Anda di halaman 1dari 48

TITRASI ASAM BASA

•Analisa volumetri yang berdasarkan atas titrasi suatu zat


dengan larutan standard asam disebut asidimetri

•Analisa volumetri yang berdasarkan atas titrasi suatu zat


dengan larutan standard basa disebut alkalimetri

•Keduannya disebut asidi-alkalimetri atau titrasi asam-


basa atau titrasi penetralan

•Titik akhir titrasi asam basa didasarkan pada perubahan


pH seketika di daerah sekitar titik ekivalensi

•Untuk mendeteksi tercapainya titik akhir titrasi dipakai


indikator asam-basa atau menggunakan pH meter.
INDIKATOR ASAM BASA

•Syarat agar suatu zat dapat dipakai sebagai indikator


asam basa, zat tersebut harus dapat berubah warna pada
perubahan pH dan memberikan perubahan warna yang
mencolok pada pH disekitar daerah titik ekivalensi.
•Sebagai indikator biasanya dipakai suatu senyawa
organik yang dalam air bersifat asam lemah atau basa
lemah. Biasanya terdapat dalam bunga atau akar-akaran.
Ionisasi dari indikator dapat dituliskan sebagai berikut:

Hin H+ + In-

Warna asam Warna basa

In OH In+ + OH-

Warna Basa warna asam

Misalnya suatu indikator asam HIn

•Intensitas warna asam sebanding dengan konsentrasi Hin


•Intensitas warna basa sebanding dengan konsentrasi In-
Dapat dikatakan bahwa untuk seseorang dengan penglihatan yang normal dapat
mengamati warna asam jika

Dapat dikatakan bahwa untuk seseorang dengan penglihatan yang normal dapat
mengamati warna basa jika

Perbandingan diantara kedua harga ini akan memperoleh warna campuran


Dengan memasukkan harga perbandingan ke dalam persamaan:

Akan diperoleh:

Untuk warna asam [H+ ] = 10 Kin pH = pKIn - 1

Untuk warna basa [H+ ] = 1/10 Kin pH = pKIn + 1

∆ pH = ± 2

•Suatu contoh suatu indikator dengan pKIn sama dengan 5 dan warna asamnya
merah dan warna basanya kuning.
•Perbandingan kedua warna sesuai dengan perubahan pH seperti tertera pada tabel
berikut:
Perbandingan berbagai bentuk warna indikator pada berbagai pH

pH
Perbandingan HIn/In- Warna
Larutan
1 10.000 : 1 Merah
2 1.000 : 1 Merah
3 100 : 1 Merah
4 10 : 1 Merah
5 1 : 1 Jingga
6 1 : 10 Kuning
7 1 : 100 Kuning
8 1 : 1000 kuning
Daerah perubahan warna pH, yakni dari merah ke kuning sebanyak 2 satuan
disebut ‘Daerah Perubahan Indikator” atau ‘Interval warna Indikator”
Beberapa Indikator Asam basa
Perubahan Warna
Daerah Transisi
Indikator Asam
pH Basa
Metil Violet 0,5 – 1,5 Kuning Biru
1,2 – 2,8 Merah Kuning
Timol Biru
8,0 – 9,6 Kuning Biru
Metil kuning 2,9 – 4,0 Merah Kuning
Metil Jingga 3,1 – 4,4 Merah Kuning
Bromkresol hijau 3,8 -5,4 Kuning Biru
Metil Merah 4,2 – 6,3 Merah Kuning
Klorofenol Merah 4,8 -6,4 Kuning Merah
Bromtimol Biru 6,0 – 7,6 Kuning Biru
Fenol merah 6,4 – 8,0 Jingga Kuning
Merah Netral 6,8 – 8,0 Merah Kuning jingga
7,4 – 9,0 Kuning Ungu
Kresol Ungu
1,2 – 2,8 Merah Kuning
Fenolftalein 8,0 – 9,6 Tak berwarna Merah
Timolftalein 9,3 – 10,5 Tak berwarna Biru
Alizarin kuning 10,1 – 12,0 Tak berwarna Violet
MACAM INDIKATOR ASAM-BASA

Kebanyakan indikator asam basa dapat digolongkan dalam lebih dari 10 jenis yang
di dasarkan atas strukturnya, diantaranya:

1. Indikator Ftalein

Kebanyakan indikator ftalein tidak berwarna dalam larutan asam dan mempunyai
berbagai warna dalam suasana basa
Sifat:
a. Dalam larutan basa kuat warnanya dapat memudar
b. Tidak melarut dalam air
c. Melarut dengan baik dalam alkohol

Contoh; Fenolftalein dan Timolftalein


Struktur????
2. Indikator Sulfonftalein

Kebanyakan jenis indikator ini mempunyai dua perubahan warna. Salah satu warna
terjadi dalam suasana asam yang lainnya dalam suasana netral atau basa

Sifat:
a. Warna basa stabil dalam larutan basa kuat
b. Biasa dilarutkan dalam NaOH encer

Contoh: Phenolsulfontalin atau fenol merah


Struktur?????
3. INDIKATOR AZO

Kebanyakan indikator Azo mengalami perubahan warna darimerah ke kuning jika


kebasaan bertambah
Sifat:
a. Dapat larut dalam air atau alkohol
b. Warna stabil baik pada asam atau basa
Contoh; Metil jingga dan metil merah
Struktur??????
4. Indikator Campuran

•Dalam beberapa titrasi titik akhir terletak dalam perubahan pH yang sangat kecil
•Sebagai indikator yang peka terhadap perubahan ini biasanya digunakan indikator
campuran
Indikator campuran adalah indikator yang terdiri dari sekurang-kurangnya dua indikator.
Pasangan indikator tersebut harus mempunyai warna komplementer pada suatu pH
tertentu.
Contoh: Indikator Universil yang terdiri dari campuran metil jingga, metil merah,
bromtimol biru dan fenoftalein
pH Warna
3 Merah
4 Merah-Jingga
5 Jingga
6 Kuning
7 Kuning Hijau
8 Hijau Biru
9 Biru
10 Violet
KURVA TITRASI ASAM BASA

•Kurva titrasi untuk reaksi penetralan diperoleh dengan cara


mengalurkan pH sebagai ordinat dan volum pereaksi sebagai
absis (atau pH terhadap persen penetralan)
•Selama titrasi asam-basa berlangsung, pH berubah secara teratur
sampai sebelum titik ekivalensi
•Sekitar titik ekivalensi, perubahan pH terjadi seketika
•Kecepatan perubahan ∆ pH per ∆ mL zat penitrasi terbesar pada
titik ekivalensi
1. TITRASI ASAM KUAT DAN BASA KUAT

Asam kuat dan basa kuat terurai sempurna dalam air. Oleh
karena itu konsentrasi ion hidrogen dan ion hidroksida selama
titrasi dapat langsung dihitung dari jumlah asam dan basa

Contoh: Buatlah kurva titrasi dari larutan 50 mL HCl 0,1 M dengan


larutan standard NaOH 0,1 M

1. Perhitungan pH mula-mula
Sebelum ditambahkan basa larutan HCl 0,1 M
pH = - log[H+ ]
pH = - log 0,1
pH = 1
2. Setelah di tambah 10 mL NaOH 0,1 M
Jumlah HCl yang tinggal =mmol HCl awal – mmol NaOH
=(50 x 0,1) –(10 x 0,1) = 4 mmol
Konsentrasi HCl = mmol HCl yang tinggal/volum total
= 4 mmol/60 mL
= 0,06667 M
Jadi pH = - log 0,06667
= 1,18
3. Setelah di tambah 25 mL NaOH 0,1 M
Jumlah HCl yang tinggal =mmol HCl awal – mmol NaOH
=(50 x 0,1) –(25 x 0,1) =
2,5mmol
Konsentrasi HCl = mmol HCl yang tinggal/volum total
= 2,5 mmol/75 mL
= 0,0333 M
Jadi pH = - log 0,0333
= 1,48
4. Setelah ditambah 50 mL NaOH 0,1 M
Terjadi reaksi sempurna, reaksi penetralan, pH = 7

5. Setelah ditambah 50,01 mL NaOH 0,1 M


Jumlah mmol Basa berlebih = mmol basa – mmol asam
=(50,01 x 0,1)- (50 x 0,1)
=0,001
Konsentrasi Basa = 0,001/100,01 =1 x 10-5
pOH = -log [OH- ]
=5
pH = 14 -5 = 9
Dengan cara tersebut di atas di dapat data seperti di bawah ini:
Volum NaOH yang ditambahkan
pH
(mL)
0
10
25
40
49
49,9
49,99
50
50,01
50,1
51
60
75
100
KURVA TITRASI ASAM KUAT DAN BASA
KUAT
2. TITRASI ASAM LEMAH DAN BASA
KUAT
Pada titrasi asam lemah atau basa lemah, ion hidrogen dan ion
hidroksida dapat dihitung dari konstanta ionisasi dari elektrolit lemah

Sebagai contoh untuk asam asetat

= 1,75 x 10-5

Untuk memperoleh kurva titrasi harus diadakan empat macam


perhitungan, yang sesuai dengan empat bagian dari kurva yakni:
a. Sebelum ditambahkan basa

b. Setelah penambahan basa, tetapi sebelum titik ekivalensi.


Dalam hal ini terjadi pengaruh ion senama. Larutan merupakan
campuran antara asam lemah dan garamnya.
c. Pada titik ekivalensi. Di sini terbentuk garam yang terjadi dari
asam lemah dan basa kuat. Maka garam akan mengalami
hidrolisis.

d. Setelah titik ekivalensi. Di sini terdapat ion hidroksida berlebih,


sehingga konsentrasi ion hidroksida langsung dihitung dari basa
berlebih
Contoh: Buatlah kurva titrasi dari 50 mL HOAc 0,1 M dengan
larutan standard NaOH 0,1 M

1. Perhitungan mula-mula:
Sebelum di tambah basa, larutan HOAc 0,1 M

pH = 2,88
2. Setelah di tambah 10 mL NaOH
3. Setelah di tambah 25 mL NaOH 0,1 M
4. Setelah ditambah 50 mL NaOH 0,1 M (titik ekivalensi)

pH =7 + 2,38 –log 5 = 8,68

5. Setelah penambahan 50,1 mL NaOH 0,1 M

pOH = 5
pH = 9
Dengan cara tersebut di atas di dapat data seperti di bawah ini:
Volum NaOH yang ditambahkan
pH
(mL)
0
10
25
40
49
49,9
49,99
50
50,01
50,1
51
60
75
100
INDIKATOR UNTUK TITRASI ASAM
BASA

pH pada
Zat yang Zat
titik Range pH Indikator
dititrasi penitrasi
ekivalen
Asam Kuat Basa Kuat 7 6 Metil merah
Basa Kuat Asam Kuat Bromtimol biru
Metil Jingga
Fenolftaein

Asam lemah Basa Kuat 8-9 2 Fenoftalein


o-kresollftalein
Basa lemah Asam Kuat 5-6 2 Metil Merah
Garam dari Asam Kuat 4-5 1-2 Metil Jingga
asam lemah
Garam dari Basa kuat 9-10 1-2 Fenoftalein
Basa lemah
ASAM POLIPROTIK
Misal asam H2 A akan mengion dalam 2
tingkat
H2 A ↔ H+ + HA-

HA- ↔ H+ + A2-

Misal: 50 mL 0,1 M H2 A dititrasi dengan 0,1 M NaOH

Tetapan disosiasi: K1 = 1 x 10-3

Tetapan disosiasi K2 = 1 x 10-7


a. pH mula-mula K1 >>> K2

[H+ ]2 = 10-4
[H+ ] = 10-2 jadi pH = 2
b. Setelah penambahan 10 mL basa
mmol H2 A = (50 x 0,1) – (10 x 0,1) = 4 mmol
mmol HA- yang terbentuk = 10 x 0,1 = 1 mmol

pH = 2,4
c. pH pada titik ekivalensi yg pertama

Jika dianggap

Maka
pH = ½ ( 3 + 7) = 5
d. pH setelah penambahan 60 mL basa
HA- + H2 O H+ + A2- K2 =1 x 10-7

mmol HA- = (50 x 0,1) – (10 x 0,1) = 4 mmol

mmol A2- = 10 x 0,1 = 1 mmol


e. Pada titiik ekivalensi yang kedua
Ditambahkan 100 mL basa

A2- + H2 O HA- + OH-


pOH = 4,24

pH = 9,76
APLIKASI TITRASI ASAM BASA
Penentuan kadar protein dari suatu sampel (Metode Kjedahl)
Tahapan
1. Destruksi

Sample + H2 SO4 CO + CO2 + H2 O + (NH4 )2 SO4

Katalis: K2 SO4 atau CuSO4 atau perbandingan Na2 SO4 dan HgO

2. Destilasi

(NH4 )2 SO4 + NaOH NH3

Ammoniak yang dibebaskan ditangkap oleh asam klorida atau asam


borat dalam jumlah berlebih
TITRASI ASAM-BASA

•Apabila penampung destilat digunakan asam klorida maka yang


dititrasi adalah sisa asam klorida yang tidak bereaksi dengan
amoniak dan dititrasi dengan NaOH standar
•Akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi
merah muda jika digunakan indikator PP
•Selisih jumlah titrasi blanko dan sampel adalah jumlah ekuivalen
nitrogen
•Perhitungannya:
•Apabila penampung destilat yang digunakan asam borat maka
banyaknya asam borat yang bereaksi dengan amoniak yang akan
dititrasi
•Titrasi menggunakan asam klorida HCL 0,1 N
•Indikator yang digunakan Bromkresol hijau (BCG) + metil merah
(MR), akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna biru menjadi
merah muda
•Selisih jumlah titrasi sampel dan blanko adalah jumlah ekuivalen
nitrogen
Reaksi asam borat

NH3 + H3 BO3 NH4+ + H2 BO3-

Asam borat Borat (basa konyugasi)

Borat adalah basa konyugasi dari asam borat, jadi


dapat dititrasi dengan HCl

HCl + H2 BO3- H3 BO3


Kadar protein = %N X faktor (n)

Macam Bahan Faktor Perkalian

Biji-bijian, sirup, ragi 6,25


Buah-buahan, teh 6,25
Beras 5,95
Susu 6,38
dll
TITRASI DENGAN MENGGUNAKAN 2 INDIKATOR

Dalam praktek ada kemungkinan Na2 CO3 dapat tercampur

dengan NaOH atau NaHCO3. Cara menentukan masing-masing


komposisi harus menggunakan titrasi dengan 2 indikator.

Contoh:
Campuran NaOH dan Na2 CO3

Campuran Na2CO3 dan NaHCO3.


Campuran NaOH dan Na2 CO3

a. Mula-mula basa (NaOH) dinetralkan OH- + H+ H2 O : a mL

b. Karbonat diubah menjadi bikarbonat CO3 2- + H+ HCO3- : b mL


dengan indikator PP perubahan warna dari merah menjadi tak berwarna
c. Bikarbonat yang terbentuk dinetralkan, indikator yang digunakan metil jingga
- +
Contoh1 : campuran hidroksida dan karbonat
Pada titrasi suatu cuplikan yang mengandung NaOH dan
Na2 CO3 membutuhkan 30 mL HCl 0,1 N dengan
menggunakan PP. Setelah itu titrasi dilanjutkan dengan
menggunakan metil jingga, dibutuhan 10 mL HCl 0,1 N.
Berapa berat NaOH dan Na2 CO3 dalam cuplikan
tersebut.
Contoh 2. Pada titrasi suatu cuplikan yang terdiri
dari campuran Na2CO3 dan NaHCO3,
membutuhkan 20 mL HCl 0,1 N. Titrasi
selanjutnya dengan menggunakan metil jingga
membutuhka 30mL HCl 0,1 N. Berapa berat Na 2

CO3 dan NaHCO3, dalam cuplikan

Anda mungkin juga menyukai