PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Enzim merupakan polimer biologik yang mengatalisis lebih dari satu proses dinamik
yang memungkinkan kehidupan seperti yang kita kenal sekarang. Sebaggai determinan
yang menentukan kecepatan berlangsungnya berbagai peristiwa fisiologik, enzim
memainkan peranan sental dalam masalah kesehatan dan penyakit.
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Setiap enzim memiliki nama dan nomor yang mengidentifikannya dalam group atau
subgroupnya. Sebagai contoh laktat NAD-reduktase, nomornya adalah 1.1.1.27. Nomor
pertama menjelaskan enzim tersebut termasuk kelompok atau group 1, yang merupakan
oksidoreduktase. Nomor kedua adalah subgroup yang menunjukan pertukaran senyawa kimia,
dimana pada kasus ini adalah CHOH. Nomor ketiga adalah subgroup tambahan, yang
menunjukan bahwa NAD dan NADH merupakan akseptor hidrogen. Nomor Keempat dan
terakhir menggambarkan nomor karakteristik enzim. Dalam hal ini, hanya merupakan suatu
rekomendasi nama trival yang lebih singkat dan lebih sesuai dibandingkan nama sistematik,
dan enzim laktat NAD reduktase umunya dikenal sebagai laktat dehidrogenase.
Adanya beberapa enzim yang dapat diujikan secara langsung karena diperlukan
konsentrasi yang sangat rendah untuk mengkatalisis suatu bagian dari reaksi. Oleh karena itu,
adanya enzim dapat digambarkan melalui hilangnya substrat atau terbentuknya produk-
produk reaksi. Enzim diinkubasi dengan substrat pada kondisi yang sesuai, sehingga sampel
akan terurai pada interval waktu tertentu dan kemudian dianalisi.
Dalam setiap percobaan selalu terdapat 3 kontrol, yaitu satu tidak berisi enzim,
sedangkan yang lain berisi enzim tetapi tanpa substrat, dan campuran kontrol mungkin
diperlukan ketika kerja enzim membutuhkan beberapa konfaktor. Tujuan dari kontrol adalah
untuk mengantisipasi terjadinya reaksi-reaksi kimia yang non-spesifik dan spontan, tetapi
tanpa diaktivasi oleh enzim.
2
2.2.1. Kurva Progresif
Jika perhitungan dibuat untuk setiap perubahan substrat non-enzim, maka dapat
dibuat grafik perubahan substart atau pembentukan produk yang dibandingkan
terhadap waktu. Tipe kurva dapat dilihat seperti pada Gambar 1. Yang dikenal
dengan kurva progresif perubahan substrat berdasarkan waktu pada awalnya adalah
linear, yang kemudian menurun. Pada tahap awal reaksi, tidak dihasilkan produk,
tetapi pada tahap reaksi berikutnya, reaksi balik menjadi lebih penting pada saat
mendekati kesetimbangan. Konsentrasi substrat menurun seiring dengan waktu,
kemudian aktivitas enzim juga menurun karena enzim menjadi jenuh terhadap
substrat. Akhirnya, enzim dihambat oleh produk yang terbentuk diatas
menghasilkan turunan persamaan standar, sehingga tidak mungkin untuk
mendapatkan kurva yang sebenarnya. Aktivitas ezim (v) ditentukan oleh kecepatan
𝑎
reaksi awal (𝑣 = 𝑏 ) ketika pengaruh tersebut sangat kecil (Gambar 1).
Aktivitas enzim dinyatakan dalam istilah unit (U). Satu unit adalah sejumlah
enzim yang mengkatalisis. Konversi dari 1 mikromol substrat per unit dalam
kondisi normal. Pada beberapa kasus, ukran unit telalu besar, sehingga lebih sesuai
digambarkan dalam ketentuan nmol/menit atau pmol/menit.
Unit Satuan internasional (SI) untuk aktivitas enzim adalah katal (kat) yang
diwakili oleh perubahan dari 1 mol substrat per detik. Unit ini besar dan lebih dapat
dihitung sehingga didapatkan gambaran aktivitas enzim yang dinyatakan dalam
mikrokatal (µkal), nanokatal (nkat), pikokatal (pkat).
Kemurnian suatu enzim didasarkan pada aktivitas spesifik, yaitu sejumlah unit
enzim (U) per kilogram protein. Aktivitas spesifik dalam unit SI diperoleh
berdasarkan katal per kilogram protein. Aktivitas relatif enzim murni dibandingkan
terhadap aktivitas molaritas, yaitu sejumlah molekul substrat yang dapat diubah
3
dalam satu menit oleh satu molekul enzim dalam kondisi optimal. Aktivitas molar
dari katalase, misalnya dalam kisaran 5 x 106 .
Pengujian enzim dilakukan pada bahan yang tersedia dan aktivitasnya ditunjukan
berdasarkan volume total atau berat enzim. Sebagai contoh, dalam biokimia klinik, hanya 0,1
mL atau 0,2 mL serum yang digunakan dan aktivitasnya ditetapkan dalam unit per militer.
Untuk alasan ini, maka perbedaan aktivitas enzim adalah linier dengan konsentrasi enzim.
Beberapa penyimpanan linier aktivitass enzim disebabkan oleh beberapa faktor pembatas
(Gambar 2)
Pengukur laju awal dari suatu reaksi yang dikatalisis oleh enzim merupakan
dasar pengertian yang lengkap dari mekanisme kerja enzim, sama seperti pada
penetapan aktifitas suatu enzim dalam sampel biologi. Aktivitas enzim diperngaruhi
oleh bnyak faktor termasuk konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, PH, suhu,
adanya aktivator atau inhibitor dan kofaktor terhadap kerja enzim.
2.3.1.1 Michaelis-Menten
4
Gambar 3 ( Efek Konsentrasi Substrat Terhadap Aktifitas Enzim)
E + S ES E + Produk
k-1 (p)
(e – p) (s)
) )
5
Keterangan
e : kadar enzim (E)
s : konsentrasi substrat (S)
p : konsentrasi substart enzim (ES) 𝑘+1,𝑘+2 dan 𝑘−1 adalah konstanta kecepatan
Konsentrasi substrat bebas dianggap sama secara total, karena jumlah yang
sebenarnya diikat dalam kompleks biasanya selalu kecil.
6
2.4 Kontrol metabolik
Turunan persamaan yang tepat untuk kurva sigmoid enzim allosterik sangat
kompleks, tetapi terdapat persamaan sederhana yang dikemukakan oleh Atkinson,
berdasarkan asumsi sebagai berikut :
𝑘−1 [𝐸][𝑆]
K= =
𝑘+1 [𝐸𝑆 ]
Dalam banyak kasus, jika suatu enzim dicampur dengan subtratnya di dalam
kondisi yang tepat, kemungkinan tidak tejadi katalisis atau hanya tejadi satu
aktivitas yang kecil. Hal ini sering tejadi karena tidak adanya koenzim atau
aktivator.
Koenzim adalah senyawa organik dengan berat molekul rendah yang berperan
aktif dalam katalisis. Koenzim sering kali bekerja sebagai akseptor atau donor
gugus kimia spesifik. Sebagai contoh, NAD merupakan penerima dan
penyumbang atom hidrogen yang merupakan koenzim untuk beberapa
dehidrogenase. Koenzim merupakan nama yang diberikan pada kofaktor
terlaurut,sedangkan istilah gugus prostetik yang sebenernya adalah koenzim yang
melekatkat pada protein.
7
Aktivator adalah senyawa alamiah sederhana serta tidak terlalu spesifik
seperti koenzim dan berfungsi untuk mengaktivasi kompleks enzim-substart.
Beberapa ion logam dikenal menjadi aktivator untuk berbagai enzim,
misalnyaMg 2+
8
2.5.2.2 Penghambat non-kompetitif
Laju suatu reaksi yang dikatalisis oleh enzim sama seperti pada reaksi
kimia umumnya, yaitu akan meningkat bila suhu naik. Hal ini berhubunga
dengan pengaruh konstanta kecepatan reaksi pada berbagai bagian dari
keseluruhan reaksi, seperti 𝑘+1 , 𝑘−1 𝑘+2 serta adanya afnitas enzim terhadap
kofaktor, aktivator dan sebagainya. Nilai pK dari gugus yang dapat
terionisasi dalam reaksi juga dipengaruhi oleh suhu, tetapi hal ini tidak
mudah dipahami, sehingga diabaikan.
Kecepatan reaksi hampir semua enzim meningkat dua kali lebih cepat
pada setiap kenaikan suhu 10𝑜 𝐶. Pada kisaran suhu 40 - 70𝑜 𝐶 umumnya
protein enzim akan terdenaturasi, sehingga menyebabkan kehilangan
aktivitasnya. Hal ini berarti laju reaksi awal akan meningkat, sama dengan
naiknya suhu sampai tidak mungkin lagi untuk mengukur aktivitas akibat
9
terjadinya inaktivasi yang cepat. Dalam prakteknya sebagian besar enzim
sama sekali tidak aktif pada suhu lebih dari 70𝑜 𝐶 .
C = Konstanta
k = Konstanta kecepatan reaksi
T = Suhu absolut
R = Konstanta gas (8,32 x 10−3 J 𝑚𝑜𝑙 −1 𝐾 −1 )
E = Energi aktivitas (J/mol)
10
Konstanta reaksi tidak selalu mudah untuk diperoleh, sehingga laju
maksimum secara langsung berbanding lurus dengan k, dan aktivitas ini
biasanya diplot terbalik terhadap suhu. Persamaan Arrgenius adalah sama
dengan yang diturunkan dari teori laju reaksi absolut :
𝑘 ( ∆𝐻+𝑅𝑇 )
d ln 𝑑𝑇 = 𝑅𝑇
E = (∆𝐻 + 𝑅𝑇 )
Gambar 6 ( Diagram energi dari reaksi A B ada ( ) dan tanpa (---) enzim
Variasi aktivitas enzim dengan pH terjadi akibat perubahan ionisasi dari protein
enzim dan komponen lainnya dari reaksi campuran. Pada tahun 1911 Michaelis dan
Davidson menyarankan bahwa hanya satu dari sejumlah besar protein dalam bentuk
teorionisasi yang aktif, sehingga pada perubahan pH optimum, menyebabkan
penurunan aktivitas protein terionisasi tersebut.
2.5.4.1 pH Optimum
Enzim yang aktif dalam batas pH tertentu serta plot aktivitas terhadap
pH selalu memberikan bentuk kurva menyerupai lonceng seperti yang
ditunjukan pada gambar dibawah ini. Nilai pH dari aktivitas maksimum
dikenal sebagai pH optimum yang khas untuk enzim, dan nilai pH ini mantap
(stabil) selama percobaan. berlangsung.
11
Gambar 7 ( pH optimum suatu enzim alkali fosfatase tikus )
2.5.4.2 𝑲𝒎 dan V
Jika enzim tidak stabil pada nilai pH tertentu, maka pH optimumnya bukan
lagi merupakan karakter darii enzim. Stabilitas dapat diketahui dengan perlakukan
enzim pada nilai pH tertentu selama waktu percobaan dan selanjutnya dicari pH di
mana enzim tersebut dalam keadaan stabil dan diukur aktivitasnya.
Sejumlah besar enzim telah dimurnikan dan beberapa terdapat dalam bentuk
kristal.
Enzim yang mengkatalis reaksi kimia yang sama tetapi memiliki sifat fisika kimia
yang berbeda dikenal sebagai ragam bentuk molekul enzim. Elektroforesis dan
kromatografi telah sering digunakan untuk memisahkan dan menentukan “ sidik jari”
perbedaan bentuk-bentuk yang beragam ini. Sifat fisika-kimia enzim ini sering kali
mempengaruhi aktivitas kutalitiknya, sehingga sifat 𝐾𝑚 sensitifitas terhadap panas, serta
efek terhadap inhibitor juga berbeda.
Bentuk-bentuk keragaman yang berasal dari kontrol genetik struktur primer dikenal
dengan istilah isoenzim. Pada tahun 1971, IUPAC-IUB komisi Nomenklatur Biokimia
menyatakan bahwa ragam bentuk enzim diklasifikasi dalam tujuh kelompok yang
berbeda tabel dibawah ini. Materi lain dan isolasi dan separasi enzim tidak dimasukkan
dalam klasifikasi ini.
12
Tabel 1 Klasifikasi bentuk molekul Ganda dan Enzim
Teknik ini dilakukan untuk mengukur laju reaksi katalis oleh enzim, banyak
substrat yang dipakai, atau penumpukan hasil (produk) reaksi yang didapat. Dengan
demikian perlu diketahui ukuran substrat atau produk yang setara dengan
konsentrasinya.
13
Laju ketika substrat diubah menjadi produk oleh enzim, tergantung pada
konsentrasi enzim maupun substrat. Laju awal reaksi biasanya maksimum dan
kemudian menurun karena beberapa hal, terutama disebabkan oleh pengurangan
susbtrat dan penumpukan produk reaksi serta terjadinya inaktivasi enzim.
Enzim memperngaruhi laju suatu reaksi. Untuk mengukur kuantitasnya, laju reaksi
tersebut harus diukur. Hal ini dilakukan dengan salah satu dari 3 cara. Kecepatan reaksi
yang diukur berdasarkan pada berkurangnya sebustrat atau penumpukan hasil reaksi
(produk) dapat dipantau mencatat perubahan kadarnya, kemudian diplot sebagai kurva
progresi pada gambar dibawah ini. Teknik ini disebut pengujian kinetika. Ukuran yang
paling tepat pada titik nol dari kurva atau menggunakan peralatan elektronik untuk
mengkur perubahan pada beberapa detik pertama. Jadi, kadar (konsentrasi) enzim
sebanding dengan kecepatan ( 𝑉0 ).
Tidak mungkin untuk mengukur kecepatan awal dengan cara ini karena kesulitan
dalam mendeteksi substrat ataupun produk. Metode alternatif dapat digunakan dengan
mengukur sejumlah substrat yang digunakan dalam jangka waktu relatif lama, tetapi
cara ini cenderung tidak benar karena adanya perlambatan laju reaksi dibanding pada
awal reaksi. Secara analitik hasil tersebut masih sah (valid) karena bagian awal dari
kurva progresi relatif linier. Bagian linier pada gambar diatas biasanya terdiri atas 10-
20% pertama dari perubahan total dapat terjadi dan menunjukan lama waktu yang
dipakai dalam uji masih pada batas aktivitas enzim berkaitan dengan jumlah substrat
atau produknya. Metode tersebut dikenal sebagai pengujian waktu terbatas (fixed time
assay), dengan demikian enzim berbanding terbalik dengan banyaknya substrat yang
digunakan, tetapi berbanding lurus dengan banyaknya produk yang terbentu.
Teknik yang tergantung pada anggrapan dasar yang sama seperti pada fixed time,
tetapi menghubungkan aktivitas enzim dengan lama waktu untuk sejumlah tertentu
produk yang harus dibentuk disebut dengan fixed change assay. Uji ini khusunya
14
berguna untuk reaksi yang menyebabkan perubahan pH dan dapat dipantau secara
potensiometri. Jadi kasar enzim setara dengan 1/waktu.
2.5.8 Teknik ambolisasi enzim
Teknik ambolisasi terdiri atas penempelan pada permukaan pdat (adsorpsi), ikatan
kovalen (covalent bonidng), iaktan silang (cross linking) , mikroenkapsulasi, dan
penjebakan (entrapment) pada gambar dibawah ini. Teknik amobilisasi adalah adsorpsi
berdasarkan interaksi ikatan ionik, interaksi ikatan hidrogen, ikatan hidrofobik atau gaya
Van de Waals antara enzim atau sel mikroba dengan bahan penyangga. Bahan
penyangga yang bisa digunakan adalah alumina, kaca, tanah liat, dan penukar ion.
Amobilisasi dengan peningkatan kovalen adalah pembuatan ikatan antara gugus fungsi
enzim seperti -OH,-SH,-NH2 dan –COOH atau sel mikroba dengan bahan penyangga
anorganik untuk membentuk ikatan kovalen yang stabil. Pembentukan ikatan kovalen
ini akibat penambahan agen pengikat. Bahan penyangga yang digunakan adalah silika
gel yang dilapisi oleh glutaraldehid. Glutaraldehid digunakan untuk membangun
protokol antara gugus fungsi enzim dan bahan penyangga. Amobiolisasi yang
menggunkan teknik pengikatan silang dilakukan dengan menggunakan dua tau lebih
pereaksi. Bahan yang digunakan adalah polietilen glikol (PEG) dan glutaraldehid, di
mana polietilen glikol sebagai agen oresipitasi dan glutaraldehid sebagai pembentuk
ikatan silang. Teknik mikroenkapsulasi adalah teknik yang menggunakan enzim atau sel
mikroba yang dilingkupi oleh membran polimer semipermeabel berbentuk bulat dengan
diameter 1-100 𝜇m. Walaupun molekul enzim atau mikroba dilingkupi oleh membran.
Bahan pelingkup yang biasa digunakan adalah liposom-polimer. Teknik amobolisasi
dengan penjebakan membuat enzim atau sel mikroba terjebak dalam polier matriks.
Gambar 9 Teknik amobilisasi enzim. a). Pengikat kovalen b). Pengikatan silang c). Adsorpsi
d). Penjebakan e). Enkapsulasi.
15
Pada metode penjebakan adalah inklusi sel atau enzim didalam jaringan rigid yang
berfungsi untuk mencegah sel atau enzim berdifusi keluar medium, namun substart
masih tetap masuk kedalam butiran gel (beads). Matriks berupa polisakarida (seperti
agar, alginat, karagenan, dan selulosa), protein (kolagen dan gelatin), dan sintetik
(poliakrilamida). Matriks alginat, karagenan dan poliakrilamida paling banyak
digunakan pada teknik amobilisis dan L-guluronat, biasanya berasal dari alga cokelat
yang secara luas digunakan sebagai bahan pengental, penstabil, gel dan film.
Penjebakan sel atau enzim biasanya menggunakan alginat, karena alginat tidak larut
air, pengerjaannya mudah, dan tidak berbahaya. Campur sel atau enzim dengan natrium
alginat diteteskan kedalam larutan yang mengandung kation multivalen menjadi
kalsium alginat. Alginat akan mengalami pemadatan oleh adanya ion kalsium, tetapi
tidak menyebabkan perubahan suhu,pH dan tekanan osmosis yang drastis. Sel atau
enzim teramobilisasi didalam presipitasi kalsium alginat dalam bentu beads. Namun,
kalsium alginat secara kimia tidak stabil sehingga perlu ditentukan kondisi amobilisasi
yang dapat meningkatkan kestabilan kimia beads tanpa membatasi transfer masa.
Keuntungan teknik amobilisasi adalah lebih mudah dalam memisahkan produk
yang dihasilkan, sistem yang lebih stabil, penggunaan kembali biokatalis dengan
produktivitas volumetrik yang tinggi, serta mereduksi biaya produksi. Enzim yang
teramobilisasi mempunyai waktu paruh (half-life) lebih panjang dan rata-rata kerusakan
dapat diprediksi.
2.6 Elektroforesis
Elektroforesis merupakan suatu cara untuk memisahkan fraksi-fraksi campuran
berdasarkanatas pergerakan partikel-partikel koloid yang bermuatan dibawah pengaruh medan
listrik. Cara elektroforesis banyak digunakan untuk analisis asam nukleat, virus, enzim, dan
protein. Elektroforesis pada umumnya digunakan untuk menentukan berat molekul (BM),
mendeteksi kemurnian dan kerusakan protein atau asam nukleat, menetapkan titik isolistrik,
serta memisahkan spesies-spesies yang berbeda secara kualitatif dan kuantitatif.
Alat elektroforesis terdiri dari medium pemisah yang dihubungkan dengan dua tangki
elektroda dengan kertas saring atau gauze pad. Tangki terdiri dari dua bagian yang
dihubungkan dengan cotton wool atau sumbu asbes,satu bagian berisi elektroda platina dan
yang lain kontak degan medium elektroforesis. Perubahan pH terjadi dalam daerah elektroda
bahkan dengan larutan buffer,dan pembagian tangki menjadi dua bagian untuk mengurangi
perubahan pH pada daerah fase penyangga. Hubungan antar fase ini dengn larutan bufer
dilakukan dengan sejumlah ketebalan kertas saring whatman 3 mm atau dengan kain kasa
(hospital gauze) yang dijenuhkan dengan larutan bufer.
16
2.6.1 Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam elektroforesis
2.6.1.1 Medium penyangga
Teknik elektroforesis dapat dibagi menjadi 2 bagian. Elektroforesis
free boundary dan elektroforesis zona. Elektroforesis free boundary
merupakan pemisahan parsial dalam tabung gelas partikal dengan campran
proteinyang membentuk campuran boundary dengan bufer yang
sesuai.penerapan arus listrik menghasilkan pergerakan protein dan karena
terjadi migrasi dengan laju yang berbeda maka protein akan terpisah.
Pada elektroforesis zona debngan melakukan pemisahan pada
medium penyangga seperti kertas selulosa asetat,gel pati,gel agarosa ataupun
gel poliakrilamida, akan diperoleh pita protein yang lebih stabil. Medium
penyangga yang digunakan mempunyai keuntungan masing-masing.
Konsentrasi gel pati biasanya 9-14%,gel polisakarida 7,5-10%,dan agarosa
biasanya 0,8-1,2%.
2.6.1.2 Sampel
Larutan yang dipisahkan mempengaruhi laju migrasi termasuk
muatan,ukuran,dan bentuk molekul terlarut. Muatan total akan meningkat
dengan laju migrasi meningkat,besarnya muatan tergantung pada pH. Ukuran
molekul yang lebih besar menyebabkan migrasi menurun dan kekuatan
elektroforesis disekitar meningkat. Sedangkan bentuk molekul yang berbeda
dengan ukuran yang sama seperti protein globular dan fibrous dikarakteristik
menghambat migrasi, karena perbedaan bentuk molekul dapat
mempengaruhi pergerakan molekul.
2.6.1.3 Bufer
17
lebih besar dari 10 V/cm, maka efek pemanasan sedemikian rupa sehingga
banyak terjadi kehilangan air yang diakibatkan karena penguapan.
18
Gel poliakrilamida bersifat porous dengan ukuran lubang berkisar dari
0,6-4,0 nm dan ditentukan dari persen total akrilamida ditambah bis-akrilamida
didalam campuran gel, serta perbandingan relatif akrilamida. Migrasi protein
didalam gel poliakrilamida terutama ditentukan oleh muatan molekul dan juga
dipengaruhi oleh ukuran molekul. Gel poliakrilamida dapat digunakan tidak
hanya untuk pemisahan dari berbagai protein tetapi juga untuk membandingkan
berat molekulnya. Teknikini dapat digunakan baik untuk tujuan preparatif
maupun pemisahan analitik dari sampel protein.Biasanya dengan teknik
elektroforesis ini hanya dierlukan beberapa mikrogram sampel protein.
19
2.6.2.4 Elektroforesis gel slab
20
Gambar 12. Elektroforesis Gel
Prinsip dasar dari pemurnian enzim dalam metode kromatografi ini adalah untuk
memisahkan suatu persenyawaan dengan struktur yang sama atau berbeda sedikit, dengan
cara adsorpsi selektif pada absorban yang berbeda. Pada kromatografi, terdapat dua fase,
yaitu fase mobil atau fase gerak yang membawa sampel, dan fase stasioner atau fase diam
yang menahan sampel.
Fase gerak dapat berupa cairan atau gas, sedangkan fase diam dapat berupa padatan
atau cairan.Perbedaan wujud fase ini akhirnya diklasifikasikan sehingga bila fase mobilnya
berupa cairan, maka disebut kromatografi cairan, cika fase mobilnya berupa gas, maka
disebut kromatografi gas. Walau demikian, dasar dari semua bentuk kromatografi adalah
koefisien partisi atau koefisian distribusi (Kd) yang menggambarkan jalur distribusi senyawa
yang dianalisis di antara dua fase yang tidak saling campur.
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖𝑧𝑎𝑡𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑓𝑎𝑠𝑒𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘
𝑘𝑑 =
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖𝑧𝑎𝑡𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑓𝑎𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑚
21
Dalam kromatografi adsorpsi, terdapat 2 metodse yaitu kromatografi kolom dan
kromatografi lapis tipis.Kromatografi adsorpsi sendiri adalah suatu teknik
pemisahan atau pemurnian senyawa kimia yang didasarkan pada interaksi yang
didominasi oleh mekanisme adsorpsi dari komponen dalam sampel relatif terhadap
fase diam dan fase gerak.
Kromatografi adsorpsi sudah digunakan sejak 1903 dan terbilang merupakan alat
tertua dari kromatografi sejenisnya dan dipakai oleh botanis Rusia, Tsweet saat
memisahkan pigmen tumbuhan dengan menggunakan kapur tulis. Walau teknik ini
sudah memudar, beberapa tahun selanjutnya pada tahun 1931 oleh kuhn dan lederer
untuk pemisahan karoten dan xantofil, sehingga teknik ini banyak digunakan lagi.
𝐾1𝐾2𝐶
m=
1 + 𝐾2𝐶
k1 adalah jumlah sisi aktif adsorpsi per unit berat badan bahan penyerap
(adsorben) , dan ini tergantung pada sifat alamiah adsorben. K2 adalah jumlah zat
terlarut bagi adsorbennya dan ini dipengaruhi oleh semua komponen yang ikut
dalam sistem.Langmuir hanya mengasumsikan satu sisi ikatan dari adsorben yang
dapat mengadsorpsi, tetapi dalam prakteknya ternyata banyak sisi yang dapat
mengadsorpsi dengan afinitas yang berbeda, sehingga memberikan satu seri isoterm
tipe Langmuir. Hinshelwood menurunkan persamaan dan akhirnya memberikan
gambaran lebih akurat dan mendekati persamaan Isoterm Adsorpsi Freundlich dan
akhirnya menghasilkan rumus seperti:
m = 𝐾𝐶 𝑥
22
Pemisahan senyawa dengan kromatografi kolom merupakan salah satu
teknik pemisahan biokimia yang banyak dipakai oleh beberapa peneliti.Hal yang
harus diperhatikan dalam kromatografi kolom adalah penyediaan kolom, operasi
kolom serta pemilihan pelarut yang tepat sebelum melakukan kromatografi.
Kolom kromatografi biasanya terbuat dari gelas, dan panjangnya disesuaikan
dengan jumlah komponen yang akan dianalisis dalam suatu senyawa, sedangkan
lebar kolom disesuaikan dengan jumlah senyawa yang akan dianalisis. Secara
skema, peralatan yang penting dalam suatu kromatografi seperti gambar:
23
Gambar 14. Kromatografi Kolom
Pada tahap elusi, bahan atau senyawa yang tertahan pada bahan
kolom dielusi dengan larutan yang sesuai. Sering muncul interaksi antara
bahan kolom dengan pelarut pada saat pencucian dan hal ini akan
menggangu. Tahap elusi juga menentukan seberapa baik hasilnya.Terdapat
beberapa metode yang diugunakan pada tahap elusi untuk mendapatkan hasil
yang baik, sebegai ontoh adalah metode elusi gradien yaitu metode yang
mengganti sifat-sifat pelarut secara bertahap sehingga senyawa atau sample
dielusi berdasarkan peningkatan gradien kekuatan ionik, pH atau polaritas.
24
Cairan yang mengalir dari kolom keran dikumpulkan pada alat
dengan sederetan seri tabung yang dapat digerakan secara otomatis yang
disebut alat kolektor fraksi.Kolektor dapat mengumpulkan larutan fraksi
dalam unit volume atau dalam waktu tertentu.Selanjutnya fraksi yang telah
ditampung dapat dianalisis terhadap adanya senyawa yang diduga.Fraksi
yang mengandung protein atau asam nukleat dapat dipantau dan diukur
dengan alat spektrofotometer menggunakan panjang gelombang 280 nm atau
260 nm.
25
2.7.4 Kromatografi Partisi
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖𝑋𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 1
(α) =
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖𝑋𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 2
Dalam metode kromatografi partisi ini, satu pelarut yang biasanya air
berfungsi sebagai fase diam dalam kolom atau film bahan inert; sedangkan
fase lainnya berisi pelarut organik yang bersifat mobil dan jenuh-air yang
mengalir di sepanjang fase diam. Komponen-komponen suatu campuran
akan terpisah jika koefisien partisi antara pelarut tersebut berbeda.
26
mendeteksi senyawa dalam campuran sample. Protein juga dapat dipisahkan
terlebih dahulu dengan kolom kromatografi atau dengan ultrafiltrasi atau
sephadex.
27
Gambar 18. Hasil akhir kromatografi kertas
28
menentukan derajat ikatan silang antara rantai polistirena dan
mempengaruhi air yang bertahan. Semua resin sebagai bahan untuk
pertukaran ion akan mengembang bila kontak dengan air, semakin
banyak ikatan silang di antara rantai, maka semakin kurang air yang
tertahan. Ikatan silang diatur dengan hati-hati untuk menghasilkan
pengaruh penyaringan molekul yang dipisahkan.
Cara suatu ion akan bertukar dari bahan resin dengan bahan yang
dipisahkan.
29
Gambar 19. Kesetimbangan pertukaran ion
30
Langkah terakhir sebelum dimasukkan ke dalam kolom adalah
menyetimbangkan bahan resin dengan diaduk dan dicamupur dengan
larutan buffer elusi, ion larutan buffer harus terikat pada resin.
31
c. memiliki kemurnian, hasil, dan selektivitas yang tinggi.
b. Sifat alami ligand yang digunakan dan cara pengikatannya secara kovalen
pada matriks
Fase diam seperti pelumas silikon digunakan sebagai penunjang bahan padat
granular yang inert. Bahan ini diisikan ke dalam suatu kumparan gelas atau baja yang
panjangnya 1-3 m dan diameter 2-4 mm. Melalui kolom tersebut, dialirkan fase gerak
gas pembawa yang inert seperti N, He, atau argon. Selanjutnya, kolom dilektakkan
dalam oven dengan suhu tinggi, sehingga senyawa volatil yang mudah menguap dapat
dipisahkan.dasar pemisahan dengan cara ini berdasarkan perbedaan koefisien partisi
32
dari senyawa yang diuapkan atara fase cair dan fase gas yang dilewatkan dalam kolom
dengan bantuan gas pembawa. Ketika senyawa meninggalkan kolom, dan menuju alat
pencatat yang akan mencatat puncak-puncak senyawa yang dilewati detektor. Sistem
kromatografi dengan menggunakan gas sebagai fase geraknya disebut kromatografi
gas cair (GLC).Pada pemisahan dengan metode GLC ini, yang harus diperhatikan
adalah Gas pembawa (carrier gas) sebagai fase gerak, injektor, oven, kolom, detektor,
dan rekorder atau integrator.Terdapat beberapa macam sistem detektor pada GLC ini,
yaitu Flame Ionisation Detector (FID), Nitrogen Phosphour Detector (NPD), dan
Electron Capture Detector (ECD).
33
2.8 Kromatografi High Performance Liquid Chromatography
HPLC memiliki kecepatan dan sensitivitas yang lebih baik dari kromatografi
lainnya, dan HPLC ini digunakan untuk pengujian semua jenis molekul biologi atau
dalam teknik pemurnian.HPLC banyak digunakan untuk pemisahan oligopeptida
dan protein. Campuran hasil pencernaan protein oleh tripsin dan supernatan kultur
mikroorganisme dapat secara langsung masuk ke kolom, tetapi campuran protein
dari ekstrak sel masih membutuhkan proses fraksinasi. Komponen utama yang perlu
diperhatikan dalam sistem HPLC adalah Reservoir berisi fase gerak, selain itu
Pompa bertekanan tinggi, Injektor, Kolom, detektor serta rekorder atau integrator.
Kolom HPLC yang dipasarkan ada beberapa macam dengan nama komersial
yang berbeda beda dan fase diam yang berbeda beda. Tujuan utama dari mengemas
suatu kolom adalah agar bahan tersebut dapat mengisi kolom secara padat tanpa ada
34
rongga atau saluran. Gel padat dan keras harus dikemas sepadat mungkin tanpa
merusak partikel selama pengemasan kolom. Teknik pengemasan kolom yang paling
banyak digunakan adalah teknik tekanan tinggi. Suspensi bahan pengisi kolom
dibuat dengan suatu pelarut yang memiliki dnesitas yang sama dengan bahan
pengisi. Bahan campuran tersebut segera dipompa dengan tekanan tinggi dengan
suatu sumbat yang berlubang pada tempat keluarnya.Setelah preparasi kolom
selesai, maka kolom mampu melewati fase gerak dari bahan yang dipisah. Bila
digunakan gel lunak, gel tidak boleh dikemas dengan tekanan namun dibiarkan
mengisi kolom dengan cara yang sama seperti pada pengemasan kolom untu LPLC.
2.9 Imunokimia
Imunokimia adalah suatu kajian imunologi yang berfokuspada level kimia/
biokimia. Imunokimia juga menerangkan secara rinci molekul-molekul dan reaksi-
reaksi yang terlibat dalam system kekebalan, ini berkembang pesat dengan adanya
teknik laboratorium canggih (RIA, ELISA, Immunochemistry, dll).Imunokimia
merupakan ilmu yang mempelajari system kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh
adalah kumpulan sel, organ dan struktur khusus dan tidak begitu khusus yang luar
biasa rumit.
Imunokimia berfungsi menerangkan reaksi kimia masuknya benda
asing. Contoh lewat pencernaan, urine, dan lain-lain. Setelah itu, dibahas juga
reaksi-reaksi yang terjadi di dalamnya. Misi system ini adalah mengenali dan
menghancurkan para penyusup asing sebelum kerusakan terjadi pada tubuh.
Organisme yang menyebabkan penyakit, seperti bakteri, virus, jamur dan parasit,
dideteksi ketika masuk, ditandai untuk dibasmi, dan dimakan oleh sel system
kekebalan tubuh yang lapar. Sel-sel kanker dikenali sebagai tidak diharapkan dan
ditiadakan. Organ-organ yang ditransplantasi, walaupun dimanfaatkan untuk tujuan
penyelamatan hidup, sebenarnya adalah obyek asing dan dianggap demikian oleh
system kekebalan tubuh. Ilmu kedokteran telah mempersembahkan banyak upaya
untuk mencegah penolakan transplantasi.
35
Terbagi menjadi 2 sistem imun :
36
kemampuan hewan muda untuk menolak pencangkokan kulit dan tidak
mempengaruhi kemampuannya untuk menghasilkan antibodi.
Percobaan dengan unggas memperlihatkan bahwa penghilangan
jaringan limfosit yang dikenal sebagai bursa fabricius, mengakibatkan
penurunan kemampuan untuk menghasilkan antibodi,tetapi tidak secara
signifikan mengubah respons terhadap pergantian kulit. Selanjutnya suatu
ciri yang dikenal sebagai imunitas humoral, digabungkan dengan sup-
populasi limfosit lain yang dikenal sebagai limfosit B(turunan dari bursa
fabricus). Sumsum tulang belakang merupakan sumber limfosit B pada
manusia.
37
b. Sel T4
Sel ini mengeluarkan senyawa yang dapat larut dikenal sebagai
limfokin yang menghancurkan sel antigen dan menstimulasi aspek-
aspek lain dari sistem imun inang.
2.10.2 Peranan-perananantibodi
a. IgG merupakan 80% dari imunoglobin total dalam plasma yang berukuran
relatif kecil sehingga dapat melewati membran dan berdifusi ke bagian tubuh
ekstravaskular. IgG dapat melewati membran plasenta dan menyediakan
pertahanan imunitas utama selama beberapa minggu pertama dari masa hidup,
hingga mekanisme imunitas bayi menjadi efektif, BM 160.000 Dalton.
b. IgM adalah suatu molekul besar yang terdiri dari 5 unit dan setiap unit
strukturnya mirip dengan molekul IgG. Pentamer diikat oleh rantai J pada
fraksi Fc. IgM merupakan senyawa penyebab aglutinasi dan presipitasi yang
38
efektif dan biasanya hanya pentavalen, walaupun secara potensial mampu
mengikat 10 molekul antigen. IgM tidak dapat dengan mudah melewati
membran dan terbatas hanya dalam aliran darah, BM 900.000 Dalton.
c. IgA terutama berhubungan dengan sekresi seromukosa seperti saliva,air
mata, cairan hidung, dan sebagainya yang dieksresikan sebagai dimer dengan
suatu rantai J dan suatu potongan sekretor, dan selanjutnya mencegah
perusakan molekul oleh enzim proteolitik. IgA terutama berperan dalam
melindungi membran mukosa dan keberadaanya dalam darah terutama sebagai
monomer dan mungkin sebagai akibat absorpsi dimer yang tergradasi, BM
70.000 Dalton.
d. IgE dikenal sebagai imunoglobulin sitofilik karena kemampuannya untuk
berikatan ke sel yang dapat menentukan konsentrasinya yang rendah dalam
cairan tubuh. Saat IgE bereaksi dengan suatu antigen. IgE menyebabkan
degradasi sel mast, dimana IgE terikat dengan pelepasan amina vasoaktif
seperti histamin. Proses ini dapat berjalan dengan baik dalam menginisiasi
respons inflamasi, tetapi pada individu-individu yang alergi, reaksi tersebut
dapat menyebabkan hipersensitif atau keadaan berlebih, BM 200.000 Dalton.
e. IgD ditemukan dengan kadar yang sangat rendah dalam darah, ditemukan
bersama IgM pada permukaan sel B.
39
Adjuvan merupakan campuran dari subtansi yang menstimulasi respons inflamasi
dan mencegah agar antigen tidak cepat hilang dari jaringan, melalui mekanisme
draine normal. Adjuvan freund terdiri dari emulsi mikrobakteri yang telah mati
dalam minyak mineral, tetapi alternatif yang lebih sederhana seperti alumunium
fosfat atau hiroksida mempunyai pengaruh yang sama.
40
Gambar 25. Reaksi Antigen-antibodi
41
utama dari teknik ini telah dikembangkan dengan menggunakan instrumen
analisis secara otomatis dengan cepat.
42
antibodi. Teknik yang membutuhkan pemisahan fraksi bebas dan fraksi terikat
sebagai sistem uji heterogen.
2.11 Metode-metode Imunologi
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sistem kekebalan tubuh,
sedangkan antibodi adalah protein yang dihasilkan oleh manusia dan hewan sebagai
respons imun akibat masuknya senyawa asing dalam jaringan. Senyawa asing ini
disebut dengan antigenatauimunogen, dan antibodi yang dihasilkan mengikat antigen
dan bereaksi dengan cara yang sesuai. Beberapa senyawa tidak dapat menimbulkan
respons imun bila berdiri sendiri. Senyawa-senyawa yang berikatan dengan suatu
protein dapat menyebabkan pembentukan antibodi (respons imun) disebut hapten.
Lisin adalah antibodi yang menyebabkan kerusakan pada membran, opsonin membuat
antigen rentan terhadap fagositosis, sedangkan aglutinin dan presipitin menyebabkan
flokulasi antigen selular dan antigen terlarut.
2.11.1 Enzyme-Linked Immunosorbet Assay (ELISA)
Enzym ini digabungkan dengan antibodi fase padat dalam teknik yang
dikenal dengan enzym-linked immunosorbet essay (ELISA). Variasi pada
teknik ini melibatkan sistem kompetitif dan non-kompetitif, tetapi teknik ini
paling baik digunakan bila dikobimbinasikan dengan dua antibodi
monoklonal dalam format disebut dua situs.
Gambar 26. Assay dua situs menggunakan dua antibodi monoklonal secara
langsung.
43
(berlabel enzim) ditambahkan yang akan mengenalib epitop berbeda
pada antigen (situs kedua) , dan membentuk sandwich antigen antara
antibodi berlabel enzim dan antibodi fase padat. Enzim berlebih dicuci
kembali sebelum penambahan substrat yang sesuai, dan pembentukan
sinyal berwarna dapat diukur sebagai label maupun sebagai titik akhir
reaksi.
Enzim yang digunakan sebagai label meliputi alkali fostase,
horseradish peroksidase dan β-galaktosidase. Enzim yang digunakan
seharusnya mampu berikatan kovalen ke antigen atau antibodi, tanpa
menghilangkan aktivitas katalitik dan imunoreaktivitasnya.
Glutaraldehid dapat digunakan sebagai senyawa pengikat,sedangkan
enzim glikoprotein seperti peroksidase dapat dihubungkan melalui
gugus karbihodrat dengan menggunakan asam periodat untuk
membenytuk gugus aldehid yang reaktif.
44
2.12 Uji Homogen
Uji homogen ini tidak membutuhkan tahap pemisahan, tetapi uji ini dilakukan
untuk mengamati rasio antara antigen berlabel dan tak berlabel dengan antibodi.
Beberapa tekniknya telah dikembangkan terutama bermanfaat untuk pengukuran
obat-obatan.
Sistem yang paling umum digunakan adalah enzyme multiplied immunoassay
technique (EMIT). Teknik ini tidak melibatkan pemisahan fraksi terikat dari fraksi
bebas, namun merupakan uji kompetitif. Antigen dilabel dengan enzim dengan
sedemikian rupa sehingga aktivitas katalik enzim dipertahankan. Saat antigen
berikatan dengan antibodi,enzim menjadi terhambat mungkin melalui perubahan
konfirmasi yang terinduksi ataupun melalui halangan pada situs aktif enzim.
2.12.1 Aplikasi Analitik Teknik Radioisotop
2.12.1.1 Studi Ikatan Ezim dan Substrat
Beberapa enzimatik dapat diuji dengan metode
pelacak,sehingga memungkinkan radioaktif dari bahan yang diteliti
dapat ditelusuri. Menggunakan enzim yang lebih mahal ketika
pelacak radioaktif ini digunakan, tetapi memiliki tingkat kepekaan
yang sangat tinggi. Radioisotop juga digunakan untuk mempelajari
mekanisme kerja enzim dan studi ikatan enzim substrat seperti yang
diuraikan pada metode ELISA.
2.13 Analisis Pengenceran Isotop
Analisis ini dapat mengatasi masalah dengan cara konvensional, karena
kandungannya yang sangat kecil dan bercampur dengan senyawa yang
mirip dengan senyawa yang diuji,sehingga pada analisis ini dapat
mendiadakan isolasi kuantitatif.
Teknik ini secara luas digunakan untuk menelusuri unsur-unsur dengan
berat molekul yang kecil.
2.14 Radioimmunoassay (RIA)
RIA merupakan salah satu teknik yang paling penting dalam bidang
klinik dan biokimia untuk analisis kuantitatif dari hormon, steroid, dan
obat-obatan. Teknik ini menggabungkan keistimewaan reaksi kekebalan
dengan kepekaan teknik radioisotop. Analisis saturasi adalah nama lain
yang sering digunakan untuk RIA.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Enzim adalah senyawa organik yang berperan dalam katalis yaitu untuk
mempercepat proses dan reaksi kimia yang sedang berlangsung.Enzim hanya akan
bekerja dalam kondisi yang sesuai, seperti pH, suhu, konsentrasi, kofaktor, dan
sebagainya. Fungsi utama enzim adalah sebagai katalisator yang mempercepat terjadinya
laju sebuah reaksi.
45
3.2 Saran
Dengan makalah ini diharapkan kita mengetahui biokimia dari enzim, mulai dari aktivitas
enzim,konsentrasi enzim, suhu dan PH, elektroforesis, kromatografi, imunologi dan dapat
menerapkan dalam kehidupan kita terutama fungsi dan peranannya, serta biosintesis dalam
kegunaannya di bidang farmasi.
DAFTAR PUSTAKA
Nur, MA., Adijuwana, H., KOsasih. 1992. Teknik Laboraturium. Bogor: Pusat Antar
Universitas Ilmu Hayati Institut Pertanian Bogor.
46
47