Anda di halaman 1dari 147

PENGALAMAN PASIEN PASCA STROKE DALAM MENJALANI

TERAPI TRADISIONAL PADA SUKU NIAS

TESIS

Oleh

ADIRMAN LAFAU
177046044/ KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021

Universitas Sumatera Utara


2

THE EXPERIENCE OF POST STROKE PATIENTS UNDER THE


NIASES TRADISIONAL THERAPY

THESIS

By

ADIRMAN LAFAU
177046044 / MEDICAL SURGICAL NURSING

MASTER OF NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM


FACULTY OF NURSING
UNIVERSITY SUMATERA UTARA
MEDAN
2021

Universitas Sumatera Utara


3

PENGALAMAN PASIEN PASCA STROKE DALAM MENJALANI


TERAPI TRADISIONAL PADA SUKU NIAS

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep)
Dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi Keperawatan Medikal Bedah
pada Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara

Oleh:

ADIRMAN LAFAU
177046044 / MEDICAL SURGICAL NURSING

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
4

Universitas Sumatera Utara


5

Universitas Sumatera Utara


6

Universitas Sumatera Utara


7

Telah diuji

Pada Tanggal 25 Januari 2021

KOMISI PENGUJI TESIS

Ketua : Dra. Nurmaini, M.K.M., Ph.D

Anggota : 1. Jenny Marlindawani Purba, S.Kp., MNS., Ph.D

2. Mula Tarigan, S.Kp., M.Kes., Ph.D

3. Prof.DR.dr Kiking Ritarwan, SpS(K)., MKT

Universitas Sumatera Utara


8

PERNYATAAN

PENGALAMAN PASIEN PASCA STROKE DALAM MENJALANI TERAPI

TRADISIONAL PADA SUKU NIAS

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Magister Keperawatan pada Program Studi

Magister Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara adalah benar hasil karya

sendiri.

Adapun pengutipan pengutipan yang penulis lakukan

pada bagian bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan ini, telah

dicantukan sumbernya seecara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika dalam

penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian isi tesis

ini bukan hasil karya penulis sendiri, atau adanya plagiat dalam bagian bagian

tertentu, penulis bersedia menerima sanksi-sanksi lainya sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku

Medan, Januari 2021

Penulis

Adirman lafau

Universitas Sumatera Utara


9

Judul Tesis : Pengalaman Pasien Pasca Stroke Dalam


Menjalani Terapi Tradisional
Nama Mahasiswa : Adirman Lafau
Nomor Induk Mahasiswa : 177046044
Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi : Keperawatan Medikal Bedah
Tahun : 2021

PENGALAMAN PASIEN PASCA STROKE DALAM MENJALANI


TERAPI TRADISIONAL PADA SUKU NIAS

ABSTRAK

Penyakit stroke merupakan penyakit ketiga penyebab angka kematian di


dunia sehingga perlu adanya informasi yang jelas dalam penerapan rehabilitasi
pasca stroke. Namun di Indonesia pasien pasca serangan stroke memilih berobat
pada alternatif dan datang kerumah sakit hanya untuk pengambilan obat medis.
Adapun tujuan penelitian untuk menggali pengalaman pasien paska stroke dalam
menjalani terapi tradisional pada suku Nias. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi
deskriptif. Partisipan dalam penelitian ini adalah pasien pasca stroke dengan 15
bpartisipan, adapun penelitian ini dilakukan di kecamatan Gunungsitoli dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara mendalam. Semua wawancara direkam terlebih dahulu dan kemudian
ditranskrip. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode pendekatan
Colaizzi Hasil dari Proses analisa tematik dalam penelitian ini didapatkan 5 tema,
yaitu 1) Merasakan kenyamanan dalam menjalani pengobatan, 2) Pijat tradisional
dengan minyak dan ramuan oukup, 3) Mengalami kesembuhan dalam menjalani
pengobatan, 4) Memperoleh kekuatan spiritual, 5) Melakukan kombinasi
pengobatan tradisional dengan pengobatan modren adapun kesimpulan:
pengalaman terapi pasca stroke pada suku Nias meliputi penggunaan terapi
tradisional dan alternatif serta juga penanganan medis dengan alasan keinginan
untuk cepat sembuh, ketidakpercayaan akan penanganan medis dan anjuran dari
lingkungan sekitar pasien.

Kata kunci : Pasien Pasca Stroke, Terapi Tradisional, Suku Nias, Pengalaman

Universitas Sumatera Utara


10

Universitas Sumatera Utara


11

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan proposal tesis dengan judul “Pengalaman Pasien Pasca Stroke dalam
Menjalani Rehabilitasi pada Suku Nias”. Penyusunan proposal tesis ini dapat
terselesaikan dengan baik karena bantuan dari berbagai pihak. Maka pada
kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih
kepada:
1. Bapak Setiawan, SKp., MNS., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara beserta jajaran yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Studi
Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dewi Elizadiani Suza, SKp., MNS., Ph.D selaku Ketua Program Studi
Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Dra. Nurmaini, M.K.M., Ph.D selaku pembimbing 1, Ibu Jenny
Marlindawarni Purba, S.Kp, MNS., P.hD selaku pembimbing II, Bapak Mula
Tarigan, S.Kp, M.Kes, Ph.D selaku Penguji I dan Prof. Dr. dr. Kiking
Ritarwan., Sp.S (K)., MKT selaku penguji II yang telah meluangkan waktu
dan mencurahkan perhatiannya pada penulis, sejak awal hingga penulis dapat
menyelesaikan proposal tesis ini.
4. Orang tua yang senantiasa memberikan dukungan, semangat dan do‟a yang
berarti bagi penulis hingga akhirnya mampu menyelesaikan tesis ini.
Penyusunan proposal tesis ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu masukan
dari semua pihak sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan proposal tesis ini.
Besar harapan penulis, jika penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Januari 2021

Adirman Lafau

Universitas Sumatera Utara


12

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v
DAFTAR SKEMA ............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii

BAB 1.PENDAHULUAN .................................................................................. 1


Latar Belakang .................................................................................................... 1
Rumusan Masalah .................................................................................. 7
Tujuan Penelitian .................................................................................... 8
Manfaat Penelitian ................................................................................. 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 10


Konsep Dasar Stroke ............................................................................ 10
Defenisi stroke ...................................................................................... 10
Klasifikasi stroke .................................................................................. 12
Penyebab stroke .................................................................................... 14
Faktor risiko ......................................................................................... 14
Manifestasi stroke ................................................................................ 15
Penatalaksanaan stroke ........................................................................ 20
Rehabilitasi stroke ................................................................................. 21
Pengobatan tradisional .......................................................................... 26
Budaya ................................................................................................. 29
Defenisi Budaya .................................................................................... 29
Suku Nias ............................................................................................. 30
Pengobatan suku Nias ........................................................................... 32
Pandangan masyarakat suku Nias tentang stroke ................................. 33

Universitas Sumatera Utara


13

Transcultural nursing ............................................................................ 35


Paradigma transcultural nursing ........................................................... 36
Konsep Fenomenologi ......................................................................... 39
Konsep fenomenologi ........................................................................... 39
Jenis-jenis penelitian fenomenologi ...................................................... 39
Keabsahan data (trustworthiness of data) ............................................ 42
Landasan Teori Keperawatan .............................................................. 44

BAB 3. METODE PENELITIAN .................................................................... 49


Desain Penelitian ................................................................................ 49
Lokasi Dan Waktu Penelitian ............................................................... 50
Partisipan .............................................................................................. 50
Metode Pengumpulan Data .................................................................. 51
Alat Pengumpulan Data ........................................................................ 52
Prosedur Pengumpulan Data ............................................................... 53
Variabel dan Defenisi Operasional ....................................................... 55
Metode Analisa Data............................................................................. 55
Keabsahan Data ................................................................................... 57
Pertimbangan Etik ................................................................................ 59
BAB 4. HASIL PENELITIAN ......................................................................... 61
Karakteristik Demografi Penelitian ...................................................... 61
Matriks karakteristik demografi ............................................................ 62
Tema Penelitian .................................................................................... 63
Matriks Tema Pengalaman Pasien Pasca Stroke .................................. 75
BAB 5. PEMAHASAN ...................................................................................... 77
Pembahasan........................................................................................... 77
Keterbatasan Penelitian......................................................................... 83
Implikasi hasil penelitian ...................................................................... 85
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAF ........................................................... 86
Kesimpulan ........................................................................................... 86
Saran ..................................................................................................... 86

Universitas Sumatera Utara


14

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 88

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


15

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar
Gambar 2.1 Kerangka relevansi teori ………………………………… 48

Universitas Sumatera Utara


16

DAFTAR SKEMA

Halaman
Skema
Skema 2.1 Relevansi Teori .................................................................... 48

Universitas Sumatera Utara


17

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel
Tabel 2.1 Demografi Partisipan....................................................... 62
Table 2.2 distribusi berdasarkan pilihan terapi…………………… 63
Table 2.3 Tingkat keberhasilan berdasarkan jenis terapi…………. 63
Tabel 2.4 Matriks Tema ................................................................... 79

Universitas Sumatera Utara


18

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran
a. Lembar Penjelasan Tentang Penelitian................................... .... 100
b. Lembar Persetujuan Menjadi Responden.................................... 101
c. Kuisioner Data Demografi .................................... ..................... 102
d. Panduan Wawancara .......................................................... ........ 103
e. Biodata Expert ............................................................................ 104
f. Lembar izin penelitian ................................................................ 105
g. Surat izin dekan .......................................................................... 106
h. Surat ethical clearance ................................................................ 107
i. Surat izin pengambilan data ....................................................... 108
j. Surat telah selesai melakukan penelitian .................................... 109

Universitas Sumatera Utara


19

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Stroke merupakan salah satu penyakit pembuluh darah otak yang

dikategorikan sebagai penyebab ketiga setelah jantung dan keganasan, serta

menjadi kecatatan jangka panjang nomor satu di dunia. Menurut World Health

Organization (WHO), 15 juta penduduk dunia mengalami stroke setiap tahunnya.

Dari angka ini, 5 juta meninggal dunia dan 5 juta lainnya mengalami cacat

,menetap (Gofir 2007; Lakhan et al., 2013).

Stroke merupakan penyebab umum kedua kematian dan menjadi masalah

utama penyebab kecatatan diseluruh dunia (Song et al. 2015). Stroke adalah tanda

klinis yang berkembang secara cepat akibat gangguan otak fokal atau global

dengan gejala gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih tanpa adanya

penyebab lain yang jelas selain vaskuler (Pei el et al., 2016).

Menurut data Mendes (2013) memperkirakan ada 23 juta pasien paska

stroke dan 7,8 juta kematian akibat stroke pada tahun 2030, Di Amerika 700.000

orang menderita stroke setiap tahunnya (NINDS 2014). Di Inggris, ada sekitar

152.000 penderita stroke setiap tahun dengan 1.1 juta penderita stroke (Stroke

Assocition UK 2015). Di Australia, lebih dari 437.000 orang hidup dengan efek

stroke pada tahun 2014 National Stroke Foundation (Kamal et al., 2015).

Dalam penelitian Louse (2015) dengan judul Home making after

strokedikatakan bahwa pasien pasca stroke di Belanda mengalami kesulitan dalam

beradaptasi dengan rumah yang ditepatin dikarenakan perubahan fisik yang

Universitas Sumatera Utara


20

dialami akibat serangan stroke, sehingga untuk upaya mendukung proses terapi

pasca stroke di Belanda perlu adanya renovasi pada rumah tempat tinggal pasien

stroke dalam membantu pasien beraktivitas didalam rumah seperti penggantian

dinding dengan pemasangan pegangan tangan terutama pada kamar mandi

(Meijering et al., 2016)

Tindakan medis utama pada pasien pasca stroke di Cina dan Asia Timur

menggunakan akupuntur sebagai salah satu terapi pasca stroke, 66 % dokter

Tiongkok secara rutin menggunakan akupuntur sebagai pengobatan pasien pasca

stroke dan 63 % pasien percaya akupuntur efektif dapat mengobatin stroke (Jun

Zhang et al., 2013). Di Korea selatan sebuah survey pada pasien stroke antara

tahun 2005 dan 2014 menyatakan sebanyak 52 % telah menggunakan reha,bilitasi

alternatif dan komplementer, dari total yang menjalani rehabilitasi secara

tradisional sebanyak 92 % menggunakan akupuntur (Luo D et al. 2011).

Meskipun kemajuan dalam pengobatan modren, obat-obatan, teknologi

medis, penyakit stroke yang menyebabkan kematian subtansional dan resiko

morbiditas untuk individu dengan peningkatan beban bagi masyakat . secara

global, stroke adalah penyebab kedua kematian setelah penyakit jantung iskemik,

dengan sekitar 6,7 juta kematian stroke pada 2015 (Benjamin et al. 2017).

Meskipun di Singapura kecenderungan kasus pasien pasca stroke menurun,

penyakit cerebrovaskular masih merupakan penyebab utama keempat kematian,

dengan prevalensi 6,6 % pada tahun 2016. Beban stroke diperkirakan meningkat

secara signifikan sehingga perlu untuk mengembangkan rencana manajemen

penyakit stroke secara optimal (Lui et al., 2018).

Universitas Sumatera Utara


21

Diprediksi sekitar 16 juta kasus stroke terjadi didunia, dengan total

kematian berjumlah 5,7 juta (Carlo et al., 2015). Data statistic dari American

Heart Association (AHA) menunjukan bahwa lebih dari 600.000 orang menderita

stroke di Amerika setiap tahun (Zhang et al, 2013) sebuah studi epidemiologi di

Cina menunjukan bahwa morbiditas stroke adalah 58-142/100.000/tahun, yang

mengarah ke 8-2.000.000 orang mengalami stroke baru atau berulang setiap tahun

(Wang et al. 2012). Di Cina diperkirakan ada lebih tujuh juta penderita stroke dan

sekiatr 70% mereka menderita cacat fungsional (Zhang, 2013).

Data dari Pusat Informasi Medis Asia Tenggara (SEAMIC) melaporkan

bahwa Indonesia peringkat tiga tingkat kematian akibat stroke tertinggi setelah

Filipina dan Singapura dan diikuti oleh Brunei, Malaysia dan Thailand. Statistik

dari Kementerian Kesehatan Brunei menunjukkan stroke tetap salah satu dari

empat penyebab utama kematian dekade terakhir di antara orang Brunei setelah

kanker, penyakit jantung dan diabetes, dengan rata-rata tingkat kematian sekitar

85 per tahun. Studi demografis awal menunjukkan stroke mempengaruhi lebih

banyak pria daripada wanita di Indonesia, khususnya dalam kelompok umur

antara 31 dan 50 tahun. Tren ini menggambarkan hal yang besar jumlah pasien

stroke dalam populasi usia kerja, yang belum dapat aset berharga untuk

pembangunan negara (Gobi et al, 2014).

Prevalensi stroke di Indonesia menurut data Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS), Stroke merupakan sindrom yang menempati urutan nomor satu

dari penyakit tidak menular di Indonesia yang menyebabkan kematian dan

kecatatan sebesar 15,4 %. Terjadi peningkatan prevalensi stroke berdasarkan

wawancara (berdasarkan jawaban responden yang pernah didiagnosa nakes dan

Universitas Sumatera Utara


22

gejala) dari 8,3 per 1000 (2007) menjadi 12,1 per 1000 (2013). Prevalensi stroke

berdasarkan diagnosa tenaga kesehatan sebesar 7 per 1000 dan yang terdiagnosis

tenaga kesehatan sebesar 7 per 1000. Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis

nakes tertinggi di Sulawesi Utara (10,8%), diikuti Daerah Istimewa (DI)

Yogyakarta (10,3%), Bangka Belitung dan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta

masing-masing 9,7 per 1000. Prevalensi stroke berdasarkan terdiagnosis nakes

dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9%), Yogyakarta (16,9%),

Sulawesi Tengah (16,6 %), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil. Prevalensi

stroke berdasarkan provinsi Sumatera Utara terdiagnosis nakes sebesar (6,0 %),

terdiagnosis nakes dan gejala sebesar 10,3 per mil (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2007 ; Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2013).

Bertambahnya jumlah penderita stroke di Indonesia belakangan ini

disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor ekonomi dan pekerjaan dapat

memicu stres, sedangkan faktor pola makan dapat memicu penyakit lain seperti

diabetes dan hipertensi. Hipertensi merupakan penyebab yang paling sering

dilaporkan sebagai penyebab stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2011).

Mortalitas dan morbiditas penyakit serebrovaskular mempunyai beban

sosio-ekonomi yang besar, dan juga merupakan beban yang sangat besar bagi

pelayanan kesehatan secara global (Muscogiuri et al., 2016). Cedera Iskemik atau

hipoksik sering menyebabkan kerusakan otak irreversible dan merupakan

penyebab utama kecatatan dan kematian di Amerika Serikat dan seluruh dunia

(Makariou et al., 2014).

Penelitian Kamalakannan (2016) menunjukkan bahwa sebanyak 82 %

pasien paska stroke menyatakan rehabilitasi perlu dilakukan setelah pasien keluar

Universitas Sumatera Utara


23

dari rumah sakit. Sementara itu 92% caregiver mengemukakan bahwa informasi

tentang perawatan pasien pasca stroke sangat dibutuhkan sehingga diharapkan

pelayanan kesehatan dapat mengembangkan strategi rehabilitasi stroke untuk

memenuhi kebutuhan rehabilitasi stroke.

Dalam sepuluh tahun terakhir, beberapa rumah sakit di Malaysia

menyediakan rehabilitasi berupa pijat Melayu bagi pasien pasca stroke. Pijat

Melayu adalah pijat tradisional yang melibatkan manipulasi jaringan lunak

seluruh tubuh, dilakukan untuk berbagai jenis kondisi penyakit. Ini sebagian

bersifat spiritual, dengan praktisi secara eksklusif menggunakan tangan dan jari-

jari mereka. Hasil yang lebih baik dikaitkan dengan inisiasi awal pijat Melayu

adalah pasien yang mengalami stroke dapat mengikuti terapi pijat Melayu di

rumah sakit (Fadzil et al., 2012).

Pendekatan secara holistik menjadi tujuan utama dalam pemberian

rehabilitasi pada pasien pasca stroke dengan sedikitnya program multidimensi

mendorong perawat menerapkan pendekatan holistik multidisiplin, inovatif, untuk

memberi solusi pada masalah perawatan pada pasien pasca stroke (Peterson et al.,

2017).

Sampai saat ini belum ada rehabilitasi yang efektif dalam pengobatan

penyakit stroke dikarenakan stroke merupakan penyakit yang disebabkan oleh

berbagai faktor. Upaya yang dilakukan dalam pengobatan stroke secara umum

dapat dilakukan dengan pengobatan farmakologi dan non farmakologi

(Nurgiawatai, 2015).

Hasil investigasi tentang penggunaan obat tradisional Cina pada pasien

pasca stroke di Taiwan memperlihatkan bahwa pasien pasca stroke di Taiwan

Universitas Sumatera Utara


24

mengalami peningkatan penggunaan obat tradisional Cina dari 2000 sampai tahun

2009. Penduduk yang berpenghasilan tinggi dan juga kalangan muda serta

karyawan yang menjalani rehabilitasi mengalami peningkatan penggunaan obat

tradisional. Penggunaan obat trasdisional Cina lebih banyak digunakan oleh

pasien pasca stroke dibandingkan dengan pasien dengan penyakit umum ( Liao et

al., 2012). Luqman et al. (2017) menambahkan bahwa alasan pasien pasca stroke

memilih pijat alternatif dikarenakan manfaat yang dirasakan dari pijat alterniatif.

Mereka merasakan adanya perubahan pada kondisi tubuh dari yang tidak memiliki

kekuatan mengalami kemajuan bisa lebih kuat dan merasa lebih baik.

Selain terapi pijat, akupuntur juga menjadi salah satu alternative terapi

bagi pasien pasca stroke. Suatu penelitian yang dilakukan Harry et al. (2015)

menunjukkan efektivitas akupuntur terhadap keberhasilan rehabilitasi pada pasien

pasca stroke di klinik bina sejahtera Jember. Pasien pasca stroke yang menjalani

terapi alternatif dengan akupuntur mengalami peningkatan skor. Pasien yang

mengalami gangguan bicara dan gangguan lesi otot sesudah menjalani akupuntur

sebanyak 5 kali juga mengalami peningkatan.

Suku Nias merupakan salah satu suku di Propinsi Sumatera Utara. Mereka

mempunyai kepercayaan yang tinggi kepada leluhurnya sehingga dalam

pengobatan pasien stroke selain pengobatan medis masyarakat suku nias

menjalani pengobatan alternatif.

Hasil pengamatan peneliti pada saat melakukan aplikasi selama 3 bulan di

RSUP H Adam Malik Medan, pasien suku nias yang menjalani pengobatan stroke

dirumah sakit telah menjalani pengobatan alternatif yang dipercayakan turun

temurun dari leluhurnya sebelum berobat ke rumah sakit seperti ramuan-ramuan,

Universitas Sumatera Utara


25

minyak dan keluarga pasien memiliki rencana setelah selesai berobat dari rumah

sakit akan dilakukan pijat untuk mempercepat proses penyembuhan, serta

mengurangi menkonsumsi daging serta menghindari mandi malam dan juga pergi

ke „orang pintar‟ untuk didoakan kesembuhannya.

Rumusan Masalah

Penyakit stroke merupakan penyakit ketiga penyebab angka kematian di

dunia sehingga perlu adanya informasi yang jelas dalam penerapan rehabilitasi

pasca stroke. Namun di Indonesia pasien pasca serangan stroke memilih berobat

pada alternatif dan datang kerumah sakit hanya untuk pengambilan obat medis.

Hal ini dikuatkan saat peneliti melakukan survey pada pasien pasca stroke di

RSUP H. Adam Malik Medan, didapatkan dari 21 pasien yang menjalani rawat

jalan rehabilitasi stroke, 13 pasien rawat jalan menjalani pengobatan medis dan

pengobatan alternatif dengan alasan dapat mempercepat proses penyembuhan.

Hasil wawancara pada 2 pasien suku Nias di RSUP H. Adam Malik

Medan didapatkan alasan dari Tn. H bahwasanya pengobatan tradisional yang

telah diyakini oleh leluhurnya memiliki proses penyembuhan yang cepat

dibandingkan dengan hanya mengandalkan pengobatan medis, seperti penggunaan

minyak, ramuan rempah-rempah serta datang kedukun /peramal (Samaele‟e)

untuk menanyakan perihal penyebab terjadinya penyakit apakah karna dosa pada

Tuhan, leluhur atau diguna-guna oleh orang yang membenci keluarga mereka.

Dari Ny. G juga menyatakan alasan bahwasanya memang masyarakat Nias jika

sakit tidak hanya mengandalkan pengobatan dari rumah sakit, namun untuk

mempercepat proses pernyembuhan perlu adanya pengobatan tambahan yaitu

Universitas Sumatera Utara


26

dengan pengobatan alternatif yang telah dipercayakan oleh leluhurnya dan juga

meminta saudara untuk mendoakannya supayasakitnya cepat sembuh.

Hal ini tentunya sangat penting untuk digali lebih dalam sehingga dapat

memberikan gambaran pengalaman pasien pasca stroke dalam menjalani terapi

tradisional pada suku Nias. Dengan demikian rumusan masalah pada penelitian

ini adalah bagaimana pengalaman pasien paska stroke dalam menjalani terapi

tradisional pada suku Nias.

Tujuan

Untuk menggali pengalaman pasien paska stroke dalam menjalani terapi

tradisional pada suku Nias.

Manfaat

Bagi praktek keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi profesi

keperawatan untuk mengembangkan terapi komplementer sehingga dapat

diimplementasikan dalam asuhan keperawatan terutama pada pengobatan pasien

paska stroke sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

Bagi bidang penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakansebagai bahan rujukan dan data dasar

terkait dengan pengalaman pasien paska stroke dalam menjalani terapi tradisional.

Bagi penderita stroke

Hasil penelitian ini hendaknya menjadi gambaran penderita stroke untuk

dapat mencari penanganan yang cepat dan tepat dalam mengatasi masalah stroke,

Universitas Sumatera Utara


27

dan apabila mengunakan terapi komplementer dan alternatif hendaknya

berkonsultasi dengan tenaga medis.

Bagi dinas kesehatan / pembuat kebijakan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan pada dinas kesehatan sebagai

pembuat kebijakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan sarana

prasarana dalam melakukan pengobatan pada pasien paska stroke terutama pada

pelayanan dasar (puskesmas dan klinik fisioterapi). Selain itu dinas kesehatan

dapat melakukan pembinaan pada tempat praktek pengobatan tradisional yang ada

di sumatera utara sesuai standar.

Universitas Sumatera Utara


28

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Dasar Stroke

Definisi stroke

Stroke atau Gangguan Pembuluh Darah Otak (GPDO)/ Cerebro Vascular

Disease (CVD), Cerebro Vascular Accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak

yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah sebagian otak (Smeltzer dan Bare

2008), Sedangkan menurut Ginsberg (2007), stroke adalah sindrom yang terdiri

dari tanda dan atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal atau global

yang berkembang cepat. Stroke atau penyakit penurunan fungsi neurologic yang

disebabkan oleh gangguan akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah

melalui sistem suplai arteri otak (Black & Hawks, 2009).

Istilah Cerebro Vascular Disease (CVD) menunjukkan setiap kelainan

serebral yang disebabkan karena proses patologis pembuluh darah serebral yang

disebabkan karena proses patologis pembuluh darah serebral seperti sumbatan

pada lumen pembuluh darah otak oleh trombus atau embolus, pecahnya pembuluh

darah serebri, lesi atau perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah dan

peningkatan viskositas atau perubahan lain pada kualitas darah yang

menyebabkan pasokan oksigen dan nutrisi ke serebral terhambat (Mokhtar, 2009

dan Standford Stroke Center, 2009).

Tingginya angka kejadian stroke bukan hanya di negara maju saja, tapi

juga menyerang negara berkembang seperti Indonesia karena perubahan tingkah

laku dan pola hidup masyarakat. Perubahan gaya hidup terutama di kota-kota

besar menyebabkan meningkatnya prevalensi penyakit degeneratif. Terdapat

Universitas Sumatera Utara


29

sejumlah faktor yang menyebabkan seseorang beresiko terkena stroke yaitu faktor

medis, faktor perilaku dan faktor lain. Faktor medis meliputi hipertensi, diabetes,

kolesterol, penyakit jantung, riwayat stroke dalam keluarga. Faktor lain meliputi

trombosis serebral, emboli serebral, perdarahan intra serebral, trombosis sinus

dura, deseksi arteri karotis atau vertebralis, kondisi hiperkoagulasi, vaskulitis

sistem saraf pusat, kelainan hematologis, miksoma atrium dan faktor perilaku

yaitu gaya hidup yang meliputi kurang olahraga dan kurang aktifitas, kebiasaan

merokok, konsumsi alkohol, pola makan, kepatuhan minum obat. Seiring

berubahnya gaya hidup diperkotaan yang mengikuti era globalisasi, kasus stroke

terus meningkat, gaya hidup yang gemar makan makanan fast food yang kaya

lemak, malas berolahraga, kebiasaan merokok, alkohol dan kurangnya aktifitas

bisa memicu terjadinya serangan stroke (Junaidi, 2011 dalam Luqman, 2012).

Stroke juga didefenisiskan sebagai penyakit pada otak berupa gangguan

fungsi syaraf lokal atau global, munculnya mendadak, progresif, dan cepat.

Gangguan fungsi syaraf pada stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah

otak non traumatik. Gangguan syaraf tersebut menimbulkan gejala antara lain:

kelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas

(pelo), mungkin perubahan kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain-lain

(Riskesdas, 2013).

Stroke merupakan penyebab kematian ke tiga di Amerika Serikat, selain

kanker dan penyakit jantung. Lebih dari 275.000 orang meninggal karena stroke

(Lewis et al, 2011). Stroke merupakan penyebab utama

ketidakmampuan/kecacatan pada orang dewasa dan membutuhkan perawatan

jangka panjang. Lebih dari 4 juta penderita stroke hidup dalam derajat

Universitas Sumatera Utara


30

ketidakmampuan di Amerika Serikat. Dari penderita stroke tersebut, 31%

membutuhkan bantuan dalam perawatan diri, 20% membutuhkan bantuan dalam

hal ambulasi, 71% mengalami beberapa kerusakan dalam kemampuan bicara

bahkan sampai 7 tahun setelah terkena stroke, dan 16% membutuhkan perawatan

institusional (Black & Hawks, 2009).

Istilah Cerebro Vascular Disease (CVD) menunjukkan setiap kelainan

serebral yang disebabkan karena proses patologis pembuluh darah serebral yang

disebabkan karena proses patologis pembuluh darah serebral seperti sumbatan

pada lumen pembuluh darah otak oleh trombus atau embolus, pecahnya pembuluh

darah serebri, lesi atau perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah dan

peningkatan viskositas atau perubahan lain pada kualitas darah yang

menyebabkan pasokan oksigen dan nutrisi ke serebral terhambat (Stroke

Center,2009).

Klasifikasi Stroke

Price dan Wilson (2006) mengklasifikasikan stroke berdasarkan patologi

anatomi dan penyebabnya, yaitu:

Stroke Iskemik

Stroke iskemik ini menduduki 80-85% dari seluruh kasus stroke. Penyakit

serbrovaskular iskemik ini dibagi menjadi dua kategori besar yaitu oklusi

trombolitik dan oklusi embolitik. Penyebab pasti stroke iskemik masih belum

dapat ditentukan dengan pasti. Lima belas persen stroke iskemik disebabkan oleh

stroke lakunar. Stroke iskemik serebrum disebabkan karena berkurangnya aliran

darah ke otak yang berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa menit,

Universitas Sumatera Utara


31

dimana bila terjadi lebih dari beberapa menit akan terjadi infark pada jaringan

otak Price dan Wilson (2006).

Lewis et al. (2011) menyatakan bahwa stroke iskemik dihasilkan dari tidak

adekuatnya aliran darah ke otak yang disebabkan adanya sumbatan sebagian atau

total pembuluh darah arteri. Transient Ischemic Attack (TIA) biasanya prekursor

terjadinya stroke iskemik. Berdasarkan penyebab dan patofisiologi terjadinya,

stroke iskemik dapat dibagi menjadi: Transient Ischemic Attack (TIA), Trombotic

Stroke, A Lacunar Stroke, dan Embolic Stroke (Lewis et al., 2011).

StrokeHemoragik

Stroke hemoragik menduduki 15-20% dari semua kasus stroke.

Pendarahan intrakranium ini dapat terjadi di jaringan otak itu sendiri (parenkim),

ruang subarachnoid, subdural atau epidural. Stroke jenis ini disebabkan oleh

pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadian

berlangsung saat melakukan aktifitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat

istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi 2 yaitu:

a. PerdarahanIntraserebral

Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisme) terutama karena hipertensi

yang mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa

yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak. Peningkatan tekanan

intrakranial (TIK) yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak

karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi

sering dijumpai di daerah putamen, talamus, pons, danserebelum.

b. Perdarahan Subarachnoid

Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau arterivenous

Universitas Sumatera Utara


32

malformation (AVM). Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah

sirkulasi willis dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar parenkim otak.

Pecahnya arteri dan keluar ke ruang subarachnoid menyebabkan TIK meningkat

mendadak, meregangnya struktur peka nyeri dan vasospasme pembuluh darah

serebral yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran)

maupun fokal (hemiparesis, gangguan hemisensorik, afasia, dll). Pecahnya arteri

dan keluarnya darah ke ruang subarachnoid mengakibatkan terjadinya

peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehingga

timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dij.umpai kaku kuduk dan tanda- tanda

rangsangan selaput otak lainnya (Smith et al, 2009).

PenyebabStroke

Menurut Smelzer (2009) stroke diakibatkan dari salah satu dari empat

kejadian, yaitu :

a. Trombosis (bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau leher)

Penyebab utama thrombosis serebral adalah arteriosclerosis selebral.

Tanda-tanda trombosis selebral adalah pusing, perubahan kognitif, atau

kejang.

b. Embolisme selebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak

dari bagian tubuh yang lain). Abnormalitas patologik pada jantung kiri,

seperti endocarditis infektif, penyakit jantung reumatik, dan infark

miokard, serta infeksi pulmonal adalah tempat-tempat di dasar emboli.

Resiko stroke setelah pemasangan katub dapat dikurangi dengan terapi

antikoagulan pascaoperatif.

Universitas Sumatera Utara


33

c. Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak) Iskemia serebral

diakibatkan karena konstriksi atheroma pada arteri yang menyuplai darah

ke otak.

d. Hemoragikserebral Hemoragi serebral adalah pecahnya pembuluh darah

serebral dengan pendarahan kedalam jaringan otak atau ruang sekitar

otak.

Faktor Risiko

Lewis et al. (2011) membagi faktor resiko stroke menjadi dua bagian

yaitu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat

dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi meliputi usia, riwayat

keluarga, jenis kelamin, dan ras. Usia sangat berperan dalam resiko peningkatan

penyakit stroke, yaitu pada usia 55 tahun ke atas. Prevalensi kejadian stroke pada

pria dan wanita hampir sama, hanya saja wanita lebih banyak meninggal akibat

stroke dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan wanita lebih rendah dalam

bertahan hidup.

Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi meliputi hipertensi,

kadar kolesterol dan lemak darah, diabetes mellitus, kebiasaan merokok,

aktivitas fisik, penggunaan kontrasepsi hormonal, dan obesitas. Faktor resiko

yang dapat diubah ini sangat berhubungan dengan gaya hidup, sehingga sangat

diperlukan kerjasama keluarga dalam perubahan gaya hidup ke arah yang lebih

sehat

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC, 2014). faktor

risiko terbagi atas:

Universitas Sumatera Utara


34

1. Kondisi : Riwayat stroke atau T.I.A, tekanan darah tinggi, kadar kolesterol

tinggi, penyakit jantung, diabetes, sickle cell disease

2. Kebiasaan : Diet, aktivitas fisik, obesitas, konsumsi alkohol, penggunaan

tobacco

3. Riwayat keluarga : Genetik, Riwayat penyakit

4. Lainnya : Umur, Jenis kelamin

Manifestasi stroke

Smeltzer dan Bare (2008) menyebutkan stroke dapat menyebabkan

berbagai defisit neurologis yang bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah

mana yang terkena), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan jumlah

aliran darah kolateral (sekunder atau aksesoris). Beberapa defisit neurologis

yang dapat ditimbulkan akibat stroke yaitu defisit motorik, defisit sensori,

defisit perceptual, kerusakan bahasa dan komunikasi, kerusakan fungsi kognitif

dan efek psikologik, disfungsi aktifitas mental dan psikologi, dan gangguan

eliminasi (Lewis et al., 2011).

Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan

kehilangan control volenteer terhadap gerakan motorik. Disfungsi motor paling

umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi tubuh), dan hemiparesis

(kelemahan pada salah satu sisi tubuh). Defisit motorik yang lainnya adalah

disatria (kerusakan otot-otot bicara) dan disfagia (kerusakan otot-otot menelan)

(Smeltzer & Bare 2002). Lewis et al. (2011) menjelaskan bahwa defisit

motorik pada stroke adalah efek yang paling sering ditemukan. Defisi motorik

Universitas Sumatera Utara


35

meliputi kerusakan (1) mobilitas, (2) fungsi respirasi, (3) menelan dan

berbicara, (4) reflex gag, (5) ketidakmampuan self-care.

Defisit sensori pada pasien stroke dapat berupa kerusakan sentuhan

ringan atau mungkin lebih berat, dengan kehilangan propriosepsi (kemampuan

untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh) serta kesulitan dalam

menginterpretasikan stimuli visual, taktil dan audiotorius (Smeltzer & Bare,

2008). Defisit visual umum terjadi karena jaras visual terpotong sebagian besar

pada hemisfer serebri. Defisit visual ini terdiri dari hemianopsia homonimosa

(kehilangan pandangan pada setengah bidang pandang pada sisi yang sama),

diplopia (penglihatan ganda), serta penurunan ketajaman penglihatan. Defisit

sensori yang lain yaitu hilangnya respon terhadap sensasi superfisial (sentuhan,

nyeri, tekanan, panas dan dingin) dan tidak memberikan atau hilangnya respon

terhadap proprioresepsi (pengetahuan tentang posisi bagian tubuh).

Defisit perseptual (gangguan dalam merasakan dengan tepat dan

menginterpretasi diri dan/ atau lingkungan) juga dapat terjadi pada penderita

stroke. Defisit perseptual ini terdiri dari gangguan skem/maksud tubuh

(amnesia atau menyangkal terhadap ektremitas yang mengalami paralisis;

kelainan unilateral), disorientasi (waktu, tempat, orang), apraksia (kehilangan

kemampuan untuk menggunakan objek dengan tepat) dan agnosia

(ketidakmampuan untuk mengidentifikasi lingkungan melalui indera). Selain

itu juga dapat terjadi kelainan dalam menemukan letak objek dalam ruang,

memperkirakan ukurannya dan menilai jauhnya, kerusakan memori untuk

mengingat letak spasial objek atau tempat, serta disorientasi kanan kiri

(Smeltzer & Bare, 2008).

Universitas Sumatera Utara


36

Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan

komunikasi. Defisit bahasa dan kemunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal

berikut yaitu afasia ekspresif, berupa kesulitan dalam mengubah suara menjadi

pola-pola bicara yang dapat dipahami. Pada afasia ekspresif, pasien stroke

dapat berbicara dengan menggunakan respons satu kata. Afasia reseptif yaitu

kerusakan kelengkapan kata yang diucapkan. Pada afasia jenis ini, pasien

stroke mampu untuk berbicara, tetapi menggunakan kata-kata dengan tidak

tepat dan tidak sadar tentang kesalahan ini. Afasia global adalah kombinasi

afasia ekspresif dan reseptif, dimana pasien stroke tidak mampu berkomunikasi

pada setiap tingkat. Disleksia dimanifestasikan sebagai ketidakmampuan untuk

mengerti kata yang dituliskan. Sedangkan agrafasia dimanifestasikan sebagai

ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide dalam tulisan (Smeltzer &

Bare, 2002).

Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik pada pasien stroke

muncul bila terjadi kerusakan pada lobus frontal serebrum. Disfungsi dapat

ditujukan dengan lapang perhatian yang terbatas, peningkatan distraksibilitas

(mudah buyar), kesulitan dalam pemahaman, kehilangan memori (mudah lupa),

ketidakmampuan untuk menghitung, memberi alasan atau berpikir secara

abstrak, ketidakmampuan untuk mentransfer pembelajaran dari satu situasi ke

situasi yang lain, dan kurang motivasi yang menyebabkan pasien mengalami

rasa frustasi dalam program rehabilitasi yang dilakukan (Smeltzer & Bare,

2008).

Disfungsi aktifitas mental dan psikologik yang umumnya terjadi pada

pasien stroke, biasanya dimanifestasikan dengan labilitas emosional yang

Universitas Sumatera Utara


37

menunjukkan reaksi dengan mudah atau ridak tepat. Selain itu, biasanya pasien

stroke menunjukkan kehilangan kontrol diri dan hambatan sosial, penurunan

toleransi terhadap stres, rasa ketakutan, pemusuhan, frustasi, dan mudah marah.

Pada tahap lanjut dapat terjadi kekacauan mental, menarik diri, isolasi dan

depresi (Smeltzer & Bare, 2008).

Disfungsi kandung kemih biasanya dimanifestasikan dengan

inkontinesia urinarius yang biasanya terjadi sementara. Hal ini terjadi karena

konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan

ketidakmampuan untuk menggunakan urinal/bedpan karena kerusakan kontrol

motorik dan postural. Lesi unilateral karena stroke mengakibatkan sensasi dan

kontrol parsial kandung kemih, sehingga klien sering mengalami dorongan/rasa

ingin berkemih dan inkontinensia urine. Jika lesi ada pada batang otak, maka

akan terjadi kerusakan lateral yang mengakibatkan neuron motorik bagian atas

kandung kemih kehilangan semua kontrol miksinya. Sedangkan kerusakan

fungsi usus biasanya diakibatkan karena penurunan tingkat kesadaran,

dehidrasi atau immobilisasi. Hal ini biasanya menimbulkan masalah konstipasi

dan pengerasan feses pada pasien stroke. Inkontinensia urine dan alvi yang

berkelanjutan menunjukkan kerusakan neurologi luas (Smeltzer & Bare, 2008).

Masalah fisik yang dihadapi oleh penderita kelumpuhan pascastroke

sangat berdampak pada aktivitas sehari-hari individu. Keterbatasan yang

dialami oleh penderita kelumpuhan pascastroke akan sangat mempengaruhi

kehidupan penderita. Untuk melihat tingkat keparahan kelumpuhan atau

kecacatan stroke, berikut ada skala yang digunakan yaitu Skala Kecacatan

Stroke (The Modified Rankin Scale):

Universitas Sumatera Utara


38

1. Kecacatan derajat 0

Tidak ada gangguan fungsi

2. Kecacatan derajat 1

Hampir tidak ada gangguan fungsi pada aktivitas sehari-hari atau

gangguan minimal. Pasien mampu melakukan tugas dan kewajiban

sehari-hari.

3. Kecacatan derajat 2 (Slight disability)

Pasien tidak mampu melakukan beberapa aktivitas seperti

sebelumnya, tetapi tetap dapat melakukan sendiri tanpa bantuan orang

lain.

4. Kecacatan derajat 3 (Moderate disability)

Pasien memerlukan bantuan orang lain, tetapi masih mampu berjalan

sendiri tanpa bantuan orang lain, walaupun mungkin membutuhkan

tongkat.

5. Kecacatan derajat 4 (Moderately severe disability)

Pasien tidak dapat berjalan tanpa bantuan orang lain, perlu bantuan

orang lain untuk menyelesaikan sebagian aktivitas diri seperti mandi,

pergi ke toilet, merias diri, dan lain-lain.

6. Kecacatan derajat 5 (Severe disability)

pasien tepaksa terbaring di tempat tidur dan kegiatan buang air

besar dan kecil tidak terasa (inkontinensia), memerlukan perawatan

dan perhatian.

7. Derajat 6 (Kematian)

Universitas Sumatera Utara


39

Penatalaksanaan Stroke

Lewis (2011) dan Harsono (2000) membedakan penatalaksanaan stroke

ke dalam tahap akut dan paska tahap akut, yang meliputi:

1. Tahap Akut (hari ke 0-14 setelah onset penyakit)

Pada tahap akut ini sasaran pengobatan yaitu menyelamatkan neuron

yang cedera agari tidak terjadi nekrosis, serta agar proses patologis lainnya yang

menyertai tidak mengganggu/mengancam fungsi otak. Tindakan dan obat yang

diberikan haruslah menjamin perfusi darah ke otak adekuat dengan pemeliharaan

beberapa fungsi diantaranya respirasi yang ahrus dijaga agar tetap bersih dan

bebas dari benda asing. Fungsi jantung harus tetap dipertahankan pada tingkat

yang optimal agar tidak menurunkan perfusi otak. Kadar gula darah yang tinggi

pada tahap akut, tidak diturunkan dengan drastis.

Bila pasien telah masuk dalam kondisi kegawatan dan terjadi penurunan

kesadaran, maka kesimbangan cairan, elektrolit dan asam basa darah harus

dipantau dengan ketat. Penggunaan obat-obatan untuk meningkatkan aliran

darah dan metabolisme otak diantaranya adalah obat-obatan anti edema seperti

gliserol 10% dan kortikosteroid. Selain itu digunakan anti agregasi trombosit dan

antikoagulansia. Untuk stroke hemoragik, pengobatan perdarahan otak ditujukan

untuk hemostasis (Lewis, 2011 & Harsono, 2000).

2. Tahap paska akut/ tahap rehabilitasi

Setelah tahap akut berlalu, sasaran pengobatan dititikberatkan pada

tindakan rehabilitasi penderita dan pencegahan terjadinya stroke berulang.

Rehabilitasi yang dilakukan berujuan untuk pemulihan keadaan dan mengurangi

derajat ketidakmampuan. Ini dilakukan dengan pendekatan memulihkan

Universitas Sumatera Utara


40

keterampilan lama, untuk anggota tubuh yang lumpuh, memperkenalkan

sekaligus melatih keterampilan baru untuk anggota tubuh yang tidak mengalami

kelumpuhan, memperoleh kembali hal-hal atau kapasitas yang telah hilang diluar

kelumpuhan, serta mempengaruhi sikap penderita, keluarga, dan terapeutik tim

(Lewis, 2011 & Harsono, 2000).

Rehabilitasi PaskaStroke

Tujuan rehabilitasi adalah untuk memulihkan kemandirian atau

mengurangi tingkat ketergantungan pasien paska stroke, agar mereka dapat

hidup mandiri dan optimal seperti sediakala sebelum terserang stroke (Junaidi,

2011). Beberapa usaha rehabilitasi antara lain: terapi fisik/fisioterapi, latihan

bicara, latihan mental, terapi okupasi, psikoterapi, memberi alat bantu, ortotik

prostetik, olah raga. Layanan Ortotik Protestik adalah pelayanan keteknisian

medik yang ditujukan untuk merancang, membuat dan mengepas alat bantu guna

pemeliharaan dan pemulihan fungsi atau pengganti alat tubuh atau anggota gerak

Olahraga yang data dilakukan pasien paska stroke adalah berjalan kaki rutin tiga

kali seminggu.

Tahap Rehabilitasi.

1. Rehabilitasi stadium akut

Sejak awal tim rehabilitasi medik suidah diikutkan, terutama

untuk mobilisasi. Programnya dijalankan oleh tim, biasanya latihan aktif

dimulai sesudah prosesnya stabil, 24-72 jam sesudah serangan, kecuali

perdarahan. Sejak awal Speech terapi diikutsertakan untuk melatih otot-

otot menelan yang biasanya terganggu pada stadium akut. Psikolog dan

Pekerja Sosial Medik untuk mengevaluasi status psikis dan membantu

Universitas Sumatera Utara


41

kesulitan keluarga.

2. Rehabilitasi stadium subakut

Pada stadium ini kesadaran membaik, penderita mulai

menunjukan tanda-tanda depresi, fungsi bahasa mulai dapat terperinci.

Pada post GPDO pola kelemahan ototnya menimbulkan hemiplegic

posture. Kita berusaha mencegahnya dengan cara pengaturan posisi,

stimulasi sesuai kondisi klien.

3. Rehabilitasi stadium kronik

Pada saat ini terapi kelompok telah ditekankan, dimana terapi ini

biasanya sudah dapat dimulai pada akhir stadium subakut. Keluarga

penderita lebih banyak dilibatkan, pekerja medik sosial, dan psikolog

harus lebih aktif (Black & Hawks, 2009).

Setelah masa kritis lewat, maka saat meneruskan proses kesembuhan

yang lebih lagi dengan melakukan rehabilitasi dengan berbagai macam terapi.

Program rehabilitasi meliputi fisioterapi, terapi okupasi dan terapi bicara:

a. Fisioterapi

Fisioterapi adalah pelatihan gerakan peregangan atau tindakan lain yang

memainkan peranan penting dalam pelatihan yang dijalani. Fisioterapi harus

dilakukan sesegera mungkin,satu hingga tiga hari setelah stroke. Tujuan

fisioterapi untuk membantu menyelesaikan tugas sehari-hari. Fisioterapi melatih

berdiri, berjalan, mengambil dan menggunakan benda- benda, khususnya

peralatan makan.

b. Terapiokupasi

Terapi okupasi bertujuan untuk menetapkan kesanggupan dan koordinasi

Universitas Sumatera Utara


42

penderita stroke. Pada terapi ini penderita dibantu untuk mengatasi kebersihan

pribadi dan kehidupan sehari-hari seperti makan, berpakaian, buang air besar,

mandi, sikat gigi.

c. Terapi bicara

Terapi bicara membantu penderita stroke berkomunikasi (Junaidi, 2011).

Terapi bicara bertujuan memperbaiki pasien gangguan berbahasa agar menjadi

produktif atau memperbaiki hidupnya (Goldstein, 1987 dalam

Kusumoputro,2009).

Menurut Gisele (2018) proporsi rehabilitasi stroke di brasil 33% menurun

menjadi 12% dan 9% dalam tahun terakhir selama 3 tahun. Hal ini dikarenakan

akses layanan rehabilitasi stroke yang begitu jauh serta factor ekonomi

masyarakat. The Ministry of Healt membentuk tahapan penanganan rehabilitasi

stroke mulai dari layanan terapi local dengan 1 dan 2 profesional sampai dengan

layanan multiprofesional yang kompleks dengan meliputi rehabilitasi pelatihan

keseimbangan, terapi wicara, dan teknik lanjutan dengan stimulasi mangentik

transkranial dan stimulasi somatosensory.

Menurut Zhang (2013) dalam pengobatan pasien pasca stroke telah

mengalami pengembangan intervensi terkait disfungsi motoric pasca stroke. Di

Cina tepatnya di Asia Timur, Akupuntur telah menjadi intervensi utama untuk

pengobatan stroke selama 1.000 tahun terakhir. Akupuntur digunakan sebagai

bagian dari pengobatan komplementer. Hasil survey nasional tahun 2007

terhadap dokter dari 247 rumah sakit di Cina 63% dokter di cina mengunakan

pengobatan akupuntur karena dipercaya efektif dalam pengobatan stroke, hasil

Universitas Sumatera Utara


43

survei pada pasien sebanyak 202 pasien stroke akut di tiongkok menun jukan

63,14% akan memilih akupuntur sebagai bagian dari pengobatan stroke. Di

Korea Selatan tahun 2004-2005 pasien stroke menggunakan pengobatan

tradisional sebanyak 54% dan dari 54% yang memilih pengobatan tradisional,

92% diantaranya menggunakan pengobatan tradisional dengan akupuntur.

Dalam penelitian Van der reit (2014) are tradiditional thai therapies better

than conventional treatment for stroke rehabilitation menyatakan bahwa

rehabilitasi stroke di thailan menggunakan terapi tradisional dan komplementer

seperti yoga, tai chi, pijat dan terapi herbal. Dari 40 partisipan pada pusat

rehabilitasi Thung Bo Paen (kelompok intervensi dan Rumah sakit Lampang

(Kelompok kontrol) Pasien yang menjalani terapi tradisional Thailand selama 3

bulan mengalami peningkatan signifikan dalam ADLS dibandingkan dengan

perawatan di rumah sakit.

Dalam penelitian Zhiyan et all (2017) dalam judul Rehabilitation Nursing

for Cerebral Stroke Patients within a Suitable Recovery Empty Period

menyakatakn bahwa perkembangan teknologi baru rehabilitasi neurologis

termasuk Bobath, Brunnstrom, Rood, Program belajar kembali motor (MRP),

Constraintinduced Gerakan Therapy (CMT) dan metode pelatihan dengan

instrument selain itu, ada terapi nyaman jenis metode persuasi psikologis yang

bertujuan untuk penyakit psikologis, seperti emosi negatif, yang gelisah dan

dunia-lelah dan lainnya kondisi dengan menggunakan fluktuasi psikologis pasien

selama periode sakit. Hal ini dapat membuat pasien merasa santai psikologis,

menghidupkan kembali harapan untuk hidup, mengembangkan kepercayaan diri

untuk secara aktif bekerja sama dengan rehabilitasi, menerima fakta-fakta

Universitas Sumatera Utara


44

dengan pikiran yang damai, berani untuk mencurahkan perasaan kepada

pengasuh dan mendengarkan nasihat yang bermanfaat. Efek operasi dalam

periode pemulihan vakum lebih baik. Latihan fungsional melatih pasien dengan

membimbing tindakan mereka sehari-hari, seperti makan, memakai baju dan

pengaturan untuk memotivasi fungsi motorik. Teknologi bio-umpan balik,

metode terapi operasi, sistem rehabilitasi cerdas umum dan lain-lain juga

menunjukkan efek yang baik.

Dalam penelitian Gobi et all (2014) dengan judul Community stroke

rehabilitation nursing and its relevance to Brunei menyatakan Rehabilitasi

secara tradisional telah dipertimbangkan sebagai salah satu terapis. Namun,

peran perawat dalam rehabilitasi juga sangat penting. Royal College of Nursing

(RCN) Kerajaan Inggris mendefinisikan rehabilitasi sebagai sebuah perhatian

yang berpusat pada pasien. proses aktif dan kreatif melibatkan adaptasi terhadap

perubahan dalam keadaan kehidupan, hal ini merupakan aktivitas bersama antara

pasien, orang yang dekat dengan pasien dan multi tim profesional yang

mengakui kontribusi semua pihak yang berkepentingan.

Ideologi dari rehabilitasi keperawatan telah ada sejak 1980-an. Seorang

ahli teori keperawatan, Henderson, menganggap perawat sebagai “rehabilitator

par keunggulan”. menyoroti fitur utama peran perawat dalam rehabilitasi stroke.

Namun, beberapa peneliti dalam keperawatan stroke miliki memperdebatkan

peran eksplisit perawat di rehabilitasi. peran perawat dalam rehabilitasi stroke.

Perbedaan konsep dan istilah yang digunakan untuk menggambarkan peran

perawat dalam rehabilitasi sering dipengaruhi oleh konteks penelitian, kelompok

sampel, setting studi dan negara tempat Penelitian dilakukan. Namun, terlihat

Universitas Sumatera Utara


45

bersama deskripsi tampaknya berhubungan erat dengan fungsi terapeutik

perawat dalam rehabilitasi. Ini menyimpulkan peran perawat dalam rehabilitasi

stroke memiliki pengaruh penting dalam pemulihan pasien (Ali et all, 2014).

Dalam penelitian Sholeh (2017) menyatakan bahwa salah satu

rehabilitasi pada pasien stroke adalah dengan menggunakan speda statis

dimana,sepeda statis yang digunakan untuk proses rehabilitasi penderita stroke

harus sesuai dengan kriteria penderita stroke. Pada salah satu contoh kasus yang

ditemui pada penderita stroke yang dimana fungsi tangan dari penderita stroke

tidak dapat digunakan atau mengalami hemiplegia harus diberikan pengaman

pada tangan (armrest) agar tidak mengalami subluksasi. Bagi penderita stroke

yang tidak mengalami hemiplegia pada bagian tangannya dapat melakukan

latihan pergerakan tangannya agar mendapatkan kentungan yang lebih dari pada

hanya melatih pergerakan kaki.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa masyarakat memiliki berbagai

pandangan tentang terapi komplementer. Masyarakat memilih terapi

komplementer sebagai pelengkap terapi medis karena menganggap bahwa terapi

tersebut lebih nyaman, holistik dan lebih personal sesuai dengan kebutuhan

pasien. Masyarakat juga menganggap terapi komplementer tersebut tidak

memiliki efek samping karena lebih alami, serta dapat melengkapi terapi medis

dalam perawatan pasien (Bishop, 2008).

Ada beberapa faktor pasien memilih terapi komplementer dalam

perawatannya, selain menggunakan terapi medis. Faktor faktor tersebut adalah

faktor sosial masyarakat, psikologi, ekonomi, faktor manfaat dan keberhasilan

terapi, dan persepsi tentang penyakit yang diderita (Ismiati et all, 2013)

Universitas Sumatera Utara


46

Pengobatan Tradisional

Pengobatan tradisional yang digunakan oleh masyarakat yang ada

dibeberapa daerah di Indonesia sangat beragam. Masyarakat disuatu daerah

tertentu memiliki obat tradisional yang berbeda dengan masyarakat daerah

lainnya, hal ini dikarenakan keanekaragaman hayati yang terdapat dilingkungan

tempat mereka hidup serta kearifan lokal yang mereka miliki menjadi penyebab

munculnya bermacam-macam produk budaya. Keanekaragaman hayati yang

terdapat dilingkungan mereka hidup menjadi sumber alam yang sangat potensial

untuk membuat obat-obat tradisional yang mampu menyelesaikan permasalahan

kesehatan mereka. Beberapa contoh obat tradisional yang digunakan di

masyarakat tertentu seperti; masyarakat Papua menggunakan zodia yang

merupakan tanaman perdu untuk mengusir nyamuk malaria. Masyarakat jawa

menggunakan tanaman tapak dara untuk mengobati penyakit diabetes, hipertensi,

leukimia, mengobati luka baru, obat bengkak dan obat bisul (Darmastuti & Sari

et al., 2011)

Penelitian yang dilakukan oleh Wells et al. (2010) menjelaskan bahwa

terapi alternatif komplementer lebih sering digunakan pada pasien dengan

gangguan neurologi seperti stroke, memoryloss, migrain, dan seizure

dibandingkan pasien dengan gangguan nonneurologi. Jenis terapi alternatif

komplementer yang sering digunakan oleh pasien stroke adalah mind body

therapies, dilanjutkan dengan biological- based therapy dan alternative medical

system. Jenisterapimind body yang paling sering digunakan adalah yoga,

meditasi, hypnosis, dan deep breathing exercise. Sedangkan herbal sering

Universitas Sumatera Utara


47

digunakan dari jenis terapi biological based therapy. Chiropractic dan massage

merupakan jenis terapi yang sering digunakan untuk tipe manipulative and body

based, akupuntur dan homeopathy lebih sering digunakan dari jenis alternative

medical system.

Keputusan pasien pasca stroke dalam menjalani pengobatan termasuk

dengan pengobatan tradisional membuat perawat dalam memberikan terapi

alternatif berupaya untuk memberikan pemahaman kepada pasiennnya terkait

terapi alternatif yang akan diberikan, baik dari segi manfaat dan mencoba

memberikan perubahan pandanagan bahwa terapi alternatif mempunyai keilmuan,

tidak berhubungan dengan hal mistik ataupun agama dan bertujuan untuk terapi

kesehatan (Husna et al., 2016)

Faktor Sosial Budaya

Faktor sosial budaya mempengaruhi pemikiran dan keyakinan pasien

dalam memilih terapi kesehatan yang akan dijalaninya. Kelompok sosial dapat

membantu pasien dalam mengenali ancaman sakit atau mendukung penolakan

terhadap sakit. Klien sering bereaksi secara positif terhadap dukungan sosial saat

mempraktekkan tingkah laku kesehatan yang positif. Faktor sosial juga sangat

mempengaruhi keputusan pasien tentang layanan kesehatan yang dipilihnya

(Potter & Perry, 2009).

Terapi alternatif juga sangat dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat.

(Smith et al, 2009) menemukan bahwa pasien sangat dipengaruh oleh nilai-nilai

yang diyakininya untuk memilih terapi dalam proses perawatannya. Nilai-nilai

tersebut memberi dampak yang signifikan terhadap efektifitas terapi alternative

yang dijalani oleh pasien. Pasien merasa lebih nyaman dan percaya dengan

Universitas Sumatera Utara


48

terapi alternative bila sesuai dengan nilai-nilai budaya yang diyakininya.

Faktor Psikologis

Menurut Bishop (2010), pasien memilih terapi komplementer karena

merasa lebih nyaman, holistik dan lebih personal sesuai dengan kebutuhannya.

Pasien merasa yakin bahwa kondisi kesehatannya akan lebih baik dengan

perawatan yang dilakukan oleh terapis. Sikap caring yang ditunjukkan oleh

terapis juga mempengaruhi keputusan pasien memilih terapi komplementer yang

dijalaninya. Hubungan saling percaya antara pasien dengan terapis juga

berdampak positif terhadap efektifitas terapi yang dijalani oleh pasien. Banyak

pasien yang meyakini bahwa penyembuhan dapat tercapai dengan sentuhan dan

sikap caring serta empati yang ditunjukkan oleh terapis pada mereka (Smith et

al., 2009).

Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi mempengaruhi reaksi pasien terhadap penyakit. Akses

layanan kesehatan berkaitan erat dengan faktor ekonomi (Potter & Perry, 2009).

Dalam penelitiannya, Walcott menyatakan bahwa faktor ekonomi mempengaruhi

keputusan masyarakat memilih pelayanan kesehatan. Biaya yang murah menjadi

salah satu faktor yang mempengaruhi pasien memilih terapi pijat sebagai terapi

komplementer dalam perawatannya.

Faktor Manfaat dan Keberhasilan Terapi

Keefektifan terapi komplementer juga menjadi salah satu alasan pasien

untuk memilih terapi. Pasien yang memilih terapi pijat merasakan banyak

manfaat selama menjalani terapi. Mengurangi ketegangan otot, meredakan

kelelahan, meningkatkan kualitas tidur, meredakan stres dan menenangkan

Universitas Sumatera Utara


49

pikiran dan tubuh merupakan manfaat pijat yang banyak dirasakan oleh pasien

(Ismiati et al., 2019).

Budaya

sosial budaya mempengaruhi pemikiran dan keyakinan pasien dalam

memilih terapi kesehatan yang akan dijalaninya. Kelompok sosial dapat

membantu pasien dalam mengenali ancaman sakit atau mendukung penolakan

terhadap sakit. Klien sering bereaksi secara positif terhadap dukungan sosial saat

mempraktekkan tingkah laku kesehatan yang positif. Faktor sosial juga sangat

mempengaruhi keputusan pasien tentang layanan kesehatan yang dipilihnya

(Potter & Perry, 2009).

Masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar pada

berbagai kepulauan di seluruh Indonesia, memiliki banyak sekali produk budaya

terutama yang berhubungan dengan kesehatan. Produk budaya yang

berhubungan dengan kesehatan terwujud dalam bentuk obat tradisional dan cara

tradisional yang digunakan masyarakat untuk mengatasi permasalahan mereka

dibidang kesehatan. Hal ini senada dengan Undang-undang No. 36 tahun 2009,

pasal 59 menyatakan berdasarkan cara pengobatannya, pelayanan kesehatan

tradisional terbagi menjadi pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan

keterampilan dan pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan ramuan

(Lesmana, et al. 2018)

Obat tradisional yang digunakan oleh masyarakat yang ada dibeberapa

daerah di Indonesia sangat beragam. Masyarakat disuatu daerah tertentu

memiliki obat tradisional yang berbeda dengan masyarakat daerah lainnya, hal

ini dikarenakan keanekaragaman hayati yang terdapat dilingkungan tempat

Universitas Sumatera Utara


50

mereka hidup serta kearifan lokal yang mereka miliki menjadi penyebab

munculnya bermacam-macam produk budaya. Keanekaragaman hayati yang

terdapat dilingkungan mereka hidup menjadi sumber alam yang sangat potensial

untuk membuat obat-obat tradisional yang mampu menyelesaikan permasalahan

kesehatan mereka. Beberapa contoh obat tradisional yang digunakan di

masyarakat tertentu seperti; masyarakat Papua menggunakan zodia yang

merupakan tanaman perdu untuk mengusir nyamuk malaria. Masyarakat jawa

menggunakan tanaman tapak dara untuk mengobati penyakit diabetes, hipertensi,

leukimia, mengobati luka baru, obat bengkak dan obat bisul (Darmastuti, 2011

dalam Ismiati., et al. 2018).

Suku Nias

Suku Nias adalah sekelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias.

Istilah Ono Niha (masyarakat Nias) dalam Bahasa Indonesia artinya yang terdiri

dari dua kata yaitu Ono dan Niha, istilah kata ono adalah anak atau keturunan

dan istilah dari kata Niha adalah manusia. Mitos asal-usul suku Nias berasal dari

sebuah pohon kehidupan yang disebut “sigaru Tora‟a” yang terlatak di desa

Teteholi‟ana‟a. Menurut mitos tersebut dikatakan bahwa kedatangan manusia

pertama di Pulau Nias yaitu pada zaman Raja Sirao yang memiliki 9 orang putra

dan namun diantara yang 9 putranya tersebut 5 orang yang disuruh keluar

Teteholi Ana‟a karena memperebutkan Tahta Sirao.

Kelima anaknya tersebut adalah: (1) Hiawalangi‟adu yang disebut

sebagai borenadu yang terletak di Gomo; (2) Gozo helaheladano yang tinggal di

Kecamatan Lahewa; (3) Huluhada atau Hulu borodano yang tinggal dilaehuwa

pinggir sungai Noyo Kecamatan Mandrehe; (4) Daeli yang tinggal di

Universitas Sumatera Utara


51

Kecamatan Gido dan kuburannya sekarang berada di Dolamaera-onowaembo;

(5) Silogubanua, cucu luomewona yang tinggal di hiambanua dekat Laehuwa

Kecamatan Mandrehe. Kelima putranya tersebut dianggap orang-orang pertama

yang menginjakkan kaki di pulau Nias (Harefa.,et.al. 200, dalam Meda P., et all

2012 ).

Sedangkan berdasarkan penelitian Arkeologi yang telah dilakukan di

Pulau Nias sejak tahun 1999 dan hasilnya ada yang dimuat di Tempointeraktif,

Sabtu 25 November 2006 dan di Kompas, Rabu 4 Oktober 2006 Rubrik

Humaniora menemukan bahwa sudah ada manusia di Pulau Nias sejak 12.000

tahun silam yang bermigrasi dari daratan Asia ke Pulau Nias pada masa

paleolitikum, bahkan ada indikasi sejak 30.000 tahun lampau kata Prof. Harry

Truman Simanjuntak dari Puslitbang Arkeologi Nasional dan LIPI Jakarta. Pada

masa itu hanya budaya Hoabinh, Vietnam yang sama dengan budaya yang ada di

Pulau Nias, sehingga diduga kalau asal usul Suku Nias berasal dari daratan Asia

di sebuah daerah yang kini menjadi negara yang disebut Vietnam.

Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan

kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut

“fondrako” yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai

kematian (Harefa, 2006 dalam Meda. P et al, 2015).

Ketetapan fondrako merupakan kumpulan dan sumber segala hukum

yang menjadi landasan kehidupan Ono Niha (masyarakat Nias). Masyarakat Nias

kuno hidup dalam budaya megalitik. Megalitik masyarakat Nias

menggambarkan hubungannya dengan benda-benda (batu besar) yang

digunakan untuk tujuan sakral, pemujaan roh leluhur dan dikaitakan dengan

Universitas Sumatera Utara


52

sistem kepercayaan masyarakat setempat.

Pengobatan Suku Nias

Pengobatan tradisional keluarga suku Nias di kenal dengan beberapa

sebutan, tergantung pada keahlian masing-masing. Berikut ini jenis-jenis

pengobatan tradisional yang biasa di manfaatkan oleh keluarga suku Nias (Meda.

P et al, 2015).

1. Tukang urut atau/tukang kusuk (solome), yaitu yang mempunyai

kemampuan untuk menyembuhkan seseorang dengan cara memijat atau

mengurut.

2. Tukang obat (same‟e dalu-dalu), yaitu seseorang yang mampu membuat

ramuan tradisional.

3. Dukun beranak (sondurusi sabeto atau bida dane), yaitu seseorang yang

mampu menolong persalinan dan merawat kehamilan.

4. Peramal (samaele‟e), yaitu seseorang yang mampu mengetahui kejadia

kejadian yang belum dan akan terjadi. Dengan adanya pengobatan

tersebut maka penyembuhan pengobatan tradisional telah membantu

banyak warga masyarakat untuk mengobati penyakit yang mereka derita.

Oleh karena itu sebagian masyarakat sangat meyakini bahwa pengobatan

tradisional sangat efisien dan efektif dalam penyembuhan penyakit yang

di derita. Secara umum ke ahlian para penyembuh tradisional tersebut di

peroleh secara turun temurun, tetapi ada juga yang mendapatkan

keahliannya karena belajar (Meda. P et al, 2015).

Pandangan masyarakat suku nias tentang stroke

konsep sehat atau pengertian suku nias tentang sehat beraneka ragam.

Universitas Sumatera Utara


53

Secara umum, sehat menurut mereka dapat dilihat secara fisik dan juga secara

psikis. Secara fisik dikatakan sehat jika terlihat segar, badan tidak terasa sakit,

gemuk, kulit bersih, wajah tampak cerah, dan memiliki fisik atau tenaga yang

kuat. Secara psikis, seseorang dikatakan sehat jika mempunyai pikiran yang

tenang dan tidak banyak masalah yang mengganggu pikiran. Secara umum,

menurut suku Nias seseorang dikatakan sehat jika masih bisa beraktivitas atau

melakukan pekerjaan sehari-hari (Meda. P et al, 2015).

Pandangan masyarakat nias tentang penyebab sakit sangat bervariasi.

Sebagian besar menyatakan bahwa sakit disebabkan karena kuman, perilaku

tidak sehat, seperti terlampau banyak makan buah, dan stres yang disebabkan

oleh banyaknya masalah yang dipikirkan, Sebagian lainnya menyatakan bahwa

penyebab sakit adalah hal-hal gaib dan juga karena perbuatan manusia.

Menurut pandangan masyarakat, hal-hal gaib yang dimaksud adalah

adanya setan yang berkeliaran pada waktu-waktu tertentu, seperti pada malam

Jumat atau pada saat gerimis. Masyarakat yang menjumpai setan tersebut akan

mengalami penyakit yang mereka sebut tesafo, yang biasanya menyerang anak-

anak. Untuk menghindari penyakit tersebut biasanya anak-anak dilarang

melewati kuburan pada malam hari dan juga dilarang keluar rumah pada saat

gerimis (Meda. P et al, 2015)

Sakit yang disebabkan oleh perbuatan manusia sering disebut famökhö.

Famökhö merupakan cara seseorang untuk berbuat jahat kepada orang lain,

contohnya melalui sihir dan pemberian racun. perbuatan seperti itu sudah jarang

dilakukan. Namun harus tetap diwaspadai karena sihir tersebut biasanya melalui

angin ataupun dengan cara menanam suatu benda di suatu tempat. Jika melewati

Universitas Sumatera Utara


54

tempat tersebut, kita akan sakit. Selain melalui sihir, masyarakat juga mengenal

cara famökhö lainnya, yakni melalui racun. Jenis-jenis racun yang dikenal

masyarakat antara lain biobio (racun berbentuk salep yang biasanya dioleskan

pada pakaian, tempattempat tertentu, atau pada saat bersalaman) dan racun

berbentuk serbuk yang biasanya dicampur dengan makanan atau minuman.

(Meda. P, 2015)

Pada umumnya, sakit yang diderita oleh masyarakat dibedakan menjadi

sakit ringan, sakit sedang, dan sakit berat. Tingkatan derajat sakit ini dilihat dari

dampak yang diakibatkan oleh penyakit tersebut. Penyakit dikategorikan ringan

jika penderita bisa sembuh sendiri tanpa melakukan tindakan apa-apa, contohnya

sakit kepala. Penyakit sedang adalah penyakit yang lebih parah daripada

penyakit ringan dan masih bisa diobati dengan membeli obat-obatan di warung

atau dikusuk oleh tukang kusuk, contohnya adalah sakit perut, demam, batuk,

dan malaria. Sementara penyakit berat adalah penyakit yang sulit untuk

disembuhkan dan membutuhkan pengobatan khusus oleh dukun atau tenaga

medis. Biasanya penyakit berat ini diderita dalam waktu yang cukup lama.

Contoh penyakit berat yang sering diderita adalah TBC, darah tinggi,

pembengkakan pada kaki (gambu gahe), tesafo, buru, dan penyakit lainnya yang

disebabkan oleh perbuatan manusia. Jika sakit, biasanya warga masyarakat

membiarkan begitu saja tanpa melakukan tindakan apa-apa. Jika penyakitnya

tidak sembuh juga maka biasanya mereka membeli obat di warung atau

memanggil tukang kusuk. Jika tidak kunjung sembuh juga setelah itu maka si

penderita dibawa ke tukang kusuk/dukun lainnya ataupun tenaga medis.

Seseorang yang sedang sakit sangat diperhatikan oleh keluarganya.

Universitas Sumatera Utara


55

Mereka akan memenuhi apa pun permintaan orang sakit tersebut. Jika penyakit

yang diderita termasuk kategori berat, tetangga dan masyarakat lainnya juga

memberi cukup perhatian. Perhatian tersebut ditunjukkan dengan banyaknya

tetangga yang datang untuk menengok dan biasanya mereka akan memberikan

usul untuk mengobati penyakit tersebut, dan biasanya diadakan juga kebaktian di

rumah orang yang sakit tersebut. (Manalu, 2012)

Hasil penelitain Litbag Etnografi Kesehatan pada suku Nias menyatakan

bahwa pandangan masyarakat nias Pada Penyakit stroke Menurut informan yang

pernah mendengar tentang penyakit stroke, penyebab penyakit ini adalah karena

darah tinggi, kurang aktivitas, atau keturunan dimana gejalanya adalah

pertamanya sakit kepala, susah ngomong, dan nanti mati sebelah (Depkes, 2012).

Stroke berbahaya karena bisa mengakibatkan kematian, namun tidak ada

stigma terhadap penderita stroke. Pengobatannya dapat dilakukan dengan cara

dikusuk (diurut) dan berobat ke rumah sakit. Pencegahannya adalah dengan

menggurangi frekuensi (tidak sering) makan daging babi dan tidak mandi

malam. (Depkes, 2012)

Transcultural Nursing

Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada

proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan

kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit

didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini

digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau

keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).

Transcultural Nursing adalah sebuah teori yang berpusat pada keragaman

Universitas Sumatera Utara


56

budaya dan juga keyakinan tiap manusia. Dari pengertian diatas dapat diartikan

bahwa semua interaksi di dalam Transcultural mengandung makna dan

perbedaan dalam nilai-nilai dan keyakinan dari tiap kelompok dalam masyarakat.

Konsep Transcultural Nursing Leninger (1995) berfokus pada analisa komparatif

dan budaya yang berbeda, nilai-nilai kesehatan-penyakit, perilaku kepedulian

dan pola keperawatan (Roman et al., 2013)

Transcultural Nursing Para ilmuan sosial sudah sejak lama

mengidentifikasi pemahaman tentang cultural dalam kompetensi budaya.

Dengan tidak adanya definisi secara jelas di bidang medis dan juga penerapan

administrasi dari kompetensi budaya (Aggarwal et al., 2016). Transcultural

mengandung arti banyak budaya dan mengandung makna akan martabat manusia

yang terdapat dalam komunitasnya dengan budaya masing-masing daerah

(Muhammedi, 2016)

Paradigma Transcultural Nursing

Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural

sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya

asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat

konsep sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan

(Andrew and Boyle, 1995).

1. Manusia Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang

memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk

menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984)

manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya

pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).

Universitas Sumatera Utara


57

2. Sehat Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam

mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan

merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya

yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat

yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat

mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat

dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).

3. Lingkungan Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena

yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien.

Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien

dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan

yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan

alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa,

pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo

yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang

tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang

berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke

dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu

harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan

tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol

yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik,

seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.

4. Keperawatan Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian

kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai

Universitas Sumatera Utara


58

dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan

memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien.

Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah

perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi

budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).

a. Cara I Mempertahankan budaya

Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak

bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi

keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang

telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau

mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga

setiap pagi.

b. Cara II Negosiasi budaya

Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini

dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu

yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar

dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung

peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai

pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan

sumber protein hewani yang lain.

c. Cara III Restrukturisasi budaya

Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki

merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya

hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola

Universitas Sumatera Utara


59

rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan

sesuai dengan keyakinan yang dianut.

Konsep Fenomenologi

Fenomenologi adalah salah satu pendekatan dalam penelitian kualitatif

yang memiliki akar disipilin ilmu filsafat maupun psikologi yang berfokus pada

pengalaman hidup manusia. Riset fenomenologi didasarkan pada falsafah

fenomenologi yang didukung oleh Edmen Husserl pada tahun 1859-1938. Husserl

menyatakan bahwa persfektif fenomenologi memberikan deskripsi, refleksi,

interpretasi dan modus riset yang menyampaikan intisari dari pengalaman

individu yang diteliti. Pengalaman individu dapat berupa persepsi individu tentang

keberadaannya didunia, kepercayaan dan nilai-nilai yang dimilikinya berdasarkan

sudut pandangnya (Van Manen, 2016).

Seorang fenomenolog memiliki keyakinan bahwa kebenaran utama

tentang realitas didasarkan pada pengalaman hidup seseorang. Pengalaman yang

dimaksud adalah yang bersifat universal yang dialami seorang individu terhadap

suatu fenomena yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian

fenomenologi berusaha untuk memahami respon seluruh manusia terhadap suatu

hal atau sejumlah situasi (Polit & Beck, 2012)

Penggunaan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi

bertujuan untuk mendeskripsikan, menginterpretasikan, memperoleh data lebih

komprehensif dan menganalisis data seacara mendalam, credible dan bermakna

dari pengalaman tersebut dan dibentuk dalam bentuk cerita, narasi, dan bahasa

sehingga fenomenologi dihubungkan dengan istilah hermeutics (ilmu tentang

interpretasi dan eksplanasi) (Polit & Beck, 2012).

Universitas Sumatera Utara


60

Jenis-Jenis Penelitian Fenomenologi

Menurut Polit dan Beck (2012), penelitian fenomenologi dapat dibagi

menjadi dua yaitu :

Fenomenologi Deskriptif

Fenomenologi deskriptif pertama kali dikembangkan oleh Husserl pada

tahun 1962, dimana pada penelitian ini menekankan pada deskripsi pengalaman

yang dialami oleh manusia dari pengalaman kehidupan sehari-hari berdasarkan

apa yang didengar, dilihat, diyakini, dirasakan, diingat, dievaluasi, diputuskan,

dievaluasi, dan dilakukan. Fokus utama fenomenologi deskriptif adalah „knowing.

Terdapattahapan dalam fenomenologi deskriptif yaitu; bracketing, intuiting,

analyzing dan describing (Polit & Beck, 2012).

Bracketing merupakan proses mengidentifikasi, mensupresi dan

menyimpan berbagai asumsi, pengetahuan yang dimiliki peneliti tentang

fenomena yang diteliti. Tahap ini bertujuan untuk memperoleh data yang benar-

benar alamiah dari partisipan tanpa dipengaruhi oleh asumsi, pengetahuan dan

keyakinan peneliti.

Selanjutnya tahap Intuiting. Tahap ini peneliti secara total memahami

fenomena yang diteliti dan peneliti mengeksplorasi pengalaman partisipan dengan

cara observasi, wawancara penemuan dokumen-dokumen tertulis dan menuliskan

catatan lapangan. Selanjutnya tahap analyzing, peneliti mengidentifikasi dan

menganalisis data yang ditemukan dengan cara mengekstraksi pernyataan yang

signifikan, mengelompokkan dan memahami makna penting dari fenomena.

Tahap terakhir adalah tahap describing, peneliti menuliskan

interpretasinya dalam bentuk hasil-hasil temuan dan pembahasannya dari

Universitas Sumatera Utara


61

fenomena yang diteliti kemudian mengkomunikasikan hasil akhir kepada

pembaca dari fenomena yang diteliti

Fenomenologi Interpretative

Interpretative Phenomenology dikembangkan oleh Heidegger pada tahun

1962. Filosofi yang dianut oleh Heidegger berbeda dengan Husserl. Inti

filosofinya ditekankan pada pemahaman dan interpretif (penafsiran), tidak sekedar

mendeskripsikan pengalaman manusia. Pengalaman hidup manusia merupakan

suatu proses interpretatif dan pemahaman yang merupakan ciri dasar keberadaan

manusia. Pada pendekatan fenomenologi interpretatif peneliti tidak harus

melakukan bracketing karena tidak dimungkinkan seseorang mensupresi

keyakinan dan pengetahuannya tentang feneomena yang sedang ditelitinya

Didalam studi fenomenologi, sumber data utama berasal dari perbincangan

yang cukup dalam (in-depth interview) antara peneliti dan partisipan dimana

peneliti membantu partisipan untuk menggambarkan pengalaman hidupnya tanpa

adanya suatu diskusi. Melalui perbincangan yang cukup dalam peneliti berusaha

untuk menggali informasi sebanyak mungkin dari partisipan (Polit & Beck, 2012).

Pada proses in-depth interview peneliti mengajukan sejumlah pertanyaan

kepada partisipan dengan panduan wawancara (interview guide) yang berupa

pertanyaan-pertanyaan terbuka yang telah disiapkan oleh peneliti. Panduan

wawancara akan membantu peneliti dalam mewawancarai partisipan agar lebih

fokus dan mendalam.

Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara semi struktur

dengan pertanyaan open-ended yang dapat memberikan kebebasan umtuk

mengekspresikan apa yang dirasakan oleh partisipan. Selain dengan teknik

Universitas Sumatera Utara


62

wawancara pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara observasi, focus

groups discusion (FGD)sedangkan alat pengumpulan data utama adalah peneliti

sendiri, dan alat bantu lainnya seperti panduan wawancara, panduan observasi,

catatan lapangan, dan alat perekam suara atau gambar

Hasil penelitian dalam studi fenomenologi diperoleh melalui proses

analisis data. Fenomenologist dalam proses analisis data yang terkenal adalah

Colaizzi, Giorgi dan Van Kaam. Ketiga tokoh tersebut berpedoman pada filosofi

Husserl yang mana fokus utamanya adalah mengetahui gambaran sebuah

fenomena (Polit & Beck, 2012). Colaizzi (1978, dalam Polit & Beck, 2012)

menyatakan bahwa ada tujuh langkah yang harus dilalui untuk menganalisa data.

Proses analisa tersebut meliputi; 1) membaca semua transkrip wawancara untuk

mendapatkan perasaan, 2) meninjau setiap transkrip dan menarik pernyataan yang

signifikan, 3) menguraikan arti dari setiap pernyataan yang signifikan, 4)

mengelompokkan makna-makna tersebut kedalam kelompok-kelompok tema, 5)

mengintegrasikan hasil kedalam bentuk deskripsi, 6) memformulasikan deskripsi

lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai identifikasi pernyataan setegas

mungkin 7) memvalidasi apa yang telah ditemukan kepada partisipan sebagai

tahap validasi akhir.

Keabsahan Data (Trustworthiness of Data)

Pada uji keabsahan data dapat dilakukan dengan memberi check yaitu

partisipan yang telah diwawancarai diminta untuk membaca transkrip yang telah

dibuat oleh peneliti dan dilakukan dengan persetujuan dengan menandatanganinya

dilembar pengesahan pada transkrip wawancara. Tujuan uji keabsahan data adalah

untuk meningkatkan derajat kepercayaan data. Adapun uji keabsahan data ini

Universitas Sumatera Utara


63

dapat dilakukan dengan cara uji kredibilitas (Credibility), transferability,

dependability, confirmability dan Authenticity.

Credibilitymerupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data

dan informasi yang dikumpulkan. Artinya, hasil penelitian harus dapat dipercaya

oleh semua pembaca secara kritis dan dari responden sebagai informan.

Credibilitytermasuk validitas internal. Kredibilitas suatu penelitian dapat dicapai

ketika peneliti dapat mengembangkan dan menginterpretasikan pengalaman

partisipan yang sedang ditelitinya, dalam hal ini kesadaran peneliti merupakan

suatu hal yang esensial. Kredibilitas dapat dicapai dengan prolonged engagement,

catatan lapangan yang komprehensif, hasil rekaman dan transkrip, triangulasi data

dan member checking.

Transferability merupakan validitas eksternal yang berarti sejauhmana

penelitian ini dapat dilakukan pada situasi dan di tempat yang berbeda. Seorang

peneliti harus dapat menyediakan deskripsi data yang baik pada laporan

penelitiannya sehingga orang lain dapat mengaplikasikannya ke dalam konteks

yang berbeda.

Dependability mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan

data, membentuk dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi

untuk menarik kesimpulan. Kriteria ini dapat digunakan untuk menilai apakah

proses penelitian kualitatif bermutu atau tidak. Teknik terbaik adalah audit trail

yaitu meminta dependen atau independen auditor untuk memeriksa aktifitas

peneliti. Dependability menurut istilah konvensional disebut reliabilitas atau

syarat bagi validitas.

Universitas Sumatera Utara


64

Confirmability memfokuskan apakah hasil penelitian dapat dibuktikan

kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan

dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan

hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam

penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif. Confirmability merupakan

kriteria untuk menilai kualitas hasil penelitian.

Authenticity mengacu pada sejauh mana peneliti dengan jujur menunjukkan

kenyataan yang terjadi. Keaslian muncul dalam laporan ketika laporan tersebut

dapat menyampaikan perasaan partisipan.

Landasan Teori Keperawatan

Garis besar teori Leininger adalah tentang culture care diversity and

universality, atau yang kini lebih dikenal dengan transcultural nursing. Awalnya,

Leininger memfokuskan pada pentingnya sifat caring dalam keperawatan. Namun

kemudian dia menemukan teori cultural diversity and universality yang semula

disadarinya dari kebutuhan khusus anak karena didasari latar belakang budaya

yang berbeda. Transcultural nursing merupakan subbidang dari praktik

keperawatan yang telahdiadakan penelitiannya. Berfokus pada nilai-nilai budaya,

kepercayaan, dan pelayanan kesehatan berbasis budaya.

Konsep dalam Transcultural Nursing adalah:

1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang

dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak

dan mengambil keputusan.

2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih

diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu

Universitas Sumatera Utara


65

tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.

3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang

optimal daei pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada

kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk

memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu,

kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari

individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi

4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang

menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-

budaya yang dimiliki oleh orang lain.

5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya

yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.

6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada

mendiskreditkan asal muasal manusia

7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi

pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan

kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu,

menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-

orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.

8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,

dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya

kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk

meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.

9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,

Universitas Sumatera Utara


66

mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada

keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan

kondisi kehidupan manusia.

10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui

nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing,

mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok

untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan

hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.

11. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan

untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang

lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi

daripada kelompok lain.

Sunrise model dikembangkan untuk memvisualisasikan dimensi

tentangpemahaman perawat mengenai budaya yang berdeda-beda. Perawat dapat

menggunakan model ini saat melakukan pengkajian dan perencanaan asuhan

keperawatan, pada pasien dengan berbagai latar belakang budaya. Meskipun

model ini bukan merupakan teori, namun setidaknya model ini dapat dijadikan

sebagai panduan untuk memahami aspek holistik, yakni biopsikososiospiritual

dalam proses perawatan klien.

sunrisemodel ini juga dapat digunakan oleh perawat komunitas untuk

menilai faktor cultural care pasien (individu, kelompok, khususnya keluarga)

untuk mendapatkan pemahamanbudaya klien secara menyeluruh. Sampai pada

akhirnya, klien akan merasa bahwa perawat tidak hanya melihat penyakit serta

kondisi emosional yang dimiliki pasien. Namun, merawat pasien secara lebih

Universitas Sumatera Utara


67

menyeluruh. Adapun, sebelum melakukan pengkajian terhadap kebutuhan

berbasis budaya kepada klien, perawat harus menyadari dan memahami terlebih

dahulu budaya yang dimilki oleh dirinya sendiri. Jika tidak, maka bisa saja terjadi

cultural imposition (Jhonson, 2005).

Urut atau pijat (solome)

urut atau pijat yaitu penanganan penyakit stroke dengan cara melakukan

pijatan pada bagian tubuh tertentu, Pijat ini dilakukan oleh tukang kusuk yang

berpengalaman baik yang didapatkan dari leluhurnya maupun dengan mengikuti

pelatihan (Faguru).

Ramuan (dalu dalu)

Pengobatan tradisional dengan menggunakan ramuan baik dari

dedaunan,kayu, dan binatang yang dipercaya dapat mempercepat proses

penyembuhan.

Dukun atau peramal (samaele’e)

Dukun atau peramal dinias adalah orang yang dipercaya untuk memberi

pengobatan pada pasien pasca stroke dimana dukun dapat memberikan informasi

yang menyebabkan sipasien bisa terkena penyakit baik karna dosa pada agama,

leluhur maupun guna-guna dari orang lain yang diyakini dapat diperoleh solusi

dari dukun atau peramal tersebut (Depkes, 2012).

Universitas Sumatera Utara


68

Terapi tradisional
Pasca stroeke pada
Suku Nias

Universitas Sumatera Utara


69

pijattradisional Ramuan / Balur Pengasapan / Oukup

Skema 2.1 Relevansi teori Adapted from Madeleine Leininger, 2001

BAB 3

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini mengunakan metode penelitiaan fenomenologi deskriptif.

Desain penelitian ini dipilih agar pengalaman partisipan dapat dieksplorasi

menjadi lebih terungkap sehingga pengalaman pasien stroke dalam menjalani

terapi tradisional pasca stroke dapat diketahui dengan jelas. Selain itu, penelitian

ini merupakan ekplorasi, analisis dan deskriptif secara langsung pada fenomena

pengalaman pasien suku nias dalam menjalani trapi tradisional pasca stroke pada

pengobatan alternative dengan sebebas mungkin dari sebuah intuisi yang tidak

bisa diukur secara langsung (Tappen, 2016).

Fenomenologi deskriptif adalah pengalaman sepenuhnya yang secara

sadar dialami oleh partisipan baik yang termasuk mendengar, melihat, melakukan,

Universitas Sumatera Utara


70

merasa, mengingat, percaya, mengevaluasi, memutuskan dan bertindak (Polit &

Beck, 2012). Tujuan penelitian desain fenomenologi deskriptif adalah untuk

menggali pengalaman hidup dan pemahaman esensi hidup seorang individu.

Metode ini sangat tepat digunakan untuk menggali fenomena pasien dalam

menjalani terapi tradisional pasca stroke sesuai dengan pengalaman yang dialami

oleh pasien. Desain metode ini diharapkan dapat dihasilkan berbagai topik tentang

pengalaman pasien dalam menjalani pengobatan terapi tradisional pada suku nias

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di kecamatan Gunungsitolidengan pertimbangan

kecamatan gunungsitoli merupakan pusat pada masyarakat suku nias dengan

jumlah penduduk yang padat sehingga dapat memenuhi jumlah partisipan yang

dibutuhkan dalam penelitian pengalaman pasien stroke dalam menjalani terapi

tradisional pada suku nias.

Waktu penelitian

Penelitian ini dimulai dari penyusunan proposal pada bulan februari

sampai april 2020. Selanjutnya dilakukan pengumpulan data dan analisa data yang

dilakukan dariJulisampai September2020.

Partisipan

Universitas Sumatera Utara


71

Partisipan dalam penelitian ini adalah pasien pasca stroke yang menjalani

terapi tradisional di kecamatan Gunungsitoli dan melakukan wawancara baik di

tempat terapis tradisional ataupun dirumah pasien sesuai dengan kesepakatan

yang telah disetujui oleh partisipan.

Penelitian ini memperoleh informasi yang detail dan mendalam dari

pasien-pasien yang menjalani terapi tradisional. Jumlah partisipan pada penelitian

ini 15 partisipan. Prinsip dalam pengambilan sampel adalah purposive sampling

dengan saturasi data sampai pada satu titik kejenuhan dimana tidak ada informasi

baru diperoleh dan redunansinya tercapai (polit & beck, 2004).

Pengambilan partisipan diperoleh peneliti dari informasi masyarakat

gunungsitoli dan beberapa dari tempat terapi tradisional didaerah Gunungsitoli,

metode pengambilan data dilakukan dengan menggunakan purposive sampling

Strubert dan carpenter (2011) menyatakan bahwa purposive sampling yaitu

pemilihan individu sebagai partisipan dalam penelitian berdasarkan pengetahuan

dan kemampuannya tentang fenomena yang akan dikaji dan bersedia untuk

membagi pengetahuan.

Semua partisipan yang dipilih dalam penelitian ini adalah pasien yang

memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) bersedia untuk diwawancarai dan

direkam aktifitasnya selama wawancara atau selama penelitian berlangsung

dengan menandatangi informed consent, 2) pasien suku nias yang berada di

kecamatan gunungsitoli dan sedang menjalani terapi tradisional pasca stroke. 3)

mampu menceritakan pengalamannya dengan baik sehingga diperoleh informasi

yang lebih kaya (rich information).

Universitas Sumatera Utara


72

Metode pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan metode, alat dan

prosedur pengumpulan data sebagai berikut: Pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara secara mendalam (in-depth

interview) yang dilakukan oleh peneliti sendiri dengan durasi 30-60 menit dalam

satu pertemuan wawancara. Apabila dalam 1 kali pertemuan wawancara dengan

durasi 30-60 menit belum mendapatkan apa yang menjadi tujuan penelitian, maka

wawancara dilakukan kembali di pertemuan selanjutnya dengan durasi 30 sampai

60 menit.

Metode ini mengunakan metode wawancara mendalam (in-depth

interview) atau yang disebut juga sebagai wawancara tidak terstruktur yang

bertujuan untuk mengumpulkan data yang memungkinkan peneliti untuk mengerti

dan memahami pengalaman dan menginterprestasikan serta untuk

mengkomunikasikan pengalaman partisipan secara detail kepada orang lain,

sehingga membutuhkan partisipan yang mengalami pengalaman dan dapat

merefleksikan pengalaman tersebut dengan aktikulasi yang jelas (Tappen, 2016).

Metode wawancara mendalam menggunakan panduan wawancara yang

berisi beberapa topik pertanyaan tentang pengalaman pasien dalam mencari

penanganan untuk diajukan kepada partisipan. Peneliti membebaskan partisipan

untuk mengungkapkan pengalamannya atas pertanyaan yang diajukan selama

proses wawancara sehingga data yang diperoleh merupakan informasi yang

alamiah sesuai dengan pengalaman partisipan.

Alat pengumpulan data

Universitas Sumatera Utara


73

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kusioner data demografi, panduan wawancara, field note, dan voice recorder. Alat

pengumpulan data utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan kata

lain, peneliti sebagai instrumen penelitian. Peneliti menggunakan desain

fenomenologi dengan menggunakan dirinya sendiri untuk menggumpulkan data

tentang pengalaman pasien dalam mencari penanganan, serta mengembangkan

hubungan antara peneliti dengan partisipan dalam wawancara intensif.

Peneliti menggunakan kusioner data demografi partisipan yang mencakup

nomor partisipan, usia partisipan, jenis kelamin partisipan, agama partisipan, suku

partisipan, pendidikan, dan lamanya partisipan menjalani terapi tradisional pasca

stroke. Selain itu, peneliti juga menggunakan panduan wawancara selama proses

pengumpulan data. Panduan wawancara yang digunakan berisi pertanyaan yang

diajukan kepada partisipan adalah pertanyaan yang dibuat oleh peneliti dan telah

diuji validitasnya kepada 3 orang expert.

Panduan wawancara dibuat berdasarkan teori yang relevan dengan

masalah yang digali dalam penelitian. Panduan wawancara dibuat mendalam,

dimulai dengan pertanyaan terbuka, dan tidak bersifat kaku. Pertanyaan dapat

berkembang sesuai dengan proses yang sedang berlangsung selama wawancara

tanpa meninggalkan landasan teori yang ditetapkan. Panduan wawancara

digunakan untuk memudahkan peneliti supaya jalannya wawancara terarah dan

sesuai dengan tujuan penelitian. Selain itu panduan wawancara digunakan untuk

mengingatkan peneliti terhadap pokok permasalahan yang dibahas (Speziale H. et

al, 2011).

Universitas Sumatera Utara


74

Prosedur PengumpulanData

Prosedur pengumpulan data dimulai dari surat keterangan lulus uji etik

(ethical clearence) dan izin penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara (F.Kep-USU). Surat tersebut diserahkan kepada bagian penelitian

di kecamatan gunungsitoli. Berdasarkan izin dari daerah tempat penelitian,

peneliti mengunjungi tempat terapis tradisional, menjelaskan tentang penelitian

yang akan dilakukan dan meminta data pasien stroke yang menjalani terapi

tradisional ditempat tersebut.

Sebelum melakukan wawancara terhadap partisipan pertama, peneliti

melakukan pilot study yang bertujuan sebagai latihan dalam melakukan teknik

wawancara membuat transkrip wawancara. Pilot study dilakukan dengan cara

mewawancarai seorang pasien pasca stroke. Pilot study pada penelitian ini

dilakukan untuk menguji apakah peneliti sebagai instrumen sudah cukup baik

dalam melakukan wawancara dan melakukan analisa data kualitatif. Setelah

melakukan pilot study, hasil wawancara dari pilot study dibuat dalam bentuk

transkrip kemudian dikonsultasikan dengan pembimbing. Setelah mendapat

persetujuan pembimbing, peneliti dapat melanjutkan wawancara kepada partisipan

berikutnya

Peneliti melakukan pendekatan yang baik (prolonged engagement)

dengan calon pasien, untuk membina dan meningkatkan hubungan saling percaya

antara peneliti sehingga memudahkan dalam proses wawancara. Dalam hal ini

pendekatan dilakukan dengan melakukan komunikasi dengan menggunakan

bahasa suku nias untuk memperkuat rasa kepercayaan, dimana peneliti

Universitas Sumatera Utara


75

memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan, serta rencana kegiatan

pengumpulan data yang akan dilakukan kepada partisipan.

Peneliti memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk

mendapatkan persetujuan dalam penelitian ini yang ditandatangani oleh

partisipan. Setelah itu, peneliti membuat kontrak waktu dan tempat untuk

melakukan wawancara. Peneliti melakukan wawancara mendalam kepada

partisipan dengan durasi waktu 30-60 menit di tempat yang telah disepakati.

Wawancara dilakukan ditempat yang tenang dan nyaman serta terjaga privasi

partisipan dan apabila wawancara tidak selesai dilakukan dalam satu kali

pertemuan, peneliti melakukan pertemuan kedua sesuai kesepakatan partisipan.

Peneliti juga meminta izin kepada partisipan untuk merekam percakapan selama

wawancara. Wawancara direkam dengan menggunakan alat bantu voice recorder.

Pertanyaan wawancara yang ditanyakan berdasarkan panduan wawancara yang

telah disusun.

Pada saat wawancara berlangsung, peneliti memberikan kesempatan

kepada partisipan untuk mengingat dan menceritakan kembali pengalaman yang

dialaminya terkait pijat alternatifdengan menggunakan tehnik diam (silence).

Peneliti berupaya untuk tidak mengarahkan jawaban dengan membiarkan

mengungkapkan pengalamannya secara bebas terkait pertanyaan yang diajukan

selama proses wawancara sehingga diperoleh informasi yang alamiah sesuai

dengan pengalaman pasien. Peneliti juga mengklarifikasi kembali jawaban

ataupun pernyataan apabila ada jawaban ataupun pernyataan yang kurang jelas

selama proses wawancara berlangsung.

Universitas Sumatera Utara


76

Setelah wawancara selesai, peneliti meminta izin dan mengucapkan

terimakasih atas kesediaannya menjadi partisipan dan memberikan informasi yang

diperlukan peneliti dalam penelitian ini. Peneliti membagi rencana prosedur

pengumpulan data melalui tiga tahap yaitu : tahap persiapan, tahap pelaksanaan

dan tahapterminasi.

Variabel dan Defenisi Operasional

Definisi operasional dari variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah

pengalaman pasien pasca stroke dalam menjalani pengobatan tradisional pada

suku nias yaitu terapi yang dipilih oleh pasien pasca stroke sebagai pengobatan

yang didasarkan pada pandangan budaya dari leluhurnya yaitu; pijat tradisional,

ramuan-ramuan, minyak, dan pantangan pantangan pada pasien stroke serta

penaganan medis.

Analisa data

Penulisan hasil pengumpulan data dilakukan segera setelah proses

wawancara, yaitu dari hari kedua sampai hari kelima bergantung pada lamanya

wawancara dilakukan. Penulisan dilakukan dengan pembuatan transkrip dalam

bentuk verbatim berdasarkan hasil wawancara. Sebelum dianalis peneliti

membaca transkrip berulang ulang agar dapat memahami data dengan baik dan

dapat melakukan analisis data. Unit analisis yang digunakan adalah unit analisis

kelompok.

Analisis data menggunakan metode Colaizzi yang terdiri dari tujuh tahapan

sebagai berikut Colaizzi (1978) dalam Polit, D.F., & Beck, (2004):

Universitas Sumatera Utara


77

1. Peneliti membaca seluruh transkrip untuk mendeskripsikan fenomena

keseluruhan isi transkrip dari setiappartisipan.

2. Peneliti meninjau setiap transkrip dan akan melakukan pengutipan

terhadap pernyataan yang penting atau bermakna dari seluruh partisipan.

Setelah mampu memahami pengalaman partisipan, peneliti membaca

kembali transkrip 3-4 kali, kemudian memilih pernyataan-pernyataan

dalam naskah transkrip yang signifikan dan sesuai dengan tujuan khusus

penelitian dan memilih kata kunci pada pernyataan yang telah dipilih

dan menandainya kata kuncitersebut.

3. Peneliti

menguraikanartidarisetiappernyataanpenting(merumuskanmakna).

Peneliti membaca kembali kata kunci yang telah diidentifikasi dan

mencoba menemukan makna atau esensi dari kata kunci tersebut untuk

membentuk kategori.

4. Peneliti mengorganisir kumpulan makna-makna yang terbentuk menjadi

kelompok tema. Peneliti membaca seluruh kategori yang ada, lalu

membandingkan dan mencari persamaan diantara kategori tersebut, dan

mengelompokkan kategori-kategori serupa ke dalam sub tema dan tema.

Peneliti meninjau kembali kelompok tema kepada transkrip asli untuk

melakukan validasi untuk menghindari adanya data yang terabaikan

atautema yang tidak sesuai dan mencatat perbedaan pada setiaptema.

5. Peneliti mengintegrasikan ke dalam deskripsi yang lengkap tema, sub

tema yang ditemukan terkait fenomena yangditeliti.

Universitas Sumatera Utara


78

6. Peneliti merumuskan secara mendalam deskripsi lengkap hasil seluruh

rangkaian tema tentang pengalaman pasien pasca stroke dalam

menjalani rehabilitasi dalam bentuk hasil penelitian.

7. Peneliti menanyakan kembali kepada partisipan untuk melakukan

validasi

apakahhasiltemuanpenelitiansesuaidengankeadaanyangdialamipartisipan

KeabsahanData

Penelitiankualitatifakandinyatakanabsahbila memilikiderajatkepercayaan

(credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability), dan

kepastian(confirmability), Keaslian (Authenticity).

1. Kredibilitas (crediability)

kriteria kredibilitas melibatkan penetapan hasil penelitian kualitatif

adalah kredibel atau dapat dipercaya dari perspektif partisipan dalam

penelitian ini.

2. Keteralihan (transferability)

kriteria transferabilitas merujuk pada tingkat kemampuan hasil

penelitian kualitatif dapat digeneralisasikan atauditransfer kepada konteks

yang lain. Transferabilitas yaitu apakah hasil penelitian ini dapat

diterapkan pada situasi yang lain. Dalam penelitian kuantitatif,

transferabilitas ini merupakan validitas eksternal. Validitas eksternal

menunjukan derajat ketepatan atau dapat diterapkannnya hasil penelitianke

populasi dimana sampel tersebut diambil.

Universitas Sumatera Utara


79

Dari sebuah perspektif kualitatif transferabilitas adalah tanggung

jawab seseorang dalam melakukan generalisasi. Orang yang ingin

mentransfer hasil penelitian pada konteks yang berbeda bertanggung

jawab untuk membuat keputusan tentang bagaimana transfer tersebut

masuk akal. Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, sampai mana

hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.

Pada penelitian ini uji transferabilitas dilakukan dengan proses

konsultasi dan analisis data terhadap hasil penelitian dan menuliskannya

dalam bentuk transkrip yang dapat dibaca oleh pembimbing dan penguji

tesis. Jika pembaca laporan dapat memperoleh gambaran yang jelas

tentang bagaimana penelitian tersebut mampu untuk diterapkan, maka

penelitian tersebut sudah memenuhi standart transferabilitas.

3. Ketergantungan (dependability)

Dalam penelitian kualitatif,

dependabilitydisebutjugadenganreliabilitas.Penelitianyangreliabeladalah

apabila orang lain dapat mengulangi atau mereplikasi proses penelitian

tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji dependabilityditempuh dengan

cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Audit

dilakukan oleh auditor yang independen yaitu pembimbing tesis mulai dari

bagaimana peneliti menentukan masalah atau fokus, memasuki lapangan,

menentukan

sumberdata,melakukananalisisdata,melakukanujikeabsahandata,sampai

membuat kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh peneliti. Uji

dependability dilakukan oleh pembimbing

Universitas Sumatera Utara


80

pada peneliti saat kegiatan konsultasi yaitu sejak penentuan awal

masalah penelitian, selamaproses

kegiatanpenelitian,caramelakukananalisisdatasampaidenganpenyusunan

laporan kegiatan penelitian, menunjukkan log book setiap kegiatan

konsultasi, dan melakukan sharing transkripwawancara.

4. Kepastian(confirmability)

Teknikkonfirmabilitasdalampenelitiankualitatif disebut juga

sebagai uji objektivitas penelitian. Aplikasi konfirmabilitas

dalampenelitankualitatifadalahjikahasilpenelitiantelahdisepakatibanyak

orangmakapenelitiandikatakanobyektif.Temuanpenelitianharuslahbenar-

benarmerupakanhasildariidedanpengalamanpartisipandanbukanlahhasil

dari apa yang diinginkan oleh peneliti. Maka dari itu peneliti meminta

konfirmasi dari partisipan terkait dengan verbatim dan hasil tema yang

telah disusun.

Menguji konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian yang

berkaitan dengan proses yang dilakukan. Pada penelitian ini uji

confirmability dilakukan oleh peneliti bersama dengan pembimbing saat

menentukan tema hasil penelitian. Peneliti dan pembimbing beberapa kali

melakukan revisi sampai dapat menemukan tema-tema hasil analisis data

yangtepat.

5. Authenticity

Authenticity berfokus pada keabsahan sejauh mana peneliti

menunjukan kenyataan yang terjadi dengan sebenar-benarnya. Keaslian

dalam penelitian akan muncul ketika laporan yang disampaikan mewakili

Universitas Sumatera Utara


81

perasaan dan pengalaman partisipan yang sebenarnya. Authenticity

dilakukan dengan cara membuat beberapa pernyataan partisipan sebagai

data yang mendukung tema-tema yang dihasilkan.

Pertimbangan Etik

Penelititelah melakukan langkah antispatif dengan memenuhi beberapa

prinsip etika penelitian dan mempertimbangkan isue etis dalam pengumpulan

data. Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu mengajukan

surat ethical clearance oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapatkan izin, selanjutnya

peneliti mencari partisipan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan dan

mempergunakan etika penelitian untuk mengantisipasi dampak yang timbul saat

penelitian berlangsung.

Setelah terbina hubungan saling percaya antara peneliti dan partisipan,

peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian,

risiko, ketidaknyamanan dan manfaat serta harapan atas partisipasi dalam

penelitian. Apabila calon partisipan bersedia berpatisipasi dalam penelitian, maka

partisipan dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Peneliti tidak

memaksa jika partisipan menolak untuk diwawancarai dan menghormati hak-

haknya sebagai partisipan dalam penelitian ini. Untuk menjaga kerahasiaan

identitas partisipan maka peneliti tidak mencantumkan nama dari partisipan

(anonymity), tetapi hanya diberi nomor partisipan.

Selanjutnya identitas partisipan juga dirahasiakan (confidentiality) dimana

hanya informasi yang diperlukan saja yang akan dituliskan dan dicantumkan

Universitas Sumatera Utara


82

dalam penelitian. Dalam melaksanakan prosedur penelitian, peneliti berusaha

untuk mendapatkan hasil yang bermanfaat bagi partisipan sebagai subjek

penelitian dan meminimalkan dampak yang merugikan, memjaga privasi dan

martabat partisipan dengan memperlakukan partisipan dengan keinginan mereka.

Memberikan lingkungan yang nyaman dan aman pada saat wawancara dilakukan.

partisipan mendapatkan memperlakukan dan hak yang sama baik partisipan laki-

laki dan perempuan baik sebelum, selama proses maupun setelah selesai dalam

proses penelitian.

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian yang berisi data tentang

karakteristik partisipan dan analisis tematik hasil wawancara mendalam tentang

pengalaman pasien pasca stroke dalam menjalani terapi tradisional pada suku nias

Karakteristik Demografi Partisipan

Penelitian ini dilakukan pada 15 partisipan. Partisipan adalah pasien pasca

stroke Karakteristik demografi partisipan terdiri dari jenis kelamin laki-laki

sebanyak 9 orang dan perempuan sebanyak 6 orang, usia partisipan berkisar

antara 47-70 tahun. Partisipan beragama Kristen Protestan sebanyak 12 partisipan

Universitas Sumatera Utara


83

beragama Katolik 3 partisipan. Latar belakang pendidikan partisipan bervariasi

partisipan berpendidikan SMA 3 partisipan, SMP sebanyak 3 partisipan, SD 6

partisipan dan tidak tamat SD sebanyak 3 pertisipan, 5 partisipan sebagai IRT, 2

partisipan sebagai karyawan , 8 partisipan sebagai petani.

Partisipan Suku Nias, Partisipan terdiagnosa Strokre Paling rendah 1

Tahun dan paling lama 10 tahun. Sumber dana dalam pengobatan stroke secara

keseluruhan dari BPJS, dan juga dari keluarga dengan penghasilan umum

sebanyak 700 ribu - 4 juta rupian perbulan. Data pasien didapat dari informasi

masyarakatsebanyak 6 partisipan dan tempat terapi tradisional di Kota

Gunungsitoli sebanyak 9 partisipan. Adapun rincian karakteristik demografi

partisipan dapat dilihat dalam bentuk tabel matriks karakteristik demografi berikut

ini.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1

Matrik Karakteristik Demografi Partisipan Pasca Stroke Suku Nias di Kecamatan

Gunungsitoli

Partisip Jk Usi Pekerjaan Pendid Agam Lama Pendapatan


an a ikan a
P1 P 60 IRT SD KP 1,5 I Juta
tahun
P2 P 63 IRT SD KP 10 3 Juta
tahun
P3 L 47 Karyawan SMA KP 1 tahun 700 Ribu
swasta
P4 P 58 IRT SMP KP 2 tahun 1,5 Juta
P5 P 50 IRT - K 1 tahun 1 Juta
P6 L 55 Petani SD KP 3 tahun 1.5 Juta
P7 L 49 Petani SMP KP 1,5 2 Juta
tahun
P8 P 70 IRT SMA KP 5 tahun 1,5 Juta
P9 L 62 Petani SD K 4 tahun 2,3 Juta
P10 L 52 Petani - KP 2 tahun 900 Ribu
P11 L 67 Petani SD KP 3 tahun 1,8 Juta
P12 L 59 Petani SMP K 2 tahun 4 Juta
P13 P 57 Karyawan SMA KP 3 tahun 3,2 Juta
P14 L 54 Petani SD KP 2 tahun
P15 L 62 Petani - KP 4 tahun 2 Juta
Catatan:

JK: Jenis kelamin

L : Laki laki

P : Perempuan

KP : Kristen Protestasn

K : Katolik

Universitas Sumatera Utara


85

Tabel 4.2

Distribusi partisipan berdasarkan pilihan terapi pasca stroke

Jenis terapi Jumlah sampel Persentase


Pijat Tradisional 3 20 %
Ramuan Herbal Tradisional 2 13 %
Kombinasi Pijat dan Ramuan Tradisional 4 27 %
Kombinasi Terapi Tradisional dan Terapi Medis 6 40 %
TOTAL 15 100 %

Table 4.3

Tingkat keberhasilan pengobatan mRs berdasarkan jenis pilihan terapi

Jenis terapi Rerata mRS


Pijat Tradisional 3,2
Ramuan Herbal Tradisional 3,8
Kombinasi Pijat dan Ramuan Tradisional 3,1
Kombinasi Terapi Tradisional dan Terapi Medis 2,2

Keterangan :

mRS = Modified Rankin Scale

Universitas Sumatera Utara


86

Tema Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini menggambarkan beberapa tema berdasarkan

pengalaman partisipan yang mengalami penyakit pasca stroke dalam pengobatan

tyradisional. Proses analisa tematik dalam penelitian ini didapatkan 5 tema, yaitu

1) Merasakan kenyamanan dalam menjalani pengobatan, 2) Pijat tradisional

dengan minyak dan ramuan oukup, 3) Mengalami kesembuhan dalam menjalani

pengobatan, 4) Memperoleh kekuatan spiritual, 5) Melakukan kombinasi

pengobatan tradisional dengan pengobatan modren. Masing-masing tema akan

dibagi menjadi beberapa subtema yang akan dijelaskan selanjutnya.

Merasakan kenyamanan dalam menjalani pengobatan

Pasien pasca stroke pada suku nias umumnya menggunakan pegobatan

tradisional dengan berbagai alasan. Kenyamanan yang dialami partisipan dalam

menjalani pengobatan diklasifikasikan dalam 3 sub tema tema yaitu 1) Adanya

informasi, 2) kenyamanan, 3) efek alat-alat medis dan pengobatan tradisional

Adanya informasi

Pasien pasca stroke pada umumnya memiliki rasa cemas dan keinginan

untuk segera sembuh terhadap penyakit yang ia derita, sehingga berupaya mencari

sumber informasi tentang pengobatan pasca stroke hal ini menyebabkan pasien

memilih pengobatan tradisional dari sumber yang telah mereka dapatkan baik dari

orangtua, saudara, maupun teman. Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan

beberapa partisipan dibawah ini:

“sudah tapi karena dipuskesmas sering tidak ada dokter jadi anakku

dapat informasi dari kawanny, mereka mengatakan harus pakai obat tradisional

biar cepat sembuh jadi saya pakai obat kampung dan obat rumah sakit” P8

Universitas Sumatera Utara


87

“kami langsung berusaha mencari obat dari alam karna dari kebiasaan

yang kami tau dari keluarga banyak yang sakit stroke berobat sama ahli kusut

dan juga minum obat kampung ”P12

“ sudah seperti itu kalau sakit kami, kami memanggil terapis kerumah dan

terutama situasi saat ini pada masa pandemik lebih baik berobat kampong” P13

“yah pernah, yang seringnya saya dikusuk dan juga mengosumsi obat

rumah sakit biar cepat pulih dan juga kami langsung berusaha mencari obat alam

karna itu yang kami tau selama ini dari orangtua kami” P7

“orang tua dikampung saya yang memberikan saran kepada saya untuk

tidak bergantung dengan obat dari rumah sakit lebih baik memakai obat

kampung/tradisional” P2

Kenyamanan

Pasien pasca stroke dalam memilih terapi tradisional salah satu faktor

penentu memilih jenis terapi tradisional pada suku nias dipengaruhi oleh

kecocokan baik rasa nyaman pasien pada ahli pengobatan tradisional maupun

pada jenis pengobatan dan tingkat kesembuhan setelah menjalani pengobatan

tersebut kecocokan dalam pemilihan terapi tradisional ini dapat dilihat dari

pernyatan pasien yang menyatakan badan nyaman, ada kemajuan atau badan

terasa segar seperti berikut :

“Obat tradisional dari nias sangatlah bagus, saya selama sakit selalu

dikusuk karena sangat berpengaruh untuk kesembuhan urat-urat nya” P1

Universitas Sumatera Utara


88

“karena obat tradisional ini banyak yang sudah sembuh ketika kita rutin

minum obat dan juga dikusuk jika serasi akan sembuh contohnya saya, saya lebih

serasi dengan minum dan dikusuk.” P14

efek alat-alat medis dan pengobatan tradisional

pasien pasca stroke menentukan pilihan penanganan pada penyakit

berdasarkan pertimbangan baik pada efek dari pengobatan maupun berdasartkan

manfaat. Dalam pengobatan pasca stroke efek samping dari pengobatan medis dan

juga rasa khawatir dan keinginan sembuh menjadi faktor pendukung pasien

memilih pengobatan tradisional, efek alat medis dan pengobatan tradisional

menjadi pilihan berdasarkan pernyataan partisipan berikut ini :

“Saya sebagai istri sakit jadi suami mendapat informasi dari keluarganya

bahwasanya metode kusuk dan pengasapan sangat bagus. Bahkan, mereka

meminta untuk tidak boleh sekali-sekali dilakukan penyuntikan dan alasanya

saya percaya, ada juga keluarga dekat saya yang juga mengalami penyakit yang

sama dengan saya. Jadi, mungkin karena ketakutan dari keluarga sudah di bawa

ke klinik dan sudah dilakukan penyuntikan oleh Bidan. Lalu, keluarga saya

tersebut membawa ke Rumah Sakit di Jakarta dan akhirnya selama 6 tahun dia

sudah tidak bisa melakukan aktivitas seperti beranjak dari tempat tidur, pergi ke

kamar mandi bahkan sudah tidak bisa memasang baju sendiri.” P1

“kalau pengobatan tradisional ya obat kampung yang digunakan dari

bahan alami oleh nenk moyang kita turun temurun.” P5

Universitas Sumatera Utara


89

“ Karena pada penyakit stroke lebih aman dikusuk dibandingkan hanya

dengan mengosumsi obat-obatan karena kebanyakan obat rumah sakit memiliki

efek samping” P7

“tidak, melainkan kami lebih memilih obat tradisional dikarenakan lebih

aman dibanding obat-obatan rumah sakit yang memiliki pengawet. Sehingga

kamipun lebih menganjurkan untuk penyakit stroke baiknya dikusuk

dibandingkan bergantung pada obat rumah sakit”

Pijat tradisional dengan minyak dan ramuan

Pengobatan tradisional suku nias memiliki berbagai jenis pada umumnya

pengobatan tradisional seperti pijat dengan minyak dan ramuan oukup dan

menjadi pilihan masyarakat suku nias dalam menjalanin terapi tradisional pasca

stroke seperti 1) Pijat Tradisional, 2) ramuan herbal, 3) pengasapan atau oukup

Pijat Tradisional

“obat tradisional banyak jenis, ada yang kusuk pakai minyak, ada juga

yang kusuk campur daun daun sejenis obat obatan”P8

“saya selama sakit selalu dikusuk dan jikalau tukang kusuk meminta saya

mengumpulkan obat tradisional berupa daun-daunan untuk di asapi. Ada juga

sebagian menggunakan daun pepaya yang dibaluri dengan minyak yang sudah

dipanaskan untuk digosok di bagian tangan kiri saya.” P13

Universitas Sumatera Utara


90

Ramuan herbal

“Cuma kalau minum obat ini pahit lebih pahit dari obat rumah sakit bisa

sampai mau muntah, yah pahit karna rasa daun daunya, dan yang bagus obatnya

katanya sih makin pahit, dan makin bagus bisa buat cepat sembuh penyakit” P5

“daun manawodano cara memakainya yaitu lima helai daun itu masing

masing diperas secara mentah lalu airnya diminum yang akan dicampur dengan

air jahe tersebut satu biji bawang merah dan setengah suing bawang putih”.P3

”ada juga yang diminum ramuan berbagai macamlah pokoknya pak yang

pastinya apapun jenis ramuan yang disarankan pasti saya minum karna saya tau

itu untuk kesembuhan saya, dan hampir semua minumannya ramuannya ada

disekitar rumah seperti daun sirsak, daun jambu, daun seremi, dan masih banyak

yang lainnya” P8

“dengan cara di asapi dari berbagai daun-daunan herbal minimal 20

jenis daun-daunan. Caranya daun-daunan tersebut dimasak terlebih dahulu

sampai mendidih. Setelah itu, air dari daun-dauanan yang sudah di masak

mendidih di letakkan dibawah kursi dan saya duduk diatas kursi tersebut dan

diselimuti menggunakan kain tebal atau tikar supaya asap tersebut tidak

menyebar. cara tersebut di lakukan sampai saya berkeringat banyak dan nanti

badannya segar.”P 15

“ semualah saya jalani karna kalau semua pasti cepat sembuh,..

tergantung kebutuhan dek, kalau mau fokus pada yang sakit bisa dengan dikusuk

atau kalau mau semua badan biar segar bisa dengan di asapin kalau yang

diasapin biasa untuk membuat badan segar,.. segala daun daun yang diyakini

Universitas Sumatera Utara


91

sebagai obat akan di ambil dan dimasak uap dari dedaunan tersebut dijadikan

sebagai obat bagi yang sakit, misalkan 1 minggu yang lalu saya diuap dengan

ramuan obat, dan badan saya segar” P10

“ya pengobatan bisa dengan minum ramua obat, tapi saya lebih suka

diasapin pak,.. jika diasapin badan saya terasa segar saya seperti merasa dapat

kekuatan baru… kalau obatkan kita minum pahit tapi kalau diasapin kan tidak

pahit karna tidak diminum tapi justru kita mersa badan kita habis mandi pak jadi

segar.”P7

Mengalami kesembuhan dalam menjalani pengobatan

Dalam menjalani terapi tradisional, pasien pasca stroke akan berharap

adanya manfaat dari pengobatan yang telah mereka jalani, manfaat yang

didapatkan pasien pasca stroke dalam menjalani terapi tradisional pada suku nias

mengalami kesembuhan dalam menjalani pengobatan yang terbagi dua sub tema

yaitu 1) perubahan fisik, 2) perubahan psikologis.

perubahan fisik

Perubahan fisik yang dirasakan oleh partisipan setelah menjalani terapi

pijat diantaranya adalah merasa lebih bertenaga, pergerakan sudah terasa enak dan

badan sudah normal. Perubahan pada kekuatan otot ditandai dengan

bertambahnya tenaga yang dirasakan atau adanya kemajuan yang dirasakan

setelah menjalani terapi tradisional. Berikut pernyataan partispan :

Universitas Sumatera Utara


92

“ yang saya tahu pak yang biasa dikasi sama saya , obat tradisional yang

lain yang sering saya konsumsi yaitu obat yang berasal dari daun-daunan sangat

bermanfaat pak, tangan saya sudah mulai bisa digerakkan” P2

“Jadi dari pada hanya di puskesmas kamipun lebih bagus menggunakan

obat kampung, obat kampung juga banyak sembuh pak misalkan saya dulu untuk

kekamar mandi harus dibantu sekarang saya sudah bisa berdiri bisa kekamar

mandi dan juga bisa makan sendiri… banyak kemajuan perubahan fisik yang

saya alami pak” P8

“ada kalau gak ada gak mungkin gak dipakai, kami berobat ini karna

dari keluarga dan juga saudara kasitau kalau ada yang sembuh karna sudah

dipercaya dimasyarakatlah ada bukti jadi kami pun gunakan, ya kalau saya ya

begitu merasa lebih sehat dari yang sakit parah sekarang bisa lebih bagus berdiri

belajar berjalanpun” P5

perubahan psikologis

perubahan psikologis yang dirasakan partisipan yaitu mendapatkan

perasaan lega/kenyamanan ataupun lebih menerima keadaan, dari perubahan

psikologis membuat pasien merasa ingin terus menjalani pengobatan tradisional

pada suku nias, perasaan nyaman, percaya terhadap jenis pengobatan yang

membuat adanya perubahan motivasi yang semakin meningkat dan membuat

tingkat kepercayaan diri untuk sembuh semakin meningkat, pernyaatan ini

didukung oleh pernyataan partisipan sebgai berikut:

Universitas Sumatera Utara


93

“Yang saya rasakan yaitu adanya kemajuan baru dan keringanan dalam

melakukan aktivitas sehinggah membuat saya nyaman dan tetap semangat dalam

menjalani pengobatan, intinya saya yakin pasti akan sembuh dan selalu

membawakan dalam doa agar tuhan juga menjadikan pengobatan yang saya

jalani menjadi obat yang baik bagi saya” P1

“saya juga selalu melakukan ibadah seperti berdoa setiap mengonsumsi

obat tradisional tersebut. Dan juga semangat dari keluarga suami untuk saya

untuk meyakinkan bahwasanya penyakitku pasti sembuh. Karna sesuatu apa pun

yang kita yakini pasti akan berpengaruh terhadap diri kita. Bahkan saya sudah

bisa bantu bantu kerja dirumah. Hanya saja kelemahan nya sekarang tidak bisa

berbicara dengan jelas namun itu pastinya ada proses saya sudah mulai harus

kuat dan semangat, makanya saya tetap mengikuti pengobatanya.” P6

“kemajuannya bapak dari yang tidak bisa bergerak sudah mulai bisa

jalan dan bisa menggerakkan kakinya, rasanya ringan tidak ada beban”P11

Memperoleh kekuatan spiritual

Pasien pasca stroke dalam menjalani terapi tradisional pada umumnya

memilih tingkat kesembuhan yang berbeda beda, tergantung manifestasi klinik

yang dialami dan proses penanganan yang dilakukan. Menurut pendapat praktisi

terapi tradisional baik praktisi pijat, minuman herbal pada umumnya menyatakan

bahwa tingkat kesembuhan partisipan tergantung pada kondisi pasien itu sendiri,

jika semakin ringan maka proses penyembuhansemkain cepat, jika semakin berat

maka perlu kesabaran dikarenkan proses kesembuhannya pasti berbeda dengan

yang ringan.Dalam menjalani proses pengobatan partisipan memperileh kekuatan

Universitas Sumatera Utara


94

spiritual, ada dua sub tema yaitu dengan 1) mengandalkan tuhan, 2) keyakinan

akan sembuh seperti semula

mengandalkan tuhan

Partisipan mengatakan dengan kondisi sekarang ini, mereka lebih banyak

pasrah dan menyerahkan kepada tuhan partisipan berusaha mendekatkan diri

dengan tuhan agar diberi kesembuhan, partisipan juga menganggap kalau penyakit

ini adalah ujian yang harus dijalankan agar partisipan lebih dekat dengan

tuhannya, Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan partisipan dibawah ini :

“Ya saya tetap berusaha berobat, berusaha yang terbaik, apapun hasilnya

nanti kedepan kalaupun kemungkinan saya tidak sembuh, saya serahkan ke Tuhan

pak ini cobaan saya dan keluarga, usaha selajutnya terserah bagaimana

keinginan Tuhan semoga saja saya bisa beraktivitas seperti biasa”P13

“Harapan saya sangat besar keinginan agar saya bisa sembuh total dan

saya percaya semua pengobatan yang dialami oleh saya baik itu pengusukan,

pengasapan dan mengonsumsi herbal tanpa campur tangan Tuhan semua

mustahil. saya juga selalu melakukan ibadah seperti berdoa setiap mengonsumsi

obat tradisional tersebut” P12

keyakinan akan sembuh seperti semula

pastisipan pasca stroke dalam dalam menjalani proses pengobatan

tradisional memiliki keyakinan akan sembuh bahkan dengan harapan sembuh total

Universitas Sumatera Utara


95

seperti semulah, harapan partisipan tersebut sesuai dengan ungkapan pastisipan

dibawah ini :

“saya menjalani pengobatan ini pak pastinya dengan harapan semoga

sembuh agar bisa beraktivitas seperi biasa” P3

“harapan saya semoga dengan obat tradisional ini dapat membuat saya

semakin cepat sembuh dan bisa beraktivitas seperti semula” P14

Melakukan kombinasi pengobatan tradisional dengan pengobatan

modren

Pasien pasca stroke dalam menjalani terapi tradisional pada suku nias

memiliki berbagai macam pandangan terhadap pengobatan stroke baik pada

pengobatan tradisional pada suku itu sendiri maupun dengan pengobatan lain dan

juga dengan pengobatan medis. Keinginan untuk sembuh membuat partisipan

memiliki banyak pertimbangan dan juga keyakinan terhadap pengobatan yang

dipilihnya dari pandangan ini didapatkan tema 1) Pengobatan tradisional

kombinasi dengan pengobatan medis 2). Pengobatan tradisional dengan obat

herbal lainnya.

Pengobatan tradisional kombinasi dengan pengobatan medis

Universitas Sumatera Utara


96

Dalam menjalanipengobatan pada jangka panjang membuat pasien pasca

stroke memiliki keinginan untuk segera sembuh hal ini menjadi pertimbangan

sehingga untuk melakukan pengobatan pasien memilih menjalani pengobatan

tradisional dan juga pengobatan medis hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan

berikut :

“Pengobatan tradisional lebih banyak membantu meringankan bahkan

menyembuhkan penyakit dan juga harus tetap dibarengi dengan penggunaan

obat-obat dari Rumah Sakit” P4

“sudah tapi karna dipuskesmas sering tidak ada dokter jadi anak saya

bilang harus pakai obat tradisional juga jadi saya pakai obat kampung dan obat

rumah sakit biar cepat sembuh”P8

Pengobatan tradisional dengan obat herbal lainnya

“Kebetulan suami saya pernah jadi salah satu anggota di bagian obat

Herbal Kellyng. Jadi, selama saya sakit, saya juga mengonsumsi obat Herbal

Kellyng yang juga bermanfaat untuk penyakitnya karna tidak mengandung bahan

kimia.” P1

“bapak banyak mengosumsi obat kampung baik yang diminum maupun

juga yang dikusuk. sodara menganjurkan yakan di campur untuk daya tahan

tubuh kita mungkin yakan, minum teh yang dari cina itu obat TIENS ini semacam

vitamin lah mungkin yakan, gini inikan di kandungannya tumbuhan yakan

enggak-enggak bentrok sama ini medis, enggak bentrok sama kimia, gak ada

efeknya katanya jadi yaudah diminum aja.”

Universitas Sumatera Utara


97

Tabel 4.2

Matriks Tema Pengalaman Pasien Pasca Stroke dalam Menjalani terapi

tradisional Pada Suku Nias

no Kategori Sub tema Tema


1 Informasi dari keluarga Adanya informasi Merasakan
Kebiasaan masyarakat kenyamanan dalam
Masa pandemic menjalani
Dipercaya pengobatan
Merasa nyaman kenyamanan
Ada kecocokan
Reaksi obat yang dijalani
Takut dengan tindakan medis efek alat-alat
Tidak mengandung bahan kimia medis
Tidak memiliki resiko
Pengobatan dari leluhur
2 Kusuk dengan minyak Pijat tradisional Pijat tradisional
Kusuk dengan dedaunan dengan minyak dan
Balur dengan daun Ramuan herbal ramuan oukup
Racikan obat yang dapat diminum
Berbagai jenis daun yang dimasak Pengasapan atau
mendidih untuk pengobatan oukup
3 Dapat berjalan perubahan fisik Memperoleh
Bisa kekamar mandi sendiri kesembuhan dalam
Bisa makan sendiri menjalani
Merasakan tubuh lebih kuat pengobatan
Perasaan yang lebih baik perubahan
Percaya akan sembuh psikologis
Sudah mulai senang karna dapat
berjalan
4 Berserah kepada tuhan mengandalkan Meningkatnya
Tiap berobat selalu berdoa tuhan kekuatan spiritual
Segala pengobatan yang
dikonsumsi diyakini bisa sembuh
Memohon pengampunan dosa
agar memperoleh kesembuhan
harapan sembuh total keyakinan akan
Semangat dalam menjalani sembuh seperti
pengobatan semula
Yakin akan sehat
Tidak pernah putuh asa
Dukungan keluarga beri
kepercayaan diri
5 Agar cepat sembuh obat Pengobatan Mengkombinasikan
tradisional dan obat rumah sakit tradisional pengobatan

Universitas Sumatera Utara


98

dipakai bersamaan kombinasi dengan tradisonal dengan


Minum obat kampung dan obat pengobatan medis pengobatan modern
medis
Mengkonsumsi obat tradisional
dan obat rumah sakit
Menjalani terapi tradisional dan
terapi medis
Pengobatan medis tidak terganggu
dengan pengobatan tradisional
karna bahannya alami
Tetap menggunakan obat rumah
sakit dan juga obat kampong
Ada beberapa obat herbal cina Pengobatan
yang digunakan tradisional dengan
Mengkombinasikan pengobatan obat herbal
tradisional dan herbal lainnya. lainnya

Universitas Sumatera Utara


99

BAB 5

PEMBAHASAN

Pada bagian pembahasan ini akan menguraikan hasil wawancara dengan

15 partisipan tentang pengalaman pasien pasca stroke dalam menjalani terapi

tradisional pada suku. Tema-tema ini akan dibandingkan dengan literatur terkait,

diantaranya:1) Merasakan kenyamanan dalam menjalani pengobatan, 2) Pijat

tradisional dengan minyak dan ramuan oukup, 3) Mengalami kesembuhan dalam

menjalani pengobatan, 4) Memperoleh kekuatan spiritual, 5) Melakukan

kombinasi pengobatan tradisional dengan pengobatan modren

Merasakan kenyamanan dalam menjalani pengobatan

Pasien pasca stroke pada suku Nias umumnya menggunakan pegobatan

tradisional pijat karena memiliki rasa cemas dan keinginan untuk segera sembuh

terhadap penyakit yang diderita. Selain itu, pemilihan terapi tradisional karena

dipengaruhi oleh kecocokan, baik rasa nyaman pasien pada ahli pengobatan

tradisional maupun pada jenis pengobatan dan tingkat kesembuhan setelah

menjalani pengobatan tersebut. Dalam pengobatan pasca stroke efek samping dari

pengobatan medis dan juga rasa khawatir dan keinginan sembuh juga menjadi

faktor pendukung pasien memilih pengobatan tradisional

Pemilihan terapi tradisional dalam rehabilitasi pasca stroke ini sesuai

dengan beberapa penelitian sebelumnya. Misalnya, tindakan medis utama pada

pasien pasca stroke di Cina dan Asia Timur menggunakan akupuntur sebagai

salah satu terapi pasca stroke, 66 % dokter Tiongkok secara rutin menggunakan

Universitas Sumatera Utara


100

akupuntur sebagai pengobatan pasien pasca stroke dan 63 %, pasien percaya

akupuntur efektif dapat mengobatin stroke (Jun Zhang et al., 2013). Di Korea

selatan sebuah survey pada pasien stroke antara tahun 2005 dan 2014 menyatakan

sebanyak 52 % telah menggunakan rehabilitasi alternatif dan komplementer, dari

total yang menjalani rehabilitasi secara tradisional sebanyak 92 % menggunakan

akupuntur (Luo et al., 2011).

Selain itu, dalam sepuluh tahun terakhir, beberapa rumah sakit telah

terintegrasi di Malaysia dimana salah satu tujuannya adalah untuk menyediakan

urut Melayu untuk pasien pasca stroke. Urut Melayu adalah pijat tradisional

Melayu, yang melibatkan manipulasi jaringan lunak seluruh tubuh, dilakukan

untuk berbagai jenis kondisi penyakit. Ini sebagian bersifat spiritual, dengan

praktisi secara eksklusif menggunakan tangan dan jari-jari mereka. Hasil yang

lebih baik dikaitkan dengan inisiasi awal urut Melayu. pasien yang mengalami

stroke akan mengikuti urut Melayu di salah satu rumah sakit (Fadzil et al., 2012).

Terapi urut Melayu dan pijat pada suku Nias ini tentunya memiliku berbagai

kemiripan sebagai pilihan terapi tradisional.

Pijat tradisional dengan minyak dan ramuan oukup

Pengobatan tradisional suku Nias memiliki berbagai jenis dan yang menjadi

pilihan masyarakat suku Nias untuk terapi tradisional pasca stroke pada penelitian

ini terdiri dari : 1) Pijat Tradisional, 2) ramuan herbal, 3) pengasapan atau oukup.

Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Meda et al. (2015), yang menyebutkan ada

beberapa jenis pengobatan tradisional yang biasa dimanfaatkan oleh suku Nias,

yaitu:

Universitas Sumatera Utara


101

Tukang pijat atau tukang kusuk (solome). Mereka mempunyai kemampuan

untuk menyembuhkan seseorang dengan cara memijat atau mengurut.

Tukang obat (same’e dalu-dalu). Seseoarng yang mempunyai keterampilan

dalam membuat ramuan tradisional.

Dukun beranak (sondurusi sabeto atau bida dane). Di Nias dukun beranak

mempunyai kemampuan yang sama dengan profesi Bidan dalam menolong

persalinan dan merawat kehamilan.

Oleh karena itu sebagian masyarakat sangat meyakini bahwa pengobatan

tradisional sangat efisien dan efektif dalam penyembuhan penyakit yang di

derita. Secara umum ke ahlian para penyembuh tradisional tersebut di peroleh

secara turun temurun, tetapi ada juga yang mendapatkan keahliannya karena

belajar (Meda et al., 2015).

Mengalami kesembuhan dalam menjalani pengobatan

Manfaat yang didapatkan pasien pasca stroke dalam menjalani terapi

tradisional pada suku Nias partisipan mengalami kesembuhan dalam mejalani

pengobatan, adanya perubahan yang diperoleh meliputi perubahan fisik dan

perubahan psikologis. Perubahan fisik yang dirasakan oleh partisipan setelah

menjalani terapi pijat diantaranya adalah merasa lebih bertenaga, pergerakan

sudah terasa enak dan badan sudah normal. Perubahan pada kekuatan otot di

tandai dengan bertambahnya tenaga yang dirasakan atau adanya kemajuan yang

dirasakan setelah menjalani terapi tradisional. Sedangkan perubahan psikologis

yang dirasakan partisipan yaitu mendapatkan perasaan lega/kenyamanan ataupun

lebih menerima keadaan, yang membuat pasien merasa ingin terus menjalani

Universitas Sumatera Utara


102

pengobatan tradisional. Perasaan nyaman, percaya terhadap jenis pengobatan

yang membuat adanya perubahan motivasi yang semakin meningkat dan

membuat tingkat kepercayaan diri untuk sembuh semakin meningkat.

Temuan ini sesuai dengan konsep sehat yang dianut oleh suku Nias,

dimana sehat menurut mereka dapat dilihat secara fisik dan juga secara psikis.

Secara fisik dikatakan sehat jika terlihat segar, badan tidak terasa sakit, gemuk,

kulit bersih, wajah tampak cerah, dan memiliki fisik atau tenaga yang kuat.

Secara psikis, seseorang dikatakan sehat jika mempunyai pikiran yang tenang

dan tidak banyak masalah yang mengganggu pikiran. Secara umum, menurut

suku nias seseorang dikatakan sehat jika masih bisa beraktivitas atau melakukan

pekerjaan sehari-hari (Meda et al., 2015).

Memperoleh kekuatan spiritual

Setelah terapi tradisional, pasien pasca stroke memiliki tingkat

kesembuhan yang berbeda beda, tergantung manifestasi klinik yang dialami dan

proses penanganan yang dilakukan. Menurut pendapat praktisi terapi tradisional

baik praktisi pijat, minuman herbal pada umumnya menyatakan bahwa tingkat

kesembuhan partisipan tergantung pada kondisi pasien itu sendiri, jika semakin

ringan maka proses penyembuhan semakin cepat, jika semakin berat maka perlu

kesabaran dikarenkan proses kesembuhannya pasti berbeda dengan yang ringan.

Sementara, harapan pasien dengan pengobatan tradisional ini meliputi

mengandalkan Tuhan dan keyakinan akan sembuh seperti semula.

Partisipan mengatakan dengan kondisi sekarang ini, mereka lebih banyak

pasrah dan menyerahkan kepada Tuhan. Partisipan berusaha mendekatkan diri

Universitas Sumatera Utara


103

dengan Tuhan agar di beri kesembuhan. Partisipan juga menganggap kalau

penyakit ini adalah ujian yang harus dijalankan agar partisipan lebih dekat dengan

Tuhannya. Seseorang yang sedang sakit sangat diperhatikan oleh keluarganya.

Mereka akan memenuhi apa pun permintaan orang sakit tersebut. Jika penyakit

yang diderita termasuk kategori berat, saudara, tetangga dan masyarakat lainnya

juga memberi cukup perhatian. Perhatian tersebut ditunjukkan dengan banyaknya

saudara,tetangga yang datang untuk menjeguk dan biasanya mereka akan

memberikan usul untuk mengobati penyakit tersebut, dan biasanya diadakan juga

Kebaktian di rumah orang yang sakit tersebut (Manalu, 2012).

Selain itu, pastisipan pasca stroke dalam menjalani proses pengobatan

tradisional memiliki keyakinan akan sembuh bahkan dengan harapan sembuh total

seperti semula. Tentunya temuan ini sesuai dengan penelitian Harry et al. (2015)

dimana efektivitas terapi tradisional akupuntur terhadap keberhasilan rehabilitasi

pada pasien pasca stroke di klinik bina sejahtera jember, menyatakan bahwa

pasien pasca stroke yang menjalani terapi alternanitve dengan akupuntur

mengalami peningkatan skore. Pada pasien yang mengalami gangguan bicara dan

gangguan lesi otot sesudah menjalani akupuntur sebanyak 5 kali, juga mengalami

peningkatan. Selain itu, dalam penelitian Luqman et al. (2017) pengalaman pasien

post stroke dalam menjalani terapi pijat alternatif di kota Lhokseumawe,

menyatakan alasan pasien pasca stroke memilih pijat alternative dikarenakan rata-

rata pasien jika sakit stroke datang ke tempat urut dan adanya manfaat pijat

alterniatif pada fisik mereka. adanya perubahan pada kondisi tubuh dari yang

tidak memiliki kekuatan mengalami kemajuan bisa lebih kuat dan merasa lebih

baik.

Universitas Sumatera Utara


104

Melakukan kombinasi pengobatan tradisional dengan pengobatan

modren

Pada akhirnya, dalam menjalani terapi tradisional pasca stroke pada suku

Nias memiliki berbagai macam pandangan terhadap pengobatan stroke, baik pada

pengobatan tradisional pada suku itu sendiri maupun dengan pengobatan lain dan

juga dengan pengobatan lainnya. Pandangan tersebut berupa : pengobatan

tradisional kombinasi dengan pengobatan medis, dan pengobatan tradisional

dengan pengobatan herbal lainnya.

Dalam menjalani pengobatan tradisional partisipan memiliki berbagai

pengalaman termasuk dalam pengobatan tradisional suku nias dimana dalam

pengobatan tersebut ada beberapa jenis pengobatan, Hal ini dikarenakan

pandangan masyarakat nias tentang penyebab sakit sangat bervariasi. Sebagian

besar menyatakan bahwa sakit disebabkan karena kuman, perilaku tidak sehat,

seperti terlampau banyak makan buah, dan stres yang disebabkan oleh

banyaknya masalah yang dipikirkan, Sebagian lainnya menyatakan bahwa

penyebab sakit adalah hal-hal gaib atau oleh dosa yang telah ia perbuat (Meda et

al., 2015).

Proses pengobatan jangka panjang membuat pasien pasca stroke

memiliki keinginan untuk segera sembuh dan hal ini menjadi pertimbangan

untuk memilih menjalani pengobatan tradisional dan juga pengobatan medis. Hal

ini sesuai dengan hasil penelitain Litbang Etnografi Kesehatan pada suku Nias

yang tentang pandangan masyarakat Nias pada penyakit Stroke. Menurut

Universitas Sumatera Utara


105

informan yang pernah mendengar tentang penyakit Stroke, penyebab penyakit

ini adalah karena darah tinggi, kurang aktivitas, atau keturunan dimana gejalanya

adalah pertamanya sakit kepala, susah ngomong, dan nanti mati sebelah. Stroke

berbahaya karena bisa mengakibatkan kematian, namun tidak ada stigma

terhadap penderita stroke. Pengobatannya dapat dilakukan dengan cara dikusuk

(diurut) dan berobat ke rumah sakit. Pencegahannya adalah dengan menggurangi

frekuensi (tidak sering) makan daging babi dan tidak mandi malam. (Depkes,

2012). Dengan demikian kombinasi pengobatan tradisional dan medis digunakan

masyarakat pada penanganan pasien pasca stroke.

Keterbatasan Penelitian

Metodologi

Peneliti mengalami kesulitasn dalam mencari partisipan yang bersedia

untuk dilakukan wawancara. Jarak tempat pengobatan tradisional dan kondisi

pasien pasca stroke yang tidak memungkinkan untuk diwawancara, trauma untuk

diikutsertakan dalam penelitian,sehingga waktu yang digunakan oleh peneliti

cendrung lama. Selain itu, pandemic ini juga menyebabkan penelit melakukan

wawancara mendalam dengan menggunakan video call.

Bias

Bias dalam penelitian ini dapat terjadi karena ini merupakan pengalaman

pertama peneliti menggunakan desain kualitatif dengan wawancara mendalam

sehingga pada saat wawancara masih terdapat pertanyaan yang sifatnya

mengarahkan jawaban partisipan (subjektivitas peneliti). Selain itu wawancara

dilakukan melalui telfon sehingga memungkinkan untuk terjadi bias.

Universitas Sumatera Utara


106

Implikasi Hasil Penelitian

Implikasi pada pelayanan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam praktik

pelayanan keperawatan dalam peran edukasi, advokasi dan pengarahan pasien

pasca stroke dalam memilih penanganan yang tepat dalam mengatasi masalah

stroke. Selain itu penelitian ini juga dapat memberikan masukan khususnya

pelayanan kesehatan tingkat dasar (Puskesmas) agar dapat berperan aktif dan

menjalankan fungsi puskesmas sesuai ketentuan dalam penanganan pasien pasca

stroke.

Implikasi pada pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam pendidikan

keperawatan medikal bedah, khususnya terkait penggunaan terapi tradisional pada

pasien pasca stroke sehingga mahasiswa dapat memberikan advokasi tentang

penggunaan CAM yang tepat pada saat di lapangan. Selain itu hasil penelitian ini

juga dapat menjadi dasar pengembangan kurikulum terkait terapi komplementer

dan alternatif khususnya di bidang neurologi.

Implikasi pada pasien pasca stroke

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada pasien

pasca stroke agar dapat lebih selektif dan mencari informasi dalam memilih terapi

tradisional yang digunakan dalam menlani pengobatan pasca stroke.

Implikasi pada instansi terkait

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan kepada dinas kesehatan untuk

dapat lebih melakukan seleksi dan sosialisasi pada pengobat tradisional dalam

penertiban izin praktek serta dapat melakukan monitoring evaluasi terkait izin

Universitas Sumatera Utara


107

yang diberikan. Selain itu, hendaknya dinas kesehatan dapat memberikan

pelatihan kepada petugas kesehatan di puskesmas terkait penangan pasien pasca

stroke.

Universitas Sumatera Utara


108

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 5 tema, yaitu1) Merasakan

kenyamanan dalam menjalani pengobatan, 2) Pijat tradisional dengan minyak dan

ramuan oukup, 3) Mengalami kesembuhan dalam menjalani pengobatan, 4)

Memperoleh kekuatan spiritual, 5) Melakukan kombinasi pengobatan tradisional

dengan pengobatan lainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

pengalaman terapi pasca stroke pada suku Nias cukup bervariasi yang meliputi

penggunaan terapi tradisional dan alternatif serta juga penanganan medis dengan

alasan ketidakpercayaan akan penanganan medis dan anjuran dari lingkungan

sekitar pasien.

Saran

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pasien pasca stroke,

keluarga dan lingkungan sekitar, pelayanan kesehatan serta dinas kesahatan

sebagai pembuat kebijakan. Adapun saran dari penelitian ini adalah:

1. Pasien pasca stroke, khususnya suku Nias, hendaknya mencari informasi

yang terpercaya terkait penggunaan terapi tradisional dan alternatif serta

hendaknya berkonsultasi dengan tenaga medis sebelum memilih atau

mengintegrasikan penanganan komplementer dan alternatif sehingga

Universitas Sumatera Utara


109

pasien dan keluarga mengetahui dan dapat memilih pengobatan yang

optimal.

2. Diharapkan keluarga dapat mencari informasi yang tepat terkait

penanganan tradisional dan alternatif sehingga dapat memberikan masukan

yang tepat kepada pasien pasca stroke. Selain itu perlunya dukungan

keluarga dan orang terdekat.

3. Diharapkan pembuat kebijakan dapat meningkatkan pelatihan pada tenaga

kesehatan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan sarana

prasarana dalam penanganan pasien pasca Stroke.

Universitas Sumatera Utara


110

Daftar Pustaka

Andrews, M. M., & Boyle, J. S. (2002). Transcultural concepts in nursing

care. Journal of Transcultural Nursing, 13(3), 178-180

Benjamin, E. J., Blaha, M. J., Chiuve, S. E., Cushman, M., Das, S. R., Deo, R., ...

& Jiménez, M. C. (2017). Heart disease and stroke statistics-2017 update: a

report from the American Heart Association. Circulation, 135(10), e146-

e603.

Bell, I. R. (2007). Adjunctive care with nutritional, herbal, and homeopathic

complementary and alternative medicine modalities in stroke treatment and

rehabilitation. Topics in stroke rehabilitation, 14(4), 30-39.

Black, J. M., Hawks, J. H., & Keene, A. (2009). Medical Surgical Nursing:

Clinical Management for Positive Outcomes Vol. 2. St. Louis, Missouri

Saunders Elsevier.

Brunner, L. S. (2010). Brunner & Suddarth's textbook of medical-surgical

nursing (Vol. 1). Lippincott Williams & Wilkins.

Foronda, C. (2019). A Theory of Cultural Humility. Journal of Transcultural

Nursing, 31(1), 7-12.

Universitas Sumatera Utara


111

Fadzil, F., Anuar, H. M., Ismail, S., Abd Ghani, N., & Ahmad, N. (2012). Urut

Melayu, the traditional Malay massage, as a complementary rehabilitative

care in postpartum stroke. The Journal of Alternative and Complementary

Medicine, 18(4), 415-419.

Friedman Marilyn, M., Bowden Vicky, R., & Jones Elaine, G. (2003). Family

Nursing.

Gillespie, D. C., Bowen, A., Chung, C. S., Cockburn, J., Knapp, P., & Pollock, A.

(2015). Rehabilitation for post-stroke cognitive impairment: an overview of

recommendations arising from systematic reviews of current

evidence. Clinical Rehabilitation, 29(2), 120-128.

Haji Ali, M., Koh Soo, Q., & Collier, L. (2014). Community stroke rehabilitation

nursing and its relevance in Brunei: a literature review. Brunei Darussalam

Journal of Health, 5(1), 80-87.

Husna, E., & Tarigana, R. (2019). Pengalaman Perawat Dalam Menerapkan

Terapi Complementary Alternative Medicinepada Pasien Stroke Di

Sumatera Barat. NERS Jurnal Keperawatan, 8(2), 15-23.

Universitas Sumatera Utara


112

Ismiati, T. T. (2019). Pengaruh Akupresur Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot

Dan Activities Of Daily Living (Adl) Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di

Unit Stroke Rsud A. Wahab Sjahranie Samarinda. Jurnal Keperawatan

Dirgahayu (JKD), 1(1), 32-42.

Kamal, A. K., Shaikh, Q., Pasha, O., Azam, I., Islam, M., Memon, A. A., ... &

Aziz, S. (2015). A randomized controlled behavioral intervention trial to

improve medication adherence in adult stroke patients with prescription

tailored Short Messaging Service (SMS)-SMS4Stroke study. BMC

neurology, 15(1), 212.

Kamalakannan, S., Venkata, M. G., Prost, A., Natarajan, S., Pant, H., Chitalurri,

N., ... & Kuper, H. (2016). Rehabilitation needs of stroke survivors after

discharge from hospital in India. Archives of physical medicine and

rehabilitation, 97(9), 1526-1532.

Kim, G. J., Hinojosa, J., Rao, A. K., Batavia, M., & O'Dell, M. W. (2017).

Randomized trial on the effects of attentional focus on motor training of the

upper extremity using robotics with individuals after chronic

stroke. Archives of physical medicine and rehabilitation, 98(10), 1924-1931

Kusumawardani, N., Soerachman, R., Laksono, A. D., Indrawati, L., Sari, P., &

Paramita, A. (2015). Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


113

Lakhan, S. E., Kirchgessner, A., Tepper, D., & Aidan, L. (2013). Matrix

metalloproteinases and blood-brain barrier disruption in acute ischemic

stroke. Frontiers in neurology, 4, 32.

Leininger, M. M. (1988). Leininger's theory of nursing: Cultural care diversity

and universality. Nursing science quarterly, 1(4), 152-160.

Liang, W., Krishnamurthi, R., Kasabov, N., & Feigin, V. (2014). Information

methods for predicting risk and outcome of stroke. In Springer Handbook of

Bio-/Neuroinformatics (pp. 993-1001). Springer, Berlin, Heidelberg.

Liao, C. C., Lin, J. G., Tsai, C. C., Lane, H. L., Su, T. C., Wang, H. H., ... & Shih,

C. C. (2012). An investigation of the use of traditional Chinese medicine in

stroke patients in Taiwan. Evidence-Based Complementary and Alternative

Medicine, 2012.

Luqman, L., Tahlil, T., & Mudatsir, M. (2017). Pengalaman Pasien Post-Stroke

Dalam Menjalani Terapi Pijat Alternatif di Kota Lhokseumawe. Jurnal Ilmu

Keperawatan, 5(1), 60-71.

Lui, S. K., & Nguyen, M. H. (2018). Elderly stroke rehabilitation: overcoming the

complications and its associated challenges. Current gerontology and

geriatrics research, 2018.

Universitas Sumatera Utara


114

Marler, J. R. (2007). NINDS clinical trials in stroke: lessons learned and future

directions. Stroke, 38(12), 3302-3307.

Meda, P. (2015). Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012.

Meijering, L., Nanninga, C. S., & Lettinga, A. T. (2016). Home-making after

stroke. A qualitative study among Dutch stroke survivors. Health & place,

37, 35-42.

National Stroke Foundation (Australia). (2009). National Stroke Audit: Acute

Services Organisational Survey Report 2009. National Stroke Foundation.

Newman, W. L., & Kreuger, L. W. (2003). Social work research methods:

Qualitative and quantitative approaches. Allyn and Bacon.

Patchick, E. L., Horne, M., Woodward‐Nutt, K., Vail, A., & Bowen, A. (2015).

Development of a patient‐centred, patient‐reported outcome measure

(PROM) for post‐stroke cognitive rehabilitation: qualitative interviews with

stroke survivors to inform design and content. Health Expectations, 18(6),

3213-3224.

Universitas Sumatera Utara


115

Peterson-Burch, F., Reuter-Rice, K., & Barr, T. L. (2017). Rethinking Recovery:

Incorporating Holistic Nursing Perspectives in Post-Stroke Care. Holistic

nursing practice, 31(1), 3.

Pei, L., Zang, X. Y., Wang, Y., Chai, Q. W., Wang, J. Y., Sun, C. Y., & Zhang, Q.

(2016). Factors associated with activities of daily living among the disabled

elders with stroke. International Journal of Nursing Sciences, 3(1), 29-34.

Polit, D. F., & Beck, C. T. (2004). Nursing research: Principles and methods.

Lippincott Williams & Wilkins.

Potter, P. A., Perry, A. G. E., Hall, A. E., & Stockert, P. A. (2009). Fundamentals

of nursing. Elsevier Mosby.

Pratama, K. N., & Alivian, G. N. (2019). Efektifitas Terapi Akkupuntur Terhadap

Keberhasilan Rehabiltasi Pasien Pasca Stroke: Literature Review. Journal of

Bionursing, 1(2), 183-192.

Speziale, H. S., Streubert, H. J., & Carpenter, D. R. (2011). Qualitative research

in nursing: Advancing the humanistic imperative. Lippincott Williams &

Wilkins.

Universitas Sumatera Utara


116

Shigaki, C. L., Frey, S. H., & Barrett, A. M. (2014, November). Rehabilitation of

poststroke cognition. In Seminars in neurology (Vol. 34, No. 05, pp. 496-

503). Thieme Medical Publishers.

Stiawan, B., Effendy, A. D. P., Zahra, K., Mandasari, R. I. M., & Azimi, I. (2018).

Rehaps (rehabilitasi Pasca Stroke) Game Rehabilitasi Pasca Stroke Berbasis

Kinect Untuk Menguatkan Memori Gerak. eProceedings of Applied

Science, 4(2).

Song, J., Nair, V. A., Young, B. M., Walton, L. M., Nigogosyan, Z., Remsik, A.,

... & Williams, J. C. (2015). DTI measures track and predict motor function

outcomes in stroke rehabilitation utilizing BCI technology. Frontiers in

human neuroscience, 9, 195.

Van der Riet, P., Dedkhard, S., & Srithong, K. (2012). Complementary therapies

in rehabilitation: Stroke patients‟ narratives. Part 2. Journal of clinical

nursing, 21(5‐6), 668-676.

Van Manen, M. (2016). Phenomenology of practice: Meaning-giving methods in

phenomenological research and writing. Routledge.

Wan-Fei, K., Hassan, S. T. S., Sann, L. M., Ismail, S. I. F., Raman, R. A., &

Ibrahim, F. (2017). Depression, anxiety and quality of life in stroke

Universitas Sumatera Utara


117

survivors and their family caregivers: a pilot study using an actor/partner

interdependence model. Electronic physician, 9(8), 4924.

Wolf, K. M., Umland, K. N., & Lo, C. (2018). The Current State of Transcultural

Mental Health nursing. Annual Review of Nursing Research, Volume 37:

Transcultural and Social Research, 209.

Wells, R. E., Phillips, R. S., & McCarthy, E. P. (2011). Patterns of mind-body

therapies in adults with common neurological

conditions. Neuroepidemiology, 36(1), 46-51.

Zhiyan, H., Li, N. I. N., Baoyun, C., Zunke, G., Qinghong, W., & Lange, F.

(2017). Rehabilitation nursing for cerebral stroke patients within a suitable

recovery empty period. Iranian journal of public health, 46(2), 180.

Zhang, J. H., Wang, D., & Liu, M. (2014). Overview of systematic reviews and

meta-analyses of acupuncture for stroke. Neuroepidemiology, 42(1), 50-58.

Universitas Sumatera Utara


118

Universitas Sumatera Utara


119

LAMPIRAN 1 INSTRUMENT

Universitas Sumatera Utara


120

Kuesioner Data Demografi

“ Pengalaman Pasien Pasca Stroke dalam Menjalani Terapi

Tradisional pada Suku Nias”

Petunjuk Pengisian:

Dibawah ini adalah data demografi yang dibutuhkan sebagai identitas

partisipan penelitian. Isilah pertanyaan di bawah ini sesuai keadaan

Bapak/Ibu yang sebenarnya, dengan memberi tanda checklist (√) pada kotak

yang telah disediakan.

No. Partisipan :

1. Usia Partisipan :

2. Jenis Kelamin Partisipan : ( ) Perempuan ( ) Laki-laki

3. Pendidikan 4 Agama

( ) Tidak sekolah ( ) Islam

( ) SD ( ) Kristen

( ) SMP ( ) Katolik

( ) SMA ( ) Budha

( ) Perguruan Tinggi ( ) Hindu

4 Agama

( ) Islam

( ) Kristen

( ) Katolik

Universitas Sumatera Utara


121

( ) Budha

( ) Hindu

5 Pekerjaan

( ) PNS

( ) Karyawan Swasta

( ) Wiraswasta

( ) Petani

( ) IRT / Tidak bekerja

( ) Lainya, sebutkan__

6 Lama Menderita Stroke :

Universitas Sumatera Utara


122

PANDUAN WAWANCARA

“ Pengalaman Pasien Pasca Stroke dalam Menjalani Terapi

Tradisional pada Suku Nias”

Pertanyaan:

1. Menurut bapak/ ibu apa yang disebut dengan terapi tradisional?

2. Apa saja jenis terapi tradisional yang bapak/ibu ketahui?

3. Apa yang bapak/bu rasakan selama menjalani pengobatan tradisionaluntuk

mengobati stroke?

4. Apa alasan bapak/ibu memilih terapi tradisionaltersebut?

5. Apa manfaat yang bapak/ibu rasakan dalam menjalani terapi tradisional?

6. Apa harapan bapak/ibu dalam menjalani terapi tradisionaltersebut?

7. Apa pendapat bapak/ibu mengenai pengobatan tradisional lain selain yang

bapak/ibu jalani?

8. Apakah masih ada yang ingin bapak/ibu sampaikan mengenai pengobatan

tradisional ini ?

Universitas Sumatera Utara


123

Kuesioner Data Demografi

“ Pengalaman Pasien Pasca Stroke dalam Menjalani Terapi

Tradisional pada Suku Nias”

Lala Halewe:

Ba da‟a so data demografi nifake dania ba identitas partisipan ba penelitian

da‟a.

Mifoesi data da‟a sifagόlό bakeadaa Ama/Ina, ba mi be‟e tanda checklist ( √

) ba kota sino lasediakό

No. Partisipan :

1. Ndrόfi :

2. Jenis Kelamin Partisipan : ( )Ndramatua ( ) Ndra‟alawe

3. Sikola

( ) lo Sikola

( ) SD

( ) SMP

( ) SMA

( ) Perguruan Tinggi

4 Agama

( ) Islam

Universitas Sumatera Utara


124

( ) Kristen

( ) Katolik

( ) Budha

( ) Hindu

5 Halόwό

( ) PNS

( ) Karyawan Swasta

( ) Wiraswasta

( ) Mohalόwό ba danό

( ) lό halόwό

( ) Tanό bό‟ό

6 Wa‟ara meno gόna :

simalapari

Universitas Sumatera Utara


125

PANDUAN WAWANCARA

“ Hikaaya Sofekhό Sinogona Simalapari Ba Wanorό Dalu Dalu Mbanua Ba

Danό Niha”

Fanofu :

1. bawangόra ngόrame nama/ina hadia ia nifotόi dalu dalu mbanua?

2. Hadia ia oi ngawale dalu dalu mbanua nama/ina sino mifake?

3. Hadia sinoa nama/ina mirasoi bawamake dalu dalu mbanua?

4. Hadia dandresa nama/ina bawamili dalu dalu mbanua da‟ό?

5. Hadia sowaasekhi nirasoi nama/ina meno mufakhe dalu dalu mbanua?

6. Hadia detόnafo nama/ini ba wamake dalu dalu mbanua?

7. Hadia bua gόraόra nama/ina ba dalu dalu mbanua tanό beόnia baero sino

nama/ina όfake

8. Hadia sonasa sinangea omasi ama/ina mufatuno ngawalό dalu dalu mbanua ?

Universitas Sumatera Utara


126

LAMIRAN 2 BIODATA EXPERT

Universitas Sumatera Utara


127

Universitas Sumatera Utara


128

Universitas Sumatera Utara


129

Universitas Sumatera Utara


130

Universitas Sumatera Utara


131

Universitas Sumatera Utara


132

Universitas Sumatera Utara


133

Universitas Sumatera Utara


134

Universitas Sumatera Utara


135

Universitas Sumatera Utara


136

Universitas Sumatera Utara


137

Universitas Sumatera Utara


138

Universitas Sumatera Utara


139

Universitas Sumatera Utara


140

Universitas Sumatera Utara


141

Universitas Sumatera Utara


142

Universitas Sumatera Utara


143

Universitas Sumatera Utara


144

Universitas Sumatera Utara


145

Universitas Sumatera Utara


146

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai