Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GEA

DISUSUN OLEH :
ARFIAN ERI ARMANDA
2007111

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEMESTER IV


UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
LAPORAN PEMDAHULUAN DIARE

A. Konsep Dasar Medik

1. Definisi

Diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 kali sehari

dan diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare

akut dan diare kronis. Diare merupakan keadaan individu

mengalami atau beresiko mengalami defekasi berupa feses cair

atau feses tidak berbentuk dalam frekuensi yang sering (Carpenito,

2018).

Diare adalah BAB dengan jumlah tinja yang banyak dari

biasanya, dengan tinja yang berbentuk cair atau setengah cair

dapat pula disertai frekuensi defekasiyang meningkat. Diare adalah

buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau

setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak

dari biasanya yaitu lebih dari 200g atau 200ml/24 jam (Ngastiyah,

2018)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diare

merupakan suatu kondisi dimana individu mengalami defekasi berupa


feces yang encer atau lunak dan tidak berbentuk serta

dikeluarkan secara terus menerus dengan frekuensi lebih dari 3 kali

2. Anatomi dan fisiologi

Anatomi fisiologi pencernaan

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut

sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk

menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,

menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian

makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut

dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),


kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.

Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar

saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.Berikut

urutan sistem pencernaan manusia yang dijelaskan mulai dari sistem

pencernaan dan fungsinya, penjelasannya serta sistem pencernaan

manusia beserta gambarnya secara berurutan mulai dari mulut hingga

anus.

a. Mulut

Mulut merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan

dan air. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan.

Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan

dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.

Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan

pahit. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di

kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-

bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah

akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan

enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga

mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang

memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Kelenjar

air liur mengandung enzim amilase (ptialin) yang berfungsi untuk


mencerna polisakarida (amilum) menjadi disakarida. Proses

menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.

Lidah merupakan suatu massa otot lurik yang diliputi oleh

membran mukosa. Serabut-serabut otot satu sama lain saling

bersilangan dalam 3 bidang, berkelompok dalam berkasberkas,

biasanya dipisahkan oleh jaringan penyambung. Pada permukaan

bawah lidah, membran mukosanya halus, sedangkan permukaan

dorsalnya ireguler, diliputi oleh banyak tonjolan-tonjolan kecil

yang dinamakan papilae. Papilae lidah merupakan tonjolan-

tonjolan epitel mulut dan lamina propria yang diduga bentuk dan

fungsinya berbeda. Terdapat 4 jenis papilae pada lidah, yaitu

sebagai berikut.

1) Papilae filiformis

Papilae filiformis mempunyai bentuk penonjolan langsing dan

konis, sangat banyak,dan terdapat di seluruh permukaan lidah.

Epitelnya tidak mengandung puting kecap (reseptor).

2) Papilae fungiformis

Papilae fungiformis menyerupai bentuk jamur karena

mempunyai tangkai sempit dan permukaan atasnya melebar.

Papilae ini mengandung puting pengecap yang tersebar pada

permukaan atas, secara tidak teratur terdapat di sela-sela antara

papilae filiformis yang banyak jumlahnya.

3) Papilae foliatae
Papilae folitae tersusun sebagai tonjolan-tonjolan yang sangat

padat sepanjang pinggir lateral belakang lidah. Papilae ini

mengandung banyak puting kecap.

4) Papilae circumvallatae

Papilae circumfalatae merupakan papilae yang sangat besar

yang permukaannya pipih meluas di atas papilae lain. Papilae

circumvallatae tersebar pada daerah “V” pada bagian posterior

lidah. Banyak kelenjar mukosa dan serosa (Von Ebner)

mengalirkan isinya ke dalam alur dalam yang mengelilingi

pinggir masing-masing papila. Susunan yang menyerupai parit

ini memungkinkan aliran cairan yang kontinyu di atas banyak

puting kecap yang terdapat sepanjang sisi papilae ini. Aliran

sekresi ini penting untuk menyingkirkan partikel-partikel dari

sekitar puting kecap sehingga mereka dapat menerima dan

memproses rangsangan pengencapan yang baru. Selain kelenjar-

kelenjar serosa yang berkaitan dengan jenis papilae ini, terdapat

kelenjar mukosa dan serosa kecil yang tersebar di seluruh

dinding rongga mulut lain-epiglotis, pharynx, palatum, dan

sebagainya-untuk memberi respon terhadap rangsangan kecap

b. Tenggorokan (Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.

Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe

yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan

terhadap infeksi, disini terletak persimpangan antara jalan nafas dan


jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung,

di depan ruas tulang belakang. Keatas bagian depan berhubungan

dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana,

keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan

lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari 3 bagian sebagai

berikut.

1) Bagian superior

Bagian ini disebut dengan nasofaring. Pada nasofaring bermuara

tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga.

2) Bagian media

Bagian ini merupakan bagian yang sama tinggi dengan mulut.

Bagian media disebut dengan orofaring.Bagian ini berbatas

kedepan sampai diakar lidah.

3) Bagian inferior

Bagian ini merupakan bagian yang sama tinggi dengan laring.

Bagian inferior disebut dengan laring gofaring yang

menghubungkan orofaring dengan laring.

c. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang

dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam

lambung. Sering juga disebut dengan esofagus(dari bahasa Yunani).

Panjang kerongkongan ± 20 cm dan lebar ± 2 cm. Organ ini berfungsi


untuk menghubungkan mulut dengan lambung. Makanan berjalan

melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Gerak

peristaltik kerongkongan meliputi gerakan melebar, menyempit,

bergelombang, dan meremas-remas agar makanan terdorong ke

lambung. Di kerongkongan, zat makanan tidak mengalami pencernaan.

Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.

Menurut histologi, Esofagus dibagi menjadi tiga bagian, yaitubagian

superior (sebagian besar adalah otot rangka),bagian tengah (campuran

otot rangka dan otot halus), danbagian inferior (terutama terdiri dari

otot halus).

d. Lambung

Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan

berbentuk seperti kandang keledai . Lambung dibagi menjadi tiga

daerah, yaitu sebagai berikut.

1) Kardiak,yaitu bagian lambung yang paling pertama untuk tempat

masuknya makanan dari kerongkongan (esofagus).

2) Fundus, yaitu bagian lambung tengah yang berfungsi sebagai

penampung makanan serta proese pencernaan secara kimiawi

dengan bantuan enzim.

3) Pilorus, yaitu bagian lambung terakhir yang berfungsi sebagai jalan

keluar makanan menuju usus halus


Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot

berbentuk cincin (sfingter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam

keadaan normal, sfingter menghalangi masuknya kembali isi lambung

ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan,

yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan

enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat

penting, yaitu sebagai berikut.

1) Lendir.

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam

lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan

kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.

2) Asam klorida (HCl).

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang

diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung

yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi

dengan cara membunuh berbagai bakteri.

3) Prekursor pepsin.

Pepsinmerupakan enzim yang memecahkan protein.

e. Usus Halus (Usus Kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan

yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya

akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati

melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi

isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan


makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil

enzim yang mencerna protein, gula dan lemak Lapisan usus halus

terdiri atas lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar

(muskulus sirkuler), lapisan otot memanjang (muskuluslongitudinal),

dan lapisan serosa (sebelah luar). Usus halus terdiri dari tiga bagian

yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus

penyerapan (ileum).

1) Usus dua belas jari (duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus

yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus

kosong (jejunum). Nama duodenum berasal dari bahasa Latin

duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.Bagian usus dua

belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai

dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. Usus dua

belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus

seluruhnya oleh selaput peritoneum.Usus dua belas jari memiliki

pH yang normal berkisar sembilan. Pada usus dua belas jari

terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung

empedu. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas

jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.

Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus

dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,

duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk

berhenti mengalirkan makanan.


2) Usus Kosong (jejunum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)

adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari

(duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Jejunum diturunkan

dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris

modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Latin, jejunus, yang

berarti “kosong”. Pada orang dewasa, panjang seluruh usus halus

antara 2-8 meter, di mana 1-2 meter adalah bagian usus kosong.

Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh

dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa

membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas

permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan

usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara

histologis dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni

sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk

membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara

makroskopis.

Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus

halus. Pada sistem pencernaan manusia) illeum memiliki panjang

sekitar 2-4 meter dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan

dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8

(netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan

garam-garam empedu.
f. Usus Besar (Colon)

Usus besar merupakan kelanjutan dari usus halus yang memiliki

tambahan usus yang berupa umbai cacing (appedix). Usus besar

terdiri dari tiga bagian yaitu bagian naik (ascending), mendatar

(tranverse), dan menurun (descending). Pada usus besar tidak

terjadi pencernaan. Semua sisa makanan akan dibusukkan dengan

bantuan bakteri E. coli dan diperoleh vitamin K. Di bagian akhir

usus besar terdapat rektum yang bermuara ke anus untuk

membuang sisa makanan. Fungsi utama organ ini adalah menyerap

air dari feses. Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus

besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu

penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi

membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting

untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik

bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus

besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan

dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

g. Rektum dan Anus

Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah

sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon

sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat

penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena

tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens.

Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka
timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya

dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan

memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan

defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan

dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali

dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama,

konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.Orang dewasa dan anak

yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang

lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang

penting untuk menunda BAB Anus merupakan lubang di ujung saluran

pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus

terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.

Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses

dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB),

yang merupakan fungsi utama anus.

3. Etiologi

Menurut Ngastiyah (2018), penyebab diare dibagi dalam beberapa

factor yaitu :

a. Faktor infeksi

Faktor infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak :

1) Infeksi bakteri : e.coli, salmonella, campylobacler, tersinia,

aeoromonas.
2) Infeksi virus : enterovirus ( virus ECHO, cakseaclere,

poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-lain.

3) Infeksi parasite : cacing ( asoanis, trichuris, oxyuris,strong

ylokles, protozoa, ( entamoeba histolytica, giarella lemblia,

tracomonas hormonis) jamur (candida albicans).

4) Infeksi parental ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan :

otitis media akut (OMA), tonsilitis, bronkopneumonia,

ensefalitis, keadaan ini sering terjadi pada bayi dan anak yang

berumur dibawah 2 tahun.

b. Faktor malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat : disakardia ( intoleransi laktosa,

maltosadan sukrosa ) dan monosakarida ( intoleransi glukosa,

fruktosa dan galatosa). Pada bayi dan anak yang sering terjadi

intoleransi laktosa, malabsorbsi lemak dan protein.

c. Faktor resiko

Faktor resiko terjadinya diare adalah :

1) Factor prilaku yang meliputi

a) Tidak memberikan ASI eksklusif, memberikan makanan

pendamping / MPASI terlalu dini akan mempercepat bayi

kontak terhadap kuman.

b) Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan resiko

terkenan penyakit diare karena sulit untuk membersihkan

botol susu.
c) Tidak menerapkan kebiasaan mencuci tangan pakai sabun

sebelum memberikan ASI, setelah BAB, dan setelah

membersihkan BAB anak.

2) Factor lingkungan antara lain:

Ketersediaan air bersih yang tidak memadai

4. Klasifikasi Diare

Menurut (wulandari & erawati, 2018) diare dapat dikategorikan

menjadi :

a. Diare akut

Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat

dan konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak

datangnya dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu.

Menurut Depkes ( 2013), diare akut yaitu diare yang berlangsung

kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling berhenti lebih dari 2 hari.

Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita,


gradasi penyakit diare akut dapat dibedakan dalam empat kategori

yaitu :

1) Diare tanpa dehidrasi diare dengan dehidrasi ringan, apabila

cairan yang hilang 2-5% dari berat badan

2) Diare dengan dehidrasi sedangapabila cairan yang hilang

berkisar 5-8% dari berat badan.

3) Diare dengan dehidrasi berat , apabila cairan yang hilang lebih

dari 8-10%

b. Diare kronik

Diare kronik adalah diare yang hilang timbul, atau berlangsung

lama dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitive

terhadap gluten dan gangguan metabolisme yang menurun, lama

diare kronik lebih dari 30 hari.

5. Patofisiologi

Berbagai factor yang menyebabkan terjadinya diare diantaranya

karena factor infeksi dimana proses ini diawali dengan masuknya

mikroorganisme kedalam saluran pencernaan kemudian berkembang

dalam usus dan mengalami hipersekresi air & elektrolit sehingga

merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan usus. Berikutnya

terjadi perubahan dalam kapasitas usus sehingga menyebabkan

gangguan fungsi usus dalam mengabsorbsi cairan dan elektrolit.

Dengan adanya toksis bakteri maka akan menyebabkan gangguan


sistem transport aktif dalam usus akibatnya sel mukosa mengalami

iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit meningkat.

Faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan

absorbsi makanan yang mengakibatkan meningkatnya tekanan

osmotik sehingga terjadi pergeseran cairan dan elektrolit kedalam usus

yang dapat meningkatkan rongga usus sehingga terjadi diare.

Pada faktor makanan dapat terjadi apabila toksik yang ada tidak

dapat diserap dengan baik sehingga terjadi peningkatan peristaltik

yang mengakibatkan penurunan penyerapan makanan yang kemudian

terjadi diare. Diare adalah buang air besar dengan tinja berbetuk cair

atau lembek dengan frekuensi BAB meningkat sehingga

mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan

mengakibatkan kerusakan integritas kulit yang kemudian dapat terjadi

gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadinya

dehidrasi. Bila tejadi dehidrasi maka menimbulkan resiko syok

hipovelemik dan kekurangan volume cairan. Hilangnya cairan berlebih

juga bisa mengalami kerusakan integritas kulit perianal, kemudian

terjadinya asidosis metabolik yang menyebabkan sesak sehingga

timbulah gangguan pertukaran gas. Diare mengakibatkan distensi

abdomen (menekan abdomen), sehingga mengakibatkan mual dan

muntah kemudian nafsu makan menjadi berkurang timbulah

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.


6. PATHWAY

Infeksi Makanan Psikologis

Berkembang di Toksik tak dapat MK : Ansietas


usus diserap

Hiperistaltik Malabsorpsi KH,


Hipersekresi air Lemak, protein
dan elektrolit

Penyerapan makanan Meningkatnya


Isi usus diusus menurun tekanan osmotik

Pergeseran air dan


elektrolit ke usus

Diare
MK : DEFISIT
PENGETAHUAN
N

MK : DEFISIT
NUTRISI

Sumber : Nurarif, 2018, SDKI 2017

7. Manifestasi Klinis

Menurut Suriadi (2015) tanda dan gejala penyakit diare adalah ;

a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.

b. Penurunan BB dan nafsu makan.

c. Demam

d. Mual dan Muntah

e. Anoreksia

f. Lemah

g. Pucat

h. Perubahan TTV, nadi dan pernafasan cepat


i. Kram abdominal

j. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria)

k. Anus dan selitarnya lecet karena seringnya defekasi

l. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek ( elastisitas

kulit menurun), ubun-ubun dan mata cakung.

8. Komplikasi

Komplikasi Menurut Widoyono (2018) diare yang berkepanjangan

dapat menyebabkan:.

a. Dehidrasi (kekurangan cairan) Tergantung dari persentase cairan

tubuh yang hilang, dehidrasi dapat terjadi ringan, sedang, berat.

b. Gangguan sirkulasi Pada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi

dalam waktu yang singkat. Jika kehilangan cairan ini lebih dari

10% berat badan, pasien dapat mengalami syok atau presyok yang

disebabkan oleh berkurangnya volume darah (hipovolemia).

c. Gangguan asam-basa (asidosis) Hal ini terjadi akibat kehilangan

cairan elektrolit (bikarbonat) dari dalam tubuh. Sebagai

kompensasinya tubuh akan bernapas cepat untuk membantu

meningkatkan pH arteri.
d. Hipoglikemia (kadar gula darah rendah) Hipoglikemia sering terjadi

pada anak yang sebelumnya mengalami malnutrisi (kurang gizi).

Hipoglikemia dapat mengakibatkan koma. Penyebab yang pasti

belum diketahui, kemungkinan karena cairan ekstraseluler menjadi

hipotonik dan air masuk ke dalam cairan intraseluler sehingga

terjadi edema otak yang mengakibatkan koma.

e. Gangguan gizi Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang

kurang dan output yang berlebihan. Hal ini akan bertambah berat

bila pemberian makanan dihentikan, serta sebelumnya penderita

sudah mengalami kekurangan gizi (malnutrisi).

1. Pemeriksaan penunjang

Menurut Nurarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang diare

adalah:

a. Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan

1) Makroskopis dan mikroskopis

2) Ph dan kadar gula dalam tinja

3) Resistensi feses (colok dubur)

b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan

keseimbangan asam basa

c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal

ginjal

d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na,K,Kalsium, dan Prosfat.


e. Pemeriksaan darah rutin (hemoglobin, leukosit, trombosit dan

eritrosit)

2. Penatalaksanaan medis

a. Medis

Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting

yang perlu diperhatikan.

1) Jenis cairan

a) Oral : Pedialyte atau oralit, Ricelyte

b) Parentera : NaCl, Isotonic, infuse

2) Jumlah cairan Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan

cairan yang dikeluarkan.

3) Jalan masuk atau cairan pemeberian

a) Cairan per oral, pada pasien dehidrasi ringan dan sedang

cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl

dan NaHCO3, KCL, dan glukosa.

b) Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat

(RL) selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja.

Mengenai beberapa banyak cairan yang diberikan

tergantung dari berat ringan dehidrasi, yang diperhitungkan

dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat

badannya.

4) Jadwal pemberian cairan


Diberikan 2 jam pertama,selajutnya dilakukan penilaian

kembali status hidrasi untuk menghitung keburtuhan cairan.

a) Identifikasi penyebab diare

b) Terapi sistemik seperti pemberian obat anti diare, obat anti

mortilitas dan sekresi usus, antimetik.

b. Pengobatan dietetic

Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat

badan kurang dari 7 kg jenis makanan :

1) Susus (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah

adan asam lemak tidak jenuh, misalnyta LLM. Almiron atau

sejenis lainnya).

2) Makan setengah padat (bubur) atau makan padat (nasi tim), bila

anak tidak mau minum susu karena dirumah tidak biasa.

3) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang

ditermukan misalnya susus yang tidak mengandung laktosa

atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh

(Ngastiyah, 2014)

c. Penatalaksanaan keperawatan

1) Bila dehidrasi masih ringan

Berikan minum sebanyak-banyaknya, 1 gelas setiap kali setelah

pasien defekasi. Cairan mengandung elektrolit, seperti oralit.

Bila tidak ada oralit dapat diberikan larutan garam dan 1 gelas

air matang yang agak dingin dilarutkan dalam satu sendok teh

gula pasir dan 1 jumput garam dapur. Jika anak terus muntah
tidak mau minum sama sekali perlu diberikan melalui sonde.

Bila cairan per oral tidak dapat dilakukan, dipasang infuse

dengan cairan Ringer Laktat (RL) atau cairan lain (atas

persetujuan dokter). Yang penting diperhatikan adalah apakah

tetesan berjalan lancar terutama pada jam-jam pertama karena

diperlukan untuk mengatasi dehidrasi.

2) Pada dehidrasi berat

Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat.untuk mengetahui

kebutuhan sesuai dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan

yang masuk tubuh dapat dihitung dengan cara :

a) Jumlah tetesan per menit dikali 60, dibagi 15/20 (sesuai set

infuse yang dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol

infuse waktu memantaunya.

b) Perhatikan tanda vital : denyut nadi, pernapasan, suhu.

c) Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih

sering, encer atau sudah berubah konsistensinya.

d) Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk

mencegah bibir dan selaput lendir mulut kering.

e) Jika dehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien

diberikan makan lunak atau secara realimentasi

B. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian
a. Anamnesis: pengkajian mengenai nama lengkap, jenis kelamin,

tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang

tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan.

1). Keluhan Utama

Biasanya pasien mengalamin buang air besar (BAB) lebih

dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa

dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/ sedang),

atau BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare

berlangsung <14 hari maka diare tersebut adalah diare akut,

sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih

adalah diare persisten (Suariadi, 2017).

2). Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya pasien mengalami:

a) Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan

mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak

ada, dan kemungkinan timbul diare.

b) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan

darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena

bercampur empedu.

c) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering

defekasi dan sifatnya makin lama makin asam.

d) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.


e) Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan

eletrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak.

f) Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila

terjadi dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa dehidrasi.

Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang.

Tidak ada urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat)

(Nursalam, 2017).

3). Riwayat Kesehatan Dahulu

a) Kemungkinan anak tidak dapat imunisasi campak Diare

lebih sering terjadi pada anak-anak dengan campak atau

yang baru menderita campak dalam 4 minggu terakhir,

sebagai akibat dari penuruan kekebalan tubuh pada pasien.

Selain imunisasi campak, anak juga harus mendapat

imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG, imunisasi

DPT, serta imunisasi polio.

b) Adanya riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan

(antibiotik), makan makanan basi, karena faktor ini

merupakan salah satu kemungkinan penyebab diare.

c) Riwayat air minum yang tercemar dengan bakteri tinja,

menggunakan botol susu, tidak mencuci tangan setelah

buang air besar, dan tidak mencuci tangan saat menjamah

makanan.
d) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia

dibawah 2 tahun biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan

kejang yang terjadi sebelumnya, selama, atau setelah

diare. Informasi ini diperlukan untuk melihat tanda dan

gejala infeksi lain yang menyebabkan diare seperti OMA,

tonsilitis, faringitis, bronkopneumonia, dan ensefalitis

(Nursalam, 2017).

4). Riwayat Kesehatan

KeluargaAdanya anggota keluarga yang menderita diare

sebelumnya, yang dapat menular ke anggota keluarga

lainnya. Dan juga makanan yang tidak dijamin kebersihannya

yang disajikan kepada anak. Riwayat keluarga melakukan

perjalanan ke daerah tropis (Nursalam, 2017). Riwayat

NutrisiRiwayat pemberian makanan sebelum mengalami

diare, meliputi
a) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat

mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius.

b) Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan

air masak dan diberikan dengan botol atau dot, karena

botol yang tidak bersih akan mudah menimbulkan

pencemaran.

c) Perasaan haus anak yang diare tanpa dehidrasi tidak

merasa haus (minum biasa). Pada dehidrasi ringan atau

sedang anak merasa haus ingin minum banyak.

Sedangkan pada dehidrasi berat, anak malas minum atau

tidak bisa minum

5). Pola kebiasaan

a. Pola nutrisi

nafsu makan, frekuensi makan, jenis makanan,

kebiasaan sebelum makan, berat badan klien saat ini.

b. Pola eliminasi

Frekuensi urin yang keluar, dorongan untuk terus

berkemih
Defekasi : frekuensi, waktu BAB, warna,

konsistensi, keluhan saat BAB.

c. Personal hygine

Frekuensi mandi, frekuensi oral hygine, frekuensi

cuci rambut dan menggunting kuku.

d. Istirahat dan tidur

Frekuensi kebiasaan saat tidur sehari-hari, apakah

ada kesulitan saat mau tidur.

6). Pemeriksaan fisik

1. kepala

2. hidung

biasanya tidak ada kelaianan dan gangguan pada

hidung, tidak sianosis, tidak ada pernafasan cuping

hidung.

3. Telinga

Biasanya tidak ada kelainan pada telinga

4. Mulut dan lidah

1). Diare tanpa dehidrasi : mulut dan lidah basah

2). Diare dehidrasi ringan : mulut dan lidah kering

3). Diare dehirasi berat : mulut dan lidah sangat

kering

5. Leher
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah

bening tidak ada kelainan pada kelenjar tiroid.

6. Thoraks

a). jantung

inspeksi : pada anak biasanya iktus kordis tampak

terlihat .

b). auskultasi

pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal,

diare dehidrasi ringan atau sedang denyut jantung

pasien normal hingga meningkat, diare dengan

dehidrasi berat biasanya pasien mengalami

takikardi dan bradikardi.

7. Abdomen

Inspeksi : anak akan mngalami distensi abdomen

dan kram

Palpasi : turgor kulit pada pasien diare tanpa

dehidrasi baik pada pasien diare dehidrasi ringan

kembali < 2 detik, pada pasien dehidrasi berat

kembali >2 detik.

Auskultasi : biasanya anak yang mengalami diare

bising ususnya meningkat. Normalnya 5-30x.menit

8. Ektremitas

Anak dengan diare tanpa dehidrasi capillary refill

(CRT) normal, akral teraba hangat, anak dengan


diare dehidrasi ringan CRT kembali < 2 detik,

akral teraba dingin, sianosis.

9. Genitalia

Anak dengan diare sering BAB maka hal yang

perlu dilakukan pemeriksaan apakah ada iritasi

pada anus.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenal

respns klien terhadap masalah Kesehatan atau proses kehidupan yang

didalamnya baik yang berlangsung actual maupuan potensial.

Diagnosa keperawtan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien


individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan

dengan Kesehatan (SDKI, 2017)

1. Diare

2. Risiko ketidakseimbangan cairan

3. Hipertermia

4. Defisit nutrisi

5. Defisit pengetahuan
3. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


(SDKI) (SLKI) (SIKI)

1 Diare Setelah dilakukan tindakan Manajemen diare


Definisi : keperawatan diharapkan : Definisi :
Pengeluaran feses yang sering, Eliminasi fekal membaik Mengidentifikasi dan mengelola diare
lunak dan tidak terbentuk. Definisi : dan dampaknya
Penyebab : Proses defekasi normal yang disertai Observasi
Fisiologis dengan pengeluaran feses mudah Identifikasi penyebab diare (mis.
- Inflamasi Kriteria hasil : Inflamasi gastrointestinal, iritasi
gastrointestinal. - Control pengeluaran feses gastrointestinal)
- Iritasi gastrointestinal. meningkat Identifikasi riwayat pemberian
- Proses infeksi. - Distensi abdomen menurun makanan
- Malabsorsi. - Nyeri abdomen menurun Identifikasi gejala invaginasi
Psikologis - Konsistensi feses membaik Monitor warna, volume, frekwensi, dan
- Kecemasan. - Frekuensi defekasi konsistensi tinja.
- Tinkat stres tinggi. - Peristaltic usus membaik Monitor tanda dan gejala hipovolemia
Situasional Status cairan membaik Monitor iritasi dan ulserasi kulit
- Terpapar kontaminan. Definisi : didaerah perineal
- Terpapar toksin. Kondisi volume cairan intravskuler, Monitor jumlah pengeluaran diare
- Penyalahgunaan interstisiel dan intraseluler Monitor keamanan penyiapan makanan
laksatif. - Kekuatan nadi meningkat Terapeutik
- Penyalahgunaan zat. - Turgor kulit meningkat Berikan asupan cairan oral
- Program pengobatan - Dispnea menurun Pasang jalur intravena
(agen tiroid, analgesik, - Perasaan lemah menurun Berikan cairan intravena
pelunak feses, - Frekuensi nadi membaik Ambil sampel darah untuk pemeriksaan
ferosultat, antasida, - Tekanan darah membaik darah lengkap dan elektrolit
cimetidine dan - Tekanan nadi membaik Ambil sampel feses untuk kultur, jika
antibiotik). - Membrane mukosa membaik perlu
- Perubahan air dan - Kadar Hb membaik Edukasi
makanan. - Kadar Ht membaik Anjurkan makanan porsi kecil dan
- Bakteri pada air. - Intake cairan membaik sering secara bertahap
Suhu tubuh membaik Anjurkan menghindari makanan, 
pembentuk gas, pedas, dan
mengandung lactose
Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas
Kolaborasi pemberian obat
antispasmodic/ spasmolitik
Kolaborasi pemberian obat pengeras
feses.
2 Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia
Definisi : keperawatan diharapkan : Definisi :
Suhu tubuh meningkat diatas termoregulasi Mengidentifikasi dan mengelola
rentang normal tubuh Definisi : peningkatan suhu tubuh akibat
Penyebab : Pengaturan suhu tubuh agar berada disfungsi termoregional
- Dehidrasi rentang normal Observasi
- Terpapar lingkungan Kriteria hasil : Identifkasi penyebab hipertermi (mis.
panas - Menggigil menurun dehidrasi terpapar lingkungan panas
- Proses penyakit (mis. - Kulit merah menurun penggunaan incubator)
infeksi, kanker) - Kejang menurun Monitor suhu tubuh
- Ketidaksesuaian pakaian - Pucat menurun Monitor kadar elektrolit
dengan tubuh - Takikardia menurun Monitor haluaran urine
- Peningkatan laju - Takipnea menurun Terapeutik
metabolisme - Hipoksia menurun Sediakan lingkungan yang dingin
- Respon trauma - Suhu tubuh membaik Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Aktivitas berlebihan - Tekanan darah membaik Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Penggunaan incubator Berikan cairan oral
Ganti linen setiap hari atau lebih sering
jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih)
Lakukan pendinginan eksternal (mis.
selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila)
Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
Batasi oksigen, jika perlu
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

Regulasi temperature
Definisi :
Mempertahankan suhu tubuh dalam
rentang normal
Observasi
Monitor suhu bayi sampai stabil ( 36.5
C -37.5 C)
Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam,
jika perlu
Monitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor dan catat  tanda dan gejala
hipotermia dan hipertermia
Terapeutik
Pasang alat pemantau suhu kontinu,
jika perlu
Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi
yang adekuat
Bedong bayi segera setelah lahir, untuk
mencegah kehilangan panas
Masukkan bayi BBLR ke dalam plastic
segera setelah lahir ( mis. bahan
polyethylene, poly urethane)
Gunakan topi bayi untuk memcegah
kehilangan panas pada bayi baru lahir
Tempatkan bayi baru lahir di bawah
radiant warmer
Pertahankan kelembaban incubator 50
% atau lebih untuk mengurangi
kehilangan panas Karena proses
evaporasi
Atur suhu incubator sesuai kebutuhan
Hangatkan terlebih dahulu bhan-bahan
yang akan kontak dengan bayi (mis.
seelimut,kain bedongan,stetoskop)
Hindari meletakkan bayi di dekat
jendela terbuka atau di area aliran
pendingin ruangan atau kipas angi
Gunakan matras penghangat, selimut
hangat dan penghangat ruangan, untuk
menaikkan suhu tubuh, jika perlu
Gunakan kasur pendingin, water
circulating blanket, ice pack atau
jellpad dan intravascular cooling
catherization untuk menurunkan suhu
Sesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Edukasi
Jelaskan cara pencegahan heat
exhaustion,heat stroke
Jelaskan cara pencegahan hipotermi
karena terpapar udara dingin
Demonstrasikan teknik perawatan
metode kangguru (PMK) untuk bayi
BBLR
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipiretik jika
perlu

3 Risiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan


cairan keperawatan diharapkan Observasi
Definisi : Keseimbangan cairan meningkat Monitor status hidrasi ( mis, frek nadi,
berisiko mengalami penurunan, Definisi : kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
peningkatan atau percepatan Ekuilibirium antara volume cairan di kelembapan mukosa, turgor kulit,
perpindahan cairan dari ruang intraseluler dan ekstraseluler tubh tekanan darah)
intraveskuler, interstisial atau Kriteria hasil : Monitor berat badan harian
intraselular. - Asupan cairan meningkat Monitor hasil pemeriksaan
Faktor Risiko - Haluaran urin meningkat laboratorium (mis. Hematokrit, Na, K,
Prosedur pembedahan mayor - Kelembapan mukosa membrane Cl, berat jenis urin , BUN)
Trauma/pembedahan meningkat Monitor status hemodinamik ( Mis.
Luka bakar - Edema menurun MAP, CVP, PCWP jika tersedia)
Aferesis - Dehidrasi menurun Terapeutik
Obstruksi intestinal - Tekanan darah membaik Catat intake output dan hitung balans
Peradangan pankreas - Denyut nadi membaik cairan dalam 24 jam
Penyakit ginjal dan kelenjar Merman mukosa membaik Berikan  asupan cairan sesuai
Disfungsi intestinal kebutuhan
Berikan cairan intravena bila perlu
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretik,  jika
perlu

4 Deficit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi


Definisi : keperawatan diharapkan : Definisi :
Asupan nutrisi tidak cukup Status nutrisi membaik Mengidentifikasi dan mengelola asupan
untuk memenuhi kebutuhan Definisi : nutrisi yang seimbang
metabolism Ketidakadekutan asupan nutrisi untuk Observasi
Penyebab : memenuhi kebutuhan metabolism Identifikasi status nutrisi
- Ketidakmampuan Kriteria hasil : Identifikasi alergi dan intoleransi
menelan makanan, - Porsi makanan yang dihabiskan makanan
- Ketidakmampuan meningkat Identifikasi makanan yang disukai
mencerna makanan, - Verbalisasi keinginan untuk Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
- Ketidakmampuan meningkatkan nutrisi nutrient
mengabsorbsi nutrient, meningkat Identifikasi perlunya penggunaan
- Peningkatan kebutuhan - Pengetahuan tentang pilihan selang nasogastrik
metabolism, makanan yang sehat meningkat Monitor asupan makanan
- Factor ekonomi (missal - Nyeri abdomen menurun Monitor berat badan
finansial tidak - Berat badan membaik Monitor hasil pemeriksaan
mencukupi) - Indeks massa tubuh (IMT) laboratorium
Factor pasikologis (misalnya membaik Terapeutik
- Frekuensi makan membaik Lakukan oral hygiene sebelum makan,
stress, keengganan untuk - Nafsu makan membaik jika perlu
- Bising usus membaik Fasilitasi menentukan pedoman diet
makan) Membrane mukosa membaik (mis. Piramida makanan)
Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
Berikan makan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makan melalui
selang nasigastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlU

5 Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas


Definisi : keperawatan diharapkan : Definisi :
Kondisi emosi dan pengalaman Tingkat ansietas menurun Meminimalkan kondisi indivisu dan
subyektif individu terhadap Definisi : pengalaman subjektif terhadap objek
objek yang tidak jelas dan Kondisi emosi dan pengalaman yang tidak jelas dan spesifik akibat
spesifik akibat antisipasi bahaya subjektif terhadap objektif yang tidak antipasti bahaya yang memungkinkan
yang memungkinkan individu jelas dan spesifik akiat antipasti bahaya indivisu melakukan tindakan untuk
melakukan tindakan untuk yang memunginkan individu melakukan menghadapi ancaman
menghadapi ancaman. tindakan untuk menghadapi ancaman Observasi
Penyebab : - Kriteria hasil : Identifikasi saat tingkat anxietas
- Krisis situasional - Verbalisasi kebingngan berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
- Kebutuhan tidak menurun Identifikasi kemampuan mengambil
terpenuhi - Verbalisasi khawatir akibat keputusan
- Krisis maturasional kondisi yang dihadapi menurun Monitor tanda anxietas (verbal dan non
- Ancaman terhadap - Perilaku gelisah menurun verbal)
konsep diri - Perilaku tegang menurun Terapeutik
- Ancaman terhadap - Frekuensi pernafasan menurun Ciptakan suasana  terapeutik untuk
kematian - Frekuesnsi nadi menurun menumbuhkan kepercayaan
- Kekhawatiran menurun Temani pasien untuk mengurangi
mengalami kegagalan - Tekanan darah menurun kecemasan , jika memungkinkan
- Disfungsi sistem menurun Pahami situasi yang membuat anxietas
keluarga - Pucat menurun Dengarkan dengan penuh perhatian
- Hubungan orang tua- - Konsentrasi membaik Gunakan pedekatan yang tenang dan
anak tidak memuaskan - Pola tidur membaik meyakinkan
- Faktor keturunan Kontak mata membaik Motivasi mengidentifikasi situasi yang
(temperamen mudah memicu kecemasan
teragitasi sejak lahir) Diskusikan perencanaan  realistis
- Penyalahgunaan zat tentang peristiwa yang akan datang
- Terpapar bahaya Edukasi
lingkungan (mis. toksin, Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
polutan, dan lain-lain) yang mungkin dialami
- Kurang terpapar Informasikan secara factual mengenai
informasi diagnosis, pengobatan, dan prognosis
Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
Anjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
Latih kegiatan pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan
Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat anti
anxietas, jika perlu
6 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi proses penyakit
Definisi ; keperawatan diharapkan Definisi :
Ketiadaan atau kurangnya Tingkat pengetahuan meningkat Memberikan informasi tentang
informasi kognitif yang definisi: mekanisme munculnya penyakit cara
berkaitan dengan topik tertentu Kecukupan informasi kognitif yang menimbulkan tan dan gejala
Penyebab : berkaitan dengan topik tertentu mengganggu kesehatan tubuh pasien
- Keteratasan kognitif Kriteria hasil : Observasi
- Gangguan fungsi - Perilaku sesuai anjuran meningkat Identifikasi kesiapan dan kemampuan
kognitif - Verbalisasi minat dalam belajar menerima informasi
- Kekeliruan mengikuti meningkat Terapeutik :
anjuran - Kemampuan menjelaskan Sediakan materi dan media Pendidikan
- Kurang terpapar pengetahuan tentang suatu objek kesehatan
informasi meningkat Jadwalkan Pendidikan kesehatan sesuai
- Kurang minat dalam Perilaku sesuai dengan pengetahuan kesepakatan
belajar Edukasi
- Kurang mampu Jelaskan penyebab dan factor risiko
mengingat penyakit
- Ketidaktahuan Jelaskan proes patofisiologis
menemukan sumber munculnya penyakit
informasi Jelaskan tanda dan gejala yang
ditimbulkan penyakit
Jelaskan kemungkinan terjadinya
komplikasi
Ajarkan cara meredakan atau mengatasi

gejala yang dirasakan


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. j. (2018). Buku saku diagnosa keperawatan edisi 10. Jakarta: EGC.
Ngastiyah, 2018. Perawatan anak sakit.Edisi II. Jakarta: EGC
Nurarif & Kusuma, Hardhi. 2017. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC (Edisi Revisi). MediAction
Suriadi dan Yuliani R. 2010. Asuhan keperawatan pada anak. Edisi III. Jakarta:
Sagung Seto
SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Widoyono. 2018. Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistim Gastro Intestinal
dan Hepatolibiler. Jakarta: Salemba Medika
Wulandari & erawati, 2018.Asuhan keperawatan pada anak. Yogjakarta: Graha
Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai