Pengertian
1. Tumor adalah : merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk
oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan di
sekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh. (Kusuma Budi 2001 ).
2. Tumor adalah : benjolan di sebabkan oleh pertumbuhan sel
dengan pertumbuhan yang terbatas dan lonjong.
(E. Oswari, 2000).
3. Tumor Abdomen merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang berbeda-beda,
yang di sebabkan oleh sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara uotonom
lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga sel tersebut berbeda dengan sel normal
dalam bentuk dan strukturnya. Secara patologi kelainan ini mudah terkelupas dan dapat
meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau vena cava interior. Massa
jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur yang di bentuknya tetapi tidak
menginvasinya.
( Elizabet. j. Corwin. 2000)
7. Rektum
Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinium mayor dam anus,
terletak di dasar pelvis, dindingnnya di perkuat oleh 3 sfingter :
a) Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak.
b) Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.
c) Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak. (Syaifuddin. 2003)
Anatomi fisiologi yang berhubungan
Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh bentuknya lonjong dan meluas dari atas
diafragma sampai pelvis di bawah.
Anatomi rongga abdomen
Rongga abdomen di batasi oleh :
1) Atas : Diafragma
2) Bawah : Pelvis
3) Depan : Dinding depan abdomen
4) Leteral : Dinding lateral abddomen
5) Belakang : Dinding belakang abdomen serta tulang belakang.
Isi abdomen sebagian besar dari saluran pencernaan yaitu lambung, usus halus, dan usus
besar.
Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang dapat mekar paling banyak. Terletak di
epigastrik, dan sebagian sebelah kiri hipokhodriak dan umbilical. Lambung terletak di bawah
diafragma, di depan pankreas. Dan limpa menempel pada sebelah kiri fundus.
Hati menempati bagian kanan atas terletak di bawah diafragma, dan menutupi lambung
bagian pertama usus halus, kandung empedu terletak di dekat ujung pankreas.
Ginjal dan kelenjar suprarenal berada diatas dnding posterior abdomen dari ginjal.
Aorta abdominalis, vena cava interior, reseptakulum khili dan sebagian dari saluran torasika
terletak di dalam abdomen.
Pembuluh limfe dan kelenjar, urat saraf, peritoneum dan lemak juga di jumpai di dalam
rongga ini. ( Evelyn Pearce, 2002)
Diafragma merupakan suatu kubah yang menonjol dalam ronga toraks. Diafragma ini di turut
dalam pernafasan. Pada insfirasi akan turun ke bawah pada ekspirasi akan naik ke atas. Pada
saat ekspirasi maksimal akan berada setinggi kira-kira 4 garis pada midklavikularis, yang
kurang lebih sama dengan palpila mammae pada laki-laki.
Dengan demikian pada trauma toraks, baik tumpul maupun tajam, bila di temukan
sampai setinggi palpila mammae (pada laki-laki) harus diwaspadai adanya trauma abdomen
juga.
Organ yang terlindungi dalam pelvis adalah rektum, buli-buli dan uterus, dengan
demikian organ yang tidak terlindungi adalah usus halus dan sebagian besar kolon. Ke-2
ginjal karen aletaknya yang di daerah belakang (dorsal) relatif terlindungi.
Hepar dan lien tidak mempunyai lumen atau solid, dan terutama pada ke-2 organ ini
akan menimbulkan perdarahan yang akan terkumpul dalam rongga peritoneum. Keadaan ini
di kenal dengan hemopertorium. Robekan juga dapat menimbulkan perdarahan intra-
peritonial.
Gaster, usus halus dan usus besar mempunyai lumen. Dengan demikian bila terjadi
perforasi, isinya akan tumpah dalam rongga peritonium dan menimbulkan peritonitis. Bila
yang masuk rongga peritonium adalah asam lambung maka rangsangan kimia akan segera
menimbulkan gejala peritonitis, sedangkan bila yang masuk rongga peritonium adalah isi
usus halus atau kolon. Gejala yang timbul akan lambat. ( Syaifuddin, 2003).
c. Etiologi
Penyebab terjadinya tumor abdomen karena terjadinya pembelahan sel yang
abnormal. Perbedaan sifat sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk
dan fungsi autonominya dalam perubahan kemampuannya mengadakan infiltrasi dan
menyebabkan metastasis. Banyak kondisi yang menimbulkan tumor abdomen. Secara garis
besar, keadaan tersebut dapat dikelompokkan dalam lima hal yaitu :
1. Proses peradangan bacterial – kimiawi
2. Obstruksi mekanis : seperti pada volvulus, hernia atau pelengketan.
3. Neoplasma/tumor : karsinoma, polypus atau kehamilan ektopik.
4. Kelainan vaskuler : emboli, tromboemboli, perforasi dan fibrosis.
5. Kelainan kongenital.
Adapun penyebab tumor abdomen akut :
a. Kelainan traktus gastrointestinal : nyeri non-spesifik, appendicitis, infeksi usus halus dan
usus besar, hernia strangulate, perforasi ulkus peptic, perforasi usus, diverticulitis meckel,
sindrom boerhaeve, kelainan inflamasi usus, indrom Mallory weiss, gatroienteritis, gastritis
akut, adenitis mesenterika.
b. Kelainan pancreas : pancreatitis akut.
c. Kelainan traktus urinarius : kolik renal atau ureteral, pielonefritis akut, sistisis akut,
infark renal.
d. Kelainan hati, limpa, dan traktus biliaris : kolestitisis akut kolangitis akut, abses hati,
ruptur tumor hepar ruptur spontan limpa, kolik bilier, hepatitis akut.
e. Kelainan ginekologi : kehamilan ektopik terganggu, tumor ovarium, salpingitis akut,
dismenorea, endometriosis.
f. Kelainan vaskuler : ruptur aneurisma aorta dan visceral, iskemia kilitis akut, trombosis
mesenterika.
g. Kelainan peritoneal : abses intraabdomen, peritonitis primer, peritonitis TBC.
h. Kelainan retroperitoneal : perdarahan retroperitoneal.
( Ibnu Zainal Ar-rosyad, 2010 )
d. Insiden
Tumor abdomen saat ini sudah diklasifikasikan sesuai dengan lokasi tumor. Tumor
pada daerah abdomen dapat meliputi kanker lambung yang dilaporkan insidennya 10 per
100.000 populasi di Amerika Serikat, neoplasma usus halus yang merupakan 1% dari
malignasi gastrointestinal. Perkiraan jumlah penderita tumor abdomen selama tahun 2009
adalah 1.300, yang akan mengakibatkan kematian 250 orang.
( Smelszer, Suzanne C. 2001)
e. Patofisiologi
Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah oleh mutasi
ganetic dari DNA selular. Sel abormal ini membentuk kolon dan berpopliferasi secara
abnormal, mengatakan sinyal mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel tersebut.
Sel-sel eoplasma mendapat energi terutama dari anaerob karena kemanpuan sel untuk
oksidasi berkurang, meskipun mempunyai enzim yang lengkap atau oksidasi. Susunan enzim
sel uniform sehingga lebih mengutamakan berkembang biak yang membutuhkan energi untuk
anabolisme daripada untuk berfungsi yang menghasilkan energi dengan jalan katabolisme.
Jaringan yang tumbuh memerlukan bahan-bahan untuk membentuk protioplasma dan
energi, antara lain asam amino. Sel-sel neoplasma dapat mengalahkan sel-sel ormsl dalam
mendapatkan bahan-bahan tersebut. (Kusuma, Budi drg. 2001)
Ketika dicapai suatu tahap diman sel mendapatkan ciri-ciri invasi, dan terjadi
perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar dan
memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pebuluh darah tersebut
sel-sel dapat terbawa ke arah lain alam tubuh untuk membentuk metastase (penyebaran
tumor) pada bagian tubuh yang lain.
Meskipun penyakit ini dapat diuraikan secara umum seperti yang telah digunakan,
namun tumor bukan suatu penyakit tunggal dengan penyebab tunggal: tetapi lebih kepada
suatu kelompok penyakit yang jelas dengan penyebab, metastase, pengobatan dan prognosa
yang berbeda. (Smelstzer, Suzanne C.2001).
f. Manifestasi Klinik
1) Hiperplasia
2) Konsistensi tumor umumnya padat atau keras
3) Tumor epital biasanya mengandung sedikit jaringan ikat dan apabila berasal dari
masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat maka akan elastic kenyal atau lunak.
4) Kadang tampak hipervaskulari disekitar tumor.
5) Edema disekitar tumor disebabkan infiltrasi epembuluh limfe.
6) Nyeri
7) Anoreksia, mual, muntah.
8) Penurunan berat badan.
g. Test diagnostik
Prosedur diagnostik yang biasa dilakukan dalam mengevaluasi malignansi meliputi:
1) Marer tumor
Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lain yang dibentuk oleh tubuh
dalam berespon terhadap tumor.
2) Pencitraan resonansi magnetic (MRI)
Penggunaan medan magnet dan sinyal frekuensi radio untuk menghasilkan gambaran
berbagai struktur tubuh.
3) CT Scan
Menggunakan pancaran sinar sempit sinar-X untuk meminai susunan lapisan jaringan untuk
memberikan pandangan potongan melintang.
4) Flouroskopi
Menggunakan sinar-X yang memperlihatkan ketebalan antar jaringan, dapat mencakup
penggunaan bahan kontras.
5) Ultrasound
Echo dari gelombang bunyi berfrekuensi tinggi direkam pada layer penerima, digunakan
untuk mengkaji jaringan yang dalam didalam tubuh.
6) Endoskopi
Memvisualkan langsung rongga tubuh atau saluran dengan memasukkan suatu kedalam
rongga tubuh atau ostium tubuh, memungkinkan dilakukannya biopsy jaringan, aspirasi dan
eksisi tumor yang kecil.
7) Pencitraan kedokteran nuklir
Menggunakan suntikn intravena atau menelan bahan radiosisotope yang diikuti dengan
pencitraan yang menkaji tempat berkumpulnya radioisotope.(Smeltzer, Suzanne C.2001).
h. Penatalaksanaan medik
1) Pembedahan
Pembedahan adalah modalitas penanganan utama, biasanya gastereksoni subtotal atau total,
dan digunakan untuk baik pengobatan maupun paliasi.
Pasien dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak ada bukti matastatis jauh harus
menjalani laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk menentukan apakah pasien harus
menjalani prosedur kuratif atau faliatif. Konflikasi yang berkaitan dengan tindakan adalah
injeksi, pendarahan, ileus, dan kebocoran anastomoisis.(Smeltzer, Suzanne C.2001).
2) Radioterapi
Penggunaan partikel energi tinggi untuk menghancurkan sel-sel dalam pengobatan tumor
dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan RNA sel tumor. Bentuk energy yang
digunakan pada radioterapi adalah ionisasi radiasi yaitu energy tertinggi dalam spektrum
elektromagnetik.
3) Kemoterapi
Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk reseksi tumor, untuk
tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan pada kombinasi dengan terapi radiasi dengan
melawan sel dalam proses pembelahan, tumor dengan fraksi pembelahan yang tinggi
ditangani lebih efektif dengan kemoterapi.
4) Bioterapi
Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatan keempat untuk kanker dengan
menstimulasi system imun (biologic response modifiers/BRM) berupa antibody monoclonal,
vaksin, factor stimulasi koloni, interferon, interleukin.
(Danielle Gale. 2000).