Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN HIL

A. DEFINISI
Hernia merupakan prostitusi atau penonjolan isi rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik
dinding perut. (Nurarif Amin Huda. 2015).
Hernia merupakan prostitusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin,
kantong dan isi hernia.(Suratun. 2010).
Hernia inguinalis atau sering kita sebut sebagai turun berok adalah suatu
kondisi medis yang ditandai dengan penonjolan jaringan lunak, biasanya usus,
melalui bagian yang lemah atau robek di bagain bawah dinding perut di lipatan
paha. (Rahayuningtyas Clara. 2014)
B. Anatomi dan Fisiologi
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.Sistem pencernaan juga meliputi
organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan
kandung empedu.
a. Mulut
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan dan sistem
pernafasan.Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Saluran dari
kelenjar liur di pipi, dibawah lidah dan dibawah rahang mengalirkan isinya ke
dalam mulut. Di dasar mulut terdapat lidah yang berfungsi untuk merasakan
dan mencampur makanan.Di belakang dan dibawah mulut terdapat
tenggorokan (faring). Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di
permukaan lidah.Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di
hidung. Pengecapan relatif sederhana terdiri dari manis, asam, asin dan pahit.
(Rizqiyansyah Apri. 2013).

b. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.Berasal
dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Dalam lengkung faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan
merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara
jalan nafas dan jalan makanan, letaknya di belakang rongga mulut dan rongga
hidung, didepan ruas tulang belakang. (Anisa Nur Nina. 2014).
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang di lalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering
juga disebut esophagus (dari bahasa Yunani : οiσω, oeso “membawa”, dan
έφαγον, phagus “memakan”). Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6
tulang belakang.
Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian :
1. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka).
2. Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus).
3. Bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
Dari mulut, makanan menuju ke esophagus yang dindingnya dilapisi
epithelium berlapis pipih. Kerongkongan berupa tabung otot yang panjangnya
sekitar 25 cm. oleh karena itu otot tersusun secara memanjang dan melingkar,
maka jika terjadi kontraksi secara bergantian akan terjadi gerak peristaltik.
Dengan gerak peristaltik, makanan terdorong menuju lambung.(Zuyina. 2011).
d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai, Terdiri dari 3 bagian yaitu Kardia, Fundus,
Antrum..Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup.Dalam keadaan
normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara
ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan 3 zat penting :
1. Lendir.
2. Asam klorida (HCl).
3. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung.Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan
yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan
oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga
berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh
berbagai bakteri. (Zuyina. 2011).
e. Usus Halus
Usus halus berupa tabung yang panjangnya 6-8 meter, terdiri atas 3
bagian, yaitu duodenum (usus 12 jari) panjangnya ± 2,5 meter dan ileum ± 3,6
meter. Dinding usus halus banyak mengandung kelenjar mukosa halus yang
menghasilkan 3 liter getah per hari.Getah ini mengandung enzim sakrase,
maltase, laktase, serta erepsinogen.Sakrase mencerna sukrosa menjadi glukosa
dan fruktosa.Maltase mencerna maltose menjadi glukosa.Laktase mencerna
laktosa menjadi glukosa.Erepsinogen diaktifkan oleh enterokinase menjadi
erepsin.Erepsin adalah suatu enzim peptidase yang mengubah pepton menjadi
asam amino.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk
ke dalam duodenum melalui sfingter pylorus dalam jumlah yang bias dicerna
oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada
lambung untuk berhenti mengalirkan makanan. (Zuyina. 2011).
f. Usus besar (Intestinum Mayor)
Merupakan saluran pencernaan berupa usus berpenampang luas atau
berdiameter besar dengan panjang 1,5-1,7 meter dan penampang 5-6 cm. Usus
besar merupakan lanjutan dari usus halus yang tersusun seperti huruf U
terbalik dan mengelilingi usus halus dari valvula ileosekalis sampai ke anus.
Lapisan Usus Besar :
1. Lapisan selaput lender (mukosa) : lapisan ini tidak memiliki vili, kripta-
kripta yang terdapat di dalam ± 0,5 mm terletak berdekatan satu sama lain.
2. Lapisan otot melingkar (M. Sirkuler) : lapisan ini berada di sebelah dalam
dan berbentuk lingkaran.
3. Lapisan jaringan ikat (serosa) : lapisan ini merupakan jaringan ikat yang
berada di sebelah luar.
Struktur Usus Besar :
1. Sekum : kantong lebar yang terletak pada fossa iliaka dekstra. Pada bagian
bawah sekum terdapat apendiks vermiformis disebut umbai cacing,
panjangnya ± 6 cm. Muara apendiks ditentukan oleh titik Mc burney yaitu
daerah antara l/3 bagian kanan dan 1/3 bagian tengah garis penghubung
kedua spina iliaka anterior superior (SIAS). Sekum seluruhnya ditutupi
oleh peritoneum agar mudah bergerak dan dapat diraba melalui dinding
abdomen membentuk sebuah katub dinamakan valvula koli (valvula
Bauchini). Titik Mc burney : merupakan tempat proyeksi muara ileum ke
dalam sekum. Titik potong tapi lateral dengan garis penghubung SIAS
kanan dengan pusat. Pada waktu peradangan apendisitis, daerah ini sangat
sakit saat ditekan. Kadang-kadang apendiks perlu dibuang dengan operasi
apendiktomi untuk menghilangkan infeksi.
2. Kolon asendens : bagian yang memanjang dari sekum ke fossa iliaka kanan
sampai sebelah kanan abdomen. Panjangnya 13 cm terletak di bawah
abdomen sebelah kanan dan di bawah hati ke sebelah kiri. Lengkung ini
disebut fleksura hepatica (fleksura koli dekstra) dan dilanjutkan dengan
kolon transversum.
3. Kolon transversum : panjangnya 38 cm membujur dari kolon asendens
sampai ke kolon desenden. Berada di bawah abdomen sebelah kanan tepat
pada lekukan disebut fleksura lienalis (fleksura koli sinistra), mempunyai
mesenterium yang melekat pada omentum mayus.
4. Kolon desenden : panjangnya ± 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian
kiri dari atas ke bawah. Dari depan fleksura lienalis sampai depan ileum
kiri, bersambung dengan sigmoid dan dinding belakang peritoneum
(retroperitoneal).
5. Kolon sigmoid : bagian ini merupakan lanjutan kolon desenden, terletak
miring dalam rongga pelvis. Bagian ini panjangnya 40 cm dalam rongga
pelvis sebelah kiri, berbentuk huruf S. Ujung bawahnya berhubungan
dengan rektum.Kolon sigmoid ini ditunjung oleh mesenterium yang
disebut mesokolon sigmoideum. (Syaifuddin. 2009).
g. Rektum dan Anus.
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
feses). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam
rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk
melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali
dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan
pengerasan feses akan terjadi. (Anisa Nur Nina. 2014).
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus.Biasanya rektum ini kosong
karena tinja di simpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon
desendens.Jika kolon desendens penuh buang air besar (BAB). Orang dewasa
dan anak yang lebih tua bias menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang
lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting
untuk menunda BAB.
Rektum terdiri atas dua bagian yaitu :
1. Rektum propida : bagian yang melebar disebut ampula rekti, jika terisi sisa
makanan akan timbul hasrat defekasi.
2. Rektum analis rekti : sebelah bawah ditutupi oleh serat-serat otot polos
(muskulus sfingter ani internus dan muskulus sfingter ani eksternus).
Kedua otot ini berfungsi pada waktu defekasi.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh.Sebagian anus terbentuk dari permukaaan tubuh
(kulit) dan sebagian lainnya dari usus.Suatu cincin berotot (sfingter ani)
menjaga agar anus tetap tertutup. (Zuyina. 2011).

C. Klasifikasi Hernia
a. Klasifikasi hernia menurut letaknya :
1. Hernia inguinal :
Hernia inguinal dibagi menjadi :
 Hernia Indirek atau Lateral : hernia ini terjadi melalui cincin inguinal
dan melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis, dapat
menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum.
 Hernia Direk atau Medialis : hernia ini melewati dinding abdomen di
area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia
inguinalis dan femoralis indirek. Lebih umum terjadi pada lansia.
2. Hernia Femoralis :
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada
wanita.Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoral yang
membesar dan secara bertahap menarik peritonium dan hampir tidak dapat di
hindari kandung kemih masuk kedalam kantong.
3. Hernia Umbilikal :
Hernia umbilikal pada umumnya terjadi pada wanita karena peningkatan
tekanan abdominal, Biasanya pada klien obesitas dan multipara.
4. Hernia Insisional :
Hernia insisional terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh
secara tidak adekuat, gangguan penyembuhan luka kemungkinan disebabkan
oleh infeksi, nutrisi tidak adekuat, distensi eksterm atau obesitas.
b. Klasifikasi hernia berdasarkan terjadinya :
1. Hernia Kongenital :
Hernia kongenital (bawaan) terjadi pada pertumbuhan janin usia lebih dari 3
minggu testis yang mula-mula terletak di atas mengalami penurunan
(desensus) menuju skrotum.
2. Hernia Akuisitas :
Hernia akuisitas (didapat) yang terjadi setelah dewasa atau pada usia lanjut.
Disebabkan karena adanya tekanan intraabdominal yang meningkat dan
dalam waktu yang lama, misalnya batuk kronis, konstipasi kronis, gangguan
proses kencing (hipertropi prostat, striktur uretra), asites dan sebagainya.
c. Klasifikasi hernia menurut sifatnya :
1. Hernia Reponible/Reducible :
Bila isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar jika berdiri/mengejan dan
masuk lagi jika berbaring/didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri/gejala
obstruksi usus.
2. Hernia Irreponible :
Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga karena
perlekatan isi kantong pada pada peritoneum kantong hernia, tidak ada
keluhan nyeri/tanda sumbatan usus, hernia ini disebut juga hernia akreta.
3. Hernia Strangulata/Inkaserata :
Bila isi hernia terjepit oleh cincing hernia, isi kantong terperangkap, tidak
dapat kembali dalam rongga perut disertai akibat yang berupa gangguan
pasase/vaskularisasi.(Suratun. 2010).

D. Etiologi
Penyebab pasti hernia masih belum diketahui, tetapi ada beberapa
predisposisi yang dihubungkan dengan peningkatan risiko hernia, meliputi hal-hal
sebagai berikut :
a. Peningkatan tekanan intraabdomen :
Banyak faktor yang dapat meningkatkan tekanan intraabdomen.Beberapa
pasien mengalami hernia setelah mengalami injuri abdomen.Tekanan abdomen
dengan intesitas tinggi seperti pada batuk atau muntah berat, kehamilan,
obesitas, cairan intraabdomen, atau mengangkat benda berat meningkatkan
dorongan dan beresiko terjadi hernia.
b. Kelemahan kongenital :
Defek kongenital pada sfingter kardia memberikan predisposisi melemahnya
bagian ini, dengan adanya peningkatan tekanan intraabdomen, maka kondisi
hernia menjadi meningkat.
c. Peningkatan usia :
Kelemahan otot dan kehilangan elastisitas pada usia lanjut meningkatkan
risiko terjadinya hernia. Dengan melemahnya elastisitas, sfingter kardia yang
terbuka luas tidak kembali ke posisi normal.Selain itu, kelemahan otot diafragma
juga membuka jalan masuknya bagian lambung ke rongga toraks.(Muttaqin.
2011).
E. Patofisiologi

Hernia terdiri dari tiga unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari
peritoneum, isi hernia (usus, omentum, kadang berisi organ intraperitoneal lain atau
organ ekstraperitonel seperti ovarium, apendiks divertikel dan buli-buli), dan
struktur yang menutupi kantong hernia yang dapat berupa kulit (skrotum),
umbilikus, paru dan sebagainya.
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau di dapat, lebih
banyak terjadi pada pria dari pada wanita. Faktor yang berperan kausal adalah
adanya prosesur faginalis yang terbuka, peningkatan tekanan intraabdomen (pada
kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat berat, mengejan saat defekasi dan
miksi, akibat BPH dan kelemahan otot dinding perut karena usia).
Secara patofisiologi pada hernia indirek, sebagian usus keluar melalui duktus
spermatikus sebelah lateral dari arteri epigastrika inferior mengikuti kanalis
inguinalis yang berjalan miring dari lateral atas ke medial, masuk ke dalam skrotum.
Juga disebut hernia inguinalis lateralis atau oblique dan biasanya merupakan hernia
yang kongenital.Kongenital karena melalui suatu tempat yang juga merupakan
kelemahan kongenital.Karena usus keluar dari rongga perut masuk ke dlaam
skrotum dan jelas tampak dari luat maka hernia inguinalis disebut pula “hernia
eksternal”.
Jika lubang hernia cukup besar maka isi hernia (usus) dapat didorong masuk
lagi keadaan ini di sebut hernia reponibel.Jika isi hernia tidak dapat masuk lagi
disebut hernia inkaserata, pada keadaan ini terjadi bendungan darah pembuluh darah
yang disebut strangulasi. Akibat gangguan sirkulasi darah akan terjadi kematian
jaringan setempat yang disebut infark. Infark pada usus disertai dengan rasa nyeri
dan perdarahan di sebut infark hemoragik.
Bagian usus yang nekrotik berwarna merah kehitam-hitaman dengan dinding
yang menebal akibat bendungan dalam vena.Darah dapat juga masuk ke dalam isi
hernia (usus) atau ke dalam kantong hernia.Akibat infeksi kuman yang ada dalam
rongga usus yang terbendung, maka mudah terjadi pembusukan atau gangren.
(Suratun. 2010)

F. Tanda dan Gejala


Manifestasi klinik Hernia Inguinalis Lateralis sebagai berikut :
a. Tampak adanya benjolan di lipatan paha atau perut bagian bawah dan benjolan
bersifat temporer yang dapat mengecil dan menghilang yang disebabkan oleh
keluarnya suatu organ.
b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan nyeri di tempat tersebut disertai
perasaan mual.
c. Nyeri yang diekpresikan sebagai rasa sakit dan sensasi terbakar. Nyeri tidak
hanya didapatkan di daerah inguinal tapi menyebar ke daerah panggul, belakang
kaki, dan daerah genetal yang disebut reffred pain.Nyeri biasanya meningkat
dengan durasi dan intensitas dari aktifitas atau kerja yang berat. Nyeri akan
meredah atau menghilang jika istirahat. Nyeri akan bertambah hebat jika terjadi
stranggulasi karena suplai darah ke daerah hernia terhenti sehingga kulit menjadi
merah dan panas.
d. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah) di
samping benjolan di bawah selah paha.
e. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut di sertai sesak
nafas.
f. Bila klien mengejan atau batuk maka hernia akan bertambah besar.
(Suratun. 2010).

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medik hernia inguinalis antara lain :
a. Terapi Konservatif :
1. Reposisi :
Tindakan memasukkan kembali isi hernia ke tempatnya semula secara hati-
hati dengan tindakan yang lembut tetapi pasti.Tindakan ini hanya dapat
dilakukan pada hernia reponibilis dengan menggunakan kedua tangan.
Tangan yang satu melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang lain
memasukkan isi hernia melalui hernia tadi.
2. Pemakaian penyangga/sabuk hernia :
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur
hidup.
b. Terapi Operatif :
1. Herniotomi :
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya.Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan jika ada perlengkapan,
kemudian direposisi, kantong hernia dijahit, ikat setinggi mungkin lalu
dipotong.
2. Hernioplasti :
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
c. Medikasi :
1. Pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri.
2. Pemberian antiobiotik untuk menyembuhkan infeksi.
d. Aktivitas dan diet
1. Aktivitas :
Hindari mengangkat barang yang berat sebelum atau sesudah pembedahan.
2. Diet :
Tidak ada diet khusus, tetapi setelah operasi diet cairan sampai saluran
gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi seimbang.
Tingkatkan masukan serat dan tinggi cairan untuk mencegah sembelit dan
mengejan selama buang air besar. Hindari kopi, teh, coklat, minuman
berkarbonasi, minuman beralkohol dan setiap makanan atau bumbu yang
memperburuk gejala

H. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul


1. Pengkajian
a. Status Respiratori
Kebebasan saluran nafas, kedalaman bernafas, kecepatan, sifatnya. Bunyi
nafas : ada dan sifatnya.
b. Status Sirkulatori
Nadi, tekanan darah, suhu, warna kulit, pengisian kapiler.
c. Status Neurologis
Tingkat kesadaran, penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala shock dan
harus segera dilaporkan kepada ahli bedah dan disertai gejala lain yang jelas.
d. Balutan
Keadaan balutan, terdapat drain, terdapat selang yang harus disambung
dengan system drainase.
e. Kenyamanan
Terdapat nyeri, mual, muntah, sikap tidur yang nyaman dan memperlancar
ventilasi.
f. Keamanan
Terdapat pengaman pada tempat tidur, alergi atau sensitive terhadap obat,
makanan, plester, larutan. Munculnya proses infeksi ; demam.
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
b. Cemas berhubungan dengan krisis situasional, rencana operasi
c. Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatannya
berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak mengetahui sumber-sumber
informasi, terbatasnya kognitif pasien.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive, lika post pembedahan
e. Defisit / syndrom defisit self care berhubungan dengan kelamahan

N Diagnosa Tujuan Intervensi


o
1 Nyeri Akut b/d Setelah dilakukan askep Manajemen nyeri :
agen injuri fisik …. jam nyeri terkontrol, - Kaji nyeri secara
peningkatan komprehensif ( Lokasi,
kenyamanan dengan karakteristik, durasi,
KH: frekuensi, kualitas dan
- Klien melaporkan nyeri faktor presipitasi ).
berkurang, skala nyeri - Observasi reaksi
2-3 nonverbal dari ketidak
- Ekspresi wajah tenang nyamanan.
& dapat istirahat, tidur. - Gunakan teknik
- V/S dbn (TD 120/80 komunikasi terapeutik
mmHg, N: 60-100 untuk mengetahui
x/mnt, RR: 16- pengalaman nyeri klien
20x/mnt). sebelumnya.
- Berikan lingkungan yang
tenang
- Ajarkan teknik non
farmakologis (relaksasi,
distraksi dll) untuk
mengetasi nyeri.
- Kolaborasi pemberian
analgetik untuk
mengurangi nyeri.
- Monitor penerimaan klien
tentang manajemen nyeri.
- Monitor V/S
- Evaluasi efektifitas
analgetik, tanda dan gejala
efek samping.
2 Cemas Setelah dilakukan asuhan Penurunan kecemasan
berhubungan keperawatan selama .... x - Bina hubungan saling
dengan krisis 24 jam, cemas klien percaya dengan pasien.
situasional, terkontrol. - Kaji tingkat kecemasan dan
rencana operasi Kriteria Hasil: reaksi fisik pada tingkat
- Ekspresi wajah tampak kecemasan (tachicardia,
tenang, rileks dan tachypnea, ekspresi cemas
kooperatif non verbal)
- Mengenali, - Jelaskan seluruh prosedur
mengungkapkan dan tindakan kepada klien dan
menunjukkan teknik perasaan yang mungkin
untuk mengontrol muncul pada saat
kecemasan. melakukan tindakan.
- Menemukan sikap - Berikan informasi tentang
tubuh, ekspresi wajah, diagnosa, prognosis dan
isyarat dan tingkat tindakan.
kegiatan yang - Sediakan aktivitas untuk
menggambarkan menurunkan ketegangan
berkurangnya - Bantu pasien untuk
penderitaan. mengidentifikasi situasi
- Menunjukkan beberapa yang menciptakan cemas.
kemampuan untuk - Tentukan kemampuan
menenangkan diri pasien untuk mengambil
keputusan
- Instruksikan pasien untuk
menggunakan teknik
relaksasi.
- Kolaborasi untuk pemberian
obata penurun cemas , jika
memungkinkan
Peningkatan Koping
- Hargai pemahaman pasien
tentang proses penyakit
- Hargai dan diskusikan
alternatif respon terhadap
situasi
- Gunakan pendekatan yang
tenang dan memberikan
jaminan.
- Sediakan informasi aktual
tentang diagnosa,
penanganan dan prognosis.
- Sediakan pilihan yang
realistis tentang aspek
perawatan saat ini.
- Libatkan keluarga atau
orang terdekat dengan klien.
- Bantu klien untuk
mengidentifikasi
penggunaan koping yang
efektif.
- Beri penyuluhan tentang
prosedur pre operasi dan
post operasi.
- Berikan pujian untuk
menggunakan sumber
koping yang efekti
3 Kurang Setelah dilakukan asuhan Peningkatan pengetahuan
pengetahuan keperawatan selama .... x - Kaji tingkat pengetahuan
tentang penyakit, 24 jam, pengetahuan tentang proses penyakit
perawatan dan klien meningkat. Dengan - Jelaskan proses penyakit
pengobatannya Kriteria Hasil - Tentukan kemampuan
berhubungan - Pasien mengungkapkan pasien untuk mempelajari
dengan kurangnya pengertian tentang proses informasi khusus.
informasi, tidak penyakit dan pengobatan. - Berikan pengajaran sesuai
mengetahui - Berpartisipasi dalam dengan tingkat pemahaman
sumber-sumber pengobatan pasien, ulangi informasi bila
informasi, dipelrukan.
terbatasnya - Ikutsertakan keluarga atau
kognitif pasien. anggota keluarga lain.
- Jelaskan tentang program
pengobatan dan alternatif
pengobatan.
- Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
digunakan untuk mencegah
komplikasi.
- Diskusikan tentang terapi
dan pilihannya.
- Eksplorasi kemungkinan
sumber yang bisa
digunakan/mendukung.
- Tanyakan kembali
pengetahuan klien tentang
penyakit, prosedur
perawatan dan pengobatan.
4 Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan askep Kontrol infeksi :
adanya luka …. jam risiko infeksi - Bersihkan lingkungan
operasi, imunitas Terkontrol, terdedekti setelah dipakai pasien lain
tubuh menurun, dg KH: - Batasi pengunjung bila
prosedur invasive - Bebas dari tanda & perlu dan anjurkan u/
gejala infeksi istirahat yang cukup
- Angka lekosit normal - Anjurkan keluarga untuk
(4-11.000) cuci tangan sebelum dan
- Suhu normal ( 36 – 37 setelah kontak dengan klien.
c - Gunakan sabun anti
microba untuk mencuci
tangan.
- Lakukan cuci tangan
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.
- Gunakan baju, masker dan
sarung tangan sebagai alat
pelindung.
- Pertahankan lingkungan
yang aseptik selama
pemasangan alat
- Lakukan perawatan luka
sesuai indikasi
- Lakukan dresing infus,dan
dresing kateter sesuai
indikasi.
- Tingkatkan intake nutrisi. &
cairan yang adekuat
- Kolaborasi untuk pemberian
antibiotik sesuai program.
Proteksi terhadap infeksi
- Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal.
- Pertahankan teknik aseptik
untuk setiap tindakan.
- Inspeksi kulit dan mebran
mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase.
- Inspeksi keadaan luka dan
sekitarnya
- Monitor perubahan tingkat
energi.
- Dorong klien untuk
meningkatkan mobilitas dan
latihan.
- Instruksikan klien untuk
minum antibiotik sesuai
program.
5 Sindrom defisit Setelah dilakukan askep Bantuan perawatan diri
self care b/d … jam klien dan keluarga - Monitor kemampuan pasien
kelemahan, dapat merawat diri : terhadap perawatan diri
penyakitnya activity daily living (adl) yang mandiri
dengan kritria : - Monitor kebutuhan akan
- kebutuhan klien personal hygiene,
sehari-hari terpenuhi berpakaian, toileting dan
(makan, berpakaian, makan, berhias
toileting, berhias, - Beri bantuan sampai klien
hygiene, oral higiene) mempunyai kemapuan
- klien bersih dan tidak untuk merawat diri
bau. - Bantu klien dalam
memenuhi kebutuhannya
sehari-hari.
- Anjurkan klien untuk
melakukan aktivitas sehari-
hari sesuai kemampuannya
- Pertahankan aktivitas
perawatan diri secara rutin
- dorong untuk melakukan
secara mandiri tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.
- Berikan reinforcement
positif atas usaha yang
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

 Buku Pendaftran Bedah Umum Ruang Instalasi Bedah Sentral RSUD Penembahan
Senopati Bantul Bulan September-November Tahun 2017
 Rahayuningtyas Clara. 2014 di Http://Rdhusaini.Blogspot.Co.Id/2013/07/Asuhan-
Keperawatan-Pada-Pasien-Dengan.Html akses 9 desember 2017
 Nurarif Amin Huda. 2015Http://Rdhusaini.Blogspot.Co.Id/2013/07/Asuhan-
Keperawatan-Pada-Pasien-Dengan.Html(Http://Askep-Kesehatan.Jurnal Kesehatan
Provinsi.Com/2009/01/. Jambi Independent.Html). di akses 9 desember 2017
 Anisa Nur Nina. 2014.Http://Fitriamai92.Blogspot.Co.Id/2012/07/Asuhan-
Keperawatan-Klien-Dengan-Pre-Op.Html) di akses 9 desember 2017
 Rizqiyansyah Apri. 2013Http://Rdhusaini.Blogspot.Co.Id/2013/07/Asuhan-
Keperawatan-Pada-Pasien-Dengan.Html di akses 9 desember 2017
 Suratun. 2010 di akses Http://Rdhusaini.Blogspot.Co.Id/2013/07/Asuhan-
Keperawatan-Pada-Pasien-Dengan.Html diakses 9 desember 2017

Anda mungkin juga menyukai