Disusun Oleh :
USWATUN
HASANAH 1806256471
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan hasil Evidence Based Nursing dengan judul “Efektifitas Arm
Bracing Terhadap Perbaikan Fungsi Paru pasien PPOK di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
Jakarta“. laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata ajar Praktik Keperawatan Medikal
Bedah Berbasis Fakta pada Program Spesialis Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
Selama proses penulisan laporan ini, penulis mendapat bimbingan, arahan, dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat Prof. Ratna Sitorus. Skp., M.App.Sc sebagai
supervisor utama, Ibu Tuti Herawati, S.Kp., M.N dan Ibu Denissa Faradita Aryani, Skep. M.Sc
sebagai supervisor serta Ns. Muhammad Zaky, Sp.KMB sebagai pembimbing klinik, seta
seluruh staf Poli Klinik Paru RSUP Fatmawati. Penulis menyadari untuk kesempurnaan laporan
hasil penerapan EBN ini masih memerlukan masukan. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang membangun.
Penulis menyadari bahwa laporan hasil penerapan EBN ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan laporan hasil penerapan EBN ini sehingga dapat memberikan manfaat dan
mampu menjawab masalah di lingkungan klinis khususnya pada pasien PPOK dalam
perbaikan fungsi paru.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan laporan hasil penerapan EBN ini.
Jakarta, Januari 2021
Penulis
ii Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL............................................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian...................................................................................................................5
1.2.1 Tujuan Umum.............................................................................................................5
1.2.2 Tujuan Khusus............................................................................................................5
1.3 Manfaat Penelitian................................................................................................................5
1.3.1 Praktek Pelayanan Keperawatan Medikal Bedah.......................................................5
1.3.2 Perkembangan Ilmu keperawatan medikal bedah.......................................................5
1.3.3 perkembangan riset selanjutnya..................................................................................5
BAB IV PELAKSANAAN..........................................................................................................14
4.1 Subjek Penerapan................................................................................................................14
4.2 Jumlah pasien..................................................................................................................................14
4.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan..........................................................................................15
4.4 Prosedur Pelaksanaan..........................................................................................................15
DAFTAR LAMPIRAN
iv Universitas Indonesia
1.1 Latar Belakang BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit
tidak menular, dapat dicegah dan diobati yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara
yang menetap, bersifat progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi
kronik pada saluran udara dan paru terhadap partikel atau gas berbahaya. Saat ini PPOK
adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas kronik secara luas. Sebagian besar PPOK
disebabkan oleh penuaan dan sebagian karena penggunaan tembakau secara terus menerus
yang merupakan faktor risiko terpenting PPOK. Kejadian PPOK akan semakin meningkat
seiring dengan meningkatnya jumlah perokok, polusi udara dari industri dan asap
kendaraan yang menjadi faktor risiko penyakit tersebut (PDPI, 2011)
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), PPOK adalah penyebab utama kematian kelima
di dunia pada tahun 2002, dan diperkirakan awal 2020 prevalensi PPOK akan meningkat
dari peringkat 12 ke peringkat 5 didunia. dan diperkirakan akan menjadi penyebab
kematian di seluruh dunia ketiga pada 2030. Sekitar satu dari empat orang akan didiagnosis
PPOK dan akan mendapatkan perawatan medis selama hidup mereka. Suatu studi di
Amerika Serikat menyebutkan bahwa risiko PPOK pada usia 80 tahun adalah 27,6%
dengan risiko tertinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan (29,7% vs 25,6%). Pasien
PPOK dengan status sosial ekonomi yang rendah dan tinggal di lingkungan rural memiliki
risiko PPOK (32,1% dan 32,4%). Prevalens PPOK di Amerika Serikat diperkirakan 14,2%
pada umur diatas 40 tahun dan meningkat sesuai dengan umur dan status merokok. Pasien
PPOK bukan perokok memeliki prevalens 4% dengan faktor risiko yang sama seperti
perokok pasif, pajanan polusi kerja dan lingkungan.
Gejala yang paling dominan pada pasien PPOK adalah sesak napas. Sesak yang terkadang
disertai batuk adalah prediktor independen untuk mortalitas dan juga penyebab morbiditas
pada pasien PPOK. Sesak sering digambarkan dengan air hunger, dada terasa sempit,
berusaha kuat untuk bernafas atau kombinasi keduanya, walaupun pada keadaan klinis
1
Universitas Indonesia
sebenarnya lebih rumit. Air hunger adalah sensasi sadar akan kelaparan terhadap kebutuhan
2
Universitas Indonesia
udara, berusaha kuat untuk bernapas hingga menimbulkan sesak. Sesak ini terkait dengan
bronkokonstriksi (Herigstad, Hayen, Reinecke, & Pattinson, 2016). Sesak menjadi keluhan
ketika (Forced Expiratory Volume) FEV1 < 60%. Penurunan SpO2 adalah gejala awal
hipoksemia dan hiperkapnia yang menunjukkan adanya gangguan ventilasi dan perfusi
serta ditambah hipoventilasi alveolar (Celli et al., 2004).
Patofisiologi PPOK menunjukkan keterbatasan aliran udara atau air trapping secara
berlanjut pada pasien PPOK berhubungan dengan reaksi peradangan secara abnormal dari
zat atau gas berbahaya pada saluran pernapasan. Proses peradangan ini akan membentuk
jaringan parut atau fibrosis menyebabkan sempitnya saluran napas. Terbentuknya fibrosis
pada lumen pernapasan kecil berkaitan erat dengan menurunnya di FEV1 yang
menyebabkan udara terperangkap saat ekspirasi (Djojodibroto, 2012; Brooks, 2010).
Klasifikasi derajat PPOK menurut Global initiative for chronic Obstruktif Lung Disiase
(GOLD) 2018
Gejala batuk Sesak napas mulai Sesak napas Terdapat gejala pada
kronis dan ada terasa pada saat terasa lebih derajat I, II dan III serta
produksi beraktifitas berat, adanya tanda-tanda gagal
sputum tapi terkadang terdapat terdapat napas atau gagal jantung
tidak sering. gejala batuk dan penurunan kanan. Pasien mulai
Pada derajat produksi sputum. aktifitas, mudah tergantung pada oksigen.
ini pasien Biasanya pasien lelah, serangan Kualitas hidup mulai
tidak mulai pemeriksakan eksaserbasi memburuk dan dapat
menyadari kesehatannya pada bertambah sering terjadi gagal napas kronis
bahwa derajat ini. dan mulai pada saat terjadi
menderita memberikan eksaserbasi sehingga dapat
PPOK. dampak terhadap mengancam jiwa pasien.
kualitas hidup
3
Universitas Indonesia
Uji fungsi paru pada pasien PPOK dapat dilakukan dengan pemeriksaan spirometri, untuk
menilai FEV1 ( forced expiratory volume during the first second ), FVC ( forced vital
capacity), PEF ( peak expiratory flow ), FEF ( forced expiratory flow ). Selain untuk kasus
PPOK, uji fungsi paru ini juga dapat digunakan untuk mendiagnosa penyakit akut respirasi
seperti asma, dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan penyakit yang terjadi serta
menilai efek dari pengobatan yang telah diberikan (Peter D Sly. 2008). Salah satu
parameter dalam pemeriksaan spirometri adalah PEF ( peak expiratory flow ) yaitu arus
puncak expirasi paru yang diukur dengan peak flowmeter .
Peak flowmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur aliran puncak (aliran tertinggi)
udara pada ekspirasi paksa dalam satuan liter per menit (L/menit). Pemeriksaan ini
merupakan pemeriksaan yang sangat sederhana yang dapat memberikan peringatan dini
adanya penurunan fungsi paru (Francis, 2011). Hasil pengukuran ini diinterpretasikan
dengan system zona “traffic light” Zona hijau bila nilai APE 80% - 100% mengindikasikan
fungsi paru baik. Zona kuning bila nilai APE 50% - 80% menandakan mulai terjadi
penyempitan saluran respiratorik dan zona merah bila nilai APE ≤ 50% berarti saluran
respiratorik besar telah menyempit (Bradley W et al, 2020).
Penurunan fungsi paru membutuhkan pengobatan progresif baik secara farmakologi dan
non-farmakologi. Terapi farmakologi yang diberikan berupa oksigen, inhalasi, obat-obatan
bronkodilator, kortikosteroid, antihistamin, mukolitik dan antibiotik bila terjadi infeksi
(Muttaqin, 2008). Terapi nonfarmakologi yang diberikan pada pasien PPOK untuk
perbaikan fungsi paru adalah latihan otot pernapasan (respiratory muscle training) yang
dapat meningkatkan kekuatan dan kapasitas daya tahan otot (Gosselink, 2013) dan
positioning, salah satunya posisi penguat lengan (arm bracing). Posisi Arm bracing pada
pasien PPOK dapat membantu untuk perbaikan fungsi paru, dengan meningkatkan
kekuatan gravitasi, meningkatkan tekanan intraabdominal dan menurunkan penekanan
diafragma kebagian rongga abdomen selama inspirasi, menurunkan EFL (expiratory flow
limitation) dan efektif untuk meningkatkan SaO2 serta dapat mengurangi sensasi dispnea
yang terjadi pada PPOK (Cavalheri et al., 2010).
4
Universitas Indonesia
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tomoyuki et.al (2015) disampaikan bahwa dengan
pemberian posisi arm bracing secara signifikan dapat menurunkan peak expiratory flow
sebesar 50 dan 75% dari FVC (forced vital capacity) pada PPOK dengan nilai p value
0.002. Posisi Arm bracing juga meningkatkan tekanan intraabdominal dan menurunkan
penekanan diafragma kebagian rongga abdomen selama inspirasi (Bhatt, et al, 2009). Pada
penelitian yang dilakukan oleh Kim, et al (2012) Arm bracing dapat membantu
meningkatkan kondisi pernafasan dengan menurunkan EFL (expiratory flow limitation) dan
efektif untuk meningkatkan SaO2.
Oksigen merupakan kebutuhan fisiologis bagi semua manusia (Potter & Stockert, 2009).
Oksigen dibutuhkan oleh tubuh dalam menjaga kelangsungan metabolisme sel yaitu
mempertahankan hidup, aktivitas sel, jaringan dan organ. Oleh karena itu, oksigen
merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling vital (Kozier, Erb, Berman, & Snyder,
2011). Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan yang bertugas untuk memenuhi
kebutuhan dasar tersebut sangatlah diperlukan dalam upaya perawatan pasien dengan
PPOK, sehingga kesehatan pasien dapat dioptimalkan kembali. Banyak permasalahan
keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan PPOK, diantaranya adalah Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan Gangguan suplai oksigen akibat penurunan ventilasi
paru (Brunner & Suddarth, 2000). Sehingga untuk mempertahankan pertukaran gas agar
tetap adekuat diperlukan tindakan-tindakan keperawatan yang tepat.
Berdasarkan wawancara dengan perawat primer di Poli Klinik Paru, terjadinya kondisi
pandemi saat ini, pemeriksaan fungsi paru dengan spirometri sementara belum dapat
dilakukan, untuk mengurangi kontak dengan aerosol, terkait hal tersebut, salah satu
parameter dalam spirometri adalah pengukuran peak expiratory flow (PEF). Pengukuran
PEF tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan flowmeter. Dengan pemberian posisi
arm bracing secara signifikan dapat meningkatklan fungsi paru dengan meningkatkan peak
expiratory flow pada pasien PPOK. Melalui proposal EBN ini, penulis ingin mengetahui
efektifitas penerapan arm bracing terhadap perbaikan fungsi paru pasien PPOK di RSUP
Fatmawati Jakarta.
5
Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penerapan posisi arm bracing
terhadap perbaikan fungsi paru pasien PPOK
1.3 Manfaat
a. Praktek Pelayanan Keperawatan Medikal Bedah
Hasil EBN ini dapat memberikan gambaran bagi perawat untuk memberikan posisi arm
bracing perbaikan fungsi paru pasien PPOK.
6
Universitas Indonesia
BAB II
METODOLOGI PENCARIAN
Pertanyaan klinis:
Pada pasien PPOK (P), apakah pemberian posisi arm bracing (I) dapat memperbaiki fungsi
paru (O)?
7
Universitas Indonesia
2.2 Hasil Penelusuran Evidence
Hasil penelusuran evidence disajikan sebagai berikut:
8
Universitas Indonesia
Tabel 2.2 Temuan Penelusuran Evidence
N Peneliti Judul Metode Jumlah dan Metode/Intervensi Hasil Kekuatan dan
o (tahun) Penelitian Penelitia Kriteria Kelemahan
n Sampel
1 V. Effects of Quasi N=20 Pasien dilakukan spirometri MIP, MEP dan maximal Kekuatan:
Cavalheri, arm experimen Kriteria untuk mengukur voluntary ventilation Arm Bracing menguatkan
C.A. bracing t Inklusi: Tekanan Inspirasi dan (MVV) lebih tinggi postur pada posisi berdiri
Camillo, posture on 1. Usia 55-85 menghasilkan lebih tinggi
Ekspirasi Maksimal (MIP dan dengan arm bracing
A.F. respirator tahun
MEP, masing-masing) dan dibandingkan tanpa arm nilai tekanan pernapasan
Brunetto,V. y muscle 2. BMI 21-27
S. Probst,a,c strength kgm2 spirometri dengan dan tanpa bracing (MIP 64 ± 22 maksimal dan
E.M. Cipulo and arm bracing dalam urutan cmH 2 O versus 54 ± 24 pernapasanketahanan otot
Ramos,and pulmonary Kriteria acak. Penilaian dengan arm cmH 2 O, P =, 00001; pada penderita PPOK,
F. Pittaa function in Eksklusi: bracing dilakukan pada posisi MEP 104 ± 37 cmH 2 O tanpa volume,aliran dan
(2010) patients 1. Pasien dalam berdiri dan ketinggian versus 92 ± 37 kapasitas paru berubah.
with kondisi Efek arm bracing postur
penyangga disesuaikan cmH 2 O, P = 0,00001,
chronic exacerbasi
tubuh pada fungsi otot
obstructiv 2. Pasien tidak dengan ketinggian proses dan MVV 42 ± 20 L /
e dapat berdiri styloid ulnaris dengan fleksi menit versus 38 ± 20 L / pernapasan menunjukkan
pulmonary dan arm siku dan kemiringan anterior menit, P = 0,003). Lain pentingnya hal ini postur
disease bracing batang 30 derajat debit berat variabel tidak tubuh pada program
di tungkai atas. Penilaian menunjukkan perbedaan rehabilitasi individu
tanpa arm bracing juga yang signifikan secara dengan PPOK
dilakukan posisi berdiri, statistik
namun dengan lengan rileks di Kelemahan:
samping tubuh. Interval waktu Tidak adanya data
antara penilaian adalah satu electromyographyc untuk
minggu membuktikan aktivitas
otot yang lebih tinggi
pada postur arm bracing
9
Universitas Indonesia
2 Tomoyuki Effects of Quasi N=16 Semua subyek dalam 3 posisi Posisi arm bracing secara Kelemahan:
Ogino PT Arm experimen Kriteria ( posisi tegak, condong ke signifikan dapat Ukuran sampel terlalu
MSc, Bracing t Inklusi: depan dan dengan arm meningkatkan volume sedikit
Kyoshi on Usia 77-85 Menggunakan jenis alat
bracing) dilakukan terhadapa paru yaitu pada akhir
Mase PT Expiratory PPOK stabil pernafasan
PhD, Flow pola pernafasan, volume paru, insiprasi dan expirasi dan
Masafumi Limitation saturasi oksigen, heart rate EFL secara signifikan
Nozoe PT and Lung dan sesak nafas yang terjadi lebih rendah Kekuatan:
PhD, Volume in yang diukur selama 30 detik, dibandingkan dengan Posisi Arm Bracing dapat
Tomohiro Elderly setelah itu dilakukan evaluasi postur yang lain, hal ini menurunkan resistensi
Wada PT, PPOK untuk mengukur volum paru disebabkan pada posisi tegangan pada paru,
Yuki Subjects sehingga EFl menurun
digunakan alat ukur yang arm bracing volume
Uchiyama pada dan volume paru
MD, telah diuji terlebih dahulu di paru-paru dapat
meningkat
Yoshihiro laboratorium, sedangkan dikecilkan sesuai dengan
Fukuda MD untuk mengukur sesak nafas postur tubuh. Jika
PhD, and digunakan MBS yang tekanan pada pleura
Kazuhisa domodisikasi dengan saturasi meningkat volume paru
Domen MD oksigen yang diukur sengan tidak menginduksi aliran
PhD (2015)
pulse oksimetri pada semua expirasi, sehingga EFL
posisi. akan menurun.
1
0 Universitas Indonesia
BAB III
TELAAH KRITIS
Pada telaah kritis jurnal ini dilakukan dengan menggunakan Critical Appraisal Tool for
Quasi- Experimental Studies (Experimental Studies without random allocation).
11
Universitas Indonesia
their follow up adequately described and keuntungan dilakukannya tindakan arm
analyzed? bracing pada responden
7. Were the outcomes of participants Ya, Dijelaskan pada halaman 3 paragraf 2
included in any comparisons measured in dan 3, pertama dilakukan spirometri dan
the same way? dilakukan pengkajian tekanan maximal
pernafasan
8. Were outcomes measured in a reliable Ya, Dijelaskan pada halaman ke 3
way? paragraf dilakukan pengukuran
pengukuran Spirometry: Lung function
test was performed with the Pony FX
(COSMED SRL, Rome, Italy) according
to American Thoracic Society/European
Respiratory Societ Recommendation dan
pengukuran Maximal respiratory
pressures: A digital manuovacuometer
(MVD-500 V.1.1, Microhard System,
Globalmed, Porto Alegre, Brazil) was
used, whereas for data analysis the
AQDADOS 4 (LYNX) was utilized.
Individuals were instructed concerning
the postures (with and without arm
bracing) and performed ten maximal
inspiratory pressures (MIP) maneuvers
and ten maximal expiratory pressures
(MEP) maneuvers. 11 MIP was measured
near residual volume and MEP near total
lung capacity
9. Was appropriate statistical analysis used? Ya, Dijelaskan pada halaman 4 paragraf
terakhir.statistical analysis, the Shapiro
Wilk test was performed to evaluate data
distribution. As studied variables (MIP,
MEP, SVC, FVC, MVV, FEV1, Ti/Ttot
and VE) presented normal distribution,
student t test was used for differences
between with and without arm bracing
postures. For all statistical analysis, P
values < .05 were considered as signifi
cant.
12
Universitas Indonesia
2. Artikel Effects of Arm Bracing on Expiratory Flow Limitation and Lung Volume in
Elderly PPOK Subjects
Penulis: Tomoyuki Ogino PT MSc, Kyoshi Mase PT PhD, Masafumi Nozoe PT PhD,
Tomohiro Wada PT, Yuki Uchiyama MD, Yoshihiro Fukuda MD PhD, and Kazuhisa
Domen MD PhD (2015)
1. Is it clear in the study what is the Ya. Dijelaskan pada halaman 1 pada latar
‘cause’ and what is the ‘effect’ (i.e. belakang. Dalam jurnal dijelaskan
there is no confusion about which penyebab dan efek untuk apa tindakan
tersebut dilakukan pada pasien PPOK
variable comes
first)?
2. Were the participants included in any Tidak, Dijelaskan dalam halaman 1 pada
comparisons similar? latar belakangkelompok intervensi adalah
pasien PPOK, sedangkan kelompok
kontrol orang sehat
3. Were the participants included in any Ya, Dijelaskan pada halaman 2 paragraf 1
comparisons receiving similar kedua kelompok diberikan treatment yang
treatment/care, other than the exposure sama yaitu pemberian tindakan arm
or intervention of interest? bracing
4. Was there a control group? Ada, 16 responden orang sehat
5. Were there multiple measurements of Ya, Dijelaskan pada halaman 2 paragraf 3
the outcome both pre and post the ada perbedaan antara kedua grup setelah
intervention/exposure? diberikann intervention
6. Was follow up complete and if not, Ya, Dijelaskan pada halaman 2 bagian
were differences between groups in prosedur, dilakukan analisa perbedaan
terms of their follow up adequately hasil yang didapatkan pada kedua grup.
Yaitu didapatkan penurunan EFL pada
described and analyzed?
posisi arm bracing dapat disebabkan oleh
peningkatan volume paru-paru sesuai
dengan perubahan postur tubuh
7. Were the outcomes of participants Ya, Dijewlaskan pada halaman 2 pada
included in any comparisons measured bagian prosedur, dengan menggunakan
in the same way? alat dan metode yang sama
8. Were outcomes measured in a reliable Ya, Dijelaskan pada halaman 2 paragraf 2
way? The FVC measurements were done
according to the American Thoracic
Society /European Respiratory Society
task force guidelines and Lung volume
and flow rate were measured by a hotwire
flow meter (AE300-s, Minato Medical
Science, Osaka, Japan) connected to a
mouthpiece
and sampled at 100 Hz using an analyzing
13
Universitas Indonesia
system (PowerLab, ADInstruments,
Dunedin, New Zealand).
9. Was appropriate statistical analysis Ya, Dijlaskan pada halaman 2 paragraf 6
used? The data were analyzed using a Microsoft
Visual Basic 6.0 program
14
Universitas Indonesia
BAB IV
PELAKSANAAN
16
Universitas Indonesia
menandatangani surat pernyataan bersedia berpartisipasi sebagai responden
penelitian (Lampiran 1& 2).
4. Residen mencatat data karakteristik di lembar pengumpulan data (lampiran 3)
5. Residen melakukan anamnesa dengan menanyakan keluhan sesak terakhir
dirasakan, dan mengisi MBS sebagai data pre test ( Lampiran 4)
6. Residen melakukan pre intervensi dengan menginstruksikan kepada pasien untuk
berdiri dalam posisi tegak kemudian melakukan pemeriksaan aliran udara (fungsi
paru) dengan menggunakan peak flowmeter (lampiran 5 )
7. Residen melakukan evaluasi terhadap tindakan pre intervensi tersebut dengan
mencatat hasil yang didapat.
8. Residen memberikan waktu 2 menit untuk responden beristirahat sejenak, untuk
melakukan persiapan intervensi yang akan dilakukan.
9. Residen mengatur posisi responden pada posisi arm bracing yaitu dengan
menggunakan lengan sebagai penyangga di atas tempat tidur dengan sudut 300
antara styloid ulnar dan lengan atas ( diukur dengan menggunakan goniometer),
posisi Posisi tersebut dilakukan selama 30 detik sebanyak 5 kali (lampiran 6 )
10. Residen menyiapkan alat peak flowmeter kembali untuk mengukur aliran udara
(fungsi paru) setelah diberikan intervensi arm bracing, setelah sebelumnya
responden diberikan waktu istirahat selama 2 menit (lampiran 6)
11. Residen melakukan dokumentasi hasil yang didapat dari responden.
12. Residen melakukan post test segera setelah tindakan selesai dilakukan dengan MBS
(lampiran 5)
17
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Arif Muttaqin, 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan, Jakarta : Salemba Medika
Barrett Kim E [et al.] Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong [Buku]. - Jakarta : EGC
Medical, 2012. - 24th.
Bradley W. DeVrieze, Peak Flow Rate Measurement, StatPearls Publishing LLC. Copyright
© 2020,
Celli, B. R., Celli, B. R., Cote, C. G., Cote, C. G., Marin, J. M., Marin, J. M., … Cabral, H. J.
(2004). The Body-Mass Index, Airflow Obstruction, Dyspnea, and Exercise Capacity
Index in Chronic Obstructive Pulmonary Disease. New England Journal of Medicine,
1005–1012. https://doi.org/10.1056/NEJMoa021322
Francis, Caia. (2012). Perawatan Respirasi (Terjemahan: dr. Stella Tinia Hasianna)
Jakarta:Erlangga Medical Series
Herigstad, M., Hayen, A., Reinecke, A., & Pattinson, K. T. S. (2016). Development of a dyspnoea
word cue set for studies of emotional processing in PPOK. Respiratory Physiology and
Neurobiology, 223, 37–42. https://doi.org/10.1016/j.resp.2015.12.006
Kozier, B., Erb, G. L., Berman, A., Snyder, S., Levett-Jones, T., Dwyer, T., ... & Park, T.
(2011). Kozier & Erb's Fundamentals of Nursing Australian Edition. Pearson Higher
Education AU.
Partini. P.T , Telaah Kritis Makalah Uji Klinis, Vol 4 juni 2002
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). (2010). Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK):
pedoman praktis diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
Perry, A.G., & Potter, P.A. (2004). Clinical nuring skilss techniques. (4th Ed.). St.Louis:
The Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). (2011). Executive
summery : Global Strategy for Diangnosis, Management, and Prevention of PPOK.
Medical Communication Resource. Retrieved from www.goldPPOK.com
18
Universitas Indonesia
Tomoyuki Ogino PT MSc, et. al (2015), Effects of Arm Bracing on Expiratory Flow
Limitation and Lung Volume in Elderly PPOK Subjects
19
Universitas Indonesia
World Health Organization. (2010). Chronic obstructive pulmonary disease. USA: WHO.
V. Cavalheri, C.A. et al Effects of arm bracing posture on respiratory muscle strength and
pulmonary function in patients with chronic obstructive pulmonary disease
20
Universitas Indonesia
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
Judul Penelitian : Efektifitas Arm Bracing Terhadap Perbaikan Fungsi Paru Pasien PPOK di
Poli klinik Paru RSUP Fatmawati Jakarta
Peneliti : Uswatun Hasanah
NPM 1806256471
Pada tahap awal, Bapak/Ibu akan dijelaskan mengenaikan prosedur terapi yang akan
diberikan dan cara pengisian kuesioner untuk mengukur sesak yang Bapak/Ibu rasakan.
Kemudian Bapak/Ibu mengisi kuesioner untuk menilai sesak yang Bapak/Ibu rasakan
sebelum terapi diberikan. Selanjutnya peneliti akan memposisikan Bapak/Ibu berdiri tegak,
menjaga privasi lingkungan dan memberikan posisi arm bracing Selma 30 detik. Setelah
10 menit terapi selesai, Bapak/Ibu kembali mengisi kuesioner untuk menilai sesak dan
meniup flowmeter untuk mengetahui perbaikan fungsi paru yang Bapak/Ibu setelah
intervensi diberikan.
Manfaat yang akan Bapak/Ibu peroleh dari penelitian ini yaitu Bapak/Ibu lebih
mengetahui tentang skala sesak yang Bapak/Ibu alami dan mendapatkan manfaat dari terapi
yang diberikan dalam mengurangi sesak dan mengetahui perbaikan fungsi paru yang
Bapak/Ibu rasakan. Penerapan EBN ini sepenuhnya bersifat sukarela. Bapak/Ibu boleh
memutuskan untuk berpartisipasi atau menolak tanpa ada konsekuensi atau dampak
tertentu. Bapak/Ibu berhak untuk mengundurkan diri kapanpun, tanpa ada konsekuensi
yang merugikan Bapak/Ibu. Peneliti juga akan menjaga kerahasian data yang didapatkan,
informasi yang diperoleh dari Bapak/Ibu tidak akan mencantumkan nama tetapi
menggantinya dengan nomor responden dan kode responden. Semua data yang didapatkan
tidak akan disebarluaskan kepada pihak lain dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Demikian penjelasan dari saya, apabila ada yang kurang jelas dapat menghubungi
Uswatun Hasanah (08159615310). Peneliti sangat mengharapkan kesediaan
Saudara/Bapak/Ibu untuk menjadi responden penelitian. Atas perhatiannya, saya ucapkan
terima kasih.
Peneliti
(Uswatun Hasanah)
21
Universitas Indonesia
LEMBAR PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN
Nama (inisial) :
Usia :
Alamat :
No HP :
Dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya bersedia menandatangani lembar
persetujuan untuk menjadi responden pada penerapan EBN ini
(……………………….)
22
Universitas Indonesia
Lampiran 3
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Kode Responden :
2. No Responden :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin :
B. INFORMASI KLINIS
Keluhan saat ini :
Sudah berapa lama menderita PPOK :
Pre-Test Post-Test
Skor sesak
Nilai peak flow meter
23
Universitas Indonesia
Lampiran 4
24
Universitas Indonesia
Lampiran 5
25
Universitas Indonesia
Lampiran 6
Tahap orientasi
1. Berikan salam pada pasien.
2. Perkenalkan diri antara petugas dan pasien.
3. Jelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
4. Tanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan.
Tahap Kerja
1. Pasang tirai atau penyekat ruangan
2. Peneliti melakukan pemeriksaan pengukuran berat
badan dan tinggi badan.
3. Peneliti mencatat data karakteristik dalam lembar
pengumpulan data
4. Melakukan penilaian modified borg scale (pre test)
5. Peneliti menginstruksikan kepada pasien untuk berdiri
dalam posisi tegak
26
Universitas Indonesia
7. Setelah itu anjurkan pasien untuk istirahat
Tahap Terminasi
1. Bereskan dan kembalikan alat ke tempat semula.
2. Berikan reinforcement positif
3. Cuci tangan
4. Peneliti mengukur nilai PEF yang ada di flowmeter
dan mendokumentasikan di lembar observasi (pre test)
27
Universitas Indonesia
Lampiran 7
PENGERTIAN
Pemberian postur arm bracing (penguat lengan) untuk perbaikan fungsi paru pasien PPOK
TUJUAN
Dapat memperbaiki fungsi Paru dengan:
Meningkatkan kekuatan gravitasi
Meningkatkan tekanan intraabdominal dan menurunkan penekanan diafragma
kebagian rongga abdomen selama inspirasi
Menurunkan EFL (expiratory flow limitation) dan efektif untuk meningkatkan SaO2.
Mengurangi sensasi dispnea pada pasien PPOK
PERSIAPAN ALAT
Meja atau bed
Stopwatch
Goniometer
28
Universitas Indonesia
PROSEDUR PELAKSANAAN
No Tahapan Prosedur Pelaksanaan Waktu Subyek
1 Pra interaksi 5 menit Mahasiswa
1. Cuci tangan
2. Siapkan alat
2 Tahap orientasi 20 menit Mahasiswa,
pasien
1. Berikan salam pada pasien.
2. Perkenalkan diri antara petugas dan pasien.
3. Jelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
(Informed Consent)
4. Tanyakan kesiapan pasien sebelum
kegiatan dilakukan.
5. Peneliti mencatat data karakteristik dalam
lembar pengumpulan data
3 Tahap Kerja 10 menit Mahasiswa,
pasien
1. Pasang tirai atau penyekat ruangan
2. Atur posisi pasien arm bracing dengan
meletakkan kedua lengan diatas tempat tidur
3. Gunakan goniometer untuk menentukan
sudut 300 antara styloid ulnar dan lengan
atas
4. Gunakan kedua lengan tersebut sebagai
penyangga
5. Posisi tersebut dilakukan selama 30 detik
Sudut 300
30
Universitas Indonesia
Deskripsi Alat
Peak flowmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur peak expiratory flow
rate (PEFR), atau disebut juga dengan aliran puncak. PEFR adalah tes untuk mengukur
seberapa cepat seseorang bisa mengembuskan napas. Dengan bentuk yang kecil dan mudah
digenggam, peak flow meter mudah dibawa ke mana-mana. Melakukan tes dengan peak
flow meter dan mencatat hasilnya sangat penting. Dari hasil pengukuran dengan peak flow
meter, dapat diketahui apakah kondisi sesak napas terkendali atau justru memburuk.
Mouthpeace adalah sebuah alat seperti corong yang digunakan sebagai penyambung pada
flowmeter yang bersifat disposible.
Goniometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur sudut pada persendian.
31
Universitas Indonesia
Tahap Kerja
T A H A P A N P R O Pasang tirai atau penyekat ruangan
S E D U R Atur posisi pasien arm bracing dengan
A R M B R A C I N G meletakkan kedua lengan diatas tempat
tidur
Gunakan goniometer untuk menentukan
Pra interaksi sudut 300 antara styloid ulnar dan lengan EFEKTIFITAS ARM BRACING
atas
Cuci tangan TERHADAP PERBAIKAN FUNGSI
Gunakan kedua lengan tersebut sebagai
Siapkan alat penyangga PARU PADA PASIEN PPOK
Tahap orientasi Posisi tersebut dilakukan selama 30 detik
Instruksikan pasien kembali posisi tegak
Berikan salam pada pasien.
Lakukan pengukuran peak expiratory
Perkenalkan diri antara petugas dan flow (PEF) dengan peak flowmeter
Supervisor Utama:
pasien. Catat hasil dari pengukuran flowmeter
yang didapatkan di lembar observasi Prof. Dr. Ratna Sitorus, S.Kp., M.App.Sc
Jelaskan tujuan dan prosedur pelaksa-
naan (Informed Consent) Lakukan pengukuran modified borg scale
Dokumentasikan di lembar observasi
Peneliti meelakukan penilaian modi- Supervisor:
fied borg scale Tuti Herawati, S.Kp.,MN
Tahap Terminasi
Peneliti menginstruksikan kepada Ns .Denissa Faradita A., S.Kep.,M.Sc
Rapikan dan kembalikan alat ke tempat
pasien untuk berdiri dalam posisi semula
Berikan reinforcement positif Pembimbing Klinik
tegak
Mengukur skala borg dan lakukan pen-
gukuran PEF pasca tindakan Ns.Muhamad Zaki,. S.Kep., M.Kep. Sp.Kep.MB
Kemudian melakukan pemeriksaan
Cuci tangan
aliran udara (fungsi paru) peak expi- Mahasiswa :
ration flow (PEF) dengan Ns. Uswatun Hasanah, M.Kep
DAFTAR PUSTAKA
menggunakan peak flowmeter (pre Tomoyuki Ogino PT MSc, et. al (2015), Effects of Arm Bracing
test), kemudian meniup flowmeter on Expiratory Flow Limitation and Lung Volume in Program Ners Spesialis
Elderly COPD Subjects
Keperawatan Medikal Bedah
dengar nafas sekuat-kuatnya setelah V. Cavalheri, C.A. et al Effects of arm bracing posture on
respiratory muscle strength and pulmonary function in
patients with chronic obstructive pulmonary disease Fakultas Ilmu Keperawatan
itu responden diberikan waktu untuk The Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
(GOLD). (2011). Executive summery : Global Strategy
beristirahat selama 2 menit for Diangnosis, Management, and Prevention of COPD.
Medical Communication Resource. Retrieved from U N I V E R S I T A S I N D
www.goldcopd.com
O N E S I A 2 0 2 1
A P
L A T A R B E L A P R O S E D
A K A N G M A N F A A T U R P E L A K
N Y A ? S A N A A N
39 Universitas Indonesia
Penerapan EBN pada Responden
40 Universitas Indonesia
41 Universitas Indonesia