Anda di halaman 1dari 91

HUBUNGAN INTENSITAS NYERI DENGAN KECEMASAN PADA

PASIEN POST OPERASI DI RS GRAND MEDISTRA LUBUK


PAKAM TAHUN 2016

TESIS

Oleh

ROSTIODERTINA GIRSANG
127046055/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


HUBUNGAN INTENSITAS NYERI DENGAN KECEMASAN PADA
PASIEN POST OPERASI DI RS GRAND MEDISTRA LUBUK
PAKAM TAHUN 2016

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep)
Dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi Keperawatan Medikal Bedah
Pada Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara

Oleh
ROSTIODERTINA GIRSANG
127046055/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA MEDAN 2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Telah diuji
Pada tanggal: 14 September 2016

PANITIA PENGUJI TESIS

KETUA : Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS

Anggota : 1. Dewi Elizadiani Suza, S.Kp., MNS., Ph.D

2. Erniyati,S.Kp, MNS

3. Iwan Rusdi,S.Kp, MNS

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Judul : Hubungan intensitas nyeri dengan kecemasan pada
pasien post operasi di Rumah Sakit Grand Medistra
Lubuk Pakam Tahun 2016
Nama : Rostiodertina Girsang
NIM : 127046055
Program Studi : Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi : Keperawatan Medikal Bedah
Tahun : 2018
ABSTRAK

Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Rasa nyeri yang
dialami pada pasien pasca bedah bersifat subyektif, yang artinya tidak ada dua
orang yang mengalami rasa nyeri dengan cara, respon, dan perasaan yang sama.
Dampak nyeri terhadap psikologis pasien yaitu kecemasan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan intensitas nyeri dengan kecemasan post
operasi di RS.Grand Medistra Lubuk Pakam Tahun 2016. Jenis penelitian ini
adalah penelitian kuantitatif dengan desain Studi Korelasi dengan jumlah
responden 61 orang pasien post operasi abdomen dengan tehnik pengambilan
sampel menggunakan Consecutive Sampling dengan uji statistik menggunakan uji
Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami nyeri
ringan sebanyak 13,1%, nyeri sedang sebanyak 83,6%, dan nyeri berat sebanyak
3,3,% sedangkan responden yang mengalami kecemasan ringan sebanyak 26,2%,
kecemasan sedang 70,5%, dan kecemasan berat sebanyak 3,3. Berdasarkan hasil
analisis bivariat dengan menggunakan uji spearman didapatkan hasil bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas nyeri dengan kecemasan post
operasi dengan p-value 0.000 (α <0.05) dan nilai korelasi 0,71 yang artinya
terdapat hubungan yang kuat antara intensitas nyeri dengan kecemasan post
operasi. Diharapkan perawat melakukan intervensi manajemen nyeri dan
memberikan informasi yang jelas terkait tindakan yang dilakukan terhadap pasien
dengan benar untuk meminimalkan kecemasan pada pasien post operasi.

Kata kunci : Intensitas nyeri, Kecemasan, post operasi, pasien

i
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan karunian –Nya peneliti dapat menyelesaikan Tesis dengan judul : “Hubungan

intensitas nyeri dengan kecemasan pada pasien post operasi di Rumah Sakit Grand

Medistra Lubuk Pakam Tahun 2016”. Tesis ini dibuat dalam rangka memenuhi

sebagian syarat guna menyelesaikan Program Magister Keperawatan Kekhususan

Medikal Bedah Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan

dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof.DR.Runtung Sitepu,SH,M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

3. Dewi Elizadiani Suza, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Ketua Program Studi

Magister Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara

4. Prof.Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku pembimbing tesis yang telah

membimbing penulis dengan sabar, tekun dan sangat cermat memberikan

masukan serta motivasi dalam penyelesaian tesis ini.

5. Iwan Rusdi, S.Kp, MNS selaku pembimbing tesis yang dengan sabar

membimbing penulis, senantiasa meluangkan waktu dan memberikan

masukan untuk perbaikan tesis ini.

iii
Universitas Sumatera Utara
6. Dewi Elizadiani Suza, S.Kp, MNS, Ph.D dan Erniyati, S.Kp, MNS selaku

penguji tesis yang telah banyak memberikan masukan untuk perbaikan tesis

ini.

7. Direktur Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis dalam melakukan penelitian.

8. Direktur Rumah Sakit Umum Sembiring Delitua yang memberikan ijin

kepada peneliti untuk mengambil data.

9. Seluruh staf dosen Fakultas Keperawatan yang telah banyak membantu

selama proses pendidikan

10. Responden penelitian yang dengan sukarela meluangkan waktunya untuk

berpartisipasi

11. Kedua orang tua serta abang dan adik yang telah memberikan dukungan baik

materi maupun moril dan semangat bagi peneliti sehingga peneliti bisa

menyelesaikan tesis ini dengan baik

12. Suami tercinta Haposan Parulian Sinaga yang telah banyak memberikan

motivasi dan dukungan dan selalu setia dan sabar mendampingi dengan

segala suka maupun duka selama proses perkuliahan dan sampai penyelesaian

tesis ini.

13. Adinda tercinta Destyana Sipayung,SKM yang telah banyak membantu

dalam penyelesaian tesis ini tanpa mengenal lelah dan selalu setia

mendampingi selama proses ujian.

iv
Universitas Sumatera Utara
14. Rekan-rekan angkatan I Program Magister Keperawatan Kekhususan

Medikal Bedah yang telah memberikan dukungan selama penyelesaian tesis

ini.

15. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyelesaian tesis ini.

Semoga kebaikan bapak, ibu dan saudara mendapat pahala yang berlimpah

dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya penulis mengharapkan tesis ini dapat

bermanfaat untuk peningkatan pelayanan asuhan keperawatan medikal bedah.

Medan, Agustus 2018

Peneliti

v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK........................................................................................................................i
ABSTRACT.......................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL..........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................x

BAB I. PENDAHULUAN..........................................................................................1
Latar Belakang...................................................................................................1
Permasalahan......................................................................................................5
Tujuan Penelitian...............................................................................................5
Hipotesis Penelitian..........................................................................................6
Manfaat Penelitian............................................................................................6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7


Konsep Nyeri ........................................................................
Defenisi Nyeri.....................................................................................................7
Mekanisme Nyeri...............................................................................................7
Teori Gate Control............................................................................................9
Teori Multidimensional Nyeri.......................................................................10
Fisiologi Nyeri....................................................................................................14
Klasifikasi Nyeri................................................................................................14
Respon tubuh terhadap nyeri..........................................................................16
Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri....................................................16
Pengukuran Intensitas Nyeri..........................................................................20
Konsep Kecemasan...........................................................................................22
Defenisi Kecemasan..........................................................................................22
Gejala Klinis Cemas.........................................................................................23
Tingkat Kecemasan...........................................................................................24
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan.........................................25
Faktor Predisposisi Kecemasan.....................................................................27
Faktor Presipitasi Kecemasan........................................................................28
Pengukuran Kecemasan...................................................................................29
Nyeri Post Operasi.............................................................................................29
Teori Comfort oleh Khaterine Kolcaba......................................................30
Kerangka Konsep...............................................................................................32

vi
Universitas Sumatera Utara
BAB 3. METODE PENELITIAN...........................................................................33
Jenis Penelitian...................................................................................................33
Lokasi dan Waktu Penelitian.........................................................................33
Populasi dan Sampel........................................................................................33
Metode Pengumpulan Data............................................................................35
Variabel dan Defenisi Operasional..............................................................37
Metode Pengukuran..........................................................................................38
Metode Analisis Data.......................................................................................39
Pertimbangan Etik.............................................................................................41

BAB 4. HASIL PENELITIAN.................................................................................43


Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................................................43
Karakteristik Demografi Responden...........................................................44
Intensitas Nyeri..................................................................................................45
Kecemasan...........................................................................................................45
Hubungan Intensitas Nyeri Dengan Kecemasan......................................46

BAB 5. PEMBAHASAN.............................................................................................48
Intensitas Nyeri Responden..........................................................................48
Kecemasan Responden...................................................................................49
Hubungan intensitas nyeri dengan kecemasan........................................50

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................52


Kesimpulan.......................................................................................................52
Saran...................................................................................................................52

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................53
LAMPIRAN.....................................................................................................................56

vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 3.1 Variabel bebas dan defenisi operasional....................................38

Tabel 3.2 Variabel terikat dan defenisi operasional...................................38

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden 44

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Intensitas Nyeri..................................................................................45

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Kecemasan..........................................................................................46

Tabel 4.4 Hubungan Intensitas Nyeri dengan Kecemasan

Pasien Post Operasi……………………………… 47

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman
1 Verbal Rating Scale…………………………... 20
2 Numeric Rating Scale (NRS)…………………. 21
3 Visual Analog Scale…………………………... 21
4 Kerangka Konsep……………………………... 32

ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman


Lampiran 1 Instrumen Penelitian….............................................. 57

Lampiran 2 Biodata Expert .......................................................... 62

Lampiran 3 Izin Penelitian 63

1. Surat Izin Penelitian dari Dekan Fakultas


Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Surat Etichal Clearance

3. Surat Izin Penelitian dari Rumah Sakit Grand

Medistra Lubuk Pakam

4. Surat telah selesai melakukan penelitian dari

Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

5. Surat Ijin Reliabilitas dari Rumah Sakit

Sembiring Delitua

Lampiran 4 Output hasil penelitian .............................................. 64

x
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Setiap orang dapat mengalami nyeri selama kehidupannya. Derajat nyeri

dan respon nyeri berbeda antara satu orang dengan orang lain (Mcguire, 2006).

Nyeri merupakan hal yang sangat kompleks dengan gejala multimensi yang tidak

hanya ditentukan oleh kerusakan jaringan dan nosisepsi, tetapi juga oleh aspek

pengalaman nyeri sebelumnya, usia, enis kelamin, budaya, sikap dan keyakinan,

pendidikan, factor psikologis seperti kecemasan (Lemone & Burke, 2008).

Nyeri pada umumnya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu nyeri akut dan

kronik (Mccaffery & Pasero, 1999, dalam Mackintosh, 2007). Kunci dari

perbedaan nyeri akut dan kronik adalah lama nyeri dan efek yang ditimbulkan dari

nyeri tersebut (Mackintosh, 2007). Nyeri akut biasanya temporer, kejadiannya

tiba-tiba, dan biasanya lokal (McGuire, 2006). Nyeri akut sering disebabkan oleh

trauma dan pembedahan (McLafferty & Farley, 2008).

Pembedahan adalah tindakan invasif medis yang dilakukan untuk

penanganan penyakit, injuri, atau kelainan. Tindakan pembedahan berupa insisi

pada kulit, tindakan traumatik pada jaringan tubuh lainnya, dan manipulasi

struktur tubuh viseral telah mencetuskan mekanisme inflamasi, nyeri neuropati,

dan viseral yang berkontribusi pada rasa nyeri yang terjadi selama periode pasca

bedah. (Lemone & Burke, 2008).

Nyeri yang dialami oleh pasien pasca bedah abdomen, menyebabkan

meningkatnya respon simpatis tubuh, mengakibatkan meningkatnya denyut

nadi,kerja jantung, dan konsumsi oksigen. Rasa nyeri yang dialami pasien pasca

Universitas Sumatera Utara


2

bedah bersifat subyektif, yang artinya tidak ada dua orang yang mengalami rasa

nyeri dengan cara, respon, dan perasaan yang sama. Meskipun nyeri pasca bedah

kemungkinan dapat diprediksi derajat dan jumlah nyerinya berdasarkan tempat

dan sifat pembedahan, faktor – faktor lain dapat merubah derajat nyeri yang

dialami berdasarkan individual pasien (Charlton,1997 dalam Harsono, 2009)

Pada klien yang mengalami pembedahan akan menimbulkan respon nyeri.

Nyeri merupakan sensasi ketidaknyamanan yang bersifat individual. Klien

merespon nyeri yang dialaminya dengan beragam cara, misalnya berteriak,

meringis, dan lain-lain. Oleh karena nyeri bersifat subjektif, maka perawat mesti

peka terhadap sensasi nyeri yang dialami klien (Potter & Perry, 2006).

Nyeri pasca operasi biasanya berlokasi pada area pembedahan. Intensitas

nyeri yang dirasakan tergantung pada lokasi, jenis pembedahan, persepsi pasien

tentang nyeri dan lain-lain. Nyeri pada pasien pasca operasi memiliki karakteristik

yang melibatkan kerusakan mulai dari integumen, jaringan otot, vaskular dan

menimbulkan efek nyeri yang lama pada masa pemulihan (Roth, 2007).

Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Stimulus

penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut syaraf perifer. Serabut nyeri

memasuki medula spinalis dengan menjalani salah satu dari beberapa rute syaraf.

Terdapat pesan nyeri berinteraksi dengan sel-sel syaraf inhibitor, mencegah

stimulasi nyeri, sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisikan tanpa hambatan

ke korteks serebral. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebral, maka otak

akan menginterpretasikan kualitas nyeri dan memproses informasi tentang

Universitas Sumatera Utara


3

pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta kebudayaan dalam mempersepsikan

nyeri (McNair, 1990 dalam Potter & Perry, 2006).

Dampak nyeri dapat menimbulkan kecemasan dan depresi.

Ketidakmampuan untuk menghilangkan nyeri dapat menimbulkan

ketidakberdayaan dan putus asa, yang dapat menjadikan predisposisi depresi

kronik. Nyeri yang tidak teratasi akan menghambat penyembuhan, mengurangi

kepuasan pasien, mengakibatkan perawatan menjadi lama, dan meningkatkan

biaya perawatan di rumah sakit (Black & Hawks, 2005; Smeltzer & Bare, 2003).

Dengan informasi yang jelas, benar dan dimengerti maka pada akhirnya akan

menurunkan kecemasan klien yang menjalani pembedahan. Klien yang menerima

informasi dengan benar selama tindakan pembedahan dan efek sampingnya lebih

dapat melakukan perawatan mandiri (Keliat, 1998).

Kecemasan pada pasien post operasi perlu mendapatkan perhatian yang

serius karena kecemasan akan meningkatkan pelepasan rennin, angeotensin,

aldosteron dan kortisol yang mengakibatkan terjadinya vasokontriksi pembuluh

darah sehingga mengurangi suplai pembuluh darah ke jaringan. Hormon ACTH

yang akan merangsang korteks adrenal untuk meningkatkan sekresi kortisol.

Kortisol inilah yang selanjutnya akan menekan sistem imun tubuh sehingga

memperberat kondisi pasien dan akan mempengaruhi status kesehatan pasien

secara keseluruhan. Dengan demikian maka akan menurunkan produktifitasnya

dalam beraktivitas karena nyeri juga dapat mengganggu system pulmonary,

kardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin dan imunologik. Penyebab nyeri

biasanya mudah dikenali akibat adanya injuri, penyakit atau pembedahan terhadap

salah satu atau beberapa organ. Nyeri yang bermanifestasi sebagai rasa yang tidak

Universitas Sumatera Utara


4

enak (unpleasant sensation) bersumber dari kerusakan jaringan tubuh. Oleh

karena itu, maka rasa nyeri sering dianggap sebagai bagian dari mekanisme

pertahanan tubuh (defence mechanisme).

Perawatan dan manajemen nyeri yang tidak adekuat dapat menimbulkan

efek yang besar bagi pasien, seperti ganguan tidur, kesulitan dalam mobilisasi,

kegelisahan, dan agresif. Selain itu, manajemen nyeri post operasi yang tidak

adekuat dapat juga menimbulkan efek psikologis bagi pasien, komplikasi dan

menghambat penyembuhan, meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah,

pengosongan lambung yang lambat sehingga menyebabkan mual dan muntah,

serta terjadi perubahan sistem endokrin yang meningkatkan produksi adrenalin

(Mackintosh, 2007).

Pengkajian nyeri yang akurat, tergantung dari beberapa faktor meliputi

pengetahuan perawat dalam pengelolaan nyeri dan pemahaman kesadaran diri

perawat. Kesadaran diri perawat dalam praktik keperawatan meliputi pemahaman

diri sendiri melalui penilaian sikap, nilai-nilai, keyakinan, dan latar belakang

budaya. Faktor-faktor ini mempengaruhi perawat ketika mengkaji, mengevaluasi,

dan menginterpretasi pernyataan pasien, perilaku, respon fisik, dan penampilan

(Board of Nursing, 2001).

Pengelolan nyeri yang baik, tergantung dari pengkajian nyeri yang akurat.

Pengkajian yang akurat pada nyeri pasca bedah abdomen adalah hal yang penting

untuk memastikan nyeri dikelola secara efektif dan mampu memahami pasien

secara individual terkait dalam pengelolaan nyeri keperawatan ( Suhartono, 2009).

Potter dan Perry (2006) mengatakan hubungan nyeri terhadap ansietas

bersifat kompleks. Ansietas sering kali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri

Universitas Sumatera Utara


5

juga dapat menimbulkan satu perasaan ansietas. Stimulus nyeri mengaktifkan

bagian system limbik yang diyakini mengendalikan emosi seseorang khususnya

ansietas. Sistem limbic dapat memproses reaksi emosi terhadap nyeri, yakni

memperburuk atau menghilangkan nyeri.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti

hubungan intensitas nyeri dengan kecemasan post operasi di Rumah Sakit Grand

Medistra Lubuk Pakam Tahun 2016.

Permasalahan

Bagaimana hubungan intensitas nyeri dengan kecemasan pada pasien post

operasi di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam Tahun 2016 ?

Tujuan Penelitian

a. Untuk mengidentifikasi intensitas nyeri pasien post operasi di Rumah

Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam tahun 2016

b. Untuk mengidentifikasi kecemasan pasien post operasi di Rumah

Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam tahun 2016

c. Untuk menganalisis hubungan intensitas nyeri dengan kecemasan

pasien post operasi di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

tahun 2016

Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

Universitas Sumatera Utara


6

kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru

berdasarkan pada teori yang relevan, belum berdasarkan fakta-fakta empiris yang

diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2009).

Kesimpulan hasilnya diinterpretasikan dengan membandingkan nilai p dan

nilai alpha (α = 0.05). Bila nilai p ≤ a, maka keputusannya adalah Ho diterima

yaitu Ada hubungan intensitas nyeri dengan kecemasan pasien post operasi,

sedangkan bila nilai p > a, maka keputusannya adalah Ha ditolak yaitu Tidak ada

hubungan intensitas nyeri dengan kecemasan pasien post operasi.

Manfaat Penelitian

Bagi Pelayanan Keperawatan

Diharapkan dapat bermanfaat bagi perawat dalam intervensi mandiri

pasien dengan nyeri post operasi .

Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya

untuk meneliti variabel lain khususnya yang berhubungan dengan nyeri.

Manfaat Akademis

Menambah pengetahuan dalam praktek keperawatan tentang penanganan

nyeri pada pasien post operasi dan sebagai landasan mewujudkan evidence based

practice terutama dalam hal penanganan nyeri.

Universitas Sumatera Utara


7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Nyeri

Defenisi Nyeri

The International Association For the Study of Pain (IASP)

mengemukakan bahwa nyeri adalah suatu pengalaman sensori dan emosional yang

tidak menyenangkan, yang berhubungan dengan kerusakan jaringan secara aktual

atau potensial dan nyeri juga didefinisikan sebagai apapun yang dialami dan

dikatakan oleh seseorang sebagai rasa nyeri (Lewis, Heitkemper & Dirksen,

2004).

Mengacu kepada definisi ini, jelaslah terlihat bahwa pengalaman nyeri

melibatkan fenomena sensori, emosional dan juga kognitif. Nyeri biasanya sering

diasosiasikan dengan kerusakan jaringan, akan tetapi nyeri dapat saja timbul tanpa

adanya injury dimana nyeri timbul tanpa berhubungan dengan sumber yang dapat

diidentifikasi (Lewis, Heitkemper & Dirksen, 2004) .

Mekanisme Nyeri

Nyeri berdasarkan mekanismenya melibatkan persepsi dan respon terhadap

nyeri tersebut. Mekanisme timbulnya nyeri melibatkan empat proses, yaitu:

transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi (McGuire, 2006). Keempat proses

tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: 1) Transduksi/Transduction, yaitu proses

dari stimulasi nyeri dikonfersi kebentuk yang dapat diakses oleh otak Proses

transduksi dimulai ketika nociceptor yaitu reseptor yang berfungsi untuk

menerima rangsang nyeri teraktivasi. Aktivasi reseptor ini (nociceptors)

merupakan sebagai bentuk respon terhadap stimulus yang datang seperti

Universitas Sumatera Utara


8

kerusakan jaringan, 2) Transmisi/Transmission yaitu serangkaian kejadian-

kejadian neural yang membawa impuls listrik melalui sistem saraf ke area otak.

Proses transmisi melibatkan saraf aferen yang terbentuk dari serat saraf

berdiameter kecil ke sedang serta yang berdiameter besar. Saraf aferen akan ber-

axon pada dorsal horn di spinalis. Selanjutnya transmisi ini dilanjutkan melalui

sistem contralateral spinalthalamic melalui ventral lateral dari thalamus menuju

cortex serebral, 3) Modulasi/Modulation dimana proses modulasi mengacu

kepada aktivitas neural dalam upaya mengontrol jalur transmisi nociceptor

tersebut. Proses modulasi melibatkan sistem neural yang komplek. Ketika impuls

nyeri sampai di pusat saraf, transmisi impuls nyeri ini akan dikontrol oleh sistem

saraf pusat dan mentransmisikan impuls nyeri ini kebagian lain dari sistem saraf

seperti bagian cortex. Selanjutnya impuls nyeri ini akan ditransmisikan melalui

saraf saraf descend ke tulang belakang untuk memodulasi efektor, 4)

Persepsi/Perception yaitu proses yang subjektif. Proses persepsi ini tidak hanya

berkaitan dengan proses fisiologis atau proses anatomis saja (McGuire, 2006),

akan tetapi juga meliputi cognition (pengenalan) dan memory (mengingat). Faktor

psikologis, emosional, dan berhavioral (perilaku) juga muncul sebagai respon

dalam mempersepsikan pengalaman nyeri tersebut. Proses persepsi ini jugalah

yang menjadikan nyeri tersebut suatu fenomena yang melibatkan

multidimensional.

Teori Gate Control

Melzack dan Wall (2006) menjelaskan bahwa terdapat tiga sistem yang

berkaitan dengan proses stimulasi nociceptive, yaitu (1) Sensory-discrimination

(2) Motivated-affective, and (3) Cognitive-evaluation. Ketiga sistem ini

Universitas Sumatera Utara


9

berkontribusi terhadap subyektivitas nyeri. Teori gate control ini menjelaskan

mekanisme central nervous system (CNS) serta integrasilasi faktor psikologis

dalam pengalaman nyeri.

Teori gate control dari Melzack dan Wall (2006) mengemukakan bahwa

impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang

sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat

sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup.

Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri.

Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol desenden

dari otak mengatur proses pertahanan.

Neuron delta-A dan C melepaskan substansi P untuk mentranmisi impuls

melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor neuron beta-

A yang lebih tebal, yang lebih cepat yang melepaskan neurotransmiter

penghambat. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A, maka

akan menutup mekanisme pertahanan.

Diyakini mekanisme penutupan ini dapat terlihat saat seorang perawat

menggosok punggung klien dengan lembut. Pesan yang dihasilkan akan

menstimulasi mekanoreseptor, apabila masukan yang dominan berasal dari serabut

delta A dan serabut C, maka akan membuka pertahanan tersebut dan klien

mempersepsikan sensasi nyeri. Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan ke otak,

terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri. Alur

saraf desenden melepaskan opiat endogen, seperti endorfin dan dinorfin, suatu

pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh. Neuromedulator ini menutup

mekanisme pertahanan dengan menghambat pelepasan substansi P. Tehnik

Universitas Sumatera Utara


10

distraksi, konseling dan pemberian plasebo merupakan upaya untuk melepaskan

endorfin (Perry & Potter, 2005)

Teori pengendalian gerbang untuk nyeri menjelaskan mengapa

penggosokan atau pemijatan suatu bagian yang nyeri setelah suatu cedera dapat

menghilangkan nyeri, karena aktifitas di serat-serat besar dirangsang oleh

tindakan ini, sehingga gerbang untuk aktifitas serat berdiameter kecil (nyeri)

tertutup.

Teori multidimensional nyeri

Nyeri adalah fenomena yang multidimensional. (Ahles et al, 1983 dalam

Harahap, 2007) mengkategorikan lima dimensi dari nyeri yang dialami.

Identifikasi dimensi nyeri ini mulanya diperuntukan untuk nyeri-nyeri pada kasus-

kasus kanker. Kelima dimensi ini meliputi: dimensi fisiologi, sensori, afektif,

cognitive, dan behavior (perilaku). Sebagai tambahan, McGuire & Sheidler (1993)

menambahkan dimensi sosial-kultural sebagai dimensi keenam dalam

multidimensional dari fenomena nyeri. Keenam dimensi dari fenomena nyeri ini

saling berhubungan, berinteraksi serta dinamis dan dijelaskan sebagai berikut:

a. Dimensi Fisiologi

Dimensi fisiologis terdiri dari penyebab organik dari nyeri tersebut seperti

kanker yang telah bermetastase ke tulang atau mungkin juga telah

menginfiltrasi ke sistem saraf (Davis, 2003 dalam Harahap, 2007). Berdasarkan

dimensi fisiologis, terdapat dua karakteristik yang melekat dalam pengalaman

nyeri, yaitu: durasi dan pola nyeri. Durasi nyeri mengacu kepada apakah nyeri

yang dialami tersebut akut atau kronik. Sedangkan pola

Universitas Sumatera Utara


11

nyeri dapat diidentifikasi sebagai nyeri singkat, sekejap, atau transient, ritmik,

periodik, atau juga nyeri berlanjut, menetap atau konstan.

b. Dimensi Afektif

Dimensi afektif dari nyeri mempengaruhi respon individu terhadap nyeri yang

dirasakanya. Menurut McGuire (2006), dimensi afektif dari nyeri indentik

dengan sifat personal tertentu dari individu. Pasien-pasien yang mudah sekali

mengalami kondisi depresi atau gangguan psikologis lainnya akan lebih

mudah mengalami nyeri yang sangat dibandingkan dengan pasien lainnya.

Buckelew, Parker, dan Keefe et al. (1994 dalam Harahap, 2007) menemukan

bahwa keparahan nyeri berhubungan signifikan dengan kondisi kecemasan

individu yang mengalami nyeri kronik. Mereka juga menyatakan bahwa

semakin berat nyeri yang dialami, maka semakin tinggi tingkat kecemasan

individu tersebut.

c. Dimensi Sosio-kultural

Dimensi sosio-kultural nyeri terdiri dari berbagai variasi dari faktor

demograpi, adat istiadat, agama, dan faktor-faktor lain yang berhubungan

yang dapat mempengaruhi persepsi dan respon seseorang terhadap nyerinya

(McGuire, 2006).

Kultur atau budaya memiliki peran yang kuat untuk menentukan faktor sikap

individu dalam mempersepsikan dan merespon nyerinya. Sementara itu sikap

individu ini juga berkaitan dengan faktor usia, jenis kelamin dan ras. McGuire

(2006), menemukan bahwa wanita berkulit non-putih dan yang berkulit putih

memiliki perbedaan yang signifikan dalam melaporkan nyerinya. Wanita

berkulit bukan putih melaporkan nyeri yang lebih rendah bila dibandingkan

dengan wanita berkulit putih ketika mengalami nyeri.

Universitas Sumatera Utara


12

d. Dimensi Sensori

Dimensi sensori pada nyeri berhubungan dengan lokasi dimana nyeri itu

timbul dan bagaimanan rasanya. (Ahles et al, 1983 dalam Harahap, 2007)

menyatakan bahwa terdapat tiga komponen spesifik dalam dimensi sensori,

yaitu lokasi, intensitas, dan kualitas nyeri.

Lokasi dari nyeri memberikan petunjuk penyebab nyeri bila ditinjau dari segi

aspek sensori. Lokasi nyeri ini sendiri dapat dilaporkan oleh pasien pada dua

atau lebih lokasi McGuire (2006). Kondisi dimana dirasakannya nyeri pada

beberapa lokasi yang berbeda mengimplikasikan keterlibatan dimensi sensori.

Semakin banyak lokasi nyeri yang dirasakan oleh pasien, maka akan semakin

sulit bagi pasien untuk melokalisasi area nyerinya.

Intensitas nyeri, intensitas nyeri adalah sejumlah nyeri yang dirasakan oleh

individu dan sering kali digambarkan dengan kata-kata seperti ringan, sedang

dan berat. Intensitas nyeri juga dapat dilaporkan dengan angka yang

menggambarkan skor dari nyeri yang dirasakan McGuire (2006), sedangkan

kualitas nyeri adalah berkaitan dengan bagaimana nyeri itu sebenarnya

dirasakan individu. Kualitas nyeri seringkali digambarkan dengan berdenyut,

menyebar, menusuk, terbakar dan gatal. Pada kasus nyeri kanker, pasien

sering melaporkan kualitas nyerinya seperti nyeri tajam, berdenyut, pedih,

menusuk, tertekan berat, atau juga bertambah McGuire (2006).

e. Dimensi Kognitif

Dimensi kognitif dari nyeri menyangkut pengaruh nyeri yang dirasakan oleh

individu terhadap proses berpikirnya atau pandangan individu terhadap

dirinya sendiri (Ahles et al, 1983 dalam Harahap, 2007). Respon pikiran

Universitas Sumatera Utara


13

individu terhadap nyeri yang dirasakan dapat diasosiasikan dengan

kemmapuan koping individu mengahadapi nyerinya.

Pasien yang berpendapat nyerinya sebagai suatu tantangan melaporkan nyeri

lebih rendah dengan tingkat depresi yang rendah juga dan disertai dengan

mekanisme koping yang lebih baik jika dibandingkan dengan pasien yang

menganggap nyerinya adalah sebagai hukuman atau sebagai musuh.

Pengetahuan adalah aspek yang penting dalam dimensi kognitif. Pengetahuan

tentang nyeri dan penanganannya dapat mempengaruhi response seseorang

terhadap nyeri dan penanganannya. Nyeri itu sendiri dapat dimodifikasi oleh

bagaimana seseorang berpikir tentang nyeri yang dirasakannya, apa saja

pengharapannya atas nyerinya, dan apa makna nyeri tersebut dalam

kehidupannya.

f. Dimensi Perilaku (Behavioral)

Seseorang yang mengalami nyeri akan memperlihatkan perilaku tertentu

(Fordyce, 1976 dalam Harahap, 2007). Dimensi perilaku dari nyeri meliputi

serangkaian perilaku yang dapat diobservasi yang berhubungan dengan nyeri

yang dirasakan dan bertindak sebagai cara mengkomunikasikan ke

lingkungan bahwa seseorang tersebut mengalami atau merasakan nyeri

(Fordyce, 1976 dalam Harahap, 2007).

Tampilan perilaku nyeri yang diperlihatkan seseorang dapat berupa guarding,

bracing, grimacing, keluhan verbal, dan perilaku mengkonsumsi obat.

Diantara pasien yang mengalami kanker di area leher, perilaku menjaga

(guarding) dan meringis (grimacing) adalah perilaku yang paling sering

diperlihatkan pasien ketika merasakan nyeri. Menurut Harahap, 2007

dikatakan bahwa diantara pasien kanker di Indonesia perilaku meringis

Universitas Sumatera Utara


14

(grimacing) dan menghela nafas (sighing) merupakan perilaku nyeri yang

paling sering diperlihatakan pasien sewaktu mengalami nyeri.

Fisiologi Nyeri

Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Cara yang

paling baik untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu menjelaskan tiga

komponen fisiologis berikut yakni: resepsi, persepsi, dan reaksi. Stimulus

penghasil nyeri mengirimkan implus melalui serabut saraf perifer. Serabut saraf

memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan

akhirnya sampai di dalam massa berwarna abu-abu di medulla spinalis. Terdapat

pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus

nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks

serebral. Sekali stimulus mencapai korteks cerebral, maka otak

menginterpretasikan kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman

dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya

mempersepsikan nyeri (Mc. Nair, 1990 dalam Potter dan Perry, 2005).

Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan

nyeri kronis (Long, 2001).

Nyeri Akut, nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan

cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan

tegangan otot (Long, 2001). Nyeri akut merupakan mekanisme pertahanan yang

berlangsung kurang dari enam bulan, secara fisiologis terjadi perubahan denyut

jantung, frekuensi napas, tekanan darah, aliran darah perifer,

Universitas Sumatera Utara


15

tegangan otot, keringat pada telapak tangan. Pasien dengan nyeri akut sering

mengalami kecemasan (Benzon, 2005). Nyeri akut biasanya berlangsung secara

singkat misalnya nyeri pada patah tulang atau pembedahan abdomen, pasien yang

mengalami nyeri akut biasanya menunjukan gelala-gejala antara lain : respirasi

meningkat, percepatan jantung dan tekanan darah meningkat (Priharjo, 1996).

Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan

cidera spesifik. Nyeri akut mengidentifikasikan bahwa kerusakan atau cidera telah

tarjadi. Hal ini menarik perhatian pada kenyataannya bahwa nyeri ini benar terjadi

dan mengajarkan kepada kita untuk menghindari situasi serupa yang secara

potensial menimbulkan nyeri.

Nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa

detik hingga enam bulan. Cidera atau penyakit yang meenyababkan nyeri akut

dapat sembuh secara spontan atau dapat memerlukan pengobatan (Smeltzer &

Bare, 2003). Fungsi nyeri akut ialah memberi peringatan akan cedera atau penyakit

yang akan datang. Nyeri akut akhirnya menghilang dengan atau tanpa pengobatan

setelah keadaan pulih pada araea yang rusak ( Potter & Perry, 2006).

Nyeri Kronis, nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-

lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari enam

bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom

nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis (Long, 2001). Nyeri kronis dibedakan dalam

dua kelompok besar yaitu nyeri kronik maligna dan nyeri kronik nonmaligna.

Karakteristik nyeri kronis adalah penyembuhannya tidak dapat diprediksi

meskipun penyebabnya mudah ditentukan, nyeri kronis dapat menyebabkan klien

merasa putus asa dan frustasi. Klien yang mengalami nyeri kronis mungkin

menarik diri dan mengisolasi diri. Nyeri ini menimbulkan

Universitas Sumatera Utara


16

kelelahan mental dan fisik (Tamsuri, 2006).

Nyeri kronis adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang

suatu periode waktu, nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan

dengan tepat dan sering sulit untuk di obati karena biasanya nyeri ini tidak

memberikan respon terhadap pengobatan yang di arahkan pada penyebabnya.

Nyeri kronis sering didefenisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam

bulan atau lebih, nyeri kronis tidak mempunyai tujuan yang berguna dan jika hal

ini menetap, ini menjadi gangguan utama (Smeltzer & Bare, 2003).

Respon tubuh terhadap nyeri

Nyeri akut akan menimbulkan perubahan-perubahan didalam tubuh.

Impuls nyeri oleh serat afferent selain diteruskan ke sel-sel neuron nosisepsi di

komu dorsalis medulla spinalis, juga akan diteruskan ke sel-sel neuron di komu

anterolateral dan komu anterior medulla spinalis (Morgan, 1996)

Nyeri akut pada dasarnya berhubungan dengan respon stres sistem

neuroendokrin yang sesuai dengan intensitas nyeri yang ditimbulkan. Mekanisme

timbulnya nyeri melalui serat saraf afferent diteruskan melalui sel-sel neuron

nosisepsi di komu dorsalis medulla spinalis dan juga diteruskan melalui sel-sel di

komu anterolateral dan komu anterior medulla spinalis memberikan respon

segmental seperti peningkatan spasme otot, peningkatan tekanan darah, dan

menginhibisi fungsi organ viseral. Nyeri juga mempengaruhi respon

suprasegmental yang meliputi kompleks hormonal, metabolik dan imunologi yang

menimbulkan stimulasi yang noxious. Nyeri juga berespon terhadap psikologi

pasien seperti interpretasi nyeri, marah dan takut (Latief, 2001)

Universitas Sumatera Utara


17

Faktor – faktor yang mempengaruhi nyeri

Pengalaman individu terhadap nyeri pasca bedah berbeda untuk setiap

orang. Beberapa variabel yang mempengaruhi intensitas nyeri adalah usia, jenis

kelamin, budaya, tingkat pendidikan, pengalaman nyeri sebelumnya, Dibawah ini

dijelaskan faktor-faktor tersebut terkait dengan penelitian yang akan diteliti.

a. Usia

Pengaruh usia pada persepsi nyeri dan toleransi nyeri tidak diketahui secara

luas. Lansia berespon terhadap nyeri dapat berbeda dengan cara berespon

orang yang berusia lebih muda (Smeltzer & Bare, 2003). Beberapa faktor

yang memengaruhi respon orang tua antara lain orang tua berpendapat bahwa

nyeri yang terjadi merupakan sesuatu yang harus mereka terima (Herr &

Mobily, 1991, dalam Potter & Perry, 2006), kebanyakan orang tua takut

terhadap efek samping obat dan menjadi ketergantungan, sehingga mereka

tidak melaporkan nyeri atau menanyakan obat untuk menghilangkan nyeri.

Faktor lainnya adalah ketakutan, karena nyeri merupakan gambaran penyakit

serius atau akan kehilangan kemandirian (Brown, 2004, dalam Lemone &

Burke, 2008).

b. Jenis Kelamin

Umumnya, laki-laki dan perempuan secara signifikan tidak berbeda dalam

berespon terhadap nyeri (Gil, 1990 dalam Crisp & Taylor, 2001). Terdapat

pengaruh budaya terhadap jenis kelamin (seperti anggapan bahwa anak laki

laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan anak perempuan pada

situasi yang sama diperbolehkan untuk menangis).

Universitas Sumatera Utara


18

Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam berespon terhadap nyeri.

Perbedaan jenis kelamin telah diidentifikasi dalam hal nyeri dan respon

nyeri. Laki-laki memiliki sensitifitas yang lebih rendah dibandingkan wanita

atau kurang merasakan nyeri (Smeltzer & Bare, 2003; Black & Hawks,

2005). Laki-laki kurang mengekspresikan nyeri yang dirasakan secara

berlebihan dibandingkan wanita.

c. Budaya

Ras dan suku merupakan faktor penting bagi seseorang dalam merespon

nyeri (Smeltzer & Bare, 2003). Budaya mempengaruhi seseorang bagaimana

cara toleransi terhadap nyeri, mengintepretasikan nyeri, dan bereaksi secara

verbal atau non-verbal terhadap nyeri (LeMone & Burke, 2008). Sebagai

contoh adalah budaya dari suku Jawa yang menerima terhadap nyeri,

sehingga harus merasa kuat dan sabar terhadap nyeri yang dirasakan.

Berbeda halnya dengan suku Melayu yang kurang bisa menahan nyeri,

sehingga lebih mengungkapkan nyerinya kepada orang lain. Harapan budaya

tentang nyeri yang dipelajari individu sepanjang hidupnya jarang dipengaruhi

oleh pemajanan terhadap nilai-nilai yang berlawanan dengan budaya lainnya.

Akibatnya, individu yakin bahwa persepsi dan reaksi mereka terhadap nyeri

adalah normal dapat diterima (Smeltzer & Bare, 2003).

d. Tingkat Pendidikan

Pendidikan diinterpretasikan dengan makna untuk mempertahankan individu

dengan kebutuhan-kebutuhan yang senantiasa bertambah dan merupakan

suatu harapan untuk dapat mengembangkan diri agar berhasil serta untuk

memperluas, mengintensifkan ilmu pengetahuan, dan memahami elemen-

elemen yang ada disekitarnya. Pendidikan juga mencakup segala perubahan

Universitas Sumatera Utara


19

yang terjadi, sebagai akibat dari partisipasi individu dalam pengalaman-

pengalaman dan belajar (Crow, 2000, dalam Supriyatno, 2001).

Penelitian terkait antara pengaruh tingkat pendidikan terhadap nyeri pasca

bedah menunjukan bahwa ada hubungan signifikan antara tingkat nyeri

dengan tingkat pendidikan (Harsono, 2009). Hasil penelitian menunjukan

bahwa tidak ada korelasi signifikan antara VAS intensitas tingkat nyeri dan

tingkat pendidikan. Berbeda halnya dengan penelitian Moddeman (2000)

yang dilakukan pada pasien pasca bedah histerektomi menyatakan

pendidikan mempunyai korelasi negatif dengan nyeri pasca bedah.

e. Pengalaman Nyeri Sebelumnya

Cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah akibat dari banyak kejadian

nyeri selama rentang kehidupannya (Smeltzer & Bare, 2003). Apabila

individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa

pernah sembuh atau menderita nyeri yang hebat, maka kecemasan atau

bahkan rasa takut dapat muncul. Sebaliknya apabila individu mengalami

nyeri dengan jenis yang sama berulang-ulang, tetapi nyeri tersebut berhasil

dihilangkan, maka akan lebih mudah bagi individu tersebut untuk melakukan

tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menghilangkan nyeri (Potter &

Perry, 2006).

Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut

akan menerima nyeri dengan lebih mudah di masa yang akan datang. Jika

pengalaman nyeri yang lalu teratasi dengan cepat dan adekuat, individu

mungkin mengalami sedikit ketakutan terhadap nyeri yang dialami di masa

mendatang dan mampu mentoleransi nyeri secara lebih baik (Smeltzer &

Bare, 2003).

Universitas Sumatera Utara


20

Penelitian Harsono (2009) menemukan pengalaman nyeri sebelumnya

menunjukkan rata-rata inensitas nyeri pasien pasca bedah abdomen pada

responden yang pernah mengalami nyeri sebelumnya lebih rendah

dibandingkan responden yang tidak pernah mengalami nyeri sebelumnya

dengan nilai p value 0,626 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara

pengalaman nyeri sebelumnya dengan intensitas nyeri pasca bedah

abdomen.

Pengukuran Intensitas Nyeri

Nyeri merupakan masalah yang sangat subjektif yang dipengaruhi oleh

psikologis, kebudayaan dan lainnya, sehingga mengukur intensitas nyeri

merupakan masalah yang relatif sulit.

Menurut Morgan (1996), Ada beberapa metoda yang umumnya digunakan

untuk menilai intensitas nyeri, yaitu :

a. Verbal Rating Scale (VRSs)

Metoda ini menggunakan suatu word list untuk mendiskripsikan nyeri yang

dirsakan. Pasien disuruh memilih kata-kata atau kalimat yang

menggambarkan karakteristik nyeri yang dirsakan dari word list yang ada.

Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui intensitas nyeri saat pertama

kali muncul sampai tahap penyembuhan.

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri yang

nyeri ringan sedang berat tak tertahankan

Gbr 1 : Verbal Rating Scale (VRSs)

Universitas Sumatera Utara


21

b. Numeric Rating Scale (NRSs)

Metode ini menggunakan angka-angka untuk menggambarkan range dari

intensitas nyeri. Umumnya pasien akan menggambarkan intensitas nyeri

yang dirasakan dari angka 0-10.

Gbr 2 : Numeric Rating Scale

Pada penelitian ini pengukuran intensitas nyeri adalah menggunakan

Numeric Rating Scale yang terdiri dari skala 0 sampai 10. Numeric Rating

Scale adalah pengukuran nyeri yang sering digunakan dalam

pengukuran nyeri dan telah divalidasi. Berat ringannya rasa sakit atau nyeri

dibuat menjadi terukur dengan mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri.

Skala numerik dari 0 hingga 10 , nol (0) merupakan keadaan tanpa atau bebas

nyeri, sedangkan sepuluh (10), suatu nyeri yang sangat hebat (Brunner &

Suddarth, 2002). Skala ini memberikan pasien kebebasan

total dalam mengidentifikasi hebatnya nyeri yang dirasakan.

c. Visual Analog Scale (VASs)

Metode ini paling sering digunakan untuk mengukur intensitas nyeri. Metode

ini menggunakan garis sepanjang 10 cm yang menggambarkan keadaan tidak

Universitas Sumatera Utara


22

nyeri sampai nyeri yang sangat hebat. Pasien menandai angka pada garis

yang menggambarkan intensitas nyeri yang dirasakan.

Gbr 3 : Visual Analog Scale

d. McGILL Pain Questionnare (MPQ)

Metode ini menggunakan check list untuk mendiskripsikan gejala-gejala

nyeri yang dirsakan. Metode ini menggambarkan nyeri dari berbagai aspek

antara lain sensorik, afektif dan kognitif.

e. The face pain scale

Metode ini dengan cara melihat mimik wajah pasien dan biasanya untuk

menilai intensitas nyeri pada anak-anak

Pada penelitian ini yang diukur adalah intensitas nyeri dengan tujuan untuk

mendapat nilai subjektifitas nyeri yang dirsakan oleh pasien secara langsung pada

saat dilakukan penelitian.Pengukuran intensitas nyeri pada penelitian ini

menggunakan kuisioner Numeric rating scale. Hasil yang diperoleh dikategorikan

sebagai berikut :

a. Tidak ada nyeri : 0

b. Nyeri ringan : 1-3


c. Nyeri sedang : 4-6

d. Nyeri berat : 7-10

Universitas Sumatera Utara


23

Konsep Kecemasan

Definisi Kecemasan

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang

berkaitan dengan perasaan tidak pasti atau tidak berdaya (Sturt & Sundeen, 2006).

Menurut Potter dan Perry (2006), hubungan nyeri terhadap ansietas

bersifat kompleks. Ansietas sering kali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri

juga dapat menimbulkan satu perasaan ansietas. Stimulus nyeri mengaktifkan

bagian system limbik yang diyakini mengendalikan emosi seseorang khususnya

ansietas. Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi terhadap nyeri, yakni

memperburuk atau menghilangkan nyeri.

Kecemasan sendiri dapat menyebabkan nyeri. Otot menjadi tegang

karenanya sehingga menyebabkan nyeri kuduk,kepala atau bagian tubuh yang

lain. Rahang yang dikencangkan atau gigi yang digerakkan dapat menyebabkan

nyeri, sehingga orang itu mengalami rasa nyeri yang lebih hebat. Kecemasan

dapat memperkeras rasa nyeri juga bila perhatian difokuskan pada sensasi-sensasi

yang biasanya tidak dianggap nyeri seperti prestise, rasa gatal dan kadang-kadang

bahkan denyutan jantung atau gerakan usus (Soedomo, 1991).

Gejala Kinis Kecemasan

Tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukkan atau dikemukakan oleh

seseorang bervariasi, tergantung dari beratnya atau tingkatan yang dirasakan oleh

individu tersebut. Keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang saat

Universitas Sumatera Utara


24

mengalami kecemasan secara umum menurut Hawari (2011), adalah sebagai

berikut: a) Gejala psikologis : pernyataan cemas/ khawatir, firasat buruk, takut

akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah,

mudah terkejut, b) Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan, c)

gangguan konsentrasi dan daya ingat, d) Gejala somatik : rasa sakit pada otot dan

tulang, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, sakit kepala, gangguan

perkemihan, tangan terasa dingin dan lembab dan lain sebagainya.

Menurut Stuart (2006), pada orang yang cemas akan muncul beberapa

respon yang meliputi : a) Respon fisiologis yang terdiri dari : kardiovaskular

(palpitasi, tekanan darah meningkat, tekanan darah menurun, denyut nadi

menurun), pernafasan (nafas cepat dan pendek, nafas dangkal dan terengah-

engah), gastrointestinal (nafsu makan menurun, tidak nyaman pada perut, mual

dan diare), neuromuskular (tremor, gugup, gelisah, insomnia dan pusing), traktus

urinarius (sering berkemih), kulit (keringat dingin, gatal, wajah kemerahan), b)

Respon perilaku yang muncul adalah gelisah, tremor, ketegangan fisik, reaksi

terkejut, gugup, bicara cepat, menghindar, kurang kooordinasi, menarik diri dari

hubungan interpersonal dan melarikan diri dari masalah, c) Respon kognitif yang

muncul adalah perhatian terganggu, pelupa, salah dalam memberikan penilaian,

hambatan berfikir, kesadaran diri meningkat, tidak mampu berkonsentrasi, tidak

mampu mengambil keputusan, menurunnya lapangan persepsi dan kreatifitas,

bingung, takut, kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual dan takut cedera

atau kematian, d) Respon afektif yang sering muncul adalah mudah terganggu,

tidak sabar, gelisah, tegang, ketakutan, waspada, gugup, mati rasa, rasa bersalah

dan malu.

Universitas Sumatera Utara


25

Tingkat kecemasan

Menurut Stuart (2006), kecemasan dalam empat tingkatan dan

menggambarkan efek dari tiap tingkatan.

a. Cemas Ringan

Cemas ringan merupakan cemas yang normal yang berhubungan dengan

ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang

menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya, seperti melihat,

mendengar dan gerakan menggenggam lebih kuat. Kecemasan tingkat ini

dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

b. Cemas Sedang

Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang

penting dan mengesampingkan hal yang lain, sehingga seseorang

mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang

lebih terarah.

c. Cemas Berat

Cemas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang

cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan

tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk

mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak pengarahan

untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.

d. Panik

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian

terpecah dari proporsinya. Individu yang mengalami panik tidak mampu

Universitas Sumatera Utara


26

melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan hal itu dikarenakan

individu tersebut mengalami kehilangan kendali, terjadi peningkatan

aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan

orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang

rasional.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

Menurut Carpenito (2000) faktor–faktor yang mempengaruhi kecemasan

adalah: a) Situasi (personal, lingkungan ), b) Berhubungan dengan nyata/merasa

terganggu pada integritas biologissekunder terhadap serangan, prosedur invasif

dan penyakit. Adanya perubahannyata/merasakan adanya perubahan lingkungan

sekunder terhadap perawatan di Rumah Sakit, c) Maturasional dimana tingkat

maturasi individu akan mempengaruhi tingkat kecemasan. Pada bayi kecemasan

lebih disebabkan karena perpisahan, lingkungan atau orangyang tidak dikenal dan

perubahan hubungan dalam kelompok sebaya. Kecemasan pada remaja mayoritas

disebabkan oleh perkembangan seksual. Pada dewasa berhubungan dengan

ancaman konsep diri, sedangkan padalansia kecemasan berhubungan dengan

kehilangan fungsi, c) Tingkat pendidikan yang dilihat dari tingkat pendidikan

seseorang semakin tinggi tingkatpendidikan maka akan semakin mudah dalam

memperoleh penyesuaian diri terhadap stresor. Penyesuaian diri terhadap stresor

tersebut erat kaitannya dengan pemahaman seseorang terhadap pemberian

informasi yang tepa tmengenai stressor. Individu yang berpendidikan tinggi akan

mempunyai koping yang lebih baik dari pada yang berpendidikan rendah sehingga

dapat mengeliminir kecemasan yang terjadi, d) Karakteristik stimulus yang terdiri

dari : intensitas stresor, lama stresor, jumlah stresor, d) Karakteristik Individu

Universitas Sumatera Utara


27

yang terdiri dari : makna stresor bagi individu, sumber yang dapat dimanfaatkan

dan respon koping, dan status kesehatan individu.

Faktor predisposisi kecemasan

Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas:

a. Dalam pandangan psikoanalitik ansietas adalah konflik emosional yang

terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan

insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan

hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang.

Ego atau Aku berfungsi mengenahi tuntutan dari dua elemen yang

bertentangan, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada

bahaya.

b. Menurut pandangan interpersonal ansietas timbul dari perasaan takut terhadap

tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga

berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan

kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri

rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.

c. Menurut pandangan perilaku ansietas merupakan produk frustasi yaitu


segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai

tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap ansietas sebagai

suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk

menghindari kepedihan pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu

yang terbiasa dalam kehidupan dirinya dihadapkan pada ketakutan yang

berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara


28

d. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang

biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalm gangguan

ansietas dan antara gangguan gangguan ansietas dengan depresi. Dalam hal ini

dukungan keluarga pada saat pasie baru masuk rumah sakit sangat dibutuhkan.

Berbagai macam perasaan timbul dalam benak pasien, pasien merasa tidak

percaya karena harus menjalani perawatan dan dalam hal ini perawat bias

sebagai fasilitator yang dapat menghubungkan antar keduanya. Dukungan

keluarga diharapkan dapat mengurangi kecemasan pada pasien.

e. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk

benzodiazepines. Resptor ini mungkin membantu mengatur ansietas.

Penghambat asam aminobutirik-gamma neroregulator (GABA) juga mungkin

memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan

ansietas, sebagaimana halnya dengan endorfin. Selain itu, telah dibuktikan

bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai

predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan

fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi

stressor (Stuart & Sundeen, 2006 ).

Faktor presipitasi kecemasan

Faktor presipitasi pada gangguan kecemasan berasal dari sumber internal

atau eksternal ( Stuart & Sundeen,2006 ) yaitu: a) Ancaman terhadap integritas

fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi atau penurunan kemampuan

untuk melakukan aktivitas hidup sehari–hari, b) Ancaman terhadap sistem diri

dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi social yang terintegrasi pada

individu.

Universitas Sumatera Utara


29

Pengukuran Kecemasan

Kecemasan pasien diukur dengan menggunakan kuesioner State Anxiety

Inventory (S-AI) form-Y yang dipopulerkan Spielberger, terdiri dari 40 item

pertanyaan tetapi pada penelitian ini hanya menggunakan 20 pertanyaan karena S-

AI form Y mengukur tingkat kecemasan pasien secara subjektif pada saat

dirasakan sekarang dan validitas dan realibilitas nya teruji. S-AI form Y diukur

pada 24 jam pasca bedah abdomen. Skala S-AI form Y Spielberger terdiri dari 20

pertanyaan dengan 4 respon skala likert. Setengah dari item tersebut berhubungan

dengan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi, gelisah, cemas, ketegangan dan

sebagian lagi merefleksikan keamanan, kenyamanan dan tidak adanya

kegelisahan. Pernyataan positif pada kuesioner nomor 1,2,5,8,10,11,15,16,19, dan

20 diberi nilai dengan pilihan jawaban tidak dirasakan sama sekali (skor 0),

kurang (skor 1), cukup (skor 2) hingga sangat dirasakan (skor 3). Pernyataan

negatif pada nomor 3,4,6,7,9,12,13,14,17 dan 18 diberi nilai sebaliknya: tidak

dirasakan sama sekali (skor 3), kurang (skor 2), cukup (skor 1) hingga sangat

dirasakan (skor 0). Hasil yang diperoleh dikategorikan sebagai berikut : a.

Ringan : 0 – 20

b. Sedang: 21 - 40

c. Berat :41- 60

Nyeri Post Operasi

Nyeri post operasi adalah sensori yang tidak menyenangkan dan

pengalaman emosi yang berhubungan dengan kerusakan jaringan potensial atau

nyata atau menggambarkan terminology suatu kerusakan. Pada post operasi nyeri

Universitas Sumatera Utara


30

biasanya adalah hasil dari tindakan operasi tapi dapat disebabkan oleh hal lain

penyebab-penyebab yang berhubungan atau tidak berhubungan, yaitu ; kandung

kemih yang penuh, iskemia, pemasangan infuse dan lain-lain. Dan diagnosa

terhadap penyebab nyeri harus dapat diobati jika memungkinkan. Sisa nyeri dapat

dibebaskan dengan pembatasan keamanan pasien terhadap lingkungan postoperasi

(Alexander & Hill, 1987 ).

Teori Comfort oleh Khaterine Kolcaba

Kolcaba menganalisis konsep kenyamanan dan menerbitkan teori mid-

range kenyamanan, menunjukkan bahwa ketika kenyamanan ditingkatkan , pasien

didukung dan dengan demikian mampu terlibat dalam perilaku mencari

kesehatan . Artikel pertama tentang Teori Comfort diterbitkan pada tahun 1994

oleh Kolcaba. Konteks kenyamanan adalah (Kolcaba, 2003 dalam Tomey &

Alligood, 2006: 728).

a. Kebutuhan Perawatan Kesehatan

Kebutuhan perawatan kesehatan didefinisikan sebagai kebutuhan untuk

memperoleh kenyamanan, bangkit dari situasi stres. Kebutuhan disini

meliputi kebutuhan fisik, psikospiritual, sosial, dan lingkungan yang

diperoleh melalui monitoring, laporan verbal dan non verbal, kebutuhan yang

berhubungan dengan parameter patofisiologi, kebutuhan pendidikan dan

dukungan, serta kebutuhan konseling finansial dan intervensi (Kolcaba, 1994

dalam Tomey & Alligood, 2006).

b. Pengukuran Kenyamanan

Pengukuran kenyamanan didefinisikan sebagai intervensi keperawatan untuk

mengetahui kebutuhan kenyamanan resipien secara spesifik

Universitas Sumatera Utara


31

meliputi fisiologi, sosial, finansial, psikologi, spiritual, lingkungan, dan

intervensi fisik (Kolcaba, 1994 dalam Tomey & Alligood, 2006).

c. Varibel-variabel Intervensi

Didefinisikan sebagai interaksi antara kekuatan-kekuatan yang

mempengaruhi persepsi resipien tentang kenyamanan total. Variabel ini

terdiri atas pengalaman masa lalu, umur, sikap, status emosional, sistem

pendukung, prognosis penyakit, keuangan, dan pengalaman resipien secara

keseluruhan (Kolcaba, 1994 dalam Tomey &Alligood, 2006).

d. Kenyamanan

Didefinisikan sebagai kondisi yang dialami oleh resipien berdasarkan

pengukuran kenyamanan. Ada tiga tipe kenyamanan (dorongan, ketentraman

dan transcendence) serta empat konteks pengalaman (fisik, psikospiritual,

sosial dan lingkungan). Tipe-tipe kenyamaman didefiniskan sebagai berikut

(Kolcaba, 2001 dalam Tomey & Alligood, 2006): (a) Dorongan (relief):

kondisi resipien yang membutuhkan penanganan yang spesifik dan segera;

(b)Ketenteraman (ease): kondisi yang tenteram atau kepuasan hati;

(c) Transcendence: kondisi dimana individu mampu mengatasi masalahnya

(nyeri).

e. Perilaku Pencari Kesehatan (Health-seeking Behaviors/HSBs)

Suatu keadaan yang menggambarkan secara luas hasil yang dihubungan

dengan pencari kesehatan serta ditetapkan oleh resipien pada saat konsultasi

dengan perawat. Perilaku pencari kesehatan dapat internal, eksternal, atau

meninggal dengan penuh kedamaian.

Universitas Sumatera Utara


32

f. Institusi Yang Terintegrasi

Kolcaba (2001, dalam Tomey & Alligood, 2006) menjelaskan yang dimaksud

dengan integritas institusi adalah kelompok, komunitas, sekolah, rumah sakit,

tempat ibadah, panti asuhan, yang memiliki kualitas atau tempat yang

lengkap, jumlah, suara, jujur, kasih, tulus, dan sungguh-sungguh.

Kolcaba (2001, dalam Tomey & Alligood, 2006) mengemukakan beberapa

asumsi tentang kenyamanan antara lain: a) Manusia mempunyai respon yang

holistik terhadap stimulus yang kompleks, b) Kenyamanan adalah suatu hasil

holistik yang diharapkan yang berhubungan dengan disiplin keperawatan.

Kenyamanan adalah lebih dari tidak adanya nyeri, cemas, dan ketidaknyamanan

fisik lainnya, c) Manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhan kenyamanannya

secara aktif.

Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori, maka peneliti merumuskan kerangka konsep

penelitian sebagai berikut :

Variabel Independent Variabel Dependen

Intensitas nyeri: Tingkat kecemasan :


- Tidak ada nyeri
- Nyeri Ringan  Cemas ringan
- Nyeri Sedang  Cemas sedang
- Nyeri Berat  Cemas berat

Gambar 1.2 : Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan

menggunakan desain studi korelasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi

hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan intensitas nyeri

dengan kecemasan pada pasien post operasi di Rumah Sakit Grand Medistra

Lubuk Pakam tahun 2016.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

yang dilaksanakan mulai bulan Mei sampai dengan Juni 2016.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang dapat digunakan untuk

membuat beberapa kesimpulan. Jika populasi sangat besar maka perlu dilakukan

pengambilan sampel (Cooper dan Emory, 1995). Populasi dalam penelitian ini

adalah pasien post operasi abdomen di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk

Pakam mulai bulan Mei sampai Juni 2016. Dari data pelayanan kesehatan yang

diperoleh pada tahun 2014 didapatkan bahwa pasien yang mengalami pembedahan

sebesar 457 orang dan rata-rata 30 perbulan.

33

Universitas Sumatera Utara


34

Adapun sampel penelitian yang diambil pasien post operasi bedah

abdomen yang dirawat di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam yang

memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut : 1) Pasien yang mengalami nyeri

setelah 24-48 jam post operasi abdomen, yaitu laparatomi, histerektomi,

apendiktomi, 2) Pasien bersedia menjadi responden, 3) Kesadaran compos mentis

dan dapat berkomunikasi dengan baik, 4) Pasien mengerti instruksi baik secara

lisan maupun tulisan. Sedangkan kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut: 1) Pasien dengan kondisi sangat lemah, 2) Pasien Post operasi

sectio secarea.

Teknik pengambilan sampel secara garis besar dapat digolongkan menjadi

probabilty sampling dan non probability sampling (Kasjono dan Yasril, 2009).

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini termasuk nonprobability

sampling dengan teknik consecutive sampling yaitu sampel yang pada saat itu

memenuhi kriteria dan dipilih sebagai responden dalam jangka waktu tertentu.

Dari data pelayanan kesehatan tahun 2016 didapatkan bahwa pasien yang

mengalami pembedahan sebesar 457 orang dengan rata - rata 38 – 39 orang

perbulannya dan dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 61 orang.

Dari besarnya populasi pasien tersebut, dapat diukur besarnya sampel yang

diambil dengan menggunakan rumus sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu

populasi (Sastroasmoro dan Ismael, 2002).


2
n = Zα Q
2
e P

Universitas Sumatera Utara


35

Keterangan :

n = jumlah sampel

Zα2 =tingkat kepercayaan

e =tingkat ketetapan relatif

P =proporsi

Q =1–P

Penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan 95% dan ketepatan relatif

sebesar 25 %. Sesuai rumus diatas, maka besar sampel yang harus diambil adalah:

(1,96)2 x (1 – 0,5)
N:
(0,25)2 x (0,5)

= 61,46 (61 responden)

Metode Pengumpulan Data

Sebelum mengumpulkan data, peneliti terlebih dahulu mengurus perizinan

tempat penelitian dengan mengajukan surat permohonan penelitian dari pimpinan

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang ditujukan kepada

Direktur Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam. Setelah mendapat

persetujuan, bagian keperawatan mengarahkan peneliti utuk mengambil data awal

di ruang perawatan. Tahap berikutnya peneliti mengidentifikasi sampel penelitian

berdasarkan kriteria yang dibuat sebelumnya.

Setelah itu langkah selanjutnya peneliti dengan dibantu oleh staf perawat

rumah sakit menentukan pasien pasca bedah abdomen sesuai dengan kriteria

inklusi. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih memperkenalkan diri dan

Universitas Sumatera Utara


36

menjelaskan tujuan penelitian serta hak responden dan meminta kesediaan


pasien untuk menjadi responden penelitian dan diminta untuk

menandatangani informed consent. Peneliti meminta responden untuk

menjawab atau memilih salah satu pertanyaan atau pernyataan sesuai

dengan kuesioner yang telah disediakan berupa kuesioner karakteristik

responden, intensitas nyeri dan status kecemasan. Kuesioner diberikan kepada

pasien saat pasien merasa nyaman dari nyeri. Data intensitas nyeri pasien diukur

24 jam pasca bedah dengan alasan pasien sudah dalam keadaan sadar.

Data intensitas nyeri diambil dengan cara peneliti menunjukan skala nyeri

Numeric Rating Scale dari rentang angka 0–10 dan peneliti meminta responden

untuk melingkari salah satu angka pada skala tersebut dan Semua data dicatat

pada lembar atau format yang tersedia. Sedangkan data kecemasan diambil

dengan cara peneliti memberikan kuesioner kecemasan Skala S-AI form Y

Spielberger terdiri dari 20 pertanyaan dengan 4 respon skala likert. Pernyataan

positif pada kuesioner nomor 1,2,5,8,10,11,15,16,19, dan 20 diberi nilai dengan

pilihan jawaban tidak dirasakan sama sekali (skor 0), kurang (skor 1), cukup (skor

2) hingga sangat dirasakan (skor 3). Pernyataan negatif pada nomor

3,4,6,7,9,12,13,14,17 dan 18 diberi nilai sebaliknya: tidak dirasakan sama sekali

(skor 3), kurang (skor 2), cukup (skor 1) hingga sangat dirasakan (skor 0) Setelah

data terkumpul dilakukan pengolahan data dan analisa data.

Universitas Sumatera Utara


37

Variabel dan Defenisi Operasional

Variabel yang dioperasionalkan dalam penelitian ini adalah variabel yang

terkandung dalam hipotesis yang telah dirumuskan yaitu intensitas nyeri dan

kecemasan pasien post operasi di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.

Tabel 3.1 Variabel Bebas dan Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur

1 Intensitas Seberapa Meggunakan Tidak ada nyeri: 0 Ordinal


Nyeri besar nyeri kuesioner Ringan : 1-3
yang Numeric Rating Sedang : 4-6
dirasakan Scale peneliti Berat : 7-10
pasien menanyakan
setalah 24 kepada
– 48 jam responden nilai
setelah nyerinya dengan
selesai menggunakan
dilakukan skala 0 sampai
pembedaha 10, nol (0)
n abdomen merupakan
keadaan tanpa
atau bebas nyeri,
sedangkan
sepuluh (10),
suatu nyeri yang

sangat hebat

Universitas Sumatera Utara


38

Tabel 3.2 Variabel Terikat dan Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur

1 Kecemasan Derajat Menggunakan Ringan : 0 - 20 Ordinal


cemas yang kuesioner State- Sedang : 21 -40
dirasakan Berat : 41 - 60
oleh pasien Anxiety Inventori
pasca (S-AI) form Y dari
bedah
abdomen Spielberger untuk
mengukur tingkat
kecemasan pasien
secara subjektif pada
pasca bedah
abdomen, skor untuk
pernyataan positif : 0

= tidak sama sekali,


1 = kurang, 2 =
cukup, 3 = sangat
merasakan,
pernyataan negatif :
3 = tidak sama
sekali,2 = kurang, 1=
cukup, 0 = sangat
merasakan.

Metode Pengukuran

Metode pengukuran terhadap variabel bebas yaitu dengan kuesioner. Skala

pengukuran nyeri yang digunakan pada penelitian ini adalah Numeric Rating

Scale (NRS). yang terdiri dari skala 0 sampai 10. Numeric Rating Scale (NRS)

mudah untuk dipahami dan mudah digunakan, selain itu juga mudah bagi tenaga

Universitas Sumatera Utara


39

kesehatan profesional untuk mengajarkan pasien bagaimana menggunakannya

dan mencegah kebingungan (Bird, 2005, dalam McLafferty & Farley, 2008).

Kuesioner intensitas nyeri menggunakan skala ordinal dan skala pengukuran

dapat dilihat pada tabel 3.1

Variabel terikat yaitu kecemasan pasien diukur dengan menggunakan

kuesioner State Anxiety Inventory (S-AI) form-Y yang dipopulerkan Spielberger,

terdiri dari 20 pertanyaan dengan 4 respon skala likert. Pernyataan positif pada

kuesioner nomor 1,2,5,8,10,11,15,16,19, dan 20 diberi nilai dengan pilihan

jawaban tidak dirasakan sama sekali (skor 0), kurang (skor 1), cukup (skor 2)

hingga sangat dirasakan (skor 3). Pernyataan negatif pada nomor

3,4,6,7,9,12,13,14,17 dan 18 diberi nilai sebaliknya: tidak dirasakan sama sekali

(skor 3), kurang (skor 2), cukup (skor 1) hingga sangat dirasakan (skor 0) dengan

menggunakan skala ordinal dan skala pengukuran dapat dilihat pada tabel 3.2.

Ridwan (2006), mengatakan apabila skor tertinggi dan terendah sudah dapat

ditentukan, dilanjutkan dengan menentukan range. Kemudian hasil rentang

dikelompokkan menjadi ringan, sedang, berat.

Metode Analisis Data

Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul melalui lembar isian kuesioner diolah melalui

empat tahapan yaitu: 1) Eiting : Proses Editing dilakukan setelah pengumpulan

data dilakukan dengan memeriksa kembali kelengkapan, kejelasan dan relevansi

Universitas Sumatera Utara


40

format pengkajian karakteristik responden dan lembar kuesioner sesuai dengan

kebutuhan peneliti. Proses ini dilakukan selama berada dengan responden

dilapangan sehingga apabila ada data yang meragukan, salah atau tidak diisi dapat

dikonfimasi langsung kepada responden; 2) Coding : Mengkode data merupakan

kegiatan mengklasifikasi data, memberikan kode, untuk masing-masing kelas

terhadap data yang diperoleh dari sumber data yang telah diperiksa

kelengkapannya. Data-data yang berupa angka atau tulisan dikategorikan dalam

skor yang telah ditetapkan peneliti; 3) Entry Data : Setelah melakukan coding

maka langkah selanjutnya adalah melakukan entry data dari instrument penelitian

kedalam komputer melalui program statistik; 4) Cleaning : Kegiatan

membersihkan data dengan melakukan pemeriksaan kembali terhadap data yang

sudah si enri apakah ada kesalahan atau tidak.

Analisa Data

Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang

distribusi frekuensi karakteristik dari responden penelitian meliputi usia, jenis

kelamin, suku, pendidikan, riwayat operasi sebelumnnya.

Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan

antara kedua variabel (Sugiyono, 2001). Kedua variabel yang ingin dibuktikan

adalah hubungan intensitas nyeri dengan kecemasan pasien pot operasi yang

dilakukan dengan Uji korelasi Spearman pada tingkat kepercayaan 95%.

Disimpulkan bila p<0.05 berarti adanya hubungan intensitas nyeri dengan

Universitas Sumatera Utara


41

kecemasan pasien post operasi dan bila p>0.05 maka disimpulkan tidak ada

hubungan intensitas nyeri dengan kecemasan pasien post operasi.

Dapat disimpulkan bahwa data yang dihasilkan pada penelitian tidak

berdistribusi dengan normal dan analisa data pada penelitian ini menggunakan uji

korelasi Spearman pada tingkat kepercayaan 95%.

Pertimbangan Etik

Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji etik (Ethical

Clearence) oleh Komite Etik Penelitian Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara dan hasil uji etik menyatakan proposal hubungan

intensitas nyeri dengan kecemasan pada pasien post operasi di Rumah Sakit Grand

Medistra Lubuk Pakam Tahun 2016 dinyatakan lolos dan layak untuk dilakukan

penelitian. Selanjutnya peneliti menyampaikan surat permohonan penelitian ke

Direktur Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.

Sebelum penelitian dilakukan, responden yang memenuhi syarat diberikan

penjelasan tentang tujuan penelitian, manfaat penelitian, jaminan kerahasiaan

penelitian, peran yang dapat dilakukan oleh responden yang menjadi subjek

penelitian. Peneliti memegang prinsip Scientific attitude sikap ilmiah dan etika

penelitian keperawatan yang mempertimbangkan aspek sosioetika dan harkat

martabat kemanusiaan (Jacob, 2004). Prinsip utama mempertimbangkan hak-hak

responden untuk mendapatkan informasi terbuka dan berkaitan dengan penelitian

serta bebas menentukan pilihan atau bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam

Universitas Sumatera Utara


42

penelitian (autonomy). Setiap responden diberi hak penuh untuk menyetujui atau

menolak menjadi responden dengan cara menandatangani informed consent.

Prinsip kedua tidak menampilkan informasi nama dan alamat asal

responden dalam kuisioner dan alat ukur untuk menjamin anonimitas dan

kerahasiaan, untuk itu peneliti akan menggunakan nomor responden. Prinsip

ketiga merupakan konotasi keadilan (justice) dengan menjelaskan prosedur

penelitian dan memperhatikan kejujuran serta ketelitian. Prinsip keempat adalah

memaksimalkan hasil yang bermanfaat (beneficence) dan meminimalkan hal

merugikan (maleficence).

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Grand Medistra pada tahun 2016. Data

dikumpulkan selanjutnya dilakukan analisis univariat dan bivariat sesuai dengan

rencana analisis sebagaimana yang digambarkan pada hasil penelitian berikut ini.

Rumah Sakit Grand Medistra berdiri sejak 09 Desember 2009 beroperasi

dibawah naungan Yayasan Medistra yang juga memiliki institusi pendidikan kesehatan

yaitu Akademi Keperawatan, Akademi Kebidanan, dan Institut Kesehatan Medistra

Lubuk Pakam yang merupakan salah satu rumah sakit swasta yang menjadi rujukan

pelayanan kesehatan bagi dokter dan masyarakat yang membutuhkan dan memiliki

keunggulan termasuk didalamnya komitmen terhadap mutu, kemudahan akses, kualitas

pelayanan, kelengkapan spesialistik dan alat penunjang medis.

Rumah Sakit Grand Medistra terletak di Jalan Medan No. 66 Lubuk Pakam

merupakan rumah sakit swasta kelas B. Rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan

kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas. Rumah sakit ini juga menampung

pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Setiap tahun jumlah pasien yang

dilakukan tindakan bedah abdomen di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam rata-

rata 33 pasien.

43
Universitas Sumatera Utara
44

Karakteristik Demografi Responden

Data demografi mendeskripsikan besar responden yang mengalami nyeri post

operasi dengan karakteristik responden menurut jenis kelamin, umur, tingkat

pendidikan, suku, riwayat operasi sebelumnya dimana distribusi frekuensi dan

persentase karakteristik dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan data demografi responden


di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam (n=61)

No Karakteristik Demografi n %
1 Jenis Kelamin
Laki – laki 39 63,90
Perempuan 22 36,10
Total 61 100
2 Umur
40 tahun 30 49,10
41-50 tahun 23 37,70
>50 tahun 8 34,70
Total 61 100
No Karakteristik Demografi n %
3 Tingkat Pendidikan
Tidak sekolah 2 3,30
SD 3 4,90
SLTP 7 11,50
SMA 46 75,40
PT 3 4,90
Total 61 100
4Suku
Batak 16 26,20
Karo 25 57,40
Jawa 7 11,50
Nias 3 4,90
Total 61 100
5 Riwayat operasi sebelumnya
Ada 4 6,60
Tidak Ada 57 93,40
Total 61 100
Hasil diatas menunjukkan bahwa dari 61 responden mayoritas responden

berumur 40 tahun yaitu (49,10 %), jenis kelamin laki-laki sebanyak (63,90 %,) memiliki

Universitas Sumatera Utara


45

tingkat pendidikan SMA (75,40 %), suku karo sebanyak (57,40 % ) dan tidak ada

riwayat operasi sebelumnya sebanyak (93,40 %).

Intensitas Nyeri

Distribusi frekuensi responden berdasarkan intensitas nyeri yang dialami oleh

responden di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuka Pakam dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Intensitas Nyeri di Rumah


Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam (n=61)

Intensitas Nyeri n %
Ringan 8 13,10
Sedang 51 83,60
Berat 2 3,30
Total 61 100

Hasil diatas menunjukkan bahwa dari 61 responden mayoritas responden

mengalami nyeri sedang (4-6) yaitu (83,60 %). Rata-rata nyeri responden adalah 4,98

(Nyeri sedang) dengan nyeri minimum 3 dan maksimum 7.

Kecemasan

Distribusi frekuensi responden berdasarkan kecemasan yang dialami oleh

responden di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuka Pakam dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Universitas Sumatera Utara


46

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kecemasan di Rumah Sakit


Grand Medistra Lubuk Pakam (n=61)

Kecemasan n %
Ringan 16 26,20
Sedang 43 70,50
Berat 2 3,30
Total 61 100

Hasil diatas menunjukkan bahwa kecemasan responden mayoritas berada pada

tingkat kecemasan sedang yaitu (70,50 %). Rata-rata kecemasan responden adalah

23,90 (Kecemasan sedang).

Hubungan Intensitas Nyeri dengan Kecemasan Pasien Post Operasi di Rumah

Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

Hubungan intensitas nyeri dengan kecemasan pasien post operasi di Rumah

Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam dengan hasil uji spearman dengan nilai r = 0.71

yang berarti ada hubungan yang signifikan anatara intensitas nyeri dengan kecemasan

pasien post operasi dengan kekuatan hubungan tinggi dan arah korelasi positif. Dengan

nilai signifikansi 0.00 (<0.05), maka Ho ditolak yaitu ada hubungan intensitas nyeri

dengan kecemasan pasien post operasi di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.

Penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan 5% dan kekuatan uji 95%.

Hasil uji spearman pada penelitian intensitas nyeri dengan kecemasan pasien post

operasi di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Universitas Sumatera Utara


47

Tabel 4.4 Hubungan Intensitas Nyeri Dengan Kecemasan Pasien Post


Operasi di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam Tahun 2016
(n=61)

Variabel 1 Variabel 2 p-Value Nilai r

Intensitas Nyeri Kecemasan 0.00 0,71

Hasil analisis hubungan antara intensitas nyeri dengan kecemasan dari hasil

tabulasi silang pada tabel diatas didapatkan hasil dengan nilai p-value 0.00 dengan nilai

korelasi 0.71 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan intensitas nyeri dengan

kecemasan pada pasien post operasi di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

PEMBAHASAN

Intensitas Nyeri pasien post operasi di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk
Pakam

Hasil penelitian diperoleh intensitas nyeri sedang, hanya sebagian saja yang

mengalami intensitas ringan dan berat. Nyeri akibat pembedahan dan trauma

diklasifikasikan sebagai nyeri akut yang intensitasnya bervariasi mulai dari yang ringan

sampai dengan berat (Potter & Perry, 2006).

Setelah menjalani tindakan operasi, pasien merasakan rangsangan nyeri pasca

operasi karena disebabkan oleh rangsangan mekanik luka yang menyebabkan tubuh

menghasilkan mediator-mediator kimia nyeri. Selain itu, penelitian ini juga

menghasilkan bahwa tidak ada pasien pasca bedah abdomen yang menunjukkan

intensitas nyeri sangat berat pada 48 jam pertama (Smeltzer & Bare, 2003).

Nyeri pasca operasi biasanya berlokasi pada area pembedahan. Intensitas nyeri

yang dirasakan tergantung pada lokasi, jenis pembedahan, persepsi pasien tentang nyeri

dan lain-lain. Nyeri pada pasien pasca operasi memiliki karakteristik yang melibatkan

kerusakan mulai dari integumen, jaringan otot, vaskular dan menimbulkan efek nyeri

yang lama pada masa pemulihan (Roth, 2007).

Demikian penelitian yang dilakukan oleh Sanjeev (2015), nyeri semakin

meningkat pada pasien post operasi laparatomy. Dengan peningkatan intensitas nyeri

pada pasien akan memicu peningkatan kecemasan pada pasien.

Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Thomas (2010), dimana tingkat

nyeri meningkat pada hari kedua. Penanganan nyeri yang tidak baik pada pasien post

48
Universitas Sumatera Utara
49

operasi yang mengalami nyeri, juga dapat menimbulkan suatu kondisi yang tidak

nyaman pada pasien sehingga dapat menimbulkan suatu perasaan cemas.

Kecemasan pasien post operasi di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

Hasil penelitian diperoleh kecemasan sedang hanya sebagian saja yang

mengalami kecemasan ringan dan berat Kecemasan merupakan respon emosional

terhadap penilaian keadaan emosional yang tidak memiliki objek yang spesifik

termasuk cemas. Dimana kecemasan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

adalah pendidikan, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan. Sehingga pada pasien post

operasi akan mengalami tingkat kecemasan yang berbeda (Stuart & Sundeen, 2006).

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Harsono (2009)

yang menunjukkan bahwa responden yang mengalami pembedahan memeiliki tingkat

kecemasan yang berat. Hasil penelitian yang sama juga dilakukan oleh Thomas (2005,

ditemukan pada pembedahan ginekologi dengan jumlah sampel 85 orang pasca bedah

abdomen diperoleh hasil penelitian bahwa kecemasan responden diperoleh memiliki

kecemasan berat.

Demikian penelitian yang dilakukan oleh Sanjeev (2015), dimana kecemasan

pada pasien dengan post operasi terjadi pada hari ke-2. Kecemasan adalah kondisi

mental seseorang, tetapi memiliki banyak gejala fisik. Kecemasan selalu melibatkan

organ tubuh. Kecemasan ini muncul karena pasien merasa setalah operasi kurang

menerima informasi terkait dengan kondisinya, takut melakukan pergerakan

sehubungan dengan adanya luka operasi.

Universitas Sumatera Utara


50

Hubungan Intensitas Nyeri dengan Kecemasan pasien post operasi di Rumah


Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

Hasil penelitian hubungan antara intensitas nyeri dengan kecemasan didapatkan

hasil dengan nilai p-value 0.00 dengan nilai korelasi 0.71, berarti ada hubungan

intensitas nyeri dengan kecemasan pada pasien post operasi di Rumah Sakit Grand

Medistra Lubuk Pakam tahun 2016. Penanganan nyeri yang tidak baik pada pasien post

operasi yang mengalami nyeri, dapat menimbulkan suatu kondisi yang tidak

menyenangkan karena kurangnya informasi yang diterima dari perawat terkait

kondisinya setelah operasi, takut melakukan pergerakan karena adanya luka operasi dan

adanya terpasang drainase sehingga dapat menimbulkan suatu perasaan cemas. Nyeri

dapat disebabkan oleh kecemasan, dan kecemasan juga dapat memacu peningkatan

nyeri.

Pasien post operasi masih merasa nyeri dan merasa cemas. Selain itu, pasien

juga mengatakan cemas bukan hanya karena nyeri tetapi ada beberapa faktor antara

lain kondisi luka yang terkadang masih berdarah, nyeri yang ditimbulkan oleh luka

operasi, pengobatan terhadap luka operasi pada saat pasien sudah diperbolehkan

pulang, dan alat-alat medis yang terpasang seperti drain dan selang kateter.

Periode post operasi merupakan suatu periode terjadinya peningkatan cemas

bagi pasien dan keluarganya, hal ini juga disebabkan karena pasien umumnya tidak

mengerti mengapa harus dilakukan tindakan operasi dan memerlukan penjelasan lebih

lanjut yang dapat juga dilaksanakan oleh perawat.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sanjeev (2015)

tentang the effect of post operative pain with anxiety post operative dimana nyeri post

operasi mempunyai hubungan dengan kecemasan pada pasien dengan post operasi

Universitas Sumatera Utara


51

laparatomy. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Thomas (2010) dimana

intensitas nyeri mempunyai hubungan yang signifikan dengan kecemasan pasien.

Ketika nyeri semakin meningkat, maka kecemasan pasien akan bertambah. Penanganan

nyeri yang tidak baik pada pasien post operasi yang mengalami nyeri, juga dapat

menimbulkan suatu kondisi yang tidak nyaman pada pasien sehingga dapat

menimbulkan suatu perasaan cemas.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumanto (2010) juga sejalan dengan

penelitian ini didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara intensitas nyeri

dengan kecemasan pasien post operasi dimana semakin tinggi tingkat nyeri yang

dialami oleh pasien post operasi semakin tinggi juga tingkat kecemasannya karena nyeri

merupakan suatu perasaan yang tidak nyaman yang menyebabkan kecemasan pada

pasien post operasi abdomen. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Harsono

(2009), dimana terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas nyeri dengan

kecemasan pada pasien post operasi abdomen.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Grand

Medistra Lubuk Pakam maka kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Karakteristik demografi responden penelitian mayoritas berjenis kelamin laki-laki

(63.90 %), berumur 27 – 41 tahun (49.10 %), berpendidikan SMA (75.40 %), suku

karo (57,40 %) dan tidak ada riwayat operasi sebelumnya (93.40 %).

2. Berdasarkan intensitas nyeri mayoritas intensitas nyeri responden berada pada nyeri

sedang yaitu 83,60 %

3. Berdasarkan kecemasan mayoritas responden berada pada kecemasan sedang

4. Terdapat hubungan antara intesitas nyeri dengan kecemasan post operasi di Rumah

Sakit Grand Medistra di Lubuk Pakam Tahun 2016 dengan p-value 0,00 dengan

nilai korelasi 0,71

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan maka ada beberapa saran yang

dapat disampaikan kepada beberapa pihak terkait yaitu:

Bagi pelayanan keperawatan

Perawat perlu melakukan pengkajian sebagai screening untuk mengetahui

kecemasan pasien, juga dapat mengaplikasikan intervensi untuk meminimalkan

intensitas nyeri dan kecemasan post operasi dengan memberikan informasi yang jelas

52
Universitas Sumatera Utara
53

terkait dengan tindakan yang telah dilkukan dan informasi terkait proses pemulihan

yang akan dijalani oleh pasien.

Bagi penelitian keperawatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan penelitian

selanjutnya mengenai kecemasan dengan mengembangkan kuisioner, menggunakan

sampel yang lebih banyak serta meneliti faktor-faktor perancu (confounding).

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Alexander, J. L., & Hill, R. G (1987). Post Operative Pain. Oxford : Blackwell
Scientific Publication, London Cousins MJ Bridenbaugh Po (1980)
Neural Blockade in Clinical Anaesthesia and Managemnet of Pain,
Lippincott, Philadelphia.

Benzon, Honoria, T (2005), The Assesment of Pain, in Essential of Pain Medicine


th
and Regional Anesthesia 2 edition. Philadelphia.
Black, J. M., & Hawks, J. H (2005). Medical-Surgical Nursing Clinical
th
Management for Positive Outcomes. (7 ed). St. Louis, Missouri: Elsevier
Saunders.

Board of Nursing. (2001). Pain Management Nursing Role/Core Competency a


Guide For nurses.

Carpenito, Lynda, Juall. 2000, Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta

Cooper, D. R., & Emory, C .W. (1995), Metode Penelitian Bisnis, Jilid 1, Edisi
Lima Penerbit Erlangga.

Crisp, J, & Taylor, C. (2001). Potter & Perry’s Fundamental of Nursing.


Australia: Harcourt Health Sciences.

Harahap, I. A. (2007). The Relationships Among Pain Intensity, Pain Acceptance,


and Pain Behaviors in Patients with Chronic Cancer Pain in Medan,
Indonesia. PSU Knowledge Bank
http://kb.psu.ac.th/psukb/handle/2553/1419 di peroleh pada tanggal 08
Juli 2016.

Harsono., (2009), Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensitas Nyeri Pasca


Bedah Abdomen Dalam Konteks Asuhan Keperawatan di RSUD Ade
Mohammad Djoen Sintang. Tesis. FIK UI 2009.

Hawari, Dadang. (2011). Managemen Stress Cemas dan Depresi. Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

International Association for Study of Pain , IASP (2009) Volume XVII, Issue 5

Jacob, T. (2004), Etika Penelitian Ilmiah. Warta Penelitian. Universitas Gadjah


Mada (Edisi Khusus), 60-63

Kaplan, H. I, Sadock, BJ., & Grebb,JA. (2010). Gangguan Kecemasan. Dalam:


Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis; Jilid 2.
EDS 7. Tangerang: Binarupa Askara.

53
Universitas Sumatera Utara
54

Kasjono, H. S., dan Yasril. (2009). Teknik Sampling untuk Penelitian Kesehatan.
Graha Ilmu, Yogyakarta.

Keliat, Budi, Anna. (1998). Hubungan Terapeutik Perawat Klien. Jakarta. EGC

Latief, Said, A. (2001). Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi 2 bagian


Anastesiologi dan terapi intensif. FK UI. Jakarta.

Lemone, P., & Burke, M. K. (2008). Medical- Surgical Nursing: Critical


thinking in clien care. New Jersey: Pearson education Inc.

Lewis, Ms. Heitkemper, M.M., & Dirksen,R .S. (2004). Medical-Surgical Nursing
th
Assessment and Management of Clinical Problem. (5 ed). St. Louis :
Mosby Inc.

Long, Barbara, C., (2001). Fisiologis nyeri : Cipta, Jakarta

Mackintosh, C., (2007). Assesment and Management Patients with Post-Operative


Pain. Nursing Standard, 22(5), 49.

McGuire, L., (2006). Pain: The Fifth Vital Sign, dalam Ignatavicius, D.D.,
& Workman,M.L. (Eds), Medical Surgical Nursing: Critical Thinking
for Collaborative Care. (hlm.63-90). St. Louis, Missouri: Elsiever
Saunder.
McLafferty, E., & Farley, A., (2008). Asesing Pain in Patients. Nursing Standart,
22 (25), 42

Melzack, R., & Wall, P. D. (1968). Pain Mechanism : A New Theory. Science,
New Series, Vol.150, No.3699. Montreal, Canada

Moddeman, G., R. (2000). Factors Influencing the Postoperative Pain Experience


of Adult Female.

Morgan, G., E., & Mikhail M.S (1996), Pain Management In : Clinical
Anesthesiology edisi 2. Stamford : Appleton and Lange.

Perry. F., Parker, R, White,P., F., & Clifford, P., A. (1994). Role of
Psychological Factors in Postoperative Pain Control and Recovery and
Patient-Controlled Analgesia. The Clinical Journal of Pain. 10, 57-63.

Potter, P.A., & A.G, Perry, (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses & Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Potter, P. A., & A. G, Perry, (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:


Konsep, Proses, dan Praktik (Edisi 4 Volume 2). Jakarta: EGC.

Priharjo, Robert. (1996). Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC

Universitas Sumatera Utara


55

Ridwan., (2006). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Roth, Maya, L. (2007). Demografic and Psychosocial Predictors of Acute


Perioperative Pain For Total Knee Arthroplasty. The Journal of the
Canadian Pain Society; Autumn 2007; 12, 3; ProQuest Medical Library.

Sanjeev, Kumar. (2015). The Effect of Post Operative Pain With Anxiety, Indian
Journal of Health and Wellbeing 6.6.

Sastroasmoro, S., dan Ismael, S (2002). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian


Klinis. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. (2003). Text Book Medical-Surgical Nursing.


Brunner- Suddarth. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Soedomo, H., (1991). Pengenalan dan Penatalaksanaan Nyeri. Universitas


Diponegoro, Semarang.

Spielberger, C. D. (1995). State –Trait Anxiety Inventory for Adults. Redwood


City California, Mind Garden.
http://uscuh.staywellsolutionsonline.com/relateditems di peroleh pada
tanggal 22 Juli 2016.

Stuart, Gail. W., & S. J, Sundeen. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5.
Jakarta: EGC.

Sugiyono., (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D


(Qualitative and Quantitative Research Methods). Alfabeta, Bandung.

Sumanto, (2010). Hubungan Tingkat Nyeri Dengan Tingkat Kecemasan Pada


Pasien Post Operasi Laparatomi Di RSU PKU Muhammadiyah
Gombong. http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id di peroleh pada tanggal
28 Juli 2016.

Supriyatno, (2001). Perbedaan Tingkat Kecemasan Menghadapi Kecenderungan


Impotensi Ditinjau dari Tingkat Pendidikan
http://duniapsikologi.dagdigdug.com di di peroleh pada tanggal 18 Juli
2016.

Tamsuri, Anas. (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC

Thomas, Jim. (2010). Selective Processing of Threat Related Cues in Day Surgery
Patients and Prediction of Post Operative Pain. Bristish Journal of
Health Psychology.
th
Tomey, A. M, Alligood M. R. (2006). Nursing Theorist and Their Work 6
edition. St.Louis : Mosby-Year Book,inc.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Rostiodertina Girsang

Tempat/Tanggal Lahir :Rakut Besi, 25 Februari 1982


Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl.Besar No.77 Delitua
Riwayat Pendidikan

1991 – 1994 :SD Negeri 091376 SILIMAKUTA


1994 – 1997 :SMP Negeri 1 SILIMAKUTA
1997 – 2000 : SMA MARKUS Medan
2001-2004 AKPER DELI HUSADA Delitua
:
2006 – 2007 :PSIK STIKes DELI HUSADA
2007 – 2008 : Pendidikan Profesi Ners
2012 – sekarang :Program Studi Magister Ilmu
Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
Riwayat Pekerjaan
2005 – 2008 :Asisten Laboratorium AKPER DELI
HUSADA Delitua
2008 – Sekarang : Staf Dosen Institut Kesehatan DELI
HUSADA Delitua

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 1 :
KUESIONER PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara


PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,

Sdr/Sdri……………………..

Di tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Fakultas

Keperawatan Program Studi Magister Keperawatan:

Nama : Rostiodertina Girsang

NIM : 127046055

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Intensitas Nyeri dengan

Kecemasan pasien post operasi di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk

Pakam “. Untuk maksud tersebut, peneliti memohon kesediaan saudara/saudari

untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini yaitu dengan bersedia

melakukan pengisian kuesioner yang akan peneliti berikan.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan, kerahasiaan semua

informasi akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Atas

perhatian dan kesediaan saudara/saudari untuk berpartisipasi dalam penelitian ini

saya ucapkan terimakasih.

Medan, Mei 2016


Peneliti

( Rostiodertina Girsang)

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Proposal : Hubungan Intensitas Nyeri dengan Kecemasan Pasien

Post Operasi di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk


Pakam Tahun 2016
Nama Mahasiswa : Rostiodertina Girsang
Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi : Keperawatan Medikal Bedah

Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan oleh peneliti tentang


penelitian yang akan dilaksanakan sesuai judul diatas, saya mengetahui bahwa
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Intensitas Nyeri
dengan Kecemasan Pasien Post Operasi di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk
Pakam Tahun 2016. Saya memahami bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian
ini sangat besar manfaatnya bagi peningkatan kualitas pelayanan keperawatan di
Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.
Saya memahami bahwa resiko yang akan terjadi sangat kecil dan saya
berhak untuk menghentikan keikutsertaan saya dalam penelitian ini tanpa
mengurangi hak-hak saya mendapatkan perawatan di rumah sakit ini. Saya juga
mengerti bahwa catatan mengenai penelitian ini akan dijamin kerahasiaannya,
semua berkas yang mencantumkan identitas subjek penelitian hanya akan
digunakan untuk keperluan pengolahan data dan bila sudah tidak digunakan akan
dimusnahkan serta hanya peneliti yang tahun kerahasiaan data tersebut.
Selanjutnya secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun
dengan ini saya menyatakan bersedia berpartisipasi dalam penelitiaan ini.

Responden Peneliti

( ) (Rostiodertina Girsang)

Universitas Sumatera Utara


KUESIONER HUBUNGAN INTENSITAS NYERI DENGAN
KECEMASAN PADA PASIEN POST OPERASI
Petunjuk Pengisian Kuesioner sebelum menjawabnya

1. Kuesioner ini terdiri dari 3 bagian yaitu :

 Bagian A berkaitan dengan data demografi responden yang terdiri dari 9


pernyataan dan bentuk pengisiannya ada yang pilihan dan ada yang mengisi
titik-titik.

 Bagian B yang berkaitan dengan Skala Numerik Intensitas Nyeri

 Bagian C yang berkaitan dengan Kecemasan yang terdiri dari 20


pernyataan dalam bentuk pilihan

2. Seluruh pernyataan harus diisi sesuai dengan keadaan pasien

A. Data demografi Responden / Subjek

 Pernyataan pada bagian ini berhubungan dengan karakteristik responden.



Berilah tanda checklist ( ) pada salah satu pilihan yang tersedia yang
berhubungan dengan Anda.

 Isilah semua pernyataan yang ada titik-titiknya berdasarkan kondisi Anda


yang sebenarnya.

1. Usia : ....... Tahun


2. Jenis Kelamin : ....... 1 Laki-Laki 2 Perempuan

3. Suku :

Batak Melayu Jawa dll __________

4. Pendidikan

Tidak Sekolah SD SMP SMA PT

5. Riwayat operasi sebelumnya

Pernah Tidak Pernah

Universitas Sumatera Utara


B. Kuisioner Intensitas nyeri

Instruksi : Silahkan Bapak/Ibu/Saudara/I melingkari salah satu angka yang paling


tepat sesuai dengan rasa nyeri yang dirasakan saat ini :

Keterangan :

0 : Tidak ada nyeri

1-3 : Ada rasa nyeri, mulai terasa tetapi masih dapat ditahan

4-6 : Ada rasa nyeri, terasa mengganggu dan harus usaha yang cukup untuk
menahannya

7-10 : Ada rasa nyeri, terasa sangat mengganggu sehingga harus menjerit,
meringis dan berteriak

Universitas Sumatera Utara


Kuesioner Tingkat kecemasan

Petunjuk Pengisian :

Mohon Bapak/Ibu/Saudara/i memberikan tanda centang (√) pada pernyataan

dibawah ini sesuai dengan perasaan yang dialami saat ini.

No Pernyataan Tidak Kurang Cukup Sangat


Sama merasakan
Sekali
1. Saya merasa tenang
2. Saya merasa aman
3. Saya merasa tegang
4. Saya merasa tersiksa
5. Saya merasa tenteram
6. Saya merasa terganggu
7. Saya sekarang merasa
tidak bernasib baik
8. Saya merasa puas
9. Saya merasa takut
10. Saya merasa nyaman
11. Saya merasa percaya diri
12. Saya merasa gugup
13. Saya merasa gelisah
14. Saya merasa bimbang
15. Saya merasa santai
16. Saya merasa senang
17. Saya merasa khawatir
18. Saya merasa bingung
19. Saya merasa tabah
20. Saya merasa gembira

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 2 :

BIODATA EXPERT

Universitas Sumatera Utara


Biodata Expert Instrumen Penelitian

Nama :Ns. Lindawati Farida Tampubolon,M.Kep


Jenis Kelamin : Wanita

Kewarganegaraan : Indonesia

Pendidikan :Magister Keperawatan, Universitas Indonesia

Pekerjaan :Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

DELI HUSADA Delitua

Universitas Sumatera Utara


Biodata Expert Instrumen Penelitian

Nama : Ns. Nunung Febriani Sitepu,MNS


Jenis Kelamin : Wanita

Kewarganegaraan : Indonesia

Pendidikan : Magister Keperawatan, Prince of Songkla

University Thailand

Pekerjaan : Dosen Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 3 :

IZIN PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 4 :

LEMBAR KONSUL

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai