadap lama rawat pasien SKA. Selanjutnya data yang telah
30
univariat dan bivariat. Hasil penelitian kemudian disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
1. Analisa Univariat
Tabel 5.1
Distribusi karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin,
pekerjaan, dan jenis SKA di Ruang ICVCU RSUD Undata Propinsi Sulawesi Tengah
Karakteristik Frekuensi %
Kategori Usia
Dewasa akhir (36-45 4 16
tahun)
Lansia awal (46-55 5 20
tahun)
Lansia akhir (56-65 6 24
tahun)
Masa manula (> 65 10 40
tahun)
Jenis Kelamin
Laki-laki 20 80
Perempuan 5 20
Pekerjaan
PNS 15 60
Swasta 4 16
URT 5 20
Tani 1 4
Jenis SKA
UAP 3 12
NSTEMI 15 60
STEMI 7 28
Total 25 100
Sumber: Data primer November 2016
kategori usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan jenis SKA. Pada kategori
31
usia, terlihat kategori masa manula (>65 tahun) mempunyai persentase
lebih tinggi yaitu 40% dengan jenis kelamin laki-laki terbanyak yaitu 20
bekerja sebagai PNS yaitu 15 orang (60%), sedangkan dari jenis SKA
Tabel 5.2
Distribusi responden berdasarkan observasi bed rest di di Ruang ICVCU RSUD
Undata Propinsi Sulawesi Tengah
yang patuh bed rest mempunyai persentase lebih tinggi yaitu 19 orang
(76%) dan sebagian kecil yang tidak patuh bed rest yaitu 6 orang (24%)
Tabel 5.3
Distribusi responden berdasarkan lama rawat pasien SKA di Ruang ICVCU
RSUD Undata Propinsi Sulawesi Tengah
Lama rawat Frekuensi %
≤5 hari 17 68
˃5 hari 8 32
Total 25 100
Sumber: Data primer November 2016
hari yaitu 17 orang (68%) dan sebagian kecil ˃ 5 hari yaitu 8 orang
(32%).
2. Analisa Bivariat
pasien SKA yang patuh dan tidak patuh bed rest yang diobservasi selama
32
dua hari. Sebelum dilakukan analisa bivariat terlebih dahulu dilakukan
Hasil uji Shapiro Wilk pada dua variabel dependen dan independen
Data hasil perhitungan lama rawat pasien SKA yang patuh dan
tidak patuh bed rest dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.4
Gambaran bed rest terhadap lama rawat pasien SKA di Ruang ICVCU RSUD
Undata Propinsi Sulawesi Tengah
Lama rawat
Bed rest ≤5 hari ˃5 hari Total
n % n % n %
Patuh 13 52 6 24 19 76
Tidak Patuh 4 16 2 8 6 24
Total 17 68 8 32 25 100
Sumber: Data primer November 2016
terbanyak yang patuh yaitu 76%. Patuh dengan lama rawat ≤5 hari
orang (24%). Tidak patuh dengan lama rawat ≤5 hari sebanyak 4 orang
(16%0, tidak patuh dengan lama rawat ˃5 hari sebanyak 2 orang (8%).
Tabel 5.5 Hasil analisis efektivitas bed rest terhadap lama rawat
pasien SKA di ruang ICVCU RSUD Undata Propinsi Sulawesi Tengah
33
Tabel 5.5 didapatkan hasil statistik dengan uji Mann Whitney
diterima. Dalam hal ini interpretasi hasil yang diperoleh adalah tidak
terdapat perbedaan lama rawat antara pasien yang patuh dengan yang
B. Pembahasan
bahwa patuh tidaknya pasien pada anjuran bed rest tidak memberi pengaruh
yang segnifikan terhadap lama rawat pasien SKA di ruang ICVCU RSUD
Undata Propinsi Sulawesi Tengah. Hal ini dibuktikan dalam hasil uji Mann
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wenger (1978) dalam Herkner et al (2007) mengatakan bahwa bed rest dapat
34
anaerob terjadi sehingga produksi ATP lebih sedikit yang menyebabkan
Pada tahap ini akan terjadi infark. Untuk mengatasi infark ini, salah satu
intervensi yang diberikan adalah bed rest. Bed rest merupakan bagian implisit
anjuran bed rest tetapi lama rawatnya memanjang, dan ada juga pasien yang
tidak patuh bed rest tetapi lama rawat sesuai standar hal ini dipengaruhi
beberapa hal diantaranya yaitu penerimaan pasien dan atau keluarga terhadap
dan atau keluarga merasa tidak nyaman dan meminta di pindahkan ke ruang
perawatan biasa. Selain itu juga peneliti melihat selama penelitian dilakukan,
jika pasien tidak patuh terhadap instruksi bed rest yang dianjurkan oleh
dokter dan kondisi pasien mulai stabil maka dokter mengintruksikan pasien
beberapa pasien dirawat kurang dari 5 hari maupun lebih dari 5 hari bukan
hanya dipengaruhi oleh patuh atau tidaknya terhadap bed rest namun juga
Hal ini sejalan dengan Benson (2000) dalam Wijayanti (2013) yang
35
kecemasan dan depresi, mencehag tromboemboli, menurunkan angka
memberi semangat pasien untuk taat terhadap program aktivitas di rumah dan
dan pasangannya untuk patuh terhadap program latihan di rumah sakit, serta
Hasil penelitian ini juga menunjukan masih ada sebagian pasien yang
tidak patuh. Dari hasil wawancara pada responden yang tidak patuh, pasien
anjuran bed rest. Bentuk ketidakpatuhan yang paling banyak yaitu tidak mau
dan buang air kecil) dengan alasan merasa kotor dan jijik. Selain kurangnya
dalam menjalani bed rest selama perawatan, karena motivasi akan mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Hal ini didukung oleh penelitian Kristina
36
Hasil penelitian dilihat dari gambaran bed rest pada pasien SKA di
ruang ICVCU menunjukan bahwa pasien SKA lebih banyak yang patuh
terhadap bed rest dibandingan dengan yang tidak patuh bed rest. Asumsi
peneliti bahwa penerapan bed rest pada pasien SKA di ruangan ICVCU
termasuk kategori patuh. Hal ini tidak lepas dari peran perawat sebagai
pendidik dalam memberikan health education (HE) pada pasien dan keluarga
penjelaskan bahwa bed rest pada pasien jantung sangat penting karena
dengan bed rest dapat mengurangi beban kerja jantung sehingga membantu
kondisi sosial ekonomi responden yang patuh terhadap bed rest yang lebih
menengah keatas dan responden yang tidak patuh memiliki pekerjaan dengan
bahwa berbagai bentuk media masa seperti televisi, radio, majalah, surat
kabar san lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk opini
37
yang mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai suatu
hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal
tersebut. Jika cukup kuat, pesan-pesan sugestif akan memberikan dasar afektif
kesehatan. Terlebih lagi sebagian responden yang tidak patuh juga banyak
yang berusia ≥ 65 tahun, hal ini salah satu penyebab ketidakpatuhan karena
lansia pada usia ini sudah mengalami penurunan dari segi pikiran dan emosi.
memberikan informasi adalah petugas kesehatan yang berusia lebih muda dari
belum berpengalaman.
(2011) yang mengemukakan bahwa dasar kepribadian atau tingkah laku tidak
muda dan tua. Keadaan ini sering menimbulkan stress dan kekhawatiran akan
38
tersisih dan kurang dihargai. Menjadi tua menimbulkan ketegangan pada diri
bahwa kepatuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seperti usia,
akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Hal ini juga ditunjang oleh
berdasarkan lama rawat pasien sebagian besar sesuai dengan standar hari
rawat pasien SKA di ruang ICVCU. Namun masih ada beberapa responden
yang melebihi target hari rawat. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
Obat ini merupakan anti trombolitik yang paling sering diberikan pada pasien
SKA selama 5 hari. Selama pemberian terapi ini, pasien harus diobservasi
39
pemberian terapi tidak mutlak 5 hari tetapi juga tergantung derajat luasnya
infark atau kondisi pasien. Hal ini sejalan dengan pendapat yang
kebutuhan pasien.
C. Keterbatasan Penelitian
Hal-hal yang mungkin menjadi keterbatasan pada penelitian ini yang dapat
1. Penelitian ini hanya menilai kepatuhan bed rest responden tanpa menilai
BAB VI
A. Kesimpulan
masa manula (˃65 tahun) yaitu 40%, tertinggi diderita oleh laki-laki
40
2. Gambaran pasien SKA yang patuh bed rest sebanyak 19 orang (76%) dan
tidak patuh bed rest sebanyak 6 orang (24%) dengan lama rawat
Sulawesi Tengah sebagian besar dengan hari rawat ≤ 5 hari yaitu 17 orang
4. Tidak ada perbedaan lama rawat antara responden yang patuh bed rest
dengan yang tidak patuh bed rest pada pasien SKA di ruang ICVCU
B. Saran
2. Bagi pasien
yang diharapkan.
41
3. Bagi peneliti selanjutnya
pengetahuan dan informasi tentang bed rest dan lama rawat pada pasien
responden atau waktu penelitian serta dapat meneliti variabel lain yang
DAFTAR PUSTAKA
AHA. (2015). Heart Desease and Stroke Statistics. American Heart Association.
Retrieved August 27, 2016, from http://news.heart.org/american-heart-
association-statistical-report-tracks-global-figures-first-time/
AHA. (2016). AHA Statistical Update: Heart Desease and Stroke Statistics-
Update 2016. doi:http://dx.doi.org/10.1161/CIR.0000000000000350
Anwar, T. B. (2004). Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung
koroner. Padang: Universitas Sumatera Utara.
Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Retrieved August 27, 2016, from
http://labdata.litbang.depkes.go.id/riset-badan-litbangkes/menu-
riskesnas/menu-riskesdas/374-rkd-2013
42
Bangun, I. V. (2009). Faktor-Faktor yang Berkontribusi terhadap Kepatuhan
Pasien DM Tipe 2 dalam Konteks Asuhan Keperawatan di Poliklinik
Endokrin RSHS Bandung. Depok: Tesis FIK UI.
Bastable, S. B. (2002). Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-Prinsip Pengajaran &
Pembelajaran. Jakarta: EGC.
Bramkamp, M., Radovanovic, D., Erne, P., & Szucs, T. D. (2007, Oct).
Determinants os Costs and the Lenght of Stay in Acute Coronary
Syndromes: A Real Life Analysis of More Than 10000 Patients.
Cardiovasc Drugs Ther, 389-98. doi:10.1007/s10557-007-6044-0
Degresi. (2005). Ilmu Perilaku Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Delamater, A. M. (2006). Improving Patient Adherence. Clinical Diabetes
Journals, 24, 71-77. doi:http://dx.doi.org/10.2337/diaclin.24.2.71
Departemen Kesehatan RI. (2007). Pharmaceutical Care untuk Pasien Penyakit
Jantung Koroner: Fokus Sindrom Koroner Akut. Jakarta: Bina Farmasi
Departemen Kesehatan RI. Retrieved August 27, 2016, from
binfar.depkes.go.id/bmsimages/1361351516.pdf
Depkes RI. (2005). Buku Petunjuk Pengisian, Pengelolaan, dan Penyajian Data
Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.
Ernawati, H. (2014). Hubungan Kepatuhan Bedrest total dengan penurunan Suhu
Tubuh pada Pasien Demam Tipoid di RSUP Dr. R. Goeteng
Toroenadibrata Purbalingga. Purwokerto: Perpustakaan STIKES Harapan
Bangsa. Retrieved August 27, 2016, from Perpustakaan STIKES Harapan
Bangsa: http://repository.shb.ac.id/gdl.php?
mod=browse&op=read&id=shb--hennyernaw-891
Herkner, H., Havel, C., Thoennissen, J., & Mullner, M. (2007). Bed Rest for
Acute Myocardial Infarction (Protocol). (C. H. Group, Ed.) The Cochrane
Collaboration(1). doi:10.1002/14651858.CD003836
Huber, D. L. (2010). Leadership and Nursing Care Management. Missouri:
Saunders Elsevier. Retrieved September 20, 2016, from http://medical-
dictionary.thefreedictionary.com/length+of+stay
Imbalo, S. P. (2007). Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Dasar-Dasar
Pengertian dan Penerapan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Irmalita et al. (2012). Pedoman Rawat Intensif Kardiovaskuler. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia.
Kumar, A., & Cannon, C. P. (2009). Acute Coronary Syndromes: Diagnosis and
Management, Part 1. Symposium On Cardiovaskular Desease (pp. 917-
43
938). Mayo Clinic. Retrieved August 24, 2016, from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2755812/
Majid, A. (2007). Penyakit Jantung Koroner: Patofisiologi, Pencegahan, dan
Pengobatan Terkini. USU e-Repository. Retrieved August 27, 2016, from
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/705/1/08E00124.pdf
Malasari , S., & et al. (2015). Efektivitas Metode Belajar Praktikum dengan
Pendekatan Learning By Teaching Terhadap Motivasi dan Prestasi Skill
Mahasiswa Keperawatan Universitas Hasanuddin. Prosiding: Seminar
Hasil Penelitian Peningkatan Kualitas Pembelajaran (Penelitian
Tindakan Kelas) Tahun 2015 Bagi Tenaga Pendidik Universitas
Hasanuddin (pp. 313-320). Makassar: Hasanuddin University Press.
Martins, Karyne D. & Cruz, I. (2015). The Implications Of Nursing
Diagnosis:Acute Pain Related to Acute Coronary Syndrome-Systematized
Literature Review. Journal Of Specialized Nursing Care, Vol 7 No 1.
Retrieved August 14, 2016, from
http://www.uff.br/jsncare/index.php/jsncare/article/view/2741
Mastia. (2012). Gambaran Kepatuhan Imobilisasi dan Lamanya Perawatan
Pasien Acute Coronary Syndrome di Ruangan Intensive Cardiovaskular
Care Unit. Palu: Skripsi STIK Indonesia Jaya Palu.
Nasir, A. (2013). Hubungan Kepatuhan Bedrest dengan perubahan
elektrokardiogram dan Hemodinamik pada Pasien Acute Coronary
Syndrome di Ruang Cardiovaskuler Care Unit (CVCU) RSUP. Dr.
Wahidin Sudirohusudo. Makassar: Skripsi PSIK-FK Unhas.
National Programme for Prevention and Control of Diabetes, CVD, and Stroke.
(2008-2009). Clinical Management Guidelines for Coronary Artery
Disease For National Programme for Prevention and Control of Diabetes,
Cardiovascular Disease and Stroke. Chandigarh.
Niven, N. (2008). Psikologi Kesehatan : Pengantar untuk Perawat & Profesional.
(A. Waluyo, Trans.) Jakarta: EGC.
Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
(4 ed.). Jakarta: Salemba Medika.
44
Oktarina, R., Karani, Y., & Edward, Z. (2013). Hubungan Kadar Glukosa Darah
Saat Masuk Rumah Sakit dengan Lama Rawat Pasien Sindrom Koroner
Akut (SKA) di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas.
Retrieved August 27, 2016, from http://Jurnal.fk.unand.ac.id
Overbaugh, K. J. (2009, May). Acute Coronary Syndrome. American Journal Of
Nursing, Vol. 109, No. 5, 42-52.
Pamewa, d. F. (2014, June 5). Artikel Kesehatan, Berita & Informasi, Slideshow.
Retrieved from rumahsakit.unair.ac.id:
http://rumahsakit.unair.ac.id/website/tanda-dan-gejala-penyakit-sindrom-
koroner-akut/
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). (2015).
Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut Edisi Ketiga. Jurnal
Kardiologi Indonesia.
Potter, P., & Perry , A. G. (2010). Fundamentals of Nursing (Edisi 7 ed.). Jakarta:
Salemba Medika.
Pudjiastuti, S. S., & Utomo, B. (2003). Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC.
Rai, I. A. (2008). Audit Kinerja pada Sektor Publik: Konsep, Praktek, Studi
Kasus. (P. Wuriarti, Ed.) Jakarta: Salemba Empat.
Rilantono, L. I. (2012). Penyakit Kardiovaskuler (PKV) 5 Rahasia. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sakowski et al. (2011, April). Sedentary Long Duration Head Down Bed Rest and
ECG Repolarization Heterogeneity. Aviation, Space, and Environmental
Medicine, 82, 416-423. doi:10.3357 / ASEM.2945.2011
Setiawan, E. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Retrieved from
kbbi.web.id: http://kbbi.web.id/patuh
Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya. (2009). Kumpulan Kuliah Farmakologi (2 ed.). (R. Raharjo,
Ed.) Jakarta: EGC.
Standar Operasional Prosedur (PROTAP) SMF Jantung dan Pembuluh Darah.
(2010). Palu: RSUD Undata.
Steg, P. G. et al. (2002, August 15). Characteristics, Management Practices, and
In Hospital Outcomes of Patients Hospitalized With Acute Coronary
Syndromes in the Global Registry of Acute Coronary Events (GRACE).
The American of Journal Cardiology, 90, 358-363. Retrieved September
21, 2016, from http://www.ajconline.org/article/S0002-9149(02)02489-X/
45
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:
Alfabeta.
Sumarwati et al. (2006). Buku Praktikum PKKDM I dan II. (H. Handiyani, Ed.)
Jakarta: Lembaga Penerbit FK UI.
Widiastuti. (2009, Dec 12). Pendidikan Kesehatan. Retrieved from Repository
Universitas Indonesia: http://www.repository.ui.ac.id
Wijayanti, C., & Yunani. (2013, Mei). Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan
Sikap Pasien Terhadap Perilaku Mobilisasi Dini pada Pasien IMA di
Ruang ICU RSUD Ungara. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah, 1, 1-7.
Retrieved Dec 14, 2016, from
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKMB/article/view/935
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada:
Yth. Bapak/Ibu/Saudara(i): Calon Responden
Di Tempat
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Gusti Ayu Tri Handayani
46
NIM : C12 15 709
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Komp. Hartako Jaya Blok B No. 4 Makassar
Adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin Makassar yang akan melakukan penelitian dengan judul
“Efektivitas Bed Rest terhadap Lama Rawat Pasien Sindrom Koroner Akut di
Ruang ICVCU RSUD Undata Propinsi Sulawesi Tengah”.
Hormat saya,
Kode responden :
47
Umur :
Menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan
oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin Makassar, dengan:
Nama : Gusti Ayu Tri Handayani
NIM : C12115709
Judul Penelitian : Efektivitas Bed Rest terhadap Lama Rawat Pasien Sindrom
Koroner Akut di Ruang ICVCU RSUD Undata Propinsi
Sulawesi Tengah
Penelitian ini diharapkan tidak mempunyai dampak negatif serta merugikan
bagi saya dan keluarga serta hasil observasi benar-benar dapat dirahasiakan.
Demikian persetujuan ini saya tanda tangani dan kiranya dipergunakan
sebagaimana mestinya.
(________________________)
Nama terang dan Tanda Tangan
48
LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN
A. IDENTITAS RESPONDEN
No. Responden : Pekerjaan : Alamat :
Nama Responden : Jenis Kelamin : No. RM :
Diagnosa : UAP NSTEMI STEMI Umur : Tanggal Masuk:
Nama lengkap penulis GUSTI AYU TRI HANDAYANI, lahir di Lembah Mukti, 7
Pebruari 1988. Lahir dari pasangan suami istri, Bapak Gusti Nyoman Sukaya dan Ibu
Putu Puspawati dan merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.