Anda di halaman 1dari 44

nzim adalah molekul protein yang biasanya memanipulasi molekul lain - substrat

enzim. Ini target molekul mengikat ke situs aktif enzim dan diubah menjadi produk
melalui serangkaian langkah yang dikenal sebagai mekanisme enzimatik.Mekanisme ini
dapat dibagi ke dalam mekanisme tunggal-substrat dan multiple-substrat. Studi kinetik
pada enzim yang hanya mengikat satu substrat, seperti isomerase triosephosphate,
bertujuan untuk mengukur afinitas dengan enzim yang mengikat ini substrat dan tingkat
turnover.
Kinetika enzim adalah studi reaksi kimia yang dikatalisis oleh enzim. Pada kinetika
enzim, laju reaksi diukur dan dampak dari berbagai kondisi reaksi. Mempelajari
kinetika enzim dalam hal ini dapat mengungkapkan mekanisme katalitik enzim,
perannya dalam metabolisme, bagaimana aktivitasnya dikendalikan, dan bagaimana
suatu obat atau agonis dapat menghambat sebuah enzim.
Kinetika enzim merupakan bidang biokimia yang terkait dengan pengukuran
kuantitatif dari kecepatan reaksi yang dikatalisis enzim dan pemeriksaan sistematik
faktor-faktor yangg mempengaruhi kecepatan tersebut. Analisis kinetik memungkinkan
para ahli merekonstruksi jumlah dan urutan tahap-tahap individual yang merupakan
perubahan substrat oleh enzim menjadi produk.
Mempelajari kinetik enzim juga merupakan dasar untuk mengidentifikasi kekuatan
pengobatan dari obat tertentu yang secara selektif menghambat kecepatan proses yang
dikatalisis oleh enzim. Bersama dengan mutagenesis yang disengaja dan teknik lain
yang mengganggu struktur protein, analisis kinetik juga mengungkapkan secara
mendalam mekanisme katalitik.

Aktivitas seperangkat enzim yg seimbang dan lengkap merupakan dasar penting


untuk mempertahankan homeostasis. Pemahaman tentang kinetik enzim penting untuk
memahami bagaimana stress fisiologis seperti anoksia, asidosis atau alkalosis
metabolik, toksin dan senyawa farmakologik mempengaruhi keseimbangan tersebut.
Persamaan kesetimbangan di bawah menjelaskan reaksi satu molekul dari masingmasing substrat A dan B untuk membentuk satu molekul dari masing-masing produk P
dan Q.
A + B P + Q (i)
Tanda panah ganda menunjukkan reversible (terbalikan). Jika A dan B dapat
membentuk P dan, maka P dan Q juga dapat membentuk A dan B. Dengan demikian
penentuan suatu reaktan sebagai substrat atau produk sedikit banyak bersifat
arbitrer karena produk suatu reaksi yang dituliskan dalam satu arah adalah substrat
bagi reaksi yang berlawanan. Namun, istilah produk sering digunakan untuk
menandai reaktan yang pembentukannya menguntungkan secara termodinamis.
A + B P + Q (ii)
Tanda panah satu arah menunjukkan irreversible (tidak terbalikan). Digunakan
untuk menjelaskan reaksi di dalam sel hidup tempat produk reaksi diatas segera
dikonsumsi oleh reaksi selanjutnya yang dikatalisis oleh enzim. Oleh karena itu,
pengeluaran segera produk P atau Q secara efektif meniadakan kemungkinan terjadinya
reaksi kebalikan sehingga persamaan (ii) secara fungsional menjadi irreversibel pada
kondisi fisiologis. Contohnya adalah ketika kita bernapas.

B.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan kinetika Enzim

1. Suhu
Oleh karena reaksi kimia dapat dipengaruhi oleh suhu, maka reaksi yang
menggunakan katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah reaksi kimia
berlangsung lambat, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi reaksi berlangsung lebih
cepat. Disamping itu, karena enzim itu adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat
menyebabkan terjadinya proses denaturasi. Apabila terjadi proses denaturasi, maka
bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentrasi efektif enzim
menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun akan menurun. Kenaikan suhu sebelum
terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan kecepatan reaksi.
Peningkatan suhu meningkatkan reaksi enzim yang terkatalisis dan yang tidak
terkatalisis dengan cara meningkatkan energi kinetic dan frekuensi tubrukan dari
besarnya molekul. Bagaimanapun energy panas dapat meningkatkan energy kinetic dari
enzim ke titik yang mana kelebihan energy pelindung untuk dapat mengganggu
interaksi non-kovalen yang berfungsi mengatur struktur tiga dimensi dari enzim. Cincin
polipeptida kemudian mulai terbuka atau terdenaturasi, yang disertai dengan
pengurangan kecepatan dari aktivitas katalisis. Pada temperatur tertentu sebuah enzim
berada dalam keadaan stabil, konformasi.
Enzim pada umumnya stabil pada temperatur 45-55C. Sebaliknya, enzim pada
mikroorganisme termofilik yang berada pada sumber mata air panas gunung berapi, atau
pada lubang hidrotermal bawah laut dapat stabil pada suhu kurang lebih 100C.
Enzim tersusun oleh protein, sehingga sangat peka terhadap suhu. Peningkatan suhu
menyebabkan energi kinetik pada molekul substrat dan enzim meningkat, sehingga
kecepatan reaksi juga meningkat. Namun suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan

rusaknya enzim yang disebut denaturasi, sedangkan suhu yang terlalu rendah dapat
menghambat kerja enzim. Pada umumnya enzim akan bekerja baik pada suhu optimum,
yaitu antara 30 40C.

Q10 atau koefisien suhu yaitu faktor yang meningkatkan proses biologis bila suhu
naik 100 C. Umumnya enzim yang stabil pada peningkatan suhu maka Q10 = 2
2. PH
Perubahan pH dapat mempengaruhi perubahan asam amino kunci pada sisi aktif
enzim, sehingga menghalangi sisi aktif bergabung dengan substratnya. Setiap enzim
dapat bekerja baik pada pH optimum, masing-masing enzim memiliki pH optimum
yang berbeda. Sebagai contoh : enzim amilase bekerja baik pada pH 7,5 (agak basa),
sedangkan pepsin bekerja baik pada pH 2 (asam kuat/sangat asam). (e-dukasi.2010)
Seperti protein pada umumnya, struktur ion enzim tergantung pada pH
lingkungannya. Enzim dapat berbentuk ion positif, ion negatif, atau ion bermuatan
ganda. Dengan demikian perubahan pH lingkungan akan berpengaruh terhadap
efektivitas bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks enzim substrat. Disamping
pengaruh terhadap struktur ion pada enzim, pH rendah, atau pH tinggi dapat pula
menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan ini akan mengakibatkan menurunnya
aktifitas enzim. Terdapat suatu nilai pH tertentu atau daerah pH yang dapat
menyebabkan kecepatan reaksi paling tinggi. pH tersebut dinamakan pH optimum.

Enzim intrasel bekerja optimum antara pH 5-9. Hilangnya atau tambahnya muatan
akan merugikan atau membuat enzim tidak aktif.

3. (Gambar 8-2. Efek pH pada aktivitas enzim. Sebagai contoh, suatu enzim
bermuatan negatif (EH-) berikatan dengan substrat bermuatan positif (SH+). Dalam
gambar, proporsi (%) SH+ [\\\] dan EH- [///] diperlihatkan sebagai fungsi pH. Hanya di
daerah berarsir silang baik enzim maupun substrat memiliki muatan yang sesuai.)
3 .) Persamaan Michaelis-Menten dan Hill (Model Pengaruh Kadar Substrat)
Pada pembahasan berikut, reaksi enzim dianggap seolah-olah hanya memiiki satu
substrat dan satu produk. Sementara kebanyakan enzim memiliki lebih dari satu
substrat, prinsip-prinsip yang dibahas di bawah juga berlaku bagi enzim dengan banyak
substrat. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi enzim yang tetap,
maka pertambahan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi.
Untuk dapat terjadi kompleks enzim substrat, diperlukan adanya kontak antara enzim
dengan substrat. Kontak ini terjadi pada suatu tempat atau bagian enzim yang disebut
bagian aktif. Pada konsentrasi substrat rendah, bagian aktif enzim ini hanya menampung
sedikit substrat. Bila konsentrasi substrat diperbesar, makin banyak substrat yang dapat
berhubungan dengan enzim pada bagian aktif tersebut. Dengan demikian, konsentrasi
kompleks enzim substrat makin besar dan hal ini menyebabkan makin besarnya
kecepatan reaksi. Namun dalam keadaan ini, bertambah besarnya konsentrasi susbstrat
tidak menyebabkan bertambah besarnya konsentrasi kompleks enzim substrat, sehingga
jumlah hasil reaksinya pun tidak bertambah besar.
Peningkatan konsentransi substrat dapat meningkatkan kecepatan reaksi bila jumlah
enzim tetap. Namun pada saat sisi aktif semua enzim berikatan dengan substrat,
penambahan substrat tidak dapat meningkatkan kecepatan reaksi enzim selanjutnya.

Enzim mempunyai spesifitas yang tinggi. Apabila substrat cocok dengan enzim naka
kinerja enzim juga akan optimal
Untuk suatu enzim tipikal, peningkatan konsentrasi substrat akan meningkatkan v1
hingga tercapai nilai maksimal Vmax (Gambar 8-3). Jika peningkatan lebih lanjut
konsentrasi substrat tidak meningkatkan v1, enzim dikatakan jenuh oleh substrat.
Perhatikan bahwa bentuk kurva yang menghubungkan aktivitas dengan konsentrasi
substrat (Gambar 8-3) tampak hiperbolik. Pada setiap saat, hanya molekul substrat yang
berkaitan dengan enzim dalam bentuk kompleks
v1 = Vmax[S] / Km + S
Keterangan:
kecepatan reaksi.

v1

Vmax

kecepatan maksimum.

substrat

Km

kadar substrat yang memberikan kecepatan reaksi separuh kecepatan reaksi

maksimal pada kadar enzim tertentu.


Tergantung pada kecepatan reaksi inisial kadar S dan Km dapat digambarkan dengan
mengevaluasi persamaan tersebut dibawah 3 keadaan:
1.

Jika kadar S kadar Km. v sesuai kadar S

Maka untuk menentukan aktivasi enzim digunakan substrat yang di bawah


2.

Jika kadar S > kadar Km. v = V

Maka harus pada kondisi optimal


3.

Bagaimana kalau kadar S = Km. v = V. Maka:

(Gambar 85.Plot timbalbalik ganda atau


plot LineweaverBurk 1/v, versus
1/[S]
yangdigunakan
untuk
mengevaluasi
Kmdan Vmax.)

ES yang dapat diubah menjadi produk. Kedua, konstanta kesetimbangan untuk


pembentukan kompleks enzim-substrat tidaklah besar tanpa batas.

(Gambar 8-3. Efek konsentrasi substrat pada kecepatan awal suatu reaksi yang
dikatalisis oleh enzim.)

Jika terdapat kelebihan substrat (titik A dan B di Gambar 8-4), hanya sebagian enzim
yang mungkin berada dalam bentuk kompleks ES. Dengan demikian di titik A atau B,
peningkatan atau penurunan [S] akan meningkatkan atau menurunkan jumlah kompleks
ES disertai perubahan yang sesuai di v1. Di titik C (Gambar 8-4), pada hakikatnya
semua enzim terdapat dalam bentuk kompleks ES. Karena tidak ada enzim bebas yang
tersedia untuk membentuk ES, peningkatan lebih lanjut [S] tidak dapat meningkatkan
laju reaksi. Dalam kondisi ini, v1 semata-mata bergantung padadan karenanya dibatasi
olehkecepatan disosiasi (penguraian) produk enzim tersebut sehingga enzim ini dapat
mengikat lebih banyak substrat.

(Gambar 8-4. Representasi suatu enzim pada konsentrasi substrat yang rendah (A),
tinggi (C), dan setara dengan Km (B). Titik A, B, dan C berkorespondensi dengan titiktitik di Gambar 8-3.)
4.) Konsentrasi enzim
Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi enzim, makin besar konsentrasi enzim
makin tinggi pula kecepatan reaksi, dengan kata lain konsentrasi enzim berbanding
lurus dengan kecepatan reaksi.
5.) Aktifator dan inhibitor
Aktivator merupakan molekul yang mempermudah ikatan antara enzim dengan
substratnya, misalnya ion klorida yang bekerja pada enzim
amilase. Inhibitor merupakan suatu molekul yang menghambat ikatan enzim dengan
substratnya. Inhibitor akan berikatan dengan enzim membentuk kompleks enzim-

inhibitor.
Ada 2 jenis inhibitor, yaitu :
Inhibitor kompetitif
Molekul penghambat yang strukturnya mirip substrat, sehingga molekul tersebut
berkompetisi dengan substrat untuk bergabung pada sisi aktif enzim. Contoh : sianida
bersaing dengan oksigen untuk mendapatkan Hemoglobin pada rantai akhir respirasi.
Inhibitor kompetititf dapat diatasi dengan penambahan konsentrasi substrat.
Menghambat kerja enzim dengan menempati sisi aktif enzim. Inhibitor ini besaing
dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif enzim. Pengambatan bersifat
reversibel (dapat kembali seperti semula) dan dapat dihilangkan dengan menambah
konsentrasi substrat.
Inhibitor kompetitif misalnya malonat dan oksalosuksinat, yang bersaing dengan
substrat untuk berikatan dengan enzim suksinat dehidrogenase, yaitu enzim yang
bekerja pada substrat oseli suksinat.

Inhibitor kompetitif dapat diatasi dengan meningkatkan konsentrasi substrat


Struktur inhibitor kompetitif klasik cenderung mirip dengan struktur substrat.
Inhibitor kompetitif bekerja dengan menurunkan jumlah molekul enzim bebas
yang tersedia untuk mengikat substrat, yi, untuk membentuk ES dan akhirnya
menghasilkan produk.

(Gambar 8-9. Plot Lineweaver-Burk

untuk inhibisi kompetitif. Perhatikan hilangnya inhibisi secara total pada [S] yang
tinggi (yi. 1/[S] yang rendah.)
Inhibitor nonkompetitif
Molekul penghambat yang bekerja dengan cara melekatkan diri pada bagian bukan
sisi aktif enzim. Inhibitor ini menyebabkan sisi aktif berubah sehingga tidak dapat
berikatan dengan substrat. Inhibitor nonkompetitif tidak dapat dipengaruhi oleh
konsentrasi substrat.
Inhibitor ini biasanya berupa senyawa kimia yang tidak mirip dengan substrat dan
berikatan pada sisi selain sisi aktif enzim. Ikatan ini menyebabkan perubahan bentuk
enzim sehingga sisi aktif enzim tidak sesuai lagi dengan substratnya. Contohnya
antibiotik penisilin menghambat kerja enzim penyusun dinding sel bakteri. Inhibitor ini
bersifat reversible tetapi tidak dapat dihilangkan dengan menambahkan konsentrasi
substrat.
Pengikatan inhibitor tidak mempengaruhi pengikatan substrat
Inhibitor nonkompetetif sederhana menurunkan Vmax, tetapi tidak mempengaruhi
Km.

Inhibitor nonkompetitif yang lebih kompleks terjadi jika pengikatan inhibitor


memang mempengaruhi afinitas (yang tampak) enzim terhadap substrat.
(Gambar 8-10. Plot

Lineweaver-Burk untuk inhibisi non-kompetitif sederhana.


C. Kegunaan inhibitor
Oleh karena inhibitor menghambat fungsi enzim, inhibitor sering digunakan sebagai
obat. Contohnya adalah inhibitor yang digunakan sebagai obat aspirin. Aspirin
menginhibisi enzim COX-1 dan COX-2 yang memproduksi pembawa pesan
peradangan prostaglandin, sehingga ia dapat menekan peradangan dan rasa sakit.
Namun, banyak pula inhibitor enzim lainnya yang beracun. Sebagai
contohnya, sianida yang merupakan inhibitor enzim ireversibel, akan bergabung dengan
tembaga dan besi pada tapak aktif enzim sitokrom c oksidase dan memblok pernapasan
sel.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari makalah ini yaitu:
1.) Kinetika enzim adalah studi reaksi kimia yang dikatalisis oleh enzim. Pada
kinetika enzim, laju reaksi diukur dan dampak dari berbagai kondisi reaksi.
2.) Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja kinetika enzim yaitu: suhu, PH,
konsentrasi substrat / Persamaan Michaelis-Menten dan Hill, konsentrasi enzim dan
inhibisi.
3.) Hubungan antara persamaan michaelis-Menten dengan kinetika enzim yaitu:
persamaan Michaelis-Menten atau pengaruh konsentrasi subtrat dapat mempercepat
ataupun memperlambat laju kinetika enzim.
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat diperlukan untuk menjadikan makalah ini lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. enzim.http://www.scribd.com/doc/73819805/enzim. Diakses
pada tanggal 1 oktober 2013
Anonim. 2011. parameter-michaelis-menten.
Http://artikelteknikkimia.blogspot.com/2011/12/parameter-michaelis-menten.html. di
akses pada tanggal 1 oktober 2013
Http://northma-tama.blogspot.com/2011/07/kinetika-enzim.html. diakses pada
tanggal 1 oktober 2012
Lehninger, A..L., et al. 1997. Principles of Biochemistry. 2nd .Worth Publisher. New
York.
Poedjiadi, A., F.M. T. Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta.
Stryer, L. 2000. Biokimia. Vol 2. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Winarno, F,G. 1989. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.
Tama,Northma. 2011. kinetika enzim.

Reaksi-reaksi kimia dalam tubuh secara tidak langsung dipengaruhi oleh enzim. Kataliskatalis ini, adalah spesifik untuk reaksi-reaksi tertentu. Akan tetapi, katalis-katalis ini sering
berubah-ubah (tidak tetap), pada beberapa ribu enzim yang sekarang dikenal dapat berperan
dalam beberapa reaksi seperti hidrolisis, polimerisasi, pemindahan gugus fungsi, oksidasi
reduksi, dehidrasi dan isomerisasi, untuk menjelaskan hanya beberapa kelompok umum dari
reaksi yang dipengaruhi enzim. Enzim-enzim bukanlah merupakan permukaan pasif pada mana
reaksi berlangsung tetapi merupakan mesin molekul kompleks yang terus bekerja melalui rasikan
mekanisme reaksi yang berbeda beda. Sebagai contoh, beberapa enzim hanya bekerja pada
molekul-molekul substrat tunggal; lainnya bekerja pada dua atau lebih molekul-molekul substrat
yang berbeda yang akan mengatur terjadi atau tidaknya suatu ikatan.
Beberapa enzim membentuk ikatan kovalen yang menjadi perantara untuk membentuk
kompleks dengan substratsubstratnya, tetapi ada juga yang tidak.Pengukuran kinetik dari reaksireaksi katalis enzimatik merupakan teknik-teknikyang sangat penting untuk menerangkan
mekanisme

katalis

enzim.Pada

bahagian

ini

sebagian

besar

akan

menguraikan

mengenaiperkembangan parameter-parameter kinetik yang sangat berguna pada penentuan


mekanisme-mekanisme enzimatik.
I.

Prinsip-prinsip Dasar Kinetika Enzim


Kinetika enzim dipengaruhi oleh laju reaksi enzimatik. Faktor-faktor penting yang
mempengaruhi laju reaksi enzimatik adalah konsentrasi substrat dan enzim, demikian pula
faktor-faktor lain seperti pH, suhu, dan ada tidaknya kofaktor dan ion logam. Kajian mengenai
bagaimana suatu laju bergantung pada variabel-variabel yang diperoleh secara percobaan dapat
menyebabkan perbedaan diantara mekanisme-mekanisme yang mungkin terjadi.
Prinsip aksi massa menyatakan bahwa untuk tahapan reaksi kimia yang tunggal dan
tidak dapat dibalik, laju reaksinya sebanding dengan konsentrasi reaktan yang terlibat dalam
proses tersebut. Tetapan kesebandingannya disebut tetapan laju. Contoh penerapan prinsip aksi
massa pada skema reaksi
k1

k-1

A + B

P + Q

dengan tetapan laju maju k1 dan tetapan laju balik k -1, menghasilkan rumus untuk laju reaksi
maju dan laju reaksi balik sebagaimana berikut:
laju maju = k1 [A][B]
laju balik = k -1 [P][Q]
dengan tanda kurung persegi menyatakan konsebtrasi dalam satuan mol L -1. Pada kestimbangan
kimia, laju reaksi maju dan laju reaksi balik adalah sama besar, seiring dengan berjalannya
waktu tidak ada hasil reaksi bersih yang dihasilkan. Sehingga,

Dengan Ke menyatakan tetapan kesetimbangan dan subskrip e menyatakan nilai konsentrasi pada
kesetimbangan.
Laju rekasi hanya mencantumkan perubahan konsentrasi dari spesi-spesi per satuan
waktudan dengan demikian dapat dituliskan secara matematis sebagai turunan dari rumus di atas,
contohnya :

Molekularitas mengacu pada jumlah molekul yang terlibat dalam suatu reaksi dasar.
Umumnya hanya dua molekul yang bertabrakan dalam satu waktu untuk menghasilkan produk
(molekularitas =2) atau suatu molekul tunggal mengalami pembelahan (molekularitas =1).
e
Orde reaksi adalah jumlah pangkat dari konsentrasi reaktan dan produk dalam rumus laju reaksi.
Contoh pada reaksi orde pertama :
A
P
Rumus untuk laju perubahan [A] adalah

Karena sisi kiri rumus mempunyai satuan laju reaksi (mol L-1 s-1), maka satuan-satuan ini juga
akan berlaku untuk sisi kanan rumus. Dengan demikian satuan untuk k[A] adalah mol L-1 s-1,

sehingga k mempunyai satuan s-1. Jadi, analisis dimensi sederhana dapat menghasilkan rumus
umum untuk satuan yang berlaku untuk tetapan tertentu dalam kondisi tertentu.
II. Kecepatan Reaksi Enzimatik
Kecepatan reaksi enzimatik dapat diukur dengan mengukur jumlah substrat yang diubah
atau produk yang dihasilkan persatuan waktu, seperti yang diperlihatkan pada kurva perjalanan
reaksi enzimatik (progess curve).

Grafik kecepatan reaksi enzimatik


Pada awalnya grafik berupa garis lurus, kemudian berbelok (Gambar 3.2). Grafik
berbelok karena: (1) kadar substrat berkurang; (2) terdapat product inhibition. Kecepatan reaksi
enzimatik pada suatu waktu yang sangat pendek, atau pada satu titik tertentu pada grafik diatas
disebut kecepatan sesaat (instantaneus velocity).

Grafik kecepatan sesaat

Kecepatan sesaat merupakan tangens dari garis singgung terhadap grafik pada suatu titik
tertentu. Kecepatan sesaat pada waktu mendekati nol, yaitu saat grafik masih berupa garis lurus
disebut kecepatan awal (Vo). Pada reaksi enzimatis, jika disebut kecepatan, umumnya yang
dimaksud adalah kecepatan awal. Hal ini disebabkan karena pada keadaan awal reaksi, kita dapat
mengetahui kondisi/ keadaan dengan lebih tepat. Disamping kecepatan sesaat dan Vo, juga
dikenal istilah kecepatan rata-rata, yaitu perbandingan antara perubahan jumlah substrat terhadap
waktu.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Reaksi Enzimatik
Kecepatan reaksi enzim dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
tersebut diantaranya adalah:
1. Suhu
2. pH
3. Kadar enzim
4. Kadar substrat
5. Inhibitor
1.

Pengaruh Suhu pada Reaksi Enzimatik


Pada umumnya reaksi kimia berjalan lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi. Pada suhu
yang tinggi enzim mengalami denaturasi ( pada suhu 70C, sebagian besar enzim menjadi
inaktif). Pada suhu yang meningkat, kecepatan reaksi juga meningkat (Vo), tetapi denaturasi
lebih mudah terjadi. Suhu optimum selalu berubah tergantung pada waktu.

Grafik pengaruh suhu terhadap reaksi enzimatik


2.

Pengaruh pH pada Reaksi Enzimatik

Enzim merupakan protrein jadi peka terhadap perubahan pH. Pada pH yang terlalu tinggi
atau terlalu renadah, enzim akan mengalami denaturasi. pH optimim : pH dimana S/t pada tiaptiap saat selalu lebih besar dibandingkan pada pH yang lain.

Grafik pengaruh pH terhadap reaksi enzimatik

Grafik Hubungan pH dengan Aktivitas Enzim


3.

Pengaruh Kadar Enzim dan Kadar Substrat Terhadap Reaksi Enzimatik


Kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi enzim yang berperan sebagai katalisator di
dalam suatu reaksi. Hubungan antara konsentrasi enzim dengan kecepatan reaksi jika konsentrasi
substrat berlebihan.

Jika kadar substrat dinaikkan maka Vo makin tinggi. Pada kadar substrat tertentu
didapatkan Vo maximum, sehingga jika kadar subatrat dinaikkan Vo tidak berubah. Kadar
substrat yang dibutuhkan agar Vo=1/2Vomax disebut Km (konstanta Michelis-Menten)

Gambar 1 Pengaruh (enzim) terhadap kecepatan reaksi

Grafik Hubungan antara [S] dan Vo


4.

Pengaruh Inhibitor Terhadap Reaksi Enzimatik


Banyak bahan mengubah aktivitas dari suatu enzim dengan menggabungkannya dalam
suatu jalur yang mempengaruhi ikatan substrat dan/atau nilai turn-over-nya. Bahan bahan yang
mereduksi aktivitas suatu enzim dengan cara ini dikenalsebagai inhibitor.
Banyak inhibitor berupa bahan -bahan yang secara struktural menyerupai
substrat enzimnya tetapi salah satunya tidak bereaksi atau bereaksi dengan sangat lambat
dibandingkan dengan substrat. Inhibitor-inhibitor seperti ini pada umumnya digunakan untuk

menyelidiki sifat kimia dan sifat konformasi alami dari suatu daerah (site) ikatan substrat sebagai
bagian dari suatu usaha untukmengelusidasi mekanisme katalisis enzim tersebut. Sebagai
tambahan, banyak inhibitor enzim efektif sebagai bahan kemoterapi karena suatu analog substrat
tidak alami dapat menghalangi aksi dari suatu enzim spesifik. Sebagai contohnya, methotrexate
(juga disebut amethopterin) secara kimiawi menyerupai dihidrofolat. Methotrexate berikatan
kuat dengan enzim dihydrofolate reduktase, sehingga dengan demikian mencegahnya dari fungsi
normalnya, reduksi dari dehidrofolat menjadi tetrahidrofolat, suatu kofaktor esensial dalam
biosintesis dari prekursor DNA asam thymidylic .
Dihydrofolate

Dihydrofolate reductase

Pembelahan sel-sel yang cepat seperti sel kanker, yang mana secara aktif berkaitan dengan
sintesis DNA adalah jauh lebih rentan terhadap methotrexate daripada pertumbuhan sel-sel yang
lambat seperti halnya kebanyakan jaringan sel normal mamalia. Untuk itu, methotrexate, bila
diatur dalam dosis yang sesuai, akan membunuh sel-sel kanker tanpa secara fatal meracuni tubuh
pemiliknya.
Ada berbagai mekanisme dimana inhibitor enzim dapat bekerja. Dalam bagian ini, akan
dibicarakan beberapa mekanisme serupa yang paling sederhana dan efeknya pada perilaku
kinetik enzim yang mengikuti model Michaelis- Menten.
Inhibisi Kompetitif
Suatu bahan yang berkompetisi secara langsung dengan suatu substrat normal untuk
suatu daerah (site) ikatan enzim dikenal dengan suatu inhibitor kompetitif. Inhibitor seperti ini
biasanya menyerupai substrat dimana secara spesifik mengikat daerah aktif tetapi bila berbeda
darinya sehingga menjadi tidak reaktif. Untuk itu, methotrexate merupakan suatu inhibitor
kompetitif dari dihidrofolat reduktase. Sama seperti suksinat dehidrogenase, suatu enzim siklus
asam sitrat, yang berfungsi untuk mengubah suksinat menjadi fumarat, secara kompetitif di
inhibisi oleh malonat, dimana secara strukturnya menyerupai suksinat tetapi tidak dapat
terdehidrogenasi.

succinatedehydrogenase

Fumarat

Suksinat

succinatedehydrogenase

No reaction

Efektivitas malonat dalam menginhibisi kompetitif suksinat dehidrogenase secara kuat


menyatakan bahwa daerah (site) ikatan substrat enzim diatur untuk mengikat kedua grup substrat

karboksilat, barang kali melalui pengaruh kira kira tempat dua muatan positif residu. Model
umum untuk inhibisi kompetitif diberikan pada skema reaksi di bawah ini :

k2
P+E

EI + S no reaction
Diasumsikan bahwa I, inhibitor akan berikatan secara reversibel kepada enzim dan dicapai
kesetimbangan dengan cepat sehingga :
........................(1.1)

dan EI, kompleks enzim inhibitor, secara katalitik tidak aktif. Suatu inhibitor kompetitif untuk itu
bekerja dengan mereduksi konsentrasi enzim bebas yang tersedia untuk mengikat substrat.
Tujuan sebelumnya adalah untuk mengekspresikan Vo dalam ukuran kuantitas; dalam hal [E]T,
[S] dan [I]. Dimulai dalam kondisi konservatif dari turunan persamaan Michaelis Menten, yang
mana sekarang harus dihitung dengan adanya EI.
[E]T = [E] + [EI] + [ES] ........................ [1.2]
Konsentrasi enzim dapat dinyatakan sebagai [ES] dengan mengatur kembali persamaan [1.2] di
bawah kondisi tunak (steady-state).

.......................(1.3)

Kompleks enzim inhibitor diperoleh dengan mengatur kembali persamaan [1.17] dan
mensubstitusi persamaan [1.3] ke dalamnya.
......................[1.4]

Dengan mensubstitusi kedua hasil sebelumnya dalam persamaan [1.2] diperoleh

dimana dapat diperoleh [ES] dengan mengatur kembali persamaan tersebut

maka, menurut persamaan [1.7], kecepatan awal dinyatakan dengan :


..........................(1.3)

Lalu mengingat bahwa :


.......................(1.4)

dan Vmax = k2[E]T ,


.......................(1.5)

Ini adalah persamaan Michaelis-Menten dengan KM dimodulasikan dengan , suatu


fungsi konsentrasi inhibitor (yang menurut persamaan [1.20], harus bernilai 1. Nilai dari [S]
pada Vo = Vmax/2 adalah KM. Semakin besar nilai , semakin besar pula [S] harus mencapai
nilai Vmax. Untuk itu, inhibitor tidak mempengaruhi nilai turn-over dari enzim. Hal ini lebih
kepada keberadaan I memiliki pengaruh mengakibatkan [S] menjadi lebih encer daripada
kenyataannya, atau secara alternatif membuat KM menjadi lebih besar daripada kenyataannya.
Sebaliknya peningkatan [S] mengubah kesetimbangan ikatan substrat terhadap ES. Dengan
demikian, terdapat kompetisi sebenarnya antara I dan S untuk daerah (site) ikatan enzim substrat;
ikatannya adalah mutually exclusive. Dengan merujuk pada persamaan [1.5] dalam bentuk
resiprok ganda diperoleh persamaan :
............................(1.6)

Suatu plot dari persamaan ini linier dan memiliki slope KM / Vmax, intersep dari 1/[S]
adalah -1/KM, dan intersep dari 1/Vo adalah 1/Vmax (Gambar 6). Plot resiprok ganda untuk

inhibitor kompetitif pada variasi konsentrasi I berpotongan pada 1/Vmax dalam aksis 1/Vo; ini
diagnose untuk inhibisi kompetitif untuk membandingkan dengan tipe-tipe inhibisi lain.
Dengan menentukan nilai-nilai pada berbagai konsentrasi inhibitor yang
berbeda-beda, nilai Ki dapat dibentuk dari persamaan [1.4]. Dengan cara ini, inhibitor-inhibitor
kompetitif dapat digunakan untuk menyelidiki struktur alamiah
dari suatu daerah (site) aktif. Sebagai contoh untuk menunjukkan pentingnya berbagai segmen
dari suatu molekul ATP untuk berikatan dengan daerah (site) aktif dari enzim ATP yang
diperlukan, salah satu dapat menentukan KI, seperti untuk ADP, AM (adenosan monofosfat),
ribosa, trifosfat dan lain-lain. Oleh karena banyak komponen ATP ini secara katalitik tidak aktif,
penelitian tentang inhibisi adalah bagian yang paling sesuai untuk memonitor ikatannya terhadap
enzim.

Apabila inhibitor mengikat enzim secara irreversibel, inhibitor tersebut digolongkan


sebagai suatu inaktivator seperti bahan apapun yang pada dasarnya mengnon-aktifkan enzim.
Inaktivator benar benar mereduksi level efektif [E]T pada semua nilai [S].

Gambar 6. Suatu plot Lineweaver Burk dari inhibisi Michaelis Menten secara kompetitif
enzim dalam Gambar 5.Perhatikan semua garis berpotongan pada I/Vo aksis pada I/Vmax

Inhibisi Non-Kompetitif
Dalam inhibisi non-kompetitif, inhibitor mengikat secara langsung ke kompleks enzimsubstrat tetapi tidak ke enzim bebas. Tingkat peningkatan inhibitor, yang mana memiliki
konstanta disosiasi:
..(1.7)

diasumsikan pada tingkat kesetimbangan. Ikatan inhibitor non-kompetitif, yang mana tidak perlu
menyerupai substrat, bayangkan mengakibatkan distorsi struktural dari daerah aktif, sehingga
mengakibatkan enzim secara katalitik tidak aktif. (Apabila inhibitor berikatan dengan enzim
sendiri, inhibitor tersebut juga bertindak seperti itu tanpa mempengaruhi affinitasnya terhadap
substrat).

Gambar 7. Suatu plot Lineweaver Burk dari suatu enzim Michaelis Menten sederhana
dengan kehadiran inhibitor nonkompetitif. Perhatikan bahwa semua garis memiliki slope
identik KM / Vmax.

Persamaan Michaelis-Menten untuk inhibisi non-kompetitif yang diturunkan, adalah :


.(1.8)

dimana,
..(1.9)

Penyelidikan terhadap persamaan ini menunjukkan bahwa pada nilai [S] yang tinggi, Vo
adalah mendekati Vmax/ secara asimptomatik sehingga berbeda dengan inhibitor kompetitif,

efek dari inhibisi yang tidak kompetitif pada Vmax adalah tidak dapat balik oleh peningkatan
konsentrasi substrat. Namun, pada konsentrasi substrat yang rendah, dalam hal ini, bila [S] <<
KM, maka pengaruh inhibisi yang tidak kompetitif menjadi dapat diabaikan, juga perilaku (sifat)
yang berlawanan dari inhibisi kompetitif. Bila dibentuk dalam persamaan resiprok ganda,
persamaan [1.24] menjadi :
.(1.10)

Plot Lineweaver-Burk untuk inhibisi (hambatan) yang tidak kompetitif adalah liner
dengan kemiringan atau slope KM/Vmax seperti di dalam reaksi yang tidak terhambat, dan
dengan yang memotong 1/Vo dan 1/[S] berupa /Vmax dan -/KM. Serangkaian
plotLineweaver-Burk pada berbagai konsentrasi inhibitor yang tidak kompetitif terdiri dari
serangkaian garis parallel (gbr.7). Ini adalah dignosa untuk inhibisi yang tidak kompetitif.
Inhibisi yang tidak kompetitif menyatakan bahwa inhibitor ini akan mempengaruhi fungsi enzym
tetapi tidak terhadap ikatan dengan substrat. Untuk enzim dengan substrat tunggal, sangat sulit
untuk mengemukakan bagaimana hal ini terjadi dengan pengecualian terhadap inhibitor kecil
seperti proton atau ion logam. Sebagaimana diketahui bahwa, inhibisi yang tidak kompetitif
adalah sangat penting bagi enzim dengan multisubstrat.
C. Inhibisi Campuran
Jika baik enzim dan senyawa substrat-enzim mengikat inhibitor, maka model berikut ini
akan dihasilkan :
E+S = = ES P + E
+
+
I
I
K1
K1
EI
ESI Tanpa reaksi
Kedua langkah pengikatan inhibitor ini dianggap terjadi pada kesetimbangan tetapi dengan
konstanta disosiasi yang berbeda :

..(1.11)

Fenomena ini adalah dikenal sebagai inhibisi campuran (mixed inhibition ) atau inhibisi
yang tidak kompetitif (non competitive inhibition). Kemungkinan, inhibisi campuran berikatan
dengan bahagian (site) enzim yang ikut serta baik dalam pengikatan substrat dan katalisator.

Persamaan Michaelis - Menten untuk inhibisi campuran adalah :


.(1.12)

Dimana dan telah didefinisikan dalam pers [1.20] dan [1.25]. Juga dapat dilihat dari
persamaan [1.28] bahwa nama dari inhibisi campuran muncul dari fakta bahwa denominator
merupakan faktor yang dikalikan KM seperti dalam inhibisi kompetitif, (persamaan [1.21]) dan
faktor dikali dengan [S] seperti dalam inhibisi tidak kompetitif (persamaan [1.24]). Inhibisi
campuran ini akan efektif, baik dalam konsentrasi substrat yang tinggi dan rendah. Persamaan
Lineweaver - Burk untuk penghambatan campuran adalah :

..(1.13)

Plot dari persamaan ini terdiri dari garis yang memiliki kemiringan (slope) KM/Vm dengan
perpotongan terhadap 1/Vo,adalah /Vmax dan perpotongan terhadap 1/[S] adalah -/Km.
Manipulasi aljabar dari persamaan [1.13] untuk nilai yang berbeda dari [I] menunjukkan bahwa
persamaan ini menjelaskan kumpulan garis yang memotong sisi kiri dari sumbu 1/Vo (Gambar
8 ); untuk kasus khusus dimana K1 = K1 (=), perpotonganya adalah pada aksis 1/[S].
Tabel 2 memberikan ringkasan dari hasil awal yang melibatkan inhibisi Michaelis - Menten
sederhana. Persamaan KM dan Vmax adalah nilai yang terlihat dari KM dan Vmax yang secara
actual diamati dengan adanya inhibitor untuk persamaan Michaelis - Menten yang menjelaskan
enzim yang dihambat.
III. Persamaan Michaelis Menten
Studi tentang kinetika enzim dimulai pada tahun 1902 ketika Adrian Brown melaporkan
sebuah penelitian kecepatan hidrolisis sucrosa ( yang dikatalisis oleh enzim ragi invertase
(sekarang dikenal sebagai -fructofuranosidase) :
Sukrosa + H2O

glukosa + fruktosa

Brown menerangkan bahwa bila konsentrasi sukrosa lebih tinggi daripada enzim,
kecepatan reaksi menjadi tidak tergantung pada konsentrasi sukrosa; jadi, kecepatannya
mengikuti orde nol terhadap sukrosa. Oleh sebab itu Brown mengusulkan bahwa keseluruhan
reaksi disusun oleh dua reaksi dasar dimana mula mula substrat membentuk sebuah kompleks
dengan enzim yang kemudianterurai menjadi produk dan enzim.
k2

P+E

E, S, ES dan P masing-masing melambangkan enzim, substrat, kompleks enzim, substrat dan


produk (untuk penyusun enzim yang merupakan perkalian sub-subunit yang identik, E
menyatakan sisi aktif molekul enzim dan bukan molekulenzim). Berdasarkan model ini, bila

konsentrasi substrat menjadi tinggi sehingga cukup secara keseluruhan untuk mengubah enzim
ke bentuk ES, maka tahap kedua dari reaksi menjadi mempunyai batas kecepatan dan seluruh
tingkat reaksi menjadi tidak sensitif terhadap peningkatan konsentrasi substrat yang lebih besar.
Persamaan umum untuk kecepatan dari reaksi ini adalah :
..............................(1.14)

Kecepatan pembentukan [ES] adalah perbedaan antara kecepatan reaksi dasar yang
mengarahkan kepada penampakan dan hasil dalam ketidaknampakannya.
........................ (1.15)

Persamaan ini tidak dapat dengan jelas diintegrasikan, tanpa penyederhanaan asumsi . Ada dua
kemungkinan yaitu :

1. Asumsi Kesetimbangan
Pada tahun 1913, Leonor Michaelis dan Maude Menten bekerja berdasarkan hasil kerja Victor
Henry yang lebih dulu mengasumsikan bahwa k-1 >> k2, untuk itu tahap I dari reaksi
menghasilkan kesetimbangan.
..................................... (1.16)

Ks melambangkan konstanta disosiasi tahap I reaksi enzimatik. Dengan asumsi ini. Meskipun
asumsi ini tidak sepenuhnya benar. Ikatan nonkovalen antara enzim . Kompleks substrat ES
dikenal dengan Kompleks Michaelis.

2. Asumsi Keadaan Steady State


Gambar1 mengilustrasikan kurva peningkatan variasi partisipasi-partisipasi dalam
melangsungkan model reaksi di bawah kondisi psikologi umum bahwa substrat berada dalam
keadaan berlebihan terhadap enzim. Dengan pengecualian tingkat awal reaksi yang disebut fase
translent, dimana biasanya dalam beberapa mili second dari pencampuran enzim dan substrat,
[ES] menunjukkan hasil yang lebih kurang konstan sampai substrat tersebut hampir habis.
Dengan demikian kecepatan sintesa ES harus sama dengan kecepatan yang dibutuhkan selama
reaksi berlangsung yaitu, [ES] tetap pada keadaan steady state.

Gambar 1. Kurva komponen-komponen dari reaksi sederhana Michaelis Menten.


Perhatikan bahwa dengan pengecualian fase transient dari reaksi yang mana muncul

sebelum arsiran kotak, slope-slope dari kurva [E] dan [ES] secara esensial nol selama [S]
>> [E]T (diantara arsiran kotak tersebut)
Untuk itu dapat diasumsikan dengan derajat akurasi yang berdasar bahwa ES adalah
konstan, sehingga
.......................... (1.17)

Ini dinamakan asumsi steady state yang pertama kali diusulkan oleh G.E. Briggs dan
James B.S. Haldane pada tahun 1925. Untuk penggunaannya, persamaan kinetika untuk seluruh
reaksi harus dirancang dalam rangka untuk pengukuran kuantitatip. Jumlah [ES] dan [E]
umumnya tidak dapat ditentukan secara langsung tetapi konsentrasi total enzim, biasanya
langsung dapat ditentukan.
............................ (1.18)

Persamaan kecepatan reaksi enzimatis dapat diterangkan seperti dibawah ini.Dengan


menggabungkan persamaan [1.15] dengan asumsi keadaan steady state, persamaan [1.17], dan
kondisikan konservasi, persamaan [1.18] akan menghasilkan :

persamaan di atas diubah jadi

Dengan membagi kedua sisi dengan k1 dan diperoleh persamaan untuk [ES],

dimana KM dikenal dengan konstanta Michaelis yang didefinisikan,


.............................. (1.19)

Keterangan mengenai pentingnya konstanta ini akan didiskusikan di bawah ini.


Permulaan kecepatan reaksi dari persamaan [1.15] dapat dinyatakan sebagai hasil pengukuran
kuantitas [E]T dan [S] secara experimental,
............................(1.20)

Kegunaan dari kecepatan awal (secara operasional sebagai kecepatan yang diukur
sebelum lebih dari -10% substrat diubah jadi produk) lebih daripada meminimalkan kecepatan
seperti faktor-faktor komplikasi sebagai efek reaksi reversibel, inhibisi enzim oleh produk, dan
inaktivasi progresif dari enzim.Kecepatan maksimal reaksi, Vmax, terjadi pada konsentrasi
substrat yang tinggi ketika enzim telah tersaturasi, yaitu ketika secara keseluruhan telah berubah
jadi bentuk ES.
Vmax = k2[E]T .............................. [1.21]
Jadi dengan mengkombinasikan persamaan [1.20] dan [1.21] diperoleh,
............................... (1.22)

Rumus ini, adalah persamaan Michaelis - Menten yang merupakan persamaan dasar dari
kinetika enzim. Ini menggambarkan hyperbola rectangular seperti yang di plot pada gambar 3
(meskipun kurva ini dirotasi pada 45odan ditranslasikan ke bentuk asli dengan rujukan contoh

hiperbola yang terlihat pada kebanyakan teks aljabar dasar). Fungsi saturasi untuk pengikatan O 2
ke myoglobin, memiliki bentuk fungsional yang sama.
Signifikan dari Konstanta Michaelis Mente
Konstanta Michaelis, KM memiliki definisi operasional yang sederhana. Pada konsentrasi
substrat dimana [S] = KM,

Gambar 2. Suatu plot dari kecepatan (Vo) dari suatu reaksi Michaelis-Menten yang
sederhana versus konsentrasi substrat [S].Titik-titik di plotkan pada 0,5 KM intervalintervalkonsentrasi substrat antara 0,5 Km dan 5 KM.
Tabel 1-1. Harga-harga dari KM, kCAT, dan kCAT/KM untuk beberapa enzim dan
substrat Enzyme Substrate KM(M) KCAT(S-1) Kcat/KM(M-1S-1
Enzim
Acetylcholines
terase
Carbonic
anhydrase
Catalase

Chymotripsin
Fumarase

Substrat
Acetylcholine
CO2
HCO3
H2O2
NAcetylglycine
ethyl ester
N-Acetylvaline
ethyl ester
N-Acetylvaline
ethyl ester
Fumarate
Malate

KM(M)

KCAT(S-1)

Kcat/KM(M-

-5

9,5 x 10
1,2 x 10-2
2,6 x 10-2
2,5 x 10-2
4,4 x 10-1

1,4 x 10
1,0 x 106
4,0 x 105
1,0 x 107
5,1 x 10-2

1S-1
1,5 x 108
8,3 x 107
1,5 x 107
4,0 x 108
1,2 x 10-1

8,8 x 10-2

1,7 x 10-1

1,9

6,6 x 10-4

1,9 x 102

2,9 x 105

5,0 x 10-6
2,5 x 10-5

8,0 x 102
9,0 x 102

1,6 x 108
3,6 x 107

Urease

Urea

2,5 x 10-2

1,0 x 104

4,0 x 105

Persamaan [1.9] menghasilkan Vo = Vmax/2 sehingga KM adalah konsentrasi substrat


dimana kecepatan reaksi adalah dari maksimal. Untuk itu apabila suatu enzim memiliki nilai
KM kecil maka akan mencapai efisiensi katalitik yang maksimal pada konsentrasi substrat yang
rendah.
Magnitudo KM bervariasi secara luas dengan identitas enzim dan sifat alamiah substrat
(Tabel 1-1). Ini juga merupakan fungsi temperatur dan pH (lihat bagian 1-4). Konstanta
Michaelis (persamaan 1.6) dapat dinyatakan sebagai :
.....................(1.23)

karena Ks adalah konstanta disosiasi kompleks Michaelis, jika Ks menurun, afinitas enzim untuk
substrat meningkat. KM untuk itu juga merupakan ukuran afinitas enzim terhadap substrat
dengan

lebih kecil dibandingkan dengan Ks, maka k2 < k-1.

B. Analisis Data Kinetik


Ada beberapa metode untuk menentukan nilai-nilai dari parameterparameter persamaan
Michaelis Menten.

Gambar 3. Suatu Plot resiprok ganda (Lineweaver Burk) dengan garis-garis kesalahan
0,05 Vmax. Titik-titik tersebut sama dengan Gambar 3. perhatikan bahwa pengaruh yang

besar dari kesalahan kecil pada [S] kecil (1/[S] besar) dan kumpulan padat titik-titik [S]
besar.
Pada harga [S] yang besar, kecepatan awal Vo secara asimtot mendekati Vmax. Dalam
prakteknya, namun, sangat sukar untuk memperoleh Vmax secara akurat dari plot-plot Vo versus
[S] secara langsung seperti pada Gambar 3. Bahkan pada konsentrasi substrat yang tinggi seperti
[S] = 10.KM, persamaan [1.23] mengindikasikan bahwa Vo hanya 91% dari Vmax sehingga nilai
terekstrapolasi dan asimtot tersebut akan hampir tidak dapat diestimasi secara pasti. Metode yang
lebih baik untuk menentukan nilai-nilai Vmax dan KM yang disusun oleh Hans Lineweaver dan
Dean Burk, menggunakan resiprokal persamaan [1.23].
.......................... (1.24)

Ini merupakan persamaan linear dalam

dan

. Apabila kuantitas-kuantitasini di

plotkan, yang disebut dengan plot resiprok ganda atau Lineweaver- Burk, slop dari garis tersebut
adalah KM / Vmax, Interep I/Vo adalah I/Vmax dan intersep ekstrapolasi 1/[S] adalah

Kerugian dari plot ini adalah kebanyakan pengukuran-pengukuran eksperimen dalam [S] besar
sehingga sangat padat pada sisi kiri dari grafik. Lebih lanjut untuk nilai [S] yang kecil,
kesalahan-kesalahan kecil dalam Vo akan mengakibatkan kesalahan-kesalahan besar dalam I/Vo
dan tentu juga kesalahan-kesalahan besar pada KM dan Vmax.
Beberapa tipe plot yang lain masing-masing dengan keuntungan dan kerugiannya telah
disusun untuk menentukan Vmax dan KM dari data kinetik. Dengan dukungan kecanggihan
komputer, data-data kinetik pada umumnya dianalisa secara perlakuan-perlakuan statistika
matematika yang rumit. Terlepas dari itu, plot Linearweaver Burk adalah baik untuk presentasi
visual data kinetik sejalan dengan kegunaannya dalam analisa data kinetik dari enzim yang
memerlukan lebih dari satu substrat.

KCAT / KM adalah ukuran efisiensi katalitik


Suatu parameter kinetika enzim merupakan suatu ukuran dari efisiensi katalitiknya.
Konstanta katalitik dari suatu enzim dapat didefenisikan sebagai:
......................... (1.25)

Jumlah (kuantitas) ini dikenal juga dengan angka turn over dari suatu enzim karena
merupakan nilai proses reaksi (turn over) dimana tiap daerah aktif dapat mengkatalisis persatuan
waktu. Angka turn over ini untuk enzim-enzim tertentu diberikan pada Tabel1-1. Perhatikan
bahwa kuantitas-kuantitas ini bervariasi hampir pada delapan bagian dari magnitudo tergantung
pada identitas enzim dan juga substratnya. Persamaan ini [1.21] mengindikasikan bahwa untuk
model Michaelis Menten, kCAT = k2. Untuk enzim-enzim dengan mekanisme yang lebih rumit,
kCAT dapat berupa fungsi dari beberapa tingkat reaksi. Bila [S] << KM, sangat sedikit [ES]
dibentuk. Akibatnya [E] [E]T sehingga persamaan [13.22] berubah membentuk persamaan
tingkat reaksi orde dua.
.............................. (1.26)

KCAT / KM adalah konstanta tingkat reaksi orde dua dari reaksi enzimatis, tingkat reaksi
bervariasi secara langsung terhadap seberapa sering enzim dan substrat bergabung satu sama lain
dalam larutan. Kuantitas kCAT / KM untuk itu merupakan ukuran efisiensi katalistik enzim.
Beberapa Enzim Memiliki Kesempurnaan Kerja Katalitik
Apakah ada batas teratas dari efisiensi katalitik enzim ? Dari persamaan [1.19] ditemukan,

............................... (1.27)

Ratio (perbandingan) ini adalah maksimal bila k2 >> k-1; yaitu, ketika pembentukan
produk dari Michaelis kompleks [ES] adalah lebih cepat daripada dekomposisi kembali menjadi
substrat dan enzim. Maka kCAT/KM = k1, konstanta kecepatan orde kedua untuk pembentukan
ES. K1 tentunya tidak boleh lebih besar daripada frekuensi dimana enzim dan substrat
bertubrukan satu sama lain dalam larutan. Batas kontrol difusi ini berkisar dari 108 sampai
109M-1s-1. Sehingga enzim-enzim dengan nilai-nilai seperti itu dari kCAT/KM harus
mengkatalisa suatu reaksi yang hampir setiap waktu enzim tersebut bergabung dengan molekul
substrat.
Tabel 1-1 mengindikasikan beberapa enzim seperti katalase, asetil kolinesterase,
fumarase dan kemungkinan karbonik anhidrase telah mencapai kesempurnaan tingkat katalitik.
Oleh karena daerah aktif suatu enzim secara umum hanya mengikat suatu fraksi kecil dari total
permukaan daerah, bagaimana suatu enzim mengkatalisa suatu reaksi tiap waktu bila bergabung
dengan molekul substrat?. Walaupun jawaban ini belum jelas, bukti struktural dan teoritical
telahdikumpulkan untuk menduga bahwa pengaturan grup-grup bermuatan pada permukaan
enzim berhubungan dengan petunjuk substrat polar secara elektrostatistik terhadap daerah-daerah
aktif enzim..
C. Reaksi Balik
Model Michaelis Menten secara implisit mengasumsikan bahwa reaksi balik enzimatik
mungkin dapat diabaikan. Banyak reaksi enzimatik yang mempunyai daya reversibel (dapat
balik) tinggi (yang memiliki energi radiasi bebas yang kecil), dan oleh karena itu memiliki
produk yang dapat bereaksi kembali membentuk substrat pada kecepatan yang tertentu. Dalam
bagian ini dapat dilihat batasan Michaelis . Menten tanpa reaksi balik dan dengan demikian, akan
menemukan beberapa hal yang menarik dan prinsip kinetik yang penting.
Model Satu Perantara
Modifikasi dari model Michaelis . Menten adalah memadukan hasil reaksi kembali seperti pada
skema reaksi.

(Disini ES adalah disebut EP karena model ini tidak menspesifikasikan sifat dari kompleks
perantara). Persamaan yang menjelaskan perilaku kinetik dari model ini, dinyatakan sebagai :
................................ (1.28)

dimana :

dan
[E]T = [E] + [ES]
Ini merupakan persamaan Michaelis Menten yang sangat penting yang bekerja secara bolak
balik. Dalam hal ini, pada [P] = 0, maka bila V = Vo, persamaan ini menjadi persamaan
Michaelis Menten.
Hubungan Haldane
Pada kesetimbangan, V = 0 sehingga persamaan [1.15] dapat diuraikan sehingga menghasilkan :
.............................1.29]

yang dikenal sebagai hubungan Haldane. Hubungan ini menunjukkan bahwa parameter kinetika
dari reaksi bolak balik yang dikatalisasikan secara enzimatik adalah bukan tidak tergantung pada
satu sama lain. Lebih dari itu, ini saling dihubungkan oleh konstanta kesetimbangan untuk
keseluruhan reaksi yang tentu saja adalah bersifat independen pada keberadaan enzym.

Data Kinetik Tidak Dapat Menentukan Mekanisme Reaksi


Enzim yang membentuk senyawa reversibel dengan substratnya haruslah dalam hal ini,
mempunyai mekanisme seperti :

Nilai

dalam pers [1.15] dapat ditentukan dengan manipulasi yang

sesuai dari substrat awal dan konsentrasi produk di bawahkondisi tunak. Ini, tentu saja tidak
menghasilkan nilai konstanta untuk model dua perantara karena terdapat enam konstanta dan
hanya empat persamaan yang menjelaskan hubungannya. Lebih lanjut pengukuran kinetik
kondisi tunak tidak mampu untuk membedakan jumlah perantara dalam reaksi enzimatik
reversibel karena bentuk pers [1.15] tidak berubah dengan jumlah perantara. Identitas fungsional
dari persamaan ini menjelaskan skema reaksi yang mungkin dapat dipahami dalam pengertian
analogi antara model reaksi reversibel n-perantara dan kotak hitam yang mengandung sistem
pipa air dengan satu inlet dan satu drain :

Pada kondisi tunak, yaitu setelah pipa terisi dengan air, seseorang dapat mengukur
hubungan antara tekanan input dan aliran output. Namun, berbagai pemeriksaan tidak
menghasilkan informasi menyangkut konstruksi yang lebih rinci dari plumbing yang
menghubungkan inlet dengan drain. Ini memerlukan informasi tambahan seperti pembukaan
kotak hitam dan penelusuran pipa.

Demikian juga pengukuran kinetika kondisi tunak dapat memberikan uraian


fenomenologi dari perilaku enzim, tetapi sifat alamiah dari perantara ini masih tetap tidak dapat
ditentukan. Lebih dari itu, intermediasi atau perantaraan ini haruslah terdeteksi dan
dikarakterisasi dengan cara independen seperti analisis spektroskopik.
Pembahasan ini terus menyoroti prinsip utama dari analisis kinetika :
Analisis kinetika kondisi tunak dari reaksi, tidak dapat menentukan dengan jelas
mekanismenya. Ini karena permasalahan tidak sederhana, elegan atau rasional dari mekanisme
salah satu postulat yang dihitung dari data kinetika, juga adanya jumlah tak terbatas dari
mekanisme alternatif, yang barangkali rumit, janggal, dan terlihat irasional, yang dapat dihitung
untuk data kinetika yang ada. Biasanya ini lebih sederhana dan mekanisme elegan yang akan
menghasilkan kebenaran, tetapi ini tidak selalu menjadi kasus. Jika data kinetika tidak sesuai
dengan mekanisme yang dihasilkan, maka mekanisme harus ditolak. Oleh karena itu, meskipun
kinetika tidak dapat digunakan untuk mekanisme yang tidak jelas tanpa data yng sesuai, seperti
percobaan fisika dari eksistensi perantara, analisis kinetika kondisi tunak mempunyai arti yang
besar besar karena dapat digunakan untuk menghilangkan mekanisme yang diajukan.
IV. Plot Lineweaver-Burk
Pada tahun 1934, Hans Lineweaver dan Dean Burk memperkenalkan sebuah metode
untuk mengubah Persamaan Michaelis-Menten menjadi bentuk grafik analisis. Persamaan
Lineweaver-Burk memungkinkan adanya plot data kecepatan enzim dalam garis lurus.

Dapat juga ditulis sebagai berikut :

grafik

terhadap

dan slop

memnghasilkan garis lurus dengan intersep

dan

. Plot Lineweaver-Burk berguna dalam menentukan konstanta untuk

reaksi katalitik enzim dan juga dalam mengevaluasi reaksi inhibisi enzim.
DAFTAR PUSTAKA
Boyer, Rodney.2002.Concepts in Biochemistry. Kanada: Brooks/Cole: Kanada
Redhana, I Wayan. 2004. Buku Ajar Biokimia. Singaraja: IKIP N Singaraja
Stryer, Lubert. 2000. Biokimia.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
http://en.wikipedia.org/wiki/Lineweaver-Burke_diagram
http://library.usu.ac.id/download/fmipa/farmasi-mtsim1.pdf
http://library.usu.ac.id/download/fmipa/06002526.pdf

Anda mungkin juga menyukai