Anda di halaman 1dari 62

 Senyawa halogen organik banyak terdapat di alam, kira-kira 500

senyawa telah ditemukan dalam ganggang dan organisme laut


lain.
 Juga berkembang pesat untuk penggunaan dalam industri

H Cl F Br F H
F C C H Cl C F H C Br
Cl Cl F Cl Cl H
Trikloroetilena Halotan Difluorodiklorometana Bromometana
(pelarut) anaestesi hisap) Pendingin = Freon) (fumigant)

Merupakan senyawa penuntun untuk pembuatan obat baru


Cl
H
N Diisolasi dari kulit sejenis katak
N epipedobates tricolor
Lebih potent 200 kalidibandingkan morfin
untuk memblokir rasa sakit pada binatang
H
Epibatidin
Berdasarkan gugus yang mengikat halogen :
1. Alkil halida (RX) CH3-CH2-CH2-Br
2. Halida vinilik CH3-CH=CH-Br
3. Halida alilik CH2=CH-CH2-Br
4. Halida benzilik C6H5-CH2-Br
5. Aril halida C6H5-Br

Berdasarkan jenis atom C pengikat halogen :


H CH 3 CH 3 CH 3

H C Br H C Br H C Br H 3C C Br

H H CH 3 CH 3

metil halida RX primer RX sekunder RX tersier


* Klasifikasi H
H C X
a.Metil halida :
H
H
R C X
b.Alkil halida primer :
H
R

c.Alkil halida sekunder : R C X


H
R

d.Alkil halida tersier : R C X

R
* Tata Nama
a. IUPAC : Halo alkana
b.Umum : Alkil + Halida
Contoh: CH3
CH3 CH CH2 Br
IUPAC : 2-kloro propana 1-bromo-2-metil propana
Umum : isopropil klorida Isobutil bromida
* Urutan prioritas tetap harus digunakan, bila dalam
senyawa terdapat substituen/gugus fungsi yg berbeda.
CH3

1-kloro-2 metil propana H C CH CH C


Menurut aturan IUPAC
CH3 Br Br CH3

CH3CHCH2CHCHCH2CH3 CH3CHCH2CHCHCH2CH3
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7

CH3 CH3
5-bromo-2,4-dimetilheptana 2-bromo-4,5-dimetilheptana
Cl CH3 Br

BrCH2CH2CHCHCH3 CH3CHCH2CH2CHCH3
1 2 3 4 5 6 5 4 3 2 1

CH3 2-bromo-5-metilheksana
1-bromo-3-kloro-4-metilpentana BUKAN 5-bromo-2-metilheksana

Nama trivial (untuk gugus alkil tertentu)


Cl Br

CH3 I CH3 CHCH 3

metil iodida isopropil klorida sikloheksil bromida


= iodometana = 2-kloropropana = bromosikloheksana
* Contoh: alkena (halogen yg terikat pada alkena).
CH2 = CHCH2Cl 3-kloro propena
= alil klorida = 2-propenil klorida
CH2=CHCl kloro etena
= vinil klorida = etenil klorida
* Keaktifan : RI > R Br > R Cl > RF
* Beberapa contoh senyawa halogen organik yang
banyak digunakan / dikenal:
-Freon -Trilena
-Teflon -Halotan
-Trifluoro-bromo metana -Vinil klorida
-DDT -metil bromida
-Gammexane * Senyawa Haloform
-PCB (Poly Chlorinated Biphenyl)→ pelunak plastik
* Freon (nama dagang dari Dupont de Nemours)
Freon 12 (CCl2F2) Freon 11 (CFCl3)
Freon 22 (CHCl2F)
- Sbg pendingin lemari es (dulu), air conditioner =AC.
- Sbg “propellant” (penyebar) kosmetik, insektisida
dsb.

* Teflon : suatu plastik (polimer dari tetra fluoro etilen).

* Trifluoro-bromometana (CF3Br):
- Pemadam api ; 2x lebih efektif daripada CCl4
- Tak beracun
* DDT = Dikloro-difenil-trikloro-etana

insektisida

* Gammexane (“Lindane”)
Cl Cl 1,2,3,4,5,6-heksakloro-
sikloheksana
Cl Cl (insektisida)
Cl Cl
* Trilena = trikloroetena
-anestetik pada ilmu kebidanan  operasi kecil
-efek analgesik
* Halotan (fluothane)
= 1,1,1 – trifluoro –2- bromo – 2- kloro etana
sebagai anestetik
2 x CHCl3 ttp keaktifan analgesik & pe-
4 x eter ngendoran otot : lemah
* Vinil klorida
-Gas yang mempunyai efek anestetik
-Polimerisasi  PVC
* Metil bromida
Pestisida dalam bentuk gas (fumigant) pada
pakaian, sayuran, tumbuhan, buah-buahan kering,
benih-benih; anti rayap.
 Senyawa haloform:
 Bromoform
 Kloroform
 Iodoform

 Sifat-sifat fisis alkil halida :


1.Titik didih > alkana dengan  C sama.
Makin panjang rantai C  titik didih makin tinggi.
Titik didih RI > RBr > RCl > RF
2.Senyawa polar, karena ada penarikan elektron oleh
halogen.
G
s+ s-
G C X
G
3.Tidak larut dalam air, karena tidak dapat
membentuk ikatan H dengan air.
 Pembuatan Alkil halida
1.Secara industri:
a. HC  CH + HCl H2C = CH – Cl
asetilen HgClvinil
2 klorida
b. H2C=CH2 Cl2 H2C – CH2 500C CH2=CH-Cl
Cl Cl vinil klorida
c. CH3Cl + HgF2 CH3F + Hg2Cl2
metil klorida metil fluorida
d. CCl4 + SbF3 CCl2 F2
freon 12
2.Secara laboratoris
a. R – H X2 RX + HX
Contoh : h.v
Neopentana Cl
Neopentil klorida
2
b. >C=C< + H X  C C

H X
Contoh :
Propena + HCl isopropil klorida
R.adisi markovnikov
c. R – OH + HX R – X + HOH
alkohol tersier > alkohol sekunder > alkohol
primer
HI > HBr > HCl > HF
contoh: pereaksi Lucasuntuk membedakan
alkohol primer, sekunder, tersier
I
II
III
Lucas A : HCl pk
Lucas B : HCl pk + ZnCl2
Bila keruh  berarti terbentuk alkilhalida

Alkil halida primer


tdk bereaksi
Bila di(+) Lucas A  keruh  alk ters 

Jika negatif di(+) Lucas B  keruh  alk. Skd 


Dari Alkena : brominasi gugus alilik
1. Dengan pereaksi HX atau X2 (adisi Markovnikov)

X2 HX
H CH3
H X H X

X X = Cl atau Br
CH3 H CH3

2. Dengan pereaksi NBS (N-bromosuksinimida); melalui mekanisme


substitusi radikal bebas (untuk pembuatan halida alilik)
O
Br
N Br O

posisi O NH
alilik
hv, CCl4

O
3-bromosikloheksena
sikloheksena (85%)
Dari alkohol
Merupakan metode paling umum dipilih
1. Dengan pereaksi asam halida (HCl, HBr, HI)
 paling mudah terjadi pada alkohol tersier
 pada alkohol primer dan sekunder reaksi lebih lambat dan perlu
pemanasan H H H H R H R R

C C C C
H OH R OH R OH R OH
Metil < Primer < Sekunder < Tersier

kereaktif an

H 3C OH H 3C Cl

HCl (gas)
H2 O
0
eter, 0 C

1-Metilsikloheksanol 1-Kloro-1-metilsikloheksana
(90%)
Dengan pereaksi tionil klorida (SOCl2)atau PBr3
 terutama untuk alkohol primer dan alkohol sekunder
 memberikan hasil tinggi
 tidak bereaksi dengan gugus fungsi lain (eter, karbonil, aromatis)
 tidak terjadi tata-ulang karbonium
OH Cl
SOCl2
SO2 HCl
piridin
O O
benzoin 86%

OH Br
PBr3
3 CH 3CH2 CHCH3 3 CH 3CH2 CHCH3 H3 PO3
eter, 350 C
Butan-2-ol 2-Bromobutana
(86%)
A. Reaksi substitusi nukleofilik
B. Reaksi eliminasi (dehidrohalogenasi)

Berdasarkan mekanisme reaksi :


ada SN-1, SN-2
E-1, E-2
 SN-1 (Substitusi Nukleofilik Unimolekular)
R–X lambat R + X (1)
R + :Nu cepat R – Nu (2)

Tahap penentuan laju reaksi :tahap (1) → v = k [R-X]


Contoh:
C C
+ OH hidrolisis + Br + Br
C C Br C C OH
SN-1
C C
karena laju reaksi bertambah
oleh ters.butil bromida
Tahap I :
..
(CH3)3C–Br: [(CH3)3C... ..Br:] [(CH3)3C+] + ..
:Br: .. .. ..
keadaan transisi I zat antar karbokation,
tak stabil
Tahap II : H
H
..
[(CH3)3C+] + H2O:  [(CH3)3C... OH]  (CH3)3C ..+OH
Nu keadaan transisi II t.butil alkohol
berproton
H

.. ..
.. + H2O: 
(CH3)3C +OH (CH3)3COH
.. + H 3 O :

berlebih t.butil alkohol


Reaksi keseluruhan t-butil bromida dengan H2O
terdiri dari 2 reaksi terpisah
1.ionisasi yang diikuti kombinasi dengan Nu
2.reaksi As – Bs
Tahap (I) : Pembentukan senyawa antara karbokation

Diagram energi :
t.s.I (lambat)
Eakt
karbo kation
(intermediat)

zat yg bereakasi produk

jalannya reaksi
Kecepatan reaksi relatif hidrolisis alkil halida
CH3 Br 1,00
CH3 – CH2 Br 1,00
(CH3)2 CH Br 11,6
1,2 X 106
(CH3)3 CBr
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kecepatan reaksi
SN-1 ?

Tinjauan :
Kestabilan karbonium C + ters > C + skd > C + pr > C +metil
disebabkan karena efek induksi  / hiperkonjugasi
Tinjauan lain : - faktor sterik
Stereokimia Reaksi SN-1
C3 H7 C3 H7
1).
CH3 CH3
C Br C

C2 H5 C2 H5
karbo kation

2).

R
C3 H7
CH3
C
S
C2 H5
OH- OH-
inversi : S  R / R – S
retensi : S  S / R – R
Ion karbonium ik dlm bidang.
Pada SN-1  terjadi peristiwa rasemisasi, tetapi tidak
pernah terjadi rasemisasi total.
artinya : tidak pernah terjadi 50% retensi ; 50%
inversi
Biasanya p.inversi > retensi, sebab yang depan
terdapat halangan.
Semakin stabil ion C  makin terjadi kemungkinan
inversi = retensi.
Contoh: hidrolisis 1-fenil-1-kloro etana 50-60% inversi
α-bromopropionat: 80-100% retensi
Karena C+ tersier lebih mudah terhidrolisis atas dasar
reaksi SN-1 dibandingkan dengan C+ skd & C+ pr, maka
tahap penentu kecepatan reaksi adalah tahap
terbentuknya karbokation  C+ ters lebih stabil.
 Adanya efek sterik / halangan ruang (steric hindrance)
akan mempercepat reaksi SN-1, karena mudah
terbentuk karbokation.
Peristiwa ini disebut steric assistance /
enhancement (bantuan sterik)
Metil :
CH3Br + H2O laju diabaikan CH3OH + Br- + H+
SN I
Primer :
CH3CH2Br + H2O laju diabaikan CH3CH2OH + Br- + H+
SN I
Skd :
(CH3)2CHBr +H2O sangat lambat (CH3)2CHOH +Br-+ H+
SN I
Ters :
(CH3)3 CBr + H2O cepat (CH3)3 COH + Br- + H+
SN I
Substrat
 Tahap penentu kecepatan reaksi SN-1adalah pembentukan ion karbonium
 Makin stabil ion karbonium yang terjadi, reaksi SN-1 makin mudah terjadi
 Kation alil dan kation benzil distabilkan oleh resonansi

H H

H C H H C H
C C C C

H H H H
karbokation alil

H H H H
H H H H H H
C C
C C C

karbokation benzil
Substrat
 Karena resonansi, karbokation primer dari alil dan benzil kestabilannya
setara karbonium sekunder
 Kestabilan karbokation sekunder dari alil dan benzil setara karbokation
tersier
 Urutan kestabilan karbonium :

H H H H H H CH 3

H C H 3C C C C C H 3C C H 3C C

H H H C H H CH 3 CH 3

H
metil < primer < alil = benzil = sekunder < tersier

k est abi lan k arbonium

Urutkan senyawa berikut berdasarkan kereaktifannya pada reaksiBr


SN-1
Br

CH3 CH 2 Br H2 C=CHCHCH 3 H2 C=CHBr CH3 CHCH3


Pengaruh nukleofil penyerang
 Reaksi SN-1 tidak dipengaruhi oleh sifat alami Nu: penyerang
 Umumnya sebagai pereaksi adalah Nu: lemah sehingga reaksi
seringkali berlangsung dalam larutan asam atau netral

Pengaruh gugus pergi


Kereaktifan gugus pergi sangat menentukan pembentukan ion karbonium
Urutan kereaktifan gugus pergi :
HO- < Cl- < Br- < I- < TosO- < H2O

Kereaktifan gugus pergi


Pengaruh pelarut
 Reaksi SN-1 berlangsung lebih cepat dalam pelarut polar, mis. air atau
etanol; dibandingkan dalam pelarut yang kurang polar, mis. eter atau
kloroform
 Pelarut polar akan menstabilkan ion karbonium yang terbentuk
 Reaksi SN-1 lebih menyukai pelarut protik karena menstabilkan ion
karbonium lewat proses solvasi

H H
H
H O
O Solvasi ion karbonium oleh air
O Atom O kaya-elektron dari molekul air berorientasi
H
H C mengelilingi muatan positif sehingga kestabilan meningkat
H
H
O
O
O H
H H H
JADI:
Efek Induktif
Istilah untuk menggambarkan polarisasi ik oleh
suatu atom elektronegatif/elektro positif didekat
ikatan itu.
 Makin banyak gugus alkil yang terikat pada atom C:

 makin banyak atom yang dapat membagi


muatan .
 karbokation makin stabil.
Hiperkonjugasi
Teori lain untuk menerangkan kestabilan relatif
karbokation.

Tumpang tindih partial antara orbital sp3- s (ik C – H)


dengan orbital p kosong dari C+
sp3-s H CH3
C C
orbital kosong

H CH3
H
•Karbokation etil mempunyai 3 ik C – H yang dapat overlap dengan p- kosong.

•Karbokation t-butil mempunyai 9 ik C – H yang dapat membantu menyebarkan


muatan .

•Reaksi SN1 terjadi dalam pelarut yang polar(protik maupun


aprotik)  karena diperlukan ionisasi menjadi ion karbonium

•Ion karbonium yang terjadi dapat mengalami penataan ulang


yaitu pergeseran hidrida dan metida.
H

H H2
H3C C C CH3 H3C C C CH3

CH3 CH3
C + sekunder C+ tersier (lebih stabil)
CH3 CH3

H
H3C C C CH3 H 3C C CH CH3

CH3 CH3
C + sekunder +
C tersier (lebih stabil)
Penataan ulang dapat terjadi :
•Bila dapat menghasilkan C+ yang lebih stabil
* geseran 1,2 (1,2 shift)
•Kondisi reaksi (pelarut), meskipun kestabilan setara
REAKSI SN-2
•Terdiri dari 1 tahap reaksi
- ik C – X terputus
- ik baru terbentuk
•Tidak terbentuk senyawa intermediat
..
CH3– Br: + :OH .. -
CH3OH + :Br:-..
.. .. ..
•Kecepatan reaksi : v = k [CH3 Br] [OH-]
CH3 – CH2 – CH2 – Cl: + CH3O:
CH3 – CH2 – CH2 – OCH3 + :Cl:
v = k [CH3-CH2-CH2-Cl] [CH3O-]

•Metil halida & halida primer  SN2 dengan Nu


yang agak kuat : misalnya OH-, CN-, CH3O-
 Alkil halida skd  SN1 / SN2 (tergantung kondisi
reaksi).
 Reaksi SN2 berlangsung dalam pelarut dengan
kepolaran rendah.

* Faktor-Faktor yang mempengaruhi kecepatan


reaksi SN2 :
1. Halangan ruang  menghambat reaksi
CH3X > Cpr > Cskd > Cters
-
2. Gugus penarik ě (I ) pada C pusat reaksi 
mempermudah reaksi SN2
Transisi (activated complex)
E

Jalannya reaksi

Kecepatan reaksi ditentukan oleh substrat & Nu


 SN2 disebut bimolekuler.
* Stereokimia Reaksi SN2

H
lambat CH3
HO C cepat

C2 H5

OH-
(dari belakang)
2-kloro butana(R) bentuk transisi 2 – butanol (S)

- Terjadi peristiwa inversi pada seny kiral (inversi


Walden).
-Tidak terbentuk ion  SN2 dapat terjadi dalam
pelarut non-polar.
Catatan :
1. Laju reaksi kimia : ukuran berapa cepat reaksi
berlangsung.
2. Tetapan laju (k)  konstan untuk reaksi yang
sama pada kondisi eksperimen yang identik
(pelarut, temp dsb).
3. Order reaksi  tidak ada kaitannya dengan SN1 &
SN2.
4. Eakt : energi keadaan transisi relatif terhadap
pereaksi.
5. Hub antara no. 2 dan no. 4 : Eakt rendah  reaksi
cepat.
Alkil halida Laju relatif
CH3 X 30
CH3 CH2 X 1
CH3 CH2 CH2 X 0,4
0,4
CH3 CH2 CH2 CH2 X
0,025
(CH3)2 CHX ~0
(CH3)3 CX
 Reaksi substitusi Alil halida & Benzil halida
CH2 = CH – CH2- CH2 = CH – CH2 – Cl
Gugus alil alil klorida
(3 – kloro – 1 – propena)

gugus benzil benzil bromida


 Pada reaksi SN1 alil halida  30x lebih reaktif dp etil
-halida. Benzil halida  400x lebih reaktif dp etil halida
Sebab : adanya stabilisasi resonansi C
CH2 = CH – CH2 – Br C = C – C C – C =
C
alil bromida
+ +
CH2 CH2
•Stabilisasi induktif menyangkut penyebaran muatan 
melalui ikatan .
-Stabilisasi resonansi menyangkut penyebaran muatan Ɵ
melalui ik π.
-Cl H2 O
CH2=CH-CH2-Cl:.. 
[CH2=CH-C H2] CH2=CH-CH2-OH
SN1 -H+
alil klorida .. alil alkohol

•Bagaimana mekanisme reaksinya bila mempunyai C terminal yang


sama muatan  nya?
Cl-
CH3CH=CHCH2Cl SN1 [CH3CH=CH-CH2 CH3CH -CH=CH2]
H2 O
-H+

CH3CH=CH-CH2 CH3-CH-CH=CH2
OH OH

Cl- H2 O
benzil klorida S N1 kation benzil -H+ benzil alkohol

 Reaksi SN2 pada alil halida & benzil halida


laju relatif alil halida 40x etil halida;
benzil halida 120 x etil halida

Sebab : ikatan  alilik atau awan  aromatik


menurunkan energi transisi reaksi SN2.
Pengaruh sterik pada reaksi SN-2
Halida vinilik dan aril halida tidak dapat mengalami reaksi SN-
2 karena adanya resonansi sehingga ikatan C-Cl sebagian
berupa ikatan rangkap dua

H2C CH Cl H2 C C Cl
H
halida vinilik

Cl Cl

aril halida
Pengaruh kenukleofilikan pereaksi
Makin nukloefilik, reaksi SN-2 makin cepat berlangsung.
Dipengaruhi beberapa hal :
1. Kebasaan
Peningkatan sifat nukleofilik sebanding kebasaan;
e.g. kebasaan OH- > CH3COO- > H2O
2. Letak atom pada sistem periodik
SH- lebih nukleofil dp OH- ; kereaktifan halida I- > Br- > Cl-
3. Dalam bentuk anion atau molekul netral
Reaksi SN-2 lebih mudah berlangsung dalam suasana basa daripada
dalam larutan netral atau asam

Mana yang lebih nukleofil sifatnya, beri penjelasan !


a. (CH3)2N- & (CH3)2NH b. (CH3)3B & (CH3)3N c. H2O & H2S
Pengaruh gugus pergi :
Adanya gugus pergi yang baik (good leaving groups) akan
meningkatkan kereaktifan reaksi

Gugus yang bersifat basa lemah (mis. Cl- dan Br- serta ion tosilat)
adalah gugus pergi yang baik; sedangkan basa kuat (mis. OH- dan
NH2-) adalah gugus pergi yang buruk

Urutan kereaktifan gugus pergi :


OH- , NH2- , OR- F- Cl- Br- I- TosO-

Kereaktifan gugus pergi


Pengaruh pelarut pada SN 2
Pelarut protik (mengandung gugus –OH atau NH) adalah pelarut terburuk
untuk reaksi SN-2. Pelarut protik (e.g. MeOH; EtOH) membentuk
ikatan hidrogen dengan Nu; penyerang sehingga Nu: terperangkap

OR

H
ikatan hidrogen

anion tersolvasi
RO H X: H OR
menurunkan kenukleof ilikan

H
nukleof il
OR
Reaksi SN-2 sangat baik terjadi dalam pelarut polar aprotik
CH3OH H 2O DMSO DMF CH3CN HMPA

Kereaktifan pelarut
1. Reaksi berlangsung satu tahap

2. Kecepatan reaksi tergantung konsentrasi kedua senyawa yang


bereaksi (kons RX dan Nu:)

3. Terjadi intermediat atom C-pentavalen

4. Sangat dipengaruhi halangan ruang, sehingga SN-2 paling


mudah terjadi pada metil halida dan alkil halida primer

5. Pereaksi suatu nukleofil kuat

6. Lebih mudah berlangsung dalam pelarut polar aprotik

7. Pada senyawa kiral terjadi pembalikan struktur (inversi Walden)


Sering disebut : reaksi dehidro halogenasi.
Contoh :
H H H H
H – C – C – C H KOH / alk C=CH–CH3 + KBr + H20
H Br H H
isopropil bromida propilena
Karena atom H yang lepas  dekat atom Br, maka
disebut eliminasi 1,2.
Eliminasi :
1.E1 mekanisme reaksi melalui intermediat karbokation
2.E2 terjadi pelepasan langsung dari X sebagai leaving
group & H secara bersama-sama
Urutan laju reaksi : tert > sek > pr
metil tidak bisa dieliminasi
Terdiri 2 tahap :
1. Tahap terbentuknya ion karbonium

x- C C
C C lambat
H
ion karbonium
2. Tahap cepat  pembentukan ikatan rangkap

C C basa kuat
C C + BH
H :B
Bila terbentuk ion karbonium 
tidak terjadi SN1  why ?
Ada beberapa kemungkinan :
 Ion karbonium mengikat Nu  terjadi S -1.
N
 Ion karbonium menata ulang  terjadi S -1.
N
 Proton pada C dieliminasi  membentuk alkena.

Bila Nu yang digunakan lebih kuat  reaksi E1


artinya proton (H+) akan lebih mudah diambil
oleh basa yang lebih kuat.
Bila basa tidak terlalu kuat (OH- dari air)  reaksi
SN1.
 Reaksi SN1 & E1 terjadi persaingan
Reaksi E1 memerlukan kondisi yang lebih dari pada
SN1. misal basa lemah, permanasan dsb.
Contoh: basa lebih lemah : OH dari air
basa lebih kuat : etoksida
CH3
Nu S 1
N
H3 C C

H C H

H Nu

E1

CH3
Isobutena (2-metil-
H3 C C propena)
E1 berjalan
menurut orde I CH
Reaksi eliminasi bimolekuler (E2)
 Reaksi orde II.
 Berjalan 1 tahap (karena lepasnya ion halida &
proton terjadi bersama-sama dengan adanya
basa kuat (OH-, OR-).
 (reaksi E ditemukan oleh Hughes & Ingold)
2

Pecahnya ik C-X & ik C – H bersama-sama secara


beruntun dengan terjadinya ik .

X
+ X-
C C C C
- BH
Penentu lajuH reaksi = alkil halida dan [ ] basanya
v = k [R-x] [B:]
Makin tinggi [ ]  reaksi berjalan makin cepat.
Kemungkinan yang terjadi pada reaksi E2
Ciri-ciri :
 tidak bisa terjadi penataan ulang, karena tdk lewat
karbo kation.
 laju reaksi = E1 (ter > sek > primer).

Contoh :

I. KOH/alk (71%)
- H Br
2-metil-2-butena

2-bromo-2-metilbutana (29%)
(tersier)
2-metil-1-butena
II.
H H H H
HC C C C Br KOH/alk
H H H H
1-bromobutana 1-butena
(pr)
I. Alkil halida tersier  hasil yang terjadi 2
II. Alkil halida pr  hasil yang terjadi 1
Kalau hasil yang terjadi dari I, maka:
• hasil 71%  menurut orientasi eliminasi Saytseff.
• 29%  menurut orientasi eliminasi Hofmann.
Bila tidak disebut lain  orientasi eliminasi berjalan
menurut aturan Saytseff.
Aturan Saytseff
Alkena yang memiliki gugus alkil terbanyak pada atom-
atom C ik rangkap, terdapat dalam  terbesar dalam
camp produk reaksi eliminasi.
R R H
R
C C C C
R R R R

R H
C C H R H H
H R C C C C
atau
R H H H H
H
C C
H R
Makin banyak substituen pada C ikatan rangkap 
alkena tersebut makin stabil, artinya alkena akan lebih
mudah terbentuk.
Kestabilan  disebabkan peristiwa hiperkonjugasi.
Pada hasil 71% ada 3 CH3  9H
29% ada 2 CH3  5H

Bila gugus di sekitar H cukup besar (halangan ruang),


maka yang terjadi : orientasi Hofmann
E-2 sering disebut eliminasi anti Karena H yang diambil
adalah pada posisi yang berseberangan dengan Br.

H
CH3 H

H H

Br
Br
NaOH/alk
CH3 CH2 CH2 CH CH3 kalor
2-bromo pentana
1.
1-pentena (31%)
2.
cis–2–pentena (18%)

3.
trans-2-pentena (51%)
 paling stabil

Br
C2 H5 CH3 C2 H5 CH3

CH3 H
CH3 H
(trans)
H
(S)
Produk apa yang akan terbentuk apabila 1-metilsikloheksana direaksikan dengan :
a. KOH dalam etanol
b. dipanaskan dalam etanol saja

a.1-metilsikloheksana adalah RX tersier. Dalam basa kuat terjadi reaksi E-2 menghasilkan
campuran alkena

Cl CH3 CH2
CH3 KOH
etanol
1-kloro-1-metilsiklo- 1-metilsikloheksena metilensikloheksena
heksana (mayor) (minor)
b.Dalam etanol saja 1-metilsikloheksana akan mengalami reaksi SN-1 dan E-1 (selalu terjadi
bersama-sama)

Cl OC2H5 CH2
CH3
CH3 etanol CH3

1-kloro-1-metilsiklo- 1-kloro-1-etoksiklo- 1-metilsikloheksena metilensikloheksena


heksana heksana (mayor) (minor)
CH3
C2 H5 CH3
C2 H5 H
H CH3
Br H (cis)
(R)
C2 H5
Reaksi stereo spesifik

(IR,2R) (1S,2S) (IR,2S) (1S,2R)


1-bromo-1,2-difenilpropana
H
H C6 H5
C6 H5 C6 H5 E2
- HBr CH3 C6 H5
CH3 C6 H5
(IR,2R) Br

(Z)-1,2-difenil-1-prop
H
H H C6 H5
C6 H5 E2
- HBr C6 H5 CH3
C6 H5 CH3
Br

(E)-1,2-difenil-1-propena
Cl

Contoh lain : klorosiklo heksana

• dapat mengalami reaksi E2, bila posisi Cl dan H pada C =


1,2 trans & diaksial
H
H H
H

H Cl H H
H
Cl
H H
Cl eq & Cl ax &
Tidak anti terhadap H anti terhadap 2 H
1. Reaksi SN-2 akan terjadi pada senyawa...
1. isobutilbromida 2. vinilbromida 3. n-propilbromida 4. alilbromida
2. Senyawa berikut termasuk alkil halida primer...
A. 2-bromo-2,3-dimetilbutana B. 3-bromo-2,3-dimetilpentana
C. isopropilbromida D. isobutilbromida E. isopentilbromida
3. Ciri2 reaksi SN-1:
A. Reaksinya terjadi dalam satu tahap B. terjadi tata ulang karbonium
C. terjadi pada alkil halida tersier D. terjadi rasemisasi pd seny kiral
E. tidak terbentuk senyawa antara karbokation
4. Hasil utama pd reaksi antara 2-kloro-2-metilpentana dan NaOH adalah......
A. 2-metil-2-pentanol B. 3-metil-2-pentanol C. 2-metil-1-pentena
D. 2-metil-2-pentena E. 2-metil-3-pentena
5. Reaksi antara benzil klorida dan NaOH akan menghasilkan Na benzoat
SEBAB
Benzil klorida dpt membtk intermediat kation benzil yg stabil
6. Hidrolisis (R)-2-bromobutana mell mekanisme SN-2 menghasilkan senyawa
1. (S)-2-bromobutana 2. (R)-2-butanol 3. cis-2-butena 4. (S)-butanol

Anda mungkin juga menyukai