Anda di halaman 1dari 40

I Made Dedy Ariawan, S.Farm., M.Farm., Apt .

OUTLINE

Metode Analisis Kimia Kuantitatif

Analisis kimia kuantitatif volumetri

Titrasi asam basa


DESKRIPSI

Analisis Kimia
Kuantitatif Penetapan kadar suatu zat
tertentu (analit) yang ada dalam
sampel

Titrimetri
Gravimetri Instrumental
(volumetri)
Metode Analisis
Kimia
Kuantitatif
KRITERIA
1. Peka (sensitive)  harus dapat digunakan untuk menetapkan kadar
senyawa dalam konsentrasi yang kecil. Misalnya pada penetapan
kadar zat-zat beracun.
2. Presisi (Precise)  dalam suatu seri pengukuran (penetapan) dapat
diperoleh hasil yang satu sama yang lain hampir sama.
3. Akurat (Accurate)  dapat menghasilkan nilai rata-rata (mean)
yang sangat dekat dengan nilai sebenarnya (true value).
4. Selektif  untuk penetapan kadar senyawa tertentu, metode
tersebut tidak banyak terpengaruh oleh adanya senyawa lain yang
ada.
5. Praktis  mudah dikerjakan serta tidak banyak memerlukan waktu
dan biaya. Syarat ini perlu sebab banyak senyawa-senyawa yang
tidak mantap apabila waktu penetapan terlalu lama.
Titrimetri
(volumetri)
Berdasarkan macam reaksi:
a. Titrasi Asam Basa
b. Titrasi Redoks

Suatu metode analisis kualitatif


Klasifikasi c. Titrasi Pengendapan
d. Titrasi Kompleksometri

di dasarkan pada pengukuran Berdasarkan titran yang dipakai:


volume titran yang bereaksi a. Asidimetri
b. Alkalimetri
sempurna dengan analit. c. Permanganometri
d. Argentometri
e. Iodimetri
Penentuan konsentrasi suatu
contoh dengan pengukuran Berdasarkan cara penetapan titik akhir:
a.Titrasi visual
volume larutan yang telah b. Titrasi elektrometrik

diketahui konsentrasinya
Berdasarkan konsentrasi dari komponen zat uji:
a. Titrasi makro
b. Titrasi semimikro
c. Titrasi mikro
TITRASI

Titrasi adalah suatu metode penentuan kadar (konsentrasi) suatu larutan


dengan larutan lain yang telah diketahui konsentrasinya.

Titrasi dihentikan sampai tercapai titik akhir (TA), saat terjadi perubahan
warna.
Larutan yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “analit atau
titrat” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan larutan
yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “larutan baku
atau titer atau titran” dan diletakkan di dalam buret.
SYARAT TITRASI

Reaksi harus berlangsung cepat,


sehingga titrasi dapat dilakukan dalam
waktu yang tidak terlalu lama.

Reaksi harus sederhana dan diketahui


dengan pasti, sehingga didapat kesetaraan
yang pasti dari reaktan.

Reaksi harus berlangsung sempurna.


PERALATAN
BURET
Untuk tempat larutan
standar, yang dipakai PIPET TETES
biasanya yang memiliki Alat untuk mengambil
skala 50 mL, skala 0 sejumlah bahan spt
terletak diatas dan 50 indikator dalam jumlah
dibawah tetesan tertentu

ERLENMEYER STATIF
Tempat analit diletakkan, Alat untuk meletakkan
gunakan Erlenmeyer buret agar dapat berdiri
ukuran sedang 250 mL tegak, untuk menjepit
untuk proses titrasi sebab digunakan klem
Erlenmeyer ukuran ini
enak dipegang dang kita
lebih leluasa untuk
menggojog Erlenmeyer.
KARET PENGHISAP (Ball
filler)
LABU UKUR Alat ini digunakan untuk
Digunakan pada untuk menghisap larutan pada
membuat larutan baku waktu kita mengambil
dengan konsentrasi tertentu larutan dengan
dan mengencerkan larutan. menggunakan pipet ukur

PIPET UKUR ATAU PIPET


VOLUME
Ingat untuk mengambil
larutan analit dengan
volume tertentu misalnya
10 mL, 20 mL
PEMBAKUAN
Bila suatu larutan titer dibuat dari zat yang kemurniannya tidak pasti
(misalnya mengandung air dengan perbandingan yang berubah-ubah,
menyerap CO2, higroskopik), maka konsentrasi larutan yang didapat belum
dapat dinyatakan dengan pastI  Larutan tersebut harus dibakukan.

Pembakuan selanjutnya diulang secara berkala selama penyimpanan.

Untuk pembakuan tersebut digunakan zat baku yang disebut baku primer.
Disamping itu pembakuan juga dapat dilakukan dengan cara menggunakan
larutan yang sudah dibakukan (baku sekunder).
LARUTAN BAKU PRIMER  larutan yang
konsentrasinya dapat diketahui dengan cara
penimbangan zat dengan seksama. Contoh :
Kalium biftalat, Na2CO3 anhidrat, CaCO3, asam
oksalat, NaCl, asam benzoat, dan lain-lain.

LARUTAN BAKU SEKUNDER  larutan yang


konsentrasinya dapat diketahui dengan cara
dibakukan terlebih dahulu. Contoh : NaOH,
H2SO4, NaNO2, Na2-EDTA, Na2S2O3, dan lain-
lain.
SYARAT BAKU PRIMER
Murni atau mudah dimurnikan, dengan kemurnian yang
diketahui (sebaiknya 100 % atau mendekati angka itu).

Reaksi dengan zat yang dibakukan harus stoikiometrik


sehingga dapat dicapai dasar perhitungan.

Mudah ditangani (tidak higroskopik atau dipengaruhi udara)

Mempunyai bobot ekivalen yang tinggi, sehingga kesalahan


penimbangan kecil.

Mudah didapat.
Titik Ekivalen dan Titik Akhir Titrasi
Saat dimana komponen zat uji tepat habis bereaksi dengan
titran dinamakan Titik Ekivalen.

Saat dimana terjadi perubahan warna indikator pada titrasi


dinamakan Titik Akhir Titrasi

Indikator ini seharusnya mengalami perubahan yang dapat


dilihat (perubahan warna) tepat pada titik ekivalen, atau
paling tidak disekitar titik ekivalen dalam batas-batas
kesalahan yang dapat diterima.

Indikator  senyawa yang sensitif (berubah warna) pada


saat analit habis atau pada saat titran berlebih
Reaksi Penetralan Pada titrasi asam basa, sebagai titran
digunakan :
1. Asam kuat dan basa kuat
Bila titrannya digunakan 2. Asam kuat dan basa lemah
3. Asam lemah dan basa kuat
larutan baku asam maka
4. Asam kuat dan garam dari asam
disebut Asidimetri. lemah
Sebaliknya bila larutan baku 5. Basa kuat dan garam dari basa
basa sebagai titran, maka lemah
penetapan itu disebut
Alkalimetri.
INDIKATOR TITRASI ASAM BASA

Pada titrasi asam lemah Untuk titrasi basa lemah


dengan basa kuat, maka dengan asam kuat, maka Untuk asam kuat dan basa
Pemilihan indikator pH larutan pada titik pH larutan pada titik kuat, metil merah,
ditentukan oleh pH ekivalen di atas 7 dan ekivalen di bawah 7 dan bromtimol biru, dan
larutan pada titik ekivalen. indikator yang biasa indikator metil merah atau fenolftalein cocok
digunakan adalah metal oranye dipakai digunakan.
fenolftalein. secara luas.
PERUBAHAN WARNA INDIKATOR
CARA MELAKUKAN TITRASI ASAM BASA
1. Zat penitrasi (titran) yang merupakan larutan baku dimasukkan ke dalam
buret yang telah ditera
2. Zat yang dititrasi (titrat) ditempatkan pada wadah (gelas kimia atau
erlenmeyer). Ditempatkan tepat dibawah buret berisi titran
3. Tambahkan indikator yang sesuai pada titrat, misalnya, indikator
fenoftalien
4. Rangkai alat titrasi dengan baik. Buret harus berdiri tegak, wadah titrat
tepat dibawah ujung buret, dan tempatkan sehelai kertas putih atau tissu
putih di bawah wadah titrat
5. Atur titran yang keluar dari buret (titran dikeluarkan sedikit demi
sedikit) sampai larutan di dalam gelas kimia menunjukkan perubahan
warna dan diperoleh titik akhir titrasi. Hentikan titrasi
Kesalahan dalam analisa volumetri (TITRASI)

Kesalahan Pemilihan
Penetapan
pembakua Pembacaan indikator
Pemipetan titik akhir
n larutan buret yang tidak
titrasi
titer tepat
PEMBACAAN BURET
PEMBACAAN BURET
PERHITUNGAN
• Satuan konsentrasi yang banyak dipakai dalam analisis volumetri adalah
molaritas (M) dan normalitas (N).
• Molar (M) adalah jumlah gram mol atau mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
• Normal (N) adalah jumlah gram ekuivalen atau grek zat terlarut dalam 1 liter
larutan.
PERHITUNGAN
• Untuk tujuan perhitungan jumlah bahan yang hendak ditimbang untuk konsentrasi
molar atau normal, satu hal yang perlu menjadi perhatian adalah ekivalensi satuan
1. Satuan Liter Ekuivalen Dengan Mol Dan Gram Sedangkan Mililiter Ekuivalen
Dengan Mmol Dan mg
2. Untuk Normalitas (Liter Ekuivalen Dengan Grek Dan Gram Serta Mililiter
Ekuivalen Dengan Mgrek Dan mg).
PERHITUNGAN
• Ekuivalensi satuan dalam perhitungan molaritas dan normalitas, adalah :
1. Jika berat dalam gram, maka volume dalam liter
2. Jika berat dalam mg, maka volume dalam mililiter
• Terdapat 2 cara untuk mendapat mgrek dalam perhitungan
(pembakuan dan penetapan kadar), tergantung dari data yang
tersedia atau yang akan ditentukan :
BOBOT EKIVALEN
Bobot ekivalen suatu zat pada reaksi asam
basa adalah banyaknya mol zat itu yang
setara dengan 1 mol H+ atau 1 mol OH-.
BE = BM atau Mr/valensi.
Contoh: Atau
2NaOH + SO2 → Na2SO3 + H2O 2NaOH + SO2 → Na2SO3 + H2O
1 mol SO2 ≈ 2 mol NaOH ≈ 2 mol OH- 1 mol SO2 ≈ 2 mol NaOH ≈ 2 mol
Jadi, BE SO2 = Mr = 64 = 32 g OH-
a 2 ½ mol SO2 ≈ 1 mol OH-
Jadi, BE SO2 = ½ x 64 = 32 g
PROSEDUR ANALISIS TITRASI

Pembuatan larutan titer

Pembakuan/standarisasi
larutan titer

Penggunaan larutan titer


untuk penetapan kadar
senyawa tertentu dalam
sampel uji.
Penetapan Kadar Asam Salisilat
• Untuk menetapkan kadar asam salisilat, Farmakope Indonesia
menyatakan bahwa analisis kadar dilakukan secara volumetri
menggunakan larutan titer natrium hidroksida 0,1 N.

• Metode titrasi yang menggunakan larutan titer natrium hidroksida 


alkalimetri  didasarkan pada reaksi netralisasi antara zat uji asam
dengan larutan baku basa sebagai larutan titer.

• Asam salisilat sukar larut dalam air tetapi lebih mudah larut dalam
etanol  asam salisilat dilarutkan dengan etanol agar terjadi reaksi
yang sempurna.
Penetapan Kadar Asam Salisilat
• Untuk mengetahui selesainya
reaksi maka digunakan indikator
• Indikator yang digunakan 
fenolftalein (pp) yang merupakan
indikator basa.
• Interval pH fenolftalein adalah
8,0-10,0, perubahan warna
diamati dari tidak berwarna
menjadi merah jambu (pink).
PRINSIP DAN REAKSI
CONTOH SOAL
1. Hitunglah berapa gram NaOH (BM = 40) yang dibutuhkan untuk membuat 250 ml
larutan NaOH 0,05 N.
2. Pada pembakuan larutan NaOH soal no 1 di atas, ditimbang kalium biftalat sebanyak
0,1523 g (BE =204,2) dan dilarutkan dengan air suling bebas karbon dioksida.
Dititrasi dengan larutan NaOH yang hendak dibakukan menggunakan indikator yang
sesuai sampai titik akhir tercapai. Volume larutan titer yang dibutuhkan ternyata
sebanyak 15,2 ml.
• Pertanyaan :
• a) Tuliskan Indikator apa yang harus digunakan ? dan bagaimana mengamati bahwa
titik akhir telah tercapai ?
• b) Berapa normalitas larutan NaOH hasil pembakuan tersebut ?
3. Pada penetapan kadar asam salisilat (BM = 138,12) dalam bedak dengan metode
alkalimetri, ditimbang sampel uji sebanyak 7,0091 g. Ditambahkan 30 ml etanol
netral dan 10 ml air suling, dikocok hingga homogen. Ditambah beberapa tetes
larutan fenolftalein, kemudian dititrasi dengan larutan baku NaOH di atas, volume
larutan titer sebanyak 19,2 ml. Hitunglah berapa % kadar asam salisilat dalam
sampel uji tersebut.

Anda mungkin juga menyukai