Anda di halaman 1dari 11

REGULASI

Dimana regulasi adalah aturan energi yang ada di dalam tubuh makhluk hidup
untuk dapat hidup seimbang, mempertahankan keadaan teratur, konservasi
energi, dan sebagai respon terhadap perubahan lingkungan

1. Kontrol genetika

Pada proses kontrol genetika, terdapat beberapa proses, yaitu Represi dan
induksi enzim. Represi enzim merupakan salah satu bentuk dari kontrol negatif
pada transkripsi bakteri. Proses tersebut, begitu pun dengan induksi enzim,
disebut sebagai kontrol negatif karena protein regulatornya akan menyebabkan
inhibisi atau penghambatan dari sintesis mRNA sehingga akan menyebabkan
penurunan proses sintesis enzim-enzim. Sebagai protein, informasi genetik enzim
terekam dalam gen. Sel hanya akan mensintesis suatu enzim, jika sel mengandung
gen yang menyandikan enzim yang dimaksud. Contoh, manusia tidak bisa
mensintesis vitamin C kerena tidak mempunyai gen yang menyandikan enzim
untuk mensintesis vitamin C. Terdapat 2 mekanisme pengaturan secara genetik
yaitu inducible enzyme dan represi enzim.

a. Inducible Enzyme (Enzim Terbangkitkan)


Enzim Indusibel atau disebut juga dengan enzim adaptif adalah enzim yang
hanya diekspresikan pada kondisi tertentu dan diproduksi secara terus menerus.
jika sel memerlukan enzim dalam keadaan tertentu untuk metabolisme, maka sel
akan membuat enzim tersebut. Ini artinya, enzim tersebut dalam keadaan normal
tidak ada, baru dibuat setelah diperlukan oleh sel.

Mekanisme pengaturan sintesis enzim telah banyak dipelajari pada bakteri


dengan menggunakan model operon. Operon terdiri atas serangkaian gen struktural
yang mengkode protein yang terlibat dalam suatu proses metabolisme tertentu.
Situs operator ialah sekuen DNA yang mengatur transkripsi gen struktural dan gen
regulator yang mengkode protein yang mengenali daerah operator. Pada banyak
bakteri, gen-gen struktural yang menentukan sintesis enzim dalam suatu lintasan
metabolik tertentu ditempatkan menurut urutan sesuai dengan rangkaian reaksi
pada lintasan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa urutan reaksi pada lintasan
metabolik dikendalikan oleh kromosom.

Struktur lac operon


(A) Ada laktosa, represor tidak aktif, operon dalam keadaan on, (B) Tidak ada
laktosa, represor aktif, operon dalam keadaan off

b. Enzyme Repression (Pembungkaman Enzim)


Enzyme repression adalah penghentian sintesis enzim sebagai respon
terhadap keberadaan suatu molekul (repressor). Enzim yang disintesis dengan
mekanisme ini disebut repressible enzyme. Enzim yang bersifat repressible
umumnya terlibat dalam jalur biosintesis dan hanya disintesis ketika molekul hasil
sintesis jalur tersebut tidak tersedia. Enzim yang bersifat repressible merupakan
produk gen yang bersifat repressible. Gen tersebut memiliki kecepatan basal
transkripsi yang tinggi, sehingga akumulasi produk akhir (repressor) akan
menghentikan sintesis enzim.

Dalam keadaan tidak memerlukan enzim tersebut, gen untuk enzim tersebut
mengalami pembungkaman atau represi. Ini artinya, dalam keadaan normal enzim
tersebut ada tetapi jika tidak diperlukan maka gen akan menghentikan
pembentukan enzim tersebut.
Mekanisme represi pada pengaturan trp operon.

Selain Terdapat 2 mekanisme pengaturan secara genetik di atas, ada juga


yang disebut sebagai enzim konstitutif yang terus menerus disintesis semua sel
selama daur hidupnya. Enzim konstitutif adalah enzim yang terdapat dalam sel
tertentu dalam kuantitas yang hampir konstan tanpa memperdulikan komposisi,
baik dari jaringan maupun dari medium tempat sel itu

2. Pengendalian di Tingkat Molekul Enzim Oleh Produk


Dalam sistem biologis, kecepatan kerja enzim dapat dipengaruhi oleh
kehadiran suatu molekul lain yang dapat berperan sebagai pemicu (activator) atau
penghambat (inhibitor), keduanya biasanya disebut secara bersama-sama sebagai
efektor. Pola umum pengontrolan jalur metabolisme biasanya terjadi ketika enzim
pertama (enzim alosterik) pada jalur metabolisme tersebut dihambat kerjanya oleh
hasil akhir dari jalur metabolism tersebut. Penghambatan ini biasanya dinamakan
alosterik kontrol atau feedback inhibition. Pada sistem ini hasil akhir (end
product) akan menghambat pembentukan enzim pertama yang mengawali jalur ini
bilamana hasil akhir melebihi yang kebutuha sel

.
Mekanisme feedback inhibition
Enzim alosterik ini disebut juga enzim pengatur. Enzim allosterik
merupakan enzim regulator yang memiliki dua sisi katalik. Salah satu sisi
ikatannya untuk substrat dan yang satunya sisi regulator atau sisi allosterik
(allo=lain, stereos=sisi) yang berfungsi untuk memodulasi aktivitas enzim. Sisi
allosterik memiliki ikatan nonkovalen pada dan interaksinya bersifat reversible.
Sisi allosterik ini akan mengikat senyawa pengatur yang disebut efektor atau
modulator. Enzim allosterik ini dapat dipacu atau dihambat oleh modulatornya.
Enzim dengan sisi alosterik sering muncul pada awal jalur biosintesis biomolekul.
Enzim diatur oleh produk akhir dari jalur biosintesis. Produk akhir terikat pada sisi
alosterik dan menginaktifkan enzim. Inhibitor dapat memiliki struktur yang mirip
dengan produk akhir.
Penghambatan balik pengubahan L-teronin menjadi L-isoleusin

Enzim alosterik sering berbentuk protein yang memiliki beberapa subunit


protein dan memiliki satu atau lebih sisi aktif pada masing-masing subunitnya.
Terikatnya substrat pada sisi aktif enzim akan menginduksi perubahan konformasi
protein pada enzim tersebut yang memungkinkan sisi aktif lainnya memiliki
afinitas untuk berikatan dengan molekul substrat. Enzim alosterik dikontrol oleh
molekul efektor (activator dan inhibitor) yang berikatan pada enzim pada bagian
tertentu dari enzim tersebut di luar sisi aktif enzim, dan selanjutnya dapat
menyebabkan perubahan konformasi sisi aktif enzim yang dapat mempengaruhi
kecepatan enzim tersebut. Molekul activator alosterik dapat meningkatkan laju
kerja enzim, sedangkan molekul nhibitor alosterik dapat menurunkan kerja enzim.

Alosterik kontrol atau Feedback inhibition dapat dibedakan menjadi 4


bagian yaitu : Simple feedback, Concerted feedback, Multiple enzim feedback, dan
Commulative feedback
a. Simple feedback
Simple feedback : contohnya pada biosintesis asam amino isoleusin (oleh E.
coli). Sintesis Isoleusin dihambat oleh aktivitas enzim threonine deaminase

Simple feedback inhibition

b. Concerted feedback
Concerted feedback. Pada kasus ini enzim pengatur pada suatu cabang
pathway memiliki tempat ganda (multiple site) untuk efektor alosterik yang
berbeda yang akan menghambat aktivitas enzim tersebut. Penghambatan akan
terjadi sempurna apabila kedua efektor terdapat pada pathway tersebut.
Concerted feedback inhibition

c. Multiple enzim control


Multiple enzim control : Bentuk kontrol dari sistim ini sedikit berbeda dari
yang lain. Enzim yang ada pada cabang patway tidak hanya satu tetapi lebih dari
satu bentuk. Masing‐masing akan dihambat oleh produk akhir yang berbeda.
Contohnya pada sintesis lysine, methyonine dan isoleucine oleh E. coli.
d. Comulative feedback
Comulative feedback, Kontrol ini unik dan melibatkan tidak hanya satu
senyawa sebagai produk akhir dari suatu pathway. Enzim alosterik memiliki
berbagai tempat untuk mengikat senyawa dari produk akhir pathway. Masing‐
masing efektor mengambil bagian hanya partial inhibition. Apabila jumlah efektor
terakumulasi secara jenuh, maka akan tejadi penghambatan secara sempurna.
Contohnya terjadi pada enzim glutamine sintetase yang mengkonversi glutamate
menjadi glutamine.

3. Pengendalian Enzim Melalui Perubahan Struktur Molekul (Modifikasi


Kovalen)
Pengaturan akitivitas enzim dengan modifikasi kovalen yaitu menambahkan
gugus fosfat pada suatu enzim atau biasa disebut fosforilasi. Pada fosforilasi
enzim, kita akan melihat enzim mengkatalisis enzim, tepatnya dalam reaksi
fosforilasi atau mengikatkan gugus fosfat pada suatu enzim. Sebagian besar enzim
di dalam tubuh kita kerjanya sangat terpengaruh dengan apa yang disebut sebagai
kesetimbangan substrat-produk. Enzim memang dapat mempercepat reaksi
perubahan substrat menjadi produk, namun tidak kuasa untuk mengubah proporsi
alamiah dari keberadaan substrat-produk. Inilah kesetimbangan, suatu nilai tetap
proporsi campuran substrat dengan produk. Seringkali ketika suatu reaksi yang
dikatalisis oleh enzim sudah akan mencapai nilai kesetimbangan reaksinya, maka
produk tersebut akan menghambat kerja enzim persis seperti regulasi alosterik.
Regulasi seperti ini memang perlu ada, namun pada kondisi-kondisi tertentu hal ini
perlu dihindari sehingga tercipta mekanisme seperti ini. Terdapat satu enzim
khusus yang tugasnya memfosforilasi enzim regulator tersebut. Ketika enzim
regulator tersebut terfosforilasi, maka enzim tersebut tidak akan dapat dihambat
secara alosterik lagi. Tentu saja keadaan enzim yang terfosforilasi ini ada jangka
waktunya dan juga terdapat enzim yang bertugas untuk mencopot gugus fosfat dari
enzim regulator apabila sudah tidak diperlukan lagi.
Adanya fosforilasi enzim ini akan mengubah konformasi (bentuk) dan
permukaan sisi akitif enzim sehingga mampu berfungsi dalam proses katalisis.
Pengaturan ini bersifat reversible. artinya ketika enzim sudah tidak dibutuhkan,
fosfat pada enzim dapat dihilangkan sehingga menyebabkan enzim tersebut
inakitif. Contohnya, enzim glikogen fosforilase.
Kelompok dari modifikasi kovalen meliputi phosphoryl, adenylyl, uridylyl,
methyl, dan adenosine diphosphateribosyl. Kelompok modifikasi kovalen tersebut
secara umum terikat atau terlepas dari enzim regulator melalui enzim pemisah.
Kelompok enzim ini diperkirakan memiliki jumlah lebih dari 1.100 protein kinase
dalam genom manusia

Contoh dari enzim pengatur kovalen dapat dijumpai tipe fosforilasi yang
akan mempengaruhi enzim dalam jumlah sedikit atau dalam jumlah yang banyak
seperti diilustrasikan dalam Gambar 4. Pada gambar tersebut terdapat 10 macam
jenis enzim yang terlibat dalam suatu sintesis glikogen dan katabolisme glikogen.
Enzim-enzim tersebut dipengaruhi oleh fosforilasi. Enzim yang terfosforilasi akan
memiliki kestabilan dalam konformasinya. Hal ini penting untuk keperluan reaksi-
reaksi yang melibatkan enzim-fosfat.

Anda mungkin juga menyukai