Anda di halaman 1dari 22

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS

TENNIS ELBOW

MAKALAH MUSKULOSKELETAL

Disusun Oleh :

CHAREDYS CENDEKIA GUSTI

(1910306004)

PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena

atas rahmat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul

“Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Tennis Elbow”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini tidak terlepas dari

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan

hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang terkait, yaitu kepada :

1. Bapak Andry, M.Or selaku pembimbing lahan stase muskuloskeletal

Profesi Fisioterapi Universitas Aisyiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak penulis sangat harapkan.

Nganjuk, 04 Agustus 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................................3

C. Tujuan...................................................................................................................3

D. Manfaat Penulisan................................................................................................3

BAB II...............................................................................................................................4

TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................4

A. Definisi.................................................................................................................4

B. Anatomi Sendi Siku.............................................................................................5

C. Patofisiologi..........................................................................................................8

D. Etiologi...............................................................................................................10

E. Tipe.....................................................................................................................11

F. Gejala.................................................................................................................11

G. Treatment..........................................................................................................12

H. Intervensi Fisioterapi........................................................................................13

BAB III............................................................................................................................18

PENUTUP.......................................................................................................................18

A. Kesimpulan.........................................................................................................18

B. Saran...................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cedera olahraga merupakan kondisi umum yang terjadi apabila
seseorang atau atlet mengalami trauma saat melakukan latihan fisik tertentu.
Cedera olahraga bisa berupa strains dan laserasi pada jaringan lunak sistem
musculoskeletal namun terdapat sindroma overuse didalamnya. Sindroma
overuse didefinisikan sebagai akibat jangka Panjang dari sesi latihan dengan
gerakan tubuh yang monoton, dilakukan berulang-ulang sehingga muncul
manifestasi klinis (Setyaningrum, 2019). Cedera olahraga umumnya terjadi
karena kurang pemanasan sebelum action terutama saat menjelang
pertandingan yang membutuhkan gerakan eksplosif (Ihsan, 2017). Cedera
biasa mengenai tulang, otot, tendo, serta ligamentum.
Tennis Elbow pertama kali dijelaskan oleh Runge1 pada tahun 1873
dan akhirnya diberi label 'Lawn Tennis Arm' oleh Henry Morris, yang
ditulis di Lancet pada tahun 1882. Namun, ia memperoleh sejumlah nama
lain termasuk tendonosis, epikondilitis lateral, dan hiperplasia
angiofibroblastik. Istilah yang paling populer saat ini adalah tennis elbow
(Cutts, et al., 2020).
Tennis elbow diperkirakan mempengaruhi 1-3% populasi orang
dewasa setiap tahun dan lebih sering terjadi pada lengan dominan. Ini
umumnya dianggap sebagai cedera penggunaan berlebihan yang melibatkan
ekstensi pergelangan tangan berulang-ulang terhadap resistensi, meskipun
dapat terjadi sebagai cedera akut (trauma pada siku lateral). Hingga 50%
dari semua pemain tenis mengalami gejala karena berbagai faktor termasuk
teknik mengayun yang buruk dan penggunaan raket yang berat. Ini juga
terlihat pada pekerja yang menggunakan alat berat atau melakukan tugas
mencengkeram atau mengangkat yang berulang (Cutts, et al., 2020).
Tennis elbow adalah kelainan umum di antara pemain atau atlet tenis
karena terkena tekanan berulang pada ekstensor pergelangan tangan dan

1
2

mereka berisiko mengembangkan kondisi tersebut. Diagnosis tennis elbow


didasarkan pada pemeriksaan klinis. Namun, dalam kasus kronis, USG,
pemeriksaan radiografi, dan MRI mungkin berguna untuk menyingkirkan
penyebab lain dari nyeri siku lateral (Hassan, et al., 2016).
3

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana penatalaksanaan
fisioterapi pada kasus tennis elbow?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada kasus tennis elbow.
2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui definisi, anatomi, patofisiologi, etiologi, tipe, gejala
serta penatalaksanaan fisioterapi pada kasus tennis elbow.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoritis
Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca agar dapat memahami dan
mengerti penyakit tennis elbow dan peran fisioterapis di dalamnya.
2. Manfaat praktis
a. Bagi fisioterapis
Manfaat penulisan makalah ini bagi fisioterapis yaitu fisioterapis
dapat memahami dan menentukan intervensi yang tepat untuk tennis
elbow.
b. Bagi instansi akademik
Manfaat bagi instansi akademik yaitu dapat dipakai sebagai referensi
bagi institusi pendidikan dalam hal mengembangkan peran
fisioterapis pada tennis elbow.
c. Bagi pembaca
Manfaat penulisan makalah ini bagi pembaca yaitu menjadi sumber
informasi serta referensi supaya dapat mengetahui tennis elbow dan
penatalaksanaan fisioterapi di dalamnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Epikondilitis lateral, juga sering disebut sebagai tennis elbow,
menggambarkan cedera akibat penggunaan yang berlebihan akibat
overload eksentrik tendon ekstensor pada tendon ekstensor carpi radialis
brevis (ECRB). Tennis elbow merupakan hasil dari ketegangan berulang
yang disebabkan oleh aktivitas yang melibatkan beban dan berulang kali
mencengkram atau mengayun penuh ekstensi pergelangan tangan. Hal ini
umum terjadi pada individu yang bermain tenis, squash, atau bulu tangkis
atau aktivitas apa pun yang melibatkan ekstensi pergelangan tangan
berulang, deviasi radial, dan / atau supinasi lengan bawah (Buchanan &
Varacallo, 2020).

Gambar 1. Tennis Elbow

4
5

B. Anatomi Sendi Siku


Sendi siku terdiri dari atas beberapa sendi yang mencakup dalam
Elbow kompleks. Sendi-sendi tersebut di bentuk oleh 3 buah tulang
Humerus, Ulnar dan Radius. Sendi humeroulnar dibentuk oleh trochlea
humeri dari tulang humerus dan capitatum yang bersendi dengan fovea
troclearis ulnae, sendi humeroradial bersendi dengan fovea trochlearis
radii sedangkan sendi proximal radioulnar dibentuk oleh capitatum radii
yang bersendi dengan fovea radii. Ketika permukaan tulang tersebut
bersendi dalam capsula articularis, kesemuanya dipertahankan oleh
ligamentum collateral lateral, ligamentum collateral medial dan
ligamentum annulare. Berikut adalah sendi-sendi pada siku atau elbow
pada lengan (Halimah, 2007).
1. Sendi Humero-ulnar
Sendi Humeroulnar merupakan sendi hinge joint yang
dibentuk oleh trochlea humeri yang konveks seperti katrol
dan capitatum yang berbentuk bola, bersendi dengan fovea
trochlea ulnae yang berbentuk konkaf menghadap serong 45°
ventroproximal. Gerak fisiologis yang terjadi pada sendi
humerolnar yaitu fleksi dan ektensi. Gerak
osteokinematiknya adalah rotasi ayun dalam bidang sagital
dengan ROM fleksi 140° - 160° dengan soft end feel, ROM
ekstensi 0 - 5° dengan hard end feel. Dan gerak
arhrokinematiknya berupa traksi os ulna kearah 45°
ventrodistal dan saat ektensi kearah 45° dorso proksimal.
MLLP sendi humeroulnar adalah posisi fleksi 700 dan antara
pronasi-supinasi. Sedangkan, CPP adalah maksimal ekstensi.
Capsular pattern pada sendi humeroulnar dengan pola ROM:
ekstensi > fleksi.
2. Sendi Humero-radial
Sendi Humeroradial juga merupakan hinge joint yang di
bentuk oleh trochlea humeri (konveks) yang bersendi dengan
fovea troclearis radii (konkaf) yang menghadap proksimal
6

searah axis os radius. Gerak fisiologisnya adalah fleksi dan


ektensi yang bersamaan dengan gerak sendi humeroulnar,
sedangkan gerak osteokinematiknya berupa rotasi ayun
dalam bidang sagital. Gerak arthtrokinematik sendi ini adalah
traksi kearah distal sesuai axis logitudinal os radii, gerak
translasi kearah ventral saat fleksi dan kearah dorsal saat
ektensi, tegak lurus axis os radii. MLLP dan CPP pada sendi
sama dengan sendi humeroulnar.
3. Sendi Radio-ulnar proksimal
Sendi ini murni sendi putar yang dibentuk oleh capitulum os
radii (konveks) yang bersendi dengan fovea radii sehingga
perputaran capitulum radii terhadap fovea radii os ulna
bersama-sama dengan distal radio-ulnar, yang dalam klinis
terjadi gerakan pronasi dan supinasi. Gerak
arthrokinematiknya berupa gerak translasi saja, di mana pada
saat gerakan pronasi terjadi gerak translasi caput radii ke
dorsal dan pada saat gerakan supinasi terjadi gerak translasi
ke arah ventral. Pada saat ekstensi terdapat gerak abduksi
atau valgus dengan medial translasi dan pronasi, sebaliknya
pada saat fleksi terjadi adduksi atau varus dan supinasi.
7

Otot-otot pada aspek lateral elbow, yang berdekatan dengan origo


tendon epikodilus lateral. CET = Common Extensor Tendon, ECRB =
Extensor Carpi Radialis Brevis, ECRL = Extensor Carpi Radialis Longus,
ECU = Extensor Carpi Ulnaris, EDC = Extensor Digitorum Communis.
Extensor Carpi Radialis Brevis (ECRB), Extensor Digitorum
Communis (EDC), dan Extensor Carpi Ulnaris (ECU), bergabung membentuk
suatu tendon yang kuat serta melekat pada aspek anterior epikondilus lateral
dan pada punggung suprakondilar lateral, dekat dengan origo brachioradialis
dan Extensor Digitorum Communis (EDC), dan Extensor Carpi Ulnaris
(ECU), untuk membentuk tendon Extensor Communis. ECRB terletak pada
aspek anterior dan profunda tendon communis dan memiliki insersi pada basis
tulan metacarpal ketiga. Bagian bawah ECRB bersentuhan langsung dengan
capitellum dan bagian lateralnya senantiasa bergesekan dengan capitellum
selama proses ekstensi dan fleksi elbow. Robekan dan abrasi repetitif akibat
pergesekan tersebut kemungkinan besar memainkan peranan penting dalam
patofisiologi epikondilitis. Lesi primer yang paling sering menimbulkan
epikondilitis adalah lesi yang terletak pada ERCB, lalu EDC dan sisanya
adalah otot lain dan tendon pada kompartemen lateral.
8

C. Patofisiologi
Nyeri lateral elbow ditandai dengan inflamasi atau peradangan
akibat robekan microscopic pada tendon periosteal yang bersifat akut atau
kronis dan pembentukan jaringan yang abnormal pada otot ekstensor wrist
yang berorigo pada epicondylitis lateralis karena aktifitas fisik yang
melibatkan tangan dan pergelangan tangan secara berlebihan atau overuse,
pembebanan yang terlalu berat dan permukaan radiohumeral yang tidak
rata (Ranti, 2013).
Pada saat tubuh mengalami kerusakan jaringan atau luka maka
akan terjadi peradangan yang ditandai dengan adanya nyeri, bengkak,
panas, kemerahan dan gangguan fungsi. Hal ini perlu diuraikan
sehubungan dengan patofisiologi tenoperiosteal ektensor carpi radialis
brevis. Adapun fase-fase penyembuhan luka secara fisiologis adalah
sebagai berikut :
1. Fase Pendarahan
Fase perdarahan adalah fase yang terjadi antara 20-30
menit setelah terjadi trauma. Pada tahap ini perdarahan
berhenti estela dikeluarkannya fibrin untuk menutupi luka.
Pada fase ini ditandai dengan terjadinya hematoma dan
keluarnya zat-zat iritan.
2. Fase Remodeling (3 minggu – 3 bulan)
Fase ini merupakan fase pembentukan jaringan yang
normal. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrous dan
kekurangan vaskuler untuk membentuk jaringan fibrous yang
rapat seperti scar tissue. Selama 3 minggu kekuatan pada
daerah yang cedera sekitar 15%. Proses ini berlanjut sampai 3
bulan sampai terjadi pembentukan jaringan yang baru.
Jumlah pembuluh darah berkurang untuk mempertahankan
viabilitas jaringan. Arteri, vena dan limfe perkembang
kembali dan terjadi regenerasi pada serabut saraf yang kecil.
Pada kondisi ini, jika tidak mendapatkan terapi yang adekuat
maka akan terbentuk perlengketan jaringan yang besar yang
9

disertai dengan proses degenerasi karena area cidera


merupakan area hipovaskuler (memiliki sirkulasi yang jelek).
3. Fase Peradangan (24 – 36 jam)
Setelah trauma. Fase peradangan aktif ditandai oleh
radang tinggi dengan gejala-gejala panas, merah dan bengkak
pada daerah trauma. Pada fase ini terjadi eksudat kalsium dari
periosteum tulang karena lokasi cidera pada tenoperiosteal
ekstensor carpi radialis brevis, disertai dengan aktualitas
nyeri yang tinggi dimana fase ini sebagai awal dari proses
penyembuhan luka.
4. Fase Regenerasi
Fase ini terdiri atas 3 fase, yaitu:
 Fase Proliferasi (2 – 4 hari)
Pada fase ini ditandai dengan menurunnya rasa nyeri,
jumlah protein pertahanan tubuh banyak dan jumlah
fibroblast meningkat. Pada fase ini juga terjadi
rekonstruksi jaringan, pembentukan jaringan
permukaan dan memberikan kekuatan pada daerah
trauma. Selain peningkatan jumlah fibroblast, juga
terjadi peningkatan sel-sel macrophage dan sel-sel
endothelial untuk membentuk pembuluh-pembuluh
darah baru yang dikenal dengan. proses angiogenesis.
Pada kondisi ini, terbentuk deposit kalsium di sekitar
tendon ekstensor carpi radialis brevis.
 Fase Produksi (4 hari – 3 minggu)
Pada proses ini ditandai dengan penurunan proses
pertahanan tubuh, diikuti peningkatan jumlah
fibroblast yang tinggi. Disamping itu, telah terjadi
perlekatan kolagen dan jaringan granulasi baru serta
peningkatan oksigenisasi pada daerah cedera.
Fibroblast yang dikeluarkannya akan terbentuk
menjadi myofibroblast yang memberikan efek wound
10

contraction. Pada kondisi ini, jaringan granulasi baru


menjadi jaringan fibrous yang tidak beraturan
sehingga terbentuk abnormal crosslink pada area
tendon ekstensor carpi radialis brevis. Keadaan ini
cenderung terjadi perlengketan pada tendon ekstensor
carpi radialis brevis.
 Fase Remodeling (3 minggu – 3 bulan)
Fase ini merupakan fase pembentukan jaringan yang
normal. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrous dan
kekurangan vaskuler untuk membentuk jaringan
fibrous yang rapat seperti scar tissue. Selama 3
minggu kekuatan pada daerah yang cedera sekitar
15%. Proses ini berlanjut sampai 3 bulan sampai
terjadi pembentukan jaringan yang baru. Jumlah
pembuluh darah berkurang untuk mempertahankan
viabilitas jaringan. Arteri, vena dan limfe perkembang
kembali dan terjadi regenerasi pada serabut saraf yang
kecil. Pada kondisi ini, jika tidak mendapatkan terapi
yang adekuat maka akan terbentuk perlengketan
jaringan yang besar yang disertai dengan proses
degenerasi karena area cidera merupakan area
hipovaskuler (memiliki sirkulasi yang jelek)
(Halimah, 2007).
D. Etiologi
Tennis elbow sering dikarenakan cedera yang bersifat overused
(terlalu sering digunakan) terutama karena ketegangan berulang dari
tugas dan aktivitas yang melibatkan beban dan pencengkeraman berulang
dan / atau ekstensi pergelangan tangan. Ini secara historis terjadi pada
pemain tenis tetapi dapat terjadi dari olahraga apa pun yang memerlukan
ekstensi pergelangan tangan berulang, deviasi radial, dan / atau supinasi
lengan bawah. Itu juga terlihat pada atlet yang bermain squash dan bulu
tangkis serta olahraga atau aktivitas lain yang membutuhkan gerakan
11

serupa. Berkaitan dengan atlit, kondisi ini seringkali dipicu oleh


buruknya mekanik dan teknik atau peralatan yang tidak tepat (Buchanan
& Varacallo, 2020).

E. Tipe
Berikut adalah tipe-tipe dari tennis elbow atau lateral epicondylitis.

1. Tipe I, tempat cedera terletak pada origo ekstensor carpi


radialis longus dengan jumlah kejadian hanya 1%.

2. Tipe II, merupakan tipe yang paling umum, dimana cedera


terjadi pada tempat perlengketan tendon otot ekstensor karpi
radialis brevis pada epicondylus lateralis humeri, dengan
jumlah kejadian 90%. Tipe II ini merupakan daerah kritis
dimana sirkulasi darah rendah, proses penyembuhan lambat
dan dapat terjadi reinjury. Disamping itu terdapat perlekatan
kolagen yang acak, sehingga menimbulkan nyeri regang.

3. Tipe III, pada tipe ini, yang mengalami cedera yaitu tendon
muscle junction otot-otot ekstensor karpi radialis brevis.
Akibat terjadi kerusakan pada perbatasan jaringan otot dengan
tendon, maka akan terjadi proses inflamasi yang disusul
dengan proses penyembuhan jaringan.

4. Tipe IV Pada tipe ini, yang mengalami cedera adalah perut otot
dari otot-otot ekstensor karpi radialis brevis. Karena sirkulasi
darah yang baik pada lokasi ini, maka penyembuhan dapat
berlangsung lebih cepat (IMFI, 2017).

F. Gejala
Pasien mengeluhkan area nyeri dan nyeri tekan di atas tulang yang
menonjol dari epikondilus lateral. Struktur ini juga merupakan asal umum
dari tendon ekstensor panjang untuk lengan bawah dan tangan dan
patologi yang mendasarinya tampaknya merupakan area perubahan
degeneratif dalam tendon ini. Ada spektrum keparahan yang luas mulai
dari nyeri ringan hingga nyeri hebat yang terus-menerus. Nyeri secara
12

khas diperparah dengan perpanjangan jari tengah dan juga saat


perpanjangan pergelangan tangan. Epicondylitis lateral (tennis elbow) 7
kali lebih sering terjadi dibandingkan medial ekuivalennya (golfer elbow).
Seperti kebanyakan kondisi muskuloskeletal, penyakit ini memiliki
kecenderungan alami untuk memudar seiring waktu meskipun, pada
sebagian pasien, kondisi ini akan memburuk (Cutts, et al., 2020).

G. Treatment
Treatment tennis elbow biasanya akan sembuh dengan sendirinya.
Penderita hanya perlu mengistirahatkan siku dan melakukan apa yang bisa
untuk mempercepat penyembuhan. Jenis treatment yang membantu
adalah:
1. Mengompres siku dengan es untuk mengurangi nyeri dan
bengkak. Para ahli merekomendasikan melakukannya selama
20 hingga 30 menit setiap 3 hingga 4 jam selama 2 hingga 3
hari atau hingga rasa sakitnya hilang.
2. Menggunakan elbow strap untuk melindungi tendon yang
cedera dari strain lebih lanjut.
3. Mengonsumsi antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti
ibuprofen, naproxen, atau aspirin, untuk membantu meredakan
nyeri dan pembengkakan. Namun obat ini bisa menimbulkan
efek samping, seperti perdarahan dan maag. Sebaiknya hanya
menggunakannya sesekali, kecuali jika dokter mengatakan
sebaliknya, karena dapat menunda penyembuhan.
4. Melakukan suntikan steroid atau obat penghilang rasa sakit
untuk sementara meringankan beberapa pembengkakan dan
nyeri di sekitar sendi. Studi menunjukkan bahwa suntikan
steroid tidak membantu dalam jangka panjang.
5. Melakukan latihan rentang gerak untuk mengurangi kekakuan
dan meningkatkan fleksibilitas. Fisioterapis mungkin
menyarankan Anda melakukannya tiga sampai lima kali sehari.
13

6. Mendapatkan terapi fisik dari fisioterapis untuk memperkuat


dan meregangkan otot (DerSarkissian & Carol, 2020).

H. Intervensi Fisioterapi
 Ultrasound
Gelombang ultra sound merupakan gelombang suara yang
diperoleh dari getaran yang memiliki frekuensi 20.000 Hz.
Frekuensi ultrasound merupakan jumlah oscilasi gelombang suara
yang dicapai dalam waktu satu detik yang dinyatakan dengan
megahertz (MHz). Umumnya frekuensi yang ddigunakan dalam
terapi ultra sound adalah 1 dan 3 MHz (Prentice, 2002). Ultra
Sound memiliki tiga efek antara lain: (1) efek mekanik, (2) efek
thermal, dan (3) efek biologis.
1. Persiapan pasien
Posisi pasien diatur senyaman mungkin, yaitu pasien
diposisikan tidur terlentang di atas bed, area yang akan
diterapi atau lateral elbow (sinistra atau dextra) bebas dari
pakaian dan dilakukan tes sensibilitas. Terapis harus
menjelaskan tentang tujuan terapi dan rasa yang akan
dirasakan selama terapi.
2. Pelaksanaan terapi
Sebelum terapi dimulai tentukan waktu terlebih dahulu
dengan cara luas area yang akan diterapi dibagi dengan luas
era penampang tranduser (luas area/luas era). Pada kasus
ini luas area yang akan diterapi adalah 24 cm, dan luas
penampang tranducer 3 cm. Sehingga waktu yang
digunakan untuk terapi ini adalah 8 menit. Pelaksanaannya
adalah sebagai berikut, area yang diterapi atau lateral elbow
(sinistra atau dextra) diolesi gel kemudian alat dinyalakan
dan diatur waktunya selama 8 menit, dengan frekuensi
3MHz, arus continues dan intensitas sebesar 2 w/cm².
Transduser digosokkan secara sirkuler pada ankle lateral
14

(sinistra atau dextra). Selesai terapi alat dimatikan


kemudian ankle lateral (sinistra atau dextra) pasien serta
transduser dibersihkan dari sisa gel.
 Latihan atau exercise
1. Manual Streching
Latihan peregangan lembut termasuk fleksi, ekstensi, dan
rotasi pergelangan tangan. Siku harus direntangkan dan
tidak ditekuk untuk meningkatkan jumlah regangan sesuai
kebutuhan. Peregangan ini harus dilakukan selama 20-30
detik dan diulangi 5-10 kali, setidaknya dua kali sehari.
Peregangan yang kuat harus dihindari - jangan sampai
terasa nyeri yang mereproduksi gejala Anda.

2. Finger Extension
Letakkan karet gelang di sekeliling kelima ujung jari.
Rentangkan jari 25 kali, ulangi 3 kali. Jika hambatan tidak
cukup, tambahkan karet gelang kedua atau gunakan karet
gelang dengan ketebalan lebih besar yang akan
memberikan lebih banyak tahanan.
15

3. Ball Squeeze
Letakkan bola karet atau bola tenis di telapak tangan, remas
25 kali, ulangi sebanyak 3 kali. Jika nyeri muncul kembali,
peras spons atau busa yang terlipat.

4. Wrist Flexion Strengthening


Fleksi Pergelangan Tangan. Tempatkan berat 1 lb. di
tangan dengan telapak menghadap ke atas (supinasi);
menopang lengan bawah di tepi meja atau di atas lutut
Anda sehingga hanya tangan Anda yang bisa bergerak.
Tekuk pergelangan tangan ke atas perlahan (konsentris),
lalu turunkan perlahan (eksentrik) (mirip dengan latihan di
atas).
16

5. Wrist Extension Strengthening


Ekstensi Pergelangan Tangan. Tempatkan berat 1 lb. di
tangan dengan telapak tangan menghadap ke bawah
(pronasi); menopang lengan bawah di tepi meja atau di atas
lutut Anda sehingga hanya tangan Anda yang bisa
bergerak. Angkat pergelangan tangan / tangan ke atas
perlahan (kontraksi konsentris), dan turunkan perlahan
(kontraksi eksentrik).

6. Wrist Supination atau Pronation Strengthening

Pegang palu (kunci inggris, atau perangkat serupa) di


tangan dengan lengan bawah didukung. Putar posisi telapak
17

tangan ke bawah, kembali ke posisi awal (palu tegak lurus


dengan lantai), putar ke posisi telapak menghadap ke atas,
ulangi. Untuk menambah atau mengurangi hambatan,
dengan menggerakkan tangan lebih jauh atau lebih dekat ke
arah kepala palu.
18

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Cedera olahraga merupakan kondisi umum yang terjadi apabila
seseorang atau atlet mengalami trauma saat melakukan latihan fisik
tertentu. Cedera pada lutut merupakan salah satu yang sering terjadi pada
atlet. Adapun nama cederannya adalah sprain ankle. Tennis elbow atau
lateral epicondylitis merupakan hasil dari ketegangan berulang yang
disebabkan oleh aktivitas yang melibatkan beban dan berulang kali
mencengkram atau mengayun penuh ekstensi pergelangan tangan.
Tindakan awal yang diaplikasikan saat menderita tennis elbow
adalah dengan metode RICE yaitu istirahat lateral elbow yang cedera,
gunakan modalitas ice pack untuk menurunkan nyeri, kompres elbow yang
cidera menggunakan elastic bandage atau perban plastic, dan siku harus
elevasi ke posisi yang lebih tinggi dari jantung untuk mengurangi
pembengkakan. Lakukan latihan atau exercise yang diperagakan oleh
fisiotreapis yang diperlukan setelah derajat nyeri pasien menurun
signifikan sehingga latihan yang diterapkan akan maksimal.

B. Saran
Fisioterapis disarankan untuk menguasai berbagai modalitas terapi
ultrasound dan program latihan rehabilitasi pada kondisi tennis elbow agar
intervensi yang diberikan kepada pasien maksimal. Program terapi
dilakukan oleh fisioterapis yang terlatih untuk memastikan kenyamanan
pasien.
19

DAFTAR PUSTAKA

Buchanan & Varacallo, 2020. Tennis Elbow (Lateral Epicondylitis). Kentucky:


StatPearls.

Cutts, S., Ganggo, S., Modi, N. & Pasapula, C., 2020. Tennis elbow: A clinical
review article. Journal of Orthopaedics, pp. 203-207.

DerSarkissian & Carol, 2020. Jumpstar. [Online]


Available at: https://www.webmd.com
[Accessed 8 September 2020].

Halimah, A., 2007. Beda Pengaruh Antara Microwave Diathermy, Transverse


Friction Dan Mills Manipulasi Dengan Microwave Diathermy Dan Transverse
Friction Terhadap Penurunan Nyeri Akibat Tennis Elbow Tipe Ii. Jurnal
Fisioterapi Indonusa, VII(2), pp. 119-129.

Hassan, M. S., Hafez, R. A., Seif, E. H. & Kachanathu, S. J., 2016. The Effect of
Deep Friction Massage versus Stretching of Wrist Extensor Muscles in the
Treatment of Patients with Tennis Elbow. Journal of Therapy and Rehabilitation,
Volume IV, pp. 48-54.

Ihsan, M., 2017. Survey Cedera Olahraga Pada Atlet Cabang Olahraga Bola
Basket Di Club Xyz Junior Medan Labuhan. Ilmu Keolahragaan, 16(1), pp. 62-
72.

IMFI, 2017. IMFI. [Online]


Available at: http://wilayah5.imfi.or.id
[Accessed 7 September 2020].

Setyaningrum, W. A. D., 2019. Cedera olahraga serta penyakit terkait olahraga.


Biomedika Kesehatan, 2(1), pp. 39-44.

Anda mungkin juga menyukai