TESIS
Oleh
ROSTIODERTINA GIRSANG
127046055/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
TESIS
Oleh
ROSTIODERTINA GIRSANG
127046055/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
2. Erniyati,S.Kp, MNS
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Rasa nyeri yang
dialami pada pasien pasca bedah bersifat subyektif, yang artinya tidak ada dua
orang yang mengalami rasa nyeri dengan cara, respon, dan perasaan yang sama.
Dampak nyeri terhadap psikologis pasien yaitu kecemasan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan intensitas nyeri dengan kecemasan post
operasi di RS.Grand Medistra Lubuk Pakam Tahun 2016. Jenis penelitian ini
adalah penelitian kuantitatif dengan desain Studi Korelasi dengan jumlah
responden 61 orang pasien post operasi abdomen dengan tehnik pengambilan
sampel menggunakan Consecutive Sampling dengan uji statistik menggunakan uji
Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami nyeri
ringan sebanyak 13,1%, nyeri sedang sebanyak 83,6%, dan nyeri berat sebanyak
3,3,% sedangkan responden yang mengalami kecemasan ringan sebanyak 26,2%,
kecemasan sedang 70,5%, dan kecemasan berat sebanyak 3,3. Berdasarkan hasil
analisis bivariat dengan menggunakan uji spearman didapatkan hasil bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas nyeri dengan kecemasan post
operasi dengan p-value 0.000 (α <0.05) dan nilai korelasi 0,71 yang artinya
terdapat hubungan yang kuat antara intensitas nyeri dengan kecemasan post
operasi. Diharapkan perawat melakukan intervensi manajemen nyeri dan
memberikan informasi yang jelas terkait tindakan yang dilakukan terhadap pasien
dengan benar untuk meminimalkan kecemasan pada pasien post operasi.
i
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunian –Nya peneliti dapat menyelesaikan Tesis dengan judul : “Hubungan
intensitas nyeri dengan kecemasan pada pasien post operasi di Rumah Sakit Grand
Medistra Lubuk Pakam Tahun 2016”. Tesis ini dibuat dalam rangka memenuhi
dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
Utara.
3. Dewi Elizadiani Suza, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Ketua Program Studi
5. Iwan Rusdi, S.Kp, MNS selaku pembimbing tesis yang dengan sabar
iii
Universitas Sumatera Utara
6. Dewi Elizadiani Suza, S.Kp, MNS, Ph.D dan Erniyati, S.Kp, MNS selaku
penguji tesis yang telah banyak memberikan masukan untuk perbaikan tesis
ini.
7. Direktur Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam yang telah memberikan
berpartisipasi
11. Kedua orang tua serta abang dan adik yang telah memberikan dukungan baik
materi maupun moril dan semangat bagi peneliti sehingga peneliti bisa
12. Suami tercinta Haposan Parulian Sinaga yang telah banyak memberikan
motivasi dan dukungan dan selalu setia dan sabar mendampingi dengan
segala suka maupun duka selama proses perkuliahan dan sampai penyelesaian
tesis ini.
dalam penyelesaian tesis ini tanpa mengenal lelah dan selalu setia
iv
Universitas Sumatera Utara
14. Rekan-rekan angkatan I Program Magister Keperawatan Kekhususan
ini.
15. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah
Semoga kebaikan bapak, ibu dan saudara mendapat pahala yang berlimpah
dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya penulis mengharapkan tesis ini dapat
Peneliti
v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK........................................................................................................................i
ABSTRACT.......................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL..........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................x
BAB I. PENDAHULUAN..........................................................................................1
Latar Belakang...................................................................................................1
Permasalahan......................................................................................................5
Tujuan Penelitian...............................................................................................5
Hipotesis Penelitian..........................................................................................6
Manfaat Penelitian............................................................................................6
vi
Universitas Sumatera Utara
BAB 3. METODE PENELITIAN...........................................................................33
Jenis Penelitian...................................................................................................33
Lokasi dan Waktu Penelitian.........................................................................33
Populasi dan Sampel........................................................................................33
Metode Pengumpulan Data............................................................................35
Variabel dan Defenisi Operasional..............................................................37
Metode Pengukuran..........................................................................................38
Metode Analisis Data.......................................................................................39
Pertimbangan Etik.............................................................................................41
BAB 5. PEMBAHASAN.............................................................................................48
Intensitas Nyeri Responden..........................................................................48
Kecemasan Responden...................................................................................49
Hubungan intensitas nyeri dengan kecemasan........................................50
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................53
LAMPIRAN.....................................................................................................................56
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Intensitas Nyeri..................................................................................45
Kecemasan..........................................................................................46
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1 Verbal Rating Scale…………………………... 20
2 Numeric Rating Scale (NRS)…………………. 21
3 Visual Analog Scale…………………………... 21
4 Kerangka Konsep……………………………... 32
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Sembiring Delitua
x
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
dan respon nyeri berbeda antara satu orang dengan orang lain (Mcguire, 2006).
Nyeri merupakan hal yang sangat kompleks dengan gejala multimensi yang tidak
hanya ditentukan oleh kerusakan jaringan dan nosisepsi, tetapi juga oleh aspek
pengalaman nyeri sebelumnya, usia, enis kelamin, budaya, sikap dan keyakinan,
Nyeri pada umumnya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu nyeri akut dan
kronik (Mccaffery & Pasero, 1999, dalam Mackintosh, 2007). Kunci dari
perbedaan nyeri akut dan kronik adalah lama nyeri dan efek yang ditimbulkan dari
tiba-tiba, dan biasanya lokal (McGuire, 2006). Nyeri akut sering disebabkan oleh
pada kulit, tindakan traumatik pada jaringan tubuh lainnya, dan manipulasi
dan viseral yang berkontribusi pada rasa nyeri yang terjadi selama periode pasca
nadi,kerja jantung, dan konsumsi oksigen. Rasa nyeri yang dialami pasien pasca
bedah bersifat subyektif, yang artinya tidak ada dua orang yang mengalami rasa
nyeri dengan cara, respon, dan perasaan yang sama. Meskipun nyeri pasca bedah
dan sifat pembedahan, faktor – faktor lain dapat merubah derajat nyeri yang
meringis, dan lain-lain. Oleh karena nyeri bersifat subjektif, maka perawat mesti
peka terhadap sensasi nyeri yang dialami klien (Potter & Perry, 2006).
nyeri yang dirasakan tergantung pada lokasi, jenis pembedahan, persepsi pasien
tentang nyeri dan lain-lain. Nyeri pada pasien pasca operasi memiliki karakteristik
yang melibatkan kerusakan mulai dari integumen, jaringan otot, vaskular dan
menimbulkan efek nyeri yang lama pada masa pemulihan (Roth, 2007).
penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut syaraf perifer. Serabut nyeri
memasuki medula spinalis dengan menjalani salah satu dari beberapa rute syaraf.
stimulasi nyeri, sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisikan tanpa hambatan
ke korteks serebral. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebral, maka otak
biaya perawatan di rumah sakit (Black & Hawks, 2005; Smeltzer & Bare, 2003).
Dengan informasi yang jelas, benar dan dimengerti maka pada akhirnya akan
informasi dengan benar selama tindakan pembedahan dan efek sampingnya lebih
Kortisol inilah yang selanjutnya akan menekan sistem imun tubuh sehingga
biasanya mudah dikenali akibat adanya injuri, penyakit atau pembedahan terhadap
salah satu atau beberapa organ. Nyeri yang bermanifestasi sebagai rasa yang tidak
karena itu, maka rasa nyeri sering dianggap sebagai bagian dari mekanisme
efek yang besar bagi pasien, seperti ganguan tidur, kesulitan dalam mobilisasi,
kegelisahan, dan agresif. Selain itu, manajemen nyeri post operasi yang tidak
adekuat dapat juga menimbulkan efek psikologis bagi pasien, komplikasi dan
(Mackintosh, 2007).
diri sendiri melalui penilaian sikap, nilai-nilai, keyakinan, dan latar belakang
Pengelolan nyeri yang baik, tergantung dari pengkajian nyeri yang akurat.
Pengkajian yang akurat pada nyeri pasca bedah abdomen adalah hal yang penting
untuk memastikan nyeri dikelola secara efektif dan mampu memahami pasien
bersifat kompleks. Ansietas sering kali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri
ansietas. Sistem limbic dapat memproses reaksi emosi terhadap nyeri, yakni
hubungan intensitas nyeri dengan kecemasan post operasi di Rumah Sakit Grand
Permasalahan
Tujuan Penelitian
tahun 2016
Hipotesis Penelitian
berdasarkan pada teori yang relevan, belum berdasarkan fakta-fakta empiris yang
yaitu Ada hubungan intensitas nyeri dengan kecemasan pasien post operasi,
sedangkan bila nilai p > a, maka keputusannya adalah Ha ditolak yaitu Tidak ada
Manfaat Penelitian
Manfaat Akademis
nyeri pada pasien post operasi dan sebagai landasan mewujudkan evidence based
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Nyeri
Defenisi Nyeri
mengemukakan bahwa nyeri adalah suatu pengalaman sensori dan emosional yang
atau potensial dan nyeri juga didefinisikan sebagai apapun yang dialami dan
dikatakan oleh seseorang sebagai rasa nyeri (Lewis, Heitkemper & Dirksen,
2004).
melibatkan fenomena sensori, emosional dan juga kognitif. Nyeri biasanya sering
diasosiasikan dengan kerusakan jaringan, akan tetapi nyeri dapat saja timbul tanpa
adanya injury dimana nyeri timbul tanpa berhubungan dengan sumber yang dapat
Mekanisme Nyeri
dari stimulasi nyeri dikonfersi kebentuk yang dapat diakses oleh otak Proses
kejadian neural yang membawa impuls listrik melalui sistem saraf ke area otak.
Proses transmisi melibatkan saraf aferen yang terbentuk dari serat saraf
berdiameter kecil ke sedang serta yang berdiameter besar. Saraf aferen akan ber-
axon pada dorsal horn di spinalis. Selanjutnya transmisi ini dilanjutkan melalui
tersebut. Proses modulasi melibatkan sistem neural yang komplek. Ketika impuls
nyeri sampai di pusat saraf, transmisi impuls nyeri ini akan dikontrol oleh sistem
saraf pusat dan mentransmisikan impuls nyeri ini kebagian lain dari sistem saraf
seperti bagian cortex. Selanjutnya impuls nyeri ini akan ditransmisikan melalui
Persepsi/Perception yaitu proses yang subjektif. Proses persepsi ini tidak hanya
berkaitan dengan proses fisiologis atau proses anatomis saja (McGuire, 2006),
akan tetapi juga meliputi cognition (pengenalan) dan memory (mengingat). Faktor
multidimensional.
Melzack dan Wall (2006) menjelaskan bahwa terdapat tiga sistem yang
Teori gate control dari Melzack dan Wall (2006) mengemukakan bahwa
impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang
sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat
sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup.
Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol desenden
penghambat. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A, maka
delta A dan serabut C, maka akan membuka pertahanan tersebut dan klien
terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri. Alur
saraf desenden melepaskan opiat endogen, seperti endorfin dan dinorfin, suatu
pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh. Neuromedulator ini menutup
penggosokan atau pemijatan suatu bagian yang nyeri setelah suatu cedera dapat
tindakan ini, sehingga gerbang untuk aktifitas serat berdiameter kecil (nyeri)
tertutup.
Identifikasi dimensi nyeri ini mulanya diperuntukan untuk nyeri-nyeri pada kasus-
kasus kanker. Kelima dimensi ini meliputi: dimensi fisiologi, sensori, afektif,
cognitive, dan behavior (perilaku). Sebagai tambahan, McGuire & Sheidler (1993)
multidimensional dari fenomena nyeri. Keenam dimensi dari fenomena nyeri ini
a. Dimensi Fisiologi
Dimensi fisiologis terdiri dari penyebab organik dari nyeri tersebut seperti
nyeri, yaitu: durasi dan pola nyeri. Durasi nyeri mengacu kepada apakah nyeri
nyeri dapat diidentifikasi sebagai nyeri singkat, sekejap, atau transient, ritmik,
b. Dimensi Afektif
Dimensi afektif dari nyeri mempengaruhi respon individu terhadap nyeri yang
dengan sifat personal tertentu dari individu. Pasien-pasien yang mudah sekali
Buckelew, Parker, dan Keefe et al. (1994 dalam Harahap, 2007) menemukan
semakin berat nyeri yang dialami, maka semakin tinggi tingkat kecemasan
individu tersebut.
c. Dimensi Sosio-kultural
(McGuire, 2006).
Kultur atau budaya memiliki peran yang kuat untuk menentukan faktor sikap
individu ini juga berkaitan dengan faktor usia, jenis kelamin dan ras. McGuire
(2006), menemukan bahwa wanita berkulit non-putih dan yang berkulit putih
berkulit bukan putih melaporkan nyeri yang lebih rendah bila dibandingkan
d. Dimensi Sensori
Dimensi sensori pada nyeri berhubungan dengan lokasi dimana nyeri itu
timbul dan bagaimanan rasanya. (Ahles et al, 1983 dalam Harahap, 2007)
Lokasi dari nyeri memberikan petunjuk penyebab nyeri bila ditinjau dari segi
aspek sensori. Lokasi nyeri ini sendiri dapat dilaporkan oleh pasien pada dua
atau lebih lokasi McGuire (2006). Kondisi dimana dirasakannya nyeri pada
Semakin banyak lokasi nyeri yang dirasakan oleh pasien, maka akan semakin
Intensitas nyeri, intensitas nyeri adalah sejumlah nyeri yang dirasakan oleh
individu dan sering kali digambarkan dengan kata-kata seperti ringan, sedang
dan berat. Intensitas nyeri juga dapat dilaporkan dengan angka yang
menyebar, menusuk, terbakar dan gatal. Pada kasus nyeri kanker, pasien
e. Dimensi Kognitif
Dimensi kognitif dari nyeri menyangkut pengaruh nyeri yang dirasakan oleh
dirinya sendiri (Ahles et al, 1983 dalam Harahap, 2007). Respon pikiran
lebih rendah dengan tingkat depresi yang rendah juga dan disertai dengan
mekanisme koping yang lebih baik jika dibandingkan dengan pasien yang
terhadap nyeri dan penanganannya. Nyeri itu sendiri dapat dimodifikasi oleh
kehidupannya.
(Fordyce, 1976 dalam Harahap, 2007). Dimensi perilaku dari nyeri meliputi
Fisiologi Nyeri
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Cara yang
paling baik untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu menjelaskan tiga
penghasil nyeri mengirimkan implus melalui serabut saraf perifer. Serabut saraf
memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan
pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus
nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks
mempersepsikan nyeri (Mc. Nair, 1990 dalam Potter dan Perry, 2005).
Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan
Nyeri Akut, nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan
cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan
tegangan otot (Long, 2001). Nyeri akut merupakan mekanisme pertahanan yang
berlangsung kurang dari enam bulan, secara fisiologis terjadi perubahan denyut
tegangan otot, keringat pada telapak tangan. Pasien dengan nyeri akut sering
singkat misalnya nyeri pada patah tulang atau pembedahan abdomen, pasien yang
cidera spesifik. Nyeri akut mengidentifikasikan bahwa kerusakan atau cidera telah
tarjadi. Hal ini menarik perhatian pada kenyataannya bahwa nyeri ini benar terjadi
dan mengajarkan kepada kita untuk menghindari situasi serupa yang secara
Nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa
detik hingga enam bulan. Cidera atau penyakit yang meenyababkan nyeri akut
dapat sembuh secara spontan atau dapat memerlukan pengobatan (Smeltzer &
Bare, 2003). Fungsi nyeri akut ialah memberi peringatan akan cedera atau penyakit
yang akan datang. Nyeri akut akhirnya menghilang dengan atau tanpa pengobatan
setelah keadaan pulih pada araea yang rusak ( Potter & Perry, 2006).
Nyeri Kronis, nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-
lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari enam
bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom
nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis (Long, 2001). Nyeri kronis dibedakan dalam
dua kelompok besar yaitu nyeri kronik maligna dan nyeri kronik nonmaligna.
merasa putus asa dan frustasi. Klien yang mengalami nyeri kronis mungkin
Nyeri kronis adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang
suatu periode waktu, nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan
dengan tepat dan sering sulit untuk di obati karena biasanya nyeri ini tidak
Nyeri kronis sering didefenisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam
bulan atau lebih, nyeri kronis tidak mempunyai tujuan yang berguna dan jika hal
ini menetap, ini menjadi gangguan utama (Smeltzer & Bare, 2003).
Impuls nyeri oleh serat afferent selain diteruskan ke sel-sel neuron nosisepsi di
komu dorsalis medulla spinalis, juga akan diteruskan ke sel-sel neuron di komu
timbulnya nyeri melalui serat saraf afferent diteruskan melalui sel-sel neuron
nosisepsi di komu dorsalis medulla spinalis dan juga diteruskan melalui sel-sel di
orang. Beberapa variabel yang mempengaruhi intensitas nyeri adalah usia, jenis
a. Usia
Pengaruh usia pada persepsi nyeri dan toleransi nyeri tidak diketahui secara
luas. Lansia berespon terhadap nyeri dapat berbeda dengan cara berespon
orang yang berusia lebih muda (Smeltzer & Bare, 2003). Beberapa faktor
yang memengaruhi respon orang tua antara lain orang tua berpendapat bahwa
nyeri yang terjadi merupakan sesuatu yang harus mereka terima (Herr &
Mobily, 1991, dalam Potter & Perry, 2006), kebanyakan orang tua takut
serius atau akan kehilangan kemandirian (Brown, 2004, dalam Lemone &
Burke, 2008).
b. Jenis Kelamin
berespon terhadap nyeri (Gil, 1990 dalam Crisp & Taylor, 2001). Terdapat
pengaruh budaya terhadap jenis kelamin (seperti anggapan bahwa anak laki
laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan anak perempuan pada
Perbedaan jenis kelamin telah diidentifikasi dalam hal nyeri dan respon
atau kurang merasakan nyeri (Smeltzer & Bare, 2003; Black & Hawks,
c. Budaya
Ras dan suku merupakan faktor penting bagi seseorang dalam merespon
verbal atau non-verbal terhadap nyeri (LeMone & Burke, 2008). Sebagai
contoh adalah budaya dari suku Jawa yang menerima terhadap nyeri,
sehingga harus merasa kuat dan sabar terhadap nyeri yang dirasakan.
Berbeda halnya dengan suku Melayu yang kurang bisa menahan nyeri,
Akibatnya, individu yakin bahwa persepsi dan reaksi mereka terhadap nyeri
d. Tingkat Pendidikan
suatu harapan untuk dapat mengembangkan diri agar berhasil serta untuk
bahwa tidak ada korelasi signifikan antara VAS intensitas tingkat nyeri dan
Cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah akibat dari banyak kejadian
pernah sembuh atau menderita nyeri yang hebat, maka kecemasan atau
nyeri dengan jenis yang sama berulang-ulang, tetapi nyeri tersebut berhasil
dihilangkan, maka akan lebih mudah bagi individu tersebut untuk melakukan
Perry, 2006).
akan menerima nyeri dengan lebih mudah di masa yang akan datang. Jika
pengalaman nyeri yang lalu teratasi dengan cepat dan adekuat, individu
mendatang dan mampu mentoleransi nyeri secara lebih baik (Smeltzer &
Bare, 2003).
dengan nilai p value 0,626 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara
abdomen.
Metoda ini menggunakan suatu word list untuk mendiskripsikan nyeri yang
menggambarkan karakteristik nyeri yang dirsakan dari word list yang ada.
Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui intensitas nyeri saat pertama
Numeric Rating Scale yang terdiri dari skala 0 sampai 10. Numeric Rating
pengukuran nyeri dan telah divalidasi. Berat ringannya rasa sakit atau nyeri
Skala numerik dari 0 hingga 10 , nol (0) merupakan keadaan tanpa atau bebas
nyeri, sedangkan sepuluh (10), suatu nyeri yang sangat hebat (Brunner &
Metode ini paling sering digunakan untuk mengukur intensitas nyeri. Metode
nyeri sampai nyeri yang sangat hebat. Pasien menandai angka pada garis
nyeri yang dirsakan. Metode ini menggambarkan nyeri dari berbagai aspek
Metode ini dengan cara melihat mimik wajah pasien dan biasanya untuk
Pada penelitian ini yang diukur adalah intensitas nyeri dengan tujuan untuk
mendapat nilai subjektifitas nyeri yang dirsakan oleh pasien secara langsung pada
sebagai berikut :
Konsep Kecemasan
Definisi Kecemasan
berkaitan dengan perasaan tidak pasti atau tidak berdaya (Sturt & Sundeen, 2006).
bersifat kompleks. Ansietas sering kali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri
ansietas. Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi terhadap nyeri, yakni
lain. Rahang yang dikencangkan atau gigi yang digerakkan dapat menyebabkan
nyeri, sehingga orang itu mengalami rasa nyeri yang lebih hebat. Kecemasan
dapat memperkeras rasa nyeri juga bila perhatian difokuskan pada sensasi-sensasi
yang biasanya tidak dianggap nyeri seperti prestise, rasa gatal dan kadang-kadang
seseorang bervariasi, tergantung dari beratnya atau tingkatan yang dirasakan oleh
akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah,
gangguan konsentrasi dan daya ingat, d) Gejala somatik : rasa sakit pada otot dan
Menurut Stuart (2006), pada orang yang cemas akan muncul beberapa
menurun), pernafasan (nafas cepat dan pendek, nafas dangkal dan terengah-
engah), gastrointestinal (nafsu makan menurun, tidak nyaman pada perut, mual
dan diare), neuromuskular (tremor, gugup, gelisah, insomnia dan pusing), traktus
Respon perilaku yang muncul adalah gelisah, tremor, ketegangan fisik, reaksi
terkejut, gugup, bicara cepat, menghindar, kurang kooordinasi, menarik diri dari
hubungan interpersonal dan melarikan diri dari masalah, c) Respon kognitif yang
bingung, takut, kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual dan takut cedera
atau kematian, d) Respon afektif yang sering muncul adalah mudah terganggu,
tidak sabar, gelisah, tegang, ketakutan, waspada, gugup, mati rasa, rasa bersalah
dan malu.
Tingkat kecemasan
a. Cemas Ringan
b. Cemas Sedang
lebih terarah.
c. Cemas Berat
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan
tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
d. Panik
rasional.
lebih disebabkan karena perpisahan, lingkungan atau orangyang tidak dikenal dan
informasi yang tepa tmengenai stressor. Individu yang berpendidikan tinggi akan
mempunyai koping yang lebih baik dari pada yang berpendidikan rendah sehingga
yang terdiri dari : makna stresor bagi individu, sumber yang dapat dimanfaatkan
Ego atau Aku berfungsi mengenahi tuntutan dari dua elemen yang
bahaya.
biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalm gangguan
ansietas dan antara gangguan gangguan ansietas dengan depresi. Dalam hal ini
dukungan keluarga pada saat pasie baru masuk rumah sakit sangat dibutuhkan.
Berbagai macam perasaan timbul dalam benak pasien, pasien merasa tidak
percaya karena harus menjalani perawatan dan dalam hal ini perawat bias
fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi atau penurunan kemampuan
dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi social yang terintegrasi pada
individu.
Pengukuran Kecemasan
dirasakan sekarang dan validitas dan realibilitas nya teruji. S-AI form Y diukur
pada 24 jam pasca bedah abdomen. Skala S-AI form Y Spielberger terdiri dari 20
pertanyaan dengan 4 respon skala likert. Setengah dari item tersebut berhubungan
dengan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi, gelisah, cemas, ketegangan dan
20 diberi nilai dengan pilihan jawaban tidak dirasakan sama sekali (skor 0),
kurang (skor 1), cukup (skor 2) hingga sangat dirasakan (skor 3). Pernyataan
dirasakan sama sekali (skor 3), kurang (skor 2), cukup (skor 1) hingga sangat
Ringan : 0 – 20
b. Sedang: 21 - 40
c. Berat :41- 60
nyata atau menggambarkan terminology suatu kerusakan. Pada post operasi nyeri
biasanya adalah hasil dari tindakan operasi tapi dapat disebabkan oleh hal lain
kemih yang penuh, iskemia, pemasangan infuse dan lain-lain. Dan diagnosa
terhadap penyebab nyeri harus dapat diobati jika memungkinkan. Sisa nyeri dapat
kesehatan . Artikel pertama tentang Teori Comfort diterbitkan pada tahun 1994
oleh Kolcaba. Konteks kenyamanan adalah (Kolcaba, 2003 dalam Tomey &
diperoleh melalui monitoring, laporan verbal dan non verbal, kebutuhan yang
b. Pengukuran Kenyamanan
c. Varibel-variabel Intervensi
terdiri atas pengalaman masa lalu, umur, sikap, status emosional, sistem
d. Kenyamanan
(Kolcaba, 2001 dalam Tomey & Alligood, 2006): (a) Dorongan (relief):
(nyeri).
dengan pencari kesehatan serta ditetapkan oleh resipien pada saat konsultasi
Kolcaba (2001, dalam Tomey & Alligood, 2006) menjelaskan yang dimaksud
tempat ibadah, panti asuhan, yang memiliki kualitas atau tempat yang
Kenyamanan adalah lebih dari tidak adanya nyeri, cemas, dan ketidaknyamanan
secara aktif.
Kerangka Konsep
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
dengan kecemasan pada pasien post operasi di Rumah Sakit Grand Medistra
membuat beberapa kesimpulan. Jika populasi sangat besar maka perlu dilakukan
pengambilan sampel (Cooper dan Emory, 1995). Populasi dalam penelitian ini
adalah pasien post operasi abdomen di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk
Pakam mulai bulan Mei sampai Juni 2016. Dari data pelayanan kesehatan yang
diperoleh pada tahun 2014 didapatkan bahwa pasien yang mengalami pembedahan
33
abdomen yang dirawat di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam yang
dan dapat berkomunikasi dengan baik, 4) Pasien mengerti instruksi baik secara
lisan maupun tulisan. Sedangkan kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: 1) Pasien dengan kondisi sangat lemah, 2) Pasien Post operasi
sectio secarea.
probabilty sampling dan non probability sampling (Kasjono dan Yasril, 2009).
sampling dengan teknik consecutive sampling yaitu sampel yang pada saat itu
memenuhi kriteria dan dipilih sebagai responden dalam jangka waktu tertentu.
Dari data pelayanan kesehatan tahun 2016 didapatkan bahwa pasien yang
perbulannya dan dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 61 orang.
Dari besarnya populasi pasien tersebut, dapat diukur besarnya sampel yang
diambil dengan menggunakan rumus sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu
Keterangan :
n = jumlah sampel
P =proporsi
Q =1–P
sebesar 25 %. Sesuai rumus diatas, maka besar sampel yang harus diambil adalah:
(1,96)2 x (1 – 0,5)
N:
(0,25)2 x (0,5)
Setelah itu langkah selanjutnya peneliti dengan dibantu oleh staf perawat
rumah sakit menentukan pasien pasca bedah abdomen sesuai dengan kriteria
pasien saat pasien merasa nyaman dari nyeri. Data intensitas nyeri pasien diukur
24 jam pasca bedah dengan alasan pasien sudah dalam keadaan sadar.
Data intensitas nyeri diambil dengan cara peneliti menunjukan skala nyeri
Numeric Rating Scale dari rentang angka 0–10 dan peneliti meminta responden
untuk melingkari salah satu angka pada skala tersebut dan Semua data dicatat
pada lembar atau format yang tersedia. Sedangkan data kecemasan diambil
pilihan jawaban tidak dirasakan sama sekali (skor 0), kurang (skor 1), cukup (skor
(skor 3), kurang (skor 2), cukup (skor 1) hingga sangat dirasakan (skor 0) Setelah
terkandung dalam hipotesis yang telah dirumuskan yaitu intensitas nyeri dan
kecemasan pasien post operasi di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.
sangat hebat
Metode Pengukuran
pengukuran nyeri yang digunakan pada penelitian ini adalah Numeric Rating
Scale (NRS). yang terdiri dari skala 0 sampai 10. Numeric Rating Scale (NRS)
mudah untuk dipahami dan mudah digunakan, selain itu juga mudah bagi tenaga
dan mencegah kebingungan (Bird, 2005, dalam McLafferty & Farley, 2008).
terdiri dari 20 pertanyaan dengan 4 respon skala likert. Pernyataan positif pada
jawaban tidak dirasakan sama sekali (skor 0), kurang (skor 1), cukup (skor 2)
(skor 3), kurang (skor 2), cukup (skor 1) hingga sangat dirasakan (skor 0) dengan
menggunakan skala ordinal dan skala pengukuran dapat dilihat pada tabel 3.2.
Ridwan (2006), mengatakan apabila skor tertinggi dan terendah sudah dapat
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul melalui lembar isian kuesioner diolah melalui
dilapangan sehingga apabila ada data yang meragukan, salah atau tidak diisi dapat
terhadap data yang diperoleh dari sumber data yang telah diperiksa
skor yang telah ditetapkan peneliti; 3) Entry Data : Setelah melakukan coding
maka langkah selanjutnya adalah melakukan entry data dari instrument penelitian
Analisa Data
Analisis Univariat
Analisis Bivariat
antara kedua variabel (Sugiyono, 2001). Kedua variabel yang ingin dibuktikan
adalah hubungan intensitas nyeri dengan kecemasan pasien pot operasi yang
kecemasan pasien post operasi dan bila p>0.05 maka disimpulkan tidak ada
berdistribusi dengan normal dan analisa data pada penelitian ini menggunakan uji
Pertimbangan Etik
Universitas Sumatera Utara dan hasil uji etik menyatakan proposal hubungan
intensitas nyeri dengan kecemasan pada pasien post operasi di Rumah Sakit Grand
Medistra Lubuk Pakam Tahun 2016 dinyatakan lolos dan layak untuk dilakukan
penelitian, peran yang dapat dilakukan oleh responden yang menjadi subjek
penelitian. Peneliti memegang prinsip Scientific attitude sikap ilmiah dan etika
serta bebas menentukan pilihan atau bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam
penelitian (autonomy). Setiap responden diberi hak penuh untuk menyetujui atau
responden dalam kuisioner dan alat ukur untuk menjamin anonimitas dan
merugikan (maleficence).
HASIL PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Grand Medistra pada tahun 2016. Data
rencana analisis sebagaimana yang digambarkan pada hasil penelitian berikut ini.
dibawah naungan Yayasan Medistra yang juga memiliki institusi pendidikan kesehatan
Lubuk Pakam yang merupakan salah satu rumah sakit swasta yang menjadi rujukan
pelayanan kesehatan bagi dokter dan masyarakat yang membutuhkan dan memiliki
Rumah Sakit Grand Medistra terletak di Jalan Medan No. 66 Lubuk Pakam
merupakan rumah sakit swasta kelas B. Rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas. Rumah sakit ini juga menampung
pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Setiap tahun jumlah pasien yang
dilakukan tindakan bedah abdomen di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam rata-
rata 33 pasien.
43
Universitas Sumatera Utara
44
No Karakteristik Demografi n %
1 Jenis Kelamin
Laki – laki 39 63,90
Perempuan 22 36,10
Total 61 100
2 Umur
40 tahun 30 49,10
41-50 tahun 23 37,70
>50 tahun 8 34,70
Total 61 100
No Karakteristik Demografi n %
3 Tingkat Pendidikan
Tidak sekolah 2 3,30
SD 3 4,90
SLTP 7 11,50
SMA 46 75,40
PT 3 4,90
Total 61 100
4Suku
Batak 16 26,20
Karo 25 57,40
Jawa 7 11,50
Nias 3 4,90
Total 61 100
5 Riwayat operasi sebelumnya
Ada 4 6,60
Tidak Ada 57 93,40
Total 61 100
Hasil diatas menunjukkan bahwa dari 61 responden mayoritas responden
berumur 40 tahun yaitu (49,10 %), jenis kelamin laki-laki sebanyak (63,90 %,) memiliki
tingkat pendidikan SMA (75,40 %), suku karo sebanyak (57,40 % ) dan tidak ada
Intensitas Nyeri
responden di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuka Pakam dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Intensitas Nyeri n %
Ringan 8 13,10
Sedang 51 83,60
Berat 2 3,30
Total 61 100
mengalami nyeri sedang (4-6) yaitu (83,60 %). Rata-rata nyeri responden adalah 4,98
Kecemasan
responden di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuka Pakam dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Kecemasan n %
Ringan 16 26,20
Sedang 43 70,50
Berat 2 3,30
Total 61 100
tingkat kecemasan sedang yaitu (70,50 %). Rata-rata kecemasan responden adalah
Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam dengan hasil uji spearman dengan nilai r = 0.71
yang berarti ada hubungan yang signifikan anatara intensitas nyeri dengan kecemasan
pasien post operasi dengan kekuatan hubungan tinggi dan arah korelasi positif. Dengan
nilai signifikansi 0.00 (<0.05), maka Ho ditolak yaitu ada hubungan intensitas nyeri
dengan kecemasan pasien post operasi di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.
Hasil uji spearman pada penelitian intensitas nyeri dengan kecemasan pasien post
operasi di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Hasil analisis hubungan antara intensitas nyeri dengan kecemasan dari hasil
tabulasi silang pada tabel diatas didapatkan hasil dengan nilai p-value 0.00 dengan nilai
korelasi 0.71 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan intensitas nyeri dengan
kecemasan pada pasien post operasi di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam
tahun 2016.
PEMBAHASAN
Intensitas Nyeri pasien post operasi di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk
Pakam
Hasil penelitian diperoleh intensitas nyeri sedang, hanya sebagian saja yang
mengalami intensitas ringan dan berat. Nyeri akibat pembedahan dan trauma
diklasifikasikan sebagai nyeri akut yang intensitasnya bervariasi mulai dari yang ringan
operasi karena disebabkan oleh rangsangan mekanik luka yang menyebabkan tubuh
menghasilkan bahwa tidak ada pasien pasca bedah abdomen yang menunjukkan
intensitas nyeri sangat berat pada 48 jam pertama (Smeltzer & Bare, 2003).
Nyeri pasca operasi biasanya berlokasi pada area pembedahan. Intensitas nyeri
yang dirasakan tergantung pada lokasi, jenis pembedahan, persepsi pasien tentang nyeri
dan lain-lain. Nyeri pada pasien pasca operasi memiliki karakteristik yang melibatkan
kerusakan mulai dari integumen, jaringan otot, vaskular dan menimbulkan efek nyeri
meningkat pada pasien post operasi laparatomy. Dengan peningkatan intensitas nyeri
Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Thomas (2010), dimana tingkat
nyeri meningkat pada hari kedua. Penanganan nyeri yang tidak baik pada pasien post
48
Universitas Sumatera Utara
49
operasi yang mengalami nyeri, juga dapat menimbulkan suatu kondisi yang tidak
Kecemasan pasien post operasi di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam
terhadap penilaian keadaan emosional yang tidak memiliki objek yang spesifik
termasuk cemas. Dimana kecemasan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
adalah pendidikan, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan. Sehingga pada pasien post
operasi akan mengalami tingkat kecemasan yang berbeda (Stuart & Sundeen, 2006).
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Harsono (2009)
kecemasan yang berat. Hasil penelitian yang sama juga dilakukan oleh Thomas (2005,
ditemukan pada pembedahan ginekologi dengan jumlah sampel 85 orang pasca bedah
kecemasan berat.
pada pasien dengan post operasi terjadi pada hari ke-2. Kecemasan adalah kondisi
mental seseorang, tetapi memiliki banyak gejala fisik. Kecemasan selalu melibatkan
organ tubuh. Kecemasan ini muncul karena pasien merasa setalah operasi kurang
hasil dengan nilai p-value 0.00 dengan nilai korelasi 0.71, berarti ada hubungan
intensitas nyeri dengan kecemasan pada pasien post operasi di Rumah Sakit Grand
Medistra Lubuk Pakam tahun 2016. Penanganan nyeri yang tidak baik pada pasien post
operasi yang mengalami nyeri, dapat menimbulkan suatu kondisi yang tidak
kondisinya setelah operasi, takut melakukan pergerakan karena adanya luka operasi dan
adanya terpasang drainase sehingga dapat menimbulkan suatu perasaan cemas. Nyeri
dapat disebabkan oleh kecemasan, dan kecemasan juga dapat memacu peningkatan
nyeri.
Pasien post operasi masih merasa nyeri dan merasa cemas. Selain itu, pasien
juga mengatakan cemas bukan hanya karena nyeri tetapi ada beberapa faktor antara
lain kondisi luka yang terkadang masih berdarah, nyeri yang ditimbulkan oleh luka
operasi, pengobatan terhadap luka operasi pada saat pasien sudah diperbolehkan
pulang, dan alat-alat medis yang terpasang seperti drain dan selang kateter.
bagi pasien dan keluarganya, hal ini juga disebabkan karena pasien umumnya tidak
mengerti mengapa harus dilakukan tindakan operasi dan memerlukan penjelasan lebih
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sanjeev (2015)
tentang the effect of post operative pain with anxiety post operative dimana nyeri post
operasi mempunyai hubungan dengan kecemasan pada pasien dengan post operasi
laparatomy. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Thomas (2010) dimana
Ketika nyeri semakin meningkat, maka kecemasan pasien akan bertambah. Penanganan
nyeri yang tidak baik pada pasien post operasi yang mengalami nyeri, juga dapat
menimbulkan suatu kondisi yang tidak nyaman pada pasien sehingga dapat
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumanto (2010) juga sejalan dengan
penelitian ini didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara intensitas nyeri
dengan kecemasan pasien post operasi dimana semakin tinggi tingkat nyeri yang
dialami oleh pasien post operasi semakin tinggi juga tingkat kecemasannya karena nyeri
merupakan suatu perasaan yang tidak nyaman yang menyebabkan kecemasan pada
pasien post operasi abdomen. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Harsono
(2009), dimana terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas nyeri dengan
Kesimpulan
(63.90 %), berumur 27 – 41 tahun (49.10 %), berpendidikan SMA (75.40 %), suku
karo (57,40 %) dan tidak ada riwayat operasi sebelumnya (93.40 %).
2. Berdasarkan intensitas nyeri mayoritas intensitas nyeri responden berada pada nyeri
4. Terdapat hubungan antara intesitas nyeri dengan kecemasan post operasi di Rumah
Sakit Grand Medistra di Lubuk Pakam Tahun 2016 dengan p-value 0,00 dengan
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan maka ada beberapa saran yang
intensitas nyeri dan kecemasan post operasi dengan memberikan informasi yang jelas
52
Universitas Sumatera Utara
53
terkait dengan tindakan yang telah dilkukan dan informasi terkait proses pemulihan
Alexander, J. L., & Hill, R. G (1987). Post Operative Pain. Oxford : Blackwell
Scientific Publication, London Cousins MJ Bridenbaugh Po (1980)
Neural Blockade in Clinical Anaesthesia and Managemnet of Pain,
Lippincott, Philadelphia.
Cooper, D. R., & Emory, C .W. (1995), Metode Penelitian Bisnis, Jilid 1, Edisi
Lima Penerbit Erlangga.
International Association for Study of Pain , IASP (2009) Volume XVII, Issue 5
53
Universitas Sumatera Utara
54
Kasjono, H. S., dan Yasril. (2009). Teknik Sampling untuk Penelitian Kesehatan.
Graha Ilmu, Yogyakarta.
Keliat, Budi, Anna. (1998). Hubungan Terapeutik Perawat Klien. Jakarta. EGC
Lewis, Ms. Heitkemper, M.M., & Dirksen,R .S. (2004). Medical-Surgical Nursing
th
Assessment and Management of Clinical Problem. (5 ed). St. Louis :
Mosby Inc.
McGuire, L., (2006). Pain: The Fifth Vital Sign, dalam Ignatavicius, D.D.,
& Workman,M.L. (Eds), Medical Surgical Nursing: Critical Thinking
for Collaborative Care. (hlm.63-90). St. Louis, Missouri: Elsiever
Saunder.
McLafferty, E., & Farley, A., (2008). Asesing Pain in Patients. Nursing Standart,
22 (25), 42
Melzack, R., & Wall, P. D. (1968). Pain Mechanism : A New Theory. Science,
New Series, Vol.150, No.3699. Montreal, Canada
Morgan, G., E., & Mikhail M.S (1996), Pain Management In : Clinical
Anesthesiology edisi 2. Stamford : Appleton and Lange.
Perry. F., Parker, R, White,P., F., & Clifford, P., A. (1994). Role of
Psychological Factors in Postoperative Pain Control and Recovery and
Patient-Controlled Analgesia. The Clinical Journal of Pain. 10, 57-63.
Potter, P.A., & A.G, Perry, (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses & Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Sanjeev, Kumar. (2015). The Effect of Post Operative Pain With Anxiety, Indian
Journal of Health and Wellbeing 6.6.
Stuart, Gail. W., & S. J, Sundeen. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5.
Jakarta: EGC.
Thomas, Jim. (2010). Selective Processing of Threat Related Cues in Day Surgery
Patients and Prediction of Post Operative Pain. Bristish Journal of
Health Psychology.
th
Tomey, A. M, Alligood M. R. (2006). Nursing Theorist and Their Work 6
edition. St.Louis : Mosby-Year Book,inc.
Kepada Yth,
Sdr/Sdri……………………..
Di tempat
Dengan Hormat,
NIM : 127046055
untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini yaitu dengan bersedia
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan, kerahasiaan semua
informasi akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Atas
( Rostiodertina Girsang)
Responden Peneliti
( ) (Rostiodertina Girsang)
3. Suku :
4. Pendidikan
Keterangan :
1-3 : Ada rasa nyeri, mulai terasa tetapi masih dapat ditahan
4-6 : Ada rasa nyeri, terasa mengganggu dan harus usaha yang cukup untuk
menahannya
7-10 : Ada rasa nyeri, terasa sangat mengganggu sehingga harus menjerit,
meringis dan berteriak
Petunjuk Pengisian :
BIODATA EXPERT
Kewarganegaraan : Indonesia
Kewarganegaraan : Indonesia
University Thailand
Sumatera Utara
IZIN PENELITIAN
LEMBAR KONSUL