Anda di halaman 1dari 16

Mengukur Kadar Enzim

Enzim sebagai katalisator juga mempunyai sifat-sifat seperti katalisator pada umumnya, seperti
ikut bereaksi, tetapi padaakhir reaksi didapatkan kembali dalam bentuk semula. Hal tersebut
mengakibatkan enzim dapat dipakai kembali setelah melaksanakan aktivitasnya, sehingga tubuh
kita tidak membutuhkan enzim dalam jumlah yang besar. Jumlah/kadar enzim yang kecil
tersebut menimbulkan kesulitan tersendiri bagi kita untuk mengukur kadar enzim, sehingga
memerlukan teknik yang rumit. Secara klinis pengukuran kadar enzim sangat penting dilakukan.
Disamping untuk mengetahui kadar suatu enzim pada seorang penderita, Enzim plasma
nonfungsinal dapat dijadikan sebagai petanda adanya kerusakan organ tertentu.
Pengukuran kadar enzim dapat dilkaukan denga dua cara, yaitu: (1) dibandingkan dengan enzim
murni; (2) Mengukur kecepatan reaksi yang dikatalisisnya. Cara ke-1 dilakukan dengan
membandingkan enzim yang ingin diukur kadarnya dengan enzim murni yang sudah
diketahui kadarnya. Kadar enzim dinyatakan dengan satuan g. Sebagai contoh misalnya enzim
murni dengan kadar 2 ug dapat mengkatalisis substrat dengan jumlah tertentu selama 10 detik.
Jika memakai enzim yang ingin diukur kadarnya membutuhkan waktu 20 detik, maka kadar
enzim yang bersangkutan adalah 1 ug.
Pengukuran dengan cara diatas, jelas membutuhkan tersedianya enzim murni. Kenyataannya
banyak enzim yang belum tersedia bentuk murninya. Untuk mengatasi hal ini digunakanlah cara
ke-2. Satuan enzim dinyatakan dalam unit. Kadar enzim diukur berdasarkan jumlah substrat yang
bereaksi atau produk yang terbentuk per satuan waktu. Satu unit internasional disepakati sebagai
jumlah enzim yang perlukan untuk mengkatalisis pembentukan 1 mol produk per menit pada
kondisi tertentu.
Pengukuran aktifitas enzim dapat pula dilakukan menggunakan alat spektrofotometer. Sebagai
contoh misalnya aktifitas enzim dehidrogenase yang bergantung NAD(P)+ diperiksa secara
spektofotometris dengan mengukur perubahan absorbsi nya pada 340 nm yang menyertai
oksidasi atau reduksi NAD(P)+/NAD(P)H. Oksidasi NADH menjadi NAD+ terjadi disertai
dengan penurunan densitas optik (OD, optical density) pada 340 nm, yang proporsional dengan
jumlah NADH yang dioksidasi. Demikian pula, kalau NAD+ direduksi, OD pada 340 nm akan
meningkat sebanding dengan jumlah NADH yang terbentuk. Perubahan OD pada 340 nm ini
dapat dimanfaatkan bagi pemeriksaan analisis kuantitatif setiap enzim dehidrogenase yang
bergantung NAD+ atau NADP+. Bagi enzim dehidrogenase yang mengatalitis oksidasi NADH
oleh substratnya yang teroksidasi, kecepatan penurunan OD pada 340 nm akan berbanding lurus
dengan konsentrasi enzim. Oleh karena itu, hasil pengukuran kecepatan penurunan OD pada 340
nm memungkinkan kita menyimpulkan kuantitas enzim.
Kecepatan Reaksi Enzimatik
Kecepatan reaksi enzimatik dapat diukur dengan mengukur jumlah substrat yang diubah atau
produk yang dihasilkan persatuan waktu, seperti yang diperlihatkan pada kurva perjalanan reaksi
enzimatik (progess curve). Pada awalnya grafik berupa garis lurus, kemudian berbelok (Gambar
3.2). Grafik berbelok karena: (1) kadar substrat berkurang; (2) terdapat product inhibition.
Kecepatan reaksi enzimatik pada suatu waktu yang sangat pendek, atau pada satu titik tertentu
pada grafik diatas disebut kecepatan sesaat (instantaneus velocity). Kecepatan sesaat merupakan
tangens dari garis singgung terhadap grafik pada suatu titik tertentu. Kecepatan sesaat pada
waktu mendekati nol, yaitu saat grafik masih berupa garis lurus disebut kecepatan awal (Vo).
Pada reaksi enzimatis, jika disebut kecepatan, umumnya yang dimaksud adalah kecepatan awal.

Hal ini disebabkan karena pada keadaan awal reaksi, kita dapat mengetahui kondisi/ keadaan
dengan lebih tepat. Disamping kecepatan sesaat dan Vo, juga dikenal istilah kecepatan rata-rata,
yaitu perbandingan antara perubahan jumlah substrat terhadap waktu.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Reaksi Enzimatik
Kecepatan reaksi enzim dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
tersebut diantaranya adalah: (1) suhu; (2) pH; (3) kadar enzim; (4) kadar substrat; (5) aktivator;
(6) inhibitor.
Posted 15th October 2008 by Klinik dr. Hairrudin, M.Kes

KINETIKA ENZIM
Enzim sebagai katalisator juga mempunyai sifat-sifat seperti katalisator pada
umumnya, seperti ikut bereaksi, tetapi pada akhir reaksi didapatkan kembali
dalam bentuk semula. Hal tersebut mengakibatkan enzim dapat dipakai
kembali setelah melaksanakan aktivitasnya, sehingga tubuh kita tidak
membutuhkan enzim dalam jumlah yang besar. Jumlah/kadar enzim yang
kecil tersebut menimbulkan kesulitan tersendiri bagi kita untuk mengukur
kadar enzim, sehingga memerlukan teknik yang rumit. Secara klinis
pengukuran kadar enzim sangat penting dilakukan. Disamping untuk
mengetahui kadar suatu enzim pada seorang penderita, Enzim plasma
nonfungsinal dapat dijadikan sebagai petanda adanya kerusakan organ
tertentu.
Fungsi khusus enzim adalah:
1.merendahkan energy aktivasi
2.mempercepat reaksi
3. mengendalikan reaksi
1.Merendahkan energy aktivasi
Untuk merubah zat A menjadi zat B di butuhkan energy yang cukup
untukmencapai keadaan aktif atau dalam keadaan transisi,yang kemudian
bisa berubah menjadi zat B.energi tersebut dinamakan energy aktivasi.
2.Kecepatan reaksi
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Reaksi Enzimatik
Kecepatan reaksi enzim dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi tersebut diantaranya adalah:

(1) suhu;
(2) pH;
(3) kadar enzim dan kadar substrat
Nilai Km beberapa enzim

Enzim

Subtrat

Km

Katalase

H2O2

25

Heksokinase(otak)

ATP

0.4

D-glukosa

0.05

D-fruktosa

1.5

Anhidrase karbonat

HCO3-

khimotripsin

Glisiltirosinilglisin

108

N-benzoiltirosinamida

2,5

-galaktosidase

D-laktosa

4.0

Dehidrase trionin

L-treonin

5.0

Persaman michaelis- menten


Vo = Vmaks[S]

[S] + Km
Dapat ditrasformasi secara aljabar menjadi bentuk lain yang lebih
bermanfaat di dalam pemetaan data percobaan. Suatu trasformasi yang
umum dilakukan diturunkan secara sederhana dengan membuat kebalikan
dari kedua sisi persamaan Michaelis-Menten, sehingga memberikan :
1 = Km + [s]
Vo Vmaks[s]
Dengan memisahkan komponen pembilang pada sisi kanan persamaan,
diperoleh :
1 = k . + [S] .
Vo Vmaks[S] Vmaks [S]
Yang dapat disederhanakan menjadi:
1=k.1.+1.
Vo Vmaks [S] Vmaks
Persamaan (b) adalah trasformasi persamaan MIchaelis-Menten yang disebut
persamaan lineweaver-Burk. Bagi enzim-enzim yang mengikuti hubungan
Michaelis- Menten secara benar pemetaan 1/Vo terhadap 1/ [S]-nya
menghasilkan garis lurus ( gambar 1 ). Garis ini akan memiliki sudut Km/
Vmaks, perpotongan garis terhadap simbu y sebesar 1/ Vmaks( pada sumbu
1/ Vo) dan perpotongan -1/ Km pada sumbu 1/ [s] Lineweaver-Burk memiliki
banyak manfaat, karena menghasilkan penentuan Vmaks secata lebih tepat
yang hanya dapat diduga pada pemetaan Vo terhadap [S], seperti dilihat
pada gambar 2

Trasformasi lain dari persamaan Micheles- Menten telah diturunkan dan di


pergunakan. Masing-masing memiliki manfaat khusus dalam menganalisa
data kinetika enzim pemetaan kebalikan ganda dari data kecepatan reaksi
enzim amat bermanfaat dalam mengalakisa penghambatan enzim.
DAFTAR PUSTAKA
Thenawijaya maggy. 2008. Lehningier dasar-dasar biokimia jilid 1. Jakarta :
Erlangga
Girindra Aisjah. 1986. Biokimia 1. Jakarta : Gramedia
Schumm E. Dorothy. 1993. Intisari Biokimia Bandung : bina rupa aksara

BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Enzim Adalah sekelompok protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk berbagai reaksikimia
dalam sistim biologic. Hampir semua reaksi kimia dalam sistim biologis dikatalis oleh enzim.Sisnteis
enzim terjadi di dalam sel dan sebagian nesar enzim dapat diekstraksi dari sel
tanpamerusak fungsinya.Enzim biasa juga disebut sebagai suatu protein yang mempunyai struktur
tiga dimensi yangmampu mengkatalisis reaksi-reaksi biologis. Untuk mengaktifkan kerja enzim
dibutuhkan adanyakofaktor, seperti ion logam, koenzim atau spesies yang lain. Enzim menaikan
laju reaksi karenaenzim dapat menurunkan energi aktifasi substrat yang terlibat dalam reaksi.
Enzim bekerja optimaldalam kondisi yang optimal, diatas kondisi optimal aktifitas katalis enzim akan
berkurang, demikian pua dibawah kondisi optimal aktivitas katalitiknya akan menjadi kurang optimal.Semua
enzim pada hakekatnya adalah protein. Beberapa diantaranya mempunyai struktur agak
sederhana, sedangkan sebagian besar lainnya memiliki struktur rumit. Oleh karena
enzimadalah protein, maka interaksi antara enzim dengan molekul lain, sama halnya
dengan proteinditentukan oleh asam amino-asam amino yang ada dalam permukaan yang
berhubungan denganme d i u m. S i fa t- s if at pe r muk a an en z i m d ip en ga ru h i o le h
l ar u ta n d is ek i t ar n ya . G u gus -g ug us fungional enzim menggambarkan sifat asam-basa dan

kelarutannya.Suhu, pH, konsentrasi substrat, serta konsentrasi enzim sangat


mempengaruhi aktifitaska t al i t ik en z i m. M as in g- ma s in g e nz i m me mi l i k i k on di s i
o pt i ma l . Akt i vi t as ka ta l i t ik en z i m dipengaruhi oleh adanya inhibitor. Ada tiga jenis inhibitor
yaitu:- Inhibitor bersaing- Indibitor tidak bersaing, dan- Inhibitor bukan bersaingSatu unit aktivitas
enzim didefinisikan sebagai jumlah enzim yang dapat menghasilkan enzim sebanyak
mol setiap detik pada kondisi percobaan. Selanjutnya satu unit aktivitas spesifik enzim
didefinisikan sebagai jumlah enzim yang dapat menghasilkan satu mol produk setiap detik per gram protein
enzim.Dalam mulut manusia terdapat enzim amylase yang memiliki tugas-tugas yang
pentingdalam proses reksi enzimatik untuk kepentingan metabolisme tubuh.Berdasarkan fungsi dari enzim
tersebut, maka enzim sngat berperan penting bagi kebutuhan
hidup manusia. Hal ininlah yang melatarbelakangi percobaan ini.
1.2 Rumusan Masalah
a. Seperti apa sifat-sifat pada enzim ? b. Bagaimana prinsip kerja enzim dalam system biologi dan manfaatnya
bagi kehidupan ?c. Bagaiman keterampilan praktikan dalam melakukan percobaan enzim?
1.3 Tujuan
a. Kognitif : praktikan memahami sifat-sifat enzim b. Afektif : praktikan menyadari prinsip kerja enzim dalam
system biokimia, danmanfaatnya bagi kehidupan.c. Psikomotor : praktikan terampil dalam melakukan
percobaan enzim
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Proses (reaksi kimia) yang berlangsung dengan baik dalam tubuh dimungkinkan karenaadanya
katalis yang disebut
enzim
. Berzelius (1837) mengusulkan nama katalis untuk zat-zat yang dapat mempercepat reaksi
tetapi zat itu sendiri tidak ikut bereaksi.Proses kimia yang terjadi dengan pertolongan enzim
telah dikenal sejak zaman dahulumisalnya pembuatan anggur dengan cara fermentasi atau
peragian. Demikian pula pembuatan asamcuka termasuk proses kimia berdasarkan
aktifitas enzim. Dahulu proses fermentasi (Pasteur) dianggap hanya terjadi dengan adanya
sel yang mengandung enzim. Anggapan tersebut berubahsetelah Buchner membuktikan bahwa
cairan yang berasal dari ragi tanpa adanya sel hidup dapatmenyebabkan fermentasi gula menjadi
alkohol dan karbondioksida. Hingga sekarang kata enzimyang berarti didalam ragi tetap dipakai
untuk nama katalis dalam proses biokimia.Enzim dikenal untuk pertama kalinya sebagai protein oleh
Sumner pada tahun 1926 yangtelah berhasil mengisolasi urease dari kata pedang (jack bean).
Urease adalah enzim yang dapatmenguaraikan urea menjadi CO
2
dan NH
3
. Beberapa tahun kemudian Notrhrop dan Kunitz dapatmengisolasi pepsin, tripsin,
kimotripsin. Selanjutnya makin banyak enzim yang telah dapat diisolasi dan telah dibuktikan
bahwa enzim tersebut adalah suatu protein.Sejak tahun 1926 pengetahuan tentang enzim atau
enzimologi berkembang dengan cepat.Dari hasil penelitian para ahli biokimia ternyata
banyak enzim yang mempunyai gugus bukan protein, jadi termasuk golongan protein
majemuk. Enzim semacam ini disebut
holoenzim

terdiriatas protein (apoenzim) dan suatu gugus bukan protein. Sebagai contoh enzim katalase
terdiri atas protein dan ferriprotorfirin. Ada juga enzim yang terdiri atas protein dan logam,
misalnya askorbatoksidase adalah protein yang mengikat tembaga.Gugus bukan protein ini dinamakan
kofaktor
ada yang terikat kuat pada protein, ada pulayang tidak begitu kuat ikatannya. Gugus yang terikat
kuat pada bagian protein, artinya yang sukar terurai dalam larutan disebut
gugus prostetik
, sedangkan yang tidak begitu kuat ikatannya, dan mu da h d ip i s a hk an s e ca ra di a l is is
d is eb ut
koenzim.
B ai k g ug us p ros te t ik ma u pu n k oe nz i m merupakan bagian enzim yang memungkinkan
enzim bekerja terhadap substrat, yaitu zat-zat yangdiubah atau direaksikan oleh enzim

Tata Nama Enzim


Setiap proses biokimia yang terjadi dalam tubuh manusia menggunakan katalis
enzimtertentu. Untuk membedakannya maka tiap enzim diberi nama. Secara umum
nama tiap enzimdisesuaikan dengan penambahan ase di belakangnya. Substrat adalah
senyawa/zat yang bereaksidengan bantuan enzim. Contoh enzim yang menguraikan urea (substrat)
dinamakan
urease
.Kelompok enzim sejenis diberi nama menurut fungsinya, misalnya hidrolase
adalahkelompok enzim yang mempunyai fungsi sebagai katalis dalam reaksi hidrolisis.
Disamping namatrivial (biasa) oleh
Commission on Enziymes of the International Union of Biochemistry
telah ditetapkan pula tata nama yang sistematik, disesuaikan dengan pembagian atau
penggolongan enzimyang didasarkan pada fungsinya.Suatu enzim bekerja khas terhadap suatu
substrat tertentu. Kekhasan inilah ciri suatu enzim.Ini sangat berbeda dengan katalis lain (bukan
enzim) yang dapat bekerja terhadap berbagai macamreaksi. Enzimureasehanya bekerja terhadap
urea sebagai subsratnya namun ada juga enzim yang b er ke rj a l eb ih da ri s a tu s ub s t ra t
n a mun en z i m t er s e bu t t e t ap me mp un ya i k ek ha s a n t er t en tu . Misalnya
enzimesteraseda pa t me ng h id ro l is is b eb er a pa es te r a s a m l e ma k te t ap i ti da k
d ap a t menghidrolisis subrat lain yang ester. Suatu contoh tentang kekhasan ini misalnya enzim
arginase bekerja terhadap L-arginin dan tidak terhadap D-arginin.S ua tu en zi m di ka t ak a n
me mp un ya i ke kh as an ni s b i a pa bi l a i a da pa t b ek er j a te rh ad a p beberapa substrat
misalnya esterase dan D-asam amino oksidase yang dapat bekerja D-asam aminodan L asam
amino tetapi berbeda kecepatannya. Karena adanya kekhasan ini maka suatu
enzimdapat digunakan untuk memisahkan komponen D dari L pada suatu campuran rasemik.
Suatu asamamino tertentu sebagai substrat dapat mengalami berbagai reaksi dengan berbagai
enzim. Kekhasanreaksi bukan disebabkan oleh koenzim tetapi oleh apoenzim. Misalnya
enzim dekarboksilase bekerja sebagai katalis, sedangkan enzim transaminase bekerja terhadap
pemindahan gugus NH
2

,tetapi mereka mempunyai koenzim yang sama yakni piridoksalfosfat.


5.2.1.2 Fungsi dan Cara Kerja Enzim
Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam
selmaupun luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 10 sampai 11 kali lebih
cepat daripadaapabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Berfungsi sebagai katalis yang
sangat efisien, disamping itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi. Seperti juga
katalis lainya, enzim dapatmenurunkan energi aktivasi suatu reaksi kimia.
Persamaan Michaelis-Menten
Hasil percobaan hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan frukrosa oleh enzim,
ternyata bahwa konsentrasi sukrosa rendah, kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi
sukrosa. Namun pada konsentrasi tinggi, kecepatan reaksinya tidak dipengaruhi lagi oleh
pertambahan konsentrasi.Ini menunjukkan bahwa enzim seolah-olah telah jenuh dengan
substrat, artinya tidak dapat lagimenampung substrat.Leonor Michelis dan Mauden Menten pada
tahun 1913 mengajukan suatu hipotesis bahwadalam reaksi enzim terjadi lebih dahulu kompleks
enzim-substrat yang kemudian menghasilkanhasil reaksi dan enzim kembali. Hasil
percobaan hidrolisis sukrosa tersebut dapat digambarkan secara grafik sebagai berikut

Kinetika Enzim
Pengukuran jumlah enzim berdasarkan kecepatan reaksi yang dikatalisisnya
Cara : dibandingkan dengan enzim murni yang diketahui kadarnya. Satuan : g
Berdasarkan jumlah substrat yang bereaksi atau produk yang terbentuk per satuan waktu. Satuan
: unit
1 i.u : Jumlah enzim yang mengkatalisis pembentukan 1 mol produk per menit pada kondisi
tertentu.

Km : affinitas enzim terhadap substrat


Km dipengaruhi oleh struktur substrat, suhu dan pH
Kadar substrat intra sel sekitar harga Km

Kinetika
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kinetika enzim

Mekanisme reaksi enzimatik untuk sebuah subtrat tunggal. Enzim (E)


mengikat substrat (S) dan menghasilkan produk (P).

Kinetika enzim menginvestigasi bagaimana enzim mengikat substrat dengan


mengubahnya menjadi produk. Data laju yang digunakan dalam analisis kinetika
didapatkan dari asai enzim.

Pada tahun 1902, Victor Henri mengajukan suatu teori kinetika enzim yang kuantitatif,
namun data eksperimennya tidak berguna karena perhatian pada konsentrasi ion hidrogen
pada saat itu masih belum dititikberatkan. Setelah Peter Lauritz Srensen menentukan
skala pH logaritmik dan memperkenalkan konsep penyanggaan (buffering) pada tahun
1909, kimiawan Jerman Leonor Michaelis dan murid bimbingan pascadokotoralnya yang
berasal dari Kanada, Maud Leonora Menten, mengulangi eksperimen Henri dan
mengkonfirmasi persamaan Henri. Persamaan ini kemudian dikenal dengan nama
Kinetika Henri-Michaelis-Menten (kadang-kadang juga hanya disebut kinetika
Michaelis-Menten).[45] Hasil kerja mereka kemudian dikembangkan lebih jauh oleh G. E.
Briggs dan J. B. S. Haldane. Penurunan persamaan kinetika yang diturunkan mereka
masih digunakan secara meluas sampai sekarang .[46]
Salah satu kontribusi utama Henri pada kinetika enzim adalah memandang reaksi enzim
sebagai dua tahapan. Pada tahap pertama, subtrat terikat ke enzim secara reversible,
membentuk kompleks enzim-substrat. Kompleks ini kadang-kadang disebut sebagai
kompleks Michaelis. Enzim kemudian mengatalisasi reaksi kimia dan melepaskan
produk.

Kurva kejenuhan suatu reaksi enzim yang menunjukkan relasi antara


konsentrasi substrat (S) dengan kelajuan (v).

Enzim dapat mengatalisasi reaksi dengan kelajuan mencapai jutaan reaksi per detik.
Sebagai contoh, tanpa keberadaan enzim, reaksi yang dikatalisasi oleh enzim orotidina 5'fosfat dekarboksilase akan memerlukan waktu 78 juta tahun untuk mengubah 50%
substrat menjadi produk. Namun, apabila enzim tersebut ditambahkan, proses ini hanya
memerlukan waktu 25 milidetik.[47] Laju reaksi bergantung pada kondisi larutan dan
konsentrasi substrat. Kondisi-kondisi yang menyebabkan denaturasi protein seperti
temperatur tinggi, konsentrasi garam yang tinggi, dan nilai pH yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah akan menghilangkan aktivitas enzim. Sedangkan peningkatan konsentrasi
substrat cenderung meningkatkan aktivitasnya. Untuk menentukan kelajuan maksimum
suatu reaksi enzimatik, konsentrasi substrat ditingkatkan sampai laju pembentukan
produk yang terpantau menjadi konstan. Hal ini ditunjukkan oleh kurva kejenuhan di
samping. Kejenuhan terjadi karena seiring dengan meningkatnya konsentrasi substrat,

semakin banyak enzim bebas yang diubah menjadi kompleks substrate-enzim ES. Pada
kelajuan yang maksimum (Vmax), semua tapak aktif enzim akan berikatan dengan substrat,
dan jumlah kompleks ES adalah sama dengan jumlah total enzim yang ada. Namun, Vmax
hanyalah salah satu konstanta kinetika enzim. Jumlah substrat yang diperlukan untuk
mencapai nilai kelajuan reaksi tertentu jugalah penting. Hal ini diekspresikan oleh
konstanta Michaelis-Menten (Km), yang merupakan konsentrasi substrat yang diperlukan
oleh suatu enzim untuk mencapai setengah kelajuan maksimumnya. Setiap enzim
memiliki nilai Km yang berbeda-beda untuk suatu subtrat, dan ini dapat menunjukkan
seberapa kuatnya pengikatan substrat ke enzim. Konstanta lainnya yang juga berguna
adalah kcat, yang merupakan jumlah molekul substrat yang dapat ditangani oleh satu tapak
aktif per detik.
Efisiensi suatu enzim diekspresikan oleh kcat/Km. Ia juga disebut sebagai konstanta
kespesifikan dan memasukkan tetapan kelajuan semua langkah reaksi. Karena konstanta
kespesifikan mencermikan kemampuan katalitik dan afinitas, ia dapat digunakan untuk
membandingkan enzim yang satu dengan enzim yang lain, ataupun enzim yang sama
dengan substrat yang berbeda. Konstanta kespesifikan maksimum teoritis disebut limit
difusi dan nilainya sekitar 108 sampai 109 (M-1 s-1). Pada titik ini, setiap penumbukkan
enzim dengan substratnya akan menyebabkan katalisis, dan laju pembentukan produk
tidak dibatasi oleh laju reaksi, melainkan oleh laju difusi. Enzim dengan sifat demikian
disebut secara katalitik sempurna ataupun secara kinetika sempurna. Contoh enzim yang
memiliki sifat seperti ini adalah karbonat anhidrase, asetilkolinesterase, katalase,
fumarase, -laktamase, dan superoksida dismutase.
Kinetika Michaelis-Menten bergantung pada hukum aksi massa, yang diturunkan
berdasarkan asumsi difusi bebas dan pertumbukan acak yang didorong secara
termodinamik. Namun, banyak proses-proses biokimia dan selular yang menyimpang
dari kondisi ideal ini, disebabkan oleh kesesakan makromolekuler (macromolecular
crowding), perpisahan fase enzim/substrat/produk, dan pergerakan molekul secara satu
atau dua dimensi.[48] Pada situasi seperti ini, kinetika Michaelis-Menten fraktal dapat
diterapkan.[49][50][51][52]
Beberapa enzim beroperasi dengan kinetika yang lebih cepat daripada laju difusi. Hal ini
tampaknya sangat tidak mungkin. Beberapa mekanisme telah diajukan untuk menjelaskan
fenomena ini. Beberapa protein dipercayai mempercepat katalisis dengan menarik
substratnya dan melakukan pra-orientasi substrat menggunakan medan listrik dipolar.
Model lainnya menggunakan penjelasan penerowongan kuantum mekanika, walaupun
penjelasan ini masih kontroversial.[53][54] Penerowongan kuantum untuk proton telah
terpantau pada triptamina.[55]

Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim

1.

Suhu

Setiap enzim memiliki suhu optimal untuk bekerja. Di bawah ini dapat dilihat suhu
optimum enzim-enzim dalam tubuh manusia (warna biru) dan suhu optimum enzim
bakteri termofilik (merah)

2.

pH

Setiap enzim memiliki pH optimum masing masing, misalnya pepsin 1,5 -1,6 sedangkan
tripsin 7,8 8,7.
3.

Kofaktor

Kofaktor adalah komponen nonprotein yang diperlukan untuk aktivitas katalitik oleh
sebagian enzim. Kofaktor beberapa enzim adalah molekul anorganik seperti zink, besi
dan tembaga. Jika kofaktor enzim adalah molekul organic maka disebut koenzim.
4.

Inhibitor enzim

Senyawa tertentu dapat menghambat kerja suatu enzim. Senyawa tersebut dinamakan
inhibitor enzim. Inhibitor enzim dapat berupa inhibitor kompetitif maupun inhibitor non
kompetitif. Inhibitor kompetitif biasanya menyerupai molekul substrat sehingga bersaing
untuk menempati sisi aktif enzim, sedangkan inhibitor nonkompetitif tidak bersaing
secara langsung pada sisi aktif namun berikatan pada bagian enzim yang lain yang
menyebabkan struktur enzim berubah sehingga sisi aktif tidak lagi reseptif terhadap
substrat.

Enzim
Enzim sebagai katalisator juga mempunyai sifat-sifat seperti katalisator pada umumnya,
seperti ikut bereaksi, tetapi pada akhir reaksi didapatkan kembali dalam bentuk semula. Hal
tersebut mengakibatkan enzim dapat dipakai kembali setelah melaksanakan aktivitasnya,
sehingga tubuh kita tidak membutuhkan enzim dalam jumlah yang besar. Jumlah/kadar enzim
yang kecil tersebut menimbulkan kesulitan tersendiri bagi kita untuk mengukur kadar enzim,
sehingga memerlukan teknik yang rumit. Secara klinis pengukuran kadar enzim sangat penting
dilakukan. Disamping untuk mengetahui kadar suatu enzim pada seorang penderita, Enzim
plasma nonfungsinal dapat dijadikan sebagai petanda adanya kerusakan organ tertentu.
Fungsi khusus enzim adalah:

Merendahkan energy aktivasi

Untuk merubah zat A menjadi zat B di butuhkan energy yang cukup untukmencapai
keadaan aktif atau dalam keadaan transisi,yang kemudian bisa berubah menjadi zat
B.energi tersebut dinamakan energy aktivasi.

Mempercepat reaksi

Kecepatan reaksi enzimatik dapat diukur dengan mengukur jumlah substrat yang
diubah atau produk yang dihasilkan persatuan waktu, seperti yang diperlihatkan pada
kurva perjalanan reaksi enzimatik (progess curve). Pada awalnya grafik berupa garis
lurus, kemudian berbelok. Grafik berbelok karena: (1) kadar substrat berkurang; (2)
terdapat product inhibition. Kecepatan reaksi enzimatik pada suatu waktu yang sangat
pendek, atau pada satu titik tertentu pada grafiks disebut kecepatan sesaat (instantaneus
velocity). Kecepatan sesaat merupakan tangens dari garis singgung terhadap grafik pada

suatu titik tertentu. Kecepatan sesaat pada waktu mendekati nol, yaitu saat grafik masih
berupa garis lurus disebut kecepatan awal (Vo). Pada reaksi enzimatis, jika disebut
kecepatan, umumnya yang dimaksud adalah kecepatan awal. Hal ini disebabkan karena
pada keadaan awal reaksi, kita dapat mengetahui kondisi/ keadaan dengan lebih tepat.
Disamping kecepatan sesaat dan Vo, juga dikenal istilah kecepatan rata-rata, yaitu
perbandingan antara perubahan jumlah substrat terhadap waktu.
Faktor-Faktor

Yang

Mempengaruhi

Kecepatan

Reaksi

Enzimatik

Kecepatan reaksi enzim dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang


mempengaruhi tersebut diantaranya adalah:
suhu
pH
kadar enzim
kadar substrat
aktivator
inhibitor

Mengendalikan reaksi

Nilai Km beberapa enzim


Enzim
katalase
Heksokinase(otak)

Anhidrase karbonat
khimotripsin

-galaktosidase
Dehidrase trionin

Subtrat
H2O2
ATP
D-glukosa

Km
25
0.4
0.0

D-fruktosa
HCO3Glisiltirosinilglisin
N-

5
1.5
9
108
2,5

benzoiltirosinamida
D-laktosa
L-treonin

4.0
5.0

Anda mungkin juga menyukai