Anda di halaman 1dari 27

PENGKAJIAN SISTEM GASTRO HEPATO-BILIER

1. Anatomi fisiologi
Abdomen
Salah satu bagian penting dalam tubuh manusia adalah abdomen atau perut. Dalam
rongga abdomen terdapat bermacam – macam organ penting yang menunjang
kelangsungan hidup manusia tersebut. Pada bagian terluar dari abdomen adalah dinding
abdomen yang terdiri dari kulit, fascia superfisialis, lemak, otot – otot, fascia tranversalis
dan parietal peritonium ( Shaikh, 2014 ). Selain itu juga posisi abdomen berada diantara
thorak dan pelvis ( Moore, 2014 ).
Pada abdomen terdapat empat kuadran yang dibagi dari bagian midline dan bagian
transumbilical ( Pansky, 2013 )

Bagian kanan atas terdiri dari kantong empedu, bagian kiri atas terdiri dari
gastrointestinal dan limfa, bagian kanan bawah terdiri dari cecum, ascending colon dan
usus kecil, bagian kiri bawah terdiri dari desending colon, sigmoid colon, usus kecil.
Terdapat 2 jenis linea yang terdapat pada abdomen, yaitu;
 Garis tampak
Linea alba ;merupakan pita fibrosa yang merupakan persatuan aponeurosis dari otot-
otot dinding anterior abdomen. Garis ini membentang di linea media anterior dari
proc. Xyphoideus hingga ke simphisis pubis
Linea semilunaris ;merupakan garis yang terletak pada pinggir lateral m. rektus
abdomen (MRA) dan menyilang pinggir costae pada ujung cartilage cost IX.
 Garis khayal (tidak tampak)
Garis khayal pada dinding abdomen berfungsi membagi dinding cavum abdomen
menjadi 9 regio dan 4 kuwadran. Terdiri atas linea midclavicular dextra dan sinistra,
linea transpylorica, dan linea tanstuberculosis.
Berikut adalah daftar organ yang ada pada masing-masing region :
 Hipokondrium dextra : hepar, vesikavellea, flexura coli dex, glandula suprarenalis
dex
 Epigstrium : gaster, pancreas, duodenum pars superior, hepar
 Hipokondrium sinistra : lien, cauda prancreas, gaster, lobus hepatic sin, fleksura
coli sin, galndula supra renalis sin
 Lumbal sinistra (Flank) : colon descendence, ren sin, glandula supra renalis sin,
ureter sin.
 Umbilicus : jejenum, ileum, duodenum, colon transversum, gaster
 Lumbal dexra (Flank) : ren dex, ureter dex, glandula supra renalis dex, colon
ascendence
 Iliaca/inguinal dex : caecum, appendix, ovarium dx
 Supra pubis/hypogastrium : uterus, vesika urinarius, rectum.
 Iliaca/inguinal sin : colon sigmoidea, ovarium sinistra.
Batas cavum abdomen
 Cranial : diaphragm
 Caudal : diaphragm pelvis
 Anterior : m. rectus anatomi, m. pyramidalis, bagian anterior dari m. obliques
abdominis eksternus, m. obliques abdominis internus, dan m. transverses abdominis.
 Posterior : corpus dan discus intervertrebralis lumbal I-V, crus diaphragma, m. psoas
major, m. psoas minor, m. iliacus, m. quadratus lumborum, ala ossisilii.
 Lateral : m. obliques abdominis eksternus, m. obliques abdominis internus, m.
transverses abdominis, m. iliacus, dan coxae.
Otot abdomen
 M. obliquus abdominis eksternus (MOAE)
Berasal dari permukaan luar 8 (costa5-12) costa terbawah dan menyebar untuk
berinsersio pada proc. Xypoideus, linea alba, crista pubica, tuerculum pubikum, dan ½
anterior crista iliaca.
 M. obliquus abdominis internus (MOAI)
Terletak di bawah MOAE. Otot ini berasal dari fascia lumbalis, 2/3 anterior crista
iliaca, dan 2/3 lateral lig. Inguinalis dan berinsersio di tepi bawah 3 costa bagian
belakang dan cartilage costanya, proc. Xypoideus, linea alba, simpisis pubis.
 M. transversus abdominis (MTA)
Otot ini terletak di bawah MOAI. Otot ini berasal dari permukaan dalam 6 cartilago
costae terbawah, facia lumbalis, 2/3 anterior crista iliaca, dan 1/3 lateral lig. Inguinal
dan akan berinsersio pada proc. Xypoideus, linea alba, dan simpisis pubis.
 M. rectus abdominis (MRA)
Otot ini berasal dari depan simpisis pubis dan Krista iliaca dan berisersio di cartilagae
costa V, VI, XII, dan proc. Xiphoideus.
 M. pyramidalis
Tidak semua orang memiliki otot ini. Otot ini berasal dari permukaan anterior pubis
dan berinsersio di linea alba. Otot ini terletak di depan bagian bawah MRA.

Lapisan dinding abdomen urut dari superficial ke profunda


 Cutis
 Subcutis, terdiri atas:
 Fascia camper
Mengandung peniculus adiposus (lemak). Lapisan ini juga membungkus daerah
perineum sebagai fascia superfisialis perineii. Pada laki-laki fascia ini bersatu dengan
fscia scarpa membentuk tunika dartos sebagai salah satu lapisan pembungkus dari testis.
 Fascia scarpa
Lapisan membranous yang tidak mengandung lemak.
 Fascia superfisialis abdomen
Pada punggung merupakan lanjutan dari fascia musculi lattisimus dorsi. Di daerah
thoraks merupakan lanjutan dari fascia pektoralis. Di caudal lig. Inguinal melanjut
sebagai fascia lata. Pada scrotum melanjut sebagai fascia spermatika eksterna.
 Musculi abdominis
 Kelompok antero lateral : MOAE, MOAI, MTA, MRA, m. pyrmidalis.
 Kelompok posterior : m. psoas major, m. psoas minor, m. iliacus, m. quadratus
lumborum.
 Fascia profunda/fascia transversa abdominis
Lapisan tipis yang dipisahkan dari peritoneum parietal oleh jaringan ekstraperitoneal
 Jaringan lemak ekstraperitoneal
 Peritoneum parietal
 Peritoneum visceral
Gaster
Gaster adalah rongga seperti kantong berbentuk J yang terletak di antara esofagus dan
usus halus. Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrien, air, dan
elektrolit dari makanan yang kita telan ke dalam lingkungan internal tubuh. Sistem
pencernaan melakukan empat proses pencernaan dasar yaitu: motilitas, sekresi, digesti,
dan absorpsi (Guyton, 2014). Ketika tidak ada makanan, mukosa lambung berbentuk
lipatan yang besar, disebut rugae, dapat dilihat dengan mata telanjang. Pada saat terisi
makanan, rugae menghilang dengan lancar seperti alat musik akordion dimainkan.
Mukosa lambung terdiri dari tiga sel sekresi: sel chief, sel parietal, dan sel mukus. Sel
chief menyekresi enzim pepsinogen, sel parietal menyekresi asam klorida yang
mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin, dan sel mukus menyekresi mukus untuk
melindungi gaster (Rizzo, 2016). Gaster bekerja dengan memperkecil partikel makanan
menjadi larutan yang dikenal dengan nama kimus. Kimus tersebut mengandung fragmen
molekul protein dan polisakarida, butiran lemak, garam, air, dan berbagai molekul kecil
lain yang masuk bersama makanan. Tidak ada ada molekul-molekul tersebut yang dapat
melewati epitel gaster kecuali air. Absorpsi paling banyak terjadi di usus halus
(Widmaier, Raff, dan Strang, 2014).
Gaster terbagi atas 5 daerah secara anatomik yaitu : pars cardiaca, bagian gaster yang
berhubungan dengan esofagus dimana didalamnya terdapat ostium cardiacum. Fundus
gaster, bagian yang berbentuk seperti kubah yang berlokasi pada bagian kiri dari kardia
dan meluas ke superior melebihi tinggi pada bagian gastroesofageal junction. Korpus
gaster, merupakan 2/3 bagian dari lambung dan berada di bawah fundus sampai ke
bagian paling bawah yang melengkung ke kanan membentuk huruf “ J “ Pars pilori,
terdiri dari dua bangunan yaitu anthrum pyloricum dan pylorus. Didalam antrum
pyloricum terdapat canalis pyloricus dan didalam pylorus terdapat ostium pyloricum
yang dikelilingi M. sphincter pyloricus. Dari luar M. sphincter pylorus ini ditandai
adanya V. prepylorica (Mayo)

Gaster terdiri dari beberapa lapisan, yaitu tunika mukosa (epitel, lamina propia,
muskularis mukosa), submukosa, tunika muskularis, dan tunika serosa. Mukosa gaster
dilapisi oleh epitel kolumner simpleks non goblet, peralihan jenis sel yang sangat nyata
terdapat pada celah gastroesofageal, yaitu dari epitel skuamous simpleks menjadi epitel
kolumner simpleks.
Mukosa gaster yang kosong mengadakan lipatan-lipatan yang memanjang, atau rugae,
dan akan menjadi rata jika gaster dalam keadaan penuh sehingga permukaan relatif licin.
Namun, bila diamati lebih dekat tampak alur pola sempit saling berhubungan yang
membatasi daerah-daerah cembung berdiameter 2-4mm. Bila daerah ini diamati dengan
pembesaran, masing-masing ditandai dengan banyak sekali foveola gastrika dangkal.
Pada gambaran histologik, foveola itu tampak sebagai invaginasi tubuler epitel
permukaan, yang merupakan tempat muara dari kelenjar gaster yang tubular panjang
yang menempati sebagian besar dari mukosa. Mukosa gaster biasanya ditutupi oleh lapis
mukus pelumas yang melindungi epitel terhadap abrasi oleh makanan. Lamina propia
terdiri atas anyaman longgar serta retikuler dan kolagen dan sedikit sekali elastin. Selain
fibroblast, anyaman fibrosa ini mengandung limfosit, eosinophil, sel mast dan beberapa
sel plasma. Disini terdapat banyak kelenjar. Umumnya terdapat kumpulan kecil-kecil
jaringan limfoid. Submukosa adalah lapis jaringan ikat padat yang cukup tebal dengan
berkas serat kolagen kasar dengan banyak serat elastin. Terdapat banyak selsel limfosit,
eosinophil, sel mast dan sel plasma. Sedikit sel adiposa terdapat disini. Pada lapis ini
pula terdapat banyak arteriol, sebuah pleksus venosus dan jaringan limfe. Tidak dijumpai
adanya kelenjar. Otot dinding lambung dikatakan terdiri dari tiga lapis otot yaitu obliq,
sirkuler, longitudinal, namun lapis-lapis ini saling menyatu pada bidang temunya dan
tidak jelas batas-batasnya. Kontraksi muskularis diatur dengan amat tepat oleh pleksus
saraf otonom di antara lapis-lapis ini. Tunika serosa merupakan lapisan yang melapisi
gaster.

Kelenjar gaster dibagi menjadi tiga zona, yaitu kelenjar kardiaka, kelenjar oksintik, dan
kelenjar pilorus. Kelenjar kardiaka berbentuk tubular panjang yang muncul dari foveola
dangkal dalam zona sempit (1-3cm) di sekitar batas antara esofagus dan gaster.
Kebanyakan dari kelenjar kardiaka menghasilkan gastrin, sebuah hormon polipeptida
yang merangsang aktivitas sekresi kelenjar dalam korpus, dan mempengaruhi motilitas
gaster. Kelenjar oksintik merupakan kelenjar fundus dan korpus yang menghasilkan
sebagian besar getah gaster. Satu sampai tujuh kelenjar muncul dari satu foveola.
Kelenjar oksintik meluas ke bawah. Menempati sebagian besar ketebalan mukosa.
Kelenjar oksintik memilik tiga tipe utama sel, yaitu sel zimogenik (chief cell), sel
parietal, dan sel mukus (neck cell). Sel zimogenik mensekresikan pepsinogen yang akan
diubah menjadi pepsin pada keadaan asam. Sel parietal mensekresikan asam hidroklorida
(HCl) dan faktor intrinsik. Sedangkan sel mukus berfungsi untuk mensekresi mukus.
Kelenjar pilorus menempati 4 sampai 5 cm gaster bagian distal. Di daerah ini, foveola
gastrika lebih dalam daripada di bagian korpus gaster, menjulur ke bawah sampai
setengah tebal mukosa. Kelenjar pilorus memiliki lumen lebih besar dan lebih bercabang
dan berkelok daripada kelenjar oksintik. Jenis sel utama adalah sel penggetah-mukus
yang mirip dengan sel mukus dari kelenjar oksintik. Selain mukus, sel-sel ini mensekresi
enzim lisozim yang secara efektif menghancurkan bakteri.
Gaster merupakan organ yang berfungsi sebagai reservoar, alat untuk mencerna makanan
secara mekanik, dan kimiawi. Makanan yang ditelan mengalami homogenisasi lebih
lanjut oleh kontraksi otot dinding gaster, dan secara kimiawi diolah oleh asam dan
enzim yang disekresi oleh mukosa lambung. Saat makanan sudah menjadi kental, sedikit
demi sedikit mendesak masuk ke dalam duodenum. Gaster memiliki fungsi motorik serta
fungsi pencernaan dan sekresi. Fungsi motorik meliputi fungsi menampung dan
mencampur makanan serta pengosongan lambung sedangkan fungsi pencernaan dan
sekresi meliputi pencernaan protein, sintesis dan pelepasan gastrin, sekresi faktor
intrinsic, sekresi mukus serta sekresi bikarbonat. Fungsi penyimpanan gaster yaitu
ketika makanan masuk ke dalam gaster, makanan membentuk lingkaran konsentris
makanan dibagian oral gaster, makanan yang paling baru terletak paling dekat dengan
dinding luar gaster. Normalnya, bila makanan meregangkan gaster, “reflex vasocagal”
dari gaster ke batang otak dan kemudian kembali ke lambung akan mengurangi tonus di
dalam dinding otot korpus gaster sehingga dinding menonjol keluar secara progresif,
menampung jumlah makanan yang makin lama makin banyak sampai suatu batas saat
gaster berelaksasi sempurna, yaitu 0,8 sampai 1,5 liter. Tekanan dalam gaster akan tetap
rendah sampai batas ini dicapai. Sekresi gaster dikendalikan oleh mekanisme neural dan
humoral. Komponen saraf adalah refleks otonom lokal yang melibatkan neuronneuron
kolinergik dan impuls-impuls dari susunan saraf pusat melalui saraf vagus. Aktivitas
sekresi gaster sangat ditingkatkan pada awal makan saat kemo dan mekanoreseptor
dalam rongga mulut dirangsang oleh pengunyahan dan pengecapan makanan. Impuls
aferen dan reseptor ini menuju ke otak dan diteruskan ke serat eferen dalam saraf vagus
yang bekerja langsung pada sel-sel oksintik untuk meningkatkan sekresi asam.
Bersamaan waktu neuron dalam pleksus saraf intrinsik terangsang oleh eferen vagus,
membangkitkan impuls yang menginduksi sel-G untuk membebaskan gastrin, yang
memiliki efek stimulasi kuat pada sel-sel oksintik. Ada bukti bahwa pembebasan gastrin
dapat distimulasi oleh peptida dan produk asam amino dari pencernaan oleh kafein, dan
oleh konsentrasi rendah alkohol yang masuk bersama makanan. Hormon-hormon dasar
atau neurotransmitter yang secara langsung merangsang sekresi kelenjar gaster adalah
histamin, asetilkolin, dan gastrin. Sekresi asam lambung dirangsang oleh histamin
melalui reseptor H2, asetilkolin melalui reseptor muskarinik M1 dan oleh gastrin melalui
reseptor gastrin di membran sel parietal. Reseptor H2 meningkatkan AMP siklik intrasel
sedangkan reseptor muskarinik dan reseptor gastrin menimbulkan efek melalui
peningkatan kadar Ca2+ bebas intrasel. Proses-proses intrasel saling berinteraksi
sehingga pengaktifan salah satu jenis resesptor akan memperkuat respon reseptor lain
terhadap rangsangan.
Hepatobilier
Hepar, secara makroskopis dibagi menjadi empat lobus yaitu dua lobus utama: lobus
kanan dan lobus kiri yang dibagi oleh ligamentum falciformis di bagian anterior, serta
dua lobus aksesoria yaitu lobus quadratus dan lobus caudatus. Berdasarkan fungsinya
hepar memiliki 3 bagian fungsional utama: lobus kaudatus, lobus kanan dan lobus kiri.
Lobus kanan dibagi menjadi 4 segmentum yaitu segmentum V, VI, VII, VIII, lobus kiri
menjadi 3 segmentum yaitu II,III dan IV, serta segmentum I adalah lobus kaudatus.
Secara anatomis, kantung empedu atau vesica fellea terletak di antara dua lobus hepar.
Vesica fellea merupakan tempat penyimpanan asam empedu yang berbentuk kantung
piriformis, memiliki panjang 7-10 cm dan lebar 3-4 cm, serta dapat menampung
sebanyak 30-50 mL empedu. Vesica fellea terdiri dari tiga bagian yaitu korpus, fundus,
infundibulum dan kolum. Fundus membentang hingga 1 cm tepi bebas hepar. Korpus
merupakan bagian terbesar. Infundibulum merupakan area transisional antara corpus dan
collum. Kantung Hartmann merupakan penonjolan pada permukaan inferior
infundibulum. Batu empedu dapat tersangkut disini dan menyebabkan obstruksi duktus
sistikus. Vesica fellea akan berakhir pada duktus sistikus yang berdiameter 7 mm dan
dengan mukosa yang memiliki valvula spiralis (valves of Heister). Duktus sistikus akan
mengalirkan empedu menuju duktus koledokus, dimana duktus ini melalui caput
pankreas akan berakhir pada sfingter Oddi yang menembus dinding duodenum dan
membentuk suatu bangunan yang disebut ampulla Vateri.

Struktur dasar dari hepar adalah hepatosit. Sel epitel tersebut dikelompokkan dalam
lapisan yang saling berhubungan. Lobulus hepar dibentuk oleh masa poligonal jaringan
dengan ukuran 0,7 x 2 mm dengan celah porta terletak di perifer dan vena yang disebut
sebagai vena sentralis terletak di tengah. Celah porta, regio yang terletak di tepi dari
lobules, masing-masing terdiri dari jaringan ikat, sebuah venula, sebuah arteriol, sebuah
duktus (bagian dari sistem duktus biliaris), dan pembuluh limfe.
Hepatosit merupakan sel poligonal besar dengan ukuran 20-30 μm, membentuk 80%
populasi sel hepar. Umumnya, hepatosit memiliki usia hidup yang cukup lama, berkisar
sekitar 5 bulan. Hepatosit pada lobulus hati tersusun radier. Lempeng sel ini tersusun dari
perifer lobulus ke pusatnya dan beranastomosis secara bebas membentuk struktur yang
menyerupai labirin. Celah di antara lempeng ini mengandung kapiler yaitu sinusoid hati.
Sinusoid ini hanya terdiri dari atas lapisan tak utuh dari sel endotel berfenestra. Sel-sel
endotel terpisah dari hepatosit di bawahnya oleh suatu lamina basal dan suatu celah
subendotel yang dikenal sebagai celah Disse, yang mengandung mikrovili hepatosit.
Cairan darah dengan mudah akan menerobos dinding endotel dan berkontak dengan
dinding sel, sehingga memudahkan pertukaran makromolekul dari lumen sinusoid ke
hepatosit dan sebaliknya. Selain sel-sel endotel, sinusoid juga mengandung makrofag
yang dikenal sebagai sel Kupffer. Sel tersebut ditemukan pada permukaan luminal sel-sel
endotel. Fungsi utamanya adalah memetabolisme eritrosit tua, mencerna hemoglobin,
menyekresi protein yang berhubungan dengan proses imunologis, dan menghancurkan
bakteri yang berhasil memasuki daerah portal. Sel-sel Kupffer mencakup 15% populasi
sel hati. Kebanyakan dari sel tersebut berada di daerah periportal di lobulus hati, tempat
berlangsungnya fagositosis yang sangat aktif. Di dalam celah Disse sel penimbun lemak
atau sel Ito, mengandung inklusi lipid yang kaya akan vitamin A. Sel tersebut berfungsi
sebagai tempat pengambilan, penyimpanan, dan pelepasan retinoid, sintesis dan sekresi
sejumlah proteoglikan dan protein matriks ekstrasel.
Kanalikulus biliaris merupakan suatu celah tubular di antara kedua sel hepatosit.
Kanalikulus biliaris merupakan bagian pertama dari sistem duktus biliaris, celah tubular
berdiameter 1-2 μm. Kanalikuli hanya dibatasi oleh membran plasma dari dua hepatosit
dan hanya ada sedikit mikrovili. Kanalikulus biliaris membentuk suatu jalinan
anastomosis kompleks di sepanjang lempeng lobulus hati dan berakhir di daerah porta.
Aliran empedu berlangsung dalam arah yang berlawanan dengan aliran darah, yaitu dari
pusat lobulus ke bagian tepi. Cairan empedu akan menuju duktulus biliaris atau kanal
Hering yang tersusun dari sel-sel kuboid di bagian tepi. Duktulus kemudian berakhir di
dalam duktus biliaris di celah portal. Duktus biliaris dilapisi epitel kuboid atau silindris
dan mempunyai selubung jaringan ikat yang jelas. Duktus-duktus ini secara berangsur
membesar, menyatu dan membentuk duktus hepatikus kanan dan kiri.

Kanalikulus biliaris merupakan suatu celah tubular di antara kedua sel hepatosit.
Kanalikulus biliaris merupakan bagian pertama dari sistem duktus biliaris, celah tubular
berdiameter 1-2 μm. Kanalikuli hanya dibatasi oleh membran plasma dari dua hepatosit
dan hanya ada sedikit mikrovili. Kanalikulus biliaris membentuk suatu jalinan
anastomosis kompleks di sepanjang lempeng lobulus hati dan berakhir di daerah porta.
Aliran empedu berlangsung dalam arah yang berlawanan dengan aliran darah, yaitu dari
pusat lobulus ke bagian tepi. Cairan empedu akan menuju duktulus biliaris atau kanal
Hering yang tersusun dari sel-sel kuboid di bagian tepi. Duktulus kemudian berakhir di
dalam duktus biliaris di celah portal. Duktus biliaris dilapisi epitel kuboid atau silindris
dan mempunyai selubung jaringan ikat yang jelas. Duktus-duktus ini secara berangsur
membesar, menyatu dan membentuk duktus hepatikus kanan dan kiri.
Hepar memiliki berbagai macam fungsi untuk menjaga tubuh dalam kondisi fisiologis.
Hepar memiliki fungsi dalam sintesis protein, sebagian besar protein diproduksi oleh
hepatosit yang nantinya akan digunakan oleh organ, jaringan dan sel lain. Protein yang
diproduksi antara lain: albumin, transferrin, seruloplasmin, haptoglobin, protein
komplemen, dan faktor koagulasi. Selain memproduksi protein, hepar juga memiliki
fungsi dalam metabolisme karbohidrat, lemak, regulasi besi, tembaga dan fungsi
detoksifikasi. Empedu memiliki dua fungsi utama, berfungsi dalam penyerapan lemak
dan sebagai sarana eksresi kolesterol, besi dan tembaga. Asam empedu merupakan
komponen aktif utama dari sekresi bilier. Empedu disekresi oleh hepatosit melewati
membran kanalikular ke dalam celah kanalikular. Proses sekresi terjadi secara aktif dan
pasif, dimana fase aktif yang akan menghasilkan aliran empedu. Produk dari sekresi aktif
dikenal sebagai primary solutes dan dibentuk oleh asam empedu terkonjugasi, bilirubin
terkonjugasi, glutathione, hormon steroid konjugat. Zat yang dapat difiltrasi dihasilkan
dari sekresi pasif yang diinduksi oleh tekanan osmotik dan dikenal sebagai secondary
solutes. Zat tersebut berisi terutama plasma, glukosa, elektrolit , asam organic dengan
berat molekul rendah dan kalsium. Rerata jumlah aliran basal cairan empedu pada
manusia adalah 620 mL/d. Cairan empedu terus diproduksi oleh sel hepar secara kontinu,
tetapi umumnya akan disimpan dalam kantung empedu hingga akhirnya dibutuhkan oleh
duodenum. Volume maksimum yang dapat ditampung oleh kantung empedu adalah 30-
60 mL, namun sejumlah sekresi empedu selama 12 jam (umumnya berjumlah 450 mL)
dapat ditampung dalam kantung empedu karena air, natrium, klorida dan sejumlah
elektrolit kecil secara kontinu diserap oleh mukosa kantung empedu, dan memekatkan
sisa cairan empedu yang mengandung garam empedu, kolesterol, lesitin dan bilirubin.
Ketika makanan mulai dicerna di saluran pencernaan atas, kantung empedu akan
mengosongkan isinya terutama saat makanan berlemak memasuki duodenum.
Mekanisme pengosongan terjadi dengan adanya kontraksi ritmis dinding kantung
empedu, tetapi agar terjadi proses pengosongan yang lebih efektif dibutuhkan adanya
relaksasi dari sfingter Oddi yang akan mengarahkan pengeluaran cairan empedu menuju
duodenum. Sekitar 94% dari garam empedu yang telah disekresi akan diserap ke dalam
darah dan kembali ke hepar, ketika mencapai hepar hampir seluruh garam empedu
diserap oleh hepatosit dan mengalami resekresi. Sebagian kecil cairan empedu akan
terbuang melalui feses dan akan digantikan oleh produksi empedu baru dari hepar.
Proses resirkulasi garam empedu ini disebut dengan “sirkulasi enterohepatik”.
2. Riwayat keperawatan
Menurut Muttaqin & Sari (2011) pengkajian keperawatan pada sistem gastrointestinal
yang perlu dikaji untuk menegakkan masalah yang akurat sebagai berikut:
a. Keluhan Utama
Menanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan pasien sampai perlu
pertolongan. Keluhan utama pada pasien gangguan sistem pencernaan antara lain
nyeri (pengkajian nyeri harus dilakukan dengan pendekatan PQRST sehingga
pengkajian lebih komprehensif), mual dan muntah, kembung dan sendawa,
ketidaknyamanan abdomen, diare, konstipasi.
b. Riwayat Kesehatan
Dilakukan untuk menggali masalah keperawatan lainnya sesuai keluhan utama
pasien.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian ini dilakukan dengan meminta pasien menjelaskan keluhan-keluhannya
dari gejala awal sampai sekarang
d. Riwayat Kesehatan Dulu
Pengkajian masa lalu digunakan untuk menggali berbagai kondisi yang memberikan
dampak tehadap kondisi saat ini. Perawat menanyakan riwayat masuk rumah sakit
dan penyakit yang pernah diderita, penggunaan obat-obatan, dan adanya alergi.
Riwayat nutrisi dan riwayat pola hidup juga penting dikaji detail pada pasien
3. Pemeriksaan fisik Hepato-bilier
a. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi
Dengan berdiri di sebelah kanan penderita, perhatikan :
 Kulit Perhatikan tinggi dinding perut dibanding dinding dada, wujud kelainan kulit,
jaringan parut pelebaran vena. Kemungkinan yang ditemukan : pink purple striae
pada Cushing’s syndrome, dilatasi vena pada sirosis hepatis atau obstruksi vena
cava inferior, jaringan parut bekas operasi, cullen”s sign dan grey turner’s sign
(hematoma pada daerah umbilikus dan pinggang), sebagai tanda pankreatitis akut.
Amati apakah ditemukan erupsi, ikterus, spider angioma, venectasi (kolateral),
striae, pigmentasi, tumor, umbilicus cekung atau datar atau menonjol ?, hernia ?,
ekimosis(pada penyakit pankreatitis hemoragik strangulasi usus, tanda ini disebut
tanda gray tuner), tanda cullen adalah umbilicus kebiru-biruan yang disebabkan
karena hemoperitonium, cicatrix, gambaran dan gerakan usus.
 Umbilikus Perhatikan bentuk, lokasi dan adanya tanda-tanda inflamasi atau hernia.
 Bentuk perut Perhatikan simetris, pembesaran organ atau adanya massa. Perhatikan
juga daerah inguinal dan femoral. Kemungkinan yang ditemukan : tonjolan nyata,
tonjolan suprapubik, hepar atau limpa yang membesar, tumor, pembesaran perut
seperti bentuk perut katak.
 Adanya gelombang peristaltik Normal ditemukan pada orang yang kurus.
Abnormal pada obstruksi gastrointestinal.
 Adanya pulsasi Normal : pada orang kurus terlihat pulsasi aorta abdominalis
Aneurisma aorta : terlihat massa dengan pulsasi Pulsasi epigastrium : pembesaran
ventrikel kanan
Auskultasi
Diperiksa bunyi khusus (peristaltic) : normal, melemah sampai menghilang, mengeras
sampai terdengar suara logam (metelic sound). Peristaltic normal kirakira tiap 2-5
detik. Bising usus normal : 5-35 kali per menit. Diperiksa murmur/bruit yang
disebabkan adanya turbulensi aliran darah dikarenakan proses atherosclerosis dengan
cara menempelkan stetoskop pada lokasi organ yang dicurigai terdapat bruit. Jangan
lupa memeriksa bruit hepar sebagai tanda adanya neovaskularisasi pada pasien hepar
kronis/karsinoma. Desiran kadang didapatkan pada stenosis arteri renalis. Friction
rubs, didapatkan pada tumor hepar, infark splenikus. Borborygmi dan metalic sound,
didapatkan pada ileus obstruktif.
Succusion splash : dapat ditemukan pada abdomen yang distensi akibat adanya gas
dan cairan didalam suatu organ yang mengalami obstruksi. Pemeriksaan meletakan
stetoscopnya diatas abdomen sementara menggguncangkan dari sisi ke sisi. Adanya
bunyi percikan biasanya menunjukan distensi lambung atau kolon.
Perkusi
Pemeriksaan ini untuk mendeteksi adanya distensi gas, cairan, atau massa padat.
Perkusi masing-masing kuadran untuk mengetahui distribusi udara . Timpani
merupakan bunyi perkusi yang paling sering ditemukan pada abdomen. Bunyi timpani
ini disebabkan adanya gas dalam lambung, usus halus dan kolon. Daerah supra pubis
mungkin redup/pekak pada perkusi apabila kandung kemih penuh urine pada wanita
yang uterusnya membesar
Perkusi hati
Prosedur pemeriksaan :
 Perkusi ringan perut di linea medioklavikularis kanan di bawah level umbilikus ke
arah cranial (mulai dari daerah timpani kedaerah pekak).
 Beri tanda tempat perubahan pekak yang merupakan batas bawah hati.
 Perkusi ringan dinding dada di linea medioklavikularis kanan dari cranial ke caudal
(mulai dari daerah sonor ke daerah redup).
 Beri tanda batas peralihan ke redup.
 Ukur panjang antara 2 tanda tersebut yang merupakan ”liver spans” (lebar hati).
 Bila hati membesar perkusi tempat lain dan beri tanda batas tepi hati.
Liver span normal : 6-12 cm pada linea medioklavikularis kanan sedangkan pada
linea mid sternalis 4-8 cm. Pada penyakit paru obstruktif pekak hati menurun tetapi
liver span normal.
Liver span melebar : hepatomegali (hepatitis, CHF), efusi pleura kanan. Liver span
menyempit : hepar kecil (sirosis hepatis), udara bebas di bawah diafragma.
Langkah perkusi bila mencurigai adanya splenomegali :
 Perkusi sela iga terendah di linea aksilaris anterior kiri. Pada daerah ini
terdengar suara timpani. Minta penderita tarik napas dalam dan tahan nafas.
Perkusi lagi di tempat yang 6 – 12 cm pada linea medioklavikularis kanan 4-8
cm pada linea midsternalis 7 sama. Dalam keadaan normal suara tetap terdengar
timpani. Berarti tidak ada splenomegali.
 Bila dicurigai terdapat splenomegali maka lakukan perkusi dari berbagai arah
mulai dari redup atau timpani ke arah daerah pekak yang diduga limpa sehingga
bisa memberikan gambar batas-batas lien
Perkusi limpa
Limpa terletak di cekungan difragma superior, sejajar garis mid axiler. Apabila
membesar maka akan menutupi organ gaster, kolon yang biasanya perdengar pekak.
Meskipun sulit penentuan ukuran limpa harus diusahakan. Ruang traube adalah ruang
gelembung udara lambung pada kuadran atas kiri. Tepat disebelah lateral ruang traube
ada daerah redup karena adanya limpa. Daerah ini kira-kira terletak pada iga ke 10,
disebelah posterior garis mid axilla kiri.
Perkusi asites
adanya ascites (cairan bebas di cavum peritoneum) dapat dideteksi dengan : test
undulasi, pekak sisi, pekak alih (sifting dullness).

Palpasi
Palpasi abdomen dapat dilakukan dengan cara palpasi ringan dan palpasi dalam.
Palpasi ringan digunakan untuk menentukan nyeri tekan dan daerah spasme otot dan
rigiditas.
Rigiditas adalah spasme involunter otot-otot perut dan menunjukan iritasi peritoneum.
Rigiditas mungkin difus, misalnya pada peritonitis difus, atau setempat misalnya di
atas apendik dan kandung empedu yang mengalami infeksi. Pasien dengan peritonitis
memperlihatkan abdomen yang tegang dan nyeri (defance musculair). Sedang perut
papan didapatkan pada penderita tetanus.
Cara palpasi ringan : palpasi perlahan disemua kuadran,identifikasi organ yang terasa
nyeri. Pada daerah yang sukar dipalpasi missal pada orang gemuk dapat melakukan
palpasi dengan 2 tangan, tangan 1 berada dibawah dan lainnya diatass tangan yang
lain
Palpasi dalam : palpasi ini digunkan untuk menentukan ukuran organ dan adanya
masa dalam abdomen yang abnormal.
Cara palpasi dalam : laukan palpasi diseruruh kwdran, menggunakan permukaan
Palmaris dan jari. Bila ada massa identifikasi lokasi, ukuran,massa bentuk, mobilitas
terhadap jaringan sekitar dan nyeri tekan.
Palpasi hepar
ditentukan hati teraba atau tidak, bila teraba berapa ukuranya, bagaimana tepinya,
permukaanya, konsistensinya nyeri tekan atau tidak. Pembesaran hati dapat
disebabkan oleh kongesti vascular, hepatitis, neoplasma, atau sirosis permulaan.
Prosedur pemeriksaan :
 Letakkan tangan kiri anda di belakang penderita sejajar dan menopang iga 11 dan
12.
 Ingatkan penderita untuk rileks.
 Tekankan tangan kiri ke ventral sehingga hati akan mudah teraba dari depan.
 Letakkan tangan kanan anda pada perut sisi kanan lateral otot rektus dengan ujung
jari tangan tepat di bawah daerah pekak hati.
 Arah jari bisa ke arah cranial penderita.
 Minta penderita menarik nafas dalam. Raba tepi hepar yang menyentuh jari anda.
Catat dan berikan tanda pada tempat hati teraba.
 Lakukan penilaian ukuran hati, bentuk tepi hati, permukaan, konsistensi , nyeri
tekan atau tidak.
 Untuk mengetahui pembesaran hati dilakukan pengukuran jarak dari tepi kanan
arkus kosta pada garis midklavikula ke arah garis yang dibuat.

Palpasi lien
Dengan melingkari penderita, tangan kiri diletakkan di belakang bagian bawah iga-iga
kiri dan didorongkan keventral .
 Untuk memulai palpasi letakkan tangan kanan di bawah dugaan tepi limpa dan
tekankan ke arah limpa.
 Minta penderita bernapas dalam dan rasakan tepi limpa yang akan turun ke caudal
dan menyentuh jari anda.
 Setelah tepi limpa teraba lanjutkan palpasi ke arah lateral dan medial di mana akan
teraba incisura lienalis.
 Ukuran pembesaran mengikuti garis Shuffner. Garis Shuffner adalah garis
imaginer yang dibuat mulai dari pertengahan arcus costa kiri melalui umbilikus
menuju ke SIAS kanan. Garis ini dibagi menjadi 8 skala shuffner.

Palpasi ginjal
Ginjal kanan
 Letakkan tangan kiri di belakang penderita tepat di bawah dan paralel dengan iga
12 dan ujung jari tepat di sudut kostovertebra kanan, kemudian dorong ginjal ke
arah ventral.
 Letakkan tangan kanan secara halus di kwadran kanan atas di lateral dan paralel
terhadap tepi otot rektus sedikit di caudal lengkung iga kanan.
 Minta penderita inspirasi dalam. Pada akhir inspirasi tekan tangan kanan kuat dan
dalam dan raba ginjal kanan antara 2 tangan.
 Penderita disuruh ekspirasi, bersamaan itu tekanan tangan kanan dikurangi pelan-
pelan.
Ginjal kiri
Prinsipnya sama dengan ginjal kanan, bedanya :
 Pemeriksa pindah ke sisi kiri penderita.
 Gunakan tangan kanan untuk mendorong ginjal ke arah dorsal
 Gunakan tangan kiri untuk melakukan palpasi dari ventral.

Palpasi aorta abdominalis


Letakkan tangan kanan di perut bagian atas lateral dari linea mediana.
Tekan agak kuat dan dalam dan identifikasikan pulsasi.
b. Pemeriksaan tambahan khusus
Mc burney”s sign
Titik Mc Burney adalah titik imajiner yang dipergunakan untuk memperkirakan letak
appendiks, yaitu titik di 1/3 lateral dari garis yang dibentuk dari umbilikus dan SIAS
dekstra.

Kemudian tekan titik Mc burney dengan jari telunjuk.

Nyeri tekan di titik Mc Burney disebut Mc Burney sign, salah satu tanda dari
appendicitis akut. Nyeri di titik ini disebabkan oleh inflamasi dari appendiks dan
persentuhannya dengan peritoneum. Nyeri akan bertambah seiring dengan
berlanjutnya proses inflamasi. Appendicitis tidak selalu menimbulkan nyeri tekan di
titik Mc Burney, hal ini disebabkan letak appendiks yang sangat bervariasi, misalnya
appendiks yang terletak retrocoecal (di belakang coecum) tidak menyebabkan nyeri
tekan di titik Mc Burney.
Rebound tendernes
Rebound tenderness atau release sign atau Blumberg sign, adalah salah satu tanda dari
appendicitis yang terlihat dengan cara menekan abdomen kanan bawah sedalam
mungkin, lalu melepaskannya secara tiba-tiba. Tanda ini positif apabila pasien merasa
kesakitan (saat dilepaskan terasa lebih sakit dibandingkan saat ditekan).

Rovsing sign
Rovsing's sign adalah salah satu tanda dari appendicitis, yaitu nyeri pada daerah
appendiks saat ditekan abdomen kwadran kiri bawah. Pada saat ditekan peritoneum
akan menegang dan terasa nyeri di tempat yang mengalami inflamasi. Apabila terasa
nyeri hanya pada sisi kiri atau kedua sisi maka perlu dipikirkan diagnosis penyakit
lain pada vesika urinaria, uterus, kolon ascenden, tuba falopii, ovarium atau struktur
anatomi lain.

Psoas sign
Psoas sign atau Obraztsova’s sign adalah nyeri akibat dari iritasi otot iliopsoas yang
menandakan adanya appendicitis letak retrocoecal. Test ini dilakukan dengan cara
menegangkan otot pada posisi hiperextensi hipsecara pasif atau mengkontraksikan
otot pada flexi hip aktif. Bila appendiks terletak dekat dengan musculus iliopsoas
maka akan menyebabkan nyeri pada peregangan atau kontraksi otot.
Obturator sign
Obturator sign atau cope sign adalah tanda iritasi pada musculus obturator internus.
Test ini dilakukan dengan cara pasien tidur terlentang dengan flexi hip kanan 90
derajat, pegang sendi ankle kanan dengan tangan kanan pemeriksa, lakukan
endorotasi. Bila terasa 16 nyeri maka diduga appendiksmengalami inflamasi,
membesar sehingga menyentuh muskulus obturator internus.

Digital rectal examination


Digital rectal examination (DRE) dilakukan dengan cara menyentuh daerah
rectovesical pouch atau rectouterine pouch, amati adanya rasa nyeri, bandingkan sisi
kanan dan kiri.

Dunphy’s sign
Prosedur pemeriksaan yang dilakukan dengan cara menyuruh pasien batuk, jika terasa
nyeri di abdomen menandakan adanya inflamasi di titik nyeri.
4. Pemeriksaan penunjang
a. Test fungsi hati
Fungsi sintesis
Albumin
Albumin merupakan substansi terbesar dari protein yang dihasilkan oleh hati.Fungsi
albumin adalah mengatur tekanan onkotik, mengangkut nutrisi, hormon, asam lemak,
dan zat sampah dari tubuh.Apabila terdapat gangguan fungsi sintesis sel hati maka
kadar albumin serum akan menurun (hipoalbumin) terutama apabila terjadi lesi sel
hati yang luas dan kronik. Penyebab lain hipoalbumin diantaranya terdapat kebocoran
albumin di tempat lain seperti ginjal pada kasus gagal ginjal, usus akibat malabsorbsi
protein, dan kebocoran melalui kulit pada kasus luka bakar yang luas. Hipoalbumin
juga dapat disebabkan intake kurang, peradangan, atau infeksi. Peningkatan kadar
albumin sangat jarang ditemukan kecuali pada keadaan dehidras
Globulin
Globulin merupakan unsur dari protein tubuh yang terdiri dari globulin alpha, beta,
dan gama. Globulin berfungsi sebagai pengangkut beberapa hormon, lipid, logam, dan
antibodi. Pada sirosis, sel hati mengalami kerusakan arsitektur hati, penimbunan
jaringan ikat, dan terdapat nodul pada jaringan hati, dapat dijumpai rasio albumin :
globulin terbalik. Peningkatan globulin terutama gamadapat disebabkan peningkatan
sintesis antibodi, sedangkan penurunan kadar globulin dapat dijumpai pada penurunan
imunitas tubuh, malnutrisi, malababsorbsi, penyakit hati, atau penyakit ginjal
Elektroforesis protein
Pemeriksaan elektroforesis protein adalah uji untuk mengukur kadar protein serum
dengan cara memisahkan fraksifraksi protein menjadi 5 fraksi yang berbeda, yaitu
alpha 1, alpha 2, beta, dan gamma. Albumin merupakan fraksi protein serum yang
paling banyak sekitar 2/3 dari total protein. Perubahan pola pada kurva albumin
tersering adalah penurunan kadar albumin atau hipoalbuminemia, karena albumin
memiliki rentang nilai rujukan yang besar maka penurunan ringan tidak akan terlihat.
Fraksi alpha 1 globlin hampir 90% terdiri dari alpha 1 antitrypsin sisanya tersusun
atas alpha 1 acid glycoprotein, alpha 1 antichymotrypsin, alpha fetoprotein, dan
protein pengangkut seperti cortisol binding protein dan thyroxine-binding
globulin.Alpha 1 globulin merupakan protein reaksi fase akut sehingga kadarnya akan
meningkat pada penyakit inflamasi, penyakit degenerative, dan kehamilan
Alpha 2 globulin terdiri dari haptoglobulin, seruloplasmin, alpha 2 makroglobulin,
dan alpha lipoprotein.Peningkatan kadar haptoglobin terjadi sebagai protein fase akut
pada peradangan. Penurunan kadar haptoglobulin dapat dijumpai pada penyakit hati
berat, anemia hemolitik intravaskular. Beta globulin terdiri beta 1 dan beta 2. Beta 1
terutama tersusun oleh transferrin, beta 2 tersusun oleh beta lipoprotein serta beberapa
komponen komplemen.Penurunan pita beta dapat diakibatkan penyimpanan serum
terlalu lama, karena hilangnya beta 2, sedangkan peningkatan pita beta dapat
disebabkan hiperkolesterolemia LDL dan hipertransferinemia pada
anemia.Peningkatan pada pita beta yang menyeluruh dihubungkan dengan kejadian
sirosis hati alkoholik.Pada pita gamma globulin tersusun atas IgA, IgM (85%), IgG,
hemopexin, dan komplemen C3.Hipogamaglobulinemia fisiologis dapat dijumpai
pada neonates.Penurunan pita gamma globulin dapat disebabkan imunodefisiensi,
pengobatan immunosupresif, kortikosteroid, dan kemoterapi.Pada myeloma tipe light
chain dapat dijumpai hipogamaglo bulinemia yang harus dikonfirmasi dengan
pemeriksaan protein Bence Jones di urin. Hipergamaglobulinemia dapat berupa
penebalan pita yang difus atau poliklonal atau penebalan setempat (monoclonal).
Masa protombin ( PT )
Pemeriksaan PT yang termasuk pemeriksaan hemostasis masuk ke dalam
pemeriksaan fungsi sintesis hati karena hampir semua faktor koagulasi disintesis di
hati kecuali faktor VII. PT menilai faktor I, II, V, VII, IX,dan X yang memiliki waktu
paruh lebih singkat daripada albumin sehingga pemeriksaan PT untuk melihat fungsi
sintesis hati lebih sensitif. Pada kerusakan hati berat maka sintesis faktor koagulasi
oleh hati berkurang sehingga PT akan memanjang. Hal yang perlu diperhatikan ada
beberpa faktor koagulasi yang tergantung vitamin K yaitu faktor II, VII, IX, dan X.
Pada obstruksi bilier terjadi hambatan cairan empedu tidak sampai ke usus sehingga
terjadi malabsorbsi lemak akibatnya kadar vitamin yang larut dalam lemak vitamin A,
D, E, K akan berkurang. Kekurangan vitamin K menyebabkan sintesis faktor
koagulasi yang tergantung vitamin K berkurang sehingga PT memanjang, untuk
membedakan penyebab pemanjangan PT karena fungsi sintesis menurun atau karena
kekurangan vitamin K dapat dilakukan penyuntikan vitamin K parenteral, apabila 1-3
hari setelah penyuntikan vitamin K parenteral PT menjadi normal berarti penyebab
pemanjangan PT adalah kekurangan vitamin K, apabila PT tetap memanjang artinya
kemungkinan terdapat obstruksi bilier
Fungsi ekskresi
Bilirubin
Bilirubin berasal dari pemecahan heme akibat penghancuran sel darah merah oleh sel
retikuloendotel. Akumulasi bilirubin berlebihandi kulit, sklera, dan membran mukosa
menyebabkan warna kuning yang disebut ikterus. Kadar bilirubin lebih dari 3 mg/dL
biasanya baru dapat menyebabkan ikterus. Ikterus mengindikasikan gangguan
metabolisme bilirubin, gangguan fungsi hati, penyakit bilier, atau gabungan
ketiganya. Metabolisme bilirubin dimulai oleh penghancuran eritrosit setelah usia 120
hari oleh sistem retikuloendotel menjadi heme dan globin. Globin akan mengalami
degradasi menjadi asam amino dan digunakan sebagai pembentukan protein lain.
Heme akan mengalami oksidasi dengan melepaskan karbonmonoksida dan besi
menjadi biliverdin. Biliverdin reduktase akan mereduksi biliverdin menjadi bilirubin
tidak terkonjugasi (bilirubin indirek). Setelah dilepaskan ke plasma bilirubin tidak
terkonjugasi berikatan dengan albumin kemudian berdifusi ke dalam sel hati.
Bilirubin tidak terkonjugasi dalam sel hati akan dikonjugasi oleh asam glukuromat
membentuk bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk), kemudian dilepaskan ke saluran
empedu dan saluran cerna, di dalam saluran cerna bilirubin terkonjugasi dihidrolisis
oleh bakteri usus β-glucuronidase, sebagian menjadi urobilinogen yang keluar dalam
tinja (sterkobilin) atau diserap kembali oleh darah lalu dibawa ke hati (siklus
enterohepatik). Urobilinogen dapat larut dalam air, sehingga sebagian dikeluarkan
melalui ginjal.

Pemeriksaan bilirubin untuk menilai fungsi eksresi hati di laboraorium terdiri dari
pemeriksaan bilirubin serum total, bilirubin serum direk, dan bilirubin serum indirek,
bilirubin urin dan produk turunannya seperti urobilinogen dan urobilin di urin, serta
sterkobilin dan sterkobilinogen di tinja. Apabila terdapat gangguan fungsi eksresi
bilirubin maka kadar bilirubin serum total meningkat. Kadar bilirubin serum yang
meningkat dapat menyebabkan ikterik. Penyebab ikterus berdasarkan tempat dapat
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu prehepatik, hepatik dan pasca hepatik (kolestatik).
Peningkatan bilirubin prehepatik sering disebabkan karena penghancuran sel darah
merah berlebihan. Bilirubin tidak terkonjugasi di darah tinggi sedangkan serum
transaminasedan alkalin fosfatase normal, di urin tidak ditemukan bilirubin.
Peningkatan bilirubin akibat kelainan hepatik berkaitan dengan penurunan kecepatan
penyerapan bilirubin oleh sel hati misalnya pada sindrom Gilbert, gangguan konjugasi
bilirubin karena kekurangan atau tidak ada enzim glukoronil transferase misalnya
karena obat-obatan atau sindrom Crigler-Najjar. Enzim hati akan meningkat sesuai
penyakit yang mendasarinya, ikterus biasanya berlangsung cepat. Peningkatan
bilirubinpasca hepatik akibat kegagalan sel hati mengeluarkan bilirubin terkonjugasi
ke dalam saluran empedu karena rusaknya sel hati atau terdapat obstruksi saluran
empedu di dalam hati atau di luar hati. Kelainan laboratorium yang dapat dijumpai
pada berbagai tipe ikterus tersebut dapat kita lihat pada Tabel

Asam empedu
Asam empedu disintesis di hati dan jaringan lain seperti asam empedu yang
dihasilkan oleh bakteri usus, sebanyak 250-500 mg per hari asam empedu dihasilkan
dan dikeluarkan melalui feses, 95 % asam empedu akan direabsorbsi kembali oleh
usus dan kembali ke dalam siklus enterohepatik.Fungsi asam empedu membantu
sistem pencernaan, absorbs lemak, dan absorbs vitamin yang larut dalam lemak. Pada
keruskan sel hati maka hati akan gagal mengambil asam empedu sehingga jumlah
asam empedu meningkat. Pemeriksaan asam empedu sangat dipengaruhi oleh
makanan sehingga sebelum melakukan pemeriksaan asam empedu sebaiknya puasa
selama 8-12 jam. Terdapat 2 jenis asam empedu yaitu primer dan sekunder. Asam
empedu primer disintesis di dalam sel hati sedangkan asam empedu sekunder
merupakan hasil metabolism oleh bakteri usus. Pada sirosis dijumpai penurunan
sitesis asam empedu primer sehingga terjadi penurunan rasio antara asam empedu
primer terhadap asam amino sekunder, sedangkan pada kolestasis asam empedu
sekunder tidak terbentuk sehingga terjadi peningkatan rasio asam empedu primer
terhadap asam amino sekunder
Fungsi detoksifikasi
Amonia
Pada keadaan normal di dalam tubuh ammonia berasal dari metabolism protein dan
produksi bakteri usus. Hati berperan dalam detoksifikasi ammonia menjadi urea yang
akan dikeluarkan oleh ginjal. Gangguan fungsi detoksifikasi oleh sel hati akan
meningkatkan kadar ammonia menyebabkan gangguan kesadaran yang disebut
ensefalopati atau koma hepatikum.
Pengukuran aktivitas enzime
Enzimtransaminase
Enzim transaminase meliputi enzim alanine transaminase (ALT) atau serum
glutamate piruvattransferase (SGPT) dan aspartate transaminase (AST) atau serum
glutamate oxaloacetate transferase (SGOT).Pengukuran aktivitas SGPT dan SGOT
serum dapat menunjukkan adanya kelainan sel hati tertentu, meskipun bukan
merupakan uji fungsi hati sebenarnya pengukuran aktivitas enzim ini tetap diakui
sebagi uji fungsi hati. Enzim ALT/SGPT terdapat pada sel hati, jantung, otot dan
ginjal.Porsi terbesar ditemukan pada sel hati yang terletak di sitoplasma sel
hati.AST/SGOT terdapat di dalam sel jantung, hati, otot rangka, ginjal, otak,
pankreas, limpa dan paru. Kadar tertinggi terdapat did alam sel jantung. AST 30%
terdapat di dalam sitoplasma sel hati dan 70% terdapat di dalam mitokondria sel hati.
Tingginya kadar AST/SGOT berhubungan langsung dengan jumlah kerusakan sel.
Kerusakan sel akan diikuti peningkatan kadar AST?SGOT dalam waktu 12 jam dan
tetap bertahan dalam darah selama 5 hari. Peningkatan SGPT atau SGOT disebabkan
perubahan permiabilitas atau kerusakan dinding sel hati sehingga digunakan sebagai
penanda gangguan integritas sel hati (hepatoseluler). Peningkatan enzim ALT dan
AST sampai 300 U/L tidak spesifik untuk kelainan hati saja, tetapi jika didapatkan
peningkatan lebih dari 1000 U/L dapat dijumpai pada penyakit hati akibat virus,
iskemik hati yang disebabkan hipotensi lama atau gagal jantung akut, dan keruskan
hati akibat obat atau zat toksin. Rasio De Ritis AST/ALT dapat digunkan untuk
membantu melihat beratnya kerusakan sel hati. Pada peradangan dan kerusakan awal
(akut) hepatoseluler akan terjadi kebocoran membran sel sehingga isi sitoplasma
keluar menyebabkan ALT meningkat lebih tinggi dibandingkan AST dengan rasio
AST/ALT <0,8 yang menandakan kerusakan ringan. Pada peradangan dan kerusakan
kronis atau berat maka keruskan sel hati mencapai mitokondria menyebabkan
peningkatan kadar AST lebih tinggi dibandingkan ALT sehingga rasio AST/ALT >
0,8 yang menandakan keruskan hati berat atau kronis.
Alkaline Phosfatase ( ALP ) dan Gamma glutamyltransferase ( GGT )
Aktivitas enzim ALP digunakan untuk menilai fungsi kolestasis. Enzimini terdapat di
tulang, hati, dan plasenta. ALP di sel hati terdapat di sinusoid dan memberan salauran
empedu yang penglepasannya difasilitasi garam empedu, selain itu ALP banyak
dijumpai pada osteoblast. Kadar ALP tergantung umur dan jenis kelamin. Aktivitas
ALP lebih dari 4 kali batas atas nilai rujukan mengarah kelainan ke arah hepatobilier
dibandingkan hepatoseluler. Enzim gamma GT terdapat di sel hati, ginjal, dan
pankreas. Padasel hati gamma GT terdapat di retikulum endoplasmik sedangkan di
empedu terdapat di sel epitel. Peningkatan aktivitas GGT dapat dijumpai pada icterus
obstruktif, kolangitis, dan kolestasis. Kolestasis adalah kegagalan aliran empedu
mencapai duodenum.
b. Endoscopy
Endoskopi gastrointestinal (EGI) merupakan salah satu teknik dalam ilmu
gastroenterologi-hepatologi untuk melihat secara langsung keadaan di dalam saluran
cerna dengan menggunakan alat yang bernama endoskop. Endoskop adalah alat untuk
melakukan pemeriksaan penunjang untuk diagnosis bahkan alat endoskop juga
dipakai untuk tindakan terapeutik di saluran pencernaan. Seiring dengan berjalannya
waktu endoskopi berevolusi dari endoskopi yang berjenis kaku dengan kemampuan
yang terbatas ke endoskopi yang berjenis lentur dan lebih canggih dengan
kemampuan pencitraan yang lebih baik, dan mempunyai ciri khusus untuk melakukan
intervensi terapeutik serta memiliki desain yang berbeda untuk memungkinkan
melakukan pemeriksaan pada daerah tertentu dari saluran pencernaan. Dewasa ini,
hampir seluruh rumah sakit memiliki endoskopi sebagai suatu sarana pemeriksaan
penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis suatu penyakit dari gangguan
saluran pencernaan. Adanya pemeriksaan endoskopi ini, membantu dan memudahkan
pengobatan karena diagnosis dapat ditegakkan secara akurat. Pemeriksaan endoskopi
pada saluran cerna bagian atas disebut Esofagogastroduodenoskopi (EGD) untuk
mengevaluasi keadaan mukosa di saluran cerna bagian atas dan sekitarnya. Selain
EGD, terdapat pula pemeriksaan kolonoskopi yang digunakan untuk mengevaluasi
serta memeriksa lumen pada saluran cerna bagian bawah, yaitu daerah rektum, kolon
sigmoid, kolon desenden, kolon transversum, kolon asenden, sekum, serta ileum.
Selain pemeriksaan secara langsung lumen pada saluran cerna, endoskopi juga
mempunyai metode lain untuk melakukan pemeriksaan bahkan untuk melakukan
tindakan pengobatan (terapeutik) pada pankreas dan sistem bilier. Endoscopy
Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP) menyediakan gambaran endoskopi
yang baik pada duktus bilier dan duktus pankreatikus. Sebelum melakukan
pemeriksaan endoskopi perlu diperhatikan tindakantindakan pada pre-endoskopi, baik
pada pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas maupun pada saluran cerna
bagian bawah. Perlu juga diberitahukan kepada pasien serta keluarga indikasi dan
kontraindikasi dari pelaksanaan pemeriksaan endoskopi, agar pasien serta keluarga
dapat mengetahui dengan pasti hal-hal yang akan dilakukan pada saat pemeriksaan.
Perlu diperhatikan juga informed consent (dokumen tindakan medis) sebelum
melakukan tindakan pemeriksaan endoskopi.

c. X-ray ( gastrointestinal atas dan bawah )


Rontgen pada bagian perut bertujuan untuk menemukan kelainan pada sistem
pencernaan atau organ yang ada di sekitar perut. Berikut masalah pencernaan yang
bisa terdeteksi lewat pemeriksaan X-ray:
 Sistem pencernaan. Pemindaian perut dibantu dengan zat yang disebut barium.
Zat ini membuat gambar lebih jelas sehingga masalah pencernaan mudah dideteksi.
 Organ di sekitar perut. Batu ginjal dan kandung empedu merupakan penyakit
yang terjadi di bagian perut. Rontgen membantu mengidentifikasi sumber rasa
sakit.
 Mual. Masalah di perut yang disertai mual, muntah, dan bengkak seringkali sulit
didiagnosis sehingga perlu dilakukan rontgen untuk mencari tahu penyebabnya.
DAFTAR PUSTAKA

Black J, M., Jane, H.H. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta :
Salemba Medika

Brunner & Sudarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Edisi. 2. Jakarta : EGC

Black J, M., Jane, H.H. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta :
Salemba Medika

Carpenito, L.J. 2011. Buku Saku Asuhan Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC

Corwin, Elizabeth J. (2009) buku saku patofisiologi ed 3. Jakarta: EGC.


Dennis KB.et.all. 2007. Buku Ajar Patologi Ed 7 Vol 2. Jakarta: EGC

Ethel, Sloane. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Ganong. 1990. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.


Joyce, LeFever. (2013) Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik Edisi 6.
Jakarta : EGC.
Nugraha, Gilang (2015) Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar.
Jakarta: CV Trans Info Medika. Price and Wilson. 2005. Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6. Vol.2. Jakarta: EGC
Tambayong, Jan. 2001. Anatomi dan Fisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

ANALISA VIDEO PENGKAJIAN SISTEM


GASTROHEPATOBILIER

Link Video : https://youtu.be/X9Fk7xmJjM0


Link Video : https://youtu.be/XYDop3JoaBE

Hal pertama yang dilakukan oleh seorang pemeriksa dalam hal ini baik itu dokter
maupun perawat yaitu melakukan BHSP salah satunya yaitu dengan memperkenalkan diri.
Setelah proses BHSP terjalin lakukan anemnesa terhadap keluhan pasien berupa apa yang ia
rasakan sehingga menyebabkan pasien melakukan pengobatan, kapan keluhan itu muncul dan
faktor apa sajakah yang memperberat dan meringankan ketika gejala itu datang. Kaji juga
karakteristik keluhan tersebut riwayat penyakit terdahulu, pengobatan yang pernah dilakukan
dan kebiasaan – kebiasaan dari pasien yang mungkin bisa menyebabkan perburukan akan
kondisinya. Setelah data dasar yang kita peroleh sudah dirasa cukup hal terpenting yang harus
dilakukan oleh kita sebagai pemeriksa adalah melakukan Inform Consent akan tindakan yang
akan kita lakukan pada pasien baik secara lisan maupun tertulis.
Setelah IC dilaksanakan prinsip aseptik sebelum melakukan pemeriksaan harus
selalu dilaksanakan yaitu dengan cuci tangan, yang tak kalah penting adalah privasi pasien
yang harus tetap terjaga sebelum melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan fisik yang dilakukan
pada sistem gastrohepatobilier terdiri dari inspeksi,auskultasi, perkusi dan palpasi ( Kozier &
Erb, 2004 ).
Pemeriksaan abdomen dilakukan pada keadaan terbaring dimulai dengan
pemeriksaan fisik inspeksi meliputi amati warna kulit, tanda kemerahan, ada tidaknya
distensi. Setelah itu lakukan auskultasi pada keempat kuadaran bagian abdomen catat bunyi
usus pasien, adanya suara bruit atau yang lainnya . Selanjutnya lakukan perkusi pada keempat
kuadaran abdomen untuk selama 13 detik secara umum ditemukan adalah suara timpani.
Lanjutkan melakukan perkusi untuk mengetahui batas hepar. Dilanjutkan dengan melakukan
perkusi untuk mengetahui batas lien.
Selanjutnya lakukan palpasi seperfisial dengan ujung tangan yang sebelumnya telah
dihangatkan dengan menggosokan kedua telapak tangan pemeriksa. Lakukan pemeriksaan
fisik superfisial pada semua regio abdomen untuk menentukan adanya nyeri, massa,
ketegangan perut. Hasil dari pemeriksaan fisik superfisial dapat digunakan sebagai panduan
dalam melakukan pemeriksaan fisik yang lebih dalam.
Lakukan juga pemeriksaan cairan bebas abdomen dengan pemeriksaan sifting
dullnes maupun pemeriksaan undulasi. Pemeriksaan sifting dulnes dilakukan dengan
melakukan perkusi dari puncak abdomen ke lateral kemudian pasien disuruh miring kearah
pemeriksa lakukan perkusi lagi amati apakah daerah redup akan menjadi timpani yang berarti
sifting dullnes (+). Pemeriksaan undulasi dilakukan dengan bantuan pemeriksa lain tangan
pemeriksa yang satu berada disamping kanan dan kiri kemudian tangan pemeriksa lain berada
diatas abdomen untuk merasakan adanya getaran cairan yang dihasilkan pada saat pemeriksa
yang satu menggoyangkan / mendorong tangan pada sisi samping abdomen pasien.
Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan hepar pertama terntukan dahulu batas
paru dan hepar pada daerah linea mid klavikula, ditemukan redup bisanya pada ICS 6
kebawah. Letakan tangan kiri dibawah kemudian pasien dimiringkan sedikit, suruh pasien
untuk inspirasi dalam lakukan perabaan, rasakan apakah ada pembesaran hepar. Lakukan
pengukuran dari prosesus xivoideus ukur. Ukur juga dari askus costarum adanya pembesaran
hepar. Lakukan juga palpasi pembesaran apakah rata, ada masa, bagaimana konsistensi,
keras, kenyal, lunak, padat. Kemudian amati apakah ada nyeri saat dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan dilanjutkan adalah pemeriksaan limfa yang berada pada area
hipokondrik kiri dilakukan pengukuran dengan garis sufner yang ditarik dari arkus kostarum
ke umbilikus kemudian kemudian ke sias kanan. Garis sufner terdiri dari sufner 0 pada arkus
kostarum dan sufener 4 pada umbilikal dan sufner 8 pada sias. Palpasi limpa dimulai dari sias
kanan dengan menempatkan tangan kanan pemeriksa dan tangan kiri pada belakang arkus
kostarum lakukan pemeriksaan palpasi dengan pasien disusruh inspirasi dalam amati apakah
tangan bisa masuk ke dalam bawah iga . lakukan palpasi apakah ditemukan insusura genalis
yang menandakan limpa.
Pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan ginjal. Tangan kiri dibawah ginjal
tangan kanan diatas abdomen lakukan perabaan dengan mendorong keatas amati ada tidaknya
lentingan secara normal tidak ditemukan adanya lentingan atau yang disebut balotemen (-).
Lakukan prosedur serupa untuk bagian ginjal pada sisi yang lain.
Pemeriksaan lain yang dilakukan adalah melakukan pemeriksaan nyeri. Bisanaya
dilakukan pemeriksaan morphys sign dilakukan dengan mencari titik potong antara askus
sartarum dengan pingkir muskulus abdomini kemudian lakukan penekanan pada daerah
tersebut saat pasien melakukan inspirasi dalam. Pada pemeriksaan mc burney sign dilakukan
pada derah sepertiga umbilikal dan sias.dilakukan pemeriksaan rofsign sign pada daerah
kontra lateral pasien. Lakukan juga pemeriksaan psoas sign dengan melakukan pengangkatan
kaki apan ada nyeri. Bisa juga dilakukan pemeriksaan obkulator sign pada kaki yang diputar
apakah ada nyeri pada daerah mc burney pasien.

Anda mungkin juga menyukai