Anda di halaman 1dari 74

SKRIPSI

EFEKTIVITAS BED REST TERHADAP LAMA RAWAT PASIEN


SINDROM KORONER AKUT DI RUANG ICVCU RSUD
UNDATA PROPINSI SULAWESI TENGAH

Skripsi ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH :

GUSTI AYU TRI HANDAYANI


C 121 15 709

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Gusti Ayu Tri Handayani

NIM : C121 15 709

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan
atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan
bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain,
maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima
sanksi yang seberat-beratnya atas perbuatan tidak terpuji tersebut.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan
sama sekali.

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Sang Hyang Widhi Wasa,

Tuhan Yang Maha Esa atas tuntunan dan penyertaanNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Bed Rest terhadap Lama Rawat

Pasien Sindrom Koroner Akut di Ruang ICVCU RSUD Undata Propinsi Sulawesi

Tengah” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi S-1 pada Program

Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini, masih terdapat

kekurangan-kekurangan dan kesalahan, itu semua tidak terlepas dari keterbatasan

kemampuan dan pengetahuan peneliti. Oleh karena itu, peneliti sangat

mengharapkan kritikan dan masukan yang bersifat konstruktif sehingga peneliti

dapat berkarya lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Proses penyusunan skripsi ini dari tahap awal persiapan pengajuan judul

sampai tahap pelaporan bentuk skripsi, peneliti memperoleh banyak bantuan dan

kerjasama berupa sumbangsih pemikiran dan semangat yang luar biasa serta

bimbingan berbagai pihak. Pada kesempatan berbahagia ini penulis

menyampaikan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., selaku Rektor Universitas

Hasanuddin, yang senantiasa membangun serta memberikan fasilitas terbaik

di ”Kampus Merah” ini sehingga mahasiswa merasa nyaman menimba ilmu

dan betul-betul menjadi orang yang berguna.

2. Prof. Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp. BS., selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin Makassar.

i
3. Dr. Ariyanti Saleh, S. Kp., M. Kes. selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.

4. Dr. Yuliana Syam, S. Kep. Ns., M. Kes dan Silvia Malasari, S. Kep. Ns., MN

selaku dosen pembimbing yang telah menuntun peneliti dengan penuh

kesabaran dan meluangkan waktu serta pikiran untuk membimbing peneliti

ditengah kesibukan beliau sehingga skripsi ini bisa selesai tepat pada

waktunya.

5. Abd. Majid, S. Kep. Ns., M. Kep., Sp. KMB dan Wa Ode Nur Isnah, S. Kep.

Ns., M. Kes selaku dosen penguji yang senantiasa memberikan masukan-

masukan yang membangun sehingga skripsi ini menjadi karya ilmiah yang

lebih baik.

6. Nurmaulid, S. Kep. Ns., M. Kep selaku penasehat akademik (PA) yang

memberi masukan yang membangun selama pendidikan.

7. Seluruh Dosen dan Staf Akademik Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin yang telah banyak membantu dalam

proses perkuliahan dan pengurusan administrasi selama peneliti kuliah.

8. Staf perpustakaan PSIK FK Unhas, Andi Nur Awang, S. Hum. yang telah

membantu menyediakan literatur-literatur yang membantu dalam penyelesaian

skripsi ini.

9. dr. Reny Arniwati Lamadjido, Sp. PK., M. Kes selaku direktur RSUD Undata

Propinsi Sulawesi Tengah yang telah memberikan izin untuk melakukan

penelitian.

ii
10. Albertin Mapa Tandilangi, S. Kep. Ns selaku kepala ruangan ICVCU RSUD

Undata Propinsi Sulawesi tengah dan staf perawat serta pegawai yang

membantu selama penelitian berlangsung.

11. Ayah dan ibuku tercinta Gusti Nyoman Sukaya dan Putu Puspawati serta

saudara-saudariku terkasih Gusti Ayu Putu Desi Antari, SKM Gusti Ayu Md.

Darmi Astini, S.Kom Gusti Ayu Kt. Delhapuspita, AmK dan Gusti

Wahyudistira yang memberikan dukungan, doa serta perhatian yang tiada

hentinya.

12. Teristimewa suamiku tercinta Dewa Gede Agus Arisandy, SH yang tiada

henti-hentinya memberikan semangat untuk belajar, dukungan moril dan

materi, kesabaran dan pengertian serta doa untuk kelancaran selama

pendidikan.

13. Semua rekan mahasiswa Keperawatan Program kerjasama 2015 yang banyak

memberi bantuan dan dukungaan dalam penyusunan skripsi ini, khususnya

Citra Arungpadang dan Darmita Noria Tandi.

14. Semua adik-adik mahasiswa Keperawatan angkatan 2013 yang telah memberi

bantuan, ide dan waktu untuk bertukar pikiran serta dukungan dalam

penyusunan skripsi ini.

Hanya doa dan ucapan syukur yang dapat peneliti panjatkan semoga

Tuhan membalas kebaikan bapak, ibu, saudara dan teman-teman sekalian. Akhir

kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Makassar, Desember 2016

iii
Gusti Ayu Tri Handayani

ABSTRAK

Gusti Ayu Tri Handayani. C12115709. EFEKTIVITAS BED REST TERHADAP LAMA
RAWAT PASIEN SINDROM KORONER AKUT DI RUANG ICVCU RSUD UNDATA
PROPINSI SULAWESI TENGAH, dibimbing oleh Yuliana Syam dan Silvia Malasari.

Latar Belakang: Kejadian sindrom koroner akut meningkat setiap tahunnya. Bed rest adalah salah
satu intervensi yang dapat meminimalkan stress jantung pada pasien SKA. Ketidakpatuhan pasien
terhadap anjuran bed rest menyebabkan perawatan memanjang karena keluhan nyeri dada dan
sesak yang timbul kembali setelah pasien melakukan banyak aktivitas fisik selama anjuran bed
rest.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat Efektivitas Bed Rest Terhadap Lama Rawat Pasien
Sindrom Koroner Akut di Ruang ICVCU RSUD Undata Propinsi Sulawesi Tengah.
Metode: Desain penelitian menggunakan metode Pre-Experimental (nondesigns) dengan
rancangan one shot case study. Pada penelitian ini dilakukan observasi pada pasien SKA selama
anjuran bed rest yaitu 2 hari kemudian dinilai lama perawatannya dengan menggunakan lembar
observasi. Sampel pada penelitian ini berjumlah 25 orang pasien SKA yang di rawat di ruang
ICVCU RSUD Undata Propinsi Sulawesi Tengah.
Hasil: Pada penelitian ini diperoleh hasil tidak terdapat perbedaan lama rawat antara pasien yang
patuh dengan yang tidak patuh bed rest dengan nilai p=0,828.
Kesimpulan dan Saran: Bed rest tidak efektif terhadap lama rawat pasien SKA. Namun, pasien
SKA sebagian besar patuh bed rest dan lama perawatan pasien sebagian besar sudah memenuhi
standar hari rawat. Hasil penelitian ini menyarankan kepada petugas kesehatan agar dapat
pemberian HE tentang penyakit jantung secara berkala pada pasien SKA.
Kata kunci: bed rest, lama rawat, sindrom koroner akut.
Kepustakaan: 45 kepustakaan (2002-2016)

iv
ABSTRACT

Gusti Ayu Tri Handayani. C12115709. THE EFFECTIVENESS BED REST TO THE ACUTE
CORONARY SYNDROME PATIENT WITH LENGTH OF STAY IN THE ICVCU,
UNDATA REGIONAL PUBLIC HOSPITAL, CENTRAL SULAWESI PROVINCE.
Supervised by Yuliana Syam and Silvia Malasari.

Background: Acute coronary syndrome increased every year . Bed rest is one of intervention
which could minimizing cardiac stress on ACS patients. Patients who defiant bed rest
recommendation might cause longer-term of treatment because of reappear of chest pain and out
of breath complaints after the patient doing alot of physical activities during bed rest
recommendation term.
Purpose: this research aims to see The Effectiveness Bed Rest to the Acute Coronary Syndrome
Patient with Length of Stay in the ICVCU, Undata Regional Public Hospital, Central Sulawesi
Province.
Method: The research design using pre-experimental (nondesign) method with one shot care study
plan. In this research the ACS patient got observation during two days bed rest then rated by
treatment duration using observation sheet. Samples in this reasearch are 25 ACS patients in the
ICVCU, Undata Regional Public Hospital, Central Sulawesi Province.
Result: in this reasearch there is no difference result between obedient and disobedient patient bed
rest for length of stay with value p=0,828.
Conclution and Suggestion: Bed rest is not effective towards the length of stay of patients with
ACS. More ever, this study found that mostly patients were obedient to do bed rest and the length
of stay had met the standard. The results suggest to health care professional to provide health
education of heart disease in patiens with ACS regularly.
Keyword: bed rest, length of stay, acute coronary syndrome.
Literature: 45 literatures (2002-2016)

v
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
KATA PENGANTAR .......................................................................................i
ABSTRAK .........................................................................................................iv
DAFTAR ISI .....................................................................................................vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................viii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................5
D. Manfaat Penelitian...................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum SKA..............................................................................7
B. Tinjauan Umum Tentang Lama Rawat SKA..........................................14
C. Tinjauan Umum Tentang Efektivitas Bed Rest.......................................15
D. Efektivitas Bed Rest terhadap Lama Rawat............................................17
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep....................................................................................19

vi
B. Hipotesis..................................................................................................20
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian..............................................................................21
B. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................21
C. Populasi dan Sampel...............................................................................21
D. Alur Penelitian .......................................................................................23
E. Variabel Penelitan...................................................................................24
F. Instrumen Penelitian ...............................................................................25
G. Pengolahan dan Analisa Data .................................................................26
H. Etika Penelitian ......................................................................................28
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .....................................................................................30
B. Pembahasan ...........................................................................................34
C. Keterbatasan Penelitian .........................................................................39
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................................40
B. Saran ......................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................42
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin,

pekerjaan dan jenis SKA di Ruang ICVCU RSUD Undata Propinsi

Sulawesi Tengah ................................................................................31

Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan observasi bed rest di Ruang ICVCU

RSUD Undata Propinsi Sulawesi Tengah..........................................31

Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan lama rawat pasien SKA di Ruang

ICVCU RSUD Undata Propinsi Sulawesi Tengah ............................32

Tabel 5.4 Gambaran bed rest terhadap lama rawat pasien SKA di Ruang ICVCU

RSUD Undata Propinsi Sulawesi Tengah .........................................33

Tabel 5.5 Hasil analisis efektivitas bed rest terhadap lama rawat pasien SKA di

Ruang ICVCU RSUD Undata Propinsi Sulawesi Tengah.................33

viii
DAFTAR BAGAN

Bagan 3. 1 Kerangka konsep efektivitas bed rest terhadap lama rawat pasien SKA

............................................................................................................20

Bagan 4.1 Alur penelitian ...................................................................................23

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Istrumen penelitian


Lampiran 2 Master Tabel
Lampiran 3 Hasil Uji Statistik
Lampiran 4 Surat-surat

x
xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan teknologi dan sosial ekonomi saat ini mengakibatkan

terjadinya perubahan pola hidup masyarakat seperti makan makanan tinggi

lemak, merokok, dan kurang olahraga. Pola hidup tersebut menyebabkan

meningkatnya penyakit degeneratif salah satunya penyakit kardiovaskular

yaitu sindrom koroner akut (SKA). SKA merupakan salah satu manifestasi

klinis dari kelainan arteri koroner yang masih menjadi masalah kesehatan

utama di di negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia

(Departemen Kesehatan RI, 2007)

Menurut World Health Organization (WHO) dan World Health

Federation (WHF) penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian

utama di dunia. Berdasarkan laporan asosiasi statistik kesehatan Heart

Desease and Stroke Statistics 2015 yang dilaporkan oleh American Heart

Association (AHA), angka kematian karena penyakit kardiovaskuler

sebanyak 17,3 juta kematian setiap tahun. Angka ini diperkirakan akan

meningkat 23,6 juta pada tahun 2030 (AHA, 2015).

Pada tahun 2013, seluruh kematian akibat penyakit kardivaskuler

adalah 222,9 per 100.000 orang Amerika, 269,8 untuk laki-laki dan 184,8

untuk perempuan. Meskipun dalam periode 10 tahun jumlah kematian

menurun karena penyakit ini sebanyak 11,7% tetapi penyakit kardiovaskuler

masih menyumbang 30,8 % (800.937) pada tahun 2013 dari seluruh kematian

1
global (2.596.993). Dari data tersebut, ini menunjukan bahwa setiap 40 detik

di Amerika Serikat terjadi kematian akibat penyakit jantung (AHA, 2016).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013

menunjukan prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan hasil

wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5%, dan 1,5%

berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala. Prevalensi PJK berdasarkan

terdiagnosis dokter tertinggi di Sulawesi Tengah (0,8%), diikuti Sulawesi

Utara, DKI Jakarta, dan Aceh masing-masing 0,7%. Sementara prevalensi

PJK menurut diagnosis atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (4,4%),

diikuti Sulawesi Tengah (3,8%), Sulawesi Selatan (2,9%) dan Sulawesi Barat

(2,6%). Penyakit ini meningkat seiring bertambahnya usia, tertinggi pada

kelompok umur 65-74 tahun yaitu 2,0% dan 3,6%, menurun pada kelompok

umur ≥75 tahun, tertinggi pada perempuan pada PJK dengan wawancara

terdiagnosis dokter 0,5% dan berdasarkan diagnosis atau gejala 1,5% (Badan

Penelitian & Pengembangan Kesehatan, 2013)

Berdasarkan data dari rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Undata Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2014 dan 2015 penyakit

SKA adalah penyakit kedua tertinggi berdasarkan data sepuluh besar penyakit

yang di rawat di ruang Intensive Cardiovasculer Care Unit (ICVCU). Jumlah

kasus SKA selama dua tahun terakhir sebanyak 404 kasus. Dari data tersebut

terjadi peningkatan kejadian SKA pada tahun 2015 yaitu sebanyak 84 kasus.

Meningkatnya kejadian SKA tentunya membutuhkan intervensi yang

sistematis untuk meningkat kualitas hidup pasien SKA. Penelitian yang

2
dilakukan oleh Martins, Karyne D. & Cruz, I. (2015) menyebutkan bahwa

intervensi yang dapat meminimalkan stress jantung pada SKA, yaitu:

mempertahankan bed rest total, terapi oksigen dan manajemen terapi obat.

Mastia (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pada perawatan

di rumah sakit umumnya juga menganjurkan pasien penyakit dalam, pasca

operasi maupun pasien jantung untuk bed rest, hal ini bertujuan untuk

memaksimalkan pengobatan, mengurangi beban jantung serta

mempertahankan kenyamanan dan meminimalkan keparahan penyakit. Hal

ini sejalan dengan hasil penelitian (Nasir, 2013) bahwa bed rest menyebabkan

perubahan status ritme elektrokardiogram, tekanan darah dan status nadi,

karena bed rest dapat mengurangi peningkatan rangsangan saraf simpatis dan

memberikan kenyamanan sehingga menyebabkan kontriksi vaskuler. Bed rest

juga menunjukan efek terjadinya perubahan pada elektrokardiogram

repolarisasi heterogenitas (Sakowski et al., 2011).

Wenger (1978) dalam Herkner et al (2007) mengatakan bed rest dapat

mengurangi beban kerja miokard, menghindari gangguan perfusi lebih lanjut

miokardium dan meminimalkan remodeling, yang akan membantu pemulihan

sehingga lama perawatan dan biaya perawatan dapat diminimalisir. Hal ini

juga sejalan dengan fokus rumah sakit dalam pemberian pelayanan

keperawatan yang berkualitas bertujuan untuk memulangkan pasien lebih

awal dengan aman kerumahnya. Hari rawat yang pendek akan memberikan

keuntungan antara lain penghematan biaya dan sumber yang lebih sedikit

terhadap rumah sakit terutama pasien itu sendiri (Imbalo, 2007).

3
Berdasarkan pengalaman perawat di ruang Intensive Cardiovaskular

Care Unit (ICVCU) RSUD Propinsi Sulawesi Tengah, masih banyak pasien

SKA yang melakukan aktivitas fisik selama anjuran untuk bed rest meskipun

telah diberikan Health Education mengenai pentingnya bed rest untuk proses

pemulihan jantungnya. Hal ini menyebabkan perawatan memanjang karena

keluhan nyeri dada dan sesak yang timbul kembali setelah pasien melakukan

banyak aktivitas fisik selama anjuran bed rest. Dari data rekam medik Rumah

Sakit Umum Undata Propinsi Sulawesi Tengah bulan Januari sampai Juni

2016, rata-rata lama hari rawat pasien SKA di ruang ICVCU adalah 6 hari.

Hal ini lebih lama dari rencana perawatan pasien SKA di ruang ICVCU yaitu

2-5 hari (Irmalita et al., 2012). Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti

tertarik untuk meneliti tentang “Efektivitas bed rest terhadap lama rawat

pasien sindrom koroner akut di Ruang ICVCU RSUD Undata Propinsi

Sulawesi Tengah?”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Apakah ada perbedaan antara lama rawat pasien SKA yang patuh

dengan pasien SKA yang tidak patuh bed rest di Ruang ICVCU RSUD

Undata Propinsi Sulawesi Tengah ?”

4
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektivitas bed rest terhadap

lama rawat pasien sindrom koroner akut di Ruang ICVCU RSUD Undata

Propinsi Sulawesi Tengah.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran bed rest pada pasien SKA di ruang ICVCU

RSUD Undata Propinsi Sulawesi Tengah.

b. Mengetahui lama rawat pasien SKA di ruang ICVCU RSUD Undata

Propinsi Sulawesi Tengah.

c. Mengetahui perbedaan lama rawat pasien SKA yang patuh dengan

pasien SKA yang tidak patuh bed rest di ruang ICVCU RSUD Undata

Propinsi Sulawesi Tengah.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Keperawatan

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi berupa sumbangan ilmiah dan

bahan bacaan untuk penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan bed

rest pasien SKA.

2. Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi RSUD

Undata Propinsi Sulawesi Tengah khususnya di Ruang ICVCU dalam

meningkatkan pelayanan tetang pentingnya bed rest pada pasien SKA.

5
3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti tentang

bed rest pada pasien SKA. Penelitian ini juga merupakan pengalaman

berharga bagi peneliti dalam rangka meningkatkan pengetahuan yang

diperoleh selama dibangku pendidikan dan megaplikasikannya di

masyarakat.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Sindrom Koroner Akut

1. Definisi

SKA atau acute coronary syndrome (ACS) adalah suatu kondisi yang

menggambarkan kondisi klinik akut akibat adanya penurunan suplai

oksigen ke otot jantung secara tiba-tiba. SKA meliputi unstable angina,

Non-ST Elevasi Myocard Infarct (NSTEMI), ST Elevasi Myocard Infarct

(STEMI) (Overbaugh, 2009). SKA adalah istilah yang mengacu pada

setiap kelompok gejala klinis kompatibel dengan iskemia miokard akut

(Kumar & Cannon, 2009)

SKA adalah gambaran kondisi klinis dari angina dengan gejala nyeri

dada akut yang khas yang berlangsung lebih dari 15 menit. Khas

didefenisikan sebagai ketidaknyamanan pada daerah retrosternal,

meningkat dengan tenaga dan berkurang dengan istirahat atau nitrat

(National Programme for Prevention and Control of Diabetes, CVD, and

Stroke, 2008-2009)

SKA adalah suatu keadaan dimana terjadinya nyeri jantung akut

pada saat istirahat atau aktivitas fisik minimal. Hal yang dikhawatirkan

adalah terjadinya crescendo angina yaitu angina yang frekuensi dan

beratnya dapat menimbulkan infark miokard atau kematian mendadak.

Angina yang terjadi di awal harus dipandang sebagai kegawatdaruratan.

7
Pasien harus dirawat di rumah sakit dan diminta untuk bed rest. (Staf

Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas

Sriwijaya, 2009)

SKA adalah sindrom klinik yang mempunyai dasar patofisiologi

berupa adanya erosi, fisur, atapun robeknya plak atheroma sehingga

menyebabkan trombosis intravaskular yang menimbulkan

ketidakseimbangan pasokan dan kebutuhan oksigen miokard (Majid, 2007)

2. Patofisiologi SKA

SKA diawali dengan rusaknya plak aterosklerosis di dalam arteri

koroner, kerusakan ini menstimulasi agregasi platelet dan pembentukan

trombus. Trombus menyebabkan penyumbatan arteri koroner dan

menurunkan perfusi miokardium (lihat gambar 1). Data terkini

menunjukkan bahwa ruptur dari plak yang tidak stabil dan rapuh, serta

efek inflamasi yang menyertainya (berupa pembentukan trombus di

permukaan plak), merupakan penyebab infark miokard pada kebanyakan

kasus. Sel otot jantung (miokardium) memerlukan oksigen dan ATP

(adenosine 5beta-triphosphate) untuk mempertahankan kontraktilitas dan

stabilitas kelistrikan untuk konduksi listrik jantung yang normal. Ketika sel

miokardium kekurangan oksigen, metabolisme anaerob terjadi sehingga

produks ATP lebih sedikit, yang menyebabkan kegagalan pompa natrium,

kalium dan pompa kalsium serta terjadinya penumpukan ion hidrogen dan

laktat yang mengakibatkan asidosis. Pada tahap ini akan terjadilah

kematian sel (infark), kecuali dilakukan intervensi untuk mengatasi

8
penyebab penurunan suplai darah ke miokardium dan mengembalikan

perfusi darah ke miokard serta menghentikan proses iskemia atau infark.

Jika perfusi miokard tidak dikembalikan dalam waktu 20 menit, maka

akan terjadi nekrosis dan kerusakan otot jantung menjadi ireversibel.

Kondisi ini menyebabkan terganggunya kontraktilitas miokardium,

penurunan curah jantung, penurunan perfusi ke organ vital dan perifer,

yang ujungnya menyebabkan timbul tanda dan gejala syok. Manifestasi

klinik pada kondisi ini meliputi penurunan kesadaran, sianosis, akral

dingin, hipotensi, takikardi dan penurunan urine output (Overbaugh,

2009).

Gambar 1. Iskemia arteri koroner (Overbaugh, 2009)

9
3. Tanda dan Gejala SKA

Tanda dan gejala yang muncul bervariasi pada arteri koroner

tergantung dari tingkat sumbatan, penanda jantung dan hasil EKG. Gejala

angina atau nyeri dada diakui sebagai gejala klasik dari SKA. Pada angina

tidak stabil nyeri dada biasanya membaik pada saat istirahat atau dengan

pembatasan aktivitas. Nyeri dada yang terkait dengan NSTEMI biasanya

durasi lebih panjang, dan lebih dari angina tidak stabil. Dalam kedua

kondisi, frekuensi frekuensi dan intensitas nyeri dapat meningkat jika tidak

ditangani dengan istirahat, nitrogliserin atau keduanya, dan mungkin akan

bertahan lebih dari 15 menit. Nyeri mungkin terjadi dengan atau tanpa

menjalar ke lengan, leher atau daerah epigastrium. Selain angina, pasien

SKA juga mengalami sesak nafas, diaforesis, mual dan pusing. Perubahan

tanda-tanda vital seperti takikardi, takipnea, hipertensi atau hipotensi dan

penurunan saturasi oksigen (SaO2) atau mungkin mengalami kelainan

irama jantung (Overbaugh, 2009).

4. Faktor-Faktor Resiko SKA

Faktor-faktor resiko terjadinya SKA yaitu diabetes, riwayat adanya

penyakit jantung dalam keluarga, makanan berlemak tinggi dan

berkabohidrat tinggi, hiperlipoproteinemia, hipertensi, obesitas, status

postmenopausal, banyak duduk dan tidak bergerak, rokok, dan stres.

10
(Pamewa, 2014) laki-laki memiliki resiko lebih tinggi dari perempuan

(Overbaugh, 2009).

5. Klasifikasi SKA

Menurut Overbaugh (2009), SKA diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:

a. UAP

Penyebab yaitu trombus sebagian atau berselang yang menyumbat

pembuluh darah koroner. Tanda dan gejala yaitu nyeri dengan atau

tanpa menjalar kelengan, leher, punggung atau daerah epigastrium,

biasanya juga disertai dengan gejala sesak nafas, diaforesis, mual,

takikardia, takipnea, hopotensi atau hipertensi, SaO2 menurun, kelaian

irama biasanya terjadi saat istirahat atau dengan aktivitas terbatas,

dengan atau tanpa depresi segmen ST atau gelombang T inversi pada

elektrokardiogram (EKG). Biomarker jantung pada UAP belum

meningkat

b. NSTEMI

Penyebab, tanda dan gejala sama dengan UAP tetapi durasi lebih lama

dan lebih parah dari UAP dan diikuti adanya peningkatan biomarker

jantung.

c. STEMI

Disebabkan adanya trombus yang menyumbat penuh pada arteri

koroner. Penurunan SaO2 dan kelainan irama terjadi saat istirahat atau

dengan aktivitas terbatas, durasi lebih anjang dan parah dari UAP

11
yang disertai dengan adanya kerusakan jaringan yang iriversibel jika

perfusi tidak segera dikembalikan. Ditemukan juga segmen ST elevasi

atau bundel kiri baru dan peningkatan biomarker jantung.

6. Penatalaksanaan SKA

Menurut PERKI (2015) pasien yang didiagnosis kemungkinan SKA

atau SKA atas dasar keluhan angina di ruang gawat darurat harus

diberikan terapi awal sebelum ada pemeriksaan EKG dan atau marka

jantung. Terapi awal ini tidak harus diberikan semua atau bersamaan,

terapi yang dimaksud yaitu :

a. Bed rest selama 48 jam

b. Suplemen oksigen diberikan segera bagi pasien dengan saturasi O2 arteri

˂95% atau mengalami distress respirasi

c. Suplemen oksigen dapat diberikan pada semua pasien SKA dalam 6

jam pertama tanpa mempertimbangan saturasi O2 arteri.

d. Aspirin 160-320 mg diberikan segera sublingual (dibawah lidah)

e. Penghambat reseptor ADP (adhenosine diphosphate). Dosis awal

ticagrelor 180 mg dilanjutkan dosis pemeliharaan 2x90 mg. Dosis awal

clopidogrel adalah 300mg dilanjutkan dosis pemeliharaan 75mg/hari.

f. Nitrogliserin (NTG) atau isosorbit dinitrat (ISDN) sublingual bagi

pasien yang masih nyeri dada, dapat diulang setiap 5 menit sampai

maksimal 3 kali.

g. Morfin sulfat 1-5mg intravena, dapat di ulang setiap 10-30 menit bagi

pasien yang tidak responsif dengan terapi NGT dan ISDN.

12
Menurut (Overbaugh, 2009) penatalaksanaan pada setiap diagnosa SKA

memiliki perbedaan yaitu:

a. UAP

Pada kondisi ini diberikan oksigen untuk mempertahankan tingkat

kejenuhan oksigen pada > 90%, nitrogliserin atau morfin untuk

mengontrol rasa sakit, beta blocker , angiotensin-converting enzyme

inhibitor , statin (mulai dari masuk dan terus jangka panjang),

clopidogrel, heparin tak terpecah atau lowmolecular-heparin berat

badan, dan glikoprotein IIb / IIIa inhibitor.

b. NSTEMI

Pada kasus ini oksigen untuk mempertahankan tingkat SaO2 pada >

90%, nitrogliserin atau morfin untuk mengontrol rasa sakit, beta

blocker, angiotensin-converting enzyme inhibitor, statin (mulai dari

masuk dan terus jangka panjang), clopidogre, heparin tak terpecah atau

lowmolecular-heparin berat badan , dan glikoprotein IIb / IIIa inhibitor.

Kateterisasi jantung dan mungkin perkutan intervensi koroner pada

pasien dengan nyeri dada yang sedang berlangsung , ketidakstabilan

hemodinamik , atau peningkatan risiko memburuknya kondisi klinis.

c. STEMI

Pada kasus ini oksigen untuk mempertahankan tingkat SaO2 pada

>90%, nitrogliserin atau morfin untuk mengontrol rasa sakit, beta

13
blocker , angiotensin-converting enzyme inhibitor, statin ( mulai dari

masuk dan terus jangka panjang) , clopidogrel, heparin atau rendah-

molecularweight heparin. Intervensi koroner perkutan dalam waktu 90

menit dari evaluasi medis. Terapi fibrinolitik dalam waktu 30 menit dari

evaluasi medis.

B. Tinjauan Umum Tentang Lama Rawat SKA

1. Definisi

Lama rawat atau Lenght of Stay (LOS) adalah suatu ukuran berapa

hari lamanya seseorang pasien dirawat inap pada suatu periode perawatan

(Huber, 2010). Cara menghitung lama hari rawat ialah dengan menghitung

selisih antara tanggal kepulangan (keluar dari rumah sakit, baik hidup atau

meninggal) dengan tanggal masuk ke rumah sakit. Dalam hal ini, untuk

pasien yang masuk dan keluar pada hari yang sama, lama rawatnya

dihitung sebagai 1 hari. Angka rata-rata lama rawat ini dikenal dengan

istilah average Length of Stay (avLOS). Mengukur rata-rata lama hari

rawat yaitu membagi jumlah hari perawatan pasien rawat inap (hidup dan

mati) di rumah sakit pada periode tertentu dengan jumlah pasien rawat

inap yang keluar (hidup dan mati) di rumah sakit pada periode waktu yang

sama. Secara umum avLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes RI, 2005).

Lama perawatan SKA di ICVCU direncanakan 2-5 hari tergantung

presentasi klinis dan kebutuhan pasien (Irmalita et al., 2012).

14
Penelitian yang dilakukan oleh Steg et al (2002) rata-rata lama hari

rawat pasien STEMI adalah 8 hari (kisaran 5-12 hari), untuk pasien

NSTEMI adalah 6 hari (kisaran 4-12 hari), dan untuk pasien dengan

angina tidak stabil adalah 5 hari (kisaran 3-9 hari). Rata-rata pasien ini

menghabiskan 4, 3 dan 2 hari perawatan di ruang perawatan koroner. Dari

penelitian yang dilakukan oleh Oktarina, Karani, & Edward (2013)

mendapatkan sebagian besar pasien SKA dengan lama hari rawat ≥ 7 hari,

sedangkan dari penelitian yang dilakukan oleh Bramkamp, Radovanovic,

Erne, & Szucs (2007) lama hari rawat pasien SKA rata-rata 9,5 hari.

C. Tinjauan Umum Tentang Efektivitas Bed Rest

1. Efektivitas

Efektivitas merupakan suatu pengukuran keberhasilan dari suatu

program yang dilihat dari sejauh mana hasil yang telah dicapai bila

dibandingkan dengan rencana semula (Malasari & et al, 2015). Pengertian

efektivitas juga mengacu pada hubungan antara output dengan tujuan yang

ditetapkan. Suatu organisasi, program, atau kegiatan dikatakan efektif

apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang ditetapkan

(Rai, 2008).

2. Bed rest

a. Definisi

Bed rest adalah ketidakmampuan untuk bargerak bebas yang

disebabkan oleh kondisi dimana gerakan terganggu atau dibatasi secara

15
teraupetik (Potter & Perry , 2010). Menurut Bimaariotejo (2009) dalam

Nasir (2013) bed rest atau imobilisasi suatu keadaan dimana penderita

harus istirahat di tempat tidur, tidak bergerak secara aktif akibat

berbagai penyakit atau gangguan pada alat/organ tubuh yang bersifat

fisik atau mental. Dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan tidak

bergerak/tirah baring yang terus-menerus selama 5 hari atau lebih

akibat perubahan fungsi fisiologis.

Bed rest merupakan suatu keadaan dimana pasien harus

beristirahat ditempat tidur. Tidak bergerak secara aktif sebagai akibat

berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada alat/organ tubuh)

yang bersifat fisik (gerak, bernafas dan gangguan saraf akibat dari

penyakit, kelemahan dan kelumpuhan) maupun secara mental.

(Sumarwati et al., 2006)

b. Tujuan bed rest

Menurut Potter & Perry (2010)

1) Mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan tubuh akan oksigen

2) Mengurangi nyeri

3) Memungkinkan klien yang sakit untuk istirahat

4) Memungkinkan klien yang lelah untuk beristirahat tanpa gangguan.

3. Pengukuran kepatuhan

a. Definisi

Patuh adalah suka menurut dan taat pada perintah, sedangkan

kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan atau

16
pasrah pada tujuan yang telah ditentukan (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2016). Kepatuhan didefinisikan sebagai perilaku positif

penderita dalam mencapai tujuan terapi (Degresi, 2005). Kepatuhan

juga didefinisikan sebagai keterlibatan aktif, sukarela, dan kolaboratif

pasien dalam menerima anjuran untuk mencapai tujuan terapi

(Delamater, 2006). Sedangkan Notoatmodjo (2003) mengemukakan

kepatuhan merupakan perilaku seseorang sehubungan dengan

pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior) yaitu perilaku

seseorang yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan,

misalnya mematuhi anjuran dokter dalam rangka pemulihan kesehatan.

Literatur perawatan kesehatan mengemukakan bahwa kepatuhan

berbanding lurus dengan tujuan yang dicapai pada program pengobatan

yang telah ditentukan (Bastable, 2002).

b. Alat ukur

Menurut Osterberg (2002) dalam Bangun (2009) metode yang

tersedia untuk mengukur kepatuhan terbagi menjadi 2 (dua) yaitu

metode langsung dan tidak langsung. Setiap metode memiliki kelebihan

dan kekurangan, dan tidak ada metode yang dianggap gold standard.

Metode langsung antara lain yaitu dengan observasi langsung dan

pengukuran kadar obat atau hasil metabolismenya dalam darah. Metode

tidak langsung mengukur kepatuhan antara lain menggunakan

kuesioner dan laporan pasien, menghitung tablet obat, tingkat

17
penggunaan resep dokter, pengkajian respon klinis, dan catatan harian

pasien.

4. Efektivitas Bed Rest terhadap Lama Rawat

Ketika sel miokardium kekurangan oksigen, metabolisme anaerob

terjadi sehingga produksi ATP lebih sedikit yang menyebabkan kegagalan

pompa natrium, kalium dan pompa kalsium serta terjadinya penumpukan ion

hidrogen dan laktat yang menyebabkan asidosis. Pada tahap ini akan terjadi

infark. Untuk mengatasi infark ini salah satu intervensi yang diberikan adalah

bed rest. Bed rest merupakan bagian implisit terapi awal pada pasien SKA

(Allen, 1999 dalam Herkner, Havel, Thoennissen, & Mullner,2007). Ide

prinsip di balik intervensi ini adalah untuk mengurangi beban kerja miokard,

menghindari gangguan perfusi lebih lanjut miokardium dan meminimalkan

remodeling (Wenger, 1978 dalam Herkner, Havel, Thoennissen, & Mullner,

2007). Komplikasi terjadi dalam 48 jam pertama setelah infark miokard akut

(Spracklen 1968 dalam Herkner, Havel, Thoennissen, & Mullner,2007) oleh

karena itu pemantauan sangat penting pada periode ini. Bed rest sering

dipahami sebagai suatu kondisi untuk pemantauan (Herkner, Havel,

Thoennissen, & Mullner, 2007). Apabila bed rest terpantau dengan baik maka

akan mengurangi lama perawatan.

18
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Pasien SKA yang diberikan instruksi untuk bed rest seharusnya

menetap pada posisi berbaring atau melakukan aktivitas minimal ditempat

tidur. Untuk itu peneliti akan melakukan penelitian tentang efektivitas bed

rest terhadap lama rawat pasien SKA di ruang ICVCU RSUD Undata

Propinsi Sulawesi Tengah.

Variabel independen Variabel Dependen

Bed rest pasien SKA:


- UAP
- NSTEMI Lama rawat
- STEMI

Variabel Moderat

- Obat-obatan
- Keparahan penyakit
- Umur
19 - Manajemen terapi
Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Ada hubungan

: variabel yang tidak diteliti


Bagan 3.1 Kerangka konsep efektivitas bed rest terhadap lama rawat

pasien SKA.

B. Hipotesis

H0 : Tidak ada perbedaan lama rawat antara responden yang patuh bed

rest dengan yang tidak patuh bed rest pada pasien SKA.

H1 : Ada perbedaan lama rawat antara responden yang patuh bed rest

dengan yang tidak patuh bed rest pada pasien SKA.

20
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan metode Pre-Experimental

(Nondesigns) dengan rancangan one shot case study yang merupakan

rancangan penelitian dimana suatu kelompok diberi treatment/perlakuan, dan

selanjutnya diobservasi hasilnya (Sugiyono, 2014).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dan waktu penelitian akan dilakukan di ruang ICVCU RSUD

Undata Propinsi Sulawesi Tengah pada tanggal 1 sampai dengan 30

November 2016

C. Populasi dan Sampel

Target populasi pada penelitian ini adalah pasien yang menderita SKA

yang di rawat di ruang ICVCU RSUD Undata Propinsi Sulawesi Tengah.

21
Besar populasi adalah 22 orang, jumlah ini berasal dari rata-rata pasien SKA

yang dirawat selama bulan Januari-Juni 2016 yaitu 132 orang.

1. Kriteria sampel Inklusi dan Eksklusi

a. Kriteria inklusi

1) Semua pasien yang didiagnosis SKA

2) Semua pasien yang dianjurkan bed rest

3) Pasien yang bersedia menjadi responden

b. Kriteris eksklusi

1) Pasien SKA yang menolak menjadi responden

2) Pasien SKA dengan komplikasi penyakit lain seperti gagal ginjal

kronik dan diabetes melitus.

c. Kriteria Drop Out

Pasien yang pulang atau meninggal sebelum selesai observasi.

2. Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini merupakan pasien SKA yang di rawat

di ruang ICVCU RSUD Undata Propinsi Sulawesi Tengah pada Oktober

sampai November 2016. Penelitian ini akan menggunakan metode

nonprobability sampling yaitu tehnik accidental sampling dimana

pemilihan sampel dipilih dengan mengambil kasus atau responden yang

kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks

penelitian (Notoatmodjo, 2012). Jumlah sampel dalam penelitian ini

adalah 25 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

22
D. Alur penelitian

Penetapan sampel dengan Kriteria inklusi


tehnik accidental - Semua pasien yang
sampling didiagnosis SKA
- Semua pasien yang
dianjurkan bed rest
- Pasien yang bersedia menjadi
Memberikan responden
informed consent
kepada responden Kriteris eksklusi
- Pasien SKA yang tidak
bersedia menjadi responden

Observasi bed rest terhadap Kriteria Drop Out


lama rawat pasien SKA - Pasien yang pulang atau
menggunakan lembar meninggal sebelum selesai
observasi observasi.
o P

Pengolahan dan analisa data


dengan uji t independen/uji
alternatif Mann Whitney

Pembahasan hasil

23
Kesimpulan dan
saran

Bagan 4.1 Alur penelitian efektivitas bed rest terhadap lama rawat pasien SKA.

E. Variabel Penelitian

1. Identivikasi variabel

Variabel independen pada penelitian ini adalah bed rest pasien SKA dan

variabel dependen adalah lama rawat pasien SKA.

2. Definisi operasional variabel dan kriteria objektif

a. Bed rest

Bed rest adalah suatu keadaan dimana pasien harus beristirahat

ditempat tidur selama perawatan di ruang ICVCU.

Cara ukur : Observasi

Alat ukur : Checklist

Skala ukur : Ketegorik

Kriteria Objektif :

Patuh, jika pasien mengikuti semua intruksi bed rest

Tidak patuh, jika salah satu intruksi bed rest tidak dilakukan

b. Lama rawat

24
Lama rawat adalah lama pasien dirawat di ruang ICVCU (dalam

hari), dihitung dari pasien masuk ruang ICVCU hingga keluar dari

ICVCU. Standar hari rawat ICVCU adalah 2-5 hari.

Cara ukur : Observasi

Alat ukur : Checklist

Skala ukur : Numerik

Kriteria Objektif :

≤5 hari

˃ 5 hari

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar observasi

bed rest dan lama rawat pasien SKA. Lembar observasi yang digunakan

merupakan lembar observasi yang dibuat sendiri oleh peneliti yang merujuk

pada buku Potter & Perry (2010) tentang klien dengan kebutuhan khusus.

Lembar observasi terdiri dari 6 poin penilaian, yaitu :

1. Pasien istirahat di tempat tidur dengan posisi senyaman mungkin

2. Pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien dilakukan ditempat tidur (makan

dan minum)

3. Pemenuhan kebutuhan eliminasi pasien dilakukan ditempat tidur (buang air

besar dan buang air kecil)

25
4. Personal hygiene dilakukan di tempat tidur (mandi, keramas, sikat gigi dan

ganti pakaian)

5. Pasien menaati jam besuk yang telah ditetapkan dan bicara seperlunya bila

ada pembesuk

6. Pasien tidak turun dari tempat tidur sebelum ada instruksi untuk mobilisasi

Pasien akan diobservasi setiap hari selama perawatan hingga keluar dari

ruangan ICVCU. Observasi dilakukan oleh peneliti sendiri atau perawat yang

diminta peneliti untuk bertugas menjadi observer. Adapun variabel yang ada

dalam lembar observasi yaitu:

1. Bed Rest pasien SKA

Penilaian bed rest pasien dilakukan dengan observasi langsung oleh

observer. Indikator bed rest terdiri atas:

a. 1 : jika patuh

b. 2 : jika tidak patuh

2. Lama rawat

Penilaian lama rawat akan dilakukan setelah pasien keluar dari ruangan

ICVCU. Indikator lama rawat terdiri atas:

a. 1 : jika ≤5 hari

b. 2 : jika ˃5 hari

G. Pengolahan dan Analisa Data

26
1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer, melalui

beberapa tahap yaitu:

a. Editing

Memeriksa data yang sudah terkumpul apakah masih ada keselahan

atau tidak.

b. Coding

Kegiatan memberikan kode pada jawaban yang bersifat kategori.

c. Tabulating Data

Data yang diperoleh dan disusun dan dihitung berdasarkan variabel

yang diteliti.

d. Entri Data

Memasukan data kekomputer untuk keperluan analisa.

e. Cleaning Data

Membersihkaan data dengan melihat variabel yang digunakan apakah

datanya sudah benar atau belum.

f. Discribing

Menggambarkan atau menjelaskan data yang sudah dikumpulkan.

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisan univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran umum

dengan cara mendeskripsikan variabel yang digunakan dalam

27
penelitian yaitu dengan melihat gambaran distribusi frekuensi dan

persentasi dari variabel yang diteliti.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk menjawab tujuan penelitian dan

menguji hipotesis penelitian. Jenis variabel independen berskala

kategorik dan dependen berskala numerik sehingga uji yang

digunakan adalah uji t independen bila distribusi data normal atau

dengan uji alternatif Mann Whitney bila distribusi data tidak normal.

Uji ini merupakan uji parametrik yang digunakan untuk membedakan

antara rata-rata nilai sampel pengamatan dengan nilai rata-rata yang

diharapkan.

H. Masalah Etika

Pada penelitian ini, peneliti akan mengajukan permohonan izin kepada

direktur RSUD Undata Propinsi Sulawesi Tengah untuk mendapatkan

persetujuan penelitian. Peneliti akan melakukan penelitian dengan

menjunjung tinggi prinsip-prinsip etik penelitian yaitu:

1. Prinsip berbuat baik (beneficence)

Penelitian yang dilakukan dengan mengupayakan manfaat maksimal

dengan kerugian minimal, resiko penelitian harus wajar dibanding

manfaat yang diharapkan. Memenuhi persyaratan ilmiah, peneliti mampu

melaksanakan penelitian, sekaligus mampu menjaga kesejahteraan subjek

28
penelitian serta tidak mencelakakan atau melakukan hal-hal yang

merugikan (non maleficence, do no harm) subjek penelitian.

2. Prinsip menghormati harkat martabat manusia (respect for persons)

a. Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden (right to self

determination). Subjek mempunyai hak memutuskan apakah mereka

bersedia menjadi subjek penelitian atau tidak, tanpa adanya sangsi

apapun atau berakibat terhadap kesembuhannya.

b. Hak mendapatkan jaminan dari perlakukan yang akan diberikan (right

to full disclosure) dengan memberikan penjelasan yang terperinci

serta bertanggungjawab jika sesuatu terjadi kepada subjek.

c. Informed consent

Subjek harus mendapatkan informasi secara terperinci tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak menjadi responden.

3. Prinsip keadilan ( justice)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)

Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan

sesudah keikutsertaan dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi

apabila mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.

b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)

Subjek mempunyai hak untuk meminta data yang diberikan harus

dirahasiakan untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan

rahasia (confidentiality).

29
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 November sampai dengan 30

November 2016 bertempat di ruang ICVCU RSUD Undata Propinsi Sulawesi

Tengah dengan menggunakan metode Pre-Experimental (Nondesigns)

dengan rancangan one shot case study. Penelitian ini menggunakan tehnik

pengambilan sampel accidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 25

responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini

menggunakan pendekatan observasional. Sebelum observasi dilakukan,

peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri kemudian menjelaskan maksud

dan tujuan penelitian serta meminta persetujuan menjadi responden,

kemudian responden di observasi selama dua hari untuk melihat efektivitas

bed rest terhadap lama rawat pasien SKA. Selanjutnya data yang telah

dikumpulkan kemudian diolah. Data diolah dengan menggunakan analisa

30
univariat dan bivariat. Hasil penelitian kemudian disajikan dalam bentuk tabel

sebagai berikut:

1. Analisa Univariat

Tabel 5.1
Distribusi karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin,
pekerjaan, dan jenis SKA di Ruang ICVCU RSUD Undata Propinsi Sulawesi Tengah

Karakteristik Frekuensi %
Kategori Usia
Dewasa akhir (36-45 4 16
tahun)
Lansia awal (46-55 5 20
tahun)
Lansia akhir (56-65 6 24
tahun)
Masa manula (> 65 10 40
tahun)
Jenis Kelamin
Laki-laki 20 80
Perempuan 5 20
Pekerjaan
PNS 15 60
Swasta 4 16
URT 5 20
Tani 1 4
Jenis SKA
UAP 3 12
NSTEMI 15 60
STEMI 7 28
Total 25 100
Sumber: Data primer November 2016

Tabel 5.1 menggambarkan karakteristik responden berdasarkan

kategori usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan jenis SKA. Pada kategori

31
usia, terlihat kategori masa manula (>65 tahun) mempunyai persentase

lebih tinggi yaitu 40% dengan jenis kelamin laki-laki terbanyak yaitu 20

orang (80%). Pada karakteristik pekerjaan sebagian besar responden

bekerja sebagai PNS yaitu 15 orang (60%), sedangkan dari jenis SKA

didominasi oleh NSTEMI yaitu 15 orang (60%).

Tabel 5.2
Distribusi responden berdasarkan observasi bed rest di di Ruang ICVCU RSUD
Undata Propinsi Sulawesi Tengah

Bed Rest Frekuensi %


Patuh 19 76
Tidak Patuh 6 24
Total 25 100
Sumber: Data primer November 2016
Tabel 5.2 menggambarkan pasien SKA yang patuh dan tidak patuh

terhadap anjuran bed rest. Berdasarkan hasil observasi 25 responden

yang patuh bed rest mempunyai persentase lebih tinggi yaitu 19 orang

(76%) dan sebagian kecil yang tidak patuh bed rest yaitu 6 orang (24%)

Tabel 5.3
Distribusi responden berdasarkan lama rawat pasien SKA di Ruang ICVCU
RSUD Undata Propinsi Sulawesi Tengah
Lama rawat Frekuensi %
≤5 hari 17 68
˃5 hari 8 32
Total 25 100
Sumber: Data primer November 2016

Tabel 5.3 menggambarkan lama rawat pasien SKA terbanyak ≤ 5

hari yaitu 17 orang (68%) dan sebagian kecil ˃ 5 hari yaitu 8 orang

(32%).

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk melihat perbedaan lama rawat

pasien SKA yang patuh dan tidak patuh bed rest yang diobservasi selama

32
dua hari. Sebelum dilakukan analisa bivariat terlebih dahulu dilakukan

uji normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro Wilk.

Hasil uji Shapiro Wilk pada dua variabel dependen dan independen

didapatkan hasil nilai p (0,0001) ˂ 0,05 maka data berdistribusi tidak

normal. Berdasarkan hasil tersebut, uji statistik yang digunakan adalah

uji Mann Whitney.

Data hasil perhitungan lama rawat pasien SKA yang patuh dan

tidak patuh bed rest dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.4
Gambaran bed rest terhadap lama rawat pasien SKA di Ruang ICVCU RSUD
Undata Propinsi Sulawesi Tengah

Lama rawat
Bed rest ≤5 hari ˃5 hari Total
n % n % n %
Patuh 13 52 6 24 19 76
Tidak Patuh 4 16 2 8 6 24
Total 17 68 8 32 25 100
Sumber: Data primer November 2016

Tabel 5.4 menunjukan kepatuhan bed rest berdasarkan lama rawat

terbanyak yang patuh yaitu 76%. Patuh dengan lama rawat ≤5 hari

sebanyak 13 orang (52%), patuh dengan lama rawat ˃5 hari sebanyak 6

orang (24%). Tidak patuh dengan lama rawat ≤5 hari sebanyak 4 orang

(16%0, tidak patuh dengan lama rawat ˃5 hari sebanyak 2 orang (8%).

Tabel 5.5 Hasil analisis efektivitas bed rest terhadap lama rawat
pasien SKA di ruang ICVCU RSUD Undata Propinsi Sulawesi Tengah

Variabel Mean SD P Value n

Bed rest 1,24 0,436 25


0,828
Lama rawat 4,96 1,338 25
Sumber: Data primer November 2016

33
Tabel 5.5 didapatkan hasil statistik dengan uji Mann Whitney

secara keseluruhan adalah nilai p= 0,828 (˃0,05), maka H1 ditolak dan H0

diterima. Dalam hal ini interpretasi hasil yang diperoleh adalah tidak

terdapat perbedaan lama rawat antara pasien yang patuh dengan yang

tidak patuh bed rest.

B. Pembahasan

Hasil penelitian dalam 2 hari observasi pada pasien SKA menunjukan

bahwa patuh tidaknya pasien pada anjuran bed rest tidak memberi pengaruh

yang segnifikan terhadap lama rawat pasien SKA di ruang ICVCU RSUD

Undata Propinsi Sulawesi Tengah. Hal ini dibuktikan dalam hasil uji Mann

Whitney yang menunjukan nilai p = 0,828 (˃0,05).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wenger (1978) dalam Herkner et al (2007) mengatakan bahwa bed rest dapat

mengurangi beban kerja miokard, menghindari gangguan perfusi lebih lanjut

miokardium, dan meminimalkan remodeling, yang akan membantu

pemulihan sehingga lama perawatan dan biaya perawatan dapat

diminimalisir. Allen (1999) dalam Herkner et al (2007) dalam penelitiannya

mengatakan bahwa ketika sel miokardium kekurangan oksigen, metabolisme

34
anaerob terjadi sehingga produksi ATP lebih sedikit yang menyebabkan

kegagalan pompa jantung, natrium, kalium dan pompa kalsium serta

terjadinya penumpukan ion hidrogen dan laktat yang menyebabkan asidosis.

Pada tahap ini akan terjadi infark. Untuk mengatasi infark ini, salah satu

intervensi yang diberikan adalah bed rest. Bed rest merupakan bagian implisit

terapi awal pasien SKA.

Hasil penelitian menunjukan ada beberapa pasien yang patuh terhadap

anjuran bed rest tetapi lama rawatnya memanjang, dan ada juga pasien yang

tidak patuh bed rest tetapi lama rawat sesuai standar hal ini dipengaruhi

beberapa hal diantaranya yaitu penerimaan pasien dan atau keluarga terhadap

peraturan yang ditetapkan di ruangan ICVCU seperti pembatasan aktivitas

pasien, pembatasan pengunjung dan aturan-aturan lainnya sehingga pasien

dan atau keluarga merasa tidak nyaman dan meminta di pindahkan ke ruang

perawatan biasa. Selain itu juga peneliti melihat selama penelitian dilakukan,

jika pasien tidak patuh terhadap instruksi bed rest yang dianjurkan oleh

dokter dan kondisi pasien mulai stabil maka dokter mengintruksikan pasien

tersebut untuk melanjutkan terapinya di ruangan rawat biasa karena dianggap

dapat menganggu kenyamanan dan istrirahat pasien lain. Sehingga ada

beberapa pasien dirawat kurang dari 5 hari maupun lebih dari 5 hari bukan

hanya dipengaruhi oleh patuh atau tidaknya terhadap bed rest namun juga

dipengaruhi oleh beratnya penyakit (jenis SKA) yang diderita pasien.

Hal ini sejalan dengan Benson (2000) dalam Wijayanti (2013) yang

menyatakan mobilisasi dini diperlukan untuk mencegah dan membatasi

35
kecemasan dan depresi, mencehag tromboemboli, menurunkan angka

morbiditas, serta memperbaiki fungsi kardiovaskuler, dan mengurangi tingkat

kekambuhan pada pasien infark miokard akut (IMA). Tedjasukmana (2010)

dalam Wijayanti (2013) juga mengemukakan bahwa tingkat kekambuhan

pada pasien IMA dapat berkurang dengan adanya mobilisasi dini,

pengetahuan dan konseling untuk pasien IMA, seperti memberikan dukungan

dan informasi kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit jantung,

memberi semangat pasien untuk taat terhadap program aktivitas di rumah dan

program berjalan, program edukasi dan memberi semangat terhadap pasien

dan pasangannya untuk patuh terhadap program latihan di rumah sakit, serta

dukungan dari anggota keluarga untuk membantu perubahan sikap dan

perilaku hidup pasien IMA.

Hasil penelitian ini juga menunjukan masih ada sebagian pasien yang

tidak patuh. Dari hasil wawancara pada responden yang tidak patuh, pasien

beranggapan bahwa kondisinya baik-baik saja sehingga tidak perlu mengikuti

anjuran bed rest. Bentuk ketidakpatuhan yang paling banyak yaitu tidak mau

melakukan pemenuhan kebutuhan eliminasi ditempat tidur (buang air besar

dan buang air kecil) dengan alasan merasa kotor dan jijik. Selain kurangnya

kesadaran, ketidakpatuhan juga dipengaruhi oleh kurangnya motivasi pasien

dalam menjalani bed rest selama perawatan, karena motivasi akan mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Hal ini didukung oleh penelitian Kristina

(2012) yang menunjukan adanya hubungan antara motivasi dengan kepatuhan

pasien dalam menjalani imobilisasi.

36
Hasil penelitian dilihat dari gambaran bed rest pada pasien SKA di

ruang ICVCU menunjukan bahwa pasien SKA lebih banyak yang patuh

terhadap bed rest dibandingan dengan yang tidak patuh bed rest. Asumsi

peneliti bahwa penerapan bed rest pada pasien SKA di ruangan ICVCU

termasuk kategori patuh. Hal ini tidak lepas dari peran perawat sebagai

pendidik dalam memberikan health education (HE) pada pasien dan keluarga

yang masuk tentang ketentuan yang harus dipatuhi selama menjalani

perawatan di ruangan ICVCU salah satunya adalah bed rest. Perawat

penjelaskan bahwa bed rest pada pasien jantung sangat penting karena

dengan bed rest dapat mengurangi beban kerja jantung sehingga membantu

mempercepat proses pemulihan. Penjelasan yang mudah dipahami oleh

pasien maupun keluarga dipengaruhi juga oleh beberapa faktor diantaranya

kondisi sosial ekonomi responden yang patuh terhadap bed rest yang lebih

tinggi dibandingkan dengan responden yang tidak patuh. Dimana pada

responden yang patuh sebagian besar memiliki pekerjaan dengan penghasilan

menengah keatas dan responden yang tidak patuh memiliki pekerjaan dengan

penghasilan menengah kebawah. Sehingga hal ini mempengaruhi

kemampuan responden atau keluarga untuk mengakses informasi kesehatan

melalui media elektronik seperti majalah dan internet.

Hal ini diperkuat oleh pendapat Widiastuti (2009) yang meyatakan

bahwa berbagai bentuk media masa seperti televisi, radio, majalah, surat

kabar san lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk opini

dan kepercayan orang. Media masa memberikan pesan-pesan yang sugestif

37
yang mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai suatu

hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal

tersebut. Jika cukup kuat, pesan-pesan sugestif akan memberikan dasar afektif

dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

Selain faktor sosial ekonomi, usia juga mempengaruhi kepatuhan

seseorang. Hasil penelitian menunjukan pasien yang menderita SKA sebagian

besar berusia diatas 45 tahun. Hal ini sangat berpengaruh terhadap

kematangan emosi dan penerimaan penjelasan yang diberikan oleh petugas

kesehatan. Terlebih lagi sebagian responden yang tidak patuh juga banyak

yang berusia ≥ 65 tahun, hal ini salah satu penyebab ketidakpatuhan karena

lansia pada usia ini sudah mengalami penurunan dari segi pikiran dan emosi.

Lansia pada umumnya sulit memahami informasi, apalagi jika yang

memberikan informasi adalah petugas kesehatan yang berusia lebih muda dari

penderita SKA. Mereka berasumsi petugas kesehatan yang masih muda

belum berpengalaman.

Hal ini sejalan dengan Teori penuaan psikososial menurut Ma’rifatul

(2011) yang mengemukakan bahwa dasar kepribadian atau tingkah laku tidak

berubah pada lansia, terutama kemampuan dalam berkomunikasi, dan

berinteraksi dengan orang lain sebagai individu, kelompok atau masyarakat

dan hubungan interpersonal. Pudjiastuti & Utomo (2003) menyatakan

penuaan menyebabkan individu mengalami krisis yang sering disebut dengan

istilah pertempuran dalam dua kondisi/situasi, yaitu menghadapi golongan

muda dan tua. Keadaan ini sering menimbulkan stress dan kekhawatiran akan

38
tersisih dan kurang dihargai. Menjadi tua menimbulkan ketegangan pada diri

individu karena merasa dihormati dan lebih banyak pengalaman.

Hal ini sejalan dengan pendapat Lukman (2008) yang mengemukakan

bahwa kepatuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seperti usia,

pendidikan, pengetahuan, motivasi, keyakinan, sikap dan kepribadian yang

saling mendukung satu sama lain. Notoatmodjo (2007) juga berpendapat

bahwa semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Hal ini juga ditunjang oleh

teori kepatuhan yang dikemukakan oleh Degresi (2005) kepatuhan adalah

prilaku positif penderita untuk mencapai tujuan terapi.

Hasil penelitian juga menunjukan bahwa distribusi responden

berdasarkan lama rawat pasien sebagian besar sesuai dengan standar hari

rawat pasien SKA di ruang ICVCU. Namun masih ada beberapa responden

yang melebihi target hari rawat. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Steg et al (2002) yang menyatakan rata-rata pasien

menghabiskan 4, 3 dan 2 hari perawatan di ruang perawatan koroner.

Asumsi peneliti, lama rawat pasien SKA dipengaruhi berbagai faktor

diantaranya pemberian terapi obat-obatan dan keparahan penyakit. Selama

penelitian dilakukan, peneliti mengobservasi terapi yang diberikan pada

pasien SKA diantaranya adalah injeksi Fondaparinux Na dan Enoxaparin Na.

Obat ini merupakan anti trombolitik yang paling sering diberikan pada pasien

SKA selama 5 hari. Selama pemberian terapi ini, pasien harus diobservasi

karena dapat menimbulkan efek samping berupa perdarahan. Namun

39
pemberian terapi tidak mutlak 5 hari tetapi juga tergantung derajat luasnya

infark atau kondisi pasien. Hal ini sejalan dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Irmalita et al (2012) yang menyatakan lama perawatan

SKA di ICVCU direncanakan 2-5 hari tergantung persentase klinis dan

kebutuhan pasien.

C. Keterbatasan Penelitian

Hal-hal yang mungkin menjadi keterbatasan pada penelitian ini yang dapat

mempengaruhi hasil, yaitu:

1. Penelitian ini hanya menilai kepatuhan bed rest responden tanpa menilai

variabel lain yang mempengaruhi lama rawat.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini maka kesimpulan yang didapatkan

adalah sebagai berikut:

1. Responden dalam penelitian ini yang menderita SKA terbanyak adalah

masa manula (˃65 tahun) yaitu 40%, tertinggi diderita oleh laki-laki

(80%) dengen pekerjaan terbanyak sebagai PNS (60%)

40
2. Gambaran pasien SKA yang patuh bed rest sebanyak 19 orang (76%) dan

tidak patuh bed rest sebanyak 6 orang (24%) dengan lama rawat

terbanyak ≤ 5 hari 17 orang (68%) dan ˃ 5 hari sebanyak 8 orang (32%).

3. Lama rawat pasien SKA di ruang ICVCU RSUD Undata Propinsi

Sulawesi Tengah sebagian besar dengan hari rawat ≤ 5 hari yaitu 17 orang

(68%) dan > 5 hari yaitu 8 orang (32%)

4. Tidak ada perbedaan lama rawat antara responden yang patuh bed rest

dengan yang tidak patuh bed rest pada pasien SKA di ruang ICVCU

RSUD Undata Propinsi Sulawesi Tengah (p=0,828 > 0,05).

B. Saran

1. Bagi pelayanan kesehatan

Pemberian Health Education tentang penyakit jantung sebaiknya

diberikan secara berkala agar dapat meningkatkan pengetahuan pasien

atau keluarga tentang penyakit yang diderita.

2. Bagi pasien

Penderita SKA sebaiknya mengikuti program pengobatan dan rehabilisasi

yang sudah ditentukan sehingga pemulihan dan lama perawatan sesuai

yang diharapkan.

41
3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mejadi rujukan untuk menambah

pengetahuan dan informasi tentang bed rest dan lama rawat pada pasien

SKA. Selain itu peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah

responden atau waktu penelitian serta dapat meneliti variabel lain yang

mempengaruhi lama rawat pasien SKA.

DAFTAR PUSTAKA

AHA. (2015). Heart Desease and Stroke Statistics. American Heart Association.
Retrieved August 27, 2016, from http://news.heart.org/american-heart-
association-statistical-report-tracks-global-figures-first-time/
AHA. (2016). AHA Statistical Update: Heart Desease and Stroke Statistics-
Update 2016. doi:http://dx.doi.org/10.1161/CIR.0000000000000350
Anwar, T. B. (2004). Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung
koroner. Padang: Universitas Sumatera Utara.
Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Retrieved August 27, 2016, from
http://labdata.litbang.depkes.go.id/riset-badan-litbangkes/menu-
riskesnas/menu-riskesdas/374-rkd-2013

42
Bangun, I. V. (2009). Faktor-Faktor yang Berkontribusi terhadap Kepatuhan
Pasien DM Tipe 2 dalam Konteks Asuhan Keperawatan di Poliklinik
Endokrin RSHS Bandung. Depok: Tesis FIK UI.
Bastable, S. B. (2002). Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-Prinsip Pengajaran &
Pembelajaran. Jakarta: EGC.
Bramkamp, M., Radovanovic, D., Erne, P., & Szucs, T. D. (2007, Oct).
Determinants os Costs and the Lenght of Stay in Acute Coronary
Syndromes: A Real Life Analysis of More Than 10000 Patients.
Cardiovasc Drugs Ther, 389-98. doi:10.1007/s10557-007-6044-0
Degresi. (2005). Ilmu Perilaku Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Delamater, A. M. (2006). Improving Patient Adherence. Clinical Diabetes
Journals, 24, 71-77. doi:http://dx.doi.org/10.2337/diaclin.24.2.71
Departemen Kesehatan RI. (2007). Pharmaceutical Care untuk Pasien Penyakit
Jantung Koroner: Fokus Sindrom Koroner Akut. Jakarta: Bina Farmasi
Departemen Kesehatan RI. Retrieved August 27, 2016, from
binfar.depkes.go.id/bmsimages/1361351516.pdf
Depkes RI. (2005). Buku Petunjuk Pengisian, Pengelolaan, dan Penyajian Data
Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.
Ernawati, H. (2014). Hubungan Kepatuhan Bedrest total dengan penurunan Suhu
Tubuh pada Pasien Demam Tipoid di RSUP Dr. R. Goeteng
Toroenadibrata Purbalingga. Purwokerto: Perpustakaan STIKES Harapan
Bangsa. Retrieved August 27, 2016, from Perpustakaan STIKES Harapan
Bangsa: http://repository.shb.ac.id/gdl.php?
mod=browse&op=read&id=shb--hennyernaw-891
Herkner, H., Havel, C., Thoennissen, J., & Mullner, M. (2007). Bed Rest for
Acute Myocardial Infarction (Protocol). (C. H. Group, Ed.) The Cochrane
Collaboration(1). doi:10.1002/14651858.CD003836
Huber, D. L. (2010). Leadership and Nursing Care Management. Missouri:
Saunders Elsevier. Retrieved September 20, 2016, from http://medical-
dictionary.thefreedictionary.com/length+of+stay
Imbalo, S. P. (2007). Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Dasar-Dasar
Pengertian dan Penerapan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Irmalita et al. (2012). Pedoman Rawat Intensif Kardiovaskuler. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia.
Kumar, A., & Cannon, C. P. (2009). Acute Coronary Syndromes: Diagnosis and
Management, Part 1. Symposium On Cardiovaskular Desease (pp. 917-

43
938). Mayo Clinic. Retrieved August 24, 2016, from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2755812/
Majid, A. (2007). Penyakit Jantung Koroner: Patofisiologi, Pencegahan, dan
Pengobatan Terkini. USU e-Repository. Retrieved August 27, 2016, from
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/705/1/08E00124.pdf
Malasari , S., & et al. (2015). Efektivitas Metode Belajar Praktikum dengan
Pendekatan Learning By Teaching Terhadap Motivasi dan Prestasi Skill
Mahasiswa Keperawatan Universitas Hasanuddin. Prosiding: Seminar
Hasil Penelitian Peningkatan Kualitas Pembelajaran (Penelitian
Tindakan Kelas) Tahun 2015 Bagi Tenaga Pendidik Universitas
Hasanuddin (pp. 313-320). Makassar: Hasanuddin University Press.
Martins, Karyne D. & Cruz, I. (2015). The Implications Of Nursing
Diagnosis:Acute Pain Related to Acute Coronary Syndrome-Systematized
Literature Review. Journal Of Specialized Nursing Care, Vol 7 No 1.
Retrieved August 14, 2016, from
http://www.uff.br/jsncare/index.php/jsncare/article/view/2741
Mastia. (2012). Gambaran Kepatuhan Imobilisasi dan Lamanya Perawatan
Pasien Acute Coronary Syndrome di Ruangan Intensive Cardiovaskular
Care Unit. Palu: Skripsi STIK Indonesia Jaya Palu.
Nasir, A. (2013). Hubungan Kepatuhan Bedrest dengan perubahan
elektrokardiogram dan Hemodinamik pada Pasien Acute Coronary
Syndrome di Ruang Cardiovaskuler Care Unit (CVCU) RSUP. Dr.
Wahidin Sudirohusudo. Makassar: Skripsi PSIK-FK Unhas.
National Programme for Prevention and Control of Diabetes, CVD, and Stroke.
(2008-2009). Clinical Management Guidelines for Coronary Artery
Disease For National Programme for Prevention and Control of Diabetes,
Cardiovascular Disease and Stroke. Chandigarh.
Niven, N. (2008). Psikologi Kesehatan : Pengantar untuk Perawat & Profesional.
(A. Waluyo, Trans.) Jakarta: EGC.
Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
(4 ed.). Jakarta: Salemba Medika.

44
Oktarina, R., Karani, Y., & Edward, Z. (2013). Hubungan Kadar Glukosa Darah
Saat Masuk Rumah Sakit dengan Lama Rawat Pasien Sindrom Koroner
Akut (SKA) di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas.
Retrieved August 27, 2016, from http://Jurnal.fk.unand.ac.id
Overbaugh, K. J. (2009, May). Acute Coronary Syndrome. American Journal Of
Nursing, Vol. 109, No. 5, 42-52.
Pamewa, d. F. (2014, June 5). Artikel Kesehatan, Berita & Informasi, Slideshow.
Retrieved from rumahsakit.unair.ac.id:
http://rumahsakit.unair.ac.id/website/tanda-dan-gejala-penyakit-sindrom-
koroner-akut/
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). (2015).
Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut Edisi Ketiga. Jurnal
Kardiologi Indonesia.
Potter, P., & Perry , A. G. (2010). Fundamentals of Nursing (Edisi 7 ed.). Jakarta:
Salemba Medika.
Pudjiastuti, S. S., & Utomo, B. (2003). Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC.
Rai, I. A. (2008). Audit Kinerja pada Sektor Publik: Konsep, Praktek, Studi
Kasus. (P. Wuriarti, Ed.) Jakarta: Salemba Empat.
Rilantono, L. I. (2012). Penyakit Kardiovaskuler (PKV) 5 Rahasia. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sakowski et al. (2011, April). Sedentary Long Duration Head Down Bed Rest and
ECG Repolarization Heterogeneity. Aviation, Space, and Environmental
Medicine, 82, 416-423. doi:10.3357 / ASEM.2945.2011
Setiawan, E. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Retrieved from
kbbi.web.id: http://kbbi.web.id/patuh
Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya. (2009). Kumpulan Kuliah Farmakologi (2 ed.). (R. Raharjo,
Ed.) Jakarta: EGC.
Standar Operasional Prosedur (PROTAP) SMF Jantung dan Pembuluh Darah.
(2010). Palu: RSUD Undata.
Steg, P. G. et al. (2002, August 15). Characteristics, Management Practices, and
In Hospital Outcomes of Patients Hospitalized With Acute Coronary
Syndromes in the Global Registry of Acute Coronary Events (GRACE).
The American of Journal Cardiology, 90, 358-363. Retrieved September
21, 2016, from http://www.ajconline.org/article/S0002-9149(02)02489-X/

45
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:
Alfabeta.
Sumarwati et al. (2006). Buku Praktikum PKKDM I dan II. (H. Handiyani, Ed.)
Jakarta: Lembaga Penerbit FK UI.
Widiastuti. (2009, Dec 12). Pendidikan Kesehatan. Retrieved from Repository
Universitas Indonesia: http://www.repository.ui.ac.id
Wijayanti, C., & Yunani. (2013, Mei). Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan
Sikap Pasien Terhadap Perilaku Mobilisasi Dini pada Pasien IMA di
Ruang ICU RSUD Ungara. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah, 1, 1-7.
Retrieved Dec 14, 2016, from
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKMB/article/view/935

Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada:
Yth. Bapak/Ibu/Saudara(i): Calon Responden
Di Tempat
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Gusti Ayu Tri Handayani

46
NIM : C12 15 709
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Komp. Hartako Jaya Blok B No. 4 Makassar
Adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin Makassar yang akan melakukan penelitian dengan judul
“Efektivitas Bed Rest terhadap Lama Rawat Pasien Sindrom Koroner Akut di
Ruang ICVCU RSUD Undata Propinsi Sulawesi Tengah”.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi


bapak/ibu/sdr(i) sebagai responden maupun keluarga. Kerahasiaan semua
informasi akan dijaga dan dipergunakan untuk kepentingan penelitian. Jika Anda
tidak bersedia menjadi responden, maka tidak ada ancaman bagi anda maupun
keluarga. Jika anda bersedia menjadi responden, maka saya mohon kesediaan
untuk menandatangani lembar persetujuan yang saya lampirkan dan bersedia
diobservasi selama penelitian. Atas perhatian dan kesediaannya menjadi
responden saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Gusti Ayu Tri Handayani


NIM. C12115709

Kode responden :

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama Responden (inisial) :
Jenis Kelamin :

47
Umur :
Menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan
oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin Makassar, dengan:
Nama : Gusti Ayu Tri Handayani
NIM : C12115709
Judul Penelitian : Efektivitas Bed Rest terhadap Lama Rawat Pasien Sindrom
Koroner Akut di Ruang ICVCU RSUD Undata Propinsi
Sulawesi Tengah
Penelitian ini diharapkan tidak mempunyai dampak negatif serta merugikan
bagi saya dan keluarga serta hasil observasi benar-benar dapat dirahasiakan.
Demikian persetujuan ini saya tanda tangani dan kiranya dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Palu, November 2016

(________________________)
Nama terang dan Tanda Tangan

48
LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN
A. IDENTITAS RESPONDEN
No. Responden : Pekerjaan : Alamat :
Nama Responden : Jenis Kelamin : No. RM :
Diagnosa : UAP NSTEMI STEMI Umur : Tanggal Masuk:

B. OBSERVASI KEPATUHAN BED REST DAN LAMA RAWAT PASIEN SKA


Berilah tanda (√) pada kolom observasi yang telah disediakan

PENGAMATAN HARI PERAWATAN TOTAL


HARI
No. PARAMETER 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RAWAT
BED REST Tgl... Tgl... Tgl... Tgl... Tgl... Tgl... Tgl... Tgl... Tgl... Tgl...

1. Pasien istirahat di tempat tidur


dengan posisi senyaman
mungkin
2. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
pasien dilakukan ditempat tidur
(makan dan minum)
3. Pemenuhan kebutuhan eliminasi
pasien dilakukan ditempat tidur
(buang air besar dan buang air
kecil)
4. Personal hygiene dilakukan di
tempat tidur (mandi, keramas,
sikat gigi dan ganti pakaian)
5. Pasien menaati jam besuk yang
telah ditetapkan dan bicara
seperlunya bila ada pembesuk
6. Pasien tidak turun dari tempat
tidur sebelum ada instruksi
untuk mobilisasi
MASTER TABEL

Jenis Bed Lama


No. Inisial Umur pekerjaan Diagnosa
Kelamin Rest Rawat
Responden
1 MI 42 Laki-laki PNS NSTEMI Patuh 3 hari
2  DR 50 Perempuan URT NSTEMI Patuh 7 hari
3  MO 68 Laki-laki PNS NSTEMI Patuh 4 hari
4  RP 67 Laki-laki PNS NSTEMI Patuh 5 hari
5  MA 68 Laki-laki PNS NSTEMI Patuh 5 hari
6  PM 36 Perempuan URT NSTEMI Patuh 6 hari
7  IL 40 Laki-laki PNS STEMI Patuh 5 hari
8  YS 67 Laki-laki PNS NSTEMI Patuh 6 hari
9 IL  57 Laki-laki PNS UAP Patuh 4 hari
10  IN 50 Laki-laki PNS NSTEMI Patuh 3 hari
11 A  67 Laki-laki PNS STEMI Patuh 3 hari
12  SR 62 Laki-laki PNS NSTEMI Patuh 4 hari
13  HF 56 Laki-laki PNS NSTEMI Patuh 5 hari
14 MN  53 Perempuan URT STEMI Patuh 5 hari
15  AS 68 Laki-laki PNS NSTEMI Patuh 5 hari
16  MS 57 Laki-laki SWASTA STEMI Patuh 4 hari
17  SY 61 Laki-laki PNS UAP Patuh 7 hari
18 AD  51 Laki-laki PNS NSTEMI Patuh 6 hari
19 AB  66 Laki-laki SWASTA STEMI Patuh 6 hari
URT Tidak
20  YS 45 Perempuan NSTEMI Patuh 5 hari
SWASTA Tidak
21  AL 76 Laki-laki STEMI Patuh 6 hari
URT Tidak
22 PA  55 Perempuan NSTEMI Patuh 3 hari
PNS Tidak
23 BS  66 Laki-laki UAP Patuh 4 hari
SWASTA Tidak
24  MR 52 Laki-laki NSTEMI Patuh 5 hari
TANI Tidak
25 AH  67 Laki-laki STEMI Patuh 8 hari
RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis GUSTI AYU TRI HANDAYANI, lahir di Lembah Mukti, 7
Pebruari 1988. Lahir dari pasangan suami istri, Bapak Gusti Nyoman Sukaya dan Ibu
Putu Puspawati dan merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Inpres Lembah Mukti 1 (Kab.


Donggala, Sulawesi Tengah) tahun 2000, pendidikan menengah pertama di SMP PGRI
3 Palu tahun 2003, pendidikan menengah atas di SMA Kristen Bala Keselamatan Palu
tahun 2006, dan menyelesaikan pendidikan diploma III di Akper Kabupaten Donggala
(Sulawesi Tengah) pada tahun 2009. Kemudian pada tahun 2015, penulis mendapatkan
kesempatan melaksanakan tugas belajar di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar dan hingga saat menulis skripsi ini,
penulis masih terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.

Anda mungkin juga menyukai