Anda di halaman 1dari 67

MAKALAH KASUS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HIV BERDASARKAN MODEL


KONSEP PENCAPAIAN TUJUAN IMOGENE M. KING

Oleh:

Turiman 2006609935

Maulin Nasikah 2006508085

Betty Luinta Saragih 2006507763

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

2020
DAFTAR ISI

Daftar Isi ...................................................................................................................................... 1

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................................... 2

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………....…………… 2

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….……...……. . 2

1.3 Tujuan………………………………………………………………………….……………. 2

BAB II. KONSEP TEORI ............................................................................................................. 5

2.1 Konsep HIV.............................................................................................................................. 5

2.2 Model Keperawatan Pencapaian Tujuan Imogene M King................................................... 34

BAB III. KASUS PENERAPAN TEORI IMOGENE M. KING……………............................. 42

3.1 Deskripsi Kasus…………………………………………………………………………….. 42

3.2 Proses Keperawatan……………………………………………………………… ……….. . 47

BAB IV. PEMBAHASAN ............................................................................................................ 62


BAB V. PENUTUPAN ................................................................................................................. 64

5.1 Kesimpulan ............................................................................................................................. 64

5.2 Saran ....................................................................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………65

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan dunia yang terus maju memudahkan manusia terhubung antar belahan
dunia. Kemudahan tersebut memungkinkan peleburan khazanah berbagai budaya, yang
terkadang tidak disikapi dengan bijak oleh penghuninya, sehingga berdampak pada hal yang
merugikan, misalnya adanya pergeseran nilai budaya dalam pergaulan. Salah satu dampak
merugikan karenanya di bidang Kesehatan adalah berkembangnya penyakit yang sulit dan
berkontribusi pada angka kematian dunia yaitu AIDS (Acquired Immuno Deficiency
Syndrome).
AIDS merupakan penyakit infeksi oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang
menyebabkan kerusakan system imunitas tubuh, sehingga penderita akan mudah mengalami
infeksi oportunistik yang kronis yang berakibat kematian. Angka kesakitan dan kematian
karena HIV semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data UNAIDS ( Unaited of
AIDS) penderita HIV dunia pada tahun 2017, mencapai 36,9 juta jiwa dan 25% diantaranya
yaitu 9,9 juta jiwa tidak menyadari bahwa mereka terserang HIV. Indonesia menyumbang
angka 620000 jiwa yang menderita HIV. Jumlah kematian karena AIDS tercatat 940.000 di
seluruh dunia. Menurut UNAIDS jumlah tersebut makin meningkat setiap tahunnya, bahkan di
Indonesia sendiri terdapat 46.000 kasus infeksi baru setiap tahunnya.
Banyaknya kasus baru yang berkembang disebabkan belum sadarnya masyarakat akan
penyebab terjadinya kasus ini, dimana saat ini penyebab penyebaran HIV-AIDS ini masih terus
saja terus ada di masyarakat, seperti misalnya masih banyaknya pekerja sek komersial bebas,
banyaknya kasus narkoba yang enggunakan jarum suntik bergantian, dan akses penularan yang
lain. Perilaku tersebut merupakan perilaku yang tidak mengindahkan norma masyarakat,
sehingga orang dengan HIV-AIDS (ODHA) sering mendapat perlakuan yang kurang baik dari
masyarakat. Mereka kadang mengalami diskriminasi, cemooh, penyiksaan dan stigma buruk
dari masyarakat untuk penderita sendiri dan keluarganya. Stigma masyarakat itulah yang
menyebabkan orang tidak mau memeriksakan dirinya meskipun mereka mungkin sudah
mencurigai dirinya menderita HIV-AIDS, sehingga menyebabkan banyak kasus kematian.

2
Tingginya angka kejadian HIV-AIDS tentu menjadikan perhatian dunia Kesehatan, karena
perjalanan penyakit HIV ini menyebabkan seseorang mengalami kesakitan akibat infeksi-
infeksi oportunistik yang mudah dialami oleh penderita akibat kerusakan system pertahanan
tubuh. Penderita mengalami sekumpulan gejala atau syndrome yang mudah menginfeksi
seluruh system tubuh seperti kulit, system pencernaan, system pernafasan, system urinary yang
menimbulkan kesakitan bagi penderita. Pengobatan pun tidak mudah untuk penderita ini.
Sehingga pemerintah dan dunia Kesehatan selalu meningkatkan formulasi baik pengobatan dan
perawatan.
Dunia perawatanpun selalu giat ambil bagian dalam pencegahan dan penanganan
penderita ODHA (Orang dengan HIV-AIDS), baik mereka dalam masa perawatan ataupun saat
mereka sudah pulang setelah perawatan dan tinggal di masyarakat, karena masyarakat dan
orang terdekat atau keluarga dari ODHA berperan penting pada psikologis penderita dan
berakibat pada peningkatan imunitas tubuh ODHA dan meminimalkan masuknya infeksi
oportunistik. Perawat dalam menggunakan asuhan perawatan berupaya memberikan yang
terbaik, dengan berbagai metode perawatan yang dikembangkan, misalnya dengan
menggunakan model asuhan keperawatan yang ditelurkan oleh teori pakar keperawatan.
Salah satu teori keperawatan yang dapat diterapkan untuk penatalaksanaan pasien
dengan HIV-AIDS adalah teori dari pakar keperawatan Imogene M King dengan Middle Range
Theories Goal Attainmentnya. Imogene berpendakan bahwa manusia terdiri dari system
personal, interpersonal, dan social. Interaksi dinamis yang terjadi akan memudahkan
pencapaian tujuan. Interaksi antara perawat dan pasien, dengan persepsi dari pasien terhadap
perawat dan sebaliknya yang akan mengakibatkan tumbuhnya kepercayaan, membangkitkan
keduanya untuk Menyusun strategi atau intervensi-intervensi yang dapat dilaksanakan dalam
asuhan keperawatan sehingga diharapkan dapat menyelesaikan masalah Kesehatan pasien.
Demikian juga dalam lingkungan masyarakat, stigma negative dari masyarakat akan membuat
ODHA merasa tertekan dan malu serta rendah diri, merasa diri mereka hina sehingga
berdampak pada kesehatannya dan memperburuk kondisi pasien yang menyebabkan
meningkatnya angka kesakitan dan bahkan kematian.
Dari pemaparan tersebut kelompok berpendapat bahwa teori yang dikemukakan oleh
pakar keperawatan Imogene M King tepat digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan HIV-AIDS. Oleh karena itu, kelompok menyusun makalah asuhan

3
keperawatan pasien dengan HIV-AIDS menggunakan pendekatan teori keperawatan
pencapaian tujuan Imogene M King, sebagai salah satu tugas kelompok dari mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah Lanjut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan teori pencapaian tujuan Imogene M King pada proses asuhan
keperawatan pasien HIV-AIDS
2. Bagaimana penerapan teori pencapaian tujuan Imogene M King pada proses pengkajian
pada pasien HIV-AIDS, kelebihan dan kekurangannya
3. Bagaimana proses penyusunan diagnose keperawatan pada pasien HIV-AIDS dengan
pola NANDA
4. Bagaimana penyusunan rencana keperawatan pada pasien HIV-AIDS
5. Bagaimana implementasi keperawatan pada pasien HIV-AIDS
6. Bagaimana penyusunan evaluasi keperawatan pada pasien HIV-AIDS
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan penerapan teori pencapaian tujuan Imogene M King pada proses
asuhan keperawatan pasien HIV-AIDS
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan penerapan teori pencapaian tujuan Imogene M King pada
proses pengkajian pada pasien HIV-AIDS, kelebihan dan kekurangannya
b. Mampu melakukan penyusunan diagnose keperawatan pada pasien HIV-AIDS
dengan pola NANDA
c. Mampu melakukan penyusunan rencana keperawatan pada pasien HIV-AIDS
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien HIV-AIDS
e. Mampu melakukan penyusunan evaluasi keperawatan pada pasien HIV-AIDS

4
BAB II

KONSEP TEORI

I. Konsep Sistem HIV


A. Pengertian
Menurut CDC (2020) HIV adalah singkatan dari human immunodeficiency virus. Ini
melemahkan sistem kekebalan seseorang dengan menghancurkan sel-sel penting yang
melawan penyakit dan infeksi. Saat ini tidak ada obat yang efektif untuk HIV. Tetapi
dengan perawatan medis yang tepat, HIV dapat dikendalikan. Beberapa kelompok orang di
Amerika Serikat lebih mungkin untuk tertular HIV dibandingkan kelompok lain karena
banyak faktor, termasuk pasangan seks dan perilaku berisiko. Bagian ini akan memberi
Anda informasi dasar tentang HIV, seperti cara penularan, cara mencegahnya, dan cara
melakukan tes HIV.

Dari mana asalnya HIV?


Berdasarkan journal dari CDC, 2020 virus HIV berasal dari sinpanse

 Infeksi HIV pada manusia berasal dari jenis simpanse di Afrika Tengah.
 Versi virus simpanse (disebut virus imunodefisiensi simian, atau SIV) mungkin
ditularkan ke manusia ketika manusia memburu simpanse ini untuk diambil dagingnya
dan bersentuhan dengan darah mereka yang terinfeksi.
 Penelitian menunjukkan bahwa HIV mungkin telah berpindah dari simpanse ke manusia
sejak akhir 1800-an.

5
 Selama beberapa dekade, HIV perlahan menyebar ke seluruh Afrika dan kemudian ke
bagian lain dunia. Kita tahu bahwa virus tersebut telah ada di Amerika Serikat
setidaknya sejak pertengahan hingga akhir tahun 1970-an.

B. Tanda dan gejala

Berdasarkan CDC (2020) Beberapa orang mengalami gejala mirip flu dalam 2 hingga 4
minggu setelah terinfeksi (disebut infeksi HIV akut ). Gejala ini bisa berlangsung selama
beberapa hari atau beberapa minggu. Gejala yang mungkin termasuk:

 Demam,
 Panas dingin,
 Ruam,
 Keringat malam,
 Nyeri otot,
 Sakit tenggorokan,
 Kelelahan,
 Kelenjar getah bening membengkak, dan
 Sariawan.

6
Gambar: tanda dan Gejala HIV, sumber : CDC (2020)
https://www.cdc.gov/hiv/basics/whatishiv.html

Tetapi beberapa orang mungkin tidak merasa sakit selama infeksi HIV akut. Gejala-gejala
ini tidak berarti anda mengidap HIV. Ketika orang dengan HIV tidak mendapatkan
pengobatan, mereka biasanya berkembang melalui tiga tahap. Tetapi pengobatan
HIV dapat memperlambat atau mencegah perkembangan penyakit. Dengan kemajuan
dalam pengobatan, pengembangan ke Tahap 3 saat ini kurang umum dibandingkan pada
hari-hari awal HIV.

Tahap 1: Infeksi HIV Akut

 Orang-orang memiliki sejumlah besar HIV dalam darahnya. Mereka sangat menular.


 Beberapa orang mengalami gejala mirip flu. Ini adalah respons alami tubuh terhadap
infeksi.
 Tetapi beberapa orang mungkin tidak langsung merasa sakit atau tidak sama sekali.
 Jika Anda memiliki gejala mirip flu dan mengira Anda mungkin telah terpapar HIV,
dapatkan perawatan medis dan minta tes untuk mendiagnosis infeksi akut.
 Hanya tes antigen / antibodi atau tes asam nukleat (NATs) yang  dapat mendiagnosis
infeksi akut.

7
Tahap 2: Infeksi HIV Kronis

 Tahap ini juga disebut infeksi HIV tanpa gejala atau latensi klinis.
 HIV masih aktif tetapi berkembang biak pada tingkat yang sangat rendah.
 Orang mungkin tidak memiliki gejala apa pun atau sakit selama fase ini.
 Tanpa minum obat HIV, periode ini bisa berlangsung satu dekade atau lebih, tetapi
beberapa bisa berkembang lebih cepat.
 Orang bisa menularkan HIV pada fase ini.
 Pada akhir fase ini, jumlah HIV dalam darah (disebut viral load) meningkat dan jumlah
CD4 menurun. Orang tersebut mungkin memiliki gejala saat tingkat virus meningkat
dalam tubuh, dan orang tersebut bergerak ke Tahap 3.
 Orang yang minum obat HIV sesuai resep mungkin tidak akan pernah pindah ke tahap
3.

Tahap 3: Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

 Fase paling parah dari infeksi HIV.


 Orang dengan AIDS memiliki sistem kekebalan yang rusak parah sehingga mereka
semakin sering menderita penyakit parah, yang disebut infeksi oportunistik .

8
 Orang menerima diagnosis AIDS ketika jumlah CD4 mereka turun di bawah 200, atau
jika mereka mengembangkan infeksi oportunistik tertentu.
 Orang dengan AIDS dapat memiliki viral load yang tinggi dan sangat menular.
 Tanpa pengobatan, orang dengan AIDS biasanya bertahan sekitar tiga tahun.

(Sumber: CDC, 2020)

C. Epidemilogi HIV

HIV sudah mejadi masalah global. Diseluruh dunia terdapat 35 juta orang hidup
dengan penderita HIV dan 19 juta orang tidak mengetahui status HIV positif ( Riskesdas
2018). Dikawasan Asie tenggara angka HIV pada masyarakat umum masih rendah di
Asia Pasifik diperkirakan terdapat 350.000 orang yang baru terinfeksi HIV dan
sekitar 64% dari orang yang terinfeksi HIVadalah laki-laki (UNAIDS, 2013).
Pada Juli 2010, CDC memperkirakan lebih dari 1 juta orang yang hidup dengan
HIV di Amerika Serikat. 13 Satu di lima dari orang-orang itu hidup dengan HIV tetapi
tidak sadar dari infeksi. Sebagai konsekuensi dari peningkatan kelangsungan hidup,
prevalensi HIV dan AIDS meningkat di Amerika Serikat sementara jumlah infeksi baru
tetap ada terlalu tinggi, dengan perkiraan 56.000 orang Amerika menjadi baru terinfeksi
HIV setiap tahun. (Bruner and Sudart (2011)
Diperkirakan 1,2 juta orang di Amerika Serikat memiliki HIV pada akhir 2018,
dari data tersebut sekitar 14%, atau 1 dari 7, tidak tahu bahwa mereka mengidap HIV.
Pada tahun 2018, gay, biseksual, dan laki-laki lain yang berhubungan seks dengan laki-
laki menyumbang 69% dari semua diagnosis HIV baru di Amerika Serikat dan 6 daerah
tergantung.  Pada tahun yang sama, heteroseksual mencapai 24% dari semua diagnosis
HIV (CDC, 2020)
Mayoritas AIDS kasus terus terjadi pada gay, biseksual, dan pria lainnya yang
berhubungan seks dengan laki-laki (LSL). Separuh dari infeksi HIV baru setiap tahun dan
hampir setengah dari orang yang tinggal dengan HIV/AIDS termasuk di antara
LSL. Namun, heteroseksual dan pengguna narkoba suntikan juga terus didiagnosis HIV
dan AIDS. (Riskesdas, 2018) 

9
Data pasien HIV di Indonesia pada tahun 2016 terdapat 48.315 orang terinfeksi
HIV dan 9280 orang dengan HIV AIDS. Kasus di Indonesia ini urutan ke 5 di kawasan
ASIA. Berdasarkan kasus terbanyak tiap propinisi jawa timur, DKI Jakarta dan jawa
barat urutan 3 besar kasus HIV di Indonesia. ( Riskesdas, 2018)

D. Anatomi Fisiologi Sistem Imun

Sistem imun terdiri dari sel dan molekul dengan spesialisasi peran dalam pertahanan
melawan infeksi dan invasi oleh organisme lain. Komponen utamanya termasuk sumsum
tulang, sel darah putih (WBC) yang diproduksi oleh sumsum tulang, dan jaringan
limfoid . Jaringan limfoid termasuk kelenjar timus, limpa, dan kelenjar getah bening,
amandel dan kelenjar gondok, dan jaringan serupa di sistem gastrointestinal, pernapasan,
dan reproduksi

Gambar : Anatomi Sistem Imun

10
Reference: Bruner &Suddart (2003) Medical-Surgical_Nursing-10th-edition

Sumsum Tulang

Sumsum tulang adalah tempat produksi dari lymposit. Pematangan lymposit di Bond
marrow akan menghasilkan Limfoist T. sebagain limfosit pemetangan di Tymus makan
akan menghasilkan Limfosit T. semua limfosit ini berpusat di kelenjar getah bening.
(Bruner &Suddart (2003).

Jaringan Limfoid

Limpa, terdiri dari daging merah dan putih, bertindak seperti sebuah filter. Pulpa merah
adalah tempat di mana darah merah tua dan terluka sel hancur. Daging buah putih
mengandung konsentrasi limfosit. Kelenjar getah bening didistribusikan ke seluruh
tubuh. Mereka dihubungkan oleh saluran getah bening dan kapiler, yang menghilangkan
bahan asing dari getah bening sebelum masuk aliran darah. Kelenjar getah bening juga
berfungsi sebagai pusat proliferasi sel imune. Jaringan limfoid yang tersisa, seperti
amandel dan kelenjar gondok dan jaringan limfatik mukoid lainnya, mengandung sel-sel
kekebalan yang melindungi permukaan mukosa tubuh melawan mikroorganisme.

Fungsi Imun:

Ada dua jenis kekebalan umum: alami (bawaan) dan acquired (adaptif). Kekebalan alami
adalah kekebalan nonspesifik hadir saat lahir. Kekebalan yang didapat atau spesifik
berkembang setelahnya kelahiran. Respon kekebalan alami terhadap penyerang asing
sangat serupa dari satu pertemuan ke pertemuan berikutnya terlepas dari jumlahnya dari
kali penyerang ditemui; sebaliknya, diperoleh kembali mensponsori peningkatan
intensitas dengan paparan berulang ke dalam agen penjual (Delves & Roitt,
2000a). Meskipun masing-masing jenis kekebalan memainkan peran berbeda dalam
mempertahankan tubuh melawan pathogen berbahaya

11
Gambar: perkembangan sel – sel imun
Reference: Bruner &Suddart (2003) Medical-Surgical_Nursing-10th-edition
Berdasarkan gambar di atas sumsum tulang belakang menghasilkan lympoblas yang
mengalami pematangan di Bone marrow dan kelenjar Tymus. Limfosit yang matang di
sumsum tulang belakang menghasilkan Limposit B yang akan menjadi Sel mast dan Sel
memory. Sel plasma akan menghasilkan antibody yang terdiri IgG, IgM, IgA, IgD dan IgE.
Sedangkan sel memory akan kenghasilkan antibody bila terpajan oleh antigen yang sama.
Limfosit T menghasilkan sel T regulator dan dan Sel T effector. Set T regulator
menghasilkan Sel T helper dan Sel T supresor sedangkan Sel T efektor menghasilkan Sel T
citotoksic

Gambar : proses pembentukan Limfosit B dan Limfosit T


Reference: Bruner &Suddart (2003) Medical-Surgical_Nursing-10th-edition

12
Limfosit berasal dari sel induk di tulang belakang. Limfosit-B matang di sumsum
tulang sebelum memasuki aliran darah, sedangkan limfosit T matang di timus, di mana
mereka juga berdiferensiasi menjadi sel dengan berbagai fungsi. 

Gambar Tahapan respon Imune


Reference: Bruner &Suddart (2003) Medical-Surgical_Nursing-10th-edition

(I) Pada tahap pengenalan, antigen dikenali dengan lym- fosit dan makrofag. 

(II) Pada tahap proliferasi, limfosit yang tidak aktif berkembang biak dan berdiferensiasi
menjadi sel T sitotoksik (pembunuh) atau sel B yang bertanggung jawab untuk
pembentukan dan pelepasan antibodi.

(III) Pada tahap respons, sel T beracun dan sel B melakukan fungsi seluler dan humoral. 

(IV) Pada tahap efektor, antigen berada dihancurkan atau dinetralkan melalui aksi antibodi,
komplemen, makrofag, dan sel T sitotoksik.

Jenis Imunoglobulin. 

Tubuh dapat menghasilkan lima perbedaan jenis imunoglobulin. (Imunoglobulin adalah


gabungan hanya ditunjuk oleh singkatan Ig.) Masing-masing dari lima jenis, diidentifikasi
dengan huruf alfabet tertentu (IgA,IgD, IgE, IgG, dan IgM). Klasifikasi didasarkan pada
bahan struktur dan peran biologis dari imunoglobu- individu. berikut merangkum
karakteristik utama dari imunoglobulin:

IgG (75% dari Total Imunoglobulin)

13
• Muncul dalam serum dan jaringan (cairan interstisial)

• Berperan utama dalam infeksi darah dan jaringan

• Mengaktifkan sistem pelengkap

• Meningkatkan fagositosis

• Melintasi plasenta

IgA (15% dari Total Imunoglobulin)

• Muncul dalam cairan tubuh (darah, air liur, air mata, ASI, dan

sekresi paru, gastrointestinal, prostat, dan vagina)

• Melindungi dari infeksi pernapasan, gastrointestinal, dan genitourinary

• Mencegah absorpsi antigen dari makanan

• Ditularkan ke neonatus dalam ASI untuk perlindungan

IgM (10% dari Total Imunoglobulin)

• Sebagian besar muncul dalam serum intravaskular

• Muncul sebagai imunoglobulin pertama yang diproduksi sebagai respons

untuk infeksi bakteri dan virus

• Mengaktifkan sistem pelengkap

IgD (0,2% dari Total Imunoglobulin)

• Muncul dalam jumlah kecil dalam serum

• Mungkin memengaruhi diferensiasi limfosit-B, tetapi perannya tidak jelas

IgE (0,004% dari Total Imunoglobulin)

• Muncul dalam serum

• Berperan dalam reaksi alergi dan beberapa reaksi hipersensitivitas

• Memerangi infeksi parasite

14
E. Imunopatogenesis HIV

Penyakit HIV adalah penyakit menular sehingga penting untuk memahami bagaimana
HIV-1 mengintegrasikan dirinya ke dalam tubuh seseorang. sistem imune dan bagaimana
kekebalan berperan dalam perjalanan Penyakit HIV. Pengetahuan ini juga penting untuk
memahami terapi pengobatan dan pengembangan vaksin.
Virus adalah parasit intraseluler. HIV adalah milik kelompok virus yang dikenal
sebagai retrovirus, yang membawa virusnya materi genetik berupa asam ribonukleat
(RNA) bukan asam deoksiribonukleat (DNA). 
AIDS adalah bentuk spectrum imunologis dan klinis yang paling ekstrim dari infeksi
HIV 1 yang terjadi jauh sebelumnya. Akhir – akhir ini cukup banyak yang kita ketahui
tentang patologi HIV dan ini banyak bermanfaat dalam usaha intervensi pengobatan,
pengurangan risiko dan perubahan perilaku. Agar usaha ini berjalan efektif perlu sekalu
untuk mengetahui imuno patogenesis
HIV terdiri dari inti virus yang mengandung RNA virus, dikelilingi oleh yang terdiri
pro-truding glikoprotein. Penyebab gangguan kekebalan yang terkait dengan AIDS Oleh
Agen Virus HIV.  HIV adalah RNA rantai tunggal virus yang merupakan bagian
dari keluarga retroviridae dalam genus lentivirus . Dua spesies HIV diketahui ada dan
termasuk HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 dan HIV-2 adalah manusia primata lentivirus sedangkan
sepupu genetiknya, simianvirus imunodefisiensi 1 dan 2 (SIV-1 Dan SIV-2), sedang
lentivirus primata bukan manusia. 
Keragaman HIV-1 yang luas pada primata manusia populasi pada tahun 1960 dan
bahwa nenek moyang yang sama HIV-1 menyebar di antara manusia 60 hingga 80 tahun
sebelumnya AIDS pertama kali dikenali pada 1980-an. HIV ditularkan dari orang ke orang
melalui darah danCairan tubuh (air mani, cairan vagina,) Berbagai sel rentan terhadap
infeksi hiv termasuk Sel sistem hematopoietik, sistem saraf pusat (SSP), kulit, saluran
pencernaan, miokardium juga Sel dendritik, sel tubular ginjal, hepatosit, kupffer Sel,
fibroblas paru, serviks, prostat, testis, dan Fibroblas Pulpa Gigi. Mempengaruhi transmisi itu
HIV mencakup sifat biologis virusnya konsentrasi dalam cairan tubuh, dan sifat dari
kerentanan inang pada tingkat seluler dan imunologis . Infeksi menular seksual (IMS)

15
meningkatkan keduanya jumlah virus menular dan jumlah yang terinfeksi sel di alat kelamin
dan meningkatkan penularan HIV.  Pria yang tidak disunat telah dikaitkan dengan sebuah
peningkatan risiko infeksi terkait dengan banyaknya sel dendritik di kulup dan juga dengan
peningkatan kecepatan penularan di antara pria yang tidak disunat.

HIV dulu dikenak dengan HTLV-III ( human T cell Lympotic Virus Tipe III) atau
LAV yaitu virus sitopatik dari family retrovirus. Virus inni ditransmisikan melalui kontak
seksual, darah dan produk darah yang terinveksi dan cairan tubuh tertentu, serta melalui
kontak biasa. Virus ini memasuki tubuh dan terutama menginfeksi sel yang mempunyai
melekul CD4. Kelmpok sel yang memiliki molekul CD4 adalah limfosit T4. Sel – sel target
lain adalah monosit, makrofag, sel dendrit sel Langerhans dan sel mikroglia. Setelah
mengikat sel molekul CD4 virus memasuki sel target dan melepaskan selubung luarnya.
RNA retrovirus ditrasmisikan menjadi DNA melalui transkripsi terbalik. Beberapa DNA
yang baru terbentuk saling tergabung dan masuk kedalam sel target dan membentuk
provirus. Provirus ini dapat menghasilkan protein baru yang bekerja menyerupai pabrik
virus baru yang akan membelah diri dan memperbanyak diri meyebarkan ke anak anaknya.
Secara klinis pasien mengalai terinfeksi seumur hidup

F. Pemeriksaan Fisik pada system Imune

Penilaian Fungsi immune dimulai dari hasil anamnesis riwayat kesehatan pasien dan
pmeriksaan fisik. Riwayat kesehatan pasien harusnya memandang informasi secara rinci
mengenai faktor – faktor dimasa lalu serta sekrang dan beragai kejadian yang menunjukkan
status system immune di samping faktor – faktor dan kejadian yang dapat mempengaruhi
fungsi system immune. Faktor – faktor dan kejadian ini mencakup infeksi, kelainan energy,
kelainan autoimun, penyakit neoplasma, keadaan sakit yang kronis, riwayat tramsfusi, faktpr
– faktor lain yang mempengaruhi fungsi imun dan hasil pemeriksaan laboratorium serta tes
diagnosis lainnya, pengkajian fisik pasien mencakup palpasi nodus limfatikus dan
pemeriksaan fisik kulit, membrane mukosa dan system respiratorik, gastrointestinal,
urogenital, sitem respirasi dan kardiovaskuler. (Bruner & Suddart , 2001)

1. Anamnesa
a. Keluhan pasien
 Demam dengan atau tanpa menggigil
16
 Batuk dengan atau tanpa sputum
 Sesak napas
 Sulit bernafas
 Kesulitan menelan
 Bercak putih di rongga mulut
 Pembengkakan kelenjar getah bening
 Mual dengan atau tanpa muntah
 Diare persisten
 Frekuensi, urgensi, atau nyeri saat buang air kecil
 Perubahan karakter urin
 Lesi di wajah, bibir, atau area perianal
 Kemerahan, bengkak, atau drainase dari lesi kulit
 Keputihan yang menetap dengan atau tanpa rasa gatal pada perianal
 Fatig kronik
 Penurunan BB> 10%
 Diare kronik (> 1 bulan)
b. Riwayat Penyakit
Menururt Patricia and Dorrie: 2013 Riwayat penyakit pada pasien system immune
meliputi:
1) Keluahan Utama
Keluhan utama yang lebih dominan dirasakan pasien saat masuk rumah sakit
sehingga
2) Riwayat penyakit sekarang
Memar atau pendarahan yang tidak biasa, sering infeksi, kelelahan / malaise sakit
kepala, pusing / gangguan gaya berjalan, nyeri, pembesaran kelenjar getah bening,
demam, keringat malam, kelemahan, nyeri tungkai / lemas, kejang, penurunan
berat badan, sakit perut, muntah, intoleransi panas, buruk penyembuhan luka
3) Riwayat Penyakit lalu
 Penyakit anak dan imunisasi yang relevan -mononukleosis, malabsorpsi,
hepatitis, anemia pernisiosa

17
 Masalah medis akut dan kronis masa lalu, termasuk perawatan dan rawat
inap , anemia, kanker, infeksi, autoimun hemolitik anemia / sindrom Evans,
hemochromatosis, herediter spherositosis, anemia defisiensi besi, polisitemia,
hemofilia, penyakit sel sabit, talasemia, trombositopenia idiopatik, glukosa.
 Defisiensi 6-fosfat dehidrogenase (G6PD), anemia aplastik, sindrom
myelodysplastic, sirosis, HIV, trauma mayor, sepsis
 Faktor risiko - paparan benzenes, pestisida, mustard baru-baru ini gas, agen
antineoplastik
 Operasi sebelumnya splenektomi, operasi kardiotoraks, total gastrektomi
 Tes diagnostik dan intervensi sebelumnya aspirasi sumsum tulang terapi
radiasi, kemoterapi, transfusi darah multiple sions, pemberian produk darah
(cryoprecipitate)
 Pengobatan agen kemoterapi, antibiotik, antihipertensi, diuretik,
glukokortikoid, anti- nonsteroid, obat inflamasi, aspirin, heparin, warfarin,
agen antiplatelet
 Alergi dan reaksi Transfusi
4) Riwayat penyakit Oportunistik : TBC, candidiasis oral dll
5) Riwayat Penyakit keluarga

Status kesehatan atau penyebab kematian orang tua dan saudara kandung, kanker,
anemia, sferositosis herediter, defisiensi G6PD, sel sabit anemia,
methemoglobinemia, talasemia, trom- Glanzmann basthenia, penyakit von
Willebrand, polisitemia
6) Riwayat Pribadi dan Sosial
 Penggunaan tembakau, alkohol, dan zat berbahaya
 Komposisi keluarga,
 Pekerjaan dan lingkungan kerja, paparan bahan kimia: benzenes, gas mustard,
asap rokok, butadiene, dioxin (pestisida), hexachlorobenzene, ozon,
polibrominasi biphenyl, poliklorinasi bifenil, fenol, toluene di isosianat, vinil
klorida, timbal, naftalena

18
 Diet (asupan makanan yang kaya zat besi dan asam folat, termasuk hati, telur,
biji-bijian, roti, sereal, kentang, daun sayuran hijau, buah-buahan, dan kacang-
kacangan). Kaji asupan yang buruk makanan yang kaya vitamin B 12 ,
termasuk hati, ikan, dan sereal yang diperkaya.
 Pola tidur — pola tidur yang mengganggu memodulasi perubahan aktivitas
sistem kekebalan 1
 Olah raga — olah raga teratur dikaitkan dengan pengoptimalan kekebalan 2
 Keyakinan budaya
 Keyakinan spiritual atau agama. penolakan produk darah, termasuk transfusi
adalah keyakinan inti bagi beberapa pasien, termasuk beberapa Saksi-Saksi
Yehuwa 3
 Pola koping dan sistem dukungan social
 Aktivitas santai
 Aktivitas seksual
 Perjalanan terkini

c. Riwayat Kesehatan
Menurut Bruner and Sudarrt (2001) anamnesa riwayat Kesehatan pada pasien
immune meliputi:
1) Imunisasi dan Imunitas
Kepada pasien ditanya tentang status imunisasi yaitu yang baru saja di dapat serta
diperoleh ketika masih kecil dan penyakit yang lazim di derita dalam masa kanak-
kanak. Riwayat kontak dengan penyakit TBC yang diketahui pada masa lalu dan
sekarang harus diperiksa, sementara tanggal serta hasil – hasil tes PPD dan hasil
pemeriksaan X ray thorax harus di dapat. KOntak yang dialami pasien akhir –
akhir ini dengan nfeksi apapun dan riwayat penyakit dimasa lalu dan sekrang
disamping tanggal dan tipe terapi yang pernah dijalani pasien harus diperoleh
bersama – sama dengan riwayat infeksi persisten yang multiple demam yang tidak
diketahui penyebabnya, lesi dan luka – luka ataupun tindakan drainage bentuk
apapun. (Bruner and Sudarrt (2001)
2) Alergi

19
Kaji tentang riwayat alergi, termasuk tipe allergen (serbuk, debu, tanaman,
makanan, obat – obatan atau vaksin) gejala yang dialaminya dan cuaca yang
berkaitan dengan terjadinya atau beratnya gejala. Riwayat pemeriksaan dan
pengobatan yang pernah atau sedang dijalani oleh pasien untuk mengatasi
kelainan alrigi dan efektifitas pengobatan tersebut harus ditanyakan. Seua riwayat
alergi terhadap obat – obatan dan makanan harus dicantumkan pada stiker
“waspada Alergi” serta ditempelkan didepan catatan kesehatan atau kartu berobat
pasien untuk mengingat kepada orang lain mengenai kemungkinan alergi tersebut.
Penilaian yang berkelanjutan terhadap reaksi alergi yang berpotensi terjasdi pada
pasien ini merupakan pemeriksaan yang sangat penting. (Bruner and Sudarrt
(2001)
3) Kelainan Autoimune
Kepada pasien ditanya tentang setiap kelainan autoimmune seperti lupus
erimateus, artritis reumathoid atau psoriasis. Awitan keparahan, remisi dan
eksaserbasi, keterbatasan fungsional, tetapi yang pernah atau sedang dijalani oleh
pasien dan aktifitas terapi tersebut harus ditanyakan secara rinci. ( Bruner and
Sudarrt (2001)
4) Penyakit Neoplasma
Riwayat penyakit kanker dalam keluarga harus dianyakan. Jika terdapat kanker
dalam keluarga kita harus memperhatikan tipe kanker tersebut. Usia pasien pada
saat awitannya dan hubungannya pasien dan anggota keluarga lainnya. Riwayat
kangker pasien sendiri harus diketahui tipe dan tanggal diagnosisnya. Semua
terapi yang pernah atau sedang dijalani pasien, jenis therapy radiasi atau
kemoterapi alan mensupresi fungsi immune dan menempatkan pemeriksaan
pasien dalam resiko infeksi. Tanggal dilakukannya pemeriksaan skrining kanker
dan hasil pemeriksaan tersebut juga harus ditanyakan. (Bruner and Sudarrt (2001)
5) Sakit Krois dan Pembedahan
Riwayat DM, peyakit Ginjal atau penyakit paru menahun harus diidentifikasi
tentang awitan, terapi, riwayat operasi pengangkatan limpa kelenjar timus atau
nodus getah bening atau riwayat trasplantasi organ. Kondisi tersebut akan
mempengaruhi terhadap system imune

20
6) Obat – obatan dan Transfusi darah
Riwayat pengobata masalalu dan sekrang harus ditayakan. Jenis pengobatan,
dosis, antibiotic, obat NSAID, kortikosteroid akan mempengaruhi terhadap
system immune. Selain itu riwayat transfuse harus dikaji tentang alergi, riwayat
reaksi transfuse, jenis transfuse dan jumlah transfusi. Resiko penularan penyakit
melalui transfuse darah seperti HIV, hipeatitis dan yang lainnya. (Bruner and
Sudarrt (2001)
7) Faktor – faktor yang mempengaruhi system imun
Pola hidup yang mempengaruhi system immune seperti merokok, minum –
minumam keras, Narkoba, stress, kondisi tempa kerja yang beresiko terhadap
paparan radiasi atau polutan, status nutrisi yang tidak baik karena intake yang
kurang. (Bruner and Sudarrt (2001)

d. Indikasi Disfungsi Kekebalan Tubuh terhadap system tubuh


Menurut Bruner &Suddart (2003), pengkajian system tubuh lain yang berkaitan
dengan system immune adalah:
1) Sistem pernapasan
• Perubahan laju pernapasan
• Batuk (kering atau produktif)
• Bunyi paru-paru abnormal (mengi, ronki, ronki)
• Rinitis
• Hiperventilasi
• Bronkospasme
2) Sistem kardiovaskular
• Hipotensi
• Takikardia
• Disritmia
• Vaskulitis
• Anemia
3) Sistem Gastrointestinal
• Hepatosplenomegali

21
• Kolitis
• Muntah
• Diare
4) Sistem Genitourinari
• Frekuensi dan rasa terbakar saat buang air kecil
• Hematuria
• Discharge
5) Kulit
• Ruam
• Lesi
• Dermatitis
• Hematomas atau purpura
• Edema atau urtikaria
• Peradangan
6) Sistem Sensor Saraf
• Disfungsi kognitif
• Gangguan pendengaran
• Perubahan visual
• Sakit kepala dan migrain
• Ataksia
• Tetani

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik menyeluruh diperlukan untuk mengidentifikasi mungkin menunjukkan


sistem kekebalan. Pemeriksaan fisik imunokompromise pasien yang dijanjikan berfokus
pada empat bidang utama: kulit, , limpa, dan kelenjar getah bening. Seluruh pemeriksaan
harus teliti membantu mengidentifikasi sumber masalahnya. Patricia and Dorrie ( 2013)
a. Inspeksi
1) Butterfly Rash

22
Gambar 1: Buterfly Rash Reference:https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/lupus/multimedia/lupus-facial-rash/img-20007730

Butterfly rash sejatinya merupakan gejala yang juga bisa ditimbulkan oleh beberapa
penyakit selain lupus. Misalnya, rosacea dan dermatitis seboroik. Pada penderita lupus,
hanya 30 persen di antaranya yang mengalami gejala butterfly rash ini. Ruam butterfly
rash pada penderita penyakit lupus umumnya tidak gatal maupun sakit. Warnanya juga
bisa berupa merah muda hingga merah tua.Kemerahan pada kulit penderita penyakit lupus
adalah reaksi fotosensivitas, yaitu peradangan yang dipicu oleh paparan sinar matahari.
Pasalnya, sistem kekebalan tubuh penderita lupus berusaha membersihkan sel-sel kulit
yang rusak akibat paparan sinar ultraviolet (UV). Selain akibat sinar UV dari cahaya
matahari, peradangan kulit pada penderita lupus juga bisa muncul akibat stres, baik karena
tekanan fisik maupun tekanan mental. Demikian pula dengan adanya infeksi tertentu pada
penderita.Bagi penderita lupus, peradangan seringkali tidak hanya terjadi di kulit, tapi juga
di organ-organ tubuh yang lain. Oleh sebab itu, penyakit lupus bisa memiliki gejala yang
bisa berubah-ubah. Maka tak heran bila lupus kerap pula disebut sebagai penyakit seribu
wajah.Dibutuhkan observasi atas beberapa gejala untuk menetapkan seseorang menderita
penyakit lupus. Butterfly rash hanyalah satu dari sekian banyak masalah kulit yang dapat
muncul sebagai gejala penyakit ini.  Patricia and Dorrie (2013)

2) Inspeksi kelenjar Tyroid

23
Lakukan inspeksi trakea untuk menemukan setiap deviasi dari posisi garis tengah
yang normal. Kemudian lakukan palpasi dengan meletakkan Jari tangan di
sepanjang salah satu sisi trakea dan perhatikan celah antara trakea dan
muskulus sternomastoideus. Bandingkan celah ini dengan cclah pada sisi
lainnya. Kedua celah tersebut harus simetris. Hartono (2013)

Sumber: Reference: Hartono (2013) Buku Ajar pemeriksaan Fisik dan Riwayat kesehatan Bates ed. 8 Hal 168 - 169

Sumber: Reference: Hartono (2013) Buku Ajar pemeriksaan Fisik dan Riwayat kesehatan Bates ed. 8 Hal 168 - 169

Tengadahkan kepala pasien sedikit ke belakang. Lakukan penyinaran dengan


cahaya tangensial yang diarahkan ke bawah dari ujung dagu pasien, dan
kemudian lakukan inspeksi pada daerah di hatoah karlilago krikoidea untuk
mencari kelenjar tiroid. Garis-bentuk bayangan tepi-bawah setiap kelenjar tiroid
seperti yang terlihat dalam foto di bawah ini ditunjukkan oleh anak-anak panah.
(Hartono, 2013)

Sumber: Reference: Hartono (2013) Buku Ajar pemeriksaan Fisik dan Riwayat kesehatan Bates ed. 8 Hal 168 - 169

24
Minta pasien untuk minum sedikit air dan mengekstensikan kcmbali lchcrnya serta
menelan air tersebut. Amati gerakan kelenjar tiroid ke atas dengan memperhatikan
kontur dan kesimetrisannya. Kartilago tiroidea, kartilago krikoidea, dan kelenjar tiroid
semuanya akan bergerak naik ketika pasien menelan dan kemudian kembali ke posisi
diam. Lakukan pengecekan pengamatan visual Anda dcngan jari-jari tangan anda dari
depan pasien. (Hartono, 2013)
3) Inspeksi penyakit oportunistik pada penderita HIV
 TBC pada HIV

 Candidiasis

Reference: Jarvis,2016, Physical Examination and Haealth Assesment

 Oral hairy leukoplakia

Reference: Jarvis,2016, Physical Examination and Haealth Assesment

 Furunkulosis rekuren

25
Reference: Jarvis,2016, Physical Examination and Haealth Assesment

 Sarkoma Kaposi

Reference: Jarvis,2016, Physical Examination and Haealth Assesment

 Dermatitis Seboroik

Reference: Jarvis,2016, Physical Examination and Haealth Assesment

 Eksaserbasi psoriasis

Reference: Jarvis,2016, Physical Examination and Haealth Assesment

 Herpes Zoster

26
Reference: Jarvis,2016, Physical Examination and Haealth Assesment
b. Palpasi
1) Palpasi kelenjar limfe
Pasien harus berada dalam kcadaan rileks dengan leher sedikit difleksikan ke
depan dan jika diperlukan, agak difleksikan ke arah sisi yang hendak
diperiksa. Biasanya Anda dapat merncriksa kedua sisi leher dalam satu
pemeriksaan. untuk memeriksa nodus limfatikus submcntal, tindakan palpasi
dengan tangan yang satu sementara bagian puncak kepala pasien ditahan
dcngan tangan lainnya merupakan manuver yang akan membantu
pemeriksaan ini. (Hartono, 2013). Raba nodus limfatikus berikut ini secara
berurutan

Reference: Hartono (2013) Buku Ajar pemeriksaan Fisik dan Riwayat kesehatan Bates ed. 8 Hal 168 – 169

1. Preaurikular-di depan telinga


2. Aurikular postcrior-superfisial prosesus mastoideus
3. Oksipital-pada basis kranii di sebelah posterior

27
4. Tonsilar-pada angulus mandibular
5. Submandibular.
Pada titik tengah garis yang menghubungkan angulus mandibular dengan
ujung mandibular. Biasanya nodus limfatikus submandibular berukuran
lebih kecil dari cincin dibandingkan dengan kelenjar ludah
6. Subemental
Pada garis tengah beberapa sentimenter di belakang ujung mandibular.
7. Servical supervicial
Superfisial muskulus sternomastoideus
8. Servical posterior, disepanjang tepi anterior muskulus trapezieus
9. Rangkaian servikal profunda terletak dalam pada daerah sternomastoideus dan sering
kali tidak teraba pada pemeriksaan. Kaitkanlah ibu jari tangan dan jari–jari lainnya
pada kedua sisi muskulus sternomastoideus untuk menemukan nodus limfatikus.
10. Supraklavikular.
Terletak dalam pada sudut yang dibentuk oleh tulang klabikula dan muskulus
sternomastoideus

Perhatikan ukuran nodus limfatikus, bentuk, batas (diskrit atau menyatu),


mobilitas, konsistensi, dan setiap nyeri tekan yang ditemukan. nodus limfatikus
yang kecil, mobile (bisa digerakkan), diskrit, dan tidak nyeri tekan terkadang
dinamakan "slotty", sering kali ditemukan pada orang normal. (Hartono, 2013)

Dengan menggunakan permukaan ventral jari telunjuk dan jari tengah, palpasi nodus
limfatikus preaurikular dcngan melakukan Gerakan berputar yang hati-hati.

28
Kcmudian, lakukan pemeriksaan terhadap nodus limfatikus aurikular, posterior dan
oksipital. (Harton, 2013)

Palpasi rangkaian nodus limfatikus pada daerah servikal anterior (anterior cervical
chain) yang lokasinya di sebelah anterior dan superfisial muskulus
stemomastoideus. Kemudian, lakukan palpasi rangkaian nodus limfatikus pada
daerah servikal posterior (posterior cervical chain) di sepanjang muskulus trapezius
(tepi anterior) dan muskulus stemomastoideus (tepi posterior). Fleksikan leher
pasien agak ke depan ke arah sisi yang hendak diperiksa. Lakukan pemeriksaan
nodus limfatikus supraklavikular pada sudut di antara tuJang klavikula dan
muskulus stemomastoidcus. (Hartono, 2013)

Gambar: Palpasi Nodus limfe di kepala, leher, axila, Inguinal dan Popliteal
Springhouse (2005). Professional guide to assessment. ProQuest Ebook Central

Gambar : Palpasi Nodus limfe di submandibular dan supraventriculer


Reference: Patricia and Dorrie: 2013. Critical Care Nursing: A Holistic Aproach, 10 ed. Hal 1034 – 1036

29
2) Palpasi Tyroid

Palpasi Kelenjar Tyroid (Hartono, 2013)

Langkah-Langkah Palpasi Kelenjar Tiroid (Hartono, 2013)

a. Minta pasien untuk memfleksikan lehernya sedikit ke depan agar terjadi


rela.ksasi muskulus sternomastoideus.
b. Letakkan jari-jari kedua tangan Anda pada leher pasien sehingga jari telunjuk Anda
tepat di bawah kartilago krikoidea.
c. Minta pasien untuk minum dan menelan a,r seperti sebelumnya. Lakukan palpasi
untuk merasakan Gerakan, isthmus tiroid ke atas di bawah permukaan ventral
jari-jari tangan Anda. Gerakan ini sering dapat dipalpasl. namun tidak selalu.
d. Geser trakea ke kanan dengan jari-jari tangan kir, Anda: kemud,an dengan jari-jari
tangan
e. kanan, lakukan palpasi ke arah lateral untuk menemukan lobus kanan
tiroid yang terletak dalam ruangan di antara trakea yang digeser ke
kanan dan ctor sternomastoideus yang dalam keadaan relaksasi, Temukan
margo lateralis kelenjar tiroid. Dengan cara yang sama. lakukan
pemeriksaan lobus kiri.
f. Pada perabaan, lobus kelenjar tiroid terasa sedikit lebih sulit ditemukan
daripada bagian isthmusnya dan dlperlukan latihan untuk dapat
merabanya. f'ermukaan anterior lobus lateralis berukuran lebih-kurang
sebesar falang distal ibu [ari dan terasa kenyal seperti karet.

30
g. Perhatikan ukuran, bentuk, dan konsisrensi kelenjar tiroid, dan kenali
setiap nodulus atau nyeri tekan.

3) Palpasi Limpa

Reference: Patricia and Dorrie: 2013. Critical Care Nursing: A Holistic Aproach, 10 ed. Hal 1034 – 1036

c. Perkusi

Gambar Perkusi limpa


Reference: Patricia and Dorrie: 2013. Critical Care Nursing: A Holistic Aproach, 10 ed.

3. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Bruner & Suddart: 2003 berbagai tes laboratorium dapat dilakukan untuk menilai
sistem kekebalan aktivitas atau disfungsi. Studi menilai leukosit dan limfosites, imunitas
humoral, imunitas seluler, fungsi sel fagositik reaksi, aktivitas komplemen, reaksi
hipersensitivitas, antigen spesifik- antibodi, atau infeksi HIV.

31
a. Tes Leukosit dan Limfosit
 Jumlah dan perbedaan sel darah putih
 Biopsi sumsum tulang
b. Tes Kekebalan Humoral (Antibodi-Mediasi)
 Kuantifikasi sel B dengan antibodi monoklonal
 Sintesis imunoglobulin in vivo dengan subset sel-T
 Respons antibodi spesifik
 Total serum globulin dan imunoglobulin individu (oleh elec-
 troforesis, imunoelektroforesis, imunitas radial tunggal
 difusi, nefelometri, teknik isohemagglutinin)
c. Tes Kekebalan Seluler (Seluler)
 Jumlah limfosit total
 Kuantifikasi subset sel T dan sel T dengan antibodi monoklonal
 Tes kulit hipersensitivitas tertunda
 Produksi sitokin
 Respons limfosit terhadap mitogen, antigen, dan sel alogenik
 Fungsi sel-T pembantu dan penekan
d. Tes Fungsi Sel Fagositik
 Uji nitroblue tetrazolium reductase
e. Melengkapi Tes Komponen
 Komplemen hemolitik serum total
 Titrasi komponen pelengkap individu
 Imunodifusi radial
 Uji elektroimmuno
 Radioimmunoassay
 Uji imunonefelometri
 Imunoelektroforesis
f. Tes Hipersensitivitas
 Tes gores
 Uji tempel

32
 Tes intradermal
 Tes radioallergosorbent (RAST)

g. Tes Antigen-antibodi Khusus


 Radioimmunoassay
 Imunofluoresensi
 Aglutinasi
 Tes fiksasi komplemen
h. Tes Infeksi HIV
 Uji imunosorben terkait enzim (ELISA)
 Western blot
 Jumlah CD4 dan CD8
 Tes antigen P24
 Polymerase chain reaction (PCR

Table pemeriksan laboratorium pada pasien HIV


Reference: Brunner and Suddart (2010). Medical Surgical Nursing 12th Edition

4. Rotgen Thorax ; Penyakit Oportunistik TBC

33
II. Model Konseptual dan Teori Pencapaian Tujuan Imogene M King

Teori Imogene M King dikenal dengan ” interakting systems framework and Theory of Goal
Attainment ”, yaitu adanya interaksi antara perawat dan pasien pada pelaksanaan asuhan
keperawatan. Hubungan interaksi antara perawat dan pasien membawa pada pencapaian
tujuan. King menyatakan pencapaian tujuan merupakan sebuah konsep transaksi sebagai
komponen integral dalam teori ini. King menggunakan metode observasi non partisipan
untuk mengumpulkan informasi hubungan perawat – pasien dalam seting perawatan di rumah
sakit. Beragam interaksi diamati baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal
yang kemudian direkam sebagai data mentah, termasuk bagaimana alat untuk mencapai
tujuan dieksplor dan telah disepakati sebelumnya. Studi ini memberikan sebuah sistem
klasifikasi yang berguna dalam interaksi perawat – klien.

King mengusulkan suatu kerangka konsep keperawatan, yaitu pembentukan kerangka yang
menghubungkan perawat sebagai sistem utama pelayanan kesehatan, mengembangkan

34
konsep dan penerapannya dalam pengetahuan perawat dan suatu strategi untuk mencapai
tujuan yang sesuai dengan kerangka kerja.

A. Sistem Kerangka Terbuka King ” Three Interacting Sytems ”

King mengemukakan beberapa asumsi tentang dasar kerangka konsepnya, yang meliputi
asumsi tujuan keperawatan yaitu pelayanan kesehatan individu dan kelompok dan
manusia sebagai sistem terbuka yang berinteraksi dengan lingkungannya. Kerangka
konseptual terdiri dari tiga sistem yang saling berinteraksi, yaitu sistem personal
(individual), sistem interpersonal (kelompok) dan sistem sosial. Berikut diagram sistem
interaksi menurut King :

Gambar : Dynamic interacting systems(King, 1981 dalam Tomey & Alligood, 2006

1. Sistem Personal (individual)

Individu berada dalam sistem personal. Konsep yang perlu dipahami dalam sistem
personal antara lain :

a. Gambaran diri (body image)


Adalah Persepsi tentang diri individu sendiri dan persepsi orang lain tentang dirinya.
b. Pertumbuhan dan perkembangan ( growth & devolepment )
Perubahan yang terjadi pada individu secara terus menerus baik secara seluler,
molekuler dan tingkatan-tingkatan aktivitas perilaku yang kondusif untuk menolong
individu bergerak ke arah kedewasaan. Pertumbuhan dan perkembangan dapat
menggambarkan suatu proses dalam kehidupan dimana terjadi peningkatan
potensinya untuk mencapai aktualisasi diri.

c. Persepsi (perception)

35
Persepsi adalah menyalurkan energi dari lingkungan dan mengelompokkannya
melalui informasi, penyimpanan informasi dan menyampaikannya dalam bentuk
tingkah laku yang jelas. Persepsi adalah proses organisasi, interpretasi dan
transformasi data yang diingatnya melalui perasaan. Persepsi: adalah representasi
individu terhadap gambaran realita, seperti kesadaran diri terhadap object, orang-
orang dan kejadian.

d. Diri sendiri (self)

Merupakan pemikiran dan perasaan yang berkaitan dengan personalitas seseorang


yang berbeda dengan orang lain dan mempengaruhi pandangannya terhadap siapa
jati dirinya. Diri sendiri termasuk berbagai hal, sistim dari ide/ gagasan, sikap, nilai
dan komitmen-komitmen. Diri sendiri adalah lingkungan subjektif seseorang secara
keseluruhan. Hal ini merupakan pusat yang istimewa dari pengalaman dan
signifikansi. Diri sendiri menunjukkan dunia seseorang pada bagian dalam yang
dibedakan dari dunia luar yang terdiri dari orang lain dan berbagai hal. Diri sendiri
adalah individu seperti yang dikenal sebagai individu, adalah ketika kita mengatakan
"aku"

e. Ruang (space)
Ruang (space) ditandai dengan karakteristik universal. Semua orang mempunyai
beberapa konsep personal yang bergantung pada hubungan dengan situasi, dimensi,
area, jarak, waktu dan tanggapan yang berdasar pada persepsi masing-masing
individu. Ruang (space) dapat juga diartikan sebagai batasan tegas dari fisik dan
perilaku yang ditampakkannya.

f. Waktu
King menggambarkan waktu sebagai jangka waktu antar peristiwa satu dengan
peristiwa yang lainnya dan dipengaruhi oleh pengalaman masing-masing individu,
sehingga peristiwa yang satu dengan yang lain akan saling berhubungan.
2. Sistem Interpersonal
Sistem interpersonal dibentuk ketika dua atau lebih individu saling berhubungan,
pembentukan oleh dua orang atau tiga orang. Interaksi perawat dan pasien adalah satu
jenis dari sistim interpersonal. Keluarga, sebagai kelompok kecil, dapat dipertimbangkan

36
sebagai sistem interpersonal. Dalam sistim interpersonal diperlukan satu pemahaman
tentang konsep komunikasi, interaksi, peran, stres dan transaksi.

a. Komunikasi
Komunikasi didefinisikan sebagai proses pemberian informasi dari individu satu ke
individu yang lain secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi merupakan
komponen interaksi. Termasuk didalamnya perubahan tanda-tanda non verbal dan
simbol-simbol antara perawat – klien dengan lingkungan merupakan komunikasi.
b. Interaksi
Interaksi merupakan suatu proses persepsi dan komunikasi antara individu dengan
lingkungan dan antara individu yang satu dengan individu yang lain, diwujudkan
dengan perilaku verbal dan diarahkan untuk mencapai tujuan. Setiap individu yang
berinteraksi dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan dalam pengetahuan, tujuan,
pengalaman terdahulu dan persepsi.

c. Peran
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan dari individu yang memiliki
peraturan yang menjelaskan hak dan kewajiban. Jika harapan peran berbeda dan tidak
sesuai dengan yang terjadi, dapat menimbulkan konflik. Dan hal ini berdampak pada
penurunan keefektifan asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat.

d. Stres
Stres adalah tingkatan yang dinamis dalam interaksi individu – lingkungan. Stres
melibatkan perpindahan energi dan informasi antara individu – lingkungan untuk
pengaturan dan pengendalian stressor. Peningkatan stres dalam interaksi individu
dapat mempersempit bidang persepsi dan menurunkan kerasionalan. Peningkatan
stres juga berpengaruh terhadap intervensi keperawatan yang diberikan pada pasien.

e. Transaksi
Transaksi didefinisikan sebagai maksud dari interaksi untuk mencapai tujuan tertentu.

3. Sistem Sosial

Sistim yang saling berinteraksi secara menyeluruh yang terdiri dari kelompok
masyarakat, dikenal sebagai sistem sosial. Kegiatan keagamaan, bidang pendidikan dan

37
sistem pelayanan kesehatan adalah contoh-contoh dari sistem sosial. Pengaruh perilaku
terhadap pertumbuhan dan perkembangan individu yang berada dalam keluarga
ekstended di masyarakat adalah contoh lain dari pengaruh sistem sosial. Di dalam sistem
sosial, penting untuk memahami otoritas konsep, pengambilan keputusan, organisasi,
status.

a. Otoritas (autority )
Merupakan proses transaksi yang aktif dalam pengalaman seseorang untuk
memahami nilai yang berpengaruh, legitimasi dan menerimanya sebagai posisi
dalam organisasi berkaitan dengan otoritasnya.

b. Pengambilan keputusan ( decision making)


Adalah perubahan dan proses yang disengaja melalui proses memilih sesuai dengan
tujuan dengan mengidentifikasi aktivitas yang mungkin dilakukan oleh individu atau
group untuk mencapai tujuan.
c. Organisasi ( organization )
Dibentuk oleh individu yang memiliki peran yang diharapkan sesuai dengan
posisinya. Orang tersebut akan menggunakan berbagai sumber untuk mencapai
tujuan baik personal maupun organisasi.

d. Status
Status adalah hubungan seseorang di dalam grupnya dengan anggota lainnya dalam
satu grup atau grup yang satu dengan grup yang lainnya.

Konsep-konsep di dalam kerangka tersebut merupakan dimensi pengaturan dan


menunjukkan pengetahuan yang penting bagi pemahaman interaksi di antara ke tiga
sistem. Konsep yang ditempatkan dalam sistim personal karena mereka terutama
berhubungan dengan individu, sedangkan konsep yang ditempatkan dalam sistim
interpersonal karena menekankan pada interaksi antara dua orang atau lebih. Konsep
yang ditempatkan dalam sistem sosial karena mereka menyediakan pengetahuan untuk
perawat agar berfungsi di dalam sistim yang lebih besar (King, 1995a, p.18 – 19 dalam
Tomey & Alligood, 2006).

38
Bagaimanapun King dengan jelas telah mengidentifikasi bahwa konsep-konsep
yang berada di dalam kerangka itu tidak dibatasi hanya pada salah satu sistem yang
saling berinteraksi secara dinamik tetapi juga yang berseberangan dengan ketiga sistem
tersebut.

B. Konsep Utama Asumsi King

Filosofi personal King tentang manusia dan hidup mempengaruhi asumsi-asumsinya;


termasuk yang berhubungan dengan lingkungan, kesehatan, keperawatan, individu dan
interaksi perawat - pasien. Interaksi antara kerangka sistem dan teori pencapaian tujuan
didasarkan pada satu asumsi yang menyeluruh, berfokus pada keperawatan yaitu manusia
yang saling berinteraksi dengan lingkungan mereka, dan mendorong ke arah kesehatan
individu, dimana merupakan satu kemampuan untuk berfungsi dalam peranan sosial.

Proses interaksi manusia membentuk dasar untuk merancang suatu model transaksi,
dimana melukiskan pengetahuan teoritis yang digunakan oleh perawat untuk membantu
individu dan kelompok mencapai sasaran/tujuan.

Interaksi antara perawat dan pasien dalam model konseptual King

39
(http://www.ignou.ac.in/edusat/BNS/BNS101-Blk2-3-4/Block1en/67-80color.pdf)

King (1995b dalam Tomey & Alligood, 2006) menyatakan :

Penentuan tujuan timbal balik (antara perawat dan klien) didasarkan pada (a) pengkajian
keperawatan dengan memberi perhatian terhadap permasalahan dan gangguan kesehatan
yang dialami klien; (b) keterlibatan antara persepsi perawat dan persepsi klien; (c)
pemberian informasi terhadap masing-masing fungsi untuk membantu klien mencapai
sasaran/tujuan yang ingin dicapai. Empat konsep utama asumsi King meliputi :

1. Keperawatan (Nursing)
Keperawatan merupakan perilaku yang dapat diobservasi dan ditemukan dalam sistem
perawatan kesehatan yang ada di masyarakat. Tujuan keperawatan adalah untuk
membantu individu memelihara kesehatan mereka, sehingga mereka dapat menjalani
peran-peran mereka. Keperawatan adalah suatu proses interpersonal yang meliputi
tindakan/aksi, reaksi, interaksi dan transaksi. Persepsi perawat dan pasien juga
mempengaruhi proses interpersonal.

(a) Tindakan/aksi: proses awal hubungan dua individu dalam berperilaku, memahami,
mengenali kondisi yang ada yang digambarkan melalui hubungan perawat – pasien
dengan melakukan kontrak untuk pencapaian tujuan.
(b) Reaksi: bentuk tindakan yang terjadi akibat adanya aksi dan merupakan respon
individu
(c) Interaksi: bentuk kerjasama yang saling mempengaruhi antara perawat – pasien,
yang diwujudkan dalam bentuk komunikasi.
(d) Transaksi: kondisi dimana antara perawat dan psien terjadi suatu persetujuan dalam
rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan.

40
Peran keperawatan antara lain promosi, pemeliharaan dan mengawasi pasien yang sakit,
terluka dan sekarat. Fungsi perawat dalam hal ini adalah menginterpretasikan informasi
yang diperoleh ketika merawat dan merupakan proses merencanakan, menerapkan dan
melakukan evaluasi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.

2. Manusia (Person)
Merupakan asumsi spesifik yang berhubungan dengan manusia atau individu, terperinci
dalam asumsi-asumsi berikut :

(a) Individu adalah mahluk spiritual


(b) Individu mempunyai kapasitas untuk berpikir, mengetahui, membuat aneka pilihan,
dan memilih tindakan alternatif
(c) Individu mempunyai kemampuan memahami bahasa, budaya dan simbol-simbol lain
yang terekam
(d) Individu adalah sistem terbuka dalam transaksi dengan lingkungan. Transaksi berarti
juga bahwa tidak ada yang memisahkan antara manusia dan lingkungan
(e) Individu bersifat unik dan holistik, menjadi berharga dan hakiki, dan dapat membuat
pemikiran yang rasional dan membuat keputusan dalam berbagai situasi
(f) Individu berbeda dalam kebutuhan, keinginan dan tujuan/sasaran mereka

3. Kesehatan (Health)
Kesehatan berimplikasi pada penyesuaian berkelanjutan terhadap stres di dalam
lingkungan internal dan eksternal melalui penggunaan yang optimal dari sumber
dayanya untuk mencapai potensi maksimum untuk kegiatan sehari-hari.

4. Lingkungan (Environment)
King (1981 dalam Tomey & Alligood, 2006) percaya bahwa satu pemahaman tentang
tatacara manusia berhubungan dengan lingkungan untuk memelihara kesehatan adalah
hal yang essensial untuk perawat. Sistem terbuka berimplikasi pada interaksi yang
terjadi antara sistim dan lingkungan yang mengalami perubahan secara terus menerus.
Penyesuaian-penyesuaian dalam kehidupan dan kesehatan dipengaruhi oleh satu
interaksi individu dengan lingkungan.

41
BAB III

KASUS HIV DAN PENERAPAN TEORI IMOGENE KING

A. Deskrpsi Kasus HIV

Identitas Pasien

Nama (initial) : Tn H

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat /Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Desember 1990 (28 tahun)

42
Status : Belum Menikah

Pendidikan :S1

Masuk RS : 16 September 2019

BB Masuk : 48 kg

TB : 168 cm

IMT : 17 (Kurus)

DPJP : Dr. P

Tanggal Masuk RS : 16 September 2019

Tanggal Pengkajian : 17 September 2019

Tanggal Keluar : 17 Oktober

Diagnosa Masuk : Pnemonia

Diagnosa Akhir : RDS ec pneumonia dd curiga pneumocytis carinii

ODHA belum ARV

Pasien Tn. H (28 th) tgl 16 september 2019, pukul 19.55 datang jalan kaki ke IRJ ke Poli
Dr P. Kondisi pasien di poli, Ku: tampak lemah, kesadaran cm,akral dingin, capillary refiil > 3
detik, pernafasan tampak cepat, menggunakan cuping hidung dan otot-otot dada tambahan,
keluhan cepat lelah, batuk ada berdahak, suara nafas vesicular, wheezing-/-, ronchi +/+. Obs
TTV: TD = 120/90 S:36.6 N/HR: 109, RR: 34x/menit SpO2 79%, lalu perawat memberi 02 4
ltr/menit, diberi nebulizer Combivent+ Pulmicort, dan dipasang infus Asering 12 jam/kolf.
Dievaluasi naik S02: 92%. Pasien dianjurkan dirawat.

Saat Pengkajian, Ku: tampak lemah, kesadaran cm, akral dingin, tampak pucat, capillary
refill 3 detik, tampak sesak, menggunakan cuping hidung dan otot-otot dada tambahan, suara
nafas vesikuler, wheezing -/-, ronchi +/+, batuk ada, slmph ada, sulit dikeluarkan, warna
kuning, dibantu O2 binasal 3 l/menit. Abdomen supel, BU 10x/menit, tampak lesi kemerahan
berbatas tegas di kaki dan tangan dan gatal (pruritis popular eruption),serta tampak candidiasis
oral. Pasien mengatakan riwayat demam naik turun ± 2 minggu,batuk ada, dahak tidak ada,

43
badan cepat lelah bila beraktivitas jalan. 1 minggu ini merasa tidak enak badan, nafsu makan
turun, BB turun 5 kg dalam 1 minggu terakhir, diare tidak ada. Riwayat jatuh 3 minggu yll saat
mau mengantar ibu OS berobat ke RS. Obs: TD: 90/70mmHg, S: 36,4 C, N/HR: 108 x/menit,
P: 28x/menit, SO2: 95- 97%

Hasil lab 17-10-2020 : Hb: 12,0 g/dL, Ht: 37,7%, Leukosit: 4.820 /uL., Trombosit: 316rb,
Basofil: 0,2 %, Limfosit: 18,3 %, Albumin: 2,47 g/dL, Natrium: 133 mmol/L, Kalium: 4,0
mmol/L, Clorida: 105 mmol/L. Thorak Foto 17-10-20202: Infiltrat perihiler kanan dan
paracardial kanan kiri DD/ Pneumonia, TB Paru. Lab 18-09-2020: CD 4 Absolut: 9 sel/L,
CD4 1 %, CD8 Absolut 504 sel/L, CD 72%, Ket Lymphocyte T helper sangat kurang, T
suppressor normal. AntiHIV Elisa Reagen I, II dan III: Reaktif. EKG: Sinus Tachcardia. Hasil
Broncoscopy 21-09-2019: Peradangan bronkus.

Terapi yang diberikan: O2 3l/menit, Asering 12 j/kolf, Nebulizer: Combivent dan


Pulmicort 3x1, Micostatin 3x10 tetes, Cotrimoxazole 480 mg 4x2 tb, Fluconazole 1x500 mg
PO, Bisolvon 3x1 amp IV, Farmadol 2x 500mg IV, Lameson 3x 250 mg IV, Avelox 1x 400mg,
Ceftum 2x1 gram IV dan Gentamycin 1x 160 mg.

Masalah yang ada pada pasien yang berhubungan dengan teori Imogene King, (1)
Bersihan jalan tidak efektif b.d penumpukan slymp (2) Ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh b.d asupan diit kurang (3) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik, (4)
Kecemasan b.d perubahan status kesehatan (5) Kerusakan integritas kulit b.d penurunanan
imunitas. Intervensi keperawatan yaitu sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada pasien,
serta diagnose yang diangkat dan ditemukan. Pelaksanaan dilakukan sesuai intervensi yang ada,
diantaranya memonitor tanda-tanda vital pasien, membantu dan mendampingi kebutuhan ADL
pasien, mengajarkan cara batuk efektif, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, memberi
porsi makan kecil tapi sering, mengobservasi keadaan kulit pasien, berkolaborasi dalam
pemberian oksigen dan mengkaji tingkat kecemasan pasien. Setelah melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien, pada saat evaluasi pasien masih tampak sesak, keluhan lelah dan
sesak saat mobilisasi masih ada walau sudah bisa bertahap ke KM, nafsu makan sudah mulai
sedikit meningkat, kecemasan masih ada, dan lesi pada ektemitas dan luka pada mulut masih
ada walau sedikit berkurang. Maka intervensi keperawatan masih terus dilanjutkan.

44
Hasil Penunjang

17/09/2019

Hasil Lab tgl 18/9/2019

Hasil lab 20/09/2019

Hasil lab 21/09/2019

45
Hasil Lab 22/09/2019

HASIL LAB 23/09/2109

HASIL LAB 21/09/2019

HASIL LAB BRONCOSCOPY 21/9/2019

46
B. Proses Keperawatan HIV dengan Pencapaian Tujuan Menurut Model Imogene M. King

Pengkajian Keperawatan Pencapaian Tujuan Menurut Model Imogene M. King

1. Sistem Personal

a. Pengkajian Persepsi

Sebelum Sakit

47
Sebelum sakit yang diawali demam naik turun ±2 minggu yang lalu, pasien mengatakan
selama ini baik-baik saja. Tidak pernah dirawat ataupun mengalami penyakit serius, Pasien
mengatakan bila sakit hanya batuk, pilek, demam, dan sesak biasa saja. Penyakit tersebut bisa
sembuh dengan beristirahat beberapa hari saja dirumah.

Saat Sakit

Pasien mengatakan sudah demam naik turun sejak ±2 minggu yang lalu, batuk ada, dahak ada
sulit dikeluarkan, merasa sesak dan cepat lelah bila beraktivitas. Bahkan, pasien mengatakan
sempat terjatuh 3 minggu yang lalu dirumah saat ingin mengantarkan ibunya yang sedang
stroke untuk berobat ke RS. Pasien mengatakan cepat lelah selama 1 minggu ini, dan merasa
tidak enak badan. Pasien selama 1 minggu ini mengalami penurunan berat badan sebanyak 5
kg, pasien berpikir demam dan sesak ini yang menyebabkan kurang nafsu makan dan turun
berat badan. Selain itu pasien juga mengatakan ada batuk sesekali tapi tidak ada dahak.

Saat pengkajian: Keadaan umum tampak lemah, kesadaran cm,akral dingin, perfusi capillary
refill 3 detik, tampak sedikit sesak, suara nafas vesikuler, wheezing -/-, ronchi +/+, batuk ada,
slmph ada warna kuning kehijauan, dibantu O2 binasal 3 l/menit. Obs ttv: TD: 90/70mmHg,
S: 36,4 C, N/HR: 108 x/menit, P: 28x/menit, SO2 : 95- 97%.

b. Pengkajian Diri

Pasien mengatakan merasa cemas dengan penyakit yang dialami saat ini. Penyakit ini
menganggu peran dan aktivitas pasien sehari-hari, baik fisik dan psikologis pasien.

1. Respirasi
Pasien tampak sesak dan cepat lelah terlebih bila saat mobilitas, pasien tampak pucat, sianosis
tidak ada. Pernapasan cepat menggunakan cuping hidung dan menggunakan otot-otot dada
tambahan. Pergerakkan dada simetris, suara napas vesicular, wheezing -/-, ronchi +/+, batuk
ada, sylmph ada warna kuning kehijauan sulit dikeluarka. Dibantu O2 3 l/menit. Obs TTV:
TD: 90/70mmHg, S: 36,4 C, N/HR: 108 x/menit, P: 28x/menit, SO2 : 95- 97%. Hasil lab :
Hb: 12,0 g/dL, Ht: 37,7%, Leukosit: 4.820 /uL., Trombosit: 316rb, Basofil: 0,2 %, Limfosit:
18,3 %. Thorak Foto 17-10-20202 : Infiltral perihilar kanan dan paracardial kanan kiri DD/
Pneumonia, TB Paru. Pemeriksaan Broncoscopy (21/9/2018): Peradangan Bronkus

48
2. Sirkulasi
Pasien tampak pucat dan sianosis tidak ada, merasa cepat lelah bila beraktivitas. Conjunctina
tidak anemik dan sklera tidak ikterik. CRT 3 detik, akral teraba dingin, tidak tampak edema
pada badan. Ku tampak sakit sedang, kesadaran cm, batas jantung normal, BJ normal,
Murmur (-), Ictus cordis tidak teraba. TD: 90/70mmHg, S: 36,4 C, N/HR : 108 x/menit, P:
28x/menit, SO2 : 95- 97%. Hasil lab : Hb: 12,0 g/dL, Ht: 37,7%, Leukosit: 4.820 /uL.,
Trombosit: 316rb, Basofil: 0,2 %, Limfosit: 18,3 %
Hasil EKG : Sinus Tachcardia.
3. Nutrisi
Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan berar badan turun 5 kg dalam 1 minggu, selama
sakit. Saat pengkajian pasien tampak kurus dan mukosa bibir tampak kering, tampak
candidiasis oral pada mulut. Kemampuan mengunyah dan menelan pasien baik. Muntah dan
mual tidak ada, hanya nafsu makan saja yang berkurang. Pasien di timbang BB: 48kg, TB :
168 cm, IMT : 17 ( Kurus). Saat di rawat di RS pasien diberi makan via oral, lunak TKTP,
porsi kecil dan sering. Dan dianjurkan keluarga membawa makanan kesukaan, diberi putih
telur 2 butir/hari. Porsi yang dimakan pasien selalu habis hampir 1 porsi. Minum dalam sehari
bisa kurang lebih 8 gelas dengan tambahan susu, jus dan air kacang hijau. Hasil Lab: Hb:
12,0 g/dL, Ht: 37,7%, Leukosit: 4.820 /uL., Trombosit: 316rb, Basofil: 0,2 %, Limfosit: 18,3
%, Albumin: 2,47 g/dL, Natrium: 133 mmol/L, Kalium: 4,0 mmol/L, Clorida: 105 mmol/L.
Pasien diberi terapi Mycostatin 3x 10 tetes dan Albuminar 25 % 100cc sebanyak 1 flc/hari
selama 3 hari
4. Eliminasi
Eliminasi Fekal
Pasien mengatakan sebelum sakit biasa BAB sehabis makan, dengan konsistensi lembek,
cukup banyak dan berisi, tidak ada diare. Setelah sakit, karena asupan makan berkurang,
pasien BAB 2 hr sekali dengan konsistensi lembek, sedikit dan berbentuk. Diare tidak ada.
Pasien dibantu dan didampingi ketika diantar ke KM, karena mengeluh sesak, diajarkan
Teknik relaksasi.
Eliminasi Urin

49
Pasien mengatakan untuk eliminasi urin tidak ada masalah. Urin berwarna kuning jernih, bauk
has, frekuensi BAK 6-7 x sehari. Tidak ada keluhan nyeri atau berdarah. Pasien dibantu dan
didampingi ketika diantar ke KM, karena mengeluh sesak, diajarkan teknik relaksasi.
5. Sistem Imun dan Integumen
Pasien mengatakan pasien lupa lesi sejak kapan pada kaki dan tangan, mungkin kurang lebih
selama 6 bulan terakhir ini. Pasien mengatakan gatal pada kaki dan tangan ada. Tampak lesi
kemerahan berbatas tegas di kaki dan tangan dan gatal (pruritis popular eruption) Rambut
pasien ditemukan dermatitis seboroik, tampak kulit kepala terkelupas, ruam merah bersisik
dan berketombe , rambut tampak sedikit rontok terlihat pada bantal tempat tidur, tetapi saat di
Tarik rambut tidak rontok dan patah, alopesia tidak ada, pediculus humanus tidak ada. Kulit
tampak kering dan teraba sedikit dingin. Pada mulut tampak adanya candidiasis oral, pasien
mengatakan sudah ada kurang lebih 3 minggu ini, sehingga sedikit sulit untuk makan dan
tidak nafsu makan. Hasil laboratorium ditemukan CD 4 Absolut: 9 sel/L, CD4 1 %, CD8
Absolut 504 sel/L, CD 72%, Ket Lymphocyte T helper sangat kurang, T suppressor normal.
AntiHIV Elisa Reagen I, II dan III: Reaktif.
6. Muskuloskeletal
Pasien mengatakan riwayat jatuh 3 mimggu yang lalu dirumah saat ingin mengantar ibu ke
RS. Tapi tidak ada keluhan nyeri, atau memar disekitar badan. Pasien hanya mengeluh cepat
Lelah dan lemas. Untuk pergerakkan dalam beraktivitas tidak ada masalah.
7. Neurologis
Pasien tampak sakit sedang, kesadaran cm (GCS 15), akral hangat, perfusi cukup, disorientasi
(tempat waktu dan orang) tidak ada, tidak ada gangguan syaraf karnial, kemampuan berjalan
dan pergerakkan baik, hanya pasien merasa cepat lelah dan sesak bila mobilisasi banyak.
Memori dan kemampuan bahasa baik, serta fungsi kognitif baik. Pasien dapat menjawab
pertanyaan dengan focus dan terarah saat dikaji.
8. Seksual

Pasien belum mempunyai pacar, terakhir berpacaran 7 tahun yang lalu saat kuliah. Saudara
(Kakak pasien) mengatakan pasien introvert dan jarang bergaul. Setiap pulang kerja selalu
langsung pulang kerumah

c. Pengkajian Waktu dan Ruang

50
Pasien mengatakan kondisi menurunnya saat ini mungkin disebabkan oleh masa lalunya 7 thn
yang lalu saat kuliah. Menurut pasien, sejak setahun terakhir ini, bila sakit proses
penyembuhannya lama tidak seperti sebelum-sebelumnya. Terlebih dalam 3 minggu ini pasien
merasa kondisinya drop sekali, sampai tidak bisa melakukan aktivitas dan BB menurun 5 kg
dalam 1 minggu ini. Pasien membutuhkan semangat dari orang sekitarnya, baik dari pasien,
dokter dan keluarga.

d. Pengkajian Tumbuh Kembang


Pasien mengatakan tidak menahu dengan status vaksinasi yang didapat sewaktu kecil, dan tidak
bisa ditanyakan ke orang tua karena orang tuanya sedang sakit-sakitan. Tetapi selama ini pasien
tidak pernah dirawat hanya batuk pilek demam biasa, dan ini pertama kali pasien dirawat.
Pasien tidak pernah melakukan transfusi maupun donor darah sebelumnya. Pembedahan juga
tidak pernah dilakukan.

2. Pengkajian Interpersonal

a. Pengkajian Peran

Pasien merupakan laki satu-satunya, bungsu dari 3 bersaudara. Pasien dikenal oleh saudaranya
(kakak pertama) sebagai orang yang introvert dan jarang bergaul tetapi mempunyai tanggung
jawab dengan keluarga. Seperti merawat ibunya langsung setelah pulang berkerja, jarang sekali
bergaul dengan teman sebayanya apalagi mempunyai pacar. Di lingkungan social, pasien
adalah seorang sarjana yang bekerja sebagai guru di salah satu sekolah STM yang cukup
dikenal di Jakarta. Tetapi, semenjak sakit ini pasien sudah jarang beraktivitas, bahkan jarang
bekerja/mengajar ( ijin sakit) karena letak rumah dengan tempat pekerjaan sangat jauh dan
membuat lelah. Pasien menganggap justru penyakit nya saat ini karena pengaruh posisi letak
kantornya yang jauh, sehingga harus pergi berangkat subuh dengan motor, sehingga terkena
angin dan menyebabkan pasien merasa cepat lelah, demam dan sesak. Sehingga kondisi ini
sangat menggangu kinerja pasien di lingkungan kerjanya.

b. Pengkajian Transaksi (Pasien dan Perawat)

Pasien sangat terbuka dengan semua tenaga medis dan kooperatif. Mau terbuka bercerita
mengenai kondisi yang dialaminya kepada perawat dan harapan-harapannya kepada perawat.
Pasien mau dilibatkan dan berperan serta dalam proses penyembuhannya. Pasien

51
mengharapkan kondisinya saat ini dapat berangsur dengan baik dengan mau mengikuti arahan
dokter, perawat dan tenaga medis lainnya. Seperti pasien mau diajarkan teknik relaksasi nafas
dalam, dan mau melakukan latihan aktivitas bertahan, dengan dokter pasien bersedia di lakukan
pemeriksaan lanjut dan mengikuti terapi yang diberikan, berusaha menghabiskan makanan
yang sudah disiapkan dll. Semua diikuti pasien agar tercapai tujuannya untuk sembuh dan dapat
melakukan aktivitasnya sehari-hari.

c. Pengkajian Komunikasi

Pasien yang dikenal introvert dengan keluarganya, tetapi dengan perawat mau bersifat terbuka.
Setelah mengetahui kondisi penyakitnya, pasien mau bersama dengan perawat saling bertukar
pikiran untuk mencapai tujuan, yaitu kesembuhan pasien sendiri. Pada akhirnya pasien yang
awalnya ingin menyembunyikan penyakitnya, kini mau mengungkapkan penyakit yang
dialaminya kepada saudara perempuanya guna mempercepat kelancaran proses penyembuhan.
Walau pada akhirnya, pasien dengan kakak perempuannya merahasiakan penyakit pasien
dengan kedua orang tuanya, karena takut orang tuanya yang sudah tua dan sakit-sakitan ikut
stress. Pasien selalu ramah dan menuruti intervensi yang dilakukan tanpa rasa kesal dan marah.
Pasien merasa berterima kasih dengan bantuan dan pelayanan yang perawat berikan

d. Pengkajian Stress dan Koping

Pasien mengatakan cukup cemas dengan kondisinya saat ini, tidak seperti biasanya sakit yang
dialami saat ini mengalami kondisi yang serius. Penyakit ini sangat menggangu peran dan
aktivitasnya. Setelah dijelaskan mengenai kondisi penyakit oleh dokter, pasien berusaha
mengatasi kecemasan tersebut dengan berdoa dan medengar lagu-lagu rohani.Pasien merasa
lebih tenang, walau masih merasa bersalah atas kesalahan di masa lalunya. Pasien yang
berkeyakinan Budha mengatakan hanya berusaha, berdoa dan pasrah dengan kondisinya.
Pasien masih mengharapkan kesembuhannya dengan pendampingan dan dukungan
keluarganya.

e. Pengkajian Interaksi

Pasien mengatakan interaksinya selama ini dengan teman sebaya kurang bergaul, aktivitas nya
hanya pekerjaan dan keluarga, tanpa ada interaksi social. Pasien bahkan saat ini tidak punya
pacar, tetapi pasien mengatakan sewaktu kuliah dulu dia sempat berpacaran dengan 1 wanita

52
dan sempat berhubungan seksual 1 x saja. Pemakaian narkoba dan sejenis lainnya tidak pernah
dilakukan oleh pasien.

3. Sistem Sosial
a. Organisasi
Pasien dikenal introvert dan jarang bergaul. Kurang bersikap aktif, baik dalam lingkungan
rumah dan masyarakat
b. Pengambilan Keputusan
Pasien adalah anak satu-satunya laki bungsu, dari 3 bersaudara. Dalam pengambilan
keputusan pasien kurang diikut sertakan,menurut kakak pasien adiknya selalu menuruti apa
yang orang tua dan kakaknya katakan. Di lingkungan social pasien dalam pekerjaan, sebagai
guru honorer biasa.
c. Otoritas
Pasien seorang guru honorer biasa, jadi kurang berpengaruh dalam otoritas di lingkungan
kerja.
d. Status
Status pasien sebagai satu-satunya anak laki bungsu dan guru honorer di sekolah STM yang
cukup terkenal di Jakarta.

B. Analisa Data

No Data Fokus Masalah Etiologi


1. Data Subyektif: Bersihan jalan nafas Penumpukan slymp
- Pasien mengatakan sesak, batuk ada, tidak efektif
slmph ada sulit dikeluarkan warna
kuning kehijauan
Data Obyektif:
- Pernapasan cepat menggunakan
cuping hidung dan menggunakan
otot-otot dada tambahan.
- Pergerakkan dada simetris, suara
napas vesicular, wheezing -/-, ronchi

53
+/+
- Obs : TD: 90/70mmHg, S: 36,4 C,
N/HR : 108 x/menit, P: 28x/menit,
SO2 : 95- 97%.
- Thorak Foto 17-10-20202: Infiltral
perihilar kanan dan paracardial kanan
kiri DD/ Pneumonia, TB Paru.
Pemeriksaan Broncoscopy
(21/9/2018): Peradangan Bronkus
2 DS: Ketidakseimbangan Asupan diit kurang
Pasien mengatakan nafsu makan nurtrisi: Kurang dari
berkurang, Berat Badan turun 5kg kebutuhan tubuh
dalam 1 minggu
DO:
Kulit pasien tampak kering, dan pasien
tampak lemah
BB Masuk: 48 kg
TB: 168 cm
IMT: 17 (Kurus)
Hasil Lab: Hb: 12,0 g/dL, Ht: 37,7%,
Leukosit: 4.820 /uL., Trombosit:
316rb, Basofil: 0,2 %, Limfosit: 18,3
%, Albumin: 2,47 g/dL, Natrium: 133
mmol/L, Kalium: 4,0 mmol/L,
Clorida: 105 mmol/L
3 DS: Intoleransi aktivitas Kelemahan Fisik
Pasien mengatakan sesak dan lemah
bila beraktivitas
DO:
- Pasien tampak sesak dan lemah bila
beraktivitas

54
- Pernapasan cepat menggunakan
cuping hidung dan menggunakan
otot-otot dada tambahan
- Obs: TD: 90/70mmHg, S: 36,4 C,
N/HR : 108 x/menit, P: 28x/menit,
SO2 : 95- 97%.
4 DS: Kerusakan Integritas Penurunan Imunitas
Pasien mengatakan gatal pada kaki Kulit
dan tangan, lesi yang ada karena bekas
digaruk, dan nafsu makan berkurang
DO:
Pasien tampak candidiasis oral dan
pruritis purpura eruption (PPE) pada
kaki dan tangan, dan terdapat seboroik
dermatitis pada kulit kepala
5 DS: Kecemasan Perubahan status
Pasien menanyakan penyakitnya kesehatan
kepada dokter dan minta dijelaskan
hasil-hasil penunjang
DO:
Pasien sering berdoa dan
mendengarkan lagu-lagu rohani.
Pasien tampak sering bertanya
mengenai kondisi penyakitnya

C. Diagnosa Keperawatan

55
1. Sistem Personal
a. Bersihan jalan tidak efektif b.d penumpukan slymp
b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan diit kurang
c. Kerusakan integritas kulit b.d penurunanan imunitas
2. Sistem Interpersonal
a. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
b. Kecemasan b.d perubahan status kesehatan
3. Sistem Sosial
a. Kecemasan b.d perubahan status kesehatan

D. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Intervensi


NOC NIC
1. Ketidakefektifan bersihan  Tujuan: 1. Auskultasi suara nafas
jalan nafas b.d  Setelah diberikan tindakan 2. Monitor status oksigen
penumpukan slymp. keperawatan 3 x 24 jam pasien
Data Subyektif: bersihan jalan nafas efektif 3. Berikan oksigen nasal
- Pasien mengatakan 4. Ajarkan pasien tehnik
sesak, batuk ada, slmph Kriteria Hasil: nafas dalam dan batuk
ada sulit dikeluarkan  Airway bersih efektif
warna kuning kehijauan  Pasien mampu batuk 5. Lakukan fisioterapi
Data Obyektif: efektif dada
-Pernapasan cepat  Tidak ada sesak 6. Anjurkan intake cairan
menggunakan cuping  Tidak ada penggunaan otot yang cukup
hidung dan 7. Monitor saturasi
tambahan dan tidak ada
menggunakan otot-otot oksigen
pursed lips saat nafas
dada tambahan. 8. Berikan terapi inhalasi
 Suara paru bersih
-Pergerakkan dada dan bronchodilator
 RR dalam rentang normal
simetris, suara napas sesuai instruksi
vesicular, wheezing -/-,

56
ronchi +/+
- Obs: TD: 90/70mmHg, S:
36,4 C, N/HR: 108
x/menit, P: 28x/menit,
SO2: 95- 97%.
- Thorak Foto 17-10-
20202: Infiltral perihilar
kanan dan paracardial
kanan kiri DD/
Pneumonia, TB Paru.
- Pemeriksaan
Broncoscopy
(21/9/2018): Peradangan
Bronkus
2 Ketidakseimbangan nutrisi: Tujuan: 1. Kaji adanya alergi
kurang dari kebutuhan Setelah diberikan Tindakan makanan
tubuh b.d asupan diit keperawatan 3 x 24 jam 2. Identifikasi makanan
kurang kebutuhan nutrisi terpenuhi kesukaan pasien
DS: Kriteria Hasil: 3. Konsultasikan ahli gizi
Pasien mengatakan nafsu 1. Mampu mengidentifikasi untuk penyesuaian
makan berkurang, Berat kebutuhan nutrisi kalori
Badan turun 5kg dalam 1 2. Menunjukkan 4. Berikan makanan
minggu peningkatan fungsi terpilih
DO: pengecapan dan menelan 5. Berikan informasi untuk
Kulit pasien tampak 3. Terjadi peningkatan BB kebutuhan kalori
kering, dan lemah sesuai dengan tujuan 6.Jadwalkan implementasi
BB Masuk: 48 kg 4. Tidak terjadi penurunan medis dan keperawatan
TB: 168 cm BB tidak pada jam makan
IMT: 17 (Kurus) 5. Hasil laborat albumin, Hb 7.Monitor BB harian
Hb: 12,0 g/dL, Ht: 37,7%, dalam batas normal 8. Monitor kadar albumin,
Leukosit: 4.820 /uL., Hb, Ht berkala

57
Trombosit: 316rb, Basofil: 9. Berikan terapi
0,2 %, Limfosit: 18,3 %, kandidiasis pada mulut
Albumin: 2,47 g/dL, sesuai instruksi
Natrium: 133 mmol/L,
Kalium: 4,0 mmol/L,
Clorida: 105 mmol/L
3 Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi adanya
kelemahan fisik keperawatan selama 2x24 pembatasan klien
jam pasien bertoleransi dalam melakuka
DS: terhadap aktifitas dengan aktifitas
Pasien mengatakan sesak kriteria hasil: 2. Kaji adanya faktor
dan lemah bila beraktivitas - Berpartisipasi dalam yang menyebabkan
DO: aktifitas fisik tanpa kelelahan
- Pasien tampak sesak dan disertai peningkatan 3. Monitor nutrisi dan
lemah bila beraktivitas darah, nadi dan RR sumber energy yang
- Pernapasan cepat - Melakukan aktifitas adequate
menggunakan cuping sehari- hari secara mandiri 4. Monitor pasien akan
hidung dan - Keseimbangan aktifitas adanya kelelahan fisik
menggunakan otot-otot dan istirahat dan emosi secara
dada tambahan berlebihan
- Obs: TD: 90/70mmHg, 5. Monitor respon
S: 36,4 C, N/HR: 108 kardiovaskuler
x/menit, P: 28x/menit, terhadap aktifitas
SO2: 95- 97%. (Takikardi, disritmia,
sesak nafas,
diaphoresis, pucat dan
perubahan
hemodinamik.
6. Monitor pola tidur dan
lamanya istirahat
pasien

58
7. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
aktifitas yang dapat
dilakukan
8. Bantu untuk memilih
aktifitas yang mampu
dilakukan
9. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktifitas yang
diinginkan
10. Bantu pasien
untukmendapatkan alat
bantuan aktifitas
seperti kursi roda dan
kruk
11. Bantu aktifitas yang
disuka
4 Kecemasan b.d perubahan Setelah dilakukan 1. Gunakan
status kesehatan. asuhan selama 2 x 24 pendekatan yang
DS: jam kecemasan klien menenangkan
Pasien menanyakan teratasi dgn kriteria 2. Nyatakan dengan
penyakitnya kepada dokter hasil: jelas harapan
dan minta dijelaskan hasil-  Klien terhadap pelaku
hasil penunjang mampu pasien
DO: mengidentifikasi 3. Jelaskan semua
Pasien sering berdoa dan dan prosedur dan apa
mendengarkan lagu-lagu mengungkapkan yang dirasakan
rohani. gejala cemas selama prosedur

59
Pasien tampak sering  Mengidentifikasi, 4. Temani pasien
bertanya mengenai kondisi mengungkapkan untuk
penyakitnya dan menunjukkan memberikan
tehnik untuk keamanan dan
mengontol cemas mengurangi takut
 Vital sign dalam 5. Berikan informasi
batas normal faktual mengenai
 Postur tubuh, diagnosis,
ekspresi wajah, tindakan
bahasa tubuh dan prognosis
tingkat aktivitas 6. Libatkan
menunjukkan keluarga untuk
berkurangnya mendampingi
kecemasan klien
7. Instruksikan pada
pasien untuk
menggunakan
tehnik relaksasi
8. Dengarkan
dengan penuh
perhatian
9. Identifikasi
tingkat
kecemasan
10.Bantu pasien
mengenal situasi
yang
menimbulkan
kecemasan
11.Dorong pasien
untuk

60
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi
5 Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan 1. Anjurkan pasien
b.d penurunanan imunitas. tindakan keperawatan untuk
selama 3 x 24 jam menggunakan
DS: Gangguan integritas pakaian yang
Pasien mengatakan gatal kulit berkurang longgar
pada kaki dan tangan, lesi dengan kriteria hasil: 2. Jaga kebersihan
yang ada karena bekas - Integritas kulit kulit agar tetap
digaruk, dan nafsu makan yang baik bisa bersih dan kering
berkurang dipertahankan 3. Monitor kulit akan
DO: - Melaporkan adanya
Pasien tampak candidiasis adanya gangguan kemerahan
oral dan pruritis purpura sensasi atau nyeri 4. Memandikan
eruption (PPE) pada kaki pada daerah kulit pasien dengan
dan tangan. Serta seboroik yang mengalami sabun dan air
dermatitis pada kulit gangguan hangat
kepala, tampak berketombe - Menunjukkan 5. Jaga kebersihan
pemahaman alat tenun
dalam proses
perbaikan kulit
dan
mencegah
terjadinya
cedera berulang
- Mampu
melindungi kulit
dan
mempertahankan

61
kelembaban kulit
dan perawatan
alami
- Status nutrisi
adekuat
- Sensasi dan
warna kulit
normal

62
BAB IV

PEMBAHASAN

Menganalisa proses asuhan keperawatan dengan menggunakan penerapan teori pencapaian


tujuan Imogene M King dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien HIV-AIDS dengan
proses asuhan keperawatan secara umum. Proses asuhan keperawatan terdiri dari Pengkajian,
penyusunan diagnose keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

Dalam studi kasus ini, kelompok membahas proses asuhan keperawatan berdasarkan kasus
riil pasien Tn. H dengan HIV-AIDS, yang dirawat di Rumah Sakit. Kelompok tidak melaksanakan
proses asuhan keperawatan secara utuh samapai ke implementasi dan evaluasi, karena kelompok
tidak langsung melakukan asuhan keperawatan pasien tersebut. Kelompok menguraikan tentang
proses asuhan keperawatan pasien ini dari pengkajian, penyusunan diagnose keperawatan dan
intervensi keperawatan menggunakan substansi dari proses asuhan keperawatan berdasar teori
pencapaian tujuan Imogene M King.

Proses asuhan keperawatan dimulai dengan pengkajian. Pengkajian yang dilakukan


menggunakan penerapan teori Imogene M King, dimana dalam proses interaksi antara perawat dan
pasien, disini perawat dengan kemampuan dan ketrampilan khusus yang dimilikinya, menggali
pengetahuan pasien tentang dirinya, persepsi, masalah yang menjadi perhatian.Selama pengkajian
perawat melakukan pemeriksaan fisik, mengukur tanda vital, mengumpulkan data pada paien
sebagai diri mereka yang terdiri dari system tubuh seperti, pernafasan, pencernaan, urinary,
integument, musculoskeletal, neurologi, hasil dari pemeriksaan penunjang yang merupakan respon
fisiologis tubuh. Manusia juga mempunyai persepsi, peran, Riwayat tumbuh kembang, ruang dan
waktu. Dalam system interpersonal, perawat juga melakukan pengkajian terhadap bagaimana pasien
berinteraksi, mempunyai umpan balik atau aksi, cara berkomunikasi dan bagaimana pasien dalam
menghadapi stress dan pilihan koping pasien. Persepsi merupakan dasar untuk mengelompokkan
dan interpretasi data. Komunikasi menjadi bagian penting untuk memvalidasi keakuratan data yang
diperoleh Bersama pasien. Secara garis besar pengkajian dengan menggunakan teori Imogene M
King mencakup pengkajian secara umum.

63
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan penggunaan teori M King. Kelebihannya antara lain:

1. Teori ini merupakan penggabungan dari beberapa disiplin ilmu seperti keperawatan, sosiologi
dan psikologi, maka dalam mengkaji masalah pasien lebih dieksplore dari persepsi pasien
tentang pengetahuannya terhadap diri pasien secara terperinci, dan harapannya terhadap
perawat.
2. Mengedepankan interaksi dan partisipasi aktif dari pasien, sehingga masalah, pengambilan
keputusan, penyusunan tujuan dapat disusun Bersama.

Sedangkan kekurangan dari teori King adalah,

1. Membutuhkan interaksi dan partisipasi aktif dari pasien sehingga apabila pasien jatuh dalam
kondisi tidak sadar (pasien tidak dapat diajak berkomunikasi), maka teori M King ini tidak
dapat dipergunakan.
2. Dari segi perawat, untuk dapat melakukan pengkajian pada pasien sesuai dengan teori ini,
perawat harus memahami konsep kerja teori M King dan hakikat manusia seutuhnya.

Untuk diagnose keperawatan, menggunakan pola NANDA, prioritas disusun sesuai dengan masalah
kesehatan yang paling dirasakan mengganggu kenyamanan dan aktifitas pasien. Intervensi disusun
berdasarkan sesuai dengan pola NANDA NIC NOC.

64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

HIV salah satu dari gangguan pada system immune disebabkan oleh virus yang
menyebabkan terjadinya imunodefisiensi, pada kondisi terjadinya oportunistik maka menjadi
AIDS. Perawat melakukan pengkajian pada pasien HIV dengan anamnesa, inspeksi, palpasi
dan perkusi dengan pengkajian terfokus pada system immune. Beberapa ciri khas infeksi
oportunistik pada pasien HIV seperti diare, TBC, Candidiasis, sarcoma caposi. Pemeriksaan
penunjang diperlukan untuk menegakkan diagnose dengan laboratorium: AntiHIV, CD4,
ELLISA dan western Blot dan rontgen thoraks.

Model konsep yang digunakan dalam asuhan keperawatan pada pasien HIV kelompok
memilih theory Imogene M. King, yaitu teori pencapaian tujuan dengan interaksi anata pasien
dan perawat. Pengkajian pada kasus Tn. H menggunakan model teori Imogene M. King,
berdasarkan pengkajian diagnose utama pada kasus tersebut adalah gangguan bersihan jalan
nafas

B. Saran
1. Implementasi Theory pencapaian tujuan yang di adaptasi dari teori Imogene M.King pada
kasus HIV ini pada pengkajian saja, saran untuk selanjutnya dalam intervensi dan
implemetasi penggunakan teori tersebut sampai dengan implemenasi.
2. Melakukan penelitian efektifitas theory Imogene M.King terhadap kasus HIV AIDS
3. Menggunakan theory lain pada kasus HIV pada pasien lain untuk melihat perbandingan
efektifitas theory yang digunakan

65
Daftar Pustaka

Bruner &Suddart ( 2001) Keperawatan Medikal bedah edisi 8. EGC. jakarta


Bruner &Suddart (2003). Medical-surgical_nursing-10th-edition, page 1626

Hartono. (2013). Buku Ajar pemeriksaan Fisik dan Riwayat kesehatan Bates ed. 8. Hal 168 - 169

Patricia and Dorrie. (2013). Critical Care Nursing: A Holistic Aproach, 10 ed. Hal 1034 – 1036
Springhouse .(2005). Professional guide to assessment. ProQuest Ebook Central
Sylvia dan Lorraine. (1995). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit.
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/lupus/multimedia/lupus-facial-rash/img-20007730
CDC (2020). “HIV Basiv” https://www.cdc.gov/hiv/basics/index.html
Nurarif.(2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC
Jilid 2. Jakarta : Mediaction.
Alligood. (2017). Pakar Teori Keperawatan dan karya mereka. Singapore: Elsevier.
Black.(2014). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Singapore: Elsevier
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/lupus/multimedia/lupus-facial-rash/img-20007730
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.creative-biolabs.com
%2Fcomplement-therapeutics%2Fhashimoto-disease.htm

66

Anda mungkin juga menyukai