Gejala klinis : Nyeri fokal, Morning stiffness <30 menit, krepitasi, deformitas,
penurunan LGS, penurunan MMT, instabilitas sendi.
Grading OA :
0 : tidak ada OA
1 : sendi normal , osteofit meragukan
2 : osteofit jelas, celah sendi baik, tdk ada deformitas
3 : terdapat osteofit dan deformitas, ada penyempitan celah sendi
4 : terdapat osteofit dan deformitas, hilangnya celah sendi
b. Anatomi
- Tulang penyusun : Os femur, Os Patella, Os Fibula, Os Tibia.
- Sendi penyusun : tibiofemoral, patelofemoral
- Otot : quadriceps (gerak ekstensi), hamstring (gerak fleksi)
- Ligamen : Ligament kolateral medial, ligamen kolateral lateral, Ligamen
krusiatum anterior, Ligamen krusiatum posterior
- Meniskus : lateral, medial
c. Patofisiologi
- Permukaan tulang rawan mengalami kerusakan akibat iritasi dan proses
peradangan sehingga menyebabkan terganggunya mekanisme gerakan sendi.
- Adanya penekanan beban tubuh yang terus- menerus terhadap tulang rawan
sendi sehingga tulang rawan sendi mengalami kerusakan dan menghilang
sehingga muncul osteofit.
- Problem nyeri disebabkan karena terjepitnya ujung-ujung saraf sensoris oleh
osteofit serta adanya pembengkakan dan penebalan jaringan lunak disekitar
sendi yang menyebabkan deformitas. Terlepasnya osteofit pada suatu gerakan
menimbulkan krepitasi pada sendi.
d. Pemeriksaan khusus
- Hiperekstensi test : untuk mengetahui adanya kelainan ACL
- Gravity Sign : untuk mengetahui kelainan PCL
- Anterior Drawer Test : mengetahui kelainan ACL
- Posterior Drawer Test : mengetahui kelainan PCL
- Valgus –Varus Test : mengetahui kelainan kolateral medial, lateral
- Appley test : cek kelainan meniskus
- Fluctuation test : cek cairan pada patella
- Balottement test : cek cairan pada patella
- Mc Murray test : cek kelainan meniskus
b. Anatomi
Tulang : humerus 1/3 proksimal, scapula, clavicula, sternum, costa.
Sendi : mekanisme biseps, glenohumeral, suprahumeral, sternoclavicula,
scapulocosta, costosterno, costovertebare, akromioclavicular.
Otot : rotator cuff (teres minor, subscapularis, supraspinata, infraspinata), deltoid,
teres mayor, latisimus dorsi, coracobrachialis, pectoralis mayor.
Bursa : subakromial, subdeltoid, subcoracoid, supraspinatus dan infraspinatus.
Ligament : inferior glenohumeral ligament, middle glenohumeral ligament,
coracoglenohumeral ligament.
Tendon : biseps, acromialis, supraspinatus/coracoid
c. Patofisiologi
Terjadi perlengketan antar kapsul sendi bahu dengan tendon otot-otot bahu
dan sekitarnya oleh karena adanya peradangan yang bersifat kronis.
d. Pemeriksaan khusus
- Yergason : tes untuk tendinitis bicipitalis
- Speed test : test untuk tendinitis bicipitalis
- Drop arm test : untuk rotator cuff ruptur
- Supraspinatus test : tes untuk supraspinatus tear
- Allen test : test untuk toracic outlet syndrome
- Roose test : untuk toracic outlet syndrome
- Appley skratch test (In.rot-Add/Ext.rot-Abd): test untuk adesive capsulitis,
bursitis dan tendon supraspinatus
- Painful arc test : tes bursitis akromialis
- Anterior shoulder disability : tes instabilitas shoulder bagian anterior
e. Edukasi
- Ketika mengangkat beban, sebisa mungkin beban didekatkan ke badan.
- Jangan memaksakan mengambil benda di tempat yg tinggi.
- Melakukan kompres es ketika merasa sakit.
3. LOW BACK PAIN
a. Definisi
Sindroma yang ditandai dengan nyeri/rasa tidak enak punggung bawah.
Jenis LBP :
1. spesifik : sudah jelas penyakitnya (spondilolistesis,HNP, etc)
2. non spesifik : belum jelas (spasme)
b. Anatomi femur
Jenis fraktur femur : collum femur, intertrochanter, subtrochanter, shaft femur,
supracondylar.
Tulang : caput, collum, trocahnter, shaft, condylar.
Otot : illiopsoas, Adduktor, Abduktor, hamstring, quadriceps, Gluteus.
c. Patofisiologi
Biasanya berhubungan dengan degeneratif tulang porotik mudah patah.
d. Pemeriksaan khusus
- Antropometri : panjang tungkai, oedem.
- ROM
- MMT
- VAS
Gejala :
Klasifikasi :
Nilai :
- >7 : Normal
- 4-7 : NICU (neonatus intensive care unit)
- Meninggal : <4
4. Pmx MMT
- XOTR jika pasien tidak kooperatif (X : normal, O : tidak ada gerakan, T :
sedikit gerakan, R : hanya ada refleks)
- Jika kooperatif menggunakan indeks fungsional
5. Pmx fungsional
- Terdapat 5 item : berbaring dan berguling, duduk, merangkak dan berlutut,
berdiri, berjalan, berlari dan melompat.
6. Spastisitas
- Poor dinamyc stability of neck
- Grasp refleks (+)
- Duduk sacrum
- Spastik/flasid
- Reflek perkembangan terlambat.
d. Intervensi fisioterapi
Menggunakan metode NeuroDevelopmental Treatment (NDT)/ Bobath
- Prinsipnya : mencegah berkembangnya pola sikap dan gerakan abnormal
sehingga memungkinkan timbulnya pola sikap dan gerakan normal. Yang
mengacu pada kesimetrisan, aktif, pemakaian gerakan ADL, bertahap,
pembelajaran pada gerakan normal.
Teknik NDT :
1. Inhibisi
Menghambat atau menurunkan tonus otot yang berlebihan.
2. Fasilitasi
Memperbaiki atau menurunkan tonus otot yang berlebihan, memelihara
dan mengembalikan kualitas tonus normal, memudahkan gerakan-gerakan
ADL.
3. Stimulasi
Memperkuat dan meningkatkan otot memlalui propioseptif dan taktil.
e. Edukasi
- Tidak boleh digendong
- Kenalkan benda kasar, halus, lembut, panas, dingin.
6. CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE (COPD)
a. Definisi : gangguan/ penyakit paru kronik yang ditandai dengan adanya hambatan
aliran udara di slauran nafas yang bersifat progresif, bisa reversible/non reversible.
Terdiri dari emfisema dan bronkitis kronis.
Faktor resiko : rokok, polusi, riwayat infeksi saluran nafas.
Klinis : sesak nafas, penurunan mobs thorax, batuk, HR meningkat, hipoksemia,
BB menurun, menggunakan bantu pernafasan, toleransi aktivitas menurun.
b. Anatomi :
1. Saluran nafas : hidung, faring, laring, trakhea, bronkus, bronkiolus, alveoli.
2. Segmen : dekstra 10, sinistra 9
3. Lobus : dekstra 3, sinistra 2
4. Tulang pembentuk sangkar thorak: clavicula, sternum, costa, vertebrae.
5. Otot pernafasan : utama : diafragma, intercosta internal
Aksesoris : sternocleidomastoid, uppertrapezius, scalenius,
pectoralis mayor dan minor, subclavius, eksternal intercostalis.
c. Patofisiologi
- Adanya penebalan membran mukosa pada saluran nafas produksi sekret
meningkat
- Penyempitan saluran nafas karena inflamasi pada dinding saluran nafas
kesulitan mengeluarkan sekret
- Kerusakan alveolar dan dinding bronkus
Massase,
Spasme otot
stretching
pernafasan
3. Penggunaan
otot bantu Latihan postur
Bad postur
nafas
Mobilitas
thorax Latihan
menurun mobsilitas thorax
Penurunan
deconditioning
4. toleransi Latihan
aktivitas endurance
7. BELL’S PALSY
a. Definisi
Gangguan atau kelumpuhan otot-otot wajah yang disebabkan parese nervus 7
perifer dan sifatnya idiopatik.
Ciri –ciri :
- Kelopak mata turun
- Facial paralysis
- Ujung mulut turun
- Produksi air mata meningkat
- Sensari rasa bagian anterior lidah hilang.
- Mulut kering
Causa : idiopatik , non idiopatik
Gejala : -nyeri di belakang telinga, - kelemahan otot yang diinervasi N.7 perifer ,-
penurunan sensibilitas lidah, - abnormalitas jumlah air liur dan air mata
b. Anatomi
Nervus 7 berfungsi untuk :
- Motorik : untuk memberikan ekspresi wajah. Meliputi oto-otot :
1. Oksipitofrontalis : mengangkat alis
2. Corrugator supercili : menyatukan alis
3. Orbicularis oculli : menutup mata
4. Procerus : mengempiskan hidung
5. Nasalis : mengembangkan cuping hidung
6. Bucalis : menggembungkan pipi
7. Bucinator : mengempiskan pipi
8. Orbicularis oris : mecucu
9. Zygomaticus : nyengir
10. Risorius : tersenyum
11. Mentalis : memajukan dagu
- Sensoris : 1/3 bagian anterior lidah
- Autonom : mengatur glandula saliva dan lakrimal.
c. Patofisiologi
- Kompresi Nervus 7 perifer yang keluar dari foramen stylomastoideus yang
mengakibatkan gangguan pada otot yang disarafi.
d. Pemeriksaan khusus
- MMT otot wajah
Penilaian :
5 : ada gerakan, mampu menahan gerakan
3: ada gerakan , tidak bisa menahan gerakan
1: ada gerakan , tidak komplet
0: tidak ada gerakan
-menstimulasi otot-
3. ES kronis otot wajah
-diberikan ketika onset
>3bulan
-pemberian ES motor
point
4. Mirror exercise
e. Edukasi
-memakai masker saat keluar rumah
-jangan terlalu sering terapapar kipas angin
-memakai obat tetes mata agar mata tidak kering
8. CERVICAL ROOT SYNDROME (CRS)
a. Definisi
Gangguan yang terjadi pada leher hingga tangan sesuai area distribusi saraf
yang disebabkan karena adanya penjepitan akar saraf.
Gejala klinis :
Causa :
- Usia
- Pekerjaan
- Agama
b. Anatomi
Tulang : vertebra cervical 7 ruas, saraf servikal 8 pasang.
Otot : sternocleidomastoideus, scalenius, para servikal, trapezius
Saraf : pleksus brakhialis
Gerakan : fleksi, ekstensi, rotasi, lateral bending.
c. Patofisiologi
Tekanan mekanis pada akar saraf servikal di dalam foramen intervertebralis
akibat degeneratif ,angulasi yang abnormal pada tulang belakang.
d. Pemeriksaan khusus
- Compression test : jika diberi kompresi + nyeri, indikasi CRS
- Distraction test : jika distraksi – nyeri, ketika dilepas timbul nyeri
- Valvasa manuver : menahan nafas sambil mengejan, + jika nyeri di area leher.
- Spurling test : melakukan gerakan 3D ekstensi , + nyeri indikasi CRS
No. Problem intervensi tujuan
1. Nyeri 1.Tens Mengurangi nyeri
-dipasang di titik nyeri
-bisa memakai 2/4
channel
Gejala klinis :
- Hemiplegi
- Spastisitas
- Disarthria/disfagia
- Afasia
- Gangguan kognisi
- Gangguan baldder
Jenis :
- TIA (transciend ischemic accident) : sifatnya akut, reversible, <24 jam, tidak
ada defisit neurologis
- RIND (reversible ischemic neurological deficits) : max 1 minggu, reversible
- Complete stroke : > 24 jam, terdapat gejala sisa.
- Stroke in evolution : labil, berubah-ubah, keadaan semakin memburuk
Causa :
- Ischemic dan infark (mobilisasi kurang lebih 1 minggu , cek tanda vital)
1. Trombosis : penyempitan pembuluh darah, penyumbatan karena gumpalan
darah
2. Emboli : penyumbatan pembuluh darah karena benda asing (lemak, udara).
Biasanya pasien stroke karena emboli juga disertai penyakit jantung.
- Perdarahan/hemorrage (mobilisasi kurang lebih 2 minggu, cek tanda vital):
pecahnya pembuluh darah di otak karena Ht, aneurysma, arterivena
malformation, herniasi.
b. Anatomi otak
- Cerebrum
1. Lobus frontalis : perilaku, pemikiran, bahasa, emosi, motorik
2. Lobus temporal : ingatan, memori, auditori, interpretasi bahasa
3. Lobus parietal : sensoris primer
4. Lobus oksipital : penglihatan
- Cerebelum : koordinasi, keseimbangan, tonus
- Brainstem
- Arteri
- Limbik
c. Patofisiologi
1. Zona oedematus (6-10 hari)
-flasid 1-2 minggu
-reversible
2. zona degenrasi (penumbra)
- 6-8 bulan
-reversible
3. zona nekrotik (umbra)
- residual lebih dari 6 bulan / permanen
- 8 bulan
d. Pemeriksaan khusus
- Pemeriksaan reflek fisiologis
- Reflek patologis
- Pmx spastisitas
- Pmx sensoris
- Pmx motoris
- Koordinasi dan kseimbangan
- Fungsional
2.metode bobath
-prinsip :
1.stimulasi : untuk
menimbulkan sensoris
saat pasien dalam
keadaan flasid. Bisa
menggunakan nerve
ending, dg cara
menggosokkan bagian
tubuh dengan handuk
2.inhibisi : kontrol
spastisitas
3. fasilitasi : latihan
gerak ke arah fingsional.
Klasifikasi :
AIS Frankel
A -komplit -tidak ada sensoris dan
-tdk ada fungsi sensor motoris
dan motor hingga segmen
S4-S5 (blader, bowel)
B -inkomplit -ada sensoris
-ada fungsi sensoris
-tdk ada fungsi motoris
C -inkomplit -ada sensoris
-ada fungsi sensoris -ada motoris tetapi belum
Ada fungsi motoris, fungsional
MMT<3
D -inkomplit -ada sensoris
-ada fungsi motor -ada motoris dan
dibawah level cidera dg fungsional
MMT<3
E Normal normal
Komplikasi yang menyertai pada kasus SCI :
- Bedrest complications : seperti ulcus decubitus, deep vein trombhosis,
osteoporosis, pneumonia, atelektasis.
- Myositis ossificans : adanya pertumbuhan tulang di jaringan lunak
- Autonomic disrefleksia : terputusnya saraf otonom yang menngontrol tekanan
darah dan fungsi jantung.
- DVT
- Emboli paru
- Cardiovascular disease
- Syringomyelia : pembesaran canalis sentralis pasca trauma
- Respiratory dysfunction and infection
- Spastisitas
- neuropathy
b. Anatomi
- Tulang penyusun : Tulang Vertebrae
Segmen Jumlang tulang Jumlah akar saraf
Cervical 7 8
Thoracal 12 12
Lumbal 5 5
Sacral 5 5
Coxygeal 4 1
JUMLAH 33 31
c. Patofisiologi
Causa :
- Trauma : Kecelakakaan lalu lintas,kecelakaan kerja, jatuh dari ketinggian,
cidera olahraga, bencana alam, luka tembak/ tusuk
- Non trauma : transverse myelitis, tumor, kelainan vaskuler, multiple sclerosis,
infeksi.
d. Pemeriksaan khusus
- Refleks fisiologis, patologis
- Pemeriksaan motoris dg key muscle
- Pemeriksaan sensoris
- Antropometri
- ROM
- Fungsional
e. Intervensi
1. Operatif
- Jenis : pedicle screw rod (PSR)
- Fraktur : titanium cage
- Degeneratif : bone graft dari crista illiaca
- Spondilitis TB : debridement, stabilisasi
- Canal stenosis : laminektomi
- Fusion : penggantian discus (disektomi)
2. Konservatif
- Pertimbangkan usia dan kondisi
- Stabil memakai brace
- Reposisi sebelum operasi
- Prosedur : bed resrt 6-12 minggu, brace, plaster
3. Orthosis
4. Alat bantu transfer
5. Katetarisasi
- Minum 2l/cc setiap hari
- Setiap 3-4 jam harus minum 500 ml
- Kemudian setelah 1 jam pasien dirangsang/ di perintah untuk BAK
- Jika tidak keluar : dirangsang mengompres dengan air hangat di daerah bawah
umbilicus, menepuk area medial paha, mencabut rambut pubis.
6. Edukasi
- Positioning
- Self care
- Ambulasi dengan alat bantu
- Bladder –bowel training