Anda di halaman 1dari 31

RANGKUMAN

10 KASUS UJIAN KOMPRE

D3 FISIOTERAPI ANGKATAN 2013


1. OSTEOARTHRITIS
a. Definisi
Adalah penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan tulang
rawan sendi yang bersifat non-progresive biasanya menyerang tulang penyangga berat
badan.
Penyebab : degeneratif dan Non degeneratif (ruptur tendon, meniskus, ligamen,
trauma).

Gejala klinis : Nyeri fokal, Morning stiffness <30 menit, krepitasi, deformitas,
penurunan LGS, penurunan MMT, instabilitas sendi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi :


- Umur
- Jenis kelamin
- Pekerjaan
- Genetik

Prevalensi terjadinya OA : wanita>laki-laki  karena pengaruh hormonal.

Grading OA :
0 : tidak ada OA
1 : sendi normal , osteofit meragukan
2 : osteofit jelas, celah sendi baik, tdk ada deformitas
3 : terdapat osteofit dan deformitas, ada penyempitan celah sendi
4 : terdapat osteofit dan deformitas, hilangnya celah sendi

b. Anatomi
- Tulang penyusun : Os femur, Os Patella, Os Fibula, Os Tibia.
- Sendi penyusun : tibiofemoral, patelofemoral
- Otot : quadriceps (gerak ekstensi), hamstring (gerak fleksi)
- Ligamen : Ligament kolateral medial, ligamen kolateral lateral, Ligamen
krusiatum anterior, Ligamen krusiatum posterior
- Meniskus : lateral, medial
c. Patofisiologi
- Permukaan tulang rawan mengalami kerusakan akibat iritasi dan proses
peradangan sehingga menyebabkan terganggunya mekanisme gerakan sendi.
- Adanya penekanan beban tubuh yang terus- menerus terhadap tulang rawan
sendi sehingga tulang rawan sendi mengalami kerusakan dan menghilang
sehingga muncul osteofit.
- Problem nyeri disebabkan karena terjepitnya ujung-ujung saraf sensoris oleh
osteofit serta adanya pembengkakan dan penebalan jaringan lunak disekitar
sendi yang menyebabkan deformitas. Terlepasnya osteofit pada suatu gerakan
menimbulkan krepitasi pada sendi.
d. Pemeriksaan khusus
- Hiperekstensi test : untuk mengetahui adanya kelainan ACL
- Gravity Sign : untuk mengetahui kelainan PCL
- Anterior Drawer Test : mengetahui kelainan ACL
- Posterior Drawer Test : mengetahui kelainan PCL
- Valgus –Varus Test : mengetahui kelainan kolateral medial, lateral
- Appley test : cek kelainan meniskus
- Fluctuation test : cek cairan pada patella
- Balottement test : cek cairan pada patella
- Mc Murray test : cek kelainan meniskus

No. Problem intervensi Tujuan


1. Inflamasi RICE -mengurangi oedem
Tens di titik nyeri -mengurangi nyeri
2. Penurunan LGS Latihan ROM -menambah ROM
3. Penurunan MMT SWD -persiapan latihan
Strengthening -meningkatkan
MMT
Isometrik*
4. Deformitas
5. Instabil strengthening -Menguatkan otot-
otot sekitar
6. Fungsional Limitation Menggunakan index fungsional Womac/Jette
*jika terdapat osteofit hindari latihan isometrik karena akan meningkatkan nyeri.
Penanganan lain :

1. Operasi : Total Knee replacement (untuk OA dg grade 3 dan 4)


2. Konservatif (bisa juga sbg edukasi) :
- Menurunkan aktivitas yang membebani berat badan
- Strengthening otot sekitar
- Olahraga : static bicycle, berenang, quadriceps bench
- Menggunakan alat bantu seperti deker, tongkat , walker.
2. FROZEN SHOULDER
a. Definisi
Nyeri pada bahu yang disertai dengan adanya keterbatasan lgs aktif maupun
pasif. 60% terjadi pada wanita bersamaan dengan datangnya menopause.

Tahapan Frozen shoulder (Kysner, 1990)


1. Pain : nyeri disertai penurunan lgs, berlangsung 2-3 bulan
2. Stiffness : kaku, nyeri gerak, tampak penurunan lgs yang nyata, berlangsusun 4-12
bulan
3. Frozen : Lgs terbatas pada pola kapsuler (), 9-15 bulan
4. Thawing : lgs mulai pulih kembali, 15-24 bulan

Etiologi : trauma, overuse, imobilisasi lama, injury

b. Anatomi
Tulang : humerus 1/3 proksimal, scapula, clavicula, sternum, costa.
Sendi : mekanisme biseps, glenohumeral, suprahumeral, sternoclavicula,
scapulocosta, costosterno, costovertebare, akromioclavicular.
Otot : rotator cuff (teres minor, subscapularis, supraspinata, infraspinata), deltoid,
teres mayor, latisimus dorsi, coracobrachialis, pectoralis mayor.
Bursa : subakromial, subdeltoid, subcoracoid, supraspinatus dan infraspinatus.
Ligament : inferior glenohumeral ligament, middle glenohumeral ligament,
coracoglenohumeral ligament.
Tendon : biseps, acromialis, supraspinatus/coracoid

c. Patofisiologi
Terjadi perlengketan antar kapsul sendi bahu dengan tendon otot-otot bahu
dan sekitarnya oleh karena adanya peradangan yang bersifat kronis.

d. Pemeriksaan khusus
- Yergason : tes untuk tendinitis bicipitalis
- Speed test : test untuk tendinitis bicipitalis
- Drop arm test : untuk rotator cuff ruptur
- Supraspinatus test : tes untuk supraspinatus tear
- Allen test : test untuk toracic outlet syndrome
- Roose test : untuk toracic outlet syndrome
- Appley skratch test (In.rot-Add/Ext.rot-Abd): test untuk adesive capsulitis,
bursitis dan tendon supraspinatus
- Painful arc test : tes bursitis akromialis
- Anterior shoulder disability : tes instabilitas shoulder bagian anterior

No Problem intervensi Tujuan


1. Nyeri Icing Untuk mengurangi
Tens pada titik nyeri nyeri
2. Lgs menurun ROM exc (finger Menambah ROM
ladder, shoulder wheel,
overhead pulley)
Pendulum exc
Manipulasi exc
3. MMT menurun Resisted exc ( e.g pnf) Meningkatkan
MMT
4. Spasme otot Stretching, hold relax, Mengurangi
massage, swd spasme.
(contraplanar/coplanar) Mempersiapkan
latihan dan
vasodilatasi (SWD)

5. Stifness ROM exc, usd -Membuka


perlengketan sendi.
-Meningkatkan
elastisistas
jaringan.
-soft tissue healing.
6. Atrofi Resisted exc Meningkatkan
MMT
7. Postur Koreksi postur Memperbaiki
postur
8. Instability Latihan isometrik Mempertahankan
kekuatan otot.
9. Functional limitation Index SPADI

Ps : Menghitung waktu pada USD

Time : Luas permukaan


ERA

e. Edukasi
- Ketika mengangkat beban, sebisa mungkin beban didekatkan ke badan.
- Jangan memaksakan mengambil benda di tempat yg tinggi.
- Melakukan kompres es ketika merasa sakit.
3. LOW BACK PAIN
a. Definisi
Sindroma yang ditandai dengan nyeri/rasa tidak enak punggung bawah.
Jenis LBP :
1. spesifik : sudah jelas penyakitnya (spondilolistesis,HNP, etc)
2. non spesifik : belum jelas (spasme)

Jenis LBP berdasarkan penyebab : muskulogenik, neurogenik, spondilogenik,


viscerogenik.

Etiologi : tumor, koninetal (asimetris facet, perubahan vertebrae), trauma (fraktur


vertebrae, strain paralumbal,subluksasi sendi facet, spondilisis/spondilolisthesis),
inflamasi (ankylosing spondilitis/ reumathoid arthritis), degeneratif (spondilosis,
osteoarthritis), infeksi (TB), mekanik (spasme).
b. Anatomi
Tulang penyusun : Tulang Vertebrae
Segmen Jumlang tulang Jumlah akar saraf
Cervical 7 8
Thoracal 12 12
Lumbal 5 5
Sacral 5 5
Coxygeal 4 1
JUMLAH 33 31

- Otot : paralumbal, erctor spine, quadratus lumborum, latisimus dorsi,


rhomboideus.
- Gerakan : fleksi, ekstensi, lateral bending, rotasi.
- Ligamen : ligamen longitudinal antrior, lig. Longitudinal posterior, lig.
Flavum, lig. Intraspinal.
- Bagian yang lain : facet, diskus vertebralis, lamina, pedicle, korpus vertebrae,
processus tansversus, processus spinosus.
c. Patofisiologi
Adanya penjepitan akar saraf, sehingga mempengaruhi area yang di distribusi.
Terkadang disertai fraktur mekanis. Bisa juga karena otot-otot erector spine bekerja
terlalu keras sehingga menimbulkan spasme otot.
d. Pemeriksaan khusus
- SLR : test adanya penjepitan saraf
- Braggard : kombinasi SLR
- Sikard : kombinasi SLR
- Neri : kombinasi SLR
- Hamstring tightness test: test pemendekan hamstring
- Patrick : tes untuk penjepitan di otot piriformis (piriformis syndrome)
- Contra patrik : tes untuk spasme adduktor.
- Fleksibilitas trunk : untuk mengetahui fleksibilitas trunk.
- Illiopsoas test : test pemendekan illiopsoas

No. Problem Intervensi Tujuan


1. Nyeri Icing Mengurangi nyeri
Tens pada titik nyeri
2. Penurunan MMT Exercise :
3. Instabil -untuk mengurangi spasme, serta meningkatkan
4. Penurunan LGS trunk fleksibilitas otot  ROM bertambah.
5. Spasme a.William flexion
-digunakan untuk LBP non-kontraindikasi gerakan
fleksi
-gerakan : single knee to chest, double knee to
chest, pelvic tilting, hamstring stretch, partial situp,
bending from a chair, squat, wall squat, bicycling.
b. mckenzie exc.
-digunakan untuk LBP kontraindikasi gerakan
fleksi.
-gerakan : e.g isometrik erector spine etc.
c. Core stability
-untuk strengthening otot-otot core, meningkatkan
stabilitas trunk.
-gerakan : bridging, pelvic tilting, plank, side
plank, superman.
6. Pola Jalan
7. Postur Koreksi postur -Memperbaiki
postur
8. Fungsional Index owstry , LBP Quisioner

Tindakan yang lain :


1. Operatif : dekompresi, Fusion, PSR (Pedicle screw Rod)., SRSSI
2. Konservatif ( bisa juga digunakan edukasi): istirahat, perhatikan body
mekanik saat mengangkat beban, proper positioning, menggunakan korset.
4. FRAKTUR FEMUR
a. Definisi
Hilangnya kontinuitas tulang baik komplet maupun inkomplet.
Gejala/tanda :
- Oedem
- Nyeri
- Spasme otot
- Krepitasi
- Functiolesae
- Deformitas
- Terdapat abnormalitas

Causa : trauma, patologis (tumor, porotik), repetitive stress.

Fase bone healing :

Fase wound healing :

b. Anatomi femur
Jenis fraktur femur : collum femur, intertrochanter, subtrochanter, shaft femur,
supracondylar.
Tulang : caput, collum, trocahnter, shaft, condylar.
Otot : illiopsoas, Adduktor, Abduktor, hamstring, quadriceps, Gluteus.
c. Patofisiologi
Biasanya berhubungan dengan degeneratif  tulang porotik  mudah patah.
d. Pemeriksaan khusus
- Antropometri : panjang tungkai, oedem.
- ROM
- MMT
- VAS

No. Problem Intervensi Tujuan


1. Nyeri -skeletal traksi -mengurangi nyeri
2. Spasme otot -mengurangi spasme
-imobilisasi
-reposisi persiapan
operasi
3. Penurunan MMT -isometrik exc -mempetahankan MMT
-isotonik exc
4. Oedem -icing - mengurangi odem
-bandage
-elevasi
-massase
(stroking)
5. Penurunan LGS ROM exercise -mempertahankan ROM
(pasive ROM exc,
active asisted
ROM exc, active
ROM exc)
Hidrotherapy

Bisa dilakukan tindakan :


1. Konservatif : skletal traksi, splint, bandaging, strapping, gips, plaster of paris
(pop).
2. Operatif : Arthroplasthy, ORIF (open reduction internal fixation) seperti intra
medullary nail (IMN), plate and screw, pin, wire.
Jika dilakukan tindakan operatif, fisioterapi bertugas saat pre operasi dan pos
operasi.
Pre Operasi Pos Operasi
Latihan Tujuan Hari ke - Latihan
-breating exercise - persiapan operasi 1-3 hari -positioning
( breathing control, -relaksasi -resisted exc untuk sisi
Deep Breathing exc, -melatih pasien untuk normal dan AGA
Latihan batuk mengeluarkan sekret -isometrik exc (gluteus,
efektif) setelah operasi. hamsrtring, quadriceps, calf
muscle)
-ROM exc* -mempertahankan -AAROM**** exc
--Sisi yang sehat : ROM -mobilisasi berdiri (sesuai
AROM** exc toleransi)
--sisi yang sakit : 4-6 hari -AROM exc
---jika dipasang -berdiri dg walker
skeletal traksi : -resisted exc.
AROM ankle saja. 7-9 hari -Latihan ambulasi
-gait training dan adaptasi
-strengthening exc -mengajarkan latihan 10 -latihan ADL dan adaptasi
--sisi sehat : isometrik. -cara transfer dan ambulasi
isometrik exc, -mempertahankan -review jenis fiksasi dan
isotonik dan resisted MMT kontraindikasi.
exercise*** -persiapan
--sisi sakit : menggunakan alat Ps : jika melakukan hemi
Isometrik exc. bantu jalan. arthroplasthy (caput femur
--AGA : resisted diganti metal) maka terdapat
exc. kontraindikasi gerakan :
-add tidak boleh melewati
-edukasi - alat bantu jalan yang mid position
mungkin digunakan -hip fleksi <90˚
-pola jalan yang -hip abduksi 30˚-45˚
digunakan. - No rotasi
-positioning yang tepat
-edukasi agar pasien
melakukan latihan
sendiri.
*latihan disesuaikan kondisi pasien
**active ROM
***latihan disesuaikan kondisi pasien
****active asisted ROM
e. Jenis alat bantu jalan
-walker : karena kebanyakan pasien fraktur femur berusia tua  walker lebih
disarankan.
-tripod/quadripod
Cara mengukur tripod : diukur mulai trochanter mayor/processus styloideus ulnae
dengan fleksi siku 20-30˚ hingga 3-4 inchi diatas kaki.
-crutch
Cara mengukur crutch : dimulai dari axilla (diberi jarak 2-3 inchi) hingga1 inchi
dibawah maleolus lateral. Untuk handgrip, 15-30˚ fleksi elbow/ diukur setinggi
trochanter mayor.
f. Edukasi
- Jangan duduk rendah
- Disarankan pool teraphy
- Tidak disarankan untuk bersepeda
5. CEREBRAL PALSY
a. Definisi
Kelainan gerak dan sikap yang disebabkan karena kerusakan otak yang belum
matur yang bersifat non progresive.

Gejala :

- POSTUR : hiperekstensi leher, duduk sacrum etc.


- ORAL : drowling etc.
- STRABISMUS
- TONUS ABNORMAL : hipertonus, ataksia etc.
- EVOLUSI : keterlambatan motorik
- REFLEKS ABNORMAL : hiper refleks, terdapat refleks primitif.

Klasifikasi :

- Berdasarkan tonus : monoplegia, diplegia, hemiplegia, quadriplegia.


- Berdasarkan kelainan di otak :
Letak Gangguan Jenis kelainan
Traktus piramidalis Spastik
Basal ganglia Athetoid
Ekstrapiramidal Rigid
Basal ganglia Tremor
cerebellum Ataksia

- Berdasarkan pattern : fleksi, ekstensi


b. Etiologi
1. Pra natal : - ibu terinfeksi e.g : meningitis, encephalitis, TORCH (toxoplasma,
rubella, cytomegalovirus, herpes) dan sifilis, - kelainan kandungan yang
menyebabkan peredaran darah bayi terganggu e.g : asfiksi intraueri, plasenta
pervia, hipertensi, - bayi dalam kandungan terkena radiasi, - keracunan saat
hamil, - trauma, - penyimpangan kongenital, - premature.
2. Natal : - hipoksia, - kelahiran paksa, - pemakaian anastesi melebihi ketentuan,
- bayi kembar, - premature.
3. Post natal : - trauma kepala, - infeksi, - tumor otak, - bayi hiperbilirubin, -
penyakit tifus atau difteri, - kejang.
c. Pemeriksaan (pmx)
1. Refleks : fisiologis, patologis, primitif
2. Pmx ROM
3. Pmx Apgar score
0 1 2
Denyut nadi 0 <100 >100
pernafasan absen Terengah-engah Menangis keras
Warna kulit Putih biru pink
Kualitas tonus atoni Hipotoni normal
Reaksi thd oral Refleks batuk meringis batuk
suction

Nilai :
- >7 : Normal
- 4-7 : NICU (neonatus intensive care unit)
- Meninggal : <4
4. Pmx MMT
- XOTR jika pasien tidak kooperatif (X : normal, O : tidak ada gerakan, T :
sedikit gerakan, R : hanya ada refleks)
- Jika kooperatif menggunakan indeks fungsional
5. Pmx fungsional
- Terdapat 5 item : berbaring dan berguling, duduk, merangkak dan berlutut,
berdiri, berjalan, berlari dan melompat.
6. Spastisitas
- Poor dinamyc stability of neck
- Grasp refleks (+)
- Duduk sacrum
- Spastik/flasid
- Reflek perkembangan terlambat.

d. Intervensi fisioterapi
Menggunakan metode NeuroDevelopmental Treatment (NDT)/ Bobath
- Prinsipnya : mencegah berkembangnya pola sikap dan gerakan abnormal
sehingga memungkinkan timbulnya pola sikap dan gerakan normal. Yang
mengacu pada kesimetrisan, aktif, pemakaian gerakan ADL, bertahap,
pembelajaran pada gerakan normal.
Teknik NDT :
1. Inhibisi
Menghambat atau menurunkan tonus otot yang berlebihan.
2. Fasilitasi
Memperbaiki atau menurunkan tonus otot yang berlebihan, memelihara
dan mengembalikan kualitas tonus normal, memudahkan gerakan-gerakan
ADL.
3. Stimulasi
Memperkuat dan meningkatkan otot memlalui propioseptif dan taktil.
e. Edukasi
- Tidak boleh digendong
- Kenalkan benda kasar, halus, lembut, panas, dingin.
6. CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE (COPD)
a. Definisi : gangguan/ penyakit paru kronik yang ditandai dengan adanya hambatan
aliran udara di slauran nafas yang bersifat progresif, bisa reversible/non reversible.
Terdiri dari emfisema dan bronkitis kronis.
Faktor resiko : rokok, polusi, riwayat infeksi saluran nafas.
Klinis : sesak nafas, penurunan mobs thorax, batuk, HR meningkat, hipoksemia,
BB menurun, menggunakan bantu pernafasan, toleransi aktivitas menurun.
b. Anatomi :
1. Saluran nafas : hidung, faring, laring, trakhea, bronkus, bronkiolus, alveoli.
2. Segmen : dekstra 10, sinistra 9
3. Lobus : dekstra 3, sinistra 2
4. Tulang pembentuk sangkar thorak: clavicula, sternum, costa, vertebrae.
5. Otot pernafasan : utama : diafragma, intercosta internal
Aksesoris : sternocleidomastoid, uppertrapezius, scalenius,
pectoralis mayor dan minor, subclavius, eksternal intercostalis.
c. Patofisiologi
- Adanya penebalan membran mukosa pada saluran nafas  produksi sekret
meningkat
- Penyempitan saluran nafas karena inflamasi pada dinding saluran nafas 
kesulitan mengeluarkan sekret
- Kerusakan alveolar dan dinding bronkus

d. Pemeriksaan khusus pada kasus COPD


1. Tes hitung (Normal: 11-25) menurun
2. Tes tiup (sepanjang lengan pasien) kadang menurun kadang tidak.
3. Fremitus menurun
4. Auskultasi : wheezing (-), ronkhi (+)
5. Pemeriksaan mobilitas sangkar thoraks (Normalnya :3-5 cm) . dihitung di tiga
tempat di axilla, papilla mamae, dan processus xypoideus.
6. Perkusi
sesak -diafragma breathing, -
Oedem mukosa pursed lips breathing
1.

Sekret >>>>> Latihan batuk efektif

Penebalan Susah Nebulizer (jenis


2. saluran nafas mengeluarkan bronkodilator e.g
sekret ventolin)

Massase,
Spasme otot
stretching
pernafasan
3. Penggunaan
otot bantu Latihan postur
Bad postur
nafas

Mobilitas
thorax Latihan
menurun mobsilitas thorax

Penurunan
deconditioning
4. toleransi Latihan
aktivitas endurance
7. BELL’S PALSY
a. Definisi
Gangguan atau kelumpuhan otot-otot wajah yang disebabkan parese nervus 7
perifer dan sifatnya idiopatik.
Ciri –ciri :
- Kelopak mata turun
- Facial paralysis
- Ujung mulut turun
- Produksi air mata meningkat
- Sensari rasa bagian anterior lidah hilang.
- Mulut kering
Causa : idiopatik , non idiopatik
Gejala : -nyeri di belakang telinga, - kelemahan otot yang diinervasi N.7 perifer ,-
penurunan sensibilitas lidah, - abnormalitas jumlah air liur dan air mata
b. Anatomi
Nervus 7 berfungsi untuk :
- Motorik : untuk memberikan ekspresi wajah. Meliputi oto-otot :
1. Oksipitofrontalis : mengangkat alis
2. Corrugator supercili : menyatukan alis
3. Orbicularis oculli : menutup mata
4. Procerus : mengempiskan hidung
5. Nasalis : mengembangkan cuping hidung
6. Bucalis : menggembungkan pipi
7. Bucinator : mengempiskan pipi
8. Orbicularis oris : mecucu
9. Zygomaticus : nyengir
10. Risorius : tersenyum
11. Mentalis : memajukan dagu
- Sensoris : 1/3 bagian anterior lidah
- Autonom : mengatur glandula saliva dan lakrimal.
c. Patofisiologi
- Kompresi Nervus 7 perifer yang keluar dari foramen stylomastoideus yang
mengakibatkan gangguan pada otot yang disarafi.
d. Pemeriksaan khusus
- MMT otot wajah
Penilaian :
5 : ada gerakan, mampu menahan gerakan
3: ada gerakan , tidak bisa menahan gerakan
1: ada gerakan , tidak komplet
0: tidak ada gerakan

- Pemeriksaan Fungsional Ugo Fisch


Di evaluasi pada saat : istirahat, , mengerutkan dahi, menutup mata,
tersenyum, bersiul.

No. problem intervensi tujuan


1. Parese otot wajah serta 1.Massase -persiapan latihan,
Penurunan MMT -dilakukan pada fase akut melemaskan otot-
-metode : efflourage, otot wajah,
friction ke arah foramen melancarkan
stylomastoid. peredaran darah
-persiapan latihan,
2.IR/SWD melemaskan otot
-digunakan fase akut wajah
-IR di stel 15-20 menit
-SWD menggunakan
pulsed  karena tidak
membuat panas jaringan

-menstimulasi otot-
3. ES  kronis otot wajah
-diberikan ketika onset
>3bulan
-pemberian ES  motor
point

4. Mirror exercise
e. Edukasi
-memakai masker saat keluar rumah
-jangan terlalu sering terapapar kipas angin
-memakai obat tetes mata agar mata tidak kering
8. CERVICAL ROOT SYNDROME (CRS)
a. Definisi
Gangguan yang terjadi pada leher hingga tangan sesuai area distribusi saraf
yang disebabkan karena adanya penjepitan akar saraf.

Gejala klinis :

- Nyeri menjalar dari leher hingga jari sesuai distribusi saraf


- Parestesi
- Kelemahan otot leher, bahu, lengan, intrinsik lengan.

Causa :

- MRI (micro repetitive injury)


- HNP servikalis
- Cervical stenosis

Faktor yang mempengaruhi :

- Usia
- Pekerjaan
- Agama
b. Anatomi
Tulang : vertebra cervical 7 ruas, saraf servikal 8 pasang.
Otot : sternocleidomastoideus, scalenius, para servikal, trapezius
Saraf : pleksus brakhialis
Gerakan : fleksi, ekstensi, rotasi, lateral bending.
c. Patofisiologi
Tekanan mekanis pada akar saraf servikal di dalam foramen intervertebralis
akibat degeneratif ,angulasi yang abnormal pada tulang belakang.
d. Pemeriksaan khusus
- Compression test : jika diberi kompresi + nyeri, indikasi CRS
- Distraction test : jika distraksi – nyeri, ketika dilepas timbul nyeri
- Valvasa manuver : menahan nafas sambil mengejan, + jika nyeri di area leher.
- Spurling test : melakukan gerakan 3D ekstensi , + nyeri indikasi CRS
No. Problem intervensi tujuan
1. Nyeri 1.Tens Mengurangi nyeri
-dipasang di titik nyeri
-bisa memakai 2/4
channel

2. Spasme otot 2. traksi cervical -mengurangi


-beban : 1/7 BB spasme,
-terdapat fase tarikan, stretching.
hold time, rest time.

3. Penurunan LGS 3.neck kaliiet Stretching,


menambah ROM
4. Penurunan MMT 4.hold relax Stretching,
menambah ROM
5. Penurunan Sensibilitas 5.Reedukasi sensoris Meningkatkan
sensibilitas
6. Fungsional/ ADL Menggunakan NDI (Neck dissability index)
9. STROKE
a. Definisi
Gangguan fungsinal otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan
gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam disebabkan
oleh gangguan peredaran darah di otak.

Gejala klinis :

- Hemiplegi
- Spastisitas
- Disarthria/disfagia
- Afasia
- Gangguan kognisi
- Gangguan baldder
Jenis :
- TIA (transciend ischemic accident) : sifatnya akut, reversible, <24 jam, tidak
ada defisit neurologis
- RIND (reversible ischemic neurological deficits) : max 1 minggu, reversible
- Complete stroke : > 24 jam, terdapat gejala sisa.
- Stroke in evolution : labil, berubah-ubah, keadaan semakin memburuk

Causa :

- Ischemic dan infark (mobilisasi kurang lebih 1 minggu , cek tanda vital)
1. Trombosis : penyempitan pembuluh darah, penyumbatan karena gumpalan
darah
2. Emboli : penyumbatan pembuluh darah karena benda asing (lemak, udara).
Biasanya pasien stroke karena emboli juga disertai penyakit jantung.
- Perdarahan/hemorrage (mobilisasi kurang lebih 2 minggu, cek tanda vital):
pecahnya pembuluh darah di otak karena Ht, aneurysma, arterivena
malformation, herniasi.
b. Anatomi otak
- Cerebrum
1. Lobus frontalis : perilaku, pemikiran, bahasa, emosi, motorik
2. Lobus temporal : ingatan, memori, auditori, interpretasi bahasa
3. Lobus parietal : sensoris primer
4. Lobus oksipital : penglihatan
- Cerebelum : koordinasi, keseimbangan, tonus
- Brainstem
- Arteri
- Limbik
c. Patofisiologi
1. Zona oedematus (6-10 hari)
-flasid 1-2 minggu
-reversible
2. zona degenrasi (penumbra)
- 6-8 bulan
-reversible
3. zona nekrotik (umbra)
- residual lebih dari 6 bulan / permanen
- 8 bulan

d. Pemeriksaan khusus
- Pemeriksaan reflek fisiologis
- Reflek patologis
- Pmx spastisitas
- Pmx sensoris
- Pmx motoris
- Koordinasi dan kseimbangan
- Fungsional

No. problem intervensi Tujuan


1. - mencegah komplikasi -latihan untuk mencegah -reconditioning
imobilisasi lama komplikasi (positioning,
pumping etc.)

-spastisitas (penurunan MMT 1.metode brunstrom -kontrol


gangguan sensoris) 1: flasid spastisitas
2: timbul spastisitas, rx
asosiasi, gerak sinergis
dasar
3: keluar dr pola sinergis
4: gerakan keluar pola
sinergis dasar sederhana
5: gerakan keluar pola
sinergis yang semakin
komplek
6: gerakan yang
mendekati normal +
koordinasi fugsional

2.metode bobath
-prinsip :
1.stimulasi : untuk
menimbulkan sensoris
saat pasien dalam
keadaan flasid. Bisa
menggunakan nerve
ending, dg cara
menggosokkan bagian
tubuh dengan handuk
2.inhibisi : kontrol
spastisitas
3. fasilitasi : latihan
gerak ke arah fingsional.

-latihan keseimbangan -memperbaiki


-gangguan keseimbangan dan duduk, berdiri, ambulasi koordinasi dan
koordinasi mandiri keseimbangan
-latihan koordinasi
seperti latihan gerak bola
mata, finger to finger,
finger to nose, heel to
knee etc.
-fungsional -barthel index
10. SPINAL CORD INJURY (SCI)
a. Definisi
Kerusakan pada medula spinalis baik komplit maupun inkomplit dg disertai
fraktur atau tidak pada tulang belakang yang menyebabkan adanya gangguan
motoris, sensoris, autonom.
Gejala klinis :
- Para/tetraplegia
- Gangguan sensoris dibawah lesi
- Gangguan otonom
- Gangguan seksual
- Gangguan bowel bladder

Klasifikasi :

AIS Frankel
A -komplit -tidak ada sensoris dan
-tdk ada fungsi sensor motoris
dan motor hingga segmen
S4-S5 (blader, bowel)
B -inkomplit -ada sensoris
-ada fungsi sensoris
-tdk ada fungsi motoris
C -inkomplit -ada sensoris
-ada fungsi sensoris -ada motoris tetapi belum
Ada fungsi motoris, fungsional
MMT<3
D -inkomplit -ada sensoris
-ada fungsi motor -ada motoris dan
dibawah level cidera dg fungsional
MMT<3
E Normal normal
Komplikasi yang menyertai pada kasus SCI :
- Bedrest complications : seperti ulcus decubitus, deep vein trombhosis,
osteoporosis, pneumonia, atelektasis.
- Myositis ossificans : adanya pertumbuhan tulang di jaringan lunak
- Autonomic disrefleksia : terputusnya saraf otonom yang menngontrol tekanan
darah dan fungsi jantung.
- DVT
- Emboli paru
- Cardiovascular disease
- Syringomyelia : pembesaran canalis sentralis pasca trauma
- Respiratory dysfunction and infection
- Spastisitas
- neuropathy
b. Anatomi
- Tulang penyusun : Tulang Vertebrae
Segmen Jumlang tulang Jumlah akar saraf
Cervical 7 8
Thoracal 12 12
Lumbal 5 5
Sacral 5 5
Coxygeal 4 1
JUMLAH 33 31

- Otot : menggunakan Key Muscle


UE LE
C5 Fleksi elbow L2 Fleksi hip
Abduksi shoulder
C6 Ekstensi wrist L3 Ekstensi knee
C7 Ekstensi elbow L4 Dorso fleksi
C8 Fleksi jari L5 Ekstensi thumb
T1 Abduksi jari S1 Plantar fleksi

c. Patofisiologi
Causa :
- Trauma : Kecelakakaan lalu lintas,kecelakaan kerja, jatuh dari ketinggian,
cidera olahraga, bencana alam, luka tembak/ tusuk
- Non trauma : transverse myelitis, tumor, kelainan vaskuler, multiple sclerosis,
infeksi.
d. Pemeriksaan khusus
- Refleks fisiologis, patologis
- Pemeriksaan motoris dg key muscle
- Pemeriksaan sensoris
- Antropometri
- ROM
- Fungsional
e. Intervensi
1. Operatif
- Jenis : pedicle screw rod (PSR)
- Fraktur : titanium cage
- Degeneratif : bone graft dari crista illiaca
- Spondilitis TB : debridement, stabilisasi
- Canal stenosis : laminektomi
- Fusion : penggantian discus (disektomi)
2. Konservatif
- Pertimbangkan usia dan kondisi
- Stabil  memakai brace
- Reposisi sebelum operasi
- Prosedur : bed resrt 6-12 minggu, brace, plaster
3. Orthosis
4. Alat bantu transfer
5. Katetarisasi
- Minum 2l/cc setiap hari
- Setiap 3-4 jam harus minum 500 ml
- Kemudian setelah 1 jam pasien dirangsang/ di perintah untuk BAK
- Jika tidak keluar : dirangsang mengompres dengan air hangat di daerah bawah
umbilicus, menepuk area medial paha, mencabut rambut pubis.
6. Edukasi
- Positioning
- Self care
- Ambulasi dengan alat bantu
- Bladder –bowel training

Anda mungkin juga menyukai