Anda di halaman 1dari 76

KIMIA FISIKA FARMASI

STATES OF MAT
T ER
PHASE EQUILIB
RIA &
THE PHASE RUL
E
Agnes Nuniek Winantari
Reference
Sinko, P.J., 2017, Martin’s Physical Pharmacy
and Pharmaceutical Sciences, 7th ed

Additional references
Aulton, M.E., Pharmaceutics, 5th ed
Learning Outcome

CHARACTERIZE MULTIPHASES OF PHARMACEUTICAL


COMPOUNDS AND UTILISE PHASE DIAGRAM ON
PHARMACEUTICAL PRACTICE
Definisi
 Secara termodinamika, kesetimbangan
sesungguhnya diperoleh bilamana
kandungan energi bebas sistem berada
dalam keadaan minimal
 Suatu contoh dari kesetimbangan adalah es
dan air pada tekanan 1 atmosfer dan 0°C
 Pada tekanan tersebut, suhu dimana kedua
fase berada dalam kesetimbangan adalah
sama, apakah ia dicapai pada waktu terjadi
peleburan parsial dari es atau pembekuan
parsial dari air
• Jumlah komponen dari suatu sistem
adalah jumlah terkecil dari konstituen,
yang menyatakan komposisi dari
berbagai fase yang mungkin terjadi
• Dalam sistem air, fase yang terjadi adalah
es, air cair dan uap air
• Komposisi dari masing-masing fase
tersebut dapat dinyatakan dengan
konstituen tunggal yaitu air
3 fase primer air
Pada wadah terbuka
Es
• Proses perubahan fase berjalan simultan
karena expose udara panas
Air • Uap air yang terbentuk langsung dilepaskan
ke udara bebas (volumenya besar)
• TIDAK TERJADI KESETIMBANGAN
Uap Air

Udara
bebas
Pada wadah tertutup
Es • Proses perubahan fase berjalan simultan
karena expose udara panas
Tertahan
• Membuka sementara dan menutup kembali
Air dalam wadah segel wadah akan mengubah komposisi
fase uap air dan menyebabkan terjadinya
kesetimbangan
Uap Air • TERJADI KESETIMBANGAN
Aturan Fase dari Gibbs
 Keberadaan tiap fase bergantung pada variabel bebas (seperti suhu, tekanan,
konsentrasi) dan batas kemampuannya untuk bertahan
 Es lebih bertahan lama pada air dingin dibanding air mendidih

 Aturan Fase oleh J. Willard Gibbs:


F=C–P+2
 F= jumlah derajat kebebasan sistem
 C = jumlah komponen
 P = jumlah fase

 Aturan fase digunakan untuk menentukan jumlah variabel intensif terkecil yang
dapat diubah tanpa mengubah kesetimbangan sistem, atau jumlah terkecil yang
dibutuhkan untuk menetapkan sistem
Jumlah Fase

Es
Air Sistem
Sistem
Air Tiga
Dua
Fase
Fase
Uap Air
Uap Air
Jumlah Komponen
• Adalah jumlah konstituen terkecil dari
komposisi tiap fase dalam sistem pada
kesetimbangan (yang ditunjukkan dalam
formula kimia)
• Jumlah komponen dalam campuran
kesetimbangan es, air dan uap air adalah
1, karena komposisi ketiga fase tersebut
adalah H2O
Jumlah Derajat Kebebasan
 Adalah jumlah terkecil variabel intensif yang harus dikenali untuk menggambarkan
sistem secara lengkap
 Contoh , untuk uap air dengan volume yang diketahui mengikuti F = 1 – 1 + 2
= 2. Artinya, kita perlu mengetahui 2 variabel untuk mendefinisikan sistem gas
tersebut secara lengkap (volume, suhu, tekanan atau variabel independen lain)
 Contoh lain, sistem kesetimbangan air dan uap air. Dengan menetapkan
suhu saja kita dapat menggambarkan sistem tersebut secara lengkap karena
mengikuti F = 1 – 2 + 2 = 1
 Contoh lain, sistem tiga fase es, air, uap air mengikuti F = 1 – 3 + 2 = 0.
Tidak ada derajat kebebasan. Mengubah kondisi suhu atau tekanan akan
mengubah fase yang ada (kombinasi variabel ini merupakan critical point dan
sudah fix/tetap)
Jumlah Derajat Kebebasan
Contoh
Air + Uap air
F=C–P+2
=1–2+2
=1
Etil alkohol + Uap etil alkohol
F=C–P+2
=1–2+2
=1
Air + Etil alkohol + Campuran uap
F=C–P+2
=2–2+2
=2
(Etil alkohol dan Air miscible sempurna baik dalam bentuk
uap maupun cairan)
Contoh
Air + Benzyl alkohol + Uap campuran
F=C–P+2
=2–3+2
=1
Benzyl alcohol dan Air membentuk 2 fase cairan
terpisah dan 1 fase uap. Dalam bentuk gas
miscible sempurna, tetapi dalam bentuk cairan
hanya miscible sebagian
Perlu ditetapkan dua variabel dalam sistem etil
alkohol-air. Sebaliknya, hanya perlu 1 variabel
untuk sistem benzyl alkohol-air
SISTEM
SATU KOMPONEN
Aturan Fase Pada
Sistem Satu Komponen
Diagram Fase Air Pada Tekanan Tertentu
Sistem Satu Komponen (Contoh Air)
1. Kurva OA merupakan kurva tekanan uap
 Batas atas adalah pada suhu kritis 374° C dan batas bawah pada 0,0098° C
(disebut triple point)
 Sepanjang kurva tekanan uap, air (likuid) dan uap air (gas) berada pada
kesetimbangan.
2. Kurva OB merupakan kurva titik leleh, dimana bentuk likuid dan solid berada
pada kesetimbangan. Slope negatif OB menunjukkan titik beku air menurun
dengan peningkatan tekanan eksternal
3. Kurva OC merupakan kurva sublimasi, dimana es (solid) dan uap air (gas)
berada pada kesetimbangan
Sistem Satu Komponen
 Hasil dari perubahan tekanan (pada suhu tetap) atau perubahan
suhu (pada tekanan tetap) menjadi penting dan telah dibuktikan
pada diagram.
 Jika suhu ditahan konstan pada t1, dimana air dalam bentuk gas di
atas suhu kritis, berapapun nilai tekanan yang tercapai (vertikal
sepanjang garis putus-putus), sistem tersebut tetap dalam bentuk
gas
 Pada suhu t2, uap air diubah menjadi bentuk cair dengan
peningkatan tekanan.
Sistem Satu Komponen
 Pada suhu di bawah triple point (t3), peningkatan tekanan pada uap
air akan mengubah uap air menjadi es dan pada tekanan lebih tinggi
akan terbentuk air (likuid)
 Urutan uap air —> es —> likuid berdasarkan pada kenyataan bahwa
es memiliki volume yang lebih besar dibandingkan air pada kondisi
di bawah triple point
 Pada triple point, ketiga fase berada pada kesetimbangan, dimana
semua memiliki tekanan uap yang sama pada suhu 0,0098° C.
SISTEM
DUA KOMPONEN
Sistem Terkondensasi
• Sistem 1 komponen dengan 1 fase memiliki F = 1 – 1 +2 = 2
• Fase uap diabaikan dan variabel tekanan dapat dihilangkan
dengan bekerja pada kondisi normal 1 atm (tersisa 2
derajat kebebasan)
• Sistem terkondensasi merupakan sistem dimana fase uap
diabaikan dan hanya mempertimbangkan fase solid dan
likuid
Sistem Dua Komponen Fase Likuid
500
Sistem Dua Komponen Fase Likuid
(Air-Fenol)
Kurva gbhci menunjukkan batas suhu dan konsentrasi
dimana kedua fase likuid berada dalam kesetimbangan
Area di atas kurva mengandung sistem dengan satu fase
likuid
a adalah sistem yang mengandung 100% air pada 50°C
Apabila dilakukan penambahan fenol ke dalam air (suhu
dijaga 50°C), maka yg terbentuk berupa fase likuid tunggal
hingga suatu saat tercapai titik b dan terbentuk fase kedua.
Konsentrasinya adalah 11% berat fenol dalam air.
Sistem Dua Komponen Fase Likuid
(Air-Fenol)
 Saat dianalisis pada fase kedua, terlihat pada bagian bawah mengandung
63% berat fenol dalam air (fase kaya fenol)
 Jumlah fenol meningkat pada campuran tersebut. Dapat diartikan bahwa
proses berjalan dari titik b menuju titik c, dimana jumlah fase kaya
fenol (B) semakin meningkat secara bertahap.
 Pada waktu yang sama, jumlah fase kaya air/diarsir (A) semakin
menurun
 Ketika konsentrasi fenol melebihi 63% pada 50oC, fase tunggal (fase kaya
fenol) akan terbentuk.
Sistem Dua Komponen Fase Likuid
(Air-Fenol)
• Suhu maksimum untuk bentuk dua fase
disebut suhu critical solution atau upper
consolute. Pada gambar sistem fenol-air
senilai 66,8°C
• Semua kombinasi fenol dan air di atas suhu
tersebut akan miscible sempurna dan
membentuk sistem likuid satu fase
Sistem Dua Komponen Fase Likuid
(Air-Fenol)
Garis bc yang digambarkan melewati area 2 fase disebut tie
line
Ciri khas diagram fase adalah ketika semua sistem dipreparasi
dalam tie line, pada kesetimbangan akan terpisah dalam
komposisi yang konstan
Fase tersebut merupakan fase konjugat
Contohnya, setiap sistem yang diwakili oleh sebuah titik
dalam garis bc, pada suhu 50oC, terpisah untuk memberikan
sepasang fase konjugat yang komposisinya adalah b dan c
Sistem Dua Komponen Fase Likuid
(Air-Fenol)
 Jika dipreparasi sistem yang mengandung 24% berat fenol
dan 76% berat air (titik d), maka pada kesetimbangan akan
didapat 2 fase likuid
 Pada bagian atas, A, memiliki komposisi 11%
fenol dalam air (titik b) sedangkan lapisan bawah, B,
mengandung 63% fenol (titik c)
 Fase B berada di bawah fase A karena mengandung fenol
yang lebih banyak dan fenol memiliki densitas yang
lebih tinggi dibandingkan air
Sistem Dua Komponen Fase Likuid
(Air-Fenol)
 Dalam hubungan berat relatif kedua fase, fase A yang kaya
air akan lebih banyak dibanding fase kaya fenol B pada titik d.
Menurut aturan lengan bobot:

berat fase A = panjang dc


berat fase B panjang bd

 Berat fase A lebih besar dibanding fase B, karena titik d lebih


dekat dengan titik b dibandingkan dengan titik c
Sistem Dua Komponen Fase Likuid
(Air-Fenol)
 Panjang dc dan bd dapat diukur dengan penggaris dari diagram fase, tetapi lebih
tepat bila digunakan persen berat fenol yang tertulis pada absis diagram.
 Contoh, b = 11%, c = 63%, d = 24%
rasio=dc/bd = (63 – 24)/(24 – 11) = 39/13 = 3/1
 Untuk setiap 10 g sistem likuid dalam kesetimbangan (sesuai poin d), terdiri
dari 7,5 g fase A dan 2,5 g fase B
 Jika dipreparasi sistem dengan 50% berat fenol (poin f), rasio fase A dengan
fase B = fc/bf = (63 – 50)/(50 – 11) = 13/39 = 1/3
 Untuk setiap 10 g sistem f, akan diperoleh campuran kesetimbangan yang
dibentuk 2,5 g fase A dan 7,5 g fase B
 Sistem yang mengandung 37% berat fenol, pada kondisi setimbang di suhu 50°
C, akan memberikan berat yang senilai antara fase A dan fase B
Sistem Dua Komponen Fase Likuid
(Air-Fenol)
• Bekerja pada tie line dalam diagram fase memungkinkan
untuk menghitung komposisi tiap fase dalam kaitan
dengan penambahan berat fase yang terbentuk. Demikian
juga akan lebih mudah untuk memperhitungkan distribusi
fenol atau air dalam keseluruhan sistem
– Contohnya, andaikan kita campur 24 g fenol dengan 76
g air, campuran tersebut dihangatkan pada suhu 50°C,
dan mencapai kesetimbangan pada suhu ini
• Dalam pemisahan dua fase, akan diperoleh 75 g fase A
(mengandung 11% berat fenol), dan 25 g fase B
(mengandung 63% berat fenol)
Sistem Dua Komponen Fase Likuid
(Air-Fenol)
• Fase A mengandung (11/100) x 75=8,25 g fenol,
sedangkan fase B mengandung (63/100) x 25=
15,75 g fenol.
• Akan diperoleh total 24 g fenol dalam seluruh
sistem. Ini senilai dengan jumlah fenol yang
ditambahkan dan sesuai dengan asumsi dan
kalkulasi kita.
• Sedangkan di sisi lain fase A mengandung 66,75
g air dan fase B mengandung 9,25 g air.
Sistem Dua Komponen Fase Likuid
(Contoh Untuk Sistem Lain)
 Sistem trietilamin-air
menggambarkan
campuran likuid tanpa
upper consolute
temperature
 tetapi memiliki lower
consolute temperature
dimana di bawahnya
komponen akan miscible
dalam semua proporsi
Sistem Dua Komponen Fase Likuid
(Contoh Untuk Sistem Lain)
• Diagram sistem air-nikotin
memiliki keduanya, baik
lower maupun upper
consolute temperature
• Diagram mungkin timbul
karena interaksi antara
komponen yg
menyebabkan
pencampuran sempurna
hanya pada suhu rendah
Sistem Dua Komponen Fase Solid Likuid
Campuran Eutektik
• Kita batasi materi ini (campuran solid – likuid)
dimana kedua komponen completely miscible dalam
bentuk cairan, tetapi completely immiscible sebagai
solid, dimana fase solid yang terbentuk mengandung
komponen murni
• Contoh sistem ini adalah salol-thymol dan salol–
camphor.
• Yg dibahas salol-thymol
Sistem Dua Komponen Fase Solid – Likuid Campuran
Eutektik Thymol - Salol
Sistem Dua Komponen Fase Solid - Likuid
Campuran Eutektik Thymol - Salol
 Diagram sistem salol–thymol menggambarkan 4 area:
1. Fase likuid tunggal
2. Fase solid salol dan fase likuid konjugat
3. Fase solid thymol dan fase likuid konjugat
4. Kedua komponen sebagai fase solid murni
 Area yang terbentuk dari 2 fase (ii, iii, and iv) dapat disamakan
dengan area dua fase sistem fenol air, sehingga memungkinkan
untuk mengkalkulasi komposisi dan jumlah relatif tiap fase dari tie
lines dan batas fase yang diketahui
Sistem Dua Komponen Fase Solid - Likuid
Campuran Eutektik Thymol - Salol
 Preparasi sistem yang mengandung 60% berat thymol dalam salol dan
meningkatkan suhu campuran hingga 50° C (titik x)
 Dalam sistem pendingin, urutan perubahan fase diamati
 Sistem tetap sebagai likuid tunggal hingga suhu mencapai 29° C, dimana
sejumlah thymol solid terpisah untuk membentuk sistem dua fase solid -
likuid.
 Sistem x pada 25° C (ditunjukkan sebagai titik x1) tersusun dari fase
likuid a1 (53% thymol dalam salol) dan thymol bentuk solid
murni, b1.
 Rasio berat a1 dengan b1 adalah (100 - 60)/(60 - 53) = 40/7, atau senilai a1: b1
= 5,71:1.
Sistem Dua Komponen Fase Solid - Likuid
Campuran Eutektik Thymol - Salol
• Ketika suhu diturunkan hingga 20° C (titik x2), komposisi fase likuid
sebagai a2 (45% berat thymol dalam salol), dimana fase solidnya tetap
thymol murni, b2
• Rasio fase a2: b2 = (100 - 60)/(60 - 45) = 40/15 = 2,67:1
• Pada 15° C (titik x3), komposisi fase likuid senilai 37% thymol dalam
salol (a3) dan rasio berat fase likuid dengan thymol solid b3 (a3: b3)
adalah (100 - 60)/(60 - 37) = 40/23 = 1,74:1
• Di bawah 13° C, fase likuid tidak terlihat lagi dan sistem hanya
mengandung 2 fase solid salol murni dan thymol murni.
• Pada 10° C (titik x4), sistem mengandung campuran kesetimbangan
salol murni solid (a4) dan thymol murni solid (b4) dengan rasio berat
(100 - 60)/(60 - 0) = 40/60 = 0,67:1
• Ketika sistem x didinginkan secara progresif, hasil yang terlihat
menunjukkan bahwa semakin banyak thymol yang terpisah sebagai
solid
Sistem Dua Komponen Fase Solid – Likuid Campuran
Eutektik Thymol - Salol
Sistem Dua Komponen Fase Solid - Likuid
Campuran Eutektik Thymol - Salol
 Urutan perubahan fase yang serupa terlihat jika sistem y yang
didinginkan
 Pada sistem ini, fase solid yang terpisah pada 22° C adalah salol murni
 Suhu terendah dimana fase likuid tetap ada dalam sistem salol–
thymol adalah 13° C, yang terjadi pada campuran 34% thymol dalam
salol
 Titik ini dalam diagram fase disebut titik eutektik
 Pada titik eutektik, fase berada sebagai 3 bentuk (likuid, salol solid,
dan thymol solid)
 Titik eutektik merupakan sistem invariant, dalam sistem
terkondensasi F = 2 – 3 + 1 = 0
Sistem Dua Komponen Fase Solid - Likuid
Campuran Eutektik (Contoh Lain)
• Campuran salol dan camphor menunjukkan gambaran serupa
• Pada kombinasi ini, titik eutektik terjadi dalam sistem yang mengandung 56% berat
salol dalam camphor pada temperatur 6° C
• Beberapa bahan lain membentuk campuran eutektik (contoh, camphor, chloral
hydrate, menthol dan beta naphthol)
• Lidokain dan prilokain, dua senyawa anestesi lokal, dapat membentuk campuran
1:1 dengan suhu eutektik 18°C
• Campuran tersebut berbentuk likuid pada suhu ruang dan membentuk campuran
anestesi lokal untuk topikal
• Eutektik likuid tersebut dapat diemulsikan dalam air, dapat diemulsifikasi dalam
air, dan meningkatkan bioabsorpsi topikal kedua anestesi lokal
Sistem Dua Komponen Fase Solid - Likuid
Campuran Eutektik Dispersi Padat
Sistem eutektik merupakan contoh dispersi
padat
Dispersi padat terbagi menjadi beberapa
sistem, termasuk : campuran eutektik, larutan
padat, larutan gelas, dll
Dispersi padat : dispersi satu atau lebih bahan
aktif dalam pembawa atau polimer
Sistem Dua Komponen Fase Solid - Likuid
Campuran Eutektik Dispersi Padat
Dispersi padat dapat meningkatkan disolusi dan
bioavailabilitas senyawa obat yang sukar larut ketika
dikombinasi dengan pembawa/carrier soluble seperti urea
Peningkatan laju disolusi terjadi karena penurunan ukuran
partikel, peningkatan wettability senyawa, penurunan tingkat
agregasi dan aglomerasi dan peningkatan kelarutan dengan
penambahan carrier water-soluble
KESETIMBANGAN FASA
DALAM SISTEM TIGA KOMPONEN
Diagram Triangular
 Untuk
mempelajari
sistem tiga
komponen,
digunakan
kertas grafik
koordinat
triangular
Aturan Terkait Diagram Triangular
Konsentrasi dalam sistem ternary diperlihatkan berdasarkan berat.

1. Setiap 3 sudut atau puncak triangle menunjukkan 100% berat


satu komponen (A, B atau C)
Hasilnya, puncak tersebut akan menunjukkan 0% untuk 2
komponen yang lain
 Contohnya, titik sudut paling atas dalam diagram
menunjukkan 100% B
Aturan Terkait Diagram Triangular
2. Tiga garis penghubung titik sudut menunjukkan campuran dua
komponen dari tiga kemungkinan kombinasi A, B dan C
Garis AB, BC, dan CA menggambarkan campuran dua
komponen A dan B; B dan C; dan C dengan A. Dengan
membagi tiap garis menjadi 100 bagian yang sama, lokasi titik
di sepanjang garis dapat secara tepat mewakili persentase
konsentrasi 1 komponen dalam sistem dua komponen
 Contohnya, titik y, di pertengahan antara A dan B pada garis
AB, menggambarkan sistem yang mengandung 50% B
(sehingga juga 50% A). Titik z, tiga perempat panjang BC,
menandakan sistem yang mengandung 75% C dalam B
Diagram Triangular
 Untuk
mempelajari
sistem tiga
komponen,
digunakan
kertas grafik
koordinat
triangular
Aturan Terkait Diagram Triangular
 Sepanjang garis ada ikatan dengan triangle (segitiga) yang
menggambarkan konsentrasi dalam sistem dua komponen,
tidak perlu searah atau berlawanan jarum jam, asalkan
prosesnya konsisten (tetapi umumnya ditentukan searah jarum
jam)
 Jika kita bergerak sepanjang AB dengan tujuan B, akan
diperoleh sistem A dan B dimana konsentrasi B terus
meningkat sedangkan konsentrasi A yang semakin kecil
 Bergerak sepanjang BC menuju C akan menggambarkan sistem
B dan C dengan nilai C semakin meningkat; sedangkan saat
mendekati A pada garis CA, akan diperoleh konsentrasi A yang
semakin tinggi pada sistem A dan C
Aturan Terkait Diagram Triangular
3. Area di bagian dalam segitiga menggambarkan
semua kemungkinan kombinasi A, B dan C untuk
membentuk sistem tiga komponen. Posisi titik
menggambarkan sistem yang terbentuk, misalnya
titik x
 Garis AC; berlawanan dengan B, menggambarkan
sistem yang mengandung A dan C, dimana B tidak
ada, sehingga B = 0.
 Garis horizontal yang memotong segitiga yang
sejajar dengan AC menunjukkan peningkatan
persentase B dari B = 0 (pada garis AC) hingga B =
100 (pada titik B).
Diagram Triangular
 Untuk
mempelajari
sistem tiga
komponen,
digunakan
kertas grafik
koordinat
triangular
Aturan Terkait Diagram Triangular
 Garis sejajar AC yang memotong titik x ekuivalen
dengan 15% B; akibatnya 85% dari sistem tersebut
adalah A dan C.
 Menggunakan argumen yang sama untuk 2
komponen yang lain dalam sistem di sepanjang garis
AB, maka C = 0.
 Garis AB menuju C di sepanjang diagram, sehingga
konsentrasi C meningkat hingga puncak, C = 100%.
 Titik x berada pada garis sejajar dengan AB dengan
nilai C ekuivalen 30%. Sehingga konsentrasi A
adalah 100 - (B + C) = 100 - (15 + 30) = 55%.
 Dalam diagram, pada garis BC hingga puncak A; titik
x ekuivalen dengan 55% A.
Aturan Terkait Diagram Triangular
4. Jika suatu garis digambarkan dari puncak hingga
titik pada sisi yang berlawanan (contoh garis DC),
maka semua sistem digambarkan dengan titik
pada garis yang memiliki rasio konstan dua
komponen (A dan B).
 Selanjutnya, penambahan C bertahap pada
campuran A dan B akan menghasilkan sistem yang
bergerak progresif mendekati puncak C (100%
komponen C).
 Pengaruh ini digambarkan pada tabel 2.8, dimana
dilakukan penambahan komponen C dengan berat
yang semakin lama semakin meningkat ke dalam
campuran A dan B.
Diagram Triangular
 Untuk
mempelajari
sistem tiga
komponen,
digunakan
kertas grafik
koordinat
triangular
Aturan Terkait Diagram Triangular

Penambahan jumlah C pada campuran dimana


jumlah A dan B konstan
Aturan Terkait Diagram Triangular
5. Tiap garis yang digambarkan sejajar
dengan salah satu sisi triangle,
(contohnya HI) menunjukkan sistem
ternary dimana proporsi (atau persentase
berat) salah satu komponen konstan
(disini komponen C tetap).
 Dalam hal ini, semua sistem yang
dipreparasi sepanjang HI akan
mengandung 20% C dan konsentrasi A dan
B yang beragam
Sistem Terner dengan Satu Pasang
Likuid yang Miscible Partial
• Air dan benzene miscible hanya untuk jumlah yang
kecil, dan campuran keduanya lalu akan membentuk
sistem dua fase.
• Fase yang lebih berat dari sistem dua fase mengandung
air yang jenuh dengan benzena, sementara fase yang
lebih ringan adalah benzena yang jenuh dengan air.
• Di sisi lain, alkohol merupakan senyawa yang
bercampur sempurna baik dalam benzena maupun air.
Penambahan alkohol dalam jumlah cukup pada sistem
dua fase (benzene dan air) akan menghasilkan fase
likuid tunggal dimana semua komponen miscible
Sistem Terner dengan Satu Pasang Likuid
yang Miscible Partial

Gambaran sistem ternary tiga larutan


Sistem Terner dengan Satu Pasang
Likuid yang Miscible Partial
• Bandingkan aktivitas alkohol dalam sistem ini dengan suhu
pada sistem biner fenol-air sebelumnya
• Peningkatan suhu pada sistem fenol-air membentuk complete
miscibility kedua fase konjugat menjadi satu fase likuid
• Penambahan alkohol pada sistem benzena-air menghasilkan
hal yang sama tetapi dengan cara yang berbeda, yaitu
sebagai akibat dari efek solven, bukan efek suhu
• Penggunaan panas berguna untuk memecah gaya kohesi
antar molekul serupa dengan penggunaan solven (hasil yang
dicapai juga sama)
Sistem Terner dengan Satu Pasang
Likuid yang Miscible Partial
• A, B, dan C berturut - turut mewakili air,
alkohol dan benzena
• Garis AC menggambarkan campuran
biner A dan C, sedangkan titik a dan c
berturut – turut adalah batas kelarutan C
dalam A dan A dalam C pada suhu yang
digunakan
Sistem Terner dengan Satu Pasang
Likuid yang Miscible Partial
• Kurva afdeic, merupakan kurva binodal atau binodal, menunjukkan
area dua fasa
• Area yang lain dalam segitiga mengandung satu fase likuid
• Tie lines (garis pengikat) dalam binodal tidak harus sejajar satu
sama lain atau dengan baseline AC (seperti pada kasus area dua
fase sistem biner)
• Sesungguhnya, arah tie lines terkait dengan bentuk binodal, yang
bergerak bergantung kelarutan relatif komponen ketiga (dalam hal
ini alkohol) dalam kedua komponen yang lain
• Hanya bila komponen yang ditambahkan mempunyai tingkat
pengaruh yang senilai pada kedua komponen lain untuk
melarutkannya, maka binodalnya akan betul-betul simetris dengan
tie lines yang sejajar dengan baseline
Sistem Terner dengan Satu Pasang
Likuid yang Miscible Partial
• Sifat-sifat tie lines telah diketahui sebelumnya. Sistem g dan
h yang dibuat di sepanjang tie line fi memberikan
peningkatan pada kedua fase (yang komposisinya
ditunjukkan dengan titik f dan i
• Jumlah relatif (dalam bobot) kedua fase konjugat akan
bergantung pada posisi sistem originalnya di sepanjang tie
line.
– Contohnya, sistem g, setelah mencapai kesetimbangan,
akan terpisah menjadi dua fase, f dan i. Rasio fase f
dengan i (dalam bobot) dinyatakan dengan rasio gi: fg.
– Campuran h, di setengah panjang tie line, akan
mengandung dua fase dengan bobot senilai dalam
kesetimbangan
Sistem Terner dengan Satu Pasang
Likuid yang Miscible Partial
 Kesetimbangan fase dalam gambar
memperlihatkan bahwa penambahan komponen B
pada 50:50 campuran komponen A dan C akan
membentuk perubahan fase dari sistem dua cairan
menjadi sisem satu cairan pada titik d
 Pada campuran 25:75 untuk A dan C (titik j),
dengan penambahan B menyebabkan perubahan
fase pada titik e. Semua campuran di sepanjang
dB dan eB akan berbentuk sistem satu cairan
Sistem Terner dengan Satu Pasang
Likuid yang Miscible Partial
• Telah diketahui bahwa pada area satu fase
F = 2, sehingga harus ditentukan dua
konsentrasi untuk menetapkan sistem
• Di dalam kurva binodal afdeic nilai F = 1.
Disini hanya perlu diketahui satu
konsentrasi saja. Komponen dari fase
konjugat dapat diketahui dari tie line.
Pengaruh Temperatur pada Sistem Terner dengan
Satu Pasang Likuid yang Miscible Partial

• Gambar sebelumnya menunjukkan kesetimbangan fase


dalam sistem tiga komponen pada kondisi isotermal.
• Ada hubungan suhu dengan area immiscibility, dimana
perubahannya dibatasi oleh kurva binodal
• Secara umum, area binodal akan menyempit dengan
peningkatan suhu, sehingga tercapai miscibilitas.
• Pada akhirnya, suatu titik akan tercapai dimana
diperoleh complete miscibility dan binodal akan hilang
Pengaruh Temperatur pada Sistem Terner dengan
Satu Pasang Likuid yang Miscible Partial

• Prisma segitiga (sebagai gambaran tiga dimensi) digunakan


untuk mempelajari pengaruh suhu dalam kesetimbangan fase
Pengaruh Temperatur pada Sistem Terner dengan
Satu Pasang Likuid yang Miscible Partial
• Sebagai alternatif dapat juga kurva-kurva lain yang
menggambarkan beragam suhu (seperti ditunjukkan
pada gambar c)
• Ketiga sisi planar (datar) dari prisma merupakan
diagram tiga fase dari sistem komponen biner
• Gambar 2–20 menggambarkan sistem komponen terner
yang mengandung satu pasang cairan yang immiscible
partial (A dan C).
• Peningkatan suhu menyebabkan penurunan area
immiscibility. Daerah di luar area bergaris pada prisma
merupakan fase cair tunggal yang homogen.

Anda mungkin juga menyukai