Anda di halaman 1dari 64

KELOMPOK

III

GOLONGAN OKSIGEN
GOLONGAN KALKOGEN
Golongan Kalkogen yaitu golongan sebangsa oksigen
yang menempati golongan VI A pada Sistem
Periodik Unsur (SPU).
Unsur-unsurnya yaitu :
O (Oksigen)
S (Belerang)
Se (Selenium)
Te (Telurium)
Po (Polonium)
GOLONGAN
KALKOGEN
UNSUR UNSUR
GOLONGAN KALKOGEN
OKSIGEN (O)
Oksigen adalah unsur kimia dalam sistem
tabel periodik yang mempunyai lambang O dan
nomor atom 8. Ia merupakan unsur golongan
kalkogen dan dapat dengan mudah bereaksi
dengan hampir semua unsur lainnya (utamanya
menjadi oksida)
Oksigen merupakan unsur paling melimpah
ketiga di alam semesta berdasarkan massa
dan unsur paling melimpah di kerak Bumi. Gas
oksigen diatomik mengisi 20,9% volume
atmosfer bumi.
KEGUNAAN OKSIGEN
Untuk membantu pernapasan makhluk hidup (manusia,
hewan dan tumbuhan).

tekstil.
Sebagai penyokong kehidupan pada pesawat terbang,
kapal selam, penerbangan luar angkasa, dan
penyelaman.
OKSIGEN DI DALAM AIR
BELERANG (S)
 Belerang atau sulfur adalah suatu unsur Kimia

 Ciri-cirinya:
- Zat padat (solid)

berasa
- Tak berbau dan multivalent

sulfate.
KEGUNAAN SULFUR
Penggunaan komersilnya terutama
dalam fertilizer serta pembuatan
bubuk mesiu,
korek api,
insektisida dan
fungisida.
GAMBAR UNSUR SULFUR
SELENIUM (SE)

 Selenium adalah suatu unsur


Kimia dalam tabel periodik yang
memiliki lambang Se dan nomor
atom 34.
 Ciri-cirinya:

- Zat padat (solid)


- Termasuk Bentuk non-metal
- Struktur kristal Hexagonal
GAMBAR UNSUR SELENIUM
TELURIUM (TE)

Telurium adalah suatu unsur


Kimia dalam tabel periodik yang
memiliki lambang Te dan nomor
atom 52.
 Ciri-cirinya:

- Zat padat (solid)


- Termasuk Metaloid
- Struktur kristal Hexagonal
GAMBAR UNSUR TELURIUM
POLONIUM (PO)
 Polonium adalah suatu unsur Kimia dalam
tabel periodik yang memiliki lambang Po dan
nomor atom 84.
 Unsur radioaktif yang langka ini termasuk
kelompok metaloidengan Telurium yang
memiliki sifat Kimia yang mirip dengan
Telurium dan Bismut.
 Polonium digunakan untuk menghilangkan
kumpulan arus elektrostatis dalam alat
pengionisasi udara
GAMBAR UNSUR POLONIUM
CIRI UMUM GOLONGAN KALKOGEN
Nama Nomor Deret Penampilan Massa Konfigurasi
Unsur Atom Kimia Atom Elektron
Oksigen 8 Non Tak berwarna 16 2,6
(O) logam 1s2,2s2,2p4
Sulfur 16 Non Kuning lemon 32 2,8,6
(S) metal (Ne) 3s2,3p4
Selenium 34 Non Gray, metalic 79 2,8,18,6
(Se) metal luster (Ar) 3d10,4s2,4p4

Telurium 52 Metaloid Silvery 128 2,8,18,18,6


(Te) lustrous gray (Kr) 4d10,5s2,5p4

Polonium 84 Metaloid Kuning hitam 210 -


(Po) (Xe) f14,5d10,6s2,6p4
CIRI FISIK GOLONGAN KALKOGEN
Nama Massa Titik Titik Struktur Bilangan
Unsur Jenis Lebur Didih Kristal Oksida
(g/cm3) (oC) (oC)
Oksige 1,14 -218,8 -183 Kubus -2
n (O)

Sulfur 2,07 119 445 orthorhombi -2,2,4,6


(S) k

Seleniu 4,8 217 685 Hexagonal -2,4,6


m (Se)

Telurium 6,24 450 990 Hexagonal -2,4,6


(Te)

Poloniu 9,2 254 - - 2,4


m (Po)
1. Kecenderungan Golongan
Oksigen
Klasifikasi ini di dukung oleh data tahanan listrik
yang sangat rendah bagi logam polonium (43µΩ cm),
melonjak tinggi bagi semilogam telerium (106 µΩ cm) dan
sangat tinggi bagi nonlogam selenium (1016 µΩ cm).
Kecuali oksigen, terdapat pola tertentu perihal
tingkat oksidasi unsur-unsur golongan 16, yaitu bilangan
oksidasi genap, +6, +4, +2, dan -2 secara umum, stabilitas
tingkat oksidasi -2 dan +6 menurun dengan naiknya nomor
atom, tetapi kestabilan tingkat oksidasi +4 naik, walaupun
kecenderungan ini tidak teratur.
2. Anomali Oksigen

Sifat anomali oksigen mirip dengan nitrogen


yaitu pembentukan ikatan yang sangat kuat dengan
menggunakan orbital atomik 2p, dan absenya orbital d.
Seperti halnya nitrogen, ikatan rangka dua O=O (494 kJ mol -1 )
sangat jauh lebih kuat daripada ikatan tunggal O-O (142 kJ ml -1);
dibandingkan dengan ikatan tunggal C-C (335 kJ mol -1), ikatan tunggal 0-0
sangat lemah kaitannya dengan pembentukan katenasi. Bila di
pertimbangkan bahwa ikatan rangkap dua terdiri atas ikatan ơ dan ikatan л
(tabel 10.2), maka energi ikatan rangkap dua ini menjadi sangat besar untuk
oksigen, tetapi makin kecil bagi belerang dan selinium. Perbedaan inilah
yang menjelaskan rendahnya peran ikatan rangkap dua pada unsur-unsur
selain oksigen dalam golongan ini.
Dalam golongan karbon (Golongan 14), kemampuan katenasi
menurun dengan naiknya nomor atom, tetapi dalam golongan 16, belerang
mampu membentuk rantai yang terpanjang (S 8). Kenyataannya, ikatan
tunggal O ̶ O paling lemah dari pada ikatan atom oksigen dengan atom-
atom lainnya, O ̶ X sebagai contoh, energi ikatan tunggal O ̶ S adalah 275
kJ mol-1, hampir dua kali energi ikatan tunggal O ̶ O. Dengan ikatan
demikian, atom oksigen suka membentuk ikatan atom-atom lainnya
daripada dirinya sendiri. Sebaiknya, energi ikatan tunggal S ̶ S adalah 270
kJ mol-1, hanya sedikit lebih rendah daripada energi ikatan tunggal atom S
dengan atom-atom lainya. Jadi, kecenderungan pembentukan senyawa
katenasi cukup besar bagi belerang.
Ikatan Energi ikatan ơ / kJ mol-1 Energi ikatan л / kJ mol-1

Oksigen-oksigen 142 350

Belerang-belerang 270 155

Selenium-selenium 210 125

 Absen-nya orbital d
Oksigen membentuk hanya satu senyawa dengan
fluorin yaitu OF2, tetap belerang mampu membentuk beberapa
senyawa dengan fluorin termasuk SF6, Untuk mencapai hingga
enam ikatan kovalen ini atom belerang harus melibatkan
orbital d. Dengan demikian, tidak ditemuinya senyawa oksigen
–fluorin yang anak dengan SF6 berkaitan tidak bersedianya
orbital d dalam atom oksigen.
3. Oksigen
Oksigen di kenal dalam dua bentuk alotrop, dioksigen
O2, dan trioksigen atau ozon O3. Dioksigen berupa gas tak
berwarna yang mempunyai titik didih -183°C dan berwarna
biru dalam fase cairnya serta bersifat paramagnetik yang
dapat di jelaskan secara jitu oleh teori orbital molekular.
Dioksigen merupakan gas yang sangat reaktif bereaksi
dengan hampir semua unsur kecuali gas mulia, daya larutnya
dalam air tidak terlalu besar, 5 g per 100 mL pada 0°C, di
banding dengan karbon dioksida, 170 g per 100 mL.
Dalam laboratorium terdapat beberapa cara pembuatan gas dioksige
2KClO3 (S) MnO2 2KCl (S) + O2 (g)

2H2O2 (aq) MnO2 2H2O (𝓁) + O2 (g)

Selain sifat paramagnetik molekul oksigen, ternyata


terdapat pula molekul dioksigen yang bersifat diamagnetik, dan
ini dapat di peroleh dari reaksi antara hidrogen peroksida dengan
natrium hipoklorat menurut reaksi sebagai berikut:
2H2O2 (aq) + ClO- (aq) O2(g) diamanetik + H2O (𝓁) + Cl- (aq)

uai dengan 2 elektron tak berpasangan, menjadi diamagnetik (semuanya


112 OC dan bersifat diamagoetik dmgag struktur bengkok, V
dansudutikatag1170 ,sesuaidenganteoriVSEPR.Ozon
bersifatracunsangatkuatdeggagkonsentrasimaksimum
d
| iijio§aa 0,1 ppza. Gas ozoa dibas11baa p•+• ****^*!***8^*8^*
I
Ustriktinggi,Ormasukmesin-mesinfotokopidanprintn
lasermempakansumberpenyebarozondi sekitarniangan
,< kantor.Untukmengurangi produksiozon,mesin-mesin '
tersebut hams di lengkapi dengan Oter karbon yang harus di ]
gana secara periodik. Tas dioksigen yang di alirkan
melalui medau ?strik 10-20 kV mampu mengubah
dioksigen menjadi
|| ozon deogag konsentrasi keseimbangan kira-kira 10 %.
302 (g) 202 (g) (dH°f = +143 Omol )
Ozon merupakan oksidator yang sangat kuat, lebih
kuat dari Qada 0@i8=• _
3. 1 Ikatan kovalen dalam
senyawa oksigen
Pada hibridisasi, orbital hibrida yang terbentuk
merupakan campuran dari beberapa orbital yang porsinya
dapat berbeda bergantung posisinya dalam ruang,
ataupun dapat berubah-ubah berkaitan dengan sifat
elektronegativitas substituennya. Jadi misalnya untuk
orbital hibrida sp3, ikatan kovalen yang terjadi dapat saja
lebih berkarakter s bagi suatu substituen tetapi dapat juga
lebih berkarakter p bagi substituen yang lain.
Dalam hal ini Henry A. Bent mengusulkan
aturan empirik, bahwa substituen yang lebih
elektronegatif memilih orbital hibrida yang kurang
berkarakter s dan sebaliknya substituen yang lebih
elektropositif memilih orbital hibrida yang lebih
berkarakter s.
Contohnya:
Klorin lebih bersifat elektronegatif,
hibridisasi sp3 bagi atom pusat oksigen dalam OF2
akan kurang berkarakter s atau menjadi lebih
berkarakter p, dan akibatnya sudut ikatan F–O–F
mendekat ke arah 90o yaitu besarnya sudut antara
dua orbital p. Sebaliknya, oleh karena klorin kurang
bersifat elektronegatif daripada oksigen, orbital
hibridisasi sp3 lebih berkarakter s sehingga
membentuk sudut yang besarnya ke arah lebih besar
dari sudut tetrahedron regular (sp3), 109o .

3.2 KECENDERUNGAN DALAM


SENYAWA OKSIGEN
Beberapa oksida basa lainnya seperti tembaga
(II) oksida bersifat tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam asam encer menurut persamaan reaksi:
CuO (s) + 2 H2O+ Cu2+ (aq)+ 3 H2O (𝓁)
BaO (s) + H2O (£) Ba(OH)2 (aq)

Oksida-oksida logam elekooposidflemah sgperti aluminium


ziak dan timab, bersifat amfoterik, yaiN bereaksi dmgag yarn
maupun basa; misalnya, zigk oksida bereaksi dengan yarn
mengJiasitkag ion kompleks [Zn(H2O)6]2+ yang sering ditulis
lebih
sederhana sebagai ion Zn2+, dan bereaksi dengan basa kuat
mengiiasilkan garam kompleo Otrabidroksozinkat (II), menunit

ZnO (s) + 2 OH (ag) +H2O Zn(OII} ]2


(£)
Apabila suatu logam dapat membentuk lebih dari satu
macam oksida, biasanya oksida dengan logam bertingkat oksidasi
rendah bersifat basa, dan oksida dengan logam bertingkat oksidasi
tinggi bersifat asam. Sebagai contoh Cr2O3 bersifat basa, oleh
karena itu bereaksi dengan asam menghasilkan garam, sedangkan
CrO3 bersifat asam karena dengan air menghasilkan asam kromat,
menurut persamaan reaksi berikut:
Cr2O2 (s) + 6 H2O+ (aq) 2 Cr2+ (aq) + 9 H2O (𝓁)
CrO2 (s) + H2O (𝓁) H2CrO4 (aq)
3.3 HIDROGEN PEROKSIDA (H2O2)
Hidrogen peroksida murni berupa cairan hampir tidak
berwarna, sangat kental oleh karena kuatnya hidrogen, dan bersifat
korosif. Struktur molekulnya membentuk dihedral dengan sudut
111° dan sudut ikatan H-O-O sebesar 94,5°. Hidrogen peroksida
bersifat tidak stabil secara termodinamik, mudah terdisproporsionasi
menurut persamaan reaksi:

4 . Belerang
Belerang terdapat dalam kerak bumi sebagai
unsurnya, mineral sulfida dan sulfat, gas H 2S dalam gas alam,
dan sebagai senyawa belerang organik dalam batu bara dan
minyak. Belerang dapat di timbang menurut Frasch, yaitu
campuran air super panas dan uap air 160°C dan 16 atm di
pompakan ke dalam tanah daerah mineral belerang melalui
pipa besar pertama dan mengakibatkan belerang mencair.
Udara dengan tekanan sekitar 20–25 atm di pompakan melalui
pipa kedua yang lebih kecil yang terdapat dalam pipa besar
pertama sehingga mengakibatkan belerang cair tertekan keluar
melalui pipa ke tiga untuk kemudian di kumpulkan sebagai
padatannya.
Belerang mempunyai kesamaan sifat dengan oksigen antara lain yaitu:
keduanya membentuk senyawa ionik dengan logam aktif, dan keduanya
membentuk senyawa kovalen seperti H2S dan H2O, CS2, dan CO2, SCl2,
dan
Cl2O. Tetapi, beberapa faktor yang membuat berbeda antara lain adalah panjang
ikatan kovalen tungal O adalah 74 pm dan S adalah 104 pm, elektronegativitas O
adalh 3,5 dan S hanya 2,6.

Alotrop belerang yang terdapat antara alamiah adalah S8, siklooktasulfur


yang tertata secara zigzag. Alotrop ini mengkristal dalam bentuk jarum di atas
temperatur 95°, tetapi di bawah temperatur ini di peroleh dua macam bentuk
kristal, monoklin dan rombik. Alotrop lain adalah sikloheksasulfur, bahkan
alotrop siklosulfur dengan anggota 6-20 telah berhasil di sintetis, namun yang
paling stabil adalah siklododekasulfur, S12 (Gambar 10.2).
Belerang rombik (Sα) terdiri atas 16 lingkar S8 dari satu unit selnya dan
berubah menjadi belerang monoklinik pada 95,5oC. Belerang monoklinik (Sβ)
dipikirkan terdiri atas 6 lingkar S 8 dalam satu unit selnya dan meleleh pada 119
o
C menghasilkan belerang cair. Belerang cair (S λ) terdiri atas molekul-molekul
S8. Berwarna kuning, transparan, dan pada 160 oC lingkar S8 menjadi terbuka dan
saling bergabung membentuk molekul-molekul rantai spiral sebagai belerang cair
Sµ. Belerang cair Sµ berwarna hitam, sangat kental-rekat dan mendidih pada
445oC menghasilkan belerang uap. Belerang uap, S 8, terdisosiasi menjadi
molekul-molekul yang lebih kecil jika temperatur dinaikkan. Belerang plastik
terbentuk jika cairan Sµ di tuangkan kedalam air dingin merupakan rantai
molekul-molekul dan bersifat seperti karet pada awalnya, namun akhirnya mudah
patah dan berubah menjadi belerang rombik. Fungsi temperatur terhadap
belerang seperti dilukiskan diagram berikut:

Sα 95,5oC Sβ 119 oC Sλ 160oC Sµ 445oC S8

S 2000oC S2 1000oC S4 S6
4.1 Hidrogen Sulfida

Hidrogen sulfida berupa gas tak berwarna,


berbau seperti telur busuk, dan sangat bersifat racun,
melebihi dari hidrogen sianida. Hidrogen sulfida
diproduksi secara alamiah oleh bakteri anaerob,
misalnya yang terjadi pada proses pembusukan.

Dalam laboratorium gas H2S dipreparasi dari


reaksi antara sulfida logam dengan asam encer,
seperti besi(II)sulfida dengan asam hidroklorida
menurut persamaan reaksi:

FeS(s) + 2 HCl(aq) FeCl(s) + H2S(g)


Reaksi uji terhadap gas H2S biasanya dengan
menggunakan kertas dibasahi larutan timbal(ll) yang akan
menghasilkan warna coklat-hitam PbS menurut reaksi:

Pb(CH3COOH) 2(aq) + H2S PbS(s) + CH3COOH(aq)


Struktur molekul H2S mengadopsi bentuk V seperti
halnya air, demikian juga H2Se, namun sudut ikatan menjadi
makin kecil dengan menurunnya unsur dalam golongan; sudut
ikatan pada molekul H2O, H2S, dan H2Se. Secara berurutan
adalah 104.5o, 92.5o, dan 90o. Hal ini berkaitan dengan
menurunnya sifat elektronegativitas atom pusat yang paralel
dengan berkurangnya pemakaian orbital hidrida (sp3) daripada
orbital p murninya.
4.2 Sulfida

Hanya sulfida-sulfida logam golongan 1, 2, dan alumunium saja


yang larut dalam air. Sulfida-sulfida ini terhidrolisis oleh air, dan
akibatnya larutan sulfida bersifat basa sebagaimana ditunjukkan oleh
persamaan reaksi berikut:
S2- (aq) + H2O(𝓁) HS- (aq) + OH-(aq)

Hidrolisis lanjut akan menghasilkan gas H 2S yang berbau busuk


menyengat:
HS-(aq) + H2O(𝓁) H2S(s) + OH-(aq)

Sistem natrium-belerang merupakan dasar untuk baterai


berkemampuan tinggi. Dalam hampir semua baterai, elektrode berupa
padatan dan elektrolit berupa cairan; tetapi dalam baterai sistem yang
dimaksud ini, kedua elektrode natrium dan belerang berupa cairan dan
elektrolitnya justru padatan Na Al11 O17. Proses yang terjadi pada
elektrode dapat dilukiskan menurut persamaan reaksi berikut:
Na(𝓁) Na+(Na Al11 O17) + e
nS(𝓁) + 2e Sn2- (Na Al11 O17)
Beta
umin a 2 Vo Its
Tube

Na 2S,

c h arge

Sketch of a 2 V
Sodium Sulfur Cell
Dalam baterai jenis ini berkemampuan tinggi, dan dapat diisi ulang;
sayangnya baterai ini beroperasi pada temperatur tinggi, 300 oC, dan tentu saja
baterai ini harus dibungkus rapat untuk mencegah terjadinya reaksi antara
natrium dan belerang dengan oksigen dan uap air dalam udara.

Sulfida dimanfaatkan antara lain untuk bahan kosmetik, diantimoni


trisulfida (Sb2S3) yang berwarna hitam legam dipakai untuk penhitam bulu
mata. Unit disulfida -S-S-, merupakan penghubung silang polimer-polimer
asam amino dalam rambut manusia. Pada tahun 1930, para peneliti di Institut
Rockefeller dapat menunjukan unit disulfida penghubung ini dapat diputus oleh
sulfida atau molekul yang mengandung gugus –S–H dalam larutan sedikit basa.
Hal ini merupakan metode pengubahan secara permanen bentuk rambut dari
keriting menjadi lurus atau sebaliknya. Dalam proses ini larutan ion tioglikolat,
HSCH2CO2-, disiramkan pada rambut sehingga terjadi pengurangan –S–S–
penghubung silang menjadi gugus –SH menurut persamaan reaksi:

2HSCH2CO2-(aq) + -S-S- (rambut) {SCH2CO2-}(aq) + 2 –S–H (rambut)


Dengan menggunakan alat pengeriting atau pelurus, rantai
protein rambut kemudian dapat diubah secara mekanik.
Penambahan larutan hidrogen peroksida akan mengoksidasi
gugus –S–H menjadi bentuk ulang –S–S– sebagai penghubung
silang yang baru kembali, menurut persamaan reaksi:
2-S-H- (rambut) + H2O2(aq) -S-H- (rambut) + 2H2O(l).
4.3 Oksida belerang
Belerang dioksida (SO₂) dan belerang
trioksida (SO₃)
Oksida belerang yang umum adalah
belerang dioksida, SO₂ dan SO₃ masing-masing
dengan titik didih -10 dan -44,8. Belerang dioksida
mempunyai struktur bengkok, v, dengan sudut O-S-
O, 119 dan panjang ikatan S-O adalah 1,43, dan
belerang trioksida mempunyai bentuk segitiga
samasisi dengan sudut ikatan O-S-O, 120 dan
panjang ikatan S-O, 1,42 pada fase gas. Panjang
ikatan tersebut jauh lebih pendek daripada panjang
ikatan tunggal S-O (1,63 ) dan sangat dekat dengan
panjang ikatan rangkap-dua S=O (1,40 ). Bentuk
molekul SO₂ bersama-sama dengan SO₃, S₃O₉, dan
H₂SO₄ dapat diperiksa pada (Gambar 10.3).
Kedua oksida tersebut bersifat asam Lewis dengan atom S bertindak
sebagai akseptor pasangan elektron, namun SO₃ jauh lebih kuat dan lebih keras.
Sifat asam Lewis yang kuat ini mengakibatkan SO₃ mampu membentuk polimer
melalui jembatan oksigen dalam fase padat pada temperatur dan tekanan kamar.
Sesungguhnya fase gas maupun cairan berisi campuran antara SO₃ dengan trimer
trisulfur nanoksida, S₃O₉, cairan meleleh pada 16 dan menkristal sebagai S₃O₉.
Dalam lingkungan lembab air, berbentuk padatan polimer berantai sangat
panjang dengan formula HO(SO₃)nOH, dengan n = 105.
Belerang dioksida mudah larut dalam air, namun seperti halnya amonia
dan karbon dioksida hampir semua gas yang larut berada sebagai molekul
SO₂, hanya sebagian kecil saja yang bereaksi dengan air membentuk asam sulfit:

SO₂(g) + H₂O(𝓁) H2SO3 (aq)

Oleh karena itu, gas belerang dioksida dalam laboratorium dapat dibuat dengan
mereaksikan larutan sulfit atau hidrosulfit dengan larutan asam encer menurut
persamaan reaksi berikut:

SO32- (aq) + 2H3O+ (aq) 3H2O (l) + SO2 (g)


HSO3- (aq) + H3O+ (aq) 2H2O (l) + SO2 (g)
4.4 Asam sulfat
Asam sulfat berupa cairan kental seperti minyak yang membeku pada
10,4. Proses percampuran asam sulfat dengan air sangat eksotermis;
oleh karena itu pada pengeceran Berbeda dari belerang dioksida, belerang
trioksida bersifat asam kuat dan larut dalam air membentuk asam sulfat menurut
persamaan reaksi:
SO3 (g) + H2O (𝓁) H2SO4 (𝓁)
Asam sulfat pekat harus di tuangkan secara perlahan ke dalam air bukan
sebaliknya ,dan sambil di aduk secara terus-menerus. Asam sulfat murni
mempunyai sifat hantaran listrik yang signifikan sebagai akibat swaionisasi
menurut persamaan reaksi:

2H2SO4 (l) H2O (H2SO4) + H2S2O7 (H2SO4)

H2O (H2SO4) + H2SO4 (𝓁) H3O+ (H2SO4) + HSO4- (H2SO4)

H2O (H2SO4) + H2S2O7 (H2SO4) H3O+ (H2SO4) +HS2O7- (H2SO4)


Asam sulfat pekat merupakan campuran air dan asam sulfat dengan konsentrasi
kiri-kira 18 M.
Biasanya asam sulfat dipikirkan sebagai asam saja, namun
sesungguhnya asam sulfat dapat bereaksi menurut lima cara yang berbeda, yaitu
sebagai suatu asam, pengering terhadap air, pengoksidasi, agen sulfonasi dan
sebagai suatu basa.

 Asam sulfat sebagai suatu asam


Asam sulfat encer sering digunakan sebagai suatu asam. Asam
sulfat encer adalah asam kuat diprotik membentuk dua anion, ion hidrogen
sulfat, HSO₄⁻ dan ion sulfat, SO₄²⁻, menurut persamaan ionisasi sebagai
berikut :
H2SO4 (aq) + H2O (𝓁) H3O+ (aq) + HSO₄⁻ Ka(1) = sangat besar
HSO₄⁻ (aq) + H2O (𝓁) H3O+ (aq) + SO₄⁻ Ka(2) = 1 × 10-2
Persamaan keseimbangan pertama terletak jauh lebih menggeser ke
arah kanan dari pada persamaan keseimbangan kedua. Jadi spesies yang
dominan dalam larutan enceran asam sulfat adalah ion hidronium, H₃O⁺ dan
ion hidrogen sulfat, HSO₄⁻.
 Asam sulfat sebagai pengering terhadap air
Asam sulfat pekat mempunyai kemampuan melenyapakan komponen
air dari struktur fomula suatu senyawa. Sebagai contoh, gula dapat diubah
menjadi karbon dan air oleh asam sulfat melaui suatu reaksi eksotermik yang
spektakuler sebagai berikut:
C12H22O11 (s) + H2SO4 (𝓁) 12C (s) + 11H2O (g) + H2SO4 (aq)

Fungsi asam sulfat yang demikian ini sangat penting dalam banyak
reaksi kimia organik. Sebagai contoh, penambahan asam sulfat pekat pada
etanol akan menghasilkan etena, C₂H₄, atau etoksi etana atau dietil eter,
(C₂H₅)₂O, bergantung pada kondisi reaksi yang bersangkutan menurut
persamaan reaksi:

C₂H₅OH (𝓁) + H2SO4 (𝓁) C₂H₅OSO3H (aq) + H2O (𝓁)


C₂H₅OSO3H (aq) C₂H4 (g) + H2SO4 (aq) (dalam asam berlebihan)

C₂H₅OSO3H (aq) + C₂H₅OH (𝓁) (C₂H₅)₂O (𝓁) + H2SO4 (aq)


Asam sulfat pekat mempunyai kemampuan menggantikan suatu atom hidrogen suatu

H2SO4 (𝓁) + CH3C6H5(𝓁) C

Suatu asam brønsted-lowry hanya dapat bertindak sebagai basa


apabila ditambahkan pada suatu donor proton yang lebih kuat. Asam sulfat
adalah asam yang kuat, oleh karena itu hanya asam yang sangat lebih kuat
saja seperti asam fluorosulfonat yang mampu memaksa asam sulfat bertindak
sebagai basa menurut persamaan reaksi:

H2SO4 (𝓁) + H2SO3F (𝓁) H2SO4+ (H2SO4) + SO3F- (H2SO4)


Pembuatan asam sulfat
Asam sulfat merupakan bahan kimia yang diproduksi secara besar-
besaran; metode pembuatannya baik menurut proses kontak maupun kamar
timbal selalu menggunakan belerang dioksida yang dapat disiapkan dari
pembakaran lelehan belerang dalam udara kering:

S (s) + O2 (g)SO2 (g)

Oksida lebih lanjut dapat dilakukan dengan mencampurkan belerang


dioksida dan udara kering kemudian mengalirkannya lewat katalisator V₂O₅
dalam suatu pendukung inter pada temperatur 400-500℃, maka akan terjadi
reaksi:

SO2 (g) + 1/2O2 (g) V2O5 SO3 (g) 4.5 Garam


400-500oC Oksi-
Belerang
Pada garam Oksi-
Belerang
sub-topik yaitu : terdapat beberapa senyawa

 Sulfat (SO4)
Sulfat dan nitrat adalah garam yang paling banyak
dihadapi untuk berbagai keperluan dengan alasan antara lain :
1. Sebagaian besar sulfat larut dalam air sehingga sangat
berfungsi sebagai sumber kation logam, kecuali PbSO 4 (putih)
dan BaSO4 (putih)
2. Anion sulfat bukan agen pengoksidasi ataupun pereduksi
sehingga dapat membentuk garam baik dari logam dengan
tingkat oksidasi rendah maupun tinggi, misalnya besi (II) sulfat
dan besi (III) sulfat
3. Ion sulfat merupakan basa konjugasi dari asam yang moderat
kuat (ion hidrogen sulfat), Oleh karena itu, ion sulfat tidak akan
mengubah secara signifikan nilai pH suatu larutan.
4. Garam sulfat cenderung stabil oleh pemanasan, paling tidak
lebih stabil daripada garam nitrat analog.
• •tt a t .

tI “I

- t • a a a I .
• It

tt • I •

•II

e • It I It •

tI “I
 Hidrogen Sulfat (HSO4)
Seperti halnya hidrogen karbonat, hanya logam-logam
alkali dan alkali tanah yang mempunyai kerapatan muatan yang
cukup rendah yang mampu/menstabilkan kation-kation besar
dengan muatan rendah dalam fase padat. Nilai ionisasi kedua
asam sulfat sangat besar sehingga garam hidrogen sulfat bersifat
asam sebagaimana ditunjukan persamaan reaksi :
HSO4- (aq) + H2O (𝓁) H3O+ (aq) + SO42- (aq)
Hidrogen sulfat dapat di preparasi dengan mereaksikan
stiokiometrik natrium hidroksida dengan asam sulfat dan
kemudian menguapkan larutannya :
NaOH (aq) + H2SO4 (aq) NaHSO4 (aq) + H2O (𝓁)
 Sulfit (SO3)

Walaupun sesunggubnya noam Sulfit sebagian besar


merupakan lawtan belerang aokiida dalam air, garam sulfit
maupun hidrogen sulfit benar-benar ada. Natrium sulfit dapat
di prppaiasi riengan mengalirkan gas belerang doiksida
kedalam larutan natrium hidroksidamenurut persamaan
reaksi:

Ion sulfit merupakan agen reduktor, mengalaini


okdisadi menjadi ion sulfat menunit persnmaan reaksi:
 Tiosulfat

Ion tiosulfat mirip dengan ion sulfat (Gambar 10.4)


kecuali bahwa salah satu atom oksigen diganti dengan atom
belerang (tio – merupakan awalan yang berarti belerang). Kedua
atom belerang ini mempunyai lingkungan yang sama sekali
berbeda, “tambahan” atom belerang bertindak mirip sebagai ion
sulfide. Tingkat oksidasi bagi atom belerang pusat adalah +5,
sedangkan bagi atom belerang “tambahan” adalah -1. Natrium
tiosulfat pentahidrat dapat dipreparasi dengan mudah dengan
mendidihkan belerang dalam larutan sulfit menurut persamaan
reaksi :

SO32- (aq) + S (s) S2O32- (aq)


Ion tiosulfat tidak stabil dalam pemanasan, sehingga akan
mengalami disproporsionasi menjadi tiga spesies dengan tingkat
oksidasi belerang yang berbeda-beda yaitu sulfat, sulfida dan
belerang menurut persamaan reaksi :
4Na2SO2 (s)+ 3Na2SO4 (s) + Na2S (s) + 4 S (s)
Tiosulfat bereaksi dengan asam membentuk endapan
kuning belerang dan gas belerang dioksida menurut persamaan
reaksi :
S2O32-(aq) + 2 H3O+ (aq) H2S2O3 (aq) + 2H2O (𝓁)
H2S2O3 (aq) H2O2 (𝓁) + S (s) + SO2 (g)
Natrium tiosulfat dalam laboratorium berguna untuk
titrasi redoks, misalnya pada iodometri, yaitu untuk menentukan
kadar iodine dalam suatu larutan. Dalam proses titrasi, iodin di
proses menjadi iodida dan tiosulfat standar di oksidasi menjadi
tetrationat, S4O62- , menurut persamaan reaksi :
2 S2O32- (aq) + I2 (aq) S4O62- (aq) + 2 I- (aq)
Ion tetrationat mengandung jembatan atom belerang
(Gambar 10.4), analog dengan ion peroksodisulfat, S2O82-.
Campuran dingin larutan tiosulfat dan besi(III) menghasilkan
senyawa kompleks ungu legam yang khas bagi ion
bis(tiosulfato)ferat(III) menurut persamaan reaksi :
2 S2O32- (aq) + Fe3+ (aq) [Fe(S2O3) 2]2- (aq)
(ungu legam)
KIMIA FOTOGRAFI
Zat ini secara selektif mereduksi semua ion perak yang
telah mengandung atom perak, hingga mengembangkan bayangan
dengan faktor sebesar 1010 kali. Tahap berikutnya adalah
penghilangan sisa perak bromida yang tidak larut (tidak bereaksi),
jika tidak seluruh film akan berubah menjadi hitam ketika kena
cahaya luar; untuk keperluan tiosulfat ditambahkan, maka akan
terjadi reaksi dengan ion perak menghasilkan ion kompleks
tris(toisulfato)perak(I), [Ag(S2O3)3]5-, menurut persamaan reaksi:
AgBr(s) + 3S2O32-(aq) [Ag(S2O3)]5- + Br-(aq)
Ion kompleks ini larut dan terbuang pada pencucian.
Partikel perak-hitam akan tertinggal membentuk bayangan.
Proses ini pada dasarnya sama untuk fotografi berwarna
kecuali melibatkan juga pewarna-pewarna organik.
Pemakaian amonium tiosulfat lebih menguntungkan dari pada
natrium tiosulfat sebab proses berlangsung lebih cepat dan
perak dapat di ambil ulang lebih mudah dari limbah
larutannya.
 Peroksodisulfat

Walaupun ion sulfat mengandung belerang


dengan tingkat oksida tertinggi, +6, namun masih dapat
dioksidasi lagi secara elektrolitik menjadi peroksodisulfat
dengan menggunakan elektrode halus platina, larutan
asam, dan rapatan arus yang tinggi. Kondisi demikian ini
mendukung terjadinya oksidasi dengan tanpa
menghasilkan gas hasil oksidasi air menjadi oksigen;
persamaan setengah reaksinya adalah:
2HS04-(aq) + 2H2O(l) S2O42-(aq) + 2H2O+(aq) + 2e
Ion peroksodisulfat mengandung satu jembatan diokso, -o-o-
(gambar 10.4), sehingga kedua atom belerang mempunyai tingkat
oksidasi +6 tetapi kedua atom jembatan mempunyai tingkat oksidasi -1.
Semua panjang ikatan terminal S-O adalah sama yaitu 1,5 Å ,
menunjukan adanya ikatan rangkap. Asam peroksodisulfat berupa
padatan putih, dua garam yang penting sebagai agen oksidator adalah
kalium dan amonium peroksodisulfat, dengan ion peroksodisulfat
tereduksi menjadi ion sulfat menurut persamaan setengah reaksi:

S2O42- (aq) +2e SO42- (aq) EO = + 2,01 V


4.6 Halida belerang
Senyawa penting belerang-halogen adalah belerang-
flourin, dan belerang-klorin. Belerang flourin membentuk
dua senyawa yaitu belerang heksaflourida, SF6, dan belerang

tetraflourida, SF4. Belerang heksaflourida berupa gas tak


berwarna, tak berbau, tidak reaktif, berdaya racun serta
stabil; oleh karena itu, gas ini dapat dimanfaatkan sebagai
insulator dalam listrik bertegangan tinggi. Pada tekanan 250
kPa, gas ini mampu mencegah terjadinya loncatan muatan
antar dua beda potensial 1,00 MV dengan jarak pisak 5 cm.
Gas ini juga digunakan pada jendela kaca double dan triple
untuk meredam baik panas maupun suara.
Gas belerang heksaflourida dengan massa molar yang
sangat tinggi ini ternyata mempunyai sifat yang unik untuk
identifikasi polusi udara; dengan melepaskan sedikit gas ini ke
dalam sumber udara yang terpolusi, udara yang sudah
bekontaminasi ini dapat di kenali jejaknya sampai ribuan
kilometer dan diidentifikasi beberapa hari kemudian. Demikian
juga dengan mengalirkan gas ini ke dalam lautan yang sangat
dalam, arus lapisan air-dalam dapat diidentifikasi melalui
gerakan
/perpindahan gas tersebut. Gas dapat di buat secara sederhana
dengan membakar lelehan belerang di dalam gas diflourin,
menurut persamaan reaksi:
S(l)+ 3F2(aq) SF4(g)
Belerang heksaflourida mengadopsi bangun
okthahedron sesuai dengan ramalan teori VSEPR, dan
ditinjau dari teori ikatan valensi, atom pusat S mengadopsi
orbital hibrida sp3d2. Struktur beberapa senyawa belerang-
halogen dapat di periksa pada gambar 10.5
Belerang tetraflourida, SF4, ternyata berupa gas sangat
reaktif, terurai dari udara lembab atau (air) menjadi belerang
dioksida dan halogen flourida menurut persamaan reaksi:

SF4(g)+2H2O(l) SO2 + 4HF(g)

Sifat kereaktifan gas ini sangat mungkin berkaitan dengan


adanya pasangan elektron menyendiri pada posisi terbuka dari
suatu bangun jungkat-jungkit terdistorsi, hasil turunan dari bangun
bipiramida segitiga sebagaimana diramalkan oleh teori VSEPR
(Gambar 10.5).
Berbeda dari senyawa belerang-flourin, belerang klorin
hanya terbentuk dengan tingkat oksidasi rendah. Lelehan belerang
yang dialiri dengan gas beracun dengan titik leleh -80 dan titik
didh 138; persamaan reaksi:

2S (𝓁) + Cl2 (q) S2Cl2(𝓁)

Disulfur diklorida banyak digunakan pada proses


vulkanisasi karet, menghasilkan hubungan-silang disulfur antara
ranta-rantai atom karbon yang membuat karet menjadi lebih kuat.
Struktur molekul senyawa ini mirip dengan hidrogen peroksida
( Gambar 10.5)
Apabila disulfur diklorida dengan katalisator diiodin dialiri
gas diklorin maka akan di peroleh belerang diklorin menurut
persamaan reaksi:
S2Cl2(𝓁) + Cl2(g) 2 SCl2(𝓁)
Belerang klorin beberapa cairan merah dan di gunakan
untuk membuat berbagai senyawa yang mengandung belerang
termasuk gas beracun mustard, S(CH2CH2Cl)2. Sebagaimana
diramalkan oleh teori VSEPR, molekul SCl2 mengadopsi bentuk
V (Gambar 10.5).
THANK YOU
YOUR ATTENTION

Anda mungkin juga menyukai