Anda di halaman 1dari 70

TUGAS AKHIR

PENATALAKSANAAN TENS PADA CERVICAL ROOT SYNDROME

Oleh:

Silmi Afifah Sujudi


NIM. 151510213002

PROGRAM STUDI D3 FISIOTERAPI

FAKULTAS VOKASI UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2018
Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil Alamin puji syukur saya panjatkan kehadirat

Allah SWT, karena atas rahmat taufik serta hidayah-Nya penulis dapat

menyusun tugas yang berjudul Penatalaksanaan TENS pada Cervical

Root Syndrome dengan baik.

Tugas akhir ini disusun dalam rangka melengkapi tugas-tugas dan

memenuhi syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Diploma III

Fisioterapi Fakultas Vokasi Universitas Airlangga Surabaya.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, tentunya tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih atas berbagai

macam bantuan, bimbingan dan segala partisipasi yang telah diberikan

dalam pembuatan tugas akhir ini kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan Ridho-Nya

sehingga saya bisa menimba ilmu yang bermanfaat di urusan

Fisioterapi FV Unair.

2. Nabi Muhammad SAW. Beliaulah yang membimbing kita dari

ketidaktahuan menuju jalan yang di ridhoi oleh Allah SWT.

3. Kedua orang tua tercinta, bapak Erlan Sujudi dan Ibu Siti Sulasiah

yang begitu luar biasa telah membimbing, mendidik dan memberi

dukungan moril maupun materil dan memberi motivasi serta doa

dalam segala hal yang penulis dapat menulis sampai ke titik ini.

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR iii


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome

4. Adek-adek saya yang tersayang Abdullah Zalifunnas Sujudi, Daviq

Akbar Zamzami Sujudi, dan M. Assyakur Raihan yang selalu

menjadi penghibur dan semangat saya.

5. Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak selaku Rektor Universitas

Airlangga Surabaya.

6. Dr. H. Widi Hidayat, SE.,M.Si.,Ak.,CA.,CMA., selaku Dekan

Fakultas Vokasi Universitas Airlangga Surabaya.

7. Dr. Harsono selaku Plt selaku Direktur RSUD Dr. Soetomo

Surabaya.

8. Subagyo, dr., Sp.KFR (K) selaku Kepala Instalasi Rehabilitasi

Medik RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

9. Patricia Maria K.., dr., Sp.KFR, sselaku ketua program studi D III

Fisioterapi Fakultas Vokasi Universitas Airlangga Surabaya.

10. dr.Yudith Dian Pratiwi, Sp.KFR selaku pembimbing I yang banyak

memberikan bimbingan, motivasi, dan ilmu serta arahan dalam

tugas akhir ini.

11. Trissilowati SST.Ft selaku pembimbing II yang banyak memberikan

bimbingan, motivasi dan ilmu serta arahan dalam tugas akhir ini.

12. Pak Lantjar Januwidodo, Pak Unang, pak Sauman, pak Ahmad, bu

Titik, bu Ryda, bu Dian, bu Yusti yang sudah membantu penulis

untuk mencari pasien.

13. Seluruh dosen pengajar, instruktur, senior dan fisioterapi Instalasi

Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Dr. Soetomo dan RSUA Surabaya

yang telah memberikan ilmu pengetahuan, pengalaman,

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR iv


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome

pembelajaran dan bantuan kepada penulis selama menjalani kuliah

dan melaksanakan praktik klinik.

14. Pasien atas nama Tn. W yang bersedia meluangkan waktu,

kesempatan, bantuan, dan kerjasama dalam pelaksanaan terapi

pada pembuatan tugas akhir ini.

15. Teman-teman kelompok A praktikum semester 6 (Tiara Pradita

dan Ninetina Apriliyani Putri) atas kerjasama, kebersamaan,

kekeluargaan dukungan, motivasi, kasih sayang dan doa yang

sangat berarti bagi penulis selama menjalani praktikum D-III

Fisioterapi fakultas Vokasi Universitas Airlangga Surabaya.

16. Teman-teman kelompok praktikum semester 6 (Octaviani Mulyati,

Alip Nofiani Devi, Nabilla Khoirun Nisa, dan Kristiyanti Riya Saputri,

Andia Savitri Prabhandari Irham dan M. Kurnia Alfandi)

17. Teman seperjuangan sedosen bimbing Lyla Iffa Oktavia yang

memberikan motivasi, dukungan, dan bersedia meluangkan

waktunya untuk membantu penulis menyelesaikan tugas akhir.

18. Andia Savitri Prabhandari Irham yang telah rela meluangkan waktu

dan tenaganya di sela-sela kesibukan untuk membantu penulis

mengerjakan tugas akhir ini, yang selalu memberikan motivasi

kepada penulis.

19. M. Kurnia Alfandi rela meluangkan waktu dan tenaga nya untuk

membantu penulis dalam mengerjakan dan mengedit tugas akhir,

serta memberikan motivasi dan dukungan.

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR v


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome

20. Ekki Agus Sudawan yang telah meluangkan waktunya untuk

mengedit tugas akhir penulis.

21. Sahabat-sahabat saya “Calon Wisudawati 2018-2019” (Andia

Prabhandari Irham, Luthfiyatus Setia Rahman, Afika Novalia Rizki,

Octaviani Mulyati, Estu Meilani, Alip Nofiani Devi, Nabilla Khoirun

Nisa) yang selalu memberikan motivasi dan semangat agar penulis

dapat segera menyelesaikan tugas akhir ini.

22. Claudia zsa-zsa, Lucky Megasari Pratiwi, Rr. Inten Purwandari,

Meitantri Nabilla Putri yang rela meluangkan waktunya untuk

membantu penulis mengerjakan tugas akhir. Yang memberikan

motivasi, dukungan moral yang luar biasa kepada penulis.

23. Sahabat terbaik saya Sintia Wahyuni yang selalu memberi

semangat, doa, selalu menjadi penghibur dan tempat keluh kesah

terbaik.

24. Sahabat saya Deby Surya Maharani yang selalu meluangkan

waktu nya untuk membantu menyusun tugas akhir ini, meluangkan

waktunya untuk mendengarkan keluh kesah dari penulis.

25. Teman-teman satu angkatan 2015 SCAPULA tersayang yang

telah berjuang bersama penulis hampir 3 tahun kuliah di

Universitas Airlangga.

26. Serta kakak-kakak alumni DIII Fisioterapi Unair yang mendukung,

memberi motivasi, doa, semangat, dan membantu menyelesaikan

tugas akhir ini.

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR vi


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome

27. Serta teman-teman DIII Fisioterapi Poltekes Kemenkes Surakarta

yang membantu penyusunan tugas akhir ini.

28. Serta seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam

penyusunan tugas akhir ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini masih jauh

dari sempurna disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan dan

pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran membangun sangat

di butuhkan bagi penulis guna tercapainya tugas akhir yang lebih baik.

Penulis berharap semoga penulisan tugas akhir ini bermanfaat bagi

semua pihak terutama penulis, pembaca, dan almamater.

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR vii


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : Silmi Afifah Sujudi
NIM : 151510213002

Menyatakan dengan sebenarnya dan sungguh-sungguh bahwa


Tugas Akhir ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan
merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa Tugas


Akhir ini hasil jiplakan atau ada pihak yang mengajukan gugatan, maka
saya bersedia menerima seluruh sanksi/ hukuman atas perbuatan
tersebut, termasuk pembatalan ijazah yang saya peroleh dari Universitas
Airlangga.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya.

Surabaya, 19 Juli 2018


Yang membuat pernyataan,

Silmi Afifah Sujudi

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR viii


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome

ABSTRAK
Cervical root syndrome (CRS) adalah suatu keadaan yang
disebabkan oleh iritasi atau penekanan akar saraf cervical pada foramen
intevertebralis. Data di rumah sakit umun Dr.Soetomo Surabaya pada
tahun 2016-2017 menunjukkan jumlah kunjungan penderita cervical root
syndrome ke poli instalasi rehabilitasi medik mencapai 341 dari 18.543
pasien yang datang. Penyebab yang paling sering pada terjadinya CRS
adalah adanya penyempitan pada foramen intervertebralis saraf spinal
cervical karena kombinasi dari beberapa faktor yaitu penurunan tinggi
discus, atau proses degenerasi pada tulang vertebra cervical. Faktor lain
yang dapat menyebabkan terjadinya CRS adalah posisi kerja yang tidak
ergonomis, dan juga adanya trauma pada leher. Tanda dan gejala dari
CRS yaitu adanya nyeri yang menjalar hingga bahu, lengan atas dan
lengan bawah secara unilateral maupun bilateral, adanya rasa kesemutan
dan rasa tebal pada lengan, serta keterbatasan gerak pada leher dan
lengan. Transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS) adalah suatu
alat yang menggunakan energi listrik untuk merangsang sistem saraf yang
berhubungan dengan sensibilitas melalui permukaan kulit. Teori gerbang
kontrol atau Gate control theory pada TENS dapat menghasilkan efek
analgesia yang dapat menstimulasi produksi anti nyeri alamiah tubuh yaitu
endorphin. TENS merupakan salah satu modalitas yang dapat digunakan
untuk mengurangi nyeri pada kasus CRS.

Kata kunci : Cervical Root Syndrome, Transcutaneous Electrical Nerve


Stimulation.

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR ix


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome

ABSTRACT
Cervical Root Syndrome (CRS) is a situation that is caused by
irritation of the cervical nerve roots or compresion on the foramen
intevertebralis. Data on public hospital Dr. Soetomo Surabaya in 2016-
2017 shows the number of visits the Cervical Root Syndrome sufferers to
medical rehabilitation installation reached 341 of 18,543 patients. The
most frequent cause of on the occurrence of CRS is the narrowing of the
intervertebral foramen the spinal nerves in the cervical spine due to a
combination of several factors, along the lines of the reduction of discus,
or the degenerative process of cervical vertebrae. Other factors that may
cause CRS is the non-ergonomic work position, and also there is trauma
to the neck. Signs and symptoms of CRS are pain radiating to the
shoulders, upper arms and lower arms unilaterally or bilaterally, the
presence of a numb and tingling in the arms, also the limitation of motion
in the neck and arm. Transcutaneus electrical neurostimulation (TENS) is
a device that uses electrical energy to stimulate the nervous system
related to sensibility through the surface of the skin. Gate control theory on
TENS may produce analgesia that can stimulate the Aβ nerve fiber to
block the nosiseptif impuls that brought by Aδ and C nerve fiber at the
center of pain in brain. TENS is one of the modalities that can be used to
reduce pain in cases of CRS.

Keywords: Cervical Root Syndrome, Transcutaneous Electrical Nerve


Stimulation.

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR x


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ................................................... viii

ABSTRAK ...................................................................................................... ix

ABSTRACT .................................................................................................... x

DAFTAR ISI.................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvi

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2. Tujuan Penulisan....................................................................... 2

1.2.1. Umum ............................................................................. 2

1.2.2. Khusus ............................................................................ 2

1.3. Manfaat Penulisan..................................................................... 3

1.3.1. Bagi Penulis .................................................................... 3

1.3.2. Bagi Masyarakat Umum.................................................. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR xi


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome

2.1. Anatomi Vertebra Cervical......................................................... 4

2.1.1. Tulang Cervical ............................................................... 4

2.1.2. Persendian Tulang Cervical ............................................ 7

2.1.3. Ligamen Pada Area Cervical .......................................... 9

2.1.4. Sistem Persarafan Pada Cervical ................................... 9

2.1.5. Dermatom dan Miotom pada Cervical ............................ 11

2.1.6. Biomekanika Leher ......................................................... 14

2.2. Cervical Root Syndrome ........................................................... 15

2.2.1. Definisi ............................................................................ 15

2.2.2. Etiologi ............................................................................ 15

2.2.3. Patofisiologi .................................................................... 15

2.2.4. Gejala Klinis .................................................................... 16

2.2.5. Pemeriksaan Cervical Root Syndrome ........................... 16

2.3. Pengobatan Cervical Root Syndrome ....................................... 20

BAB 3 PENATALAKSANAAN TENS PADA CRS .......................................... 22

3.1. Pengertian TENS ...................................................................... 22

3.2. Mekanisme TENS ..................................................................... 22

3.3. Jenis TENS ............................................................................... 23

3.4. Indikasi dan Kontradiksi ............................................................ 24

3.5. Parameter.................................................................................. 26

3.5.1. Arus................................................................................... 26

3.5.2. Frekuensi ........................................................................ 27

3.5.3. Pulse Duration ................................................................ 28

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR xii


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome

3.5.4. Intensitas ........................................................................ 28

3.6. Prosedur Pemasangan Elektroda.............................................. 29

BAB 4 STUDI KASUS ................................................................................... 31

4.1. Identitas Pasien ......................................................................... 31

4.2. Data-data Medis Rumah Sakit................................................... 31

4.2.1. Diagnosa......................................................................... 31

4.2.2. Catatan Medis................................................................. 31

4.2.3. Hasil Foto........................................................................ 32

4.3. Pemeriksaan Fisioterapi ............................................................ 32

4.3.1. Anamnesa....................................................................... 32

4.3.2. Pemeriksaan Fisik .......................................................... 33

4.3.3. Diagnosis Fisioterapi ...................................................... 32

4.3.4. Planning Fisioterapi ........................................................ 38

4.3.5. Rencana Tindakan.......................................................... 38

4.3.6. Rencana Evaluasi ........................................................... 39

4.4. Pelaksanaan Tindakan Fisioterapi ............................................ 39

4.4.1. Persiapan Alat ................................................................ 39

4.4.2. Persiapan Pasien............................................................ 39

4.4.3. Pelaksanaan Terapi ........................................................ 40

4.5. Evaluasi Perkembangan Pasien ............................................... 41

4.5.1. Subyektif ......................................................................... 41

4.5.2. Obyektif........................................................................... 41

4.6. Prognosis ................................................................................. 43

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR xiii


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome

4.7. Resume . ................................................................................... 44

BAB 5 PEMBAHASAN STUDI KASUS.......................................................... 45

5.1. Pembahasan ............................................................................. 45

BAB 6 PENUTUP .......................................................................................... 48

6.1. Kesimpulan ................................................................................ 48

6.1. Saran ......................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 50

LAMPIRAN .................................................................................................... 52

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR xiv


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tulang Vertebra ................................................................ 4

Gambar 2.2. Tulang Atlas dan Aksis ..................................................... 6

Gambar 2.3. Kolumna Vertebra cervical tampak Depan ........................ 6

Gambar 2.4. Tulang Cervical ketujuh .................................................... 7

Gambar 2.5. Dermatom ......................................................................... 12

Gambar 2.6. Tes Spurling ...................................................................... 18

Gambar 2.7. Tes Distraksi ..................................................................... 18

Gambar 2.8. Tes Valsava ...................................................................... 19

Gambar 3.1. Bentuk-bentuk Gelombang ............................................... 26

Gambar 4.1. Foto X-Ray........................................................................ 31

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR xv


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Interpretasi NDI................................................................. 20

Tabel 4.1. Tanda Vital ....................................................................... 33

Tabel 4.2. Tabel Inspeksi Statis dan Dinamis .................................... 34

Tabel 4.3. Pemeriksaan Gerak Aktif dan Pasif .................................. 34

Tabel 4.4. Pemeriksaan Nyeri dengan Parameter VAS ..................... 35

Tabel 4.5. Pemeriksaan Kekuatan Otot ............................................. 35

Tabel 4.6. Pemeriksaan LGS............................................................. 36

Tabel 4.7. Pemeriksaan Sensoris ...................................................... 36

Tabel 4.8. Tes Khusus CRS .............................................................. 37

Tabel 4.9. Parameter ......................................................................... 40

Tabel 4.10. Tanda Vital Evaluasi ......................................................... 41

Tabel 4.11. Pemeriksaan Nyeri Evaluasi ............................................. 41

Tabel 4.12. Pemeriksaan LGS Evaluasi .............................................. 42

Tabel 4.13. Pemeriksaan Kekuatan Otot Evaluasi .............................. 42

Tabel 4.14. Pemeriksaan Khusus ........................................................ 43

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR xvi


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome

DAFTAR SINGKATAN

AC : Alternating Current
CRS : Cervical Root Syndrome

CT : Computed Tomography
DC : Direct Current

EMG : Elektromiografi
LGS : Luas Gerak Sendi

MMT : Manual Muscle Testing


MRI : Magnetic Resonance Imaging
NDI : Neck Disability Index

n. Radialis : nervus radialis


pps : pulse per second

ROM : Range Of Motion


SWD : Shortwave Diathermy

TENS : Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation


USD : Ultrasound Diathermy

VAS : Visual Analogue Scale


VDS : Visual Descriptive Scale

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR xvii


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Notulensi Pola Perbaikan Tugas Akhir.............................. 52

Lampiran 2. Kuisioner Pemeriksaan Fungsional Pre Treatment ........... 54

Lampiran 3. Kuisioner Pemeriksaan Fungsional Post Treatment ......... 58

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR xviii


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cervical Root Syndrome (CRS) adalah suatu keadaan yang

disebabkan oleh iritasi atau penekanan atau kompresi akar saraf cervical

oleh penonjolan diskus invertebralis (Mahadewa,2013). Epidemiologi

penelitian menunjukkan bahwa akar C7 (herniasi C6-7) adalah yang paling

sering terkena, diikuti dengan C6 (herniasi C5-6) dan C8 (herniasi C7-T1)

akar saraf. (Iyer et al, 2016).

Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri leher yang menyebar ke bahu,

lengan atas dan bawah dengan kombinasi hilangnya kemampuan sensoris,

hilangnya fungsi motoris, parasthesia, dan kelemahan atau spasme otot.

Data di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya pada

tahun 2016-2017 menunjukkan jumlah kunjungan penderita Cervical Root

syndrome ke Poli Instalasi Rehab Medik mencapai 341 dari 18.543 pasien

yang datang (RSUD DR. Soetomo, 2017).

Segala bentuk rangsangan serabut sensoris pada tingkat radiks dan

foramen intervertebral dapat menyebabkan nyeri radikuler, yaitu nyeri yng

berpangkal pada tulang belakang pada tingkat tertentu dan menjalar

sepanjang area dermatom radiks posterior yang bersangkutan. Osteofit,

penonjolan tulang karena faktor kongenital, nucleus pulposus serta tumor

dapat merangsang satu atau lebih radiks posterior.

Peran fisioterapi pada kasus CRS antara lain adalah untuk

mengurangi nyeri, menambah luas gerak sendi dan kekuatan otot. Dalam

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR 1


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 2

memberikan penanganan pada kasus Cervical Root Syndrome banyak hal

yang dapat dikerjakan oleh fisioterapi untuk mengurangi nyeri. Diantaranya

adalah dengan terapi latihan yang dapat berupa traksi cervical dan

stretching ataupun terapi modalitas yaitu menggunakan alat dengan

memanfaatkan sumber energi listrik, gelombang suara dan gelombang

panas.

Salah satu intervensi fisioterapi untuk CRS adalah penggunaan

TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation). TENS digunakan

sebagai terapi nonpharmacologic dan noninvasif yang bertujuan untuk

mengurangi nyeri. TENS adalah aplikasi dari arus listrik melalui elektroda

yang diletakkan pada kulit untuk kontrol nyeri. TENS dapat diaplikasikan

dengan berbagai frekuensi dari low frequency (<10 Hz) sampai high

frequency (>50 Hz) (DeSantana et al, 2008). TENS mengaktifkan jaringan

jaras saraf asendens dan desendens yang kompleks, pemancar

neurokimiawi, dan reseptor opioid/non-opioid yang akan mengurangi

kondusi impuls nyeri dan persepsi nyeri. TENS menstimulasi serabut saraf

mekanoreseptor Aβ yang akan memberikan efek mengurangi nyeri.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Umum

Mengetahui penggunaan TENS pada Cervical Root Syndrome.

1.2.2 Khusus

Mengetahui pengaruh TENS untuk pengurangan nyeri pada kasus

Cervical Root Syndrome.

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 3

1.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Bagi Penulis

1. Menambah pengetahuan dan pemahaman tentang terapi

modalitas TENS pada kasus Cervical Root Syndrome.

2. Mampu mengaplikasikan terapi modalitas TENS pada kasus

Cervical Root Syndrome.

1.3.2 Bagi Masyarakat Umum

1. Menambah wawasan masyarakat tentang modalitas TENS dan

Cervical Root Syndrome.

2. Menambah wawasan masyarakat tentang manfaat TENS pada

Cervical Root Syndrom

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Vertebra Cervical

Tulang vertebra terdiri dari tujuh tulang cervical, 12 tulang thoracal, lima

tulang lumbal, lima tulang sacral, dan satu tulang coccygeal untuk

membentuk kurva anterior-posterior (concave-convex) pada kolumna

vertebra yang apabila dilihat dari samping. Kurvatura ini memberikan

kekuatan dan gaya pegas pada kolumna vertebra.

Gambar 2.1 Tulang Vertebra (Lippert,2006)

2.1.1 TulangCervical

Tulang cervical terdiri dari 7 ruas tulang yang meliputi C1, C2, C3,

C4, C5, C6, dan C7.Tulang cervical akan terlihat lordosis apabila dilihat dari

arah lateral. Tulang vertebra cervical terbagi menjadi dua bagian yang

meliputi regio craniovertebral atau suboccipital yang terdiri dari atlas dan

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR 4


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 5

aksis serta regio lower cervical vertebral atau column yang terdiri dari tulang

vertebra C3 sampai C7. Dua bagian tersebut bersama-sama berkontribusi

untuk fungsional dari leher (Oatis,2009). Bentuk dari tulang C1 dan C2

sedikit berbeda dari tulang cervical lain.

Tulang vertebra C1 yang disebut dengan atlas merupakan cincin

tulang yang tidak memiliki badan dan processus spinosus, tetapi memiliki

dua processus transversum yang pendek. Atlas memiliki dua sisi gepeng

yang membentuk persendian dengan tulang occipital yang merupakan

sendi condoloid sehingga memungkinkan gerakan mengangguk pada

kepala (Nurachmah dan Angriani, 2011). Atlas memiliki fungsi sebagai

tempat melekatnya tulang occiputyang meneruskan gaya dari kepala ke

tulang vertebra cervical dan berfungsi sebagai tempat melekatnya ligamen-

ligamen dan otot-otot yang ada disekitar leher (Oatis,2009).

TulangC2 disebut dengan axis, hal tersebut dikarenakan tulang C2

membetuk pivot (poros) terhadap atlas, sehingga memungkinkan kepala

untuk rotasi. Aksis memiliki badan kecil dengan tonjolan kecil yang disebut

processus odontoid (gigi). Struktur ini membentuk persendian dengan

tulang atlas yang memungkinkan pergerakan kepala ke samping kiri dan

kanan. (Nurachmah dan Angriani, 2011). Axis juga berfungsi untuk

menerima beban dari kepala dan atlas lalu beban tersebut diteruskan ke

tulang cervical selanjutnya (Oatis, 2009). Di bagian lateral, sendi facet

superior dari axis menerima dan meneruskan beban kepala dan tulang

atlas, sedangkan di bagian tengah pada processus odontoid atau disebut

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 6

dengan dens. Dens tersebut berfungsi sebagai pivot (poros) ketika anterior

arch dari atlas berputar dan gliding untuk menghasilkan axial rotation (Oatis,

2009).

Gambar 2.2 Tulang atlas (kiri), Tulang axis (kanan) (Lippert, 2006)

Kelima tulang cervical bawah memiliki fungsi untuk menopang axial

load dari kepala dan tulang cervical diatasnya, menjaga kepala untuk tetap

tegak, menyokong reaksi gaya dari otot-otot sekitar leher, dan memberikan

mobilitas untuk kepala (Oatis, 2009). Tulang vertebra merefleksikan fungsi

load-bearing, stabilitas, dan mobilitas. Kelima tulang vertebra ini dianggap

sebagai triangular column yang terdiri dari anterior pillar, tersusun dari

badan vertebra, dan dua posterior column yang terdiri dari pilar sendi kanan

dan kiri dari processus articular superior dan processus articular inferior

(Oatis, 2009).

Gambar 2.3 Kolumna vertebra cervical tampak depan. (A) anterior pillar tengah,
(B) anterior pillar kanan, (C) anterior pillar kiri (Oatis, 2009).

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 7

Anterior pillar tengah, anterior pillar kanan anterior pillar kiri

membentuk triangular column. Tulang cervical C3 sampai C6 berbentuk

persegi panjang dan memiliki bentuk kecil serta pada bagian atas

melengkung dan tidak sedatar dengan tulang vertebra yang lain.Tulang

vertebra cervical C7 disebut dengan prominens vertebra dikarenakan

tulang C7 memiliki processus spinosus yang panjang dan menonjol

(prominent). Tulang tersebut menyerupai tulang vertebra thoracal dan

dapat dengan mudah dipalpasi saat flexi leher (Lippert, 2006).

Gambar 2.4 tulang cervical ketujuh (Oatis, 2009)


(A) tampak superior, (B) tampak lateral.

2.1.2 Persendian tulang cervical

Persendian pada cervical terdiri dari beberapa sendi yaitu sendi

atlanto-occipitalis, atlanto-axialis dan sendi antar dua corpus vertebrae.

Sendi atlanto-occipitalis ditemukan di antara sendi concave superior

dari atlas dan condylus occipital dari tengkorak (Oatis, 2009). Sendi atlanto-

occipitalis merupakan sendi synovial antara condyles occipitalis yang

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 8

terdapat di kanan dan kiri foramen magnum serta diatas dan dengan facies

artikularis superior massa lateralis atlantis di bawah.

Sendi atlanto-aksialis terdiri atas tiga buah sendi synovial, yaitu sendi

atlanto-axial lateral kanan dan kiri dan sendi atlanto-axial medial. Ketiga

sendi ini memungkinkan axial rotation pada kepala dan atlas yang

ditempatkan di processus odontoid yang berfungsi sebagai poros pada

saat anterior arch dari atlas berputar (Oatis, 2009).

Permukaan atas dan bawah corpus vertebrae yang berdekatan

dilapisi oleh lempeng tulang rawan hialin. Diantara lempeng tulang rawan

tersebut, terdapat discus intervertebralis yang tersusun dari jaringan

fibrocartilago. Serabut-serabut collagen discus menyatukan kedua corpus

vertebrae dengan kuat. Di daerah cervicalis bawah, didapatkan sendi

synovial kecil di kanan dan kiri discus intervertebralis antara permukaan

atas dan bawah corpus vertebrae.

Discus intervertebralis terletak di antara corpus vertebrae yang

berdekatan. Struktur ini dapat dianggap sebagai discus semi-elastis. Discus

paling tebal terdapat pada daerah cervical dan lumbal, tempat yang banyak

terjadi gerakan columna vertebralis. Discus intervertebralis memiliki fungsi

sebagai peredam benturan bila beban pada columna vertebralis mendadak

bertambah. (Netter, 2010)

Setiap discus terdiri atas anulus fibrosus yang terletak bagian tepi

dan bagian tengahnya terdapat nucleus pulposus. Anulus fibrosus terdiri

atas jaringan fibrocartilago, dan di dalamnya serabut-serabut collagen yang

tersusun dalam lamella-lamella yang konsentris. Sedangkan untuk nucleus

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 9

pulposus pada anak-anak dan remaja merupakan massa lonjong dari zat

gelatin yang banyak mengandung air, sedikit serabut collagen, dan sedikit

sel-sel tulang rawan. Biasanya dalam tekanan dan terletak sedikit ke tepi

posterior daripada pinggir anterior discus. Di antara dua vertebra cervicalis

yang pertama tidak ditemukan discus.

2.1.3 Ligamen pada area cervical

Terdapat beberapa ligamen pada tulang vertebra yang berfungsi

untuk menjaga stabilitas tulang vertebra. Ligamen anterior longitudinal

berjalan di permukaan anterior dari kolumna vertebra dan cenderung

berfungsi untuk mencegah hiperextensi yang berlebihan. Struktur dari

ligamen ini tipis bagian di atas dan semakin menebal di bagian bawah,

ligament ini bergabung di sacrum. Ligament longitudinal posterior berjalan

sepanjang badan vertebra di bagian posterior didalam foramen vertebra.

Ligamen ini berfungsi untuk mencegah flexi yang berlebihan. Struktur

ligamen ini menebal di bagian atas untuk menahan tengkorak, dan menipis

di bagian bawah.

Ligamen supraspinal membentang dari distal tulang cervical

ketujuh ke sacrum berjalan di posterior melewati ujung dari processus

spinosus. Ligamen interspinal berjalan diantara processus spinosus.

Ligamen flavum menghubungkan lamina anterior yang berdekatan (Lippert,

2006).

2.1.4 Sistem persarafan pada cervical

Saraf dari tulang cervical terdiri dari delapan pasang saraf cervical.

Saraf pada cervical yang pertama keluar di antara occiput dan segmen C1.

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 10

Saraf C2 sampai C7 keluar di atas segmen cervical. Untuk saraf C8 keluar

di bawah seg men C7 dan di atas thoracal kesatu (Th1). Di segmen cervical

bawah (C3-C8) cabang sensoris dan motoris bersatu membentuk akar saraf

yang masuk kedalam foramen intervertebral.

Pada bagian anteromedial foramen intervertebralis dibatasi oleh

sendi uncovertebral, bagian posterolateral dibatasi oleh sendi facet, bagian

superior dibatasi oleh pedikel vertebra atas, bagian inferior dibatasi oleh

pedikel bawah, sehingga akar saraf yang berada di dalam foramen

interverbralis mudah mengalami penekanan (Angela, 2008).

Plexus brachialis adalah anyaman serabut saraf yang berjalan dari

tulang vertebra C5-Th1, kemudian melewati bagian leher dan ketiak, dan

akhirnya ke seluruh lengan (atas dan bawah). Sistem persarafan yang

terletak pada plexus brachialis merupakan sistem saraf perifer bercabang

menjadi beberapa persarafan antara lain n. musculocutaneus, n. axillaris,

n. radialis, n. medianus, dann. ulnaris.

Nervus musculocutaneus timbul dari fascicularis lateral plexus

brachialis dan terdiri dari serabut-serabut yang berasal dari segmen C5 dan

C6. Mula-mula nervus ini terletak di sebelah lateral arteri axillaris, lalu

menembus m. coraco brachialis dan turun secara oblique di sebeah lateral

diantara m. biceps dan m. brachialis (Chusid, 1993)

Nervus axillaris berasal dari fasciculer post plexus brachialis dan

terdiri dari serabut-serabut yang berasal dari segmen C5 dan C6, kemudian

serabut berjalan ke dorsal (Chusid, 1993)

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 11

Nervus radialis merupakan cabang yang terbesar dari batas bawah

m. pectoralis dan serabut-serabut yang berasal dari tiga segmen thoracal

pertama dari medulla spinalis. selama berjalan turun sepanjang lengan n.

radialis ini menyertai profundus dan sekitar humerus serta di dalam sulcus

musculospinalis (Chusid, 1993)

Nervus medianus dipercabangkan dari plexus brachialis dengan

dua buah caput. Kedua caput tersebut berasal dari fasikulus lateral dan

fasikulus medial. Kedua caput tersebut bersatu pada bawah otot pectoralis

minor, jadi serabut-serabut dari dalam trunkus berasal dari tiga segmen

cervical yang bawah dan dari segmen thorakal pertama medulla spinalis di

dalam lengan atas bagian bawah (Chusid, 1993).

Nervus ulnaris merupakan cabang terbesar daripada plexus

brachialis. Serabut saraf ini terdiri dari serabut-serabut yang berasal dari

segmen C8-T1. Nervus ulnaris ini berasal dari batas bawah m. pectoralis

minor dan berjalan turun pada sisi media lengan dan menembus septum

intermuscular untuk melanjutkan perjalanan dalam sulcus pada caput

medialis (Chusid, 1993).

2.1.5 Dermatom dan Miotom pada cervical

Dermatom adalah daerah sensoris dari kulit yang diinervasi oleh akar

saraf. Pada vertebra terdapat delapan saraf cervical, 12 saraf thoracal, lima

saraf lumbal dan lima saraf sacral. Masing-masing saraf menghantarkan

rangsangan dari kulit ke otak. Sensoris dari wajah dipersarafi oleh nervus

trigeminal, sedangkan sisa daerah dari kepala dipersarafi oleh akar saraf

C2. Akar saraf C5 sampai Th1 menujukkan daerah anggota gerak atas. C5

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 12

mewakili daerah bahu, C6 pada lateral dari lengan dan dua jari pertama, C7

pada jari tengah, C8 pada jari ke-4 dan ke-5. Saraf yang berdekatan akan

mengalami tumpang-tindih. Sehingga lesi dari akar saraf tunggal umumnya

akan mengalami penurunan sensoris namun tidak sepenuhnya kehilangan

fungsi sensorisnya.

Gambar 2.5 Dermatom cervical (Patrick, 2009)

Miotom adalah sekumpulan otot yang diinervasi oleh akar saraf

tunggal. Beberapa otot di daerah leher yang dipersarafi oleh akar saraf

cervical antara lain bagian anterior dari kolumna vertebra adalah grup otot

flexor leher yang terdiri dari m. sternocleidomastoideus, m. scalenus, dan

otot-otot pravertebra. Di bagian posterior kolumna vertebra terdapat grup

otot extensor leher yang terdiri dari m. subocicipital dan grup otot erector

spinae.

Otot flexor leher terbesar adalah m. sternocleidomastoideus. Otot ini

berbentuk panjang, berada di superfisial, dan menyerupai tali. Otot ini

memiliki dua origo yaitu di 1/3 medial dari clavicula dan ujung superior dari

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 13

sternum. Otot ini berjalan di superior dan posterior leher yang akhirnya

berinsersi di processus mastoideus dari tulang temporal. Ketika kedua sisi

otot ini berkontraksi, maka akan terjadi gerakan flexi dari leher, dan ketika

salah satu sisi otot ini berkontraksi, maka akan terjadi gerakan lateral flexi

dan rotasi dari kepala ke arah yang berlawanan (Lippert, 2006). Otot ini

diinervasi oleh nervus accessory dan saraf cervical C2-C3.

M. scalenus terletak lebih dalam dari m. sternocleidomastoideus.

Otot ini terdiri dari tiga otot yaitu anterior scalenus, medial scalenus, dan

posterior scalenus. Anterior scalenus memiliki origo di processus

transversus dari C3 sampai C6 dan berinsersi di permukaan superior dari

costae pertama. Otot ini diinervasi oleh akar saraf C5-C7 (Netter, 2010).

Medial scalenus memiliki origo processus transversus dari C2 sampai C7

dan berinsersi pada costae pertama. Otot ini diinervasi oleh akar saraf C3-

C8. Otot posterior scalenus adalah otot terkecil dan letaknya terdalam dari

ketiga otot scalenus. Otot ini memiliki origo dari C5 sampai C7, dan

berinsersi di costae kedua (Netter, 2010).

Grup otot erector spinae terdiri dari beberapa otot yaitu m. splenius

capitis, m. longisimus capitis, dan m. semispinalis capitis. M. splenius

capitis memiliki origo di C7 sampai T4 dan berinsersi di tulang occipital dan

processus mastoideus dari tulang temporal. Otot ini diinervasi oleh rami

dorsal dari middle dan lower saraf cervical.

M. longisimus capitis memiliki origo di processus transversus dari C4

sampai C7 dan berinsersi di processus mastoideus dari tulang temporal.

Otot ini diinervasi oleh rami dorsal dari middle dan lower saraf cervical.

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 14

M. semispinalis capitis memiliki origo di tulang vertebra C7 sampai

T6 dan berinsersi pada tulang occipital. Otot ini diinervasi oleh rami dorsal

dari saraf cervical dan upper thoracal (Lippert, 2006)

2.1.6 Biomekanika leher

Atlas berartikulasi dengan condylus occipital memiliki gerakan primer

flexi dan extensi. Normal flexi sampai hiperextensi pada sendi atlanto-

occipital berkisar antara 150 sampai 200. Berat kepala di salurkan ke

vertebra cervical melalui artikulasi lateral atlanto-axial. Kisaran normal

rotasi dari C1 dan C2 adalah 50 0. Gerakan rotasi dari C1 dan C2 dapat

terjadi karena lateral superior dan inferior sendi facet dari atlas dan axis

membentuk permukaan bikonkaf. Karakteristik ini menyebabkan anterior

dan posterior translasi dari permukaan sendi.

Flexi leher dimulai pada vertebra cervical bawah (C4 sampai C7),

diikuti dengan gerakan pada occiput lalu C2,C2 lalu C3 dan C3 lalu

kemudian C4. Segmen C6 sampai C7 berkontribusi pada akhir gerakan dari

flexi. Extensi juga dimulai pada vertebra cervical bawah dan diikuti dengan

gerakan awal pada occiput sampai C2. (Swartz, et al, 2005)

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 15

2.2 Cervical Root Syndrome

2.2.1 Definisi

Cervical Root Syndrome atau sindrom akar saraf adalah suatu

keadaan yang disebabkan oleh iritasi atau penekanan akar saraf cervical

pada foramen intervertebralis. Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri leher

yang menyebar bahu, lengan atas dan bawah, parasthesia, dan kelemahan

atau spasme otot (Mahadewa,2013).

Radiks anterior dan posterior pada medulla spinalis bergabung

menjadi satu berkas di foramen intervertebral dan disebut saraf spinal.

Berkas serabut sensorik dari radiks posterior disebut dengan dermatom.

Segala sesuatu yang bisa merangsang serabut sensorik pada tingkat radiks

dan foramen intervertebral dapat menyebabkan nyeri radikuler, yaitu nyeri

yang berpangkal pada tulang vertebra tingkat tertentu dan menjalar sampai

daerah dermatom radiks posterior yang bersangkutan.

2.2.2 Etiologi

Penyebab paling sering adalah adanya penyempitan pada foramen

saraf spinal karena kombinasi beberapa faktor yaitu penurunan tinggi

discus, proses degenerasi. Penyebab lain yang jarang seperti tumor spinal

dan infeksi pada spinal (Mahadewa,2013).

2.2.3 Patofisiologi

Keluhan utama pada CRS adalah nyeri yang menjalar atau radikuler.

Segala sesuatu yang merangsang serabut sensoris pada tingkat radiks dan

foramen intervertebral dapat menyebabkan nyeri radikuler, yang

berpangkal pada tulang belakang pada tingkat tertentu dan menjalar

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 16

sepanjang dermatom radiks posterior yang bersangkutan. Adanya osteofit,

penonjolan tulang karena faktor kongenital, nucleus pulposus serta tumor

dapat merangsang satu atau lebih radiks posterior. Pada umumnya sebagai

permulaan hanya satu radiks saja yang mengalami iritasi kemudian yang

lainnya juga mengalami keadaan yang sama meskipun tidak sama beratnya

karena adanya perbedaan derajat iritasi, selisih waktu dalam penekanan,

penjepitan dan lain sebagainya. Nyeri radikuler akibat iritasi terhadap radiks

posterior ini dapat pula dirasakan oleh pasien sebagai nyeri neurogenic

yang terdiri atas nyeri yang tajam atau tumpul dan terdapat paraestesia

(Mahadewa,2013).

2.2.4 Gejala Klinis

Gejala yang timbul dari CRS yaitu, nyeri leher unilateral, rambatan

nyeri bervariasi bergantung dari akar saraf yang terllibat terkadang bisa

menjalar ke lengan, disfungsi sensoris dan motoris juga dapat timbul tanpa

adanya nyeri yang signifikan, luas gerak sendi terbatas, kesemutan dan

rasa tebal, gangguan pada fungsi autonom juga dapat terjadi yaitu

berkurangnya produksi keringat pada area dermatom saraf yang terkena.

Gejala yang timbul sering diperberat oleh ekstensi dan rotasi dari leher

(spurling sign) yang menurunkan ukuran dari foramen (Mahadewa,2013).

2.2.5 Pemeriksaan Cervical Root Syndrome

Pemeriksaan CRS terdiri dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan derajad nyeri, dan

pemeriksaan provokasi nyeri.

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 17

Pemeriksaan derajat nyeri untuk mengetahui seberapa parah nyeri

yang dirasakan oleh pasien. Pemeriksaan derajat nyeri dapat dilakukan

dengan beberapa cara, diantaranya adalah menggunakan VAS (Visual

Analogue Scale) dan VDS (Visual Descriptive Scale).

VAS (Visual Analogue Scale) meliputi pemeriksaan nyeri diam, nyeri

tekan, dan nyeri gerak. Penentuan VAS dilakukan dengan angka yang

ditunjukkan oleh pasien yang menunjukkan tingkat nyeri yang dirasakan.

Angka pada skala VAS antara lain 1-10, dimana angka 1 menunjukkan

skala nyeri ringan, dan angka 10 menunjukkan skala nyeri berat (Hudaya,

2002).

VDS (Verbal Descriptive Scale) adalah cara pengukuran derajat

nyeri dengan tujuh skala penilaian yang meliputi 1 : tidak nyeri; 2 : nyeri

sangat ringan; 3 : nyeri ringan; 4 : nyeri tidak begitu berat; 5 : nyeri cukup

berat; 6 : nyeri berat; 7 : nyeri hampir tidak tertahan.

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk memperkuat diagnosa cervical

root syndrome sesuai keluhan yang dirasakan oleh pasien. Pemeriksaan ini

terdiri dari tes Spurling, tes distraksi kepala, tes Valsava.

Tes Spurling atau tes kompresi foraminal dilakukan dengan cara

posisi leher diekstensikan dan kepala dirotasikan ke salah satu sisi,

kemudian diberikan tekanan ke bawah pada puncak kepala. Hasil

dinyatakan positif apabila terdapat nyeri radikuler kearah ekstremitas

ipsilateral sesuai arah rotasi kepala. Pemeriksaan ini sangat spesifik namun

tidak sensitve untuk mendeteksi adanya radikulopati cervical.

(Mahadewa,2013)

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 18

Gambar 2.6 Tes Spurling (Mahadewa, 2013)

Distraksi kepala dapat menghilangkan nyeri yang diakibatkan oleh

kompresi pada akar saraf. Hal ini dapat dilakukan apabila ada kecurigaan

iritasi akar saraf lebih memberikan gejala dengan tes kompresi kepala

walaupun penyebab lain belum dapat disingkirkan. Pada pasien yang dating

dengan keadaan nyeri dapat dilakukan distraksi cervical secara manual

dengan cara pasien dalam posisi supinasi kemudian dilakukan distraksi

kepala secara perlahan-lahan. Hasil dinyatakan positif apabila nyeri cervical

berkurang. (Mahadewa, 2013).

Gambar 2.7 Tes Distraksi (Sidharta, 2010)

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 19

Tes Valsava dilakukan dengan meningkatkan tekanan intrakranial,

bila terdapat proses desak ruan di kanalis vertebralis bagian cervical akan

membangkitkan nyeri radikuler. Nyeri saraf ini sesuai dengan tingkat

patologis di kanalis vertebralis bagian cervical. Cara meningkatkan tekanan

intratekal menurut valsava adalah psien mengejan sewaktu menahan

napasnya. Tes ini dikatakan positif apabila timbul nyeri radicular yang

berpangkal ditingkat leher dan menjalar ke lengan (Sidharta,2010)

Gambar 2.8 Tes Valsava (Sidharta, 2010)

Pemeriksaan fungsional yang digunakan adalah Neck Disability

Index (NDI) yang berupa kuisioner. Kuisioner ini didesain untuk

memberikan informasi tentang nyeri leher yang dirasakan pasien dalam

pengaruh terhadap kemampuan fungsional untuk melakukan aktivitas

sehari-hari.

Penilaian NDI terdiri dari sepuluh sesi diantaranya intensitas nyeri,

perawatan diri, mengangkat benda, membaca, sakit kepala, konsentrasi,

bekerja, mengendarai, tidur, dan rekreasi. Untuk masing-masing sesi

terdapat enam butir penyataan dengan nilai nol (0) sampai lima (5), nilai

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 20

maksimal pada setiap sesi adalah lima (5). Skor dijumlah kemudian dibagi

dengan jumlah sesi yang dijawab dikali lima dan diprosentasekan. Nilai

prosentase diinterpretasikan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Interpretasi nilai NDI

Skor Interpretasi
0 - 20% Ketergantungan Minimal
20 - 40% Ketergantungan Sedang
40 - 60% Ketergantungan Berat
>60% Ketergantungan Berat di semua aktivitas sehari-hari

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk memperkuat diagnosa

CRS. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiografi dan EMG.

Pasien dengan nyeri leher terus-menerus dan memiliki nyeri yang

menjalar, harus dilakukan anteroposterior, anteroposterior cervical bawah,

dan neutral lateral radiografi. Radiografi konvensional pada cervical sering

digunakan tetapi sedikit hal yang dapat ditemukan dari gambaran tersebut.

Jika ditemukan hasil yang normal tetapi masih merasakan nyeri, MRI

(Magnetic Resonance Imaging) merupakan pendekatan yang dipilih untuk

menentukan ada herniasi dari discus atau dengan atau tanpa kompresi.

Computed Tomography (CT), tes elektrofisiologi termasuk konduksi saraf

dan dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa dari kasus cervical root

syndrome (Eubanks, 2010).

2.3 Pengobatan Cervical Root Syndrome

Pengobatan CRS dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu secara

konservatif dan operatif. Metode konservatif dapat berupa terapi latihan,

traksi cervical, soft atau semi-rigid collar, atau dengan pemberian modalitas

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 21

seperti TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) untuk

mengurangi nyeri, SWD (Short Wave Diathermy) untuk mengurangi

spasme otot sekitar leher, dan USD (Ultra Sound Diathermy) untuk

mengurangi spasme otot.

Terapi latihan dapat berupa active ROM exercise yang artinya pasien

menggerakkan leher kesemua bidang arah gerak secara aktif. Lalu diikuti

dengan latihan isometrik atau diberikan resistif secara progresif yang

bertujuan untuk penguatan otot-otot sekitar leher. Dapat juga diberikan

koreksi postur (Carette et al, 2005).

Traksi cervical memberikan gara tarikan pada leher yang bertujuan

untuk memisahkan segmen cervical dan membebaskan kompresi atau

tekanan di akar saraf yang terkena.

Penggunaan soft atau semi-rigid collar yang dipakai saat malam hari

berguna untuk menghindari gerakan lateral bending dan extensi yang

berlebihan dari leher. Dengan leher tidak bergerak secara berlebihan maka

penekanan akar saraf pada cervical dapat dicegah sehingga tidak semakin

parah. Pemberian obat anti-inflamasi nonsteroid dan muscle relaxant juga

dapat diberikan untuk mengobati CRS.

Tindakan operatif dilakukan pada pasien dengan gejala yang berat,

gejala yang tidak berkurang dengan pemberian pengobatan konservatif,

dan pasien yang mengalami defisit neurologi yang progresif. Pemberian

injeksi steroid e pidural mungkin memberikan manfaat. Injeksi dilakukan

melalui pendekatan interlaminar atau transforaminal (Cooper, 2006).

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome

BAB 3

PENATALAKSANAAN TENS PADA CERVICAL ROOT SYNDROME

3.1 Pengertian TENS

TENS adalah suatu alat yang menggunakan energi listrik untuk

merangsang sistem saraf yang berhubungan sensibilitas melalui

permukaan kulit dan terbukti efektif untuk merangsang berbagai tipe nyeri.

TENS dapat mengurangi nyeri akut dan nyeri kronik. TENS merupakan alat

stimulasi elektris yaitu alat yang mengubah arus listrik menjadi stimulasi.

TENS merupakan aplikasi stimulasi listrik pada kulit melalui permukan

elektroda untuk merangsang serabut saraf aferen terutama untuk

menghilangkan rasa sakit. Dalam elektroterapi, TENS termasuk arus pada

frekuensi rendah dengan sebagian besar memberikan arus pada frekuensi

biasanya di bawah 300Hz. Efek TENS terhadap pengurangan nyeri juga

dapat mengurangi spasme dan meningkatkan sirkulasi, sehingga

memutuskan lingkaran “viscous circle of reflex” yang pada akhirnya dapat

meningkatkan LGS.

3.2 Mekanisme TENS

TENS akan menghasilkan efek analgesia dengan jalan mengaktifasi

serabut A Beta yang akan menginhibisi neuron nosiseptif di cornu dorsalis

medulla spinalis. Hal ini mengacu pada teori gerbang kontrol (Gate Control

Theory) yang di kemukakan oleh Melzack dan Wall (1965). Teori gerbang

kontrol menjelaskan bagaimana stimulus yang mengaktivasi saraf non-

nosiseptif dapat menginhibisi nyeri. Tiga serabut saraf perifer yang terlibat

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR 22


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 23

dalam mekanisme kontrol nyeri yaitu serabut Aδ yang mentransmisikan

impuls nyeri yang intens, serabut C yang mentransmisikan nyeri jangka

waktu yang lama atau nyeri kronik, dan serabut Aβ yang membawa

informasi sensoris dari reseptor kulit tetapi serabut ini termasuk saraf non-

nosiseptif dan tidak mentransmisikan nyeri. Impuls asending pada serabut

nosiseptif menstimulasi substansia gelatinosa ketika masuk di cornu

posterior pada medulla spinalis. Pada dasarnya serabut saraf Aβ

menginhibisi efek dari serabut saraf Aδ dan C dengan cara “menutup

gerbang” guna menghambat serabut Aδ dan C untuk sampai ke korteks.

Sehingga informasi yang diterima oleh korteks merupakan informasi yang

hanya berasal dari serabut Aβ, sedangkan serabut saraf berpenampang

kecil serabut Aδ dan C tidak akan sampai pada pusat sensoris dan hal ini

yang dapat menyebabkan nyeri berkurang (Prentice et al, 2007).

3.3 Jenis TENS

Tiga tipe utama dari TENS adalah TENS konvensional, intens TENS,

dan acupuncture-like TENS. Teknik TENS yang berbeda digunakan untuk

aktivasi dengan selektif serabut saraf eferen.

TENS konvensional yang paling sering digunakan untuk

menyalurkan arus di praktik klinis. TENS konvensional menggunakan

frekuensi tinggi (antara 10-200pps), frekuensi rendah untuk mengaktivasi

serabut saraf Aβ yang berdiameter besar tanpa mengaktivasi serabut saraf

Aδ dan C secara bersamaan. Metode ini dapat digunakan secara regular

sepanjang hari, tapi jeda harus dilakukan untuk mengurangi iritasi pada

kulit.

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 24

Konvensional TENS memiliki spesifikasi sinyal, yaitu symmetric

rectangular alternate current, biphasic, interrupted modulation. TENS

konvensional memiliki waktu durasi sekitar 200µS atau simetris 2,5 KHz

dengan frekuensi 80-100 Hz.

Intens TENS menggunakan frekuensi tinggi diatas 200pps, intensitas

tinggi arus pulse yang masih bisa dtoleransi oleh pasien. Bertujuan untuk

mengaktifasi saraf berdiameter kecil Aδ cutaneous afferent (noksius), dapat

memodulasi nyeri secara perifer, segmental/spinal, dan

ekstrasegmental/supra spinal, dengan frekuensitinggi (sampai 200 pps),

intensitas tertinggi yang bisa ditoleransi penderita, durasi lebih dari 1000µs.

Intens TENS dapat digunakan sekitar 15 menit, jika lebih dari itu

stimulasinya akan terasa tidak nyaman.

Acupuncture-like TENS (AL-TENS) menggunakan frekuensi rendah

(kurang dari 10pps, biasanya 2-4 pps), intensitas tinggi. AL-TENS bertujuan

untuk mengaktivasi otot-otot fasik yang berakhir pada saraf berdiameter

kecil non-noksius dengan mekanisme modulasi segmental/spinal dan

extrasegmental/supra spinal, dengan frekuensi sampai 100pps, intensitas

tinggi, dan dirasi 100-200µs.

3.4 Indikasi dan kontraindikasi

1. Indikasi

a. Nyeri akibat trauma, muskuloskeletal, sindroma kompresi

neurovaskuler, neuralgia, causalgia.

b. Nyeri punggung dapat disebabkan oleh sprain atau strain,

degenerasi discus, sciatica dan scoliosis.

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 25

c. Nyeri sendi. Beberapa contoh keadaan sendi yang dapat diterapi

adlah : arthritis, tendinitis, bursitis.

d. Nyeri pelvis. Terapi listrik direkomendasikan untuk sistitis

interstitial, prostatitis dan nyeri menstruasi/dismenorea

e. Nyeri dada, seperti costo chondritis

2. Kontraindikasi

a. Pasien yang gelisah, penggunaan TENS harus dengan pasien

yang kooperatif, karena prosedurnya tidak boleh dilakukan pada

pasien dengan gangguan komunikasi atau mental disability.

b. Penderita dengan alat pacu jantung. Jika elektroda ditempatkan di

area thorax, arus TENS dapat mengganggu fungsi dari

pacemaker kecuali pacemaker yang permanen. Tapi dikarenakan

terkadang pasien kurang paham jenis pacemaker yang dipakai,

lebih baik hindari pemakaian TENS.

c. Pasien dengan penyakit epilepsi. Pulsa pada TENS memiliki

potensial untuk memicu munculnya serangan epilepsi.

d. Pasien dengan masalah cerebrovascular. Pasien dengan riwayat

neurisma, stroke dan transient ischemia tidak dianjurkan diterapi

menggunakan TENS, karena TENS akan menstimulasi perederan

darah perifer yang dapat menyebabkan kejadian fatal di kasus

seperti ini.

e. Wanita hamil. Tidak ada sesuatu efek samping yang spesifik.

Tetapi bagaimanapun, selama tidak ada persetujuan FDA,

penggunaan TENS tidak dianjurkan.

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 26

3.5 Parameter

3.5.1 Arus

Arus listrik memiliki dua kategori yaitu arus searah atau Direct Current (DC)

dan arus bolak-balik atau Alternating Current (AC). Arus searah atau Direct

Current (DC) pada beberapa sumber mengacu pada arus galvanic. DC

memiliki elektron yang mengalir terus menerus berasal dari elektroda positif

dan arahnya tidak berubah. Pada arus bolak-balik atau Alternating Current

(AC) aliran elektron yang terus menerus secara konstan dapat berubah

arah, atau membalikkan polaritasnya. Aliran elektron pada AC selalu

bergerak dari elektroda negative ke elektroda positif, membalikkan arah

ketika polaritasnya diubah.

Arus DC biasanya mengacu pada arus monophasic, menghasilkan

bentuk gelombang yang hanya memiliki satu fase pada setiap pulse.

Sebaliknya, AC mengacu pada arus biphasic, menghasilkan bentuk

gelombang yang memiliki dua fase yang terpisah disetiap individual pulse.

Bentuk gelombang arus biphasic dapat berupa gelombang simetris

atau asimetris. Jika bentuk gelombang di kedua fase simetris, maka bentuk

dan besarnya serupa pada setiap fase. Penggunaannya dalam terapi

adalah setiap arus dapat dimanipulasi dengan mengubah frekuensi,

intensitas, dan durasi dari gelombang atau getaran. Bentuk gelombang arus

biphasic yang asimetris telah lama digunakan pada masa lampau, tapi

jarang digunakan oleh terapis. Sesekali, gelombang asimetris akan

mengindikasikan alat sedang memproduksi arus faradic.

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 27

Gambar 3.1 bentuk-bentuk gelombang


Jika tipe dasar arus sudah diketahui, ada beberapa parameter yang

bisa dimanipulasi untuk mendapatkan efek yang diinginkan. Parameter

yang biasa digunakan meliputi frekuensi, durasi getaran, pemasangan

electrode, duty cycle, dan durasi terapi.

3.5.2 Frekuensi

Frekuensi adalah kecepatan / pulse rate yang terjadi pada setiap

detik sepanjang durasi arus listrik yang mengalir. Pada arus monophasic

atau biphasic jumlah dari frekuensi adalah getaran perdetik atau pulse per

second (pps), atau jumlah dari burst perdetik pada arus Russian. Tujuan

utama dari diubahnya frekuensi adalah untuk mengontrol gaya dari

kontraksi otot ketika stimulasi neuromuskular. Frekuensi pulsa dapat

berkisar 1 sampai 200 atau 250pps. Frekuensi juga menyebabkan tipe

respon terhadap motoris maupun sensoris. Frekuensi pulsa tinggi >100pps

menimbulkan respon kontraksi otot dan sensibilitas getaran sehingga otot

cepat lelah. Frekuensi arus listrik rendah cenderung bersifat iritatis terhadap

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 28

jaringan kulit sehingga dirasakan nyeri. Pada kasus Cervical Root

Syndrome menggunakan frekuensi tinggi yaitu diatas 100 Hz. (Prentice et

al,2007)

3.5.3 Pulse Duration

Pulse duration atau phase duration atau durasi getaran adalah

panjang waktu arus yang mengalir. Pulse duration adalah panjang dari

getaran tunggal dari arus monophasic atau biphasic. Pada arus biphasic

jumlah dari dua fase menunjukkan phase duration, sedangkan pada arus

monophasic, phase dan pulse duration hamper sama. Waktu antara

getaran satu dan getaran yang lain dinamakan interval interpulse.

Kombinasi waktu dari pulse duration dan interval interpulse dinamakan

pulse period atau periode getaran. Kontraksi otot yang sangat kuat terjadi

pada pulse duration antara 300 sampai 400 µs. Pada CRS menggunakan

pulse duration yang rendah, yaitu 80

Arus listrik masuk ke dalam tubuh melalui sebuah electrode dan

penghantar konduktor. Electrode aktif memiliki ukuran dari yang paling kecil

sampai ukuran 4 inch persegi. Air atau jel elektrolit digunakan untuk

memperoleh konduktifitas yang tinggi.

3.5.4 Intensitas

Intensitas berpengaruh dalam menentukan besarnya muatan listrik

yang berhubungan langsung dengan penetrasi dalam jaringan. Semakin

tinggi puncaknya arus listrik semakin dalam penetrasinya. Intensitas arus

diatur sehingga pasien merasakan arus masuk. Modifikasi intensitas pulsa

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 29

yang memadai durasi pulsa akan memberikan energi listrik ke dalam suatu

jaringan pada tiap-tiap fase dari pulsa disebut muatan pulsa. Muatan pulsa

akan menimbulkan reaksi elektrik kimia pada jaringan didalam elektroda.

Intensitas biasanya dalam rentang nilai antara 0 – 80 mA, meskipun di

beberapa alat mungkin bisa sampai 100 mA. Intensitas durasi dan pulsa

yang tinggi pada aplikasi stimulasi elektris akan menimbulkan reaksi elektro

kimia yang besar yang ditandai dengan warna kemerah-merahan dan rasa

nyeri pada jaringan di bawah elektroda. Dengan alasan ini maka dosis

stimulasi elektris secara subjektif ditentukan dengan toleransi pasien.

3.6. Prosedur Pemasangan Elektroda TENS pada CRS

Peletakan elektroda dapat di aplikasikan dengan beberapa metode

yaitu pada trigger point atau titik nyeri, plexus Brachialis, segmental, dan

dermatom.

Metode peletakan elektroda TENS yang pertama dapat dilektakkan

pada trigger point (titik nyeri), terapis mempalpasi titik nyeri yang

ditunjukkan pasien, kemudian elektroda di letakkan tepat pada titik nyeri

tersebut, dua titik nyeri dapat dilakukan pemasangan menggunakan satu

channel, apabila terdapat empat titik nyeri maka dapat dilakukan

pemasangan dua channel

Pada plexus (tempat bertemunya saraf) dalam tubuh terdapat dua

plexus yaitu plexus Brachialis dan plexus Lumbosacralis yang merupakan

tempat berkumpulnya saraf. Dalam kasus CRS elektroda di letakkan pada

plexus Brachialis. Peletakan pada pleksus dapat dilakukan dengan cara

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 30

satu elektroda berada tepat di plexus brachialis dan elektroda lainnya

diletakkan di distal atau di area perifer.

Metode ketiga segmental dimana salah satu elektroda di letakkan di

area spinal bergantung pada area segmen dermatom yang akan dituju.

Pada kasus CRS elektroda di letakkan di area spinal cervical. Sedangkan

elektrode lainnya letakkan tepat pada area dermatom yang berhubungan

dengan trigger point.

Metode yang keempat yaitu metode yang digunakan untuk

meletakkan elektrode pada area dermatom yang mempunyai persarafan

yang sama dengan struktur yang ada di bawahnya.

Untuk menghindari adanya rangsangan dari nervus Vagus,

sebaiknya tidak ditempatkan di aspek anterolateral leher. Secara teoritis,

tindakan tersebut dapat menyebabkan gangguan fungsi pemacu jantung.

Hipersensitif terhadap elektrodanya (iritasi kulit) kadang-kadang

memerlukan penghentian pemakaian, tetapi dapat dikurangi jika

menggunakan elektroda yang lain.

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome

BAB 4

STUDI KASUS

Studi kasus ini dilakukan di Poli A Rehabilitasi Medik RSUD Dr.

Soetomo, yang dilaksanakan 4 kali pertemuan. Pemeriksaan dan intervensi

dilakukan pada awal dan akhir terapi dimulai dari tanggal 4 juli 2017 sampai

tanggal 9 Juli 2018.

4.1 Identitas Pasien

No. Register : 12-769-484

Nama : Tn. W

Umur : 45 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Serpong

Pekerjaan : Desainer

4.2 Data – data Medis Rumah Sakit

4.2.1 Diagnosa (25 Juni 2018)

Neck pain ec CRS C5-T1

4.2.2 Catatan Medis (25 Juni 2018)

Pasien rujukan dari poli saraf dengan diagnosa CRS C5-T1 (S).

Sejak tanggal 25 Juni 2018, pasien mendapat terapi modalitas berupa

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR 31


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 32

Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan Ultrasound

Diathermy (USD) di Poli A Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Soetomo dilakukan

2 sampai 3x/minggu. Pasien diberi obat Mecobalamin dan Pregabalin.

4.2.3 Hasil Foto (25 Mei 2018)

Foto X-Ray

Gambar 4.1 Foto X-Ray

4.3 Pemeriksaan Fisioterapi (2 Juli 2018)

4.3.1 Anamnesa

1. Keluhan Utama :

Pasien mengeluh adanya rasa nyeri di leher yang menjalar sampai

ke lengan kiri dan bagian entong-entong.

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 33

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pada tanggal 20 Mei 2018, pasien mulai merasakan rasa kaku pada

leher dan pasien hanya melakukan terapi refleksi pada leher. Pada tanggal

24 Mei 2018 pasien mengeluh adanya rasa nyeri yang menusuk pada leher

sebelah kiri dan menjalar ke lengan saat pasien mengangkat tangan kiri.

Nyeri tersebut muncul setiap waktu. Pasien merasakan kesemutan pada

telapak tangan kiri. Nyeri bertambah berat saat menoleh ke samping kiri

dan mengangkat tangan kiri. Pada tanggal 25 Juni 2018 pasien di

konsulkan ke poli saraf RSUD Dr. Soetomo. Lalu pasien dirujuk ke instalasi

rehabilitasi medik dengan diagnosa CRS C5-T1 (S).

3. Riwayat Penyakit Dahulu :

Tidak ada riwayat penyakit dahulu.

4. Riwayat Penyakit Penyerta :

Tidak ada penyakit penyerta.

4.3.2 Pemeriksaan Fisik

4.3.2.1 Pemeriksaan Umum

1. Tanda Vital

4.1 Tabel Tanda Vital


Kesadaran GCS 456
Tensi 120/80 mmHg
Nadi 80x/menit
Temperatur 360
Tinggi Badan 173 cm
Berat Badan 68 kg
Frekuensi nafas 20x/menit

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 34

2. Inspeksi

4.2 Tabel Inspeksi Statis dan Dinamis


Statis Dinamis
1. Terdapat head forward 1. tampak ekspresi menahan nyeri
saat menggerakkan kepala

2. terdapat asimetris bahu S>D 2. tampak bahu ikut bergerak saat


menoleh ke kiri
3. tidak terdapat oedem pada
area cervical dan anggota
gerak atas

4. tidak tampak atrofi pada


anggota gerak atas

3. Palpasi

Terdapat nyeri tekan pada area bahu kiri dan area scapula

kiri, terdapat spasme otot pada sternocleidomastoideus kiri,

scalenus kiri, dan upper trapezius kiri.

4. Pemeriksaan Gerak (2 Juli 2018)

Tabel 4.3 Pemeriksaan Gerak Aktif dan Pasif


LGS Keluhan Kesan
Pemeriksaan Kekuatan Otot
Gerak Aktif
Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri

LGS LGS Tidak Ada


Leher >3 >3
Penuh Terbatas ada Nyeri

Anggota LGS LGS Tidak Ada


>3 >3
Gerak Atas Penuh Terbatas ada Nyeri

LGS Keluhan Endfeel


Pemeriksaan
Gerak Pasif
Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri
LGS LGS Tidak Ada
Leher Lunak Lunak
Penuh Terbatas ada Nyeri
Anggota LGS LGS Tidak Ada
Lunak Lunak
Gerak Atas Penuh Terbatas ada Nyeri

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 35

4.3.2.2 Pemeriksaan Khusus

1) Pemeriksaan nyeri dengan parameter Visual Analogue Scale

(VAS)

Tabel 4.4 Pemeriksaan nyeri dengan parameter VAS


Jenis
Nilai Keterangan
Nyeri
daerah scapula, bahu kiri sampai ke lengan
Diam 5
atas
Tekan 7 daerah scapula, bahu kiri, tricep kiri

saat gerakan abduksi lengan kiri, rotasi leher


gerak 6
ke arah kiri, dan lateral fleksi ke kiri

2) Pemeriksaan kekuatan otot dengan Manual Muscle Testing

(MMT)

Tabel 4.5 Pemeriksaan Kekuatan Otot

Kanan Kiri
Grup Otot
2-7-2018 2-7-2018
5 Flexor leher 5
5 Extensor leher 5
5 Lateral flexor leher 3 (nyeri)
5 Rotator leher 3 (nyeri)
5 Flexor bahu 4
5 Extensor bahu 4
5 Abduktor bahu 3 (nyeri)
5 Adduktor bahu 5
5 Exo rotator bahu 5 (nyeri)
5 Endo rotator bahu 5
5 Flexor siku 5
5 Extensor siku 5
5 Flexor wrist 5
5 Extensor wrist 5
5 Flexor jari-jari 5
5 Extensor jari-jari 5
5 Abductor jari-jari 5
5 Adductor jari-jari 5

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 36

3) Pemeriksaan Luas Gerak Sendi

Tabel 4.6 Pemeriksaan LGS

Sendi Aktif Nilai Normal

(S) 400-00-400 (S) 400-00-400

Kanan Kiri
Neck (F) 450-00-450
0 0 0 0
(F) 0 -45 (F) 0 -20

(R) 00-500 (R) 00-350 (R) 500-00-500

(S) 500-00-1800 (S) 500-00-1800 (S) 500-00-1800

Shoulder (F) 1800-00-450 (F) 1000-00-450 (F) 1800-00-450

(F900) 900-00-
(F900) 900-00-900 (F900) 900-00-900
900

(S) 00-00-1450 (S) 00-00-1450 (S) 00-00-1450


Elbow
(R) 900-00-800 (R) 900-00-800 (R) 900-00-800

(S) 500-00-600 (S) 500-00-600 (S) 500-00-600


Wrist
(F) 300-00-200 (F) 300-00-200 (F) 300-00-200

4) Pemeriksaan sensoris menggunakan tes raba halus dan tajam

tumpul

4.7 Tabel Pemeriksaan sensoris


Jenis Tes
Dermatom Raba Halus Tajam Tumpul
Kanan Kiri Kanan Kiri
C5 100% 100% 100% 100%
C6 100% 100% 100% 100%
C7 100% 100% 100% 100%
C8 100% 100% 100% 100%
T1 100% 100% 100% 100%

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 37

5) Pemeriksaan CRS menggunakan tes khusus

Tabel 4.8 tes khusus CRS

Hasil
Tes khusus
D S

Spurling - +

Tes Valsava - -

Distraksi - +

6) Pemeriksaan fungsional leher menggunakan Neck Disability

Index

Berdasarkan pemeriksaan fungsional didapatkan hasil nilai

sebesar 34% yang memiliki interpretasi ketergantungan sedang

(rincian terlampir)

4.3.3 Diagnosios Fisioterapi

1. Problem kapasitas fisik

Terdapat hiperlordosis pada leher, spasme otot

sternocleidomastoideus, upper trapezius, paracervical, dan

scalenus, nyeri diam dan tekan pada bahu kiri, daerah scapula,

dan tricep kiri, nyeri gerak leher ke arah abduksi lengan kiri,

rotasi leher ke arah kiri, dan lateral fleksi ke kiri, keterbatasan

LGS leher ke arah lateral fleksi kiri dan rotasi kiri karena nyeri,

keterbatasan LGS anggota gerak atas ke arah abduksi karena

nyeri, penurunan kekuatan otot-otot leher dan anggota gerak

atas karena nyeri.

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 38

2. Problem kemampuan fungsional

Pasien terganggu dalam melakukan pekerjaan dan aktivitas

sehari-hari seperti mengendarai mobil, memakai pakaian

berbahan kaos, dan mengangkat benda melewati kepala.

3. Problem partisipasi sosial

Dengan keluhan nyeri leher yang menjalar tersebut pasien tidak

dapat melakukan pekerjaan sebagai desainer untuk sementara

waktu.

4.3.4 Planning Fisioterapi

4.3.4.1 Tujuan Jangka Pendek

Mengurangi nyeri leher, bahu kiri, daerah scapula kiri dan tricep kiri.

4.3.4.2 Tujuan Jangka Panjang

Pasien dapat kembali melakukan pekerjaannya sebagi desainer

dengan keluhan nyeri yang minimal.

4.3.5 Rencana Tindakan

1. Terapi menggunakan modalitas TENS untuk mengurangi nyeri.

2. Edukasi berupa perbaikan postur yang ergonomis saat bekerja.

Tata letak komputer dihimbau untuk diposisikan ergonomis

supaya tidak memperparah CRS dan pemberian toleransi waktu

bekerja dengan memberikan waktu jeda untuk istirahat.

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 39

4.3.6 Rencana Evaluasi

1. Keluhan utama

2. Tanda Vital

3. Pemeriksaan nyeri dengan menggunakan Visual Analogue

Scale (VAS).

4. Pemeriksaan LGS menggunakan goneometri.

5. Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan Manual Muscle

Testing (MMT).

6. Tes khusus CRS.

4.4 Pelaksanaan Tindakan Fisioterapi

Terapi dilakukan di Poli A Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Soetomo

pada tanggal 2-7-2018, 4-7-2018, 6-7-2018, 9-7-2018.

4.4.1 Persiapan alat

Menyiapkan alat TENS; 4 elektrode basah; busa pembungkus

elektroda; dan strap. Memastikan kabel masih dalam keadaan baik; tidak

lecet dan electrode sudah terpasang.

4.4.2 Persiapan pasien

Menjelaskan tentang mekanisme kerja TENS beserta tujuannya

kepada pasien. Memastikan area yang akan diterapi bebas dari pakaian.

Lalu memposisikan pasien senyaman mungkin. Pasien lebih memilih posisi

duduk di kursi. Posisi terapis berada di belakang pasien melakukan palpasi

untuk mencari titik nyeri, spasme, dan mengetahui suhu lokal area keluhan.

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 40

4.4.3 Pelaksanaan terapi

Memasangkan elektroda pada area titik nyeri. Pasien mengeluhkan

nyeri berada pada upper trapezius dan pada area punggung atas daerah

scapula. Lalu setelah terpasang dan dipastikan electrode menempel pada

area kulit psaien, terapis mulai mengatur parameter.

4.9 Tabel Parameter

Parameter 2 Juli 2018 4 Juli 2018 6 Juli 2018 9 Juli 20118

Channel 2 channel 2 channel 2 channel 2 channel

Jenis Bi- Bi- Bi- Bi-


Gelombang Asymmetrical Asymmetrical Asymmetrical Asymmetrical

Frekuensi 100 Hz 100 Hz 100 Hz 100 Hz

Fase Durasi 200s 200 s 200 s 200 s

Arus CC CC CC CC

Waktu 15 menit 15 menit 15 menit 15 menit

17 mA dan 18,5mA dan 17,5 mA dan 18 mA dan


Intensitas
11 mA 11,3 mA 13 mA 14 mA

Terapi dimulai dengan mengatur intensitas getaran, terapis

memastikan pasien merasakan getaran hingga pasien merasa nyaman.

Selama terapi terapis harus selalu menyakan kepada pasien mengenai apa

yang dirasakan. Apabila selama pengobatan rasa nyeri dan ketegangan

otot meningkat, dosis harus dikurangi dengan menurunkan intensitas.

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 41

4.5 Evaluasi Perkembangan pasien

4.5.1 Subyektif

Keluhan utama : Nyeri di leher yang menjalar sampai ke lengan kiri

dan bagian entong-entong sudah mulai berkurang.

4.5.2 Obyektif

1. Tanda Vital

4.10 Tabel Tanda Vital evaluasi

Tanda Vital 2/7/2018 4/7/2018 6/7/2018 9/7/2018

Kesadaran GCS 456 GCS 456 GCS 456 GCS 456

Tensi 120/80 mmHg 120/80 mmHg 110/80 mmHg 120/80 mmHg

Nadi 80x/menit 82x/menit 80x/menit 84x/menit

Temperatur 360 360 360 360

Tinggi badan 173 cm 173 cm 173 cm 173 cm

Berat badan 68 kg 68 kg 68 kg 68 kg
Frekuensi
20x/menit 18x/menit 20x/menit 20x/ menit
pernafasan

2. Nyeri

4.11 Pemeriksaan Nyeri Evaluasi


Nilai
Nyeri 2-7- 4-7- 6-7- 9-7- Keterangan
2018 2018 2018 2018
daerah scapula, bahu kiri
Diam 5 4 3 3
sampai ke lengan atas

daerah scapula, bahu kiri,


Tekan 7 6 6 5
dan tricep kiri

saat gerakan abduksi


Gerak 6 5 5 4 lengan kiri, rotasi leher ke
kiri, dan lateral flexi ke kiri

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 42

3. Luas Gerak Sendi

4.12 Pemeriksaan LGS Evaluasi

Sendi 2-7-2018 9-7-2018 Nilai Normal

(S) 400-00-400 (S) 400-00-400

Kanan Kiri
Leher (F) 450-00-450
(F) 00-450 (F) 00-300

(R) 00-500 (R) 00-450 (R) 500-00-500

(S)
(S) (S) (S)
500-00- (S) 500-00-1800
50 -00-1800
0
50 -00-1800
0
500-00-1800
1800
(F)
(F) (F) (F)
shoulder 1800-00- (F) 1800-00-450
1800-00-450 1000-00-450 1000-00-450
450
(F900) (F900) (F900) (F900)
(F900) 900-00-900
900-00-900 900-00-900 900-00-900 900-00-900

4. Kekuatan Otot

4.13 Pemeriksaan Kekuatan Otot Evaluasi

Kanan Kiri
2-7- 4-7- 6-7- 9-7- Grup Otot 2-7- 4-7- 6-7- 9-7-
2018 2018 2018 2018 2018 2018 2018 2018
5 5 5 5 Flexor leher 5 5 5 5
Extensor
5 5 5 5 5 5 5 5
leher
Lateral 3 3 3 3
5 5 5 5
flexor leher (nyeri) (nyeri) (nyeri) (nyeri)
Rotator 3 3 3 3
5 5 5 5
leher (nyeri) (nyeri) (nyeri) (nyeri)
5 5 5 5 Flexor bahu 4 4 4 4
Extensor
5 5 5 5 4 4 4 4
bahu
Abduktor 3 3 3 3
5 5 5 5
bahu (nyeri) (nyeri) (nyeri) (nyeri)
Adduktor
5 5 5 5 5 5 5 5
bahu
Exorotator 5 5 5 5
5 5 5 5
bahu (nyeri) (nyeri) (nyeri) (nyeri)

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 43

Endorotator
5 5 5 5 5 5 5 5
bahu
5 5 5 5 Flexor siku 5 5 5 5
Extensor
5 5 5 5 5 5 5 5
siku
5 5 5 5 Flexor wrist 5 5 5 5
Extensor
5 5 5 5 5 5 5 5
wrist
Flexor
5 5 5 5 5 5 5 5
jari-jari
Extensor
5 5 5 5 5 5 5 5
jari-jari
Abductor
5 5 5 5 5 5 5 5
jari-jari
Adductor
5 5 5 5 5 5 5 5
jari-jari

5. Tes khusus

4.13 Pemeriksaan khusus


Hasil
Tes khusus
D S
Spurling - +
Tes Valsava - -
Distraksi - +

6. Pemeriksaan fungsional

Berdasarkan pemeriksaan fungsional didapatkan hasil nilai sebesar

26% yang memiliki interpretasi ketergantungan sedang (rincian

terlampir)

4.6 Prognosis

Quo ad vitam : Baik

Quo ad sanam : Baik

Quo ad cosmeticam : Baik

Quo ad functionam : Baik

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 44

4.7 Resume

Pasien bernama Tn. W berusia 45 tahun menjalani rawat jalan

di Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Dr. Soetomo dengan

diagnosis neck pain ec CRS C5-T1. Didapatkan problem fisioterapi

berupa Terdapat hiperlordosis pada leher, spasme otot

sternocleidomastoideus, upper trapezius, paracervical, dan

scalenus, nyeri diam dan tekan pada bahu kiri, daerah scapula, dan

tricep kiri, nyeri gerak leher ke arah abduksi lengan kiri, rotasi leher

ke arah kiri, dan lateral fleksi ke kiri, keterbatasan LGS leher ke arah

lateral fleksi kiri dan rotasi kiri karena nyeri, keterbatasan LGS

anggota gerak atas ke arah abduksi karena nyeri, penurunan

kekuatan otot-otot leher dan anggota gerak atas karena nyeri. Pasien

mendapat intervensi fisioterapi berupa TENS pada bahu kiri dan

punggung kiri. Setelah dilakukan penatalaksanaan fisioterapi

menggunakan TENS sebanyak enam kali didapatkan hasil nyeri

berkurang, luas gerak sendi leher dan bahu kiri meningkat, serta

kekuatan otot penggerak leher dan bahu belum ada peningkatan.

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome

BAB 5

PEMBAHASAN STUDI KASUS

5.1 Pembahasan

Pada kasus ini, pasien laki-laki berusia 45 tahun dengan Cervical

Root Syndrome (CRS). Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan CRS

sering terjadi pada pasien dengan usia produktif antara usia 40-50 tahun

karena pada usia tersebut sering mengalami gangguan postur saat bekerja

(Iyer et al, 2016). Selain itu, CRS sering terjadi pada laki-laki. Pekerjaan

pasien yang seorang desainer juga turut memberikan andil terhadap

terjadinya CRS karena pekerjaan pasien diharuskan menghadap komputer

dalam waktu yang cukup lama. Ditambah lagi dengan posisi tatanan

komputer pasien layar berada sedikit menyerong ke kiri.

Menurut hasil anamnesa, pasien merasakan nyeri yang menjalar

dari leher sampai dengan lengan atas sisi kiri. Hal ini sesuai dengan teori

bahwa keluhan utama dari CRS adalah adanya nyeri menjalar sampai ke

bahu, lengan atas atau lengan bawah unilateral atau ipsilateral karena hasil

dari kompresi saraf cervical. Selain nyeri, menurut teori tanda dan gejala

dari CRS adalah adanya kesemutan dan kelemahan pada anggota gerak

atas (Mahadewa,2013). Pasien juga mengalami kesemutan pada lengan

bawah hingga telapak tangan. Hal ini sesuai dengan teori CRS.

Pemeriksaan tes provokasi dari pasien menunjukkan hasil yang

positif untuk tes Spurling dan tes Distraksi. Hal ini sesuai dengan teori yang

menyebutkan bahwa jika tes Spurling, Distraksi, dan Valsava menunjukkan

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR 45


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 46

hasil yang positif maka kemungkinan pasien mengalami CRS (Eubanks,

2010). Pasien juga mengalami penurunan LGS pada leher dan bahu

dikarenakan nyeri dan mengalami spasme pada otot

sternocleidomastoideus dan upper trapezius. Nyeri ini bertujuan untuk

membatasi gerakan yang melibatkan otot-otot leher dan bahu. Pembatasan

gerak ini diakibatkan oleh spasme otot, spasme otot sendiri adalah suatu

upaya proteksi terhadap cedera atau lesi yang lebih berat yang mungkin

dapat terjadi. Spasme otot akan menimbulkan suatu manifestasi yaitu

penurunan LGS.

Fisioterapi memberikan intervensi berupa terapi modalitas

menggunakan TENS untuk mengurangi rasa nyeri sehingga dapat

meningkatkan LGS dan kekuatan otot. Selain itu edukasi yang diberikan

kepada pasien untuk mengurangi nyeri dapat berupa pengaturan posisi

duduk saat bekerja, pemberian toleransi waktu bekerja menggunakan

komputer dengan cara memberi jeda untuk istirahat, mengatur ulang tata

letak meja komputer untuk diposisikan ergonomis supaya tidak

memperparah CRS.

Setelah mendapat terapi sebanyak empat kali, didapatkan hasil

penurunan nyeri dan sedikit peningkatan LGS leher. Namun untuk kekuatan

otot leher dan bahu belum ada peningkatan. Penurunan nyeri diperoleh dari

efek pemberian TENS yang dapat menstimulasi serabut saraf Aβ. Nyeri

yang menurun akan meningkatkan keberanian untuk menggerakkan leher

kea rah flexi dan rotasi ke kiri, dan mengangkat tangan kiri, sehingga LGS

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 47

aktif juga ikut meningkat. Dengan adanya problem nyeri dan penurunan

LGS leher dan bahu dapat mempengaruhi kekuatan otot leher dan bahu

terutama sisi kiri.

Pemberian edukasi berupa mengatur posisi saat bekerja, dan

memberikan waktu istirahat dari aktifitas di depan komputer juga dapat

mengurangi nyeri. Hasilnya terdapat penurunan nyeri diam pada leher dan

bahu dari VAS 5 menjadi VAS 3, nyeri tekan pada area bahu dan leher dari

VAS 7 menjadi VAS 5, nyeri gerak leher dan bahu dari VAS 6 menjadi VAS

4.

Hasil evaluasi secara keseluruhan menunjukkan penurunan keluhan

nyeri dan adanya peningkatan aktifitas. Hal ini dimungkinkan karena usia

pasien yang masih tergolong dewasa muda sehingga fleksibilitas jaringan

masih baik.

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome

BAB 6

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Cervical Root Syndrome (CRS) adalah suatu keadaan yang

disebabkan oleh iritasi atau penekanan akar saraf cervical pada foramen

intervertebralis. Penyebab paling sering adalah adanya penyempitan pada

foramen saraf spinal cervical karena kombinasi beberapa factor yaitu

penurunan tinggi discus, atau proses degenarasi. Segala sesuatu yang

merangsang serabut sensoris pada tingkat radiks dan foramen

intervertebralis dapat menyebabkan nyeri radikuler atau menjalar. Tanda

dan gejala dari CRS salah satunya adalah adanya nyeri yang menjalar

sampai bahu, lengan atas atau lengan bawah secara unilateral maupun

ipsilateral.

Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) adalah suatu

alat yang menggunakan energy listrik untuk merangsang sistem saraf yang

berhubungan dengan sensibilitas melalui permukaan kulit. Penggunaan

TENS dengan teori Gerbang Kontrol atau Gate Control Theory. TENS akan

menghasilkan efek analgesia dengan jalan mengaktifasi serabut saraf Aβ

yang merupakan serabut saraf non-nosiseptif. Serabut saraf Aβ ini akan

menginhibisi efek dari serabut saraf Aδ dan serabut saraf C yang

merupakan serabut saraf nosiseptif dengan cara “menutup gerbang” jalur

pesan nyeri ke otak dan menstimulasi produksi anti nyeri alamiah tubuh

yaitu endorphin.

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR 48


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 49

6.2 Saran

Dalam penanganan kasus ini sangat dibutuhkan kerjasama antara

penderita, fisioterapis, dan juga dokter rehabilitasi medik.

Bagi pembaca hendaknya dapat mengimplementasikan hal-hal yang

positif didalam tugas akhir ini dan dapat memberikan kritik dan saran yang

membangun kepada penulis.

Bagi masyarakat umum apabila menemui tanda dan gejala serupa

dengan kasus ini dapat segera mungkin memeriksakan ke dokter yang

bersangkutan sehingga gejala tidak semakin bertambah parah.

Bagi pasien Cervical Root Syndrome diharapkan melakukan terapi

menggunakan TENS dan memperbaiki posisi saat bekerja menjadi posisi

yang ergonomis, diselingi waktu untuk istirahat, dan dapat melakukan

koreksi postur. Selain itu, penderita hendaknya tidak melakukan hal-hal

yang dapat memperberat kondisi lehernya seperti menunduk di depan

komputer terlalu lama.

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 50

DAFTAR PUSTAKA

Angela B.M Tulaar. 2008. Nyeri Leher dan Punggung. Jakarta :


Departemen Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Carette, S., Phil, M., Fehlings, M.G. 2005. Cervical Radiculopathy.
Diakses 27/2/2018 dari http://www.nejm.com.
Chusid, J.G. 1993. Neuroanatomi Korelatif dan Neuro Fungsional. Bagian
Satu. Gajah Mada University Press : Yogyakarta
Cooper, Grant. 2006. Essential Physical Medicine and Rehabilitation. New
Jersey : Humana Press Inc.
DeSantana, Josimari M. dkk. 2009. Effectiveness of Transcutaneous
Electrical Nerve Stimulation for Treatment of Hyperalgesia and
Pain. Diakses pada 30/10/2017 dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov
Eubanks, J. D. 2010. Cervical Radiculopathy: Nonopertive management of
neck pain and radicular symptoms. Diakses pada tanggal 5/2/2018,
dari http://www.aafp.org/afp.
Hudaya, Prasetya. 2002 : Dokumen Persiapan Praktek Profesional
Fisioterapi. Surakarta : Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan
Fisioterapi.
Iyer, Sravisht dan Han Jo Kim. 2016. Cervical Radiculopathy. New York:
Springer Science Bussiness Media New York.
Lippert, Lynn S. 2006. Clinical Kinesiology and Anatomy 4th ed. USA : FA
Davis Company.
Mahadewa, T.G. 2013. Saraf Perifer Masalah dan Penanganannya.
Jakarta : PT.Index.
MJ, Hockenberry, dkk. 2005. Wong’s Essentials of Pediatric Nursing. 7th .
St. Louis.
Netter, Frank H. 2002. Atlas of Neuroanatomy and Neurophysiology. USA:
Icon Custom Communication.
Netter, Frank H. 2010. Atlas of Human Anatomi, Fifth edition, Sauder
Elsevier. Philadhelpia : Lippincott wiliams & wilkins.
Nurachmah, Elly dan Rida Angriani. 2011. Dasar-dasar Anatomi dan
Fisiologi. Jakarta: Salemba Medika
Oatis, Carol A. 2009. Kinesiology The Mechanics and Pathomechanics of
Human Movement. Second edition. Philadelphia: Lippincott Wilkins,
a Wolters Kluwer business.

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 51

Prentice, William E. dkk. 2007. Therapeutic Modalities for Physical


Therapist. USA: The McGraw-Hill Companies.
Sidharta, Priguna. 2010. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurobiologi.
Jakarta : Dian Rakyat.
Swartz, Erik E, dkk. 2005. Cervical Spine Functional Anatomy and The
Biomechanics of Injury Due to Compressive Loading. Diakses pada
tanggal 7/2/2018 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov
Tank, Patrick W. dan Thomas R. Ghest. 2009. Lippincott Williams & Wilkins
Atlas of Anatomy, 1st edition. Michigan. University of Michigan
Medical School.

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 52

Lampiran
Notulensi Pola Perbaikan Tugas Akhir

Nama : Silmi Afifah Sujudi


Judul : Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome
Pembimbing : dr. Yudith dian Prawitri, Sp. KFR
Trissilowati SST. Ft

Telah menguji Ujian Komisi di Surabaya, 21 juni 2018 dan direvisi sesuai
catatan penguji :
No. Perbaikan Halaman
Menambahkan teori bi-symmetrical
1. 26
dan bi-asymmetrical
2. Mengganti gambar bentuk gelombang 27

Mengetahui Penguji,

Patricia Maria K., dr.,Sp.KFR-K


NIP. 196211211989032003

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR


Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome 53

Lampiran
Notulensi Pola Perbaikan Tugas Akhir

Nama : Silmi Afifah Sujudi


Judul : Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome
Pembimbing : dr. Yudith dian Prawitri, Sp. KFR
Trissilowati SST. Ft

Telah menguji Ujian Komisi di Surabaya, 21 juni 2018 dan direvisi sesuai
catatan penguji :
No. Perbaikan Halaman
Menambahkan teori bi-symmetrical
1. 26
dan bi-asymmetrical
2. Mengganti gambar bentuk gelombang 27

Mengetahui Penguji,

Lantjar Januwidodo., SST.Ft


NIP. 19691101994031004

Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR

Anda mungkin juga menyukai