Oleh:
SURABAYA
2018
Penatalaksanaan TENS pada Cervical Root Syndrome
KATA PENGANTAR
Allah SWT, karena atas rahmat taufik serta hidayah-Nya penulis dapat
Fisioterapi FV Unair.
3. Kedua orang tua tercinta, bapak Erlan Sujudi dan Ibu Siti Sulasiah
dalam segala hal yang penulis dapat menulis sampai ke titik ini.
Airlangga Surabaya.
Surabaya.
9. Patricia Maria K.., dr., Sp.KFR, sselaku ketua program studi D III
bimbingan, motivasi dan ilmu serta arahan dalam tugas akhir ini.
12. Pak Lantjar Januwidodo, Pak Unang, pak Sauman, pak Ahmad, bu
Alip Nofiani Devi, Nabilla Khoirun Nisa, dan Kristiyanti Riya Saputri,
18. Andia Savitri Prabhandari Irham yang telah rela meluangkan waktu
kepada penulis.
19. M. Kurnia Alfandi rela meluangkan waktu dan tenaga nya untuk
terbaik.
Universitas Airlangga.
penyusunan tugas akhir ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran membangun sangat
di butuhkan bagi penulis guna tercapainya tugas akhir yang lebih baik.
ABSTRAK
Cervical root syndrome (CRS) adalah suatu keadaan yang
disebabkan oleh iritasi atau penekanan akar saraf cervical pada foramen
intevertebralis. Data di rumah sakit umun Dr.Soetomo Surabaya pada
tahun 2016-2017 menunjukkan jumlah kunjungan penderita cervical root
syndrome ke poli instalasi rehabilitasi medik mencapai 341 dari 18.543
pasien yang datang. Penyebab yang paling sering pada terjadinya CRS
adalah adanya penyempitan pada foramen intervertebralis saraf spinal
cervical karena kombinasi dari beberapa faktor yaitu penurunan tinggi
discus, atau proses degenerasi pada tulang vertebra cervical. Faktor lain
yang dapat menyebabkan terjadinya CRS adalah posisi kerja yang tidak
ergonomis, dan juga adanya trauma pada leher. Tanda dan gejala dari
CRS yaitu adanya nyeri yang menjalar hingga bahu, lengan atas dan
lengan bawah secara unilateral maupun bilateral, adanya rasa kesemutan
dan rasa tebal pada lengan, serta keterbatasan gerak pada leher dan
lengan. Transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS) adalah suatu
alat yang menggunakan energi listrik untuk merangsang sistem saraf yang
berhubungan dengan sensibilitas melalui permukaan kulit. Teori gerbang
kontrol atau Gate control theory pada TENS dapat menghasilkan efek
analgesia yang dapat menstimulasi produksi anti nyeri alamiah tubuh yaitu
endorphin. TENS merupakan salah satu modalitas yang dapat digunakan
untuk mengurangi nyeri pada kasus CRS.
ABSTRACT
Cervical Root Syndrome (CRS) is a situation that is caused by
irritation of the cervical nerve roots or compresion on the foramen
intevertebralis. Data on public hospital Dr. Soetomo Surabaya in 2016-
2017 shows the number of visits the Cervical Root Syndrome sufferers to
medical rehabilitation installation reached 341 of 18,543 patients. The
most frequent cause of on the occurrence of CRS is the narrowing of the
intervertebral foramen the spinal nerves in the cervical spine due to a
combination of several factors, along the lines of the reduction of discus,
or the degenerative process of cervical vertebrae. Other factors that may
cause CRS is the non-ergonomic work position, and also there is trauma
to the neck. Signs and symptoms of CRS are pain radiating to the
shoulders, upper arms and lower arms unilaterally or bilaterally, the
presence of a numb and tingling in the arms, also the limitation of motion
in the neck and arm. Transcutaneus electrical neurostimulation (TENS) is
a device that uses electrical energy to stimulate the nervous system
related to sensibility through the surface of the skin. Gate control theory on
TENS may produce analgesia that can stimulate the Aβ nerve fiber to
block the nosiseptif impuls that brought by Aδ and C nerve fiber at the
center of pain in brain. TENS is one of the modalities that can be used to
reduce pain in cases of CRS.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
ABSTRACT .................................................................................................... x
DAFTAR ISI.................................................................................................... xi
3.5. Parameter.................................................................................. 26
3.5.1. Arus................................................................................... 26
4.2.1. Diagnosa......................................................................... 31
4.3.1. Anamnesa....................................................................... 32
4.5.2. Obyektif........................................................................... 41
LAMPIRAN .................................................................................................... 52
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR SINGKATAN
AC : Alternating Current
CRS : Cervical Root Syndrome
CT : Computed Tomography
DC : Direct Current
EMG : Elektromiografi
LGS : Luas Gerak Sendi
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
disebabkan oleh iritasi atau penekanan atau kompresi akar saraf cervical
syndrome ke Poli Instalasi Rehab Medik mencapai 341 dari 18.543 pasien
mengurangi nyeri, menambah luas gerak sendi dan kekuatan otot. Dalam
adalah dengan terapi latihan yang dapat berupa traksi cervical dan
panas.
mengurangi nyeri. TENS adalah aplikasi dari arus listrik melalui elektroda
yang diletakkan pada kulit untuk kontrol nyeri. TENS dapat diaplikasikan
dengan berbagai frekuensi dari low frequency (<10 Hz) sampai high
kondusi impuls nyeri dan persepsi nyeri. TENS menstimulasi serabut saraf
1.2.1 Umum
1.2.2 Khusus
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tulang vertebra terdiri dari tujuh tulang cervical, 12 tulang thoracal, lima
tulang lumbal, lima tulang sacral, dan satu tulang coccygeal untuk
2.1.1 TulangCervical
Tulang cervical terdiri dari 7 ruas tulang yang meliputi C1, C2, C3,
C4, C5, C6, dan C7.Tulang cervical akan terlihat lordosis apabila dilihat dari
arah lateral. Tulang vertebra cervical terbagi menjadi dua bagian yang
meliputi regio craniovertebral atau suboccipital yang terdiri dari atlas dan
aksis serta regio lower cervical vertebral atau column yang terdiri dari tulang
tulang yang tidak memiliki badan dan processus spinosus, tetapi memiliki
dua processus transversum yang pendek. Atlas memiliki dua sisi gepeng
untuk rotasi. Aksis memiliki badan kecil dengan tonjolan kecil yang disebut
menerima beban dari kepala dan atlas lalu beban tersebut diteruskan ke
superior dari axis menerima dan meneruskan beban kepala dan tulang
dengan dens. Dens tersebut berfungsi sebagai pivot (poros) ketika anterior
arch dari atlas berputar dan gliding untuk menghasilkan axial rotation (Oatis,
2009).
Gambar 2.2 Tulang atlas (kiri), Tulang axis (kanan) (Lippert, 2006)
load dari kepala dan tulang cervical diatasnya, menjaga kepala untuk tetap
tegak, menyokong reaksi gaya dari otot-otot sekitar leher, dan memberikan
sebagai triangular column yang terdiri dari anterior pillar, tersusun dari
badan vertebra, dan dua posterior column yang terdiri dari pilar sendi kanan
dan kiri dari processus articular superior dan processus articular inferior
(Oatis, 2009).
Gambar 2.3 Kolumna vertebra cervical tampak depan. (A) anterior pillar tengah,
(B) anterior pillar kanan, (C) anterior pillar kiri (Oatis, 2009).
persegi panjang dan memiliki bentuk kecil serta pada bagian atas
dari atlas dan condylus occipital dari tengkorak (Oatis, 2009). Sendi atlanto-
terdapat di kanan dan kiri foramen magnum serta diatas dan dengan facies
Sendi atlanto-aksialis terdiri atas tiga buah sendi synovial, yaitu sendi
atlanto-axial lateral kanan dan kiri dan sendi atlanto-axial medial. Ketiga
sendi ini memungkinkan axial rotation pada kepala dan atlas yang
dilapisi oleh lempeng tulang rawan hialin. Diantara lempeng tulang rawan
paling tebal terdapat pada daerah cervical dan lumbal, tempat yang banyak
Setiap discus terdiri atas anulus fibrosus yang terletak bagian tepi
pulposus pada anak-anak dan remaja merupakan massa lonjong dari zat
gelatin yang banyak mengandung air, sedikit serabut collagen, dan sedikit
sel-sel tulang rawan. Biasanya dalam tekanan dan terletak sedikit ke tepi
ligamen ini tipis bagian di atas dan semakin menebal di bagian bawah,
ligamen ini menebal di bagian atas untuk menahan tengkorak, dan menipis
di bagian bawah.
2006).
Saraf dari tulang cervical terdiri dari delapan pasang saraf cervical.
Saraf pada cervical yang pertama keluar di antara occiput dan segmen C1.
di bawah seg men C7 dan di atas thoracal kesatu (Th1). Di segmen cervical
bawah (C3-C8) cabang sensoris dan motoris bersatu membentuk akar saraf
superior dibatasi oleh pedikel vertebra atas, bagian inferior dibatasi oleh
tulang vertebra C5-Th1, kemudian melewati bagian leher dan ketiak, dan
brachialis dan terdiri dari serabut-serabut yang berasal dari segmen C5 dan
C6. Mula-mula nervus ini terletak di sebelah lateral arteri axillaris, lalu
terdiri dari serabut-serabut yang berasal dari segmen C5 dan C6, kemudian
radialis ini menyertai profundus dan sekitar humerus serta di dalam sulcus
dua buah caput. Kedua caput tersebut berasal dari fasikulus lateral dan
fasikulus medial. Kedua caput tersebut bersatu pada bawah otot pectoralis
minor, jadi serabut-serabut dari dalam trunkus berasal dari tiga segmen
cervical yang bawah dan dari segmen thorakal pertama medulla spinalis di
brachialis. Serabut saraf ini terdiri dari serabut-serabut yang berasal dari
segmen C8-T1. Nervus ulnaris ini berasal dari batas bawah m. pectoralis
minor dan berjalan turun pada sisi media lengan dan menembus septum
Dermatom adalah daerah sensoris dari kulit yang diinervasi oleh akar
saraf. Pada vertebra terdapat delapan saraf cervical, 12 saraf thoracal, lima
rangsangan dari kulit ke otak. Sensoris dari wajah dipersarafi oleh nervus
trigeminal, sedangkan sisa daerah dari kepala dipersarafi oleh akar saraf
C2. Akar saraf C5 sampai Th1 menujukkan daerah anggota gerak atas. C5
mewakili daerah bahu, C6 pada lateral dari lengan dan dua jari pertama, C7
pada jari tengah, C8 pada jari ke-4 dan ke-5. Saraf yang berdekatan akan
fungsi sensorisnya.
tunggal. Beberapa otot di daerah leher yang dipersarafi oleh akar saraf
cervical antara lain bagian anterior dari kolumna vertebra adalah grup otot
otot extensor leher yang terdiri dari m. subocicipital dan grup otot erector
spinae.
memiliki dua origo yaitu di 1/3 medial dari clavicula dan ujung superior dari
sternum. Otot ini berjalan di superior dan posterior leher yang akhirnya
otot ini berkontraksi, maka akan terjadi gerakan flexi dari leher, dan ketika
salah satu sisi otot ini berkontraksi, maka akan terjadi gerakan lateral flexi
dan rotasi dari kepala ke arah yang berlawanan (Lippert, 2006). Otot ini
Otot ini terdiri dari tiga otot yaitu anterior scalenus, medial scalenus, dan
costae pertama. Otot ini diinervasi oleh akar saraf C5-C7 (Netter, 2010).
dan berinsersi pada costae pertama. Otot ini diinervasi oleh akar saraf C3-
C8. Otot posterior scalenus adalah otot terkecil dan letaknya terdalam dari
ketiga otot scalenus. Otot ini memiliki origo dari C5 sampai C7, dan
Grup otot erector spinae terdiri dari beberapa otot yaitu m. splenius
processus mastoideus dari tulang temporal. Otot ini diinervasi oleh rami
Otot ini diinervasi oleh rami dorsal dari middle dan lower saraf cervical.
T6 dan berinsersi pada tulang occipital. Otot ini diinervasi oleh rami dorsal
flexi dan extensi. Normal flexi sampai hiperextensi pada sendi atlanto-
terjadi karena lateral superior dan inferior sendi facet dari atlas dan axis
Flexi leher dimulai pada vertebra cervical bawah (C4 sampai C7),
diikuti dengan gerakan pada occiput lalu C2,C2 lalu C3 dan C3 lalu
flexi. Extensi juga dimulai pada vertebra cervical bawah dan diikuti dengan
2.2.1 Definisi
keadaan yang disebabkan oleh iritasi atau penekanan akar saraf cervical
yang menyebar bahu, lengan atas dan bawah, parasthesia, dan kelemahan
Segala sesuatu yang bisa merangsang serabut sensorik pada tingkat radiks
yang berpangkal pada tulang vertebra tingkat tertentu dan menjalar sampai
2.2.2 Etiologi
discus, proses degenerasi. Penyebab lain yang jarang seperti tumor spinal
2.2.3 Patofisiologi
Keluhan utama pada CRS adalah nyeri yang menjalar atau radikuler.
Segala sesuatu yang merangsang serabut sensoris pada tingkat radiks dan
dapat merangsang satu atau lebih radiks posterior. Pada umumnya sebagai
permulaan hanya satu radiks saja yang mengalami iritasi kemudian yang
lainnya juga mengalami keadaan yang sama meskipun tidak sama beratnya
penjepitan dan lain sebagainya. Nyeri radikuler akibat iritasi terhadap radiks
posterior ini dapat pula dirasakan oleh pasien sebagai nyeri neurogenic
yang terdiri atas nyeri yang tajam atau tumpul dan terdapat paraestesia
(Mahadewa,2013).
Gejala yang timbul dari CRS yaitu, nyeri leher unilateral, rambatan
nyeri bervariasi bergantung dari akar saraf yang terllibat terkadang bisa
menjalar ke lengan, disfungsi sensoris dan motoris juga dapat timbul tanpa
adanya nyeri yang signifikan, luas gerak sendi terbatas, kesemutan dan
rasa tebal, gangguan pada fungsi autonom juga dapat terjadi yaitu
Gejala yang timbul sering diperberat oleh ekstensi dan rotasi dari leher
tekan, dan nyeri gerak. Penentuan VAS dilakukan dengan angka yang
Angka pada skala VAS antara lain 1-10, dimana angka 1 menunjukkan
skala nyeri ringan, dan angka 10 menunjukkan skala nyeri berat (Hudaya,
2002).
nyeri dengan tujuh skala penilaian yang meliputi 1 : tidak nyeri; 2 : nyeri
sangat ringan; 3 : nyeri ringan; 4 : nyeri tidak begitu berat; 5 : nyeri cukup
root syndrome sesuai keluhan yang dirasakan oleh pasien. Pemeriksaan ini
ipsilateral sesuai arah rotasi kepala. Pemeriksaan ini sangat spesifik namun
(Mahadewa,2013)
kompresi pada akar saraf. Hal ini dapat dilakukan apabila ada kecurigaan
iritasi akar saraf lebih memberikan gejala dengan tes kompresi kepala
walaupun penyebab lain belum dapat disingkirkan. Pada pasien yang dating
bila terdapat proses desak ruan di kanalis vertebralis bagian cervical akan
napasnya. Tes ini dikatakan positif apabila timbul nyeri radicular yang
sehari-hari.
terdapat enam butir penyataan dengan nilai nol (0) sampai lima (5), nilai
maksimal pada setiap sesi adalah lima (5). Skor dijumlah kemudian dibagi
dengan jumlah sesi yang dijawab dikali lima dan diprosentasekan. Nilai
Skor Interpretasi
0 - 20% Ketergantungan Minimal
20 - 40% Ketergantungan Sedang
40 - 60% Ketergantungan Berat
>60% Ketergantungan Berat di semua aktivitas sehari-hari
digunakan tetapi sedikit hal yang dapat ditemukan dari gambaran tersebut.
Jika ditemukan hasil yang normal tetapi masih merasakan nyeri, MRI
menentukan ada herniasi dari discus atau dengan atau tanpa kompresi.
dan dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa dari kasus cervical root
traksi cervical, soft atau semi-rigid collar, atau dengan pemberian modalitas
spasme otot sekitar leher, dan USD (Ultra Sound Diathermy) untuk
Terapi latihan dapat berupa active ROM exercise yang artinya pasien
menggerakkan leher kesemua bidang arah gerak secara aktif. Lalu diikuti
Penggunaan soft atau semi-rigid collar yang dipakai saat malam hari
berlebihan dari leher. Dengan leher tidak bergerak secara berlebihan maka
penekanan akar saraf pada cervical dapat dicegah sehingga tidak semakin
BAB 3
permukaan kulit dan terbukti efektif untuk merangsang berbagai tipe nyeri.
TENS dapat mengurangi nyeri akut dan nyeri kronik. TENS merupakan alat
stimulasi elektris yaitu alat yang mengubah arus listrik menjadi stimulasi.
meningkatkan LGS.
medulla spinalis. Hal ini mengacu pada teori gerbang kontrol (Gate Control
Theory) yang di kemukakan oleh Melzack dan Wall (1965). Teori gerbang
nosiseptif dapat menginhibisi nyeri. Tiga serabut saraf perifer yang terlibat
waktu yang lama atau nyeri kronik, dan serabut Aβ yang membawa
informasi sensoris dari reseptor kulit tetapi serabut ini termasuk saraf non-
kecil serabut Aδ dan C tidak akan sampai pada pusat sensoris dan hal ini
Tiga tipe utama dari TENS adalah TENS konvensional, intens TENS,
sepanjang hari, tapi jeda harus dilakukan untuk mengurangi iritasi pada
kulit.
konvensional memiliki waktu durasi sekitar 200µS atau simetris 2,5 KHz
tinggi arus pulse yang masih bisa dtoleransi oleh pasien. Bertujuan untuk
intensitas tertinggi yang bisa ditoleransi penderita, durasi lebih dari 1000µs.
Intens TENS dapat digunakan sekitar 15 menit, jika lebih dari itu
(kurang dari 10pps, biasanya 2-4 pps), intensitas tinggi. AL-TENS bertujuan
1. Indikasi
2. Kontraindikasi
seperti ini.
3.5 Parameter
3.5.1 Arus
Arus listrik memiliki dua kategori yaitu arus searah atau Direct Current (DC)
dan arus bolak-balik atau Alternating Current (AC). Arus searah atau Direct
memiliki elektron yang mengalir terus menerus berasal dari elektroda positif
dan arahnya tidak berubah. Pada arus bolak-balik atau Alternating Current
(AC) aliran elektron yang terus menerus secara konstan dapat berubah
bentuk gelombang yang hanya memiliki satu fase pada setiap pulse.
gelombang yang memiliki dua fase yang terpisah disetiap individual pulse.
atau asimetris. Jika bentuk gelombang di kedua fase simetris, maka bentuk
intensitas, dan durasi dari gelombang atau getaran. Bentuk gelombang arus
biphasic yang asimetris telah lama digunakan pada masa lampau, tapi
3.5.2 Frekuensi
detik sepanjang durasi arus listrik yang mengalir. Pada arus monophasic
atau biphasic jumlah dari frekuensi adalah getaran perdetik atau pulse per
second (pps), atau jumlah dari burst perdetik pada arus Russian. Tujuan
cepat lelah. Frekuensi arus listrik rendah cenderung bersifat iritatis terhadap
al,2007)
panjang waktu arus yang mengalir. Pulse duration adalah panjang dari
getaran tunggal dari arus monophasic atau biphasic. Pada arus biphasic
jumlah dari dua fase menunjukkan phase duration, sedangkan pada arus
pulse period atau periode getaran. Kontraksi otot yang sangat kuat terjadi
pada pulse duration antara 300 sampai 400 µs. Pada CRS menggunakan
penghantar konduktor. Electrode aktif memiliki ukuran dari yang paling kecil
sampai ukuran 4 inch persegi. Air atau jel elektrolit digunakan untuk
3.5.4 Intensitas
yang memadai durasi pulsa akan memberikan energi listrik ke dalam suatu
jaringan pada tiap-tiap fase dari pulsa disebut muatan pulsa. Muatan pulsa
beberapa alat mungkin bisa sampai 100 mA. Intensitas durasi dan pulsa
yang tinggi pada aplikasi stimulasi elektris akan menimbulkan reaksi elektro
kimia yang besar yang ditandai dengan warna kemerah-merahan dan rasa
nyeri pada jaringan di bawah elektroda. Dengan alasan ini maka dosis
yaitu pada trigger point atau titik nyeri, plexus Brachialis, segmental, dan
dermatom.
pada trigger point (titik nyeri), terapis mempalpasi titik nyeri yang
area spinal bergantung pada area segmen dermatom yang akan dituju.
BAB 4
STUDI KASUS
dilakukan pada awal dan akhir terapi dimulai dari tanggal 4 juli 2017 sampai
Nama : Tn. W
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Alamat : Serpong
Pekerjaan : Desainer
Pasien rujukan dari poli saraf dengan diagnosa CRS C5-T1 (S).
Foto X-Ray
4.3.1 Anamnesa
1. Keluhan Utama :
Pada tanggal 20 Mei 2018, pasien mulai merasakan rasa kaku pada
leher dan pasien hanya melakukan terapi refleksi pada leher. Pada tanggal
24 Mei 2018 pasien mengeluh adanya rasa nyeri yang menusuk pada leher
sebelah kiri dan menjalar ke lengan saat pasien mengangkat tangan kiri.
telapak tangan kiri. Nyeri bertambah berat saat menoleh ke samping kiri
konsulkan ke poli saraf RSUD Dr. Soetomo. Lalu pasien dirujuk ke instalasi
1. Tanda Vital
2. Inspeksi
3. Palpasi
Terdapat nyeri tekan pada area bahu kiri dan area scapula
(VAS)
(MMT)
Kanan Kiri
Grup Otot
2-7-2018 2-7-2018
5 Flexor leher 5
5 Extensor leher 5
5 Lateral flexor leher 3 (nyeri)
5 Rotator leher 3 (nyeri)
5 Flexor bahu 4
5 Extensor bahu 4
5 Abduktor bahu 3 (nyeri)
5 Adduktor bahu 5
5 Exo rotator bahu 5 (nyeri)
5 Endo rotator bahu 5
5 Flexor siku 5
5 Extensor siku 5
5 Flexor wrist 5
5 Extensor wrist 5
5 Flexor jari-jari 5
5 Extensor jari-jari 5
5 Abductor jari-jari 5
5 Adductor jari-jari 5
Kanan Kiri
Neck (F) 450-00-450
0 0 0 0
(F) 0 -45 (F) 0 -20
(F900) 900-00-
(F900) 900-00-900 (F900) 900-00-900
900
tumpul
Hasil
Tes khusus
D S
Spurling - +
Tes Valsava - -
Distraksi - +
Index
(rincian terlampir)
scalenus, nyeri diam dan tekan pada bahu kiri, daerah scapula,
dan tricep kiri, nyeri gerak leher ke arah abduksi lengan kiri,
LGS leher ke arah lateral fleksi kiri dan rotasi kiri karena nyeri,
waktu.
Mengurangi nyeri leher, bahu kiri, daerah scapula kiri dan tricep kiri.
1. Keluhan utama
2. Tanda Vital
Scale (VAS).
Testing (MMT).
elektroda; dan strap. Memastikan kabel masih dalam keadaan baik; tidak
kepada pasien. Memastikan area yang akan diterapi bebas dari pakaian.
untuk mencari titik nyeri, spasme, dan mengetahui suhu lokal area keluhan.
nyeri berada pada upper trapezius dan pada area punggung atas daerah
Arus CC CC CC CC
Selama terapi terapis harus selalu menyakan kepada pasien mengenai apa
4.5.1 Subyektif
4.5.2 Obyektif
1. Tanda Vital
Berat badan 68 kg 68 kg 68 kg 68 kg
Frekuensi
20x/menit 18x/menit 20x/menit 20x/ menit
pernafasan
2. Nyeri
Kanan Kiri
Leher (F) 450-00-450
(F) 00-450 (F) 00-300
(S)
(S) (S) (S)
500-00- (S) 500-00-1800
50 -00-1800
0
50 -00-1800
0
500-00-1800
1800
(F)
(F) (F) (F)
shoulder 1800-00- (F) 1800-00-450
1800-00-450 1000-00-450 1000-00-450
450
(F900) (F900) (F900) (F900)
(F900) 900-00-900
900-00-900 900-00-900 900-00-900 900-00-900
4. Kekuatan Otot
Kanan Kiri
2-7- 4-7- 6-7- 9-7- Grup Otot 2-7- 4-7- 6-7- 9-7-
2018 2018 2018 2018 2018 2018 2018 2018
5 5 5 5 Flexor leher 5 5 5 5
Extensor
5 5 5 5 5 5 5 5
leher
Lateral 3 3 3 3
5 5 5 5
flexor leher (nyeri) (nyeri) (nyeri) (nyeri)
Rotator 3 3 3 3
5 5 5 5
leher (nyeri) (nyeri) (nyeri) (nyeri)
5 5 5 5 Flexor bahu 4 4 4 4
Extensor
5 5 5 5 4 4 4 4
bahu
Abduktor 3 3 3 3
5 5 5 5
bahu (nyeri) (nyeri) (nyeri) (nyeri)
Adduktor
5 5 5 5 5 5 5 5
bahu
Exorotator 5 5 5 5
5 5 5 5
bahu (nyeri) (nyeri) (nyeri) (nyeri)
Endorotator
5 5 5 5 5 5 5 5
bahu
5 5 5 5 Flexor siku 5 5 5 5
Extensor
5 5 5 5 5 5 5 5
siku
5 5 5 5 Flexor wrist 5 5 5 5
Extensor
5 5 5 5 5 5 5 5
wrist
Flexor
5 5 5 5 5 5 5 5
jari-jari
Extensor
5 5 5 5 5 5 5 5
jari-jari
Abductor
5 5 5 5 5 5 5 5
jari-jari
Adductor
5 5 5 5 5 5 5 5
jari-jari
5. Tes khusus
6. Pemeriksaan fungsional
terlampir)
4.6 Prognosis
4.7 Resume
scalenus, nyeri diam dan tekan pada bahu kiri, daerah scapula, dan
tricep kiri, nyeri gerak leher ke arah abduksi lengan kiri, rotasi leher
ke arah kiri, dan lateral fleksi ke kiri, keterbatasan LGS leher ke arah
lateral fleksi kiri dan rotasi kiri karena nyeri, keterbatasan LGS
kekuatan otot-otot leher dan anggota gerak atas karena nyeri. Pasien
berkurang, luas gerak sendi leher dan bahu kiri meningkat, serta
BAB 5
5.1 Pembahasan
Root Syndrome (CRS). Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan CRS
sering terjadi pada pasien dengan usia produktif antara usia 40-50 tahun
karena pada usia tersebut sering mengalami gangguan postur saat bekerja
(Iyer et al, 2016). Selain itu, CRS sering terjadi pada laki-laki. Pekerjaan
dalam waktu yang cukup lama. Ditambah lagi dengan posisi tatanan
dari leher sampai dengan lengan atas sisi kiri. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa keluhan utama dari CRS adalah adanya nyeri menjalar sampai ke
bahu, lengan atas atau lengan bawah unilateral atau ipsilateral karena hasil
dari kompresi saraf cervical. Selain nyeri, menurut teori tanda dan gejala
dari CRS adalah adanya kesemutan dan kelemahan pada anggota gerak
bawah hingga telapak tangan. Hal ini sesuai dengan teori CRS.
positif untuk tes Spurling dan tes Distraksi. Hal ini sesuai dengan teori yang
2010). Pasien juga mengalami penurunan LGS pada leher dan bahu
gerak ini diakibatkan oleh spasme otot, spasme otot sendiri adalah suatu
upaya proteksi terhadap cedera atau lesi yang lebih berat yang mungkin
penurunan LGS.
meningkatkan LGS dan kekuatan otot. Selain itu edukasi yang diberikan
komputer dengan cara memberi jeda untuk istirahat, mengatur ulang tata
memperparah CRS.
penurunan nyeri dan sedikit peningkatan LGS leher. Namun untuk kekuatan
otot leher dan bahu belum ada peningkatan. Penurunan nyeri diperoleh dari
efek pemberian TENS yang dapat menstimulasi serabut saraf Aβ. Nyeri
kea rah flexi dan rotasi ke kiri, dan mengangkat tangan kiri, sehingga LGS
aktif juga ikut meningkat. Dengan adanya problem nyeri dan penurunan
LGS leher dan bahu dapat mempengaruhi kekuatan otot leher dan bahu
mengurangi nyeri. Hasilnya terdapat penurunan nyeri diam pada leher dan
bahu dari VAS 5 menjadi VAS 3, nyeri tekan pada area bahu dan leher dari
VAS 7 menjadi VAS 5, nyeri gerak leher dan bahu dari VAS 6 menjadi VAS
4.
nyeri dan adanya peningkatan aktifitas. Hal ini dimungkinkan karena usia
masih baik.
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
disebabkan oleh iritasi atau penekanan akar saraf cervical pada foramen
dan gejala dari CRS salah satunya adalah adanya nyeri yang menjalar
sampai bahu, lengan atas atau lengan bawah secara unilateral maupun
ipsilateral.
alat yang menggunakan energy listrik untuk merangsang sistem saraf yang
TENS dengan teori Gerbang Kontrol atau Gate Control Theory. TENS akan
pesan nyeri ke otak dan menstimulasi produksi anti nyeri alamiah tubuh
yaitu endorphin.
6.2 Saran
positif didalam tugas akhir ini dan dapat memberikan kritik dan saran yang
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
Notulensi Pola Perbaikan Tugas Akhir
Telah menguji Ujian Komisi di Surabaya, 21 juni 2018 dan direvisi sesuai
catatan penguji :
No. Perbaikan Halaman
Menambahkan teori bi-symmetrical
1. 26
dan bi-asymmetrical
2. Mengganti gambar bentuk gelombang 27
Mengetahui Penguji,
Lampiran
Notulensi Pola Perbaikan Tugas Akhir
Telah menguji Ujian Komisi di Surabaya, 21 juni 2018 dan direvisi sesuai
catatan penguji :
No. Perbaikan Halaman
Menambahkan teori bi-symmetrical
1. 26
dan bi-asymmetrical
2. Mengganti gambar bentuk gelombang 27
Mengetahui Penguji,