Anda di halaman 1dari 22

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

“SISTEM PENCERNAAN”

I MADE DENY SAPTA GIRI 1909482010097


NI KADEK SUKERTIASIH 1909482010106

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2019
A. Sususnan Saluran Pencernaan

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi
zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Pada
dasarnya system pencernaan makanan yang terbentang dari mulut sampai ke anus pada
manusia dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

1. Proses pengahancuran makanan yang terjadi dalam mulut sampai ke lambung.


2. Proses penyerapan sari makanan yang terjadi di dalam usus.
3. Proses pengeluaran sisa-sisa makanan melalui anus.

Makanan yang dimakan penting sebagai sumber energi kemudian digunakan oleh sel
untuk menghasilkan ATP untuk menjalankan aktivitas sebagai zat pembangun dan pengganti
sel-sel yang rusak. Pembuangan sisa atau sampah tubuh hanya memerlukan fungsi kecil dari
system pencernaan melalui defekasi. Pembuangan lain berlansung melalui paru, ginjal dan
kulit berupa keringat.

Agar makanan dapat dicerna secara optimal dalam saluran pencernaan. Saluran
pencernaan harus memiliki persedian air, elektrolit, ddan makanan yang terus menerus, ubtuk
itu dibutuhkan:

1. Pergerakan makanan melalui saluran pencernaan


2. Sekresi getah pencernaan
3. Absorbsi hasil pencernaan air dan elektrolit
4. Sirkulasi darah melalui organ-organ gastrointestinal yang membawa zat yang akan
diabsorbsi
5. Pengaturan semua fungsi oleh system saraf dan hormone

Susunan saluran pencernaan terdiri dari oris (mulut), faring (tekak), esofagus
(kerongkongan), lambung, usus halus yang terbagi menjadi duodenum (usus 12 jari), ileum
(usus penyerapan), jejunum; intestine mayor (usus besar), rectum dan anus. Saluran
pencernaan makanan menerima makanan dari luar dan mempersiapkan bahan makanan untuk
diserap oleh tubuh melalui proses mengunyah, menelan dan menyerap zat cair yang terdapat
mulai dari mulut sampai ke anus. Fungsi utama system pencernaan adalah menyediakan zat
nutrient yang sudah dicerna secara berkesinambungan, untuk didistribusikan ke dalam sel
melalui sirkulasi dengan unsur-unsur (air, elektrolit, dan zat giri). Sebelum zat ini diperoleh
tubuh, makanan harus berjalan/bergerak sepanjang saluran pencernaan.
Persitiwa yang terjadi dalam system pencernaan:
a. Pergerakan Makanan: gerakan mencampur, mengaduk, dan mendorong isi lumen akibat
kontraksi otot polos dinding saluran pencernaan. Gerakan mendorong isis lumen ke
depan dengan kecepatan yang tidak sama, mencampur makanan dengan liur dan
membantu absorbs dengan cara mendekatkan seluruh isi lumen ke permukaan saluran
pencernaan.
b. Sekresi (getah cerna): mulai dari mulut sampai ke ileum dilakukan oleh kelenjar-kelenjar
yang menyekresi air, elektrolit, dan bahan-bahan tertentu seperti enzim atau liur empedu
(mucus).
c. Pencernaan: proses pemecahan secara mekanik dan kimia, molekul-molekul besar yang
masuk saluran pencernaan menjadi molekul-molekul yang lebih kecil sehingga dapat
diserap oleh dinding saluran pencernaan.
d. Absorbs: Makanan yang telah mengalami perubahan dalam proses penyerapan hasil
pencernaan dari lumen menembus lapisan epitel masuk ke dalam darah atau cairan limfe.
Permukaan saluran pencernaan biasanya tidak rata, tetapi berkeluk-keluk sehingga
menambah luas permukaan yang tersedia untuk absorbs.
Berikut urutan sistem pencernaan manusia yang dijelaskan mulai dari sistem pencernaan
dan fungsinya, penjelasannya serta sistem pencernaan manusia beserta gambarnya secara
berurutan mulai dari mulut hingga anus.
B. Organ-Organ Sistem Pencernaan
1. Mulut (Oris)

Mulut merupakan organ pertama dari saluran pencernaan yang meluas dari bibir sampai
ke istmus fausium yaitu perbatasan antara mulut dengan faring. Dasar mulut sebagian besar
dibentuk oleh anterior lidah dan lipatan bilik membrane mukosa. Organ-organ kelengkapan
mulut terdiri dari:
a. Bibir
Bibir merupakan bagian eksternal yang ditutupi oleh kulit dan bagian interna dilapisi
oleh jaringan epitel yang mengandung mukosa. Bagian ini kaya pembuluh darah dan
banyak terdapat ujung saraf saraf sensorik.
b. Pipi
Pipi merupakan alat kelengkapan mulut bagian luarnya dilapisi oleh kulit dan bagian
dalam dilapisi oleh jaringan epitel, mengandung selaput lendir (membrane mukosa).
Otot pengunyah memanjang dari maksila ke mandibula yang sifatnya elastis. Sebelah
luar pipi terdapat fasia bukofaringeal dengan jaringan lemak.
c. Gigi
Gigi merupakan alat bantu yang berfungsi untuk mengunyah dan berbicara. Gigi terdiri
dari:
1. Gigi sulung (gigi susu) tumbuh sejak umur 6-8 bulan dan akan lengkap 20 buah
pada umur 2,5 tahun dengan rincian 8 gigi seri bentuknya seperti pahat yang
berfungsi untuk memotong, 4 gigi taring agak Panjang dan kuat berfungsi untuk
memotong, 8 gigi gerahan untuk menggiling dan menghancurkan makanan.
2. Gigi permanen (gigi tetap) tumbuh pada umur 6-18 tahun dan berjumlah 32 buah.
Susunananya sama dengan gigi susu ditambah dengan geraham premolar
sebasnyak 12 buah, merupakan penyempurnaan dari gigi susu.
d. Lidah
Lidah merupakan suatu massa otot lurik yang diliputi oleh membran mukosa.
Serabutserabut otot satu sama lain saling bersilangan dalam 3 bidang, berkelompok dalam
berkasberkas, biasanya dipisahkan oleh jaringan penyambung. Pada permukaan bawah
lidah, membran mukosanya halus, sedangkan permukaan dorsalnya ireguler, diliputi oleh
banyak tonjolan-tonjolan kecil yang dinamakan papilae. Papilae lidah merupakan tonjolan-
tonjolan epitel mulut dan lamina propria yang diduga bentuk dan fungsinya berbeda.
Terdapat 4 jenis papilae pada lidah, yaitu sebagai berikut.
1. Papilae filiformis
Papilae filiformis mempunyai bentuk penonjolan langsing dan konis, sangat banyak,
dan terdapat di seluruh permukaan lidah. Epitelnya tidak mengandung puting kecap
(reseptor).
2. Papilae fungiformis
Papilae fungiformis menyerupai bentuk jamur karena mempunyai tangkai sempit dan
permukaan atasnya melebar. Papilae ini mengandung puting pengecap yang
tersebarpada permukaan atas, secara tidak teratur terdapat di sela-sela antara papilae
filiformis yang banyak jumlahnya.
3. Papilae foliatae
Papilae folitae tersusun sebagai tonjolan-tonjolan yang sangat padat sepanjang pinggir
lateral belakang lidah. Papilae ini mengandung banyak puting kecap.
4. Papilae circumvallatae
Papilae circumfalatae merupakan papilae yang sangat besar yang permukaannya pipih
meluas di atas papillae lain. Papilae circumvallatae tersebar pada daerah “V” pada
bagian posterior lidah. Banyak kelenjar mukosa dan serosa (von Ebner) mengalirkan
isinya ke dalam alur dalam yang mengelilingi pinggir masing-masing papila. Susunan
yang menyerupai parit ini memungkinkan aliran cairan yang kontinyu di atas banyak
puting kecap yang terdapat sepanjang sisi papilae ini. Aliran sekresi ini penting untuk
menyingkirkan partikel-partikel dari sekitar puting kecap sehingga mereka dapat
menerima dan memproses rangsangan pengencapan yang baru. Selain kelenjar-
kelenjar serosa yang berkaitan dengan jenis papilae ini, terdapat kelenjar mukosa dan
serosa kecil yang tersebar di seluruh dinding rongga mulut lain-epiglotis, pharynx,
palatum, dan sebagainya-untuk memberi respon terhadap rangsangan kecap (Anderson,
1999; Syaifuddin, 2012, Pearce, 2007).
e. Kelenjar Ludah
Kelenjar ludah atau saliva merupakan kelenjar yang mensekresi larutan mukosa ke
dalam mulut, membasahi dan melumasi partikel makanan sebelum ditelan. Kelenjar ini
mengandung 2 enzime pencernaan yaitu lipase lingua untuk mencerna lemak dan enzyme
ptyalin/amilase untuk mencerna tepung. Kelenjar ludah terdiri dari:
1. Kelenjar ludah bawah rahang. Terdapat dibawah rahang atas di bagian tengah,
salurannya bernama ductus wartoni yang bermuara pada rongga mulut dekat
frenulum lingua.
2. Kelenjar ludah bawah lidah. Terdapat dibawah selaput lendir dasar rongga mulut
dan bermuara di dasar rongga mulut.
3. Kelenjar parotis. Terletak di bagian depan telinga di antara proseus mastoid kiri dan
kanan dekat os mandibula. Salurannya bernama ductus stensoni keluar dari
glandula parotis menuju rongga mulut melalui pipi.

Sekresi saliva dikendalikan melalui refleks tidak bersyarat dari lidah, esophagus,
lambung dan usus halus sebelah atas dan refleks syarat daerah korteks serebri dengan
perantara melihat, menghirup, mendengar dan memikirkan makanan. Dengan
perangsangan saraf simpatis sekresi saliva menjadi encer, volume menjadi besar dan
kandungan bahan organic sedikit disertai vasodilatasi pada kelenjar. Saliva berfungsi
sebagai:

a. Fungsi mekanis. Mencampur saliva dengan makanan agar menjadi lunak atau
setengah cair yang disebut bolus agar mudah ditelan dan mendinginkan makanan.
b. Fungsi kimia. Melarutkan makanan yang kering untuk dapat dirasakan.
2. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Didalam lengkung
faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar
limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak persimpangan antara
jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, di
depan ruas tulang belakang. Faring terdiri dari 3 bagian sebagai berikut:
a. Bagian Superior
Bagian ini disebut dengan nasofaring. Pada nasofaring bermuara tuba yang
menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga.
b. Bagian Media
Bagian ini merupakan bagian yang sama tinggi dengan mulut. Bagian media disebut
dengan orofaring. Bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah.
c. Bagian Inferior
Bagian ini merupakan bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian inferior disebut
dengan laring gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.

Peristiwa Menelan
Mekanisme kompleks faring melakukan gerakan mencegah masuknya makanan ke
jalan pernafasan dengan menutup sementara hanya beberapa detik, mendorong makanan
masuk ke dalam esofagus dan tidak membahayakan pernafasan. Peristiwa menelan dibagi
menjadi tiga bagian yaitu:
a. Stadium Volunter
Makanan didorong ke belakang mulut oleh tekanan lidah ke atas dan ke belakang
terhadap palatum. Lidah memaksa bolus makanan masuk ke dalam faring, proses
menelan hamper semua berjalan secara otomatis dan tidak dapat dihentikan.
b. Stadium Faringeal
Apabila bolus telah didorong ke belakang mulut, bolus akan merangsang reseptor
menelan yang terletak disekitar pintu faring melalui serangkaian kontraksi otot faring
otomatis. palatum mole didorong ke atas menutup faring posterior dengan mencegah
refleks makanan ke dlaam rongga hidung. Arkus palatofaringela tertarik ke tengah
untuk saling berdekatan. Arkus-arkus membentuk celah lewat faring posterior.
Epiglottis mengayun kebelakang dan keatas pintu superior laring untuk mencegah
masuknya makanan ke dalam trakea. Saluran laring ditarik ke atas dan ke depan oleh
otot lidah dan meregangkan pintu esofagus. Makanan masuk dengan mudah, kontraksi
ini mencegah masuknya udara ke dalam esofagus waktu bernafas. Kemudian akan
menimbulkan gelombvang peristaltik dengan cepat berjalan ke bawah melewati otot
faring mendorong makanan ke dalam esofagus. Proses ini berlangsung 1-2 detik.
c. Stadium Esofageal
Menghantarkan makanan yang sudah ditelan dari faring ke lambung dengan
pergerakan khusus yang disesuaikan dengan pergerakan peristaltik dengan dua jenis
gerakan:
1. Gelombang peristaltic primer: merupakan lanjutan gelombang peristaltic
faring dan menyebar ke esofagus. Stadium faringeal berlangsung 5-15 detik,
bila gagal maka timbul gelombang peristaltic sekunder.
2. Gelombang peristaltic sekunder: akibat rangsangan esofagus oleh makanan
yang tertinggal, gelombang ini terus terbentuk samapai semua makanan masuk
ke dalam lambung.

3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Panjang kerongkongan ± 20 cm
dan lebar ± 2 cm. Organ ini berfungsi untuk menghubungkan mulut dengan lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Gerak
peristaltik kerongkongan meliputi gerakan melebar, menyempit, bergelombang, dan
meremas-remas agar makanan terdorong ke lambung. Di kerongkongan, zat makanan tidak
mengalami pencernaan. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
Menurut histologi, Esofagus dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian superior (sebagian
besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus), danbagian
inferior (terutama terdiri dari otot halus) (Anderson, 1999; Syaifuddin, 2012, Pearce,
2007).
Sekresi esophagus bersifat mucoid, berfungsi memberikan pelumas untuk
pergerakan makanan melalui esophagus. Pada permulaan esophagus banyak terdapat
kelenjar mukosa komposita. Bagian badan utama dibatasi oleh banyak kelenjar mukosa
simpleks. Untuk mencegah erosi mukosa oleh makanan yang baru masuk, kelenjar
komposista pada perbatasan esophagus dengan lambung melindungi dinding esofagus dari
pencernaan getah lambung. Pada peralihan esofagus ke lambung terdapat sfringter kardiak
yang dibentuk oleh lapisan otot sirkuler esofagus. Sfringter ini terbuka secara refleks pada
akhir peristiwa menelan. Tunika mukosa esofagus mempunyai epitel gepeng berlapis,
lapisan mengandung kelenjar-kelenjar mukus. tunika muskularis tebal teridiri dari lapisan
dalam (sirkuler) dan lapisan luar longitudinal. Otot ini mengatur turunnya bolus secara
peristaltik ke lambung.

4. Lambung
Lambung merupakan sebuah kantong muskuler yang letaknya antara esofagus dan usus
halus. Lambung merupakan saluran yang dapat mengembang karena adanya gerakan
peristaltik. Variasi dari bentuk lambung sesuai dengan jumlah makanan yang masuk,
adanya gelombang peristaltik tekanan organ lain dan postur tubuh. Lambung dibagi
menjadi tiga daerah, yaitu sebagai berikut.
a. Kardiak, yaitu bagian lambung yang paling pertama untuk tempat masuknya makanan
dari kerongkongan (esofagus).
b. Fundus, yaitu bagian lambung tengah yang berfungsi sebagai penampung makanan
serta proese pencernaan secara kimiawi dengan bantuan enzim.
c. Pilorus, yaitu bagian lambung terakhir yang berfungsi sebagai jalan keluar makanan
menuju usus halus.

Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin
(sfingter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfingter menghalangi
masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang
makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.
Lambung dapat menampung makanan hingga 1liter hingga mencapai 2 liter, dinding
lambung disusun oleh otot-otot polos yang berfungsi menggerus makanan secara mekanik
melalui kontraksi otot-otot tersebut. Ada 3 jenis otot polos yang menyusun lambung yaitu
otot memanjang, otot melingkar, otot menyerong. Selain pencernaan mekanik, pada lambung
terjadi pencernaan kimiawi, dengan hasil penggerusan makanan di lambung secara mekanik
dan kimiawi akan menjadikan makanan menjadi bubur yang disebut bubur kim dengan
bantuan senyawa kimia. Senyawa tersebut adalah: Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting, yaitu sebagai berikut:
a. Asam klorida (HCl). Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga
berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai
bakteri.
b. Lipase. Lipase berfungsi untuk memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
Namun lipase yang dihasilkan sangat sedikit.
c. Renin. Renin berfungsi untuk mengendapkan protein pada susu (kasein) dari air susu
(ASI) yang hanya dimiliki oleh bayi.
d. Mukus. Mucus berfungsi untuk melindungi dinding lambung dari kerusakan akibat
asam lambung.

Setelah mengalami proses pencernaan kimiawi dan mekanik dilambung bubur makanan
atau kim selanjutnya masuk ke usus halus.

Sekresi Getah Lambung


Sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal proses makanan. Ketika melihat, mencium,
dan merasakan makanan, sekresi lambung akan terangsang karena pengaruh saraf sehingga
menimbulkan rangsangan kimiawi yang menyebabkan dinding lambung melepaskan
hormone yang disebut sekresi getah lam bung. Sekresi getah lambung mengalami tiga fase
yaitu:
a. Fase serebral
Antisipasi dari makanan menyebabkan stimulus merambat dari otak ke nervus vagus
sampai ke lambung tempat kelenjar terstimulasi untuk menyekresi gastrin, hormone
yang disekresi oleh membrane mukosa kanalis pylorus lambung untuk menghasilkan
getah lambung.
b. Fase gastrik
Lebih banyak gastrin yang diproduksi dengan kombinasi tiga peristiwa regangan
mekanik lambung oleh makanan dan produk proses dalam lambung.
c. Fase intestinal
Masuknya darah dalam intestinum menyebabkan sekresi getah lambung membentuk
lebih banyak gastrin.
Pengaturan sekresi getah lambung:
a. Mekanisme saraf
Refleks pendek atau local. Refleks Panjang nervus vagus melibatkan neuron
kolinergik yang merangsang sekresi HCl, pepsin dan mucus.
b. Mekanisme hormonal
Gastrin merangsang sekresi HCl, pepsin dan pertumbuhan mukosa lambung.
Perangsangan nervus vagus menimbulkan sekresi gastrin dengan perantara gastrin
relating peptide.
Gerakan Lambung

Apabila makanan ditelan, otot polos di fundus dari korpus lambung secara refleks melemah
sebelum makanan sampai di lambung, sehingga volume lambung meningkat sebesar 1,5 liter
tanpa peningkatan tekanan yang nyata. Reseptif relaksasi berlangsung melalui perantara
nervus vagus dan dikoordinasikan oleh pusat menelan.
Setelah lambung terisi penuh, kontraksi mulai melemah di daerah fundus dan korpus menekan
isi lambung. Kontraksi ini untuk beberapa waktu tidak menimbulkan pencampuran isi
lambung dengan getah lambung. Kontraksi akan meningkatkan tonus lambung menyebar ke
daerah korpus. Karena belum dapat melewati pylorus yang hanya dapat dilewati oleh partikel
kecil (1mm).
Keaktifan antrum mencampur dan mengaduk isi lambung secara cepat dan seksama dengan
sekresi lambung, membelah makanan menjadi partikel yang lebih kecil dan mencurahkan isi
lambung yang sudah dalam bentuk khimus (setengah cair) pelan-pelan masuk ke duodenum
karena pompaan antrum pylorus. Sfingter pylorus mengendalikan pengosongan lambung
walaupun pirolus tetap terbuka. Kontaksi antrum akan diikuti oleh kontraksi pylorus dan
duodenum. Apabila suatu gelombang peristaltic kuat sampai di antrum maka tekanan isi
antrum naik diikuti oleh kontraksi pylorus sehingga mendorong kembali sebagian besar isi
antrum yang masih bersifat padat ke korpus lambung, hanya sejumlah kecil yang masuk ke
duodenum pada setiap kontraksi
Pengosongan lambung membutuhkan waktu sampai 5 jam dan dapat menjadi lebih lama
apabila makanan yang masuk banyak mengandung lemak, fungsi sfingter pylorus pada
pengendalian pengosongan lambung terbatas. Pengosongan berjalan normal walaupun
pylorus tetap terbuka. Kontraksi antrum akan diikuti oleh kontraksi pylorus yang berlangsung
sedikit lebih lama dari kontraksi duodenum.
Kecepatan pengosongan lambung beragntung pada jenis makanan yang terdapat dalam
lambung. Karbohidrat cepat meninggalkan lambung sedangkan lemak lambat meninggalkan
lambung. Keadaan di duodenum dipengaruhi oleh volume peragangan dinding lambung,
keasaman lambung yang kosong dapat dirasakan dan dapat menimbulkan rasa nyeri samar
karena disertai rasa lapar.

7. Usus Halus

Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati
melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus
terdiri atas lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (muskulus sirkuler), lapisan
otot memanjang (muskuluslongitudinal), dan lapisan serosa (sebelah luar). Usus halus terdiri
dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus
penyerapan (ileum). Enzim percernaan yang di produksi jejunum dan ilum yaitu enzim
peptidase yang memecah peptide menjadi glukosa. Enzim Maltase mengubah maltose glukosa.
Enzim Lactase mengubah lactisa menjadi glukosa. Enzim Sucrase mengubah sucrose menjadi
glukosa.

Absoprsi Usus Halus


Absoprsi makanan yang sudah di cerna berlangsung dalam usus halus melalui dua saluran
yaitu saluran pembuluh kapiler dan saluran pembuluh limfe sebelah dalam permukaan viil.
Sebuah vill berisi lacteal, pembuluh darah, epitelium dan jaringan otot yang diikat bersama
oleh jaringan limfoid, seluruhnya diliputi oleh membrane dasar epitelium. Oleh karena vill
keluar dari dinding usus halus maka bersentuhan dengan makanan yang sudah cair dan lemak
yang sudah di absorpso ke dalam lacteal. Kemudian berjalan memalui pembuluh limfe masik
ke dalam pembuluh kapiler darah di vili usus dan masuk ke vena porta untu mengalami
perubahan.
Kontraksi Usus Halus
Kontrasi usus halus di kordinasi oleh suatu gelombang depolarisasi usus halus yang bergerak
dari otot sirkuler deudenum ke arah kaudal. Freukensitertinggi duodenum 11 – 13 menit pada
jejunum 12/menit dan ileum 9/ menit. Jenis kontrasi usus halus:
a. Segmentasi adalah gerakan yang paling sering, frekuensi sesuai dengan slow ware.
Kontrasi otot yang berdekatan pada jarak tertentu berkontraksi secara bergantian dengan
tujuan mencamour kimus dengan liur pencernaan dan mendektakna kimus pada
permukaan absorspi mukosa.
b. Peristaltikadalah kontrasi otot sirkuler secara berturutan untuk jarak yang pendek dengan
kecepatan 2- 3 cm/ detik untuk mendorong kimus kearah usus besar. Rengganan dinding
usus halus dengan gelombang peristaltic memnimbulkan respons terhadap rengangan
tersebut.
c. Kontraksi muskularis mukosa kontraksinya tidak teratur 3 kali/ detik mengubah pola
lekukan dan lipatan mukosa, mencapur is lumen dan mendekatkan kimus dengan
permukan mukosa yang dirangsang oleh saraf simpatis.
d. Kontrasi vilus kontraksinya tidak teratur teruta pada bagian proksimal usus halus
membantu mengosongkan pembuluh lacteal sentral dan meningkatkan aliran limfe.
e. Sfingter iliosekalis: sfingter ileus melemas bila peristaltic ilium sampai di sfingter
Sejumah kecil kimus masuk ke dalam sekum. Rengangan ilium menjadi relaksasi untuk
membantu pengosongan lebih lanjut terutama dikordinasikan oleh neuron pleksus
intristik.
f. Refleks gastroileal akan terjadi peningkatan fungsi sekresi dan motoric lambung. Kimus
masuk ke dalan sekum melalui reflex panjang.

Fungsi Usus Halus


a. Menyekresi cairan usus unru menyempurnakan pengolahan zat makanan di usus halus.
b. Menerima cairan empedu dan pancreas melalui dektus kholedukus dan duktus
pankreatikus
c. Mencerna makanan getah usus dan pancreas mengandung enzim pengubah protein
menjadi asam amino, karbohidrat menjadi glukos, lemak menjadi gliserol. Dengan
bantuan garam empedu nutrisi masuk ke duodenum. Oleh kontraksi kelenjar empeu
pencernaan makan disempurnakan. Zat makanan dipecah menjadi bentuk – bentuk yang
lebih sederhana yang dapat diserap melalui dinding usus halus ke dalam aliran darah dan
limfe.
d. Mengabsopsi air garam dan vitamin, protein dalam bentuk asam amino, kabohidrat dalam
bentuk monoksida. Makanan yang tekah diserap tersebut akan dikumpulkan dalam vena-
vena halus kemudan berkumpul di vena besar bermuara ke dalam ven porta langsung ke
hati.
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu:
1. Usus dua belas jari (duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Usus dua belas jari
merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. Usus dua belas jari memiliki pH yang normal berkisar sembilan. Pada usus
dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pancreas dan kantung empedu.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang
merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui
sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum
akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
2. Usus Kosong (jejunum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari
usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Usus
kosong danusus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan
dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang
memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua
belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara histologis dapat dibedakan
dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk
membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
3. Usus penyerapan (ileum).
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia) illeum memiliki panjang sekitar 2-4 meter dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7
dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam
empedu.

8. Usus Besar (Colon)


Usus besar merupakan kelanjutan dari usus halus yang memiliki tambahan usus yang
berupa umbai cacing (appedix). Usus besar terdiri dari tiga bagian yaitu bagian naik
(ascending), mendatar (tranverse), dan menurun (descending). Pada usus besar tidak terjadi
pencernaan. Semua sisa makanan akan dibusukkan dengan bantuan bakteri E. coli dan
diperoleh vitamin K. Di bagian akhir usus besar terdapat rektum yang bermuara ke anus
untuk membuang sisa makanan. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus
buntu atau sekum suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon
menanjak dari usus besar. Pada orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi
bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung
umbai cacing bisa berbeda, bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap
terletak di peritoneum.

Gerakan Colon
a. Gerakan mencampur pada tiap kontraksi kira- kira 2,5 cm otot sirkuler kolon akan
mengerut kadang – kadang dapat menyempitkan lumen dengan sempurna. Gabungan
otot sirkuler dan longitudinal menyebabkan bagian usus besar tidak terangsang,
mengembung keluar, merupakan kantong yang disebut haustraktion. Dalam waktu 30
detik kontraksi haustral akan bergerak dengan lambat kea rah anus. Beberapa menit
kemudian timbul kontaksi haustral kedua yang baru dekat tempat semula tetapi tidak
pada tempat yang sama. Dengan cara ini fases perlahan – lahan didekatkan ke
permukaan dan secara progresif terjadi penyerapan air.
b. Gerakan mendoron pada kolon terjadi gerakan yang disebut massmovement, mendorong
feses kea rah anus. Gerakan ini timbul beberapa kali sehari, biasanya sesudah makan
pagi. Pada mulanya pergerakan terjadi pada bagian kolon yang terserang kemudian
kolon distal tempat.
Fungsi Usus Besar
a. Menyerap air dan elekrolit untuk kemudian sisa massa membentuk masa yang lembek
yang disebut fase.
b. Menyimpan bahan fase. Sampai saat defekasi, feses ini terdiri sisa makanan serat- serat
selolosa, sel sel epitek bakteri bahan sisa sekresi (lambung, kelenjar intestine, hati,
pancreas) magnesium fosfat dan Fe.
c. Tempat tinggal baktero koli. Sebagian dari klon berhubungan dengan fungsi pencernaan
dan sebagian lagi berhubungan dengan penyimpanan untuk kedua fungsi ini tidak
diperlukan gerakan yang kuat cukup dengan gerakan yang lemah.

9. Rektum dan Anus


Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang
berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh
dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu
sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak
terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan
kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan
pengerasan feses akan terjadi. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana
bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan
sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi
utama anus.

10. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu
menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankraes
terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu Asini yang menghasilkan enzim-enzim pencernaan, dan pulau
pankreas yangmenghasilkan hormon. Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam
duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas
akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam
bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya
akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar
sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam
lambung.

11. Hati
Hati merupakan sebuah organ terbesar di dalam badan manusia dan memiliki berbagai
fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Organ ini memainkan peran
penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan
glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Hati juga memproduksi bile, yang
penting dalam pencernaan. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya
akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena
yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai
vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah
yang masuk diolah. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah
diperkaya dengan zatzat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum. Hepar merupakan
kelenjar terbesar tubuh yang menghasilkan Empedu yang penting dalam pecernaan, albumin
dan globulin, faktor pembekuan, SGOT dan SGPT.

12. Kandung Empedu


Kantung Empedu adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml
empedu yang dibutuhkan untuk proses pencernaan. Pada manusia ukuran kantung empedu
sekitar 7- 10 cm dan berwarna hijau gelap ini di karenakan warna cairan empedu yang di
kandungnya.
Cairan Empedu
Cairan empedu merupakan cairan kental yang berwarna kuning keemas an (kuning
kehijauan) yang dihasilkan terus menerus oleh sel hepar lebih kurang 500-1000ml sehari.
Empedu merupakan zat esensial yang diperlukan dalam pencernaan dan penyerapan lemak.
Saluran Empedu
Saluran empedu berkumpul menjadi ductus hepatikus kemudian bersatu dengan ductus
sistikus, karena akan tersimpan dalam kandung empedu. Empedu mengalami pengentalan 5-
10 kali, dikeluarkan dari kandung empedu oleh aksi koleksistokinin, suatu hormone yang
dihasilkan dalam membrane mukosa dari bagian atas usus halus tempat masuknya lemak
kolesistokinin menyebabkan kontraksi otot kandung empedu. Pada waktu bersamaan terjadi
relaksasi sehingga empedu mengalir ke dalam ductus sistikus dan ductus koleduktus.

C. Proses Pencernaan

Dalam lumen saluran gastrointestinal (GI) harus diciptakan suatu lingkungan khusus
supaya pencernaan dan absorbs dapat berlangsung. Sekresi kelenjar dan kontraksi otot harus
dikendalikan sedemiakian rupa supaya tersedia lingkungan yang optimal. Mekanisme
pengendalian ini tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh keadaan nutrisi tubuh tetapi
dipengaruhi oleh volume dan komposisi kandungan lumen gastrointestinal. System
pengendalian ini terdapat dalam dinding saluran gastrointestinal.

1. Pengaturan Saraf
Kebanyakan refleks GI dimulai oleh sejumlah rangsangan di dalam lumen:
a. Regangan dinding oleh isi lumen.
b. Osmolaritas khimus atau konsentrasi zat yang terlarut.
c. Keasaman khimus (konsentrasi ion H.
d. Hasil pencernaan karbohidrat, lemak dan protein.

Sinyal dimulai oleh rangsangan tersebut diatas dan bekerja terhadap mekanoreseptor,
osmoreseptor dan kemoreseptor serta refleks memengaruhi efektor di dalam lapisan otot di
dalam dinding saluran GI dan kelenjar eksokrinleks tersebut terdapat di dalam system
pencernaan. Refleks ini mempertaruhkan kondisi optimal untuk pencernaan dan absorbs
melalui mekanisme umpan balik negative.
System saraf intrinsic dalam bentuk dua pleksus saraf, yaitu fleksus mienterikus dan
pleksus submucosa, terdiri dari neuron yang membentuk hubungan sinaps dengan neuron
lain dalam pleksus berakhir pada otot-otot polos dan kelenjar. System saraf ektrinsik adalah
serat saraf bagian simpatik dan parasimpatik. System saraf otonom masuk ke dalam saluran
GI mengadakan sinaps dengan neuron dalam pleksus melalui jalur saraf ini. Susunan saraf
pusat dapat memengaruhi keaktifan motoric sektorik saluran GI.
2. Pengaturan Hormonal
Hormone GI dinamakan sekretin. Sel-sel GI yang menyekresi hormone tidak
mengelompok membantu organ yang nyata merupakan sel tunggal yang tersebar sepanjang
epitel, lambung dan usus halus. Rangsangan berbagai bahan kimia dalam kimus
menyebabkan dilepaskannya hormone di permukaan basal yang kemudian berdifusi ke
dalam kapiler.
Untuk sampai ke sel sasarannya melalui jalur sirkulasi hormone GI dilepaskan
terutama sebagai respon terhadap perubahan local tertentu dari isi lumen.
3. Fase Pengendalian Gastrointestinal
Pengendalian neural dan hormonal system pencernaan dibagi menjadi 3 fase yaitu:
a. Fase Stefalik
Fase stefalik dimulai dari perangsangan reseptor di kepala (stefalik). Rangsangan
berupa penglihatan, penghidu, pengecap, dan mengunyah serta berbagai keadaan
emosional. Jalur eferens untuk perubahan refleks yang ditimbulkan berbagai
rangsangan yang melibatkan serat parasimpatis dan serat simpatis. Serat ini
mengaktifkan neuron dalam pleksus saraf yang ada. Pada gilirannya memengaruhi
kegiatan sekresi dan kontraksi.
b. Fase Gastric
Fase gastric merupakan pengaturan refleks yang dimulai dari rangsanganyang
diberikan pada dinding lambung saat makanan mencapai lambung. Rangsangan berupa
peregangan, asam dan peptide hasil pencernaan pasrial protein. Jawaban terhadap
rangsangan tersebut berlangsung dengan perantara pleksus saraf refleks pendek, saraf
ekstrinsik dan pelepasan hormone.
c. Fase Intestinal
Fase intestinal dimulai oleh rangsangan dalam lumen usus dengan peregangan,
keasaman, osmolaritas, berbagai hasil pencernaan karbohidrat, lemak dan protein.
Berlangsung dengan perantara saraf refleks panjang dan pendek dengan pelepasan
hormone sekretin dan CCK (kolesistokinin pankreozimin). Fase ini berlangsung tidak
secara berurutan kecuali pada permulaan makan. Selama makan dan periode absorbs,
refkels yang khusus untuk ketiga fase ini berlangsung serentak.
Gerakan fungsional gastrointestinal meliputi gerakan profulsif dan gerakan
mencampur.
a. Gerakan Profulsif (Peristaltik)
Gerakan ini menyebabkan makanan bergerak maju sepanjang saluran dengan
kecepatan yang sesuai, untuk terjadinya pencernaan dan absorbs. Peristaltic
merupakan sifat yang banyak dimiliki tabung otot polos. Sintrum ductus-duktus
kelenjar lain di seluruh tubuh, ureter dan otot lain di seluruh tubuh. Rangsangan
umum untuk peristaltic adalah peregangan usus yaitu sejumlah makanan terkumpul
pada bagian manapun dalam usus dan merangsang saraf enteric. Untuk
menimbulkan kontraksi usus yang dapat emnimbulkan gerakan peristaltic.
b. Gerakan Mencampur
Gerakan mencampur agar isis usus sungguh-sungguh tercampur setiap waktu.
Gerakan mencapur sifatnya berbeda pada berbagai saluran pencernaan. Pada
beberapa tempat kontraksi peristaltic terjadi sebagian besar pencampuran. Bila
pergerakan maju makai sis usus dihambat oleh sebuah sfingter, sehingga
gelombang peristaltic dapat mengaduk isi usus dan menahan dorongan ke depan.
Pada saat lain kontraksi local terjadi setiap beberapa sentimeter dalam dinding usus.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, P.D. (1999). Anatomi fisiologi tubuh manusia. Jones and Barret publisher Boston.
Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Pearce, EC. (1999). Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia

Sloane E. 2012. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC

Syaifuddin. 2012. Anatomi Fisiologi Untuk Keperawatan dan Kebidanan Edisi ke Empat.
Jakarta: EGC.

Wahyuniangsih, Y.K. (2017). Anatomi Fisiologi Untuk Kebidanan. Kemntrian Kesehatan


Indonesia

Anda mungkin juga menyukai