2. PH
Perubahan pH dapat mempengaruhi perubahan asam amino kunci pada sisi aktif
enzim, sehingga menghalangi sisi aktif bergabung dengan substratnya. Setiap enzim dapat
bekerja baik pada pH optimum, masing-masing enzim memiliki pH optimum yang berbeda.
Sebagai contoh : enzim amilase bekerja baik pada pH 7,5 (agak basa), sedangkan pepsin
bekerja baik pada pH 2 (asam kuat/sangat asam). (e-dukasi.2010)
Seperti protein pada umumnya, struktur ion enzim tergantung pada pH
lingkungannya. Enzim dapat berbentuk ion positif, ion negatif, atau ion bermuatan ganda.
Dengan demikian perubahan pH lingkungan akan berpengaruh terhadap efektivitas bagian
aktif enzim dalam membentuk kompleks enzim substrat. Disamping pengaruh terhadap
struktur ion pada enzim, pH rendah, atau pH tinggi dapat pula menyebabkan terjadinya
proses denaturasi dan ini akan mengakibatkan menurunnya aktifitas enzim. Terdapat suatu
nilai pH tertentu atau daerah pH yang dapat menyebabkan kecepatan reaksi paling tinggi. pH
tersebut dinamakan pH optimum.
Enzim intrasel bekerja optimum antara pH 5-9. Hilangnya atau tambahnya muatan
akan merugikan atau membuat enzim tidak aktif. (Gambar 8-2. Efek pH pada aktivitas
enzim. Sebagai contoh, suatu enzim bermuatan negatif (EH -) berikatan dengan substrat
bermuatan positif (SH+). Dalam gambar, proporsi (%) SH+ [\\\] dan EH- [///] diperlihatkan
sebagai fungsi pH. Hanya di daerah berarsir silang baik enzim maupun substrat memiliki
muatan yang sesuai.).
ES yang dapat diubah menjadi produk. Kedua, konstanta kesetimbangan untuk pembentukan
kompleks enzim-substrat tidaklah besar tanpa batas. Jika terdapat kelebihan substrat (titik A
dan B di Gambar 8-4), hanya sebagian enzim yang mungkin berada dalam bentuk kompleks
ES. Dengan demikian di titik A atau B, peningkatan atau penurunan [S] akan meningkatkan
atau menurunkan jumlah kompleks ES disertai perubahan yang sesuai di v1. Di titik C
(Gambar 8-4), pada hakikatnya semua enzim terdapat dalam bentuk kompleks ES. Karena
tidak ada enzim bebas yang tersedia untuk membentuk ES, peningkatan lebih lanjut [S] tidak
dapat meningkatkan laju reaksi. Dalam kondisi ini, v1 semata-mata bergantung pada—dan
karenanya dibatasi oleh—kecepatan disosiasi (penguraian) produk enzim tersebut sehingga
enzim ini dapat mengikat lebih banyak substrat.
(Gambar 8-4. Representasi suatu enzim pada konsentrasi substrat yang rendah (A), tinggi
(C), dan setara dengan Km (B). Titik A, B, dan C berkorespondensi dengan titik-titik di
Gambar 8-3.)
4.) Konsentrasi enzim
Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi enzim, makin besar konsentrasi enzim
makin tinggi pula kecepatan reaksi, dengan kata lain konsentrasi enzim berbanding lurus
dengan kecepatan reaksi.
Ø Inhibitor kompetitif
(Gambar 8-9. Plot Lineweaver-Burk untuk inhibisi kompetitif. Perhatikan hilangnya inhibisi
secara total pada [S] yang tinggi (yi. 1/[S] yang rendah.)
Ø Inhibitor nonkompetitif
Molekul penghambat yang bekerja dengan cara melekatkan diri pada bagian bukan sisi aktif
enzim. Inhibitor ini menyebabkan sisi aktif berubah sehingga tidak dapat berikatan dengan
substrat. Inhibitor nonkompetitif tidak dapat dipengaruhi oleh konsentrasi substrat. Inhibitor
ini biasanya berupa senyawa kimia yang tidak mirip dengan substrat dan berikatan pada sisi
selain sisi aktif enzim. Ikatan ini menyebabkan perubahan bentuk enzim sehingga sisi aktif
enzim tidak sesuai lagi dengan substratnya. Contohnya antibiotik penisilin menghambat kerja
enzim penyusun dinding sel bakteri. Inhibitor ini bersifat reversible tetapi tidak dapat
dihilangkan dengan menambahkan konsentrasi substrat.